Anda di halaman 1dari 16

Analisa Serbuk Simplisia Foenigraeci

Semen dan Kaempferiae Rhizoma

Makalah Praktikum Farmacognosi II

Surya Aminah

0743050026

Fakultas Farmasi

Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

2011
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke-Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya saya dapat

menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik-baiknya. Dan saya pun tidak lupa mengucapkan

terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan kesempatan sehingga

saya dapat menyelesaikan tugas ini dalam waktu yang telah ditentukan.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah yang saya buat ini. Besar

harapan saya agar makalah ini dapat bermanfaat untuk seluruh mahasiswa pada umumnya dan

untuk saya sendiri pada khususnya. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, 11 Januari 2011

Hormat saya,

Surya Aminah

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Foenigraeci Semen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

2.2 Kaempferiae Rhizoma . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

BAB III ANALISA SERBUK

3.1 Organoleptis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

3.2 Mikroskopis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

3.3 Reaksi Warna . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

3.4 Kromatografi Lapis Tipis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

3.5 Penetapan Kadar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

3.5.1 Kadar Abu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

3.5.2 Susut Pengeringan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

Farmakognosi adalah pengetahuan secara serentak berbagai macam ilmu pengetahuan untuk
memperoleh segala sesuatu yang perlu diketahui tentang obat. Makalah ini berisi cara untuk
mengidentifikasi dan menganalisa mutu simplisia yang dimuat persyaratannya dalam buku
Materia Medika indonesia jilid I s.d. IV.

Di Indonesia simplisia yang memuat persyaratan dipakai dalam perusahaan obat tradisional.
Dalam kaitan ini, penulis menjabarkan simplisia yang ada dan dipergunakan di Indonesia sebagai
obat tradisional. Obat tradisional dikenal jamu atau ramuan bahan mineral, sediaan galenik atau
campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.

Dalam makalah ini, penyusun menganalisa bahan berupa bahan tumbuhan atau simplisia
nabati utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tanaman. Untuk makalah ini tumbuhan yang dianalisa
adalah Foenigraeci Semen ( biji Klabet ) dan Kaempferiae Rhizoma (rimpang Kencur).

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah
Praktikum Farmakognosi II. Besar harapan penulis bahwa makalah ini dapat membantu
menganalisa, membedakan dan menilai kualitas/mutu simplisia, ekstrak dan produk alam lainnya
secara kimia, fisika, fisika kimia dan mikrobiologi.

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Foenigraeci Semen

Biji Kelabet adalah biji Trigonella foenum-graecum L.

Pemerian. Bau aromatik, khas: rasa agak pahit, tidak enak.

Makroskopik. Biji keras berbentuk belah ketupat, permukaan luas berwarna kuning
kecoklatan sampai coklat kekuningan, panjang 3 mm sampai 5 mm, lebar 2 mm sampai 3
mm, tebal lebih kurang 2 mm; pada salah satu bidang yang datar terdapat alur dalam yang
terentang hampir sudut menyudut dan membagi biji menjadi dua bagian yang tidak sama
besar; pada bagian yang besar terdapat keping biji, pada bagian yang kecil terdapat akar.
Bagian dalam berwarna kekuningan sampai coklat kekuningan; lembaga berwarna
kekuningan, endosperm berwarna coklat kekuningan, jernih.

Mikroskopik. Kulit biji: Epidermis luar terdiri dari 1 lapis sel berbentuk seperti palisade,
tinggi 60 m sampai 75 m, lebar 8 m sampai 20 m, dinding luar dan dinding radial tebal
tidak berlignin, lumen mirip kerucut kecil, pada pengamatan tangensial sel berbentuk
poligonal, dinding tebal, lumen sempit atau lebar; kutikula tebal dan melendir. Pada jarak
lebih kurang 1/3 bagian dari tinggi palisade terdapat garis yang terentang dan jernih. Di
bawah lapisan palisade, terdapat sel penyangga, tinggi lebih kurang 20 m, dinding radial
berusuk, pada pengamatan tangensial sel penyangga tampak berbentuk bundar berdinding
tebal dan berusuk menjari. Bagian dalam kulit biji terdiri dari parenkim berdinding tipis.
Epidermis dalam agak pipih berdinding tipis. Endosperm: teridir dari jaringan parenkimatik,
lapisan paling luar berisi aleuron selebihnya terdiri dari sel-sel berisi lendir, butir pati tidak
ada. Bila sediaan diamati dalam air, akan tampak membran tengah dari dinding sel; bila
setelah itu diamati dalam Gliserol terlihat dinding yang tebal dan berlapis-lapis. Keping biji
dibatasi oleh epidermis luar dan dalam, di bawah epidermis terdapat lapisan sel sel serupa
palisasade dan jaringan parenkim berisi butir aleuron dan minyak. Butir pati tidak ada.

2
Serbuk: berwarna coklat kekuningan. Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis luar kulit
biji berbentuk seperti lapisan palisade berdinding tebal, atau tampak tangensial serupa sel
batu berbentuk poligonal berdinding tebal atau tampak serupa kelompok-kelompok kerucut
runcing atau tumpul, fragmen palisade dan lapisan penyangga dengan dinding radial berusuk
yang pada penampang tangensial tampak berbentuk membundar berdinding tebal dan
berusuk menjari, fragmen endosperm: fragmen lembaga dengan sel berisi butir aleuron dan
tetes-tetes minyak, sel lendir dari endosperm berdinding berlapis-lapis ( diamati dalam
media air-gliserin ).

2.2 Kaempferiae Rhizoma

Rimpang Kencur adalah rimpang Kaempferiae galanga L.

Pemerian : Bau khas aromatik ; rasa pedas, hangat, agak pahit, akhirnya menimbulkan rasa
tebal.

Makroskopik. Kepingan: Pipih; bentuk hampir bundar sampai jorong atau tidak beraturan;
tebal keping 1 mm sampai 4 mm; panjang 1 cm sampai 5 cm, lebar 0,5 cm sampai 3 cm;
bagian tepi berombak dan berkeriput, warna coklat sampai coklat kemerahan, bagian tengah
berwarna putih sampai putih kecoklatan. Korteks: Sempit, lebar kurang 2 mm; warna putih;
berkas pembuluh tersebar tampak sebagai bintik-bintik berwarna kelabu atau keunguan.
Silinder pusat: Lebar, banyak tersebar berkas pembuluh seperti pada korteks. Bekas patahan:
Rata, berdebu, berwarna putih.

Mikroskopik. Periderm: terdiri dari 5 sampai 7 lapis sel, sel berbentuk segi panjang
berdinding tipis. Jaringan parenkim korteks: terdapat dibawah periderm, sel parenkim
isodiametrik, berdinding tipis, berisi butir-butir pati, sel idioblas minyak berbentuk hampir
bulat dan bergaris tengah 50 m sampai 100 m, dalam idioblas minyak tedapat minyak
yang tidak berwarna sampai berwarna putih semu kekuningan. Butir pati: umumnya tunggal,
besar, bentuk bulat, bulat telur atau bulat telur tidak beraturan dengan salah satu ujungnya
mempunyai puting, lamela dan hilus tidak jelas; panjang butir pati 10 m sampai 40 m,
umumnya 25 m, lebar butir pati 6 m sampai 25 m, umumnya 23 m. Berkas pembuluh:
tersebar dalam korteks dan silinder pusat; pembuluh kayu terdiri dari pembuluh spiral,
pembuluh tangga, dan pembuluh jala, tidak berlignin. Endodermis: mempunyai dinding

3
radial yang agak menebal, tidak berisi butir pati. Silinder pusat: lebar, parenkimatik, berisi
butir pati dan idioblas minyak seperti pada korteks, berkas pembuluh dibawah endodermis
tesusun teratur dalam suatu lingkaran dan berdekatan satu sama lainnya.

Serbuk: warna putih, putih kecoklatan sampai coklat. Fragmen pengenal adalah butir bati
yang hampir bulat dengan puting atau sisi bersudut; idioblas minyak; oleoresin berbentuk
gumpalan atau tetesan kecil yang dengan iodium LP warnanya menjadi coklat kekuningan;
fragmen periderm; pembuluh kayu.

4
BAB III

ANALISA SERBUK
Tujuan Analisa Serbuk

1. Untuk mengidentifikasi simplisia dalam bentuk serbuk


2. Untuk menganalisa simplisia dalam bentuk serbuk

Analisa sebuk dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:

1. Organoleptis
2. Mikroskopis
3. Reaksi Warna
4. Kromatografi Lapis Tipis
5. Penetapan Kadar

3.1 Organoleptis
Organoleptis adalah suatu identifikasi dengan menggunakan panca indera, seperti dengan
menggunakan mata (bentuk dan warna), hidung (bau), dan lidah (rasa).

No Sampel Bentuk Bau Warna Rasa Dugaan


Foenigraeci
Coklat
Semen
1. Campuran Serbuk Aromatis muda Agak pahit
Kaempferiae
kekuningan
Rhizoma
Coklat Foenigraeci
2. Pembanding 1 Serbuk Aromatis Agak pahit
kekuningan Semen
Rasa pedas,
hangat, agak
Putih Kaempferiae
3. Pembanding 2 Serbuk Aromatis pahit, akhirnya
kecoklatan Rhizoma
menimbulkan
rasa tebal
Kesimpulan:

Foenigraeci Semen

Kaempferiae Rhizoma

3.2 Mikroskopis

5
Mikroskopis adalah identifikasi serbuk simplisia dengan menggunakan mikroskop, kecuali dinyatakan
lain, uraian mikroskopis mencakup pengamatan melintang simplisia atau bagian simplisia dan
terhadap fragmen pengenal.

3.2.1 Alat-alat:

Mikroskop
Objek glass
Cover glass

3.2.2 Bahan:

Sampel campuran
Kloralhidras

3.2.3 Hasil Pengamatan

3.2.4 Kesimpulan:

Foenigraeci Semen

6
Kaempferiae Rhizoma

3.3 Reaksi Warna


Reaksi warna adalah identifikasi serbuk simplisia dengan mereaksikan serbuk simplisia dengan zat
pereaksi kimia. Reaksi warna dilakukan terhadap hasil penyarian zat berkhasiat, terhadap hasil
mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan atau serbuk.

3.3.1 Alat-alat:

Plat tetes
Pipet penetes

3.3.2 Bahan-bahan:

Sample campuran
Reagen pereaksi

3.3.3 Tabel data:

Reagent
No. Sampel
FeCl3 NH4OH
H2SO4 P H2SO4 e HCl P KOH 5% NaOH 5%
5% 25%
Kuning Hijau coklat Kuning coklat
1 Campuran Hijau
kecoklatan kecoklatan
kuning
kekuningan jingga kekuningan

2 Pembanding 1 Hijau kuning hijau kuning kuning kuning kuning

Tidak
Kuning
3 Pembanding 2 bereaks Coklat tua coklat Coklat muda Kuning coklat
jingga
coklat
i
Keterangan:

Pembanding 1 = Foenigraeci Semen

Pembanding 2 = Kaempferiae Rhizoma

3.3.4 Kesimpulan:

7
Foenigraeci Semen

Kaempferiae Rhizoma

3.4 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis adalah suatu proses pemisahan dimana fase geraknya berupa zat cair dan
fase diamnya berupa zat padat. Kromatografi lapis tipis digunakan pada pemisahan zat secara cepat,
dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapisi secara rata. Lempeng yang
dilapisi dapat dianggap sebagai Kolom Kromatografi Terbuka dan pemisahan didasarkan pada
penyerapan, pembagian atau gabungannya tergantung dan jenis zat penyerap dan cara pembuatan
lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. Cara pemisahan yang dipilih untuk pemisahan antara
Foenigraeci Semen dan Kaempferiae Rhizoma adalah dengan Kromatografi Lapis Tipis.

3.4.1 Tujuan

Pemisahan campuran berdasarkan perbedaan afinitas antara fase diam dan fase gerak.

3.4.2 Prinsip

Prinsip-prinsip Kromatografi Lapis Tipis adalah berdasarkan adsorpsi dan partisi.

3.4.3 Prosedur Kerja

Timbang 300 mg serbuk rimpang, biji dan sample

Masing-masing serbuk masukkan dalam vial dan tambahan 5 ml metanol.

Panaskan diatas penangas air selama 2 menit, dinginkan.

Saring dengan kertas saring, cuci endapan dengan metanol hingga diperoleh 5 ml filtrat.

Siapkan pipa kapiler dan plat silika (panjang 5 cm dan lebar 3 cm) diukur batas atas dan bawahnya.

Buat eluen berupa campuran etil asetat : metiletil keton : asam format : air (50:30:10:10).

Jenuhan eluen dengan kertas saring dalam chamber tertutup.

Setelah jenuh kertas saring diangkat dengan pinset.

Totolkan ekstrak yang sudah dipekatkan pada plat silika

8
Masukkan plat silika dalam chamber yang berisi eluen.

Eluasi sampai eluen meresap naik mendekati batas garis plat silika.

Angkat dan keringkan.

Amati dibawah sinar uv 366 nm dan 254 nm.

3.4.4 Pengamatan

Plat kosong Visual Uv 254 Uv 366 nm

3.4.5 Definisi Rf

Rf adalah perbandingan jarak tempuh spot senyawa dengan jarak tempuh pelarut (eluen).

3.4.6 Menghitung Rf

Rf jarak tempuh spot (senyawa)


= jarak tempuh pelarut (eluen)

Rf sampel campuran

Rf 1 = 2,5 / 3,5 = 0,714

Rf 2 = 3 / 3,5 = 0,857

9
Rf Pembanding 1 (Foenigraeci Semen) = 3 / 3,5 = 0,857

Rf Pembanding 2 (Kaempferiae Rhizoma) = 2,5 / 3,5 = 0,714

3.4.7 Menghitung hRf

H Rf adalah persentase perbandingan jarak tempuh senyawa dengan jarak tempuh pelarut.

hRf = Rf x 100%

H Rf samplecampuran

H Rf 1 = 0,714 x 100 % = 71,4 %

H Rf 2 = 0,857 x 100 % = 85,7 %

H Rf pembanding 1 (Foenigraeci Semen) = 0,857 x 100 % = 85,7 %

H Rf pembanding 2 (Kaempferiae Rhizoma) = 0,714 x 100 % = 71,4 %

3.4.8 Kesimpulan

Sample campuran terdiri dari

Foenigraeci Semen

Kaempferiae Rhizoma

3.5 Penetapan Kadar

3.5.1 Kadar Abu

10
Penetapan kadar abu adalah suatu metode analisa untuk mengetahui berapa banyak kadar atau
kandungan abu dari suatu sampel.

Prosedurnya adalah sebagai berikut:

Timbang 2-3 gram zat yang telah digerus, masukkan ke dalam krus platina/silika yang telah
dipijar dan dirata-ratakan.

Pijar platina hingga rang habis, dinginkan dan timbang.

Jika arang tidak hilang, tambahkan air panas, saring dengan kertas saring bebas abu.

Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama.

Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang.

Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

Rumus kadar abu

Misal: berat cawan =A

berat abu + cawan sebelum dipijar = B

berat abu + cawan setelah dipjar =C

Jadi,

B-C
Kadar abu = x 100 %
A

3.5.2 Penetapan Susut Pengeringan

Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat.

11
Prosedurnya adalah sebagai berikut:

Timbang 1-2 gram zat dalam botol timbang dangkal tertutup yang sebelumnya telah
dipanaskan pada suhu penetapan selama 30 menit dan telah ditara. Jika zat berupa hablur besar,
sebelum ditimbang digerus dengan cepat hingga ukuran butiran lebih kurang 2 mm.

Ratakan zat dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol hingga merupakan bagian
setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm.

Masukkan ke dalam ruang pengering, buka tutupnya.

Keringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap.

Sebelum waktu pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator
hingga suhu kamar.

Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan pengeringan dilakukan pada suhu antar 5
sampai 10 C dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu
penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap.

Rumus susut pengeringan

Misal :

berat botol timbang = A

berat zat + cawan sebelum pengeringan = B

berat zat + cawan sesudah pengeringan (hingga bobot konstan) = C

Jadi,

C-A
Susut pengeringan = x 100 %
B-A

DAFTAR PUSTAKA

12
Ditjen POM-Depkes RI, 1977.Materia Medika Indonesia, jilid 1. Jakarta:Ditjen POM-Depkes RI.

Ditjen POM-Depkes RI, 1980.Materia Medika Indonesia, jilid 3. Jakarta:Ditjen POM-Depkes RI.

Sinyor. Magdalena, Andi Devawati.2004.Penuntun Praktikum Farmakognosi II.Jakarta:Fakultas Farmasi


Universitas 17 Agustus 1945.

13

Anda mungkin juga menyukai