Anda di halaman 1dari 22

Laporan UOP 2 - Departemen Teknik Kimia UI

LAPORAN PRAKTIKUM
EVAPORATOR CLIMBING FILM
GROUP 8
Budi Mulia P (1206220586)
Hanifia Wulandari (1206221033)
Harly Ilyasaakbar (1206263313)
Hasanuddin (1206230725)

Tujuan Percobaan
Mengamati pengaruh variasi tekanan sistem terhadap laju

evaporasi air.
Mengamati pengaruh variasi gradien suhu terhadap laju
evaporasi air.
Membandingkan keekonomisan antara sirkulasi alami dan
sirkulasi paksa.
Mendapatkan dan membandingkan neraca energi untuk
operasi evaporator sirkulasi alami dan sirkulasi paksa.

EVAPORASI - EVAPORATOR
Evaporasi merupakan proses
penguapan cairan dengan
penambahan panas (Robert B.
Long, 1995).

Alat yang digunakan untuk


melakukan proses evaporasi
adalah Evaporator.

Tujuan dari pelaksanaan evaporasi


adalah untuk memekatkan larutan
yang terdiri dari zat terlarut yang tidak
mudah menguap dan pelarut yang
mudah menguap.

Pada industri kimia,


evaporator digunakan untuk
memekatkan suatu larutan.

Beda halnya dengan


pengeringan, dimana pada
evaporasi sisa
penguapannya merupakan
zat cair, sedangkan
pengeringan merupakan zat
padat.

Prinsip kerja pemekatan


larutan dengan evaporasi
didasarkan pada perbedaan
titik didih yang sangat besar
antara zat-zat yang yang
terlarut dengan pelarutnya.

Bagian Evaporator terdiri dari 4, yaitu:


Bagian pemanasan berisi media pemanas. Uap diumpankan di

bagian ini. Medium yang paling umum digunakan terdiri dari parallel
tube tetapi ada pula yang berbentuk pelat atau coil.

Bagian pemekatan untuk meningkatkan konsentrasi atau


membuang sebanyak mungkin pelarut

Bagian separasi yang akan memindahkan uap yang dihasilkan


dari larutan.

Bagian pengembunan / kondensasi yang akan


mengembunkan uap yang terpisah.

Jenis-Jenis Evaporator
Evaporator Sirkulasi Alami dan

Paksa
Falling Film Evaporator
Plate Evaporator
Multiple Effect Evaporator

Prosedur Percobaan
Sirkulasi
Alami:
Persiapan:

Mengikuti
prosedur persiapan dan start up seperti
Start
Up:
Mengosongkan
tangki kondensat (L2
di atas. Lalu membuka C5 sehingga
Menyalakan
pump (S5)bahwa
dan S2sumber
serta
dan
L3) danfeed
memastikan
mendapatkan
hasil yang diinginkan
pada F3
membuka
penuh
C8air pendingin telah
listrik,Paksa:
steam,
dan
Sirkulasi
Menyalakan
feed
pre-heater
tersedia.
Ikuti prosedur
pendahuluan
dan(S3)
start up seperti di
atas. Membuka
V7V1,
danV4,
menyesuaikan
C4 dan
Menyesuaikan
C8
untuk
mendapatkan
lajuC5
Membuka
valve
V6, V8, C1,
C4
sehingga
menghasilkan
laju resirkulasi
yang
yang valve
diinginkan
pada
F2,V7,
ketika
feed
Menutup
V2,
V3,
V5,
C5,
C6,
diinginkan
F3. di aliran F2
cairan
telahpada
terlihat

C7, C9
Membuka dan menyesuaikan C2 untuk
mengatur aliran di F1, dimana F1 = 40xF2

Prosedur
Mengatur
pengesetan
besaranvariabel:
tekanan sistem yang
diinginkan
pada
dengan

Mengatur P1
= 0P2
mmHg;
F2C10
= 10 lt/hr; F1 = 40 x

Menyalakan
F2; F3 = 5 lt/hr
recirculation pump (S4) saat aliran
terliaht
pada

Mencatat
nilailevel
: vessel (10)

Mengatur
termostat
L1, L2
dan L3 pada feed pre-heater (S3)
sehingga
temperatur
T6 dan T7 sedekat mungkin
T3, T5,
T7 dan T8

Menyalakan
vacuum pump (S5) untuk kondisi
P2
vakum lalu menyesuaikan C1 untuk mengatur
Jumlah steam yang terkondensasi
tekanan sistem yang diinginkan pada P1.

Mengulangi prosedur
di atas
untuk
sirkulasi
Membiarkan
C1 terbuka
penuh
untuk
kondisi
alamiah
dan
sirkulasi
paksa
untuk
P1
tekanan sistem pada tekanan atmosfer= 0, 100
dan 200 mmHg. Megambil data setiap 2 menit.

Laporan UOP 2 - Departemen Teknik Kimia UI

Data Pengamatan
Sirkulasi Alami

Sirkulasi Paksa

Laporan UOP 2 - Departemen Teknik Kimia UI

a. Variasi Tekanan Sistem terhadap Laju Alir


Sirkulasi Alami

Sirkulasi Paksa

0.25

3.5

0.2

f(x) = 0x + 0.17
R = 0.99

0.15

2.5

f(x) = 0x + 0.12
R = 0.99
f(x) = 0.01x + 0.08
R = 1

L2 (m)
0.1

0 mmHg
Linear (0 mmHg)
100 mmHg
Linear (100 mmHg)
200 mmHg
Linear (200 mmHg)

0.05
0
0

t (menit)

2
L2 (m)

200 mmHg
100 mmHg
300 mmHg

1.5
1
0.5
0
0

t (menit)

10

12

Laporan UOP 2 - Departemen Teknik Kimia UI

b. Variasi Laju Sirkulasi dan Evaporasi dengan


Perbedaan Suhu
Sirkulasi Alami

Alami

Sirkulasi Paksa

log E

log

0,6571

1,1941

0,7139

1,9965

0,7139

2,0343

log E

Paksa

log

0,657152

1,232564

0,926754

1,305459

0,722634

1,49052

Laporan UOP 2 - Departemen Teknik Kimia UI

Variasi Laju Sirkulasi dan Evaporasi dengan


Perbedaan Suhu

0.72
0.7

Sirkulasi Alami

Sirkulasi Paksa

log E vs log dT

log E vs log dT

f(x) = 0.32x + 0.29


R = 0.6
log E vs log dT
Linear (log E vs log
dT)

0.68
log E 0.66
0.64
0.62
1.15 1.2 1.25 1.3 1.35 1.4
Dt

1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1.2

f(x) = - 0.01x + 0.78


R = 0

1.25

1.3

1.35

1.4

1.45

1.5

1.55

c. Perbandingan Keekonomisan
untuk Sirkulasi alami dan Paksa

Alami

Paksa

P1

Q(kg/menit)

L2

WE

Ec

(kg/menit)

0,518

0,041

0,702

1,313

100

0,536

0,04

0,724

1,393

200

0,492

0,04

0,704

1,431

1,16

0,04

0,704

0,6069

100

1,195

0,047

0,8272

0,6922

200

1,22

0,05

0,88

0,7213

W E C 2 .L 2

C2 = 17,6

EC

WE
Q

Perbandingan Keekonomisan untuk


Sirkulasi alami dan Paksa(contd)
Sirkulasi Paksa

Sirkulasi Alami
P VS Ec

P vs Ec

1.45

0.74
0.72
0.7

1.4

0.68
0.66

Ec 1.35

Ec 0.64
0.62
0.6

1.3

0.58
0.56
0.54

50

100

150

P1

200

250

1.25

50

100

150

P1

200

250

d. Neraca Energi Sirkulasi Alami dan Paksa

0
100
200

L1
(cm)
2
2
2

L2
(mm)
35
40
50

L3
(cm)
7
6,5
8,4

100
200

2
2

40
47

300

1,5

50

P1
Alamiah

Paksa

WF (kg) WE (kg) WC (kg)


220
220
220

616
704
880

123,2
114,4
147,84

0,15
0,17

2,2
2,2

0,7040
0,8272

0,0269
0,0291

0,16

1,65

0,8800

0,0280

Perhitungan Wf, Wc, dan We

WF C1 x L1

WC C3 x L3

WE C2 x L2

C1 = 110; C2 = 17.6, dan C3 = 17.6

Neraca Energi Sirkulasi Alami


dan Paksa (contd)
Perhitungan Nilai Q

Alamiah

Paksa

WF (kg)

WE (kg)

WC (kg)

hf T5

Hs P2

he T3

hc T8

hs P2

Q (kg/m)

220

616

123,2

293

2670,01

2678,60

314,5

405,02

0,518

100

220

704

114,4

295,04

2661,30

2674,60

332,50

380,48

0,536

200

220

880

147,84

298,04

2630,90

2664,60

314,20

294,28

0,492

100

2,2

0,7040

0,0269

292,17

2655,40

2672,68

2643,00

378,66

1,938

200

2,2

0,8272

0,0291

293,85

2645,20

2666,60

2648,60

340,48

1,871

300

1,65

0,8800

0,0280

293,02

2607,80

2656,50

2643,00

270,93

2,353

Neraca Massa

WF WE WC

Neraca Energi

WF .hF Q.H s WE .hE WC .hC Q.hs

Neraca Energi Sirkulasi Alami dan Paksa (contd)

Kesalahan Relatif Energy Balance:

Kesalahan Relatif Mass Balance


KR

WF WC WE

Alamiah

Paksa

WF

KR

x100%

WF .hF Q.H S WE .hE WC .hC Q.hS


WF .hF Q.H S

x100%

KR massa

KR energy

% KR massa

0
100
200

3,24
3,68
4,328

24,652
27,961
34,766

324
368
432,8

% KR
energy
2465,2
2796,1
3476,6

100

0,6678

2,09509E-16

66,78

200

0,6108

61,08

300

0,4497

1,72556E-16

44,97

Analisis Percobaan
Tangki kondensat L2 dan L3 dikosongkan terlebih dahulu untuk

menghilangkan kotoran di dalam tangki


Valve yang terbuka dan tertutup bertujuan agar aliran fluida
yang diinginkan masuk ke dalam saluran yang akan diamati.
Aliran fluida akan diatur dengan membuat aliran fluida pada F1,
F2, dan F3 konstan. Pada F2 diatur menjadi 10 liter/jam,
sedangkan F1 merupakan 40 x F2 yaitu sebesar 400 liter/jam
atau 6,67 liter/menit. Sedangkan F3 diatur sebesar 5 liter/jam.
Data-data yang diambil adalah L1, L2, L3, T3, T5, T7, T8, P2
dan volume kondensat.
Untuk sirkulasi alami, valve V7 tertutup, sedangkan pada
sirkulasi paksa valve V7 terbuka. Kedua sirkulasi ini dilakukan
dengan memvariasikan tekanan pada P1 sebesar 0, 100, dan
200 mmHg dan diamati dalam waktu 2 menit sebanyak 5 kali (0-8
menit).

Analisis Hasil Variasi Laju Evaporasi dengan


Tekanan Sistem
Perbandingan di Kedua Jenis
Sirkulasi

Perbandingan antar Perbedaan


Tekanan
Perbedaan laju evaporasi yang terjadi

Pada

setiap kenaikan
tekanan,
terjadi
pula
kenaikan laju evaporasi
Hal ini disebabkan oleh
adanya
kenaikan
konstanta
perpindahan
panas yang berbanding
lurus
dengan
laju
evaporasi

saat sistem menggunakan tekanan 100


mmHg dan 200 mmHg jauh lebih
signifikan dibandingkn perbedaan laju
evaporasi pada tekanan 200 mmHg dan
300 mmHg
Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan
steam yang berbeda pada tekanan 200
mmHg dan 300 mmHg, yakni steam yang
sudah
berubah
fase
menjadi
superheated steam, sementara pada
tekanan 100 mmHg dan 200 mmHg
keadaan
steam
masih
berbentuk
saturated steam.. Pada superheated
steam, keadaan uap sudah sangat jenuh
dibandingkan saturated steam sehingga
sudah
sulit
untuk
ditambahkan

Analisis Hasil Variasi Laju Sirkulasi dan Evaporasi


dengan Perbedaan Temperatur
Perbandingan antar Perbedaan
Temperatur

Perbandingan antara Sirkulasi Alami


dan Paksa

Semakin tinggi perbedaan suhu

Jumlah air yang terevaporasi

yang diberikan, maka semakin


tinggi
laju
evaporasi
yang
dihasilkan
Adanya perbedaan suhu, maka
menidentifikasikan bahwa adanya
energi panas yang ditransfer oleh
steam ke air. Apabila perbedaan
suhunya semakin besar, maka
menunjukkan
bahwa
energi
panas nya pun semakin besar.
Sesuai dengan persamaan:

pada aliran alami lebih besar


dibandingkan pada aliran
paksa. Fenomena ini tidak
sesuai dengan teori yang
berlaku, dimana seharusnya
pada aliran paksa jumlah
yang
terevaporasi
lebih
banyak dibandingkan pada
aliran alami
Akan dibahas lebih lanjut di
Analisis Kesalahan

Analisis Hasil Keekonomisan untuk Sirkulasi Alami


dan Sirkulasi Paksa
Hubungan antara keekonomisan (E c)
terhadap tekanan

Dari kedua sirkulasi tersebut,

nilai keekonomisan meningkat


seiring dengan bertambahnya
tekanan
Pada tekanan yang sama,
semakin lama waktunya, suhu
umpan akan semakin tinggi,
sehingga entalpi penguapan
akan semakin tinggi, sehingga
keadaan
ini
sangat
memungkinkan untuk terjadi
proses evaporasi.

Perbandingan Sirkulasi Alami dan


Paksa
Pada sirkulasi alami, perputaran uap air di
dalam alat terjadi akibat adanya air yang
terpanaskan, berubah fase menjadi uap,
naik ke atas kolom dan kemudian keluar,
sebelum akhirnya disirkulasi kembali ke
dalam kolom. Sementara itu, pada
sirkulasi paksa, selain adanya uap air
yang bersirkulasi di dalam kolom, terjadi
pula
sirkulasi
tambahan
dengan
menggunakan steam. Steam tambahan
untuk sirkulasi ini akan membawa panas
tambahan ke dalam kolom, sehingga akan
menghasilkan laju evaporasi yang lebih
banyak dibandingkan dengan sirkulasi
alami.
Hasil yang kami peroleh mengatakan
sebaliknya,
yakni
sirkulasi
alami

Analisis Hasil Neraca Energi untuk Sirkulasi Alami


dan Paksa
Neraca Massa

Neraca Energi

Massa pada saat air masih menjadi

konsentrat secara teori seharusnya sama


dengan massa saat telah terevaporasi
Dari perhitungan yang dihasilkan, didapat
bahwa neraca massa ini memiliki
penyimpangan,
yang
menandakan
bahwa massa air di keadaan awal tidak
sama dengan di keadaan akhir
Hal ini dapat disebabkan karena sistem
yang sudah tidak bersifat steady,
sehingga massa awal tidak sama dengan
massa akhir. Keadaan yang tidak steady
ini juga dapat disebabkan oleh adanya
massa air yang tidak tersirkulasi atau
tertinggal di bagian lain kolom saat
terevaporasi

Neraca

energi
yang
dibandingkan pada percobaan
ini berasal dari entalpinya, dan
entalpi air pada keadaan awal
sebelum terevaporasi dengan
setelah terevaporasi adalah
sama
Neraca
energi
tidak
menunjukkan
penyimpangan
seperti halnya yang terjadi pada
neraca massa, menunjukkan
bahwa neraca energi masih
berlaku di dalam sistem

Analisis Kesalahan
Kurang akuratnya pembacaan skala. Terlebih pada tangki L1, wadah

yang digunakan bukanlah tangki yang terdapat ukuran, sehingga skala


ukuran dilakukan manual dengan coretan spidol di luar wadah tersebut.
Steam diasumsikan dalam keadaan saturated (jenuh). Namun, sangat
mungkin bahwa steam dapat terbentuk di dalam keadaan 2 fasa
ataupun superheated sehingga dapat menyebabkan perbedaan hasil
perhitungan
Perpindahan panas secara konveksi dan konduksi dari sistem ke
lingkungan pun mungkin terjadi, namun diabaikan dalam perhitungan
karena menyulitkan
Sempat terhentinya alat karena salah satu tangki sudah penuh dan
dikhawatirkan akan meluap. Setelah tangki sedikit dikosongkan,
percobaan baru dimulai kembali. Penghentian alat ini dapat
menyebabkan perbedaan kondisi antara data yang kami ambil sebelum
alat dihentikan dan setelah alat dihentikan.

Kesimpulan
Evaporasi terbagi menjadi dua jenis, yakni evaporasi dengan sirkulasi

alami dan dengan sirkulasi paksa. Sirkulasi paksa membutuhkan adanya


steam tambahan yang bersirkulasi di dalam sistem.
Semakin tinggi tekanan, semakin tinggi laju evaporasi karena kenaikan
tekanan menyebabkan kenaikan konstanta perpindahan panas.
Semakin tinggi suhu, maka akan semakin tinggi laju evaporasi karena
tingginya suhu akan menyebabkan semakin banyaknya energi yang dapat
digunakan oleh air untuk terevaporasi.
Nilai keekonomisan evaporasi dengan sirkulasi paksa seharusnya lebih
tinggi dibanding dengan sirkulasi alami, karena menghasilkan laju
evaporasi yang lebih besar dibanding sirkulasi alami.
Massa air saat masih menjadi konsentrat seharusnya sama dengan massa
air yang telah terevaporasi dan telah menjadi kondensat.
Energi yang dimiliki oleh air sebelum dan sesudah evaporasi tidak
mengalami perubahan yang menandakan berlakunya persamaan neraca
energi.

Anda mungkin juga menyukai