Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kakuatan, kamampuan, dan rahmat - Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Kimia Organik yang berjudul “Makalah Anetol Dan Safrole”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Tiah Rachmatiah, M.Si., Apt.
sebagai Dosen Fitofarmaka kami atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah di berikan
kepada kami, serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik pada teknik
penulisan maupun materi. Kritik dan saran sangat penyusun harapkan untuk perbaikan
maupun pengembangan sehingga makalah ini lebih bermanfaat.

Jakarta, Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Tujuan Makalah................................................................................................2

BAB II............................................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. Adas..................................................................................................................3

1. Pengertian.....................................................................................................3

2. Taksonomi dan Ciri Morfologi Tanaman Adas............................................3

3. Komponen Minyak Adas..............................................................................4

4. Isolasi Minyak Adas.....................................................................................6

5. Manfaat dan Khasiat Minyak Adas..............................................................9

B. Safrole.............................................................................................................10

1. Pengertian...................................................................................................10

2. Metabolisme Safrole...................................................................................11

3. Efek karsinogenik pada safrole...................................................................12

BAB III.........................................................................................................................14

PENUTUP....................................................................................................................14

A. Kesimpulan.....................................................................................................14

B. Saran...............................................................................................................15

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anetol adalah suatu senyawa organik yang luas digunakan sebagai bahan perasa.
Struktur kimia senyawa ini merupakan turunan dari kelompok senyawa fenilpropena, suatu
jenis senyawa aromatik yang banyak terdapat dari sumber alami, yaitu di dalam minyak
esensial. Senyawa ini memiliki rasa yang khusus dan berasal dari tanaman anisa dan fenel
(keduanya merupakan keluarga tanaman Apiaceae), tanaman Syzygium
anisatum (Myrtaceae), akar manis (Fabaceae) dan bunga lawang (Illiciaceae). Anetol
memiliki senyawa isomernya yaitu Estragole, yang berlimpah terdapat di dalam
tanaman tarragon (Asteraceae) dan tanaman basil (Lamiaceae), yang memiliki rasa yang
mengingatkan pada rasa adas manis. Senyawa ini merupakan suatu cairan yang agak mudah
menguap, tidak berwarna, serta beraroma. Anetol sedikit larut dalam air tetapi sangat larut
dalam etanol. Anetol memberikan efek Ouzo yang berupa cairan bening kalau diencerkan
dengan air, dan ini adalah cara untuk membedakannya.

Safrole (5-(2-propenyl)-1,3-benzodioxole) adalah senyawa fenil propana salah satu


golongan dari senyawa aromatik fenilpropanoid. Untuk itu Safrole mempunyai cincin
benzena yang diapit oleh cincin dioxolane dan gugus metilen terminal yang sangat reaktif.
Safrole tidak larut dalam air tapi dapat bercampur baik dalam cloroform, eter dan senyawa
nonpolar lainnya (Budavaris 1989; Burdock 1997). Banyak cincin aromatik menyebabkan
bau dan rasa yang khas. Hal ini dikarenakan metabolisme fenil propanoid melalui jalur asam
sikimik (Dewick 1997; Wink 2010). Fenilpropanoid senyawa sekunder yang terkait dengan
rasa dan bau tanaman dan karenanya digunakan sebagai pencegah terhadap herbivora yang
menghindar dari metabolit sekunder yang kuat. Safrole ditemukan dalam jumlah sedikit pada
kayu manis, jahe, pala, coklat, dan lain-lain.
Senyawa ini juga melindungi terhadap radiasi ultraviolet, jamur, dan bakteri, dan
dapat bertindak sebagai atraktan penyerbuk (Hahlbrock 1989). Metabolit sekunder ini
meningkatkan aktivitas senyawa dalam tanah miskin humus, itulah sebabnya Sassafras,
dikenal karena kemampuannya untuk tumbuh dipinggir jalan dan ladang yang kurang subur,
akan memiliki kecenderungan allelopati dan pertahanan yang tinggi di lokasi tersebut dan

1
karena mempunyai aktifitas metabolit sekunder yang kuat dan akan melindungi tanaman
terhadap ultraviolet radiasi, jamur, dan bakteri, dan dapat bertindak sebagai atraktan
penyerbuk (Ibrahim 2001).

B. Tujuan Makalah
1. Mengetahui anetol ditanaman Adas
2. Mengetahui Safrole

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Adas

1. Pengertian
Adas merupakan satu dari sembilan tumbuhan obat yang
dianggap bermukjizat di Anglo-Saxon. Di Indonesia telah
dibudidayakan dan kadang sebagai tanaman bumbu atau tanaman
obat. Tumbuhan ini dapat hidup dari dataran rendah sampai
ketinggian 1.800 m di atas permukaan laut, namun akan tumbuh
lebih baik pada dataran tinggi.

Asalnya dari Eropa Selatan dan Asia, dan karena manfaatnya,


kemudian banyak ditanam di Indonesia, India, Argentina, Eropa, dan
Jepang. Terna berumur panjang, tinggi 50 cm – 2 m, tumbuh
merumpun. Satu rumpun biasanya terdiri dari 3 – 5 batang. Batang
hijau kebiru- biruan, beralur, beruas, berlubang, bila memar baunya
wangi.

Di Indonesia tumbuhan tersebut dikenal dengan berbagai


nama seperti adas pedas dalam bahasa Aceh; adas manis (Minang);
hades (Sunda ); adas landi (Jawa); adhas (Madura); adas (Bali); wala
woenga (Sumba); kolpasi (Sangit); popaas-tansaw (Sulawesi);
dengoe-dengoe (Gorontalo); pingkel (Manado); rampasoe
(Makassar); adase (Bugis), (Heyne, 1950).

2. Taksonomi dan Ciri Morfologi Tanaman Adas


Minyak adas digolongkan ke dalam jenis minyak atsiri yaitu
minyak hasil destilasi uap baik dari buah masak, bunga, batang
maupun akar tanaman adas. Varietas tanaman adas ada 12 macam,
menghasilkan minyak adas dengan perbedaan warna dan aroma.

3
Salah satu varietas terpenting adalah tanaman Foeniculum vulgare
Miller yang menghasilkan minyak adas dengan aroma terbaik.

Menurut Tjitrosupomo (1988), taksonomi tanaman Foeniculum


vulgare Miller adalah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Apiales

Suku : Umbliferae

Marga : Foeniculum

Spesies : Foeniculum vulgare Miller

Ciri morfologi dari minyak adas yaitu letak daun berseling,


majemuk menyirip ganda dua dengan sirip-sirip yang sempit,
bentuk jarum, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, berseludang
warna putih, seludang berselaput dengan bagian atasnya berbentuk
topi. Perbungaan tersusun sebagai bunga payung majemuk dengan
6 – 40 gagang bunga, panjang ibu gagang bunga 5 – 10 mm,
panjang gagang bunga 2 – 5 mm, mahkota berwarna kuning, keluar
dari ujung batang. Buah lonjong, berusuk, panjang 6 – 10 mm, lebar
3 – 4 mm, masih muda hijau setelah tua cokelat agak hijau atau
cokelat agak kuning sampai sepenuhnya cokelat.

Namun, warna buahnya ini berbeda-beda tergantung negara


asalnya. Buah masak mempunyai bau khas aromatik, bila dicicipi
rasanya relatif seperti kamfer. Adas menghasilkan minyak adas,
yang merupakan basil sulingan serbuk buah adas yang masak dan
kering. Ada dua macam minyak adas, manis dan pahit. Keduanya,
digunakan dalam industri obat-obatan. Adas juga dipakai untuk
bumbu, atau digunakan sebagai bahan yang memperbaiki rasa dan
mengharumkan ramuan obat. Biasanya adas digunakan bersama-

4
sama dengan kulit batang pulosari. Daunnya bisa dimakan sebagai
sayuran. Perbanyakan dengan biji atau dengan memisahkan anak
tanaman. (Guenther, 1990).

3. Komponen Minyak Adas


Minyak adas merupakan salah satu minyak atsiri yang
terdapat di Indonesia diperoleh dengan penyulingan uap biji adas.
Komposisi kimia minyak adas bervariasi menurut jenis dan asal
tanaman. Menurut Guenther (1990), destilasi uap terhadap biji adas
yang berasal dari eropa timur menghasilkan minyak adas sebesar
2,5 – 4,0 % dengan senyawa penyusun α-pinen, kamfen, α-
fellandren, dipenten, anetol, fenson, estragol, foenikulin,
anisaldehid, dan asam anisat.

Struktur minyak adas dapat diketahui dengan isolasi dan


identifikasi minyak adas. Salah satu komponen minyak adas yang
dominan adalah anetol dengan struktur berikut:
CH3
H3C O

(Windholz ,1983)

Komponen-komponen lain dari minyak adas strukturnya sebagai


berikut:

Anisaldehida Limonene Asam Anisat

5
(Ono, M.,dkk, 1996)

4. Isolasi Minyak Adas


Isolasi minyak adas dengan distilasi uap

Biji adas yang berwarna kuning kecoklatan, ditumbuk,


kemudian didestilasi uap selama 6 jam. Destilat yang dihasilkan
membentuk dua lapisan yaitu minyak dan air, kemudian dipisahkan
dengan corong pisah. Minyak yang diperoleh ditambah dengan
Na2SO4 anhidrous secukupnya untuk mengikat sisa air, kemudian
didekantir untuk memperoleh minyaknya. Minyak yang diperoleh
dari destilasi uap biji adas berwarna kuning muda, mempunyai
aroma khas biji adas. Minyak adas yang diperoleh, dianalisis dengan
GC-MS untuk mengetahui komponen-komponennya.

(Sastrohamidjojo, 2002)

6
Gambar 1. Hasil analisis dengan GC berupa kromatogram minyak
adas

Untuk mengetahui adanya kandungan anetol dalam minyak


adas dilakukan analisis menggunakan instrumen GC, GC-MS dan
spektrometer Inframerah. Analisis menggunakan kromatografi gas
(GC) diperoleh kromatogram seperti pada Gambar 1. Kromatogram
minyak adas pada Gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa minyak
adas

perdagangan Schimmel Rect-DAB mengandung lima


komponen senyawa. Komponen ke-1 (0,4898%) pada waktu retensi
7,230 menit, komponen ke-2 (1,2972%) pada waktu retensi 7,449
menit, komponen ke-3 (2,0988%) pada waktu retensi 8,605 menit,
komponen ke-4 (5,7961%) pada waktu retensi 9,325 menit dan
komponen ke-5 (90,3183%) pada waktu retensi 14,775 menit.
Komponen ke-5 pada waktu retensi 7,230 menit 14,775 merupakan
komponen terbesar dengan konsentrasi relative 90,3183% diduga
adalah anetol.

7
Analisis dengan instrumen GC-MS menghasilkan spektra
massa untuk komponen ke-5 sebagaimana tertera pada Gambar 2.
Spektra massa pada Gambar 2 mempunyai nilai SI=90 terhadap
spektra massa untuk anetol dan memiliki bobot molekul 148
sebagaimana bobot molekul dari anetol. Puncak dasar dengan
m/z=148 merupakan merupakan puncak dasar yang khas untuk
anetol, karena struktur anetol terstabilkan oleh resonansi. Pecahan
dengan m/z=117 dihasilkan dari lepasnya radikal H dan O=CH2.

Gambar 2. Spektra massa anetol

Analisis terhadap anetol menggunakan spektrofotometer


inframerah didapatkan spektra seperti Gambar 3.

8
Gambar 3. Spektra IR anetol (Kusumaningsih, 2004)

Isolasi anetol dengan destilasi fraksinasi pengurangan


tekanan

Isolasi anetol dari minyak adas dilakukan dengan destilasi


fraksinasi pengurangan tekanan. Anetol pada tekanan 760 mmHg
mendidih pada temperature 239,5C sedangkan pada tekanan 4
mmHg titik didihnya turun menjadi 90C. Jika digunakan tekanan
system pada destilasi fraksinasi pengurangan tekanan sebesar 4
mmHg, maka diperoleh fraksi anetol pada titik didih 90-92C. Anetol
yang diperoleh berwujud cairan tidak berwarna. (Sastrohamidjojo,
2002)

9
Isolasi minyak adas dengan penyulingan uap dan air

Penyulingan uap dan air merupakan salah satu metode


penyulingan dengan air sebagai sumber uap berada dalam ketel
suling. Dengan metode ini, peralatan yang digunakan sederhana
dan mutu minyak atsiri yang dihasilkan juga lebih baik dibandingkan
dengan metode penyulingan air dan metode penyulingan uap
langsung. Pada metode ini, digunakan ketel suling yang
berdiameter 15 cm dan tingginya 30 cm dioperasikan pada suhu
100C dengan tekanan 1 atm. Pelarut yang digunakan dalam
proses pengambilan minyak memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu
bersifat selektif, mempunyai titik didih cukup rendah, bersifat inert,
murah, dan mudah didapat. Namun, tidak ada pelarut yang benar-
benar ideal. Jenis-jenis bahan pelarut yang dipakai antara lain air,
petroleum eter, aseton, butane, alcohol, heksana, benzene, dan
toluene. (Guenther, 1990)

Gambar ketel suling


(Sumber: minyakatsiriindonesia.wordpress.com)

10
5. Manfaat dan Khasiat Minyak Adas
Buah adas yang telah diekstrak atau disuling biasanya
berbentuk butiran serbuk, yang memiliki sensasi rasa manis dan
pahit, dalam industri obat-obatan serbuk adas ini biasanya
digunakan sebagai pengharum ramuan dan untuk memperbaiki
rasa, disamping itu adas juga memilki khasiat yang tidak kalah
pentingnya seperti :

 pengharum ramuan dan untuk memperbaiki rasa


 merangsang organ pencernaan agar tetap sehat dan bekerja
optimal
 dapat melancarkan buang air besar ( BAB )
 mengobati masuk angin
 membantu mengeluarkan dahak yang kental pada penderita
batuk
 menghangatkan badan
 penambah nafsu makan
 melancarkan haid yang tidak teratur
 dan juga dapat mengobati masalah gangguan tidur
( Imsomnia )

Tanaman adas mempunyai banyak kegunaan, mulai dari akar,


daun, batang dan bijinya. Biji dan minyak yang sudah didestilasi
dapat digunakan sebagai flavor (aroma) dalam industri makanan
seperti bumbu daging, sayuran, ikan, saus, sop, salad dan lain-lain.
Biji yang sudah dihancurkan dapat juga digunakan sebagai bumbu
salad (mayonnaise, kue yang manis), bumbu kari dan daun yang
muda dapat dimakan sebagai sayuran segar (lalap).

Sedangkan sebagai obat, adas dapat digunakan sebagai


antispasmodik, sakit perut (mulas), perut kembung, mual, muntah,
pelancar ASI, diare, sakit kuning (jaundice), kurang nafsu makan,
batuk, sesak napas (asma), nyeri haid, haid tidak tertur, rematik
goat, susah tidur (insomnia), buah pelir turun (orchidoptosis), kolik,
usus turun ke lipat paha (hernia inguinalis), batu empedu,
pembengkakan saluran sperma (epididimis), penimbunan cairan
dalam kantung buah zakar (hiodrokel testis), keracunan tumbuhan

11
obat atau jamur, dan meningkatkan penglihatan. Buah adas juga
efektif untuk pengusir serangga (insect repellent). (Santoso, 2011)

12
C. Safrole

1. Pengertian
Safrole (5-(2-propenyl)-1,3-benzodioxole) adalah senyawa fenil propana salah satu
golongan dari senyawa aromatik fenilpropanoid. Untuk itu Safrole mempunyai cincin
benzena yang diapit oleh cincin dioxolane dan gugus metilen terminal yang sangat reaktif.

Struktur Safrole

Safrole tidak larut dalam air tapi dapat bercampur baik dalam cloroform, eter dan
senyawa nonpolar lainnya (Budavaris 1989; Burdock 1997). Banyak cincin aromatik
menyebabkan bau dan rasa yang khas. Hal ini dikarenakan metabolisme fenil propanoid
melalui jalur asam sikimik (Dewick 1997; Wink 2010). Fenilpropanoid senyawa sekunder
yang terkait dengan rasa dan bau tanaman dan karenanya digunakan sebagai pencegah
terhadap herbivora yang menghindar dari metabolit sekunder yang kuat. Safrole ditemukan
dalam jumlah sedikit pada kayu manis, jahe, pala, coklat, dan lain-lain.
Senyawa ini juga melindungi terhadap radiasi ultraviolet, jamur, dan bakteri, dan
dapat bertindak sebagai atraktan penyerbuk (Hahlbrock 1989). Metabolit sekunder ini
meningkatkan aktivitas senyawa dalam tanah miskin humus, itulah sebabnya Sassafras,
dikenal karena kemampuannya untuk tumbuh dipinggir jalan dan ladang yang kurang subur,
akan memiliki kecenderungan allelopati dan pertahanan yang tinggi di lokasi tersebut dan
karena mempunyai aktifitas metabolit sekunder yang kuat dan akan melindungi tanaman
terhadap ultraviolet radiasi, jamur, dan bakteri, dan dapat bertindak sebagai atraktan
penyerbuk (Ibrahim 2001).

Minyak sassafras dapat digunakan sebagai bahan umum (sampai 20 ppm) dalam
bahan makanan, produk pembersih, dan kosmetik sebagai agen penyedap dan aroma (Carlson
dan Thompson 1997). Kemudian pada tanggal 3 Desember 1960, US FDA melarang
kehadiran safrol, minyak sassafras, isosafrol, dan dihydrosafrole dalam makanan setelah
percobaan menunjukkan efek hepatocarcinogenic (kanker liver) pada tikus laboratorium
(CFR, Sec. 189).

13
Minyak safrol masih diimpor ke Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat dari Brasil dan
negara-negara di Pasifik Selatan. Tumbuhan yang kaya akan safrole di Cinnamomum dan
Ocotea genera dipanen untuk disintesis menjadi piperonil butoksida, digunakan dalam
pestisida, dan piperonal, penyedap dan bahan parfum (Miglierini 2008;. Oltramari et al,
2004). Safrol juga merupakan unsur penting dalam produksi obat MDMA ilegal, juga dikenal
sebagai ekstasi (Rasch 1998).

6. Metabolisme Safrole
Aktivitas metabolik safrole untuk turunan karsinogenik yang dapat disederhanakan
menjadi empat transformasi yang berbeda. Transformasi yang pertama, melibatkan oksidasi
rantai samping alil dalam sitokrom P450 oleh enzim CYP2A6 untuk membentuk 1'-
hydroxysafrole. Senyawa ini dapat menjalani sulfasi untuk membentuk 1'-hydroxysafrole
sulfat (Daimon et al, 1997/8,. De Vries 1997; Jeurissen et al, 2004;.. Zhou et al, 2007). Reaksi
elektrofilik, ester asam sulfat membentuk DNA adduct safrole pada sel hepatoma manusia
(HepG2) dan menginduksi formasi kanker (Liu et al, 1999;. Miller et al, 1983;.. Zhou et al,
2007). DNA adduct safrole menyebabkan induksi pertukaran kromatid dan penyimpangan
kromosom, yang menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mutasi yang memiliki
kemungkinan karsinogenesis, serta sitotoksisitas (Daimon et al., 1997).

Transformasi yang kedua berada dalam jalur yang berbeda dengan bahan kimia
karsinogenesis yaitu stres oksidatif, yang menyebabkan penggabungan selama replikasi
DNA. Safrol dapat menjalani pembelahan cincin dioxolane untuk membentuk
hydroxychavicol (4-alil-1,2-Dihydroxybenzene), yang ditunjukkan dalam studi Benedetti
terdapat pada metabolit tikus dan manusia.

Struktur Hydroxychavicol

Benedetti et al,meneliti efek safrole pada manusia dengan paparan oral (Benedetti et
al, 1977;Liu et al, 1999). Hydroxychavicol, dideteksi ada pada saat menyirih, memiliki
potensi untuk mengubah ke elecrophiles reaktif orto-kuinon atau para-kuinon methide.
Metabolit ini lebih lanjut dapat bertransformasi menjadi spesies oksigen reaktif yang dapat
menyebabkan kerusakan oksidatif. Hydroxychavicol lebih beracun dari safrol dan telah

14
terkait dengan disfungsi mitokondria. Kerusakan diprakarsai oleh hydroxychavicol juga dapat
dicegah secara in vivo dengan antioksidan seperti vitamin E (Liu et al., 1999).

Transformasi ketiga melibatkan epoksidasi safrole dengan ikatan rangkap dari


kelompok propenil untuk membentuk safrol-2 ', 3'-epoksida (de Vries 1997). Transformasi
keempat adalah oksidasi gamma dari rantai samping alil mengarah ke asam karboksilat, yang
dapat konjugasi dengan glisin. DNA adduct safrole yang berikatan dengan glisin ini adalah
N2-(trans-isosafrol-3'-il) 2'-deoxyguanosine dan N2-(safrol-1'-il) 2'-deoxyguanosine (Gupta et
al., 1993).

7. Efek karsinogenik pada safrole


Berdasarkan IARC, Dihydrosafrole merupakan senyawa karsinogen grup 2B,
Isosafrole masuk dalam grup 3 dan Safrole masuk dalam grup 2B. Safrol dan isosafrol
bersifat karsinogenik pada mencit dan tikus, mereka menghasilkan tumor hati setelah
pemberian oral. Safrol juga menghasilkan tumor hati dan paru-paru pada bayi mencit jantan
setelah penyuntikan. Dihydrosafrole diberikan secara oral bersifat karsinogenik pada tikus, di
mana ia menghasilkan tumor esofagus.

Karsinogenitas safrole dimediasi melalui pembentukan 1’-hidroxysafrole, dan diikuti


oleh sulfonasi pada ester asam sulfat yang tidak stabil yang bereaksi dan menjadi DNA
adduct Safrole yang lebih stabil. 1’-Hidroxysafrole, dideteksi pada hati, urine dan cairan
empedu dari hewan yang diberikan safrole. Namun, 1’-Hidroxysafrole tidak dideteksi pada
32
manusia dengan 1,66 mg Safrole. Teknik yang dapat digunakan adalah teknik P-post-
labeling, dengan teknik ini dapat ditentukan adanya DNA adduct safrole pada jaringan oral
pengguna daun sirih.

Safrol hadir dalam bunga Piper betle, digunakan dalam tradisi mengunyah sirih (mirip
dengan mencelupkan tembakau di Amerika Serikat) umum di kalangan penduduk laki-laki
dari Taiwan.

Daun Sirih (Piper betle)

15
Sirih telah dikaitkan dengan tingginya tingkat kanker mulut karena (15.000 mg / kg
bahan tanaman) safrole terdapat dalam bunga, yang digunakan dalam campuran sirih.
Paparan safrole dalam air liur selama mengunyah diperkirakan antara 70 mg / L untuk 68.120
mg / L (atau 420 µmol / L) (Chen et al, 1999;.. Liu et al, 2000). Penelitian mengunyah sirih di
India dan Asia Tenggara menunjukkan adanya safrol dapat menyebabkan tingginya tingkat
kanker mulut dan penyakit lainnya dengan menghambat aktivitas bakterisida dan melepaskan
spesies oksigen reaktif (Hung et al., 2003). Sebuah studi meneliti mengenai mengunyah sirih
pada wanita hamil menemukan hasil kehamilan yang buruk, termasuk berat badan bayi
rendah, mati saat kelahiran, kelainan janin, dan kelahiran prematur, adalah 2,8 kali lebih
tinggi daripada wanita yang tidak mengunyah sirih (Yang et al., 2001). Secara keseluruhan,
sulit untuk membandingkan mengunyah sirih dan mengkonsumsi teh sassafras karena jalan
yang berbeda untuk pengabsorban safrole (diserap melalui mulut dan air liur dibandingkan
penyerapan gastrointestinal) dalam berbagai dosis.

16
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Minyak adas merupakan salah satu minyak atsiri yang terdapat di
Indonesia diperoleh dengan penyulingan uap biji adas. Komposisi
kimia minyak adas bervariasi menurut jenis dan asal tanaman.
Menurut Guenther (1990), destilasi uap terhadap biji adas yang
berasal dari eropa timur menghasilkan minyak adas sebesar 2,5 –
4,0 % dengan senyawa penyusun α-pinen, kamfen, α-fellandren,
dipenten, anetol, fenson, estragol, foenikulin, anisaldehid, dan asam
anisat.

17
Kesimpulan Safrole dari makalah ini antara lain:

 Safrole merupakan salah satu senyawa golongan fenilpropanid yang diklasifikasikan


kedalam salah satu senyawa penyebab kanker lemah pada tikus dan masuk kedalam
senyawa karsinogen kelompok 2B.
 Biomarker Safrole dapat berupa 1’-hidroxysafrole, dihydrosafrole (p-n-propil-
methylenedioxybenzene), isosafrol (1-propenil-3,4methylene dioxy benzene),
hydroxychavicol (4-alil-1,2-Dihydroxybenzene), dan eugenol (4-alil-2-metoksifenol).
Biomarker ini dapat diamati pada urin dan sampel hati tikus.
 Dalam tubuh, metabolisme Safrole dapat dibagi dalam 4 transformasi, antara lain:
1. Transformasi pertama, melibatkan oksidasi rantai samping alil dalam sitokrom
P450 oleh enzim CYP2A6 untuk membentuk 1'-hydroxysafrole.
2. Transformasi kedua, berada dalam jalur yang berbeda yaitu stres oksidatif
dimana Safrol dapat menjalani pembelahan cincin dioxolane untuk membentuk
hydroxychavicol (4-alil-1,2-Dihydroxybenzene).
3. Transformasi ketiga, melibatkan epoksidasi safrole dengan ikatan rangkap dari
kelompok propenil untuk membentuk safrol-2',3'-epoksida.
4. Transformasi keempat, adalah oksidasi gamma dari rantai samping allylic
mengarah ke asam karboksilat, yang dapat berkonjugasi dengan glisin.
 Sumber paparan safrole secara umum yaitu melalui oral dan diserap tubuh melalui
mulut (saat mengunyah sirih) atau melalui saluran pencernaan (dalam usus).

18
D. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan mengenai makalah anatole dan safrole ini yaitu:

 Diperlukan penelitian lanjutan mengenai efek anatole safrole pada manusia secara
tepat menggunakan metode yang lebih terbaru.
 Safrole dan Anatole merupakan suatu senyawa dalam banyak bahan alam, diperlukan
penelitian lanjut untuk mengolah bahan alam tersebut agar bahaya Safrole dan anatole
dapat dikurangi dengan metode yang tepat.

8.

19
20

Anda mungkin juga menyukai