Surya Aminah
0743050026
Fakultas Farmasi
2011
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke-Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya saya dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik-baiknya. Dan saya pun tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan kesempatan sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas ini dalam waktu yang telah ditentukan.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah yang saya buat ini. Besar
harapan saya agar makalah ini dapat bermanfaat untuk seluruh mahasiswa pada umumnya dan
untuk saya sendiri pada khususnya. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Surya Aminah
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Organoleptis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
3.2 Mikroskopis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
Farmakognosi adalah pengetahuan secara serentak berbagai macam ilmu pengetahuan untuk
memperoleh segala sesuatu yang perlu diketahui tentang obat. Makalah ini berisi cara untuk
mengidentifikasi dan menganalisa mutu simplisia yang dimuat persyaratannya dalam buku
Materia Medika indonesia jilid I s.d. IV.
Di Indonesia simplisia yang memuat persyaratan dipakai dalam perusahaan obat tradisional.
Dalam kaitan ini, penulis menjabarkan simplisia yang ada dan dipergunakan di Indonesia sebagai
obat tradisional. Obat tradisional dikenal jamu atau ramuan bahan mineral, sediaan galenik atau
campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.
Dalam makalah ini, penyusun menganalisa bahan berupa bahan tumbuhan atau simplisia
nabati utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tanaman. Untuk makalah ini tumbuhan yang dianalisa
adalah Foenigraeci Semen ( biji Klabet ) dan Kaempferiae Rhizoma (rimpang Kencur).
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah
Praktikum Farmakognosi II. Besar harapan penulis bahwa makalah ini dapat membantu
menganalisa, membedakan dan menilai kualitas/mutu simplisia, ekstrak dan produk alam lainnya
secara kimia, fisika, fisika kimia dan mikrobiologi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Foenigraeci Semen
Makroskopik. Biji keras berbentuk belah ketupat, permukaan luas berwarna kuning
kecoklatan sampai coklat kekuningan, panjang 3 mm sampai 5 mm, lebar 2 mm sampai 3
mm, tebal lebih kurang 2 mm; pada salah satu bidang yang datar terdapat alur dalam yang
terentang hampir sudut menyudut dan membagi biji menjadi dua bagian yang tidak sama
besar; pada bagian yang besar terdapat keping biji, pada bagian yang kecil terdapat akar.
Bagian dalam berwarna kekuningan sampai coklat kekuningan; lembaga berwarna
kekuningan, endosperm berwarna coklat kekuningan, jernih.
Mikroskopik. Kulit biji: Epidermis luar terdiri dari 1 lapis sel berbentuk seperti palisade,
tinggi 60 m sampai 75 m, lebar 8 m sampai 20 m, dinding luar dan dinding radial tebal
tidak berlignin, lumen mirip kerucut kecil, pada pengamatan tangensial sel berbentuk
poligonal, dinding tebal, lumen sempit atau lebar; kutikula tebal dan melendir. Pada jarak
lebih kurang 1/3 bagian dari tinggi palisade terdapat garis yang terentang dan jernih. Di
bawah lapisan palisade, terdapat sel penyangga, tinggi lebih kurang 20 m, dinding radial
berusuk, pada pengamatan tangensial sel penyangga tampak berbentuk bundar berdinding
tebal dan berusuk menjari. Bagian dalam kulit biji terdiri dari parenkim berdinding tipis.
Epidermis dalam agak pipih berdinding tipis. Endosperm: teridir dari jaringan parenkimatik,
lapisan paling luar berisi aleuron selebihnya terdiri dari sel-sel berisi lendir, butir pati tidak
ada. Bila sediaan diamati dalam air, akan tampak membran tengah dari dinding sel; bila
setelah itu diamati dalam Gliserol terlihat dinding yang tebal dan berlapis-lapis. Keping biji
dibatasi oleh epidermis luar dan dalam, di bawah epidermis terdapat lapisan sel sel serupa
palisasade dan jaringan parenkim berisi butir aleuron dan minyak. Butir pati tidak ada.
2
Serbuk: berwarna coklat kekuningan. Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis luar kulit
biji berbentuk seperti lapisan palisade berdinding tebal, atau tampak tangensial serupa sel
batu berbentuk poligonal berdinding tebal atau tampak serupa kelompok-kelompok kerucut
runcing atau tumpul, fragmen palisade dan lapisan penyangga dengan dinding radial berusuk
yang pada penampang tangensial tampak berbentuk membundar berdinding tebal dan
berusuk menjari, fragmen endosperm: fragmen lembaga dengan sel berisi butir aleuron dan
tetes-tetes minyak, sel lendir dari endosperm berdinding berlapis-lapis ( diamati dalam
media air-gliserin ).
Pemerian : Bau khas aromatik ; rasa pedas, hangat, agak pahit, akhirnya menimbulkan rasa
tebal.
Makroskopik. Kepingan: Pipih; bentuk hampir bundar sampai jorong atau tidak beraturan;
tebal keping 1 mm sampai 4 mm; panjang 1 cm sampai 5 cm, lebar 0,5 cm sampai 3 cm;
bagian tepi berombak dan berkeriput, warna coklat sampai coklat kemerahan, bagian tengah
berwarna putih sampai putih kecoklatan. Korteks: Sempit, lebar kurang 2 mm; warna putih;
berkas pembuluh tersebar tampak sebagai bintik-bintik berwarna kelabu atau keunguan.
Silinder pusat: Lebar, banyak tersebar berkas pembuluh seperti pada korteks. Bekas patahan:
Rata, berdebu, berwarna putih.
Mikroskopik. Periderm: terdiri dari 5 sampai 7 lapis sel, sel berbentuk segi panjang
berdinding tipis. Jaringan parenkim korteks: terdapat dibawah periderm, sel parenkim
isodiametrik, berdinding tipis, berisi butir-butir pati, sel idioblas minyak berbentuk hampir
bulat dan bergaris tengah 50 m sampai 100 m, dalam idioblas minyak tedapat minyak
yang tidak berwarna sampai berwarna putih semu kekuningan. Butir pati: umumnya tunggal,
besar, bentuk bulat, bulat telur atau bulat telur tidak beraturan dengan salah satu ujungnya
mempunyai puting, lamela dan hilus tidak jelas; panjang butir pati 10 m sampai 40 m,
umumnya 25 m, lebar butir pati 6 m sampai 25 m, umumnya 23 m. Berkas pembuluh:
tersebar dalam korteks dan silinder pusat; pembuluh kayu terdiri dari pembuluh spiral,
pembuluh tangga, dan pembuluh jala, tidak berlignin. Endodermis: mempunyai dinding
3
radial yang agak menebal, tidak berisi butir pati. Silinder pusat: lebar, parenkimatik, berisi
butir pati dan idioblas minyak seperti pada korteks, berkas pembuluh dibawah endodermis
tesusun teratur dalam suatu lingkaran dan berdekatan satu sama lainnya.
Serbuk: warna putih, putih kecoklatan sampai coklat. Fragmen pengenal adalah butir bati
yang hampir bulat dengan puting atau sisi bersudut; idioblas minyak; oleoresin berbentuk
gumpalan atau tetesan kecil yang dengan iodium LP warnanya menjadi coklat kekuningan;
fragmen periderm; pembuluh kayu.
4
BAB III
ANALISA SERBUK
Tujuan Analisa Serbuk
1. Organoleptis
2. Mikroskopis
3. Reaksi Warna
4. Kromatografi Lapis Tipis
5. Penetapan Kadar
3.1 Organoleptis
Organoleptis adalah suatu identifikasi dengan menggunakan panca indera, seperti dengan
menggunakan mata (bentuk dan warna), hidung (bau), dan lidah (rasa).
Foenigraeci Semen
Kaempferiae Rhizoma
3.2 Mikroskopis
5
Mikroskopis adalah identifikasi serbuk simplisia dengan menggunakan mikroskop, kecuali dinyatakan
lain, uraian mikroskopis mencakup pengamatan melintang simplisia atau bagian simplisia dan
terhadap fragmen pengenal.
3.2.1 Alat-alat:
Mikroskop
Objek glass
Cover glass
3.2.2 Bahan:
Sampel campuran
Kloralhidras
3.2.4 Kesimpulan:
Foenigraeci Semen
6
Kaempferiae Rhizoma
3.3.1 Alat-alat:
Plat tetes
Pipet penetes
3.3.2 Bahan-bahan:
Sample campuran
Reagen pereaksi
Reagent
No. Sampel
FeCl3 NH4OH
H2SO4 P H2SO4 e HCl P KOH 5% NaOH 5%
5% 25%
Kuning Hijau coklat Kuning coklat
1 Campuran Hijau
kecoklatan kecoklatan
kuning
kekuningan jingga kekuningan
Tidak
Kuning
3 Pembanding 2 bereaks Coklat tua coklat Coklat muda Kuning coklat
jingga
coklat
i
Keterangan:
3.3.4 Kesimpulan:
7
Foenigraeci Semen
Kaempferiae Rhizoma
Kromatografi Lapis Tipis adalah suatu proses pemisahan dimana fase geraknya berupa zat cair dan
fase diamnya berupa zat padat. Kromatografi lapis tipis digunakan pada pemisahan zat secara cepat,
dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapisi secara rata. Lempeng yang
dilapisi dapat dianggap sebagai Kolom Kromatografi Terbuka dan pemisahan didasarkan pada
penyerapan, pembagian atau gabungannya tergantung dan jenis zat penyerap dan cara pembuatan
lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. Cara pemisahan yang dipilih untuk pemisahan antara
Foenigraeci Semen dan Kaempferiae Rhizoma adalah dengan Kromatografi Lapis Tipis.
3.4.1 Tujuan
Pemisahan campuran berdasarkan perbedaan afinitas antara fase diam dan fase gerak.
3.4.2 Prinsip
Saring dengan kertas saring, cuci endapan dengan metanol hingga diperoleh 5 ml filtrat.
Siapkan pipa kapiler dan plat silika (panjang 5 cm dan lebar 3 cm) diukur batas atas dan bawahnya.
Buat eluen berupa campuran etil asetat : metiletil keton : asam format : air (50:30:10:10).
8
Masukkan plat silika dalam chamber yang berisi eluen.
Eluasi sampai eluen meresap naik mendekati batas garis plat silika.
3.4.4 Pengamatan
3.4.5 Definisi Rf
Rf adalah perbandingan jarak tempuh spot senyawa dengan jarak tempuh pelarut (eluen).
3.4.6 Menghitung Rf
Rf sampel campuran
Rf 2 = 3 / 3,5 = 0,857
9
Rf Pembanding 1 (Foenigraeci Semen) = 3 / 3,5 = 0,857
H Rf adalah persentase perbandingan jarak tempuh senyawa dengan jarak tempuh pelarut.
hRf = Rf x 100%
H Rf samplecampuran
3.4.8 Kesimpulan
Foenigraeci Semen
Kaempferiae Rhizoma
10
Penetapan kadar abu adalah suatu metode analisa untuk mengetahui berapa banyak kadar atau
kandungan abu dari suatu sampel.
Timbang 2-3 gram zat yang telah digerus, masukkan ke dalam krus platina/silika yang telah
dipijar dan dirata-ratakan.
Jika arang tidak hilang, tambahkan air panas, saring dengan kertas saring bebas abu.
Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang.
Jadi,
B-C
Kadar abu = x 100 %
A
11
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
Timbang 1-2 gram zat dalam botol timbang dangkal tertutup yang sebelumnya telah
dipanaskan pada suhu penetapan selama 30 menit dan telah ditara. Jika zat berupa hablur besar,
sebelum ditimbang digerus dengan cepat hingga ukuran butiran lebih kurang 2 mm.
Ratakan zat dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol hingga merupakan bagian
setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm.
Sebelum waktu pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator
hingga suhu kamar.
Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan pengeringan dilakukan pada suhu antar 5
sampai 10 C dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu
penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap.
Misal :
Jadi,
C-A
Susut pengeringan = x 100 %
B-A
DAFTAR PUSTAKA
12
Ditjen POM-Depkes RI, 1977.Materia Medika Indonesia, jilid 1. Jakarta:Ditjen POM-Depkes RI.
Ditjen POM-Depkes RI, 1980.Materia Medika Indonesia, jilid 3. Jakarta:Ditjen POM-Depkes RI.
13