Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FARMAKOGNOSI

“SIMMPLISIA TUMBUHAN ( NABATI)”

Dosen pengampu : Apt. Almahera, S Farm,M,Farm

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 6

1. KALSUM BURHAN
2. INDRI WULAN SARI
3. ADAM KARTA SURYA

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA NUSA TENGGARA BARAT

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami hanturkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, daninayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Simplisia tumbuhan ini dengan baik.

Makalah simplisia ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
dengan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.Kami juga berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.

Mataram , 11 oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................I
.................................................................................................................

KATAPENGANTAR.............................................................................II

DAFTAR ISI...........................................................................................III

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................2

C. Tujuan................................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................4
...........................................................................................................................

A. Defenisi simplisia tumbumban..........................................................4


.........................
B. Jenis – jenis simplisia tumbuhan......................................................4
C. Manfaat simplisia tumbuhan .............................................................6
D. Cara pembuatan simplisia tumbuhan / nabati....................................9
E. Nama latin dari maisng-masing simplisia tumbuhan.........................11
.........................
F. Pemeriksaan mutu simplisia tumbuhan.............................................13
.........................
G. keunggulan dan kekurangan simplisia...............................................14
H. khasiat simplisia tumbuhan dan bagimana cara pemberian dan
penggunaanya. ...................................................................................15
I. Nama asal simplisia , nama keluarga / golongan dan contoh simplisia
tumbuhan...........................................................................................16
J. Faktor yang mempengaruhi kualitas ke tiga golongn simplisia , hewani,
nabati dan mineral..............................................................................17

BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Daftar pustaka

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Simplisia atau herbal yaitu bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali
dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 600C (Ditjen
POM, 2008). Istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat
alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami
perubahan bentuk.

Jadi simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu
simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral.
1. Simplisa nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman (Nurhayati, 2008). Yang
dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan
cara tertentu dipisahkan dari tanamannya
2. Simplisia hewani Simplisia yang berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan (Meilisa,
2009) dan belum berupa zat kimia murni (Nurhayati Tutik, 2008).
Contohnya adalah minyak ikan dan madu
3. Simplisia mineral Simplisia yang berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau yang telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia murni (Meilisa, 2009).
Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga

B. Rumusan masalah

1. Apa Defenisi simplisia tumbumban


2. Nama asal simplisia , nama keluarga / golongan dan contoh simplisia
tumbuhan
3. Apa saja macam – macam simplisia tumbuhan
4. Apa manfaat dari simplisia tumbuhan
5. Bagimana cara pembuatan simplisia tumbuhan
6. Apa saja nam latin dari masing-masing simplisia tumbuhan
7. Apa saja golongan simplisia dan apa khasiat dan bagimana cara
pemberian dan penggunaanya
8. Apa kekurangan dan kelebihan simplisia tumbuhan
9. Faktor yang mempengaruhi ke tiga golongan simplisia,hewani, nabati dan
mineral
10. Pemeriksaan mutu simplisia tumbuhan

C. Tujuan

1. Mengetahui Defenisi simplisia tumbumban


2. Mengetahui nama asal simplisia, nama keluarga / golongan dan contoh
simplisia
3. Mengetahui macam-macam simplisia tumbuhan
4. Mengetahui manfaat simplisia tumbuhan
5. Mengetahui cara pembuatan simplisia tumbuhan
6. Mengetahui nama latin dari maisng-masing simplisia tumbuhan
7. Mengetahui golongan simplisia dan apa khasiat dan bagaimana cara
pemberiann dan penggunaan nya
8. Mengetahui kekurangan dan kelebihan simplisia tumbuhan
9. Mengetahui faktor yang mempengaruhi ke tiga golongn simplisia ,
hewani, nabati dan mineral
10. Pemeriksaan mutu simplisia tumbuhan
BAB 2

PEMBHASAN

A. Pengertian simplisia tumbuhan / nabati


Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tumbuhan utuh, bagian
tumbuhan atau ekskudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan sendiri adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya
atau zat nabati lain yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya. Sedangkan
bagian tumbuhan adalah bagian yang dijadikan simplisia, yaitu:

 Akar (radix)
 Rimpang (rhizoma)
 Umbi (tuber)
 Umbi lapis (bulbus)
 Batang (lignum)
 Kulit batang (korteks)
 Daun (folium)
 Bunga (flos)
 Buah (functus)
 Biji (semen)
B. Jenis – jenis simplisia tumbuhan
1. Simplisia basah
Simplisia basah adalah tumbuhan segar yang belum dikeringkan, sedangkan
2. simplisia kering adalah tumbuhan yang telah dikeringkan, dan digunakan untuk
pengobatan serta belum mengalami pengolahan kecuali dinyatakan lain. Suhu
pengeringan tidak boleh lebih dari 60 derajat Celsius, dan bisa dibentuk sebagai
serbuk simplisia.

Penggunaan jenis-jenis simplisia ini sangat menentukan sekali, terutama dalam


pembuatan jamu. Apabila simplisia yang digunakan memiliki kondisi yang kurang baik,
zat aktif yang terkandung dalam bahan baku jamu akan berkurang atau bahkan tidak ada
sama sekali.

C. Manfaat simplisia tumbuhan


Pada umumnya jenis-jenis yang dapat dimanfaatkan sebagai simplisia nabati dapat
berasal dari dua sumber, yaitu :
1. Yang berasal dari hasil alami dengan cara mengumpulkan jenis-jenis tumbuhan
obat dari hutan-hutan, tepi sungai, kebun, gunung atau di tempat terbuka lainnya
2. Yang berasal dari hasil penanaman atau budidaya baik secara kecil-kecilan oleh
petani ataupun besar-besaran oleh perkebunan

D. Cara pembuatan simplisia tumbuhan / nabati


1. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing
lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu
tanaman obat bahan-bahan asing seperti kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah
rusa, serta kotoran lain harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba
dalam jumlah yang tinggi. Oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut
dapat mengurangi jumlah mikroba awal.
2. Pencucian bahan

Pencucian bahan dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lain yang melekat
pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih misalnya dari mata air, air
sumur atau air PAM. Simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air
mengair, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pencucian
sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika
dillakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari
jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba
karena air pencucian yang digunakan biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia.
Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika
carapengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.

Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal
simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba
pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan
bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat
dalam air adalah pseudomonas, proteus, micrococcus, bacillus, streptococcus,
escherichia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit
luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar mikroba biasanya
terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin
tidak memerlukan pencucian jika cara pencuciannya dilakukan dengan tepat dan bersih

3. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan
simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur lebih
dalamkeadaan utuh selama satu hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan
alat mesin perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan
ukuran yang dikehendaki. Sebagai contoh alat yang disebut rasingko (perajangasingkong)
yang dapat digunakan untuk merajang singkong atau bahan lainnya sampai ketebalan 3
mm atau lebih. Alat ini juga dapat digunakan untuk merajang bahan simplisia yang
berasal dari akar, umbi, rimpang dll. Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin
cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang
terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangya zat berkhasiat yang
mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang diinginkan. Oleh
karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis
lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya minyak
atsiri. Selamaperajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran
sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan
dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.

4. Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air
dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan mutu
atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu
dapat merupakan media pertumbuhan kapang jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam
sel,masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah selmati dan selama
bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang
masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi
karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis,
transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel
tumbuhan mati. Dari hasil penelitian diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung
bilakadar air dalam simplisia kurang dari 10%. Dengan demikian proses pengeringan
sudah dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai
kurang dari 10%.

Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan


suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah
suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas
permukaan bahan pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan alat
dari plastik

5. Sortasi Kering
Sortasi kering dilakukan setelah proses pengeringan dan sebenarnya merupakan tahap
akhir pembuatan simplisia . Tujuan sortasi kering ini untuk memisahkan benda-benda
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan tertinggal
pada simplisia kering.

6. Pengepakan dan Penyimpanan

Pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat mengakibatkan
kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan, pewadahan persyaratan
gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya penyebab
kerusakan pada simplisia yang utama adalah air dan kelembababan.

E. Nama latin dari maisng-masing simplisia tumbuhan


1. Nama Tanaman Hias atau Bunga dan Nama Latin
Tanaman hias atau bunga sangat banyak sekali ragam jenisnya :
a. Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
b. Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata)
c. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum)
d. Bunga Bangkai (Amorphpophallus titanium)
e. Cempaka Putih (Michelia alba)
f. Cempaka Kuning (Michelia champaka)
g. Cempaka Telor (Magnolia coco)
h. Edelweis Jawa (Anaphalis javanica)
i. Kenanga (Cananga odorata)
j. Melati Gambir (Jasminum pubescens)
k. Melati Putih (Jasminus sambac)
l. Nibung (Oncosperma tigillarium)
2. Nama Tumbuhan Obat dan Nama Latin
Tanaman obat terkadang malah tidak dikenali padahal mempunyai khasiat sebagai
obat herbal yang efektif.
a. Ciplukan (Physalis angulata)
b. Gambir (Uncaria gambir)
c. Mengkudu (Morinda citrifolia)
d. Sirih (Piper betle)
e. Zodia (Evodia suaveolens)
3. Nama Tumbuhan Buah dan Nama Latin
Banyak diantara tumbuhan ini yang telah dirasakan buahnya
a. Alpukat (Persea americana)
b. Apel (Pyrus malus)
c. Belimbing Manis (Averrhoa carambola)
d. Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)
e. Ceremai (Phyllanthus acidus)
f. Delima (Punica granatum)
g. Durian (Durio zibethinus)
h. Duwet (Syzygium cumini)
i. Gayam (Inocarpus fagiferus)
j. Jambu Air (Eugenia aquea)
k. Jeruk Manis (Citrus sinensis)
l. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
m. Kasturi (Mangifera casturi)
n. Kawista (Limonia acidissima)
o. Kedoya (Dysoxylum gaudichaudianum)
p. Kemang (Mangifera kemanga)
q. Kelapa (Cocos nucifera)
r. Kepa (Syzygium polycephalum)
4. Nama Tanaman Keras dan Nama Latin
Tanaman keras merupakan tanaman yang lebih banyak dimanfaatkan batang atau
kayunya baik sebagai bahan bangunan ataupun bahan kerajinan. Berbagai tanaman
keras tersebut diantaranya adalah:
a. Ajang kelicung (Diospyros macrophylla)
b. Andalas (Morus macroura)
c. Baobab (Adansonia Digitata)
d. Bintaro (Cerbera manghas)
e. Eboni (Diospyros celebica)
f. Gaharu (Aquilaria moluccensis)
g. Gandaria (Bouea macrophylla)
h. Jati (Tectona grandis)
i. Karet (Hevea braziliensis)
j. Kapuk Randu (Ceiba pentandra)
k. Kenari (Canarium ovatum)
l. Kendal (Cordia bantamensis)
m. Kepuh (Sterculia foetida)
n. Kokoleceran (Vatica bantamensis)
o. Limpasu (Baccaurea lanceolata)
p. Maja (Aegle marmelos)
q. Majegau (Dysoxylum densiflorum)
r. Nagasari (Palaquium rostratum)
s. Trembesi (Albizia saman Sin. Samanea saman)
5. Nama Tanaman Umbi dan Rimpang dan Nama Latin
Tanaman umbi atau rimpang sering kali kurang dikenali
a. Jahe (Zingiber officinale)
b. Bengkuang (Pachyrhizus erosus)
c. Garut (Maranta arundinacea)
d. Ganyong (Canna edulis)
e. Kedawung (Parkia roxburghii)
f. Lengkuas (Alpinia galanga)
g. Singkong (Manihot esculenta)
h. Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
6. Tumbuhan Rempah dan Nama Latin
Tumbuhan ini banyak dimanfaatkan sebagai rempah atau penambah rasa masakan
a. Asam jawa (Tamarindus indica)
b. Bawang Merah (Allium cepa)
c. Bawang Putih (Allium sativum)
d. Cabai (Capsicum annum)
e. Cabai Rawit (Capsicum frutescens)
f. Cengkeh (Syzygium aromaticum)
g. Kencur (Kaempferia galanga)
h. Lada (Piper nigrum)
i. Pala (Myristica fragrans)
7. Tumbuhan Lainnya dan Nama Latin
a. Jagung (Zea mays)
b. Kacang Hijau (Vigna radiata)
c. Kacang Kapri (Pisum sativum)
d. Kacang Merah (Phaseolus vulgaris)
e. Kacang Panjang (Phaseolus vulgaris)
f. Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
g. Kentang (Solanum tuberosum)
h. Kesambi (Schleichera oleosa)
i. Padi (Oryza sativa)
j. Petai Cina (Leucaena leucocephala)
k. Terung (Solanum melongena)
l. Tuba (Derris elliptica)
F. Pemeriksaan mutu simplisia tumbuhan
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan pemeriksaan mutu simplisia
adalah sebagai berikut:
a. Simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-buku resmi yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI seperti Farmakope Indonesia, Ekstra
Farmsakope Indonesia dan Materia Medika Indonesia. Jika tidak tercantum maka harus
memenuhi persyaratan seperti yang disebut pada paparannya (monografinya).
b. Tersedia contoh sebagai simplisia pembanding yang setiap periode tertentu harus
diperbaharui
c. Harus dilakukan pemeriksaan mutu fisis secara tepat yang meliputi:
1) Kurang kering atau mengandung air
2) Termakan serangga atau hewan lain
3) Ada-tidaknya pertumbuhan kapang
4) Perubahan warna atau perubahan bau
d. Dilakukan pemeriksaan lengkap yang terdiri atas:
1. Identifikasi meliputi pemeriksaan:
a. Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari bahan simplisia. Dalam buku
resmi dinyatakan pemerian yaitu memuat paparan mengenai bentuk dan rasa yang
dimaksudka untuk dijadikan petunjuk mengenal simplisia nabati sebagai syarat baku.
Reaksi warna dilakukan terhadap hasil penyarian zat berkhasiat, terhadap hasil
mikrosblimasi atau langsung terhadap irisan atau serbuk simplisia
b. Mikroskopik, yaitu membuat uraian mikroskopik paparan mengenai bentuk ukuran,
warna dan bidang patahan atau irisan.
c. Mikroskopoik yaitu membuat paparan anatomi penempang melintang simplisia
fragmen pengenal serbuk simplisia.
d. Tetapan fisika, melipti pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titik lebur, rotasi optik,
mikrosublimasi, dan rekristalisasi.
e. Kimiawai, meliputi reaksi warna, pengendapan, penggaraman, logam, dan kompleks.
f. Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan angka kuman,
pencemaran, dan percobaan terhadap hewan.
2. Analisis bahan meliputi penetapan jenis konstituen (Zat kandungan), kadar konstituen
(Kadar abu, kadar sari, kadar air, kadar logam), dan standarisasi simplisia.
3. Kemurnian, meliputi kromatografi: kinerja tinggi, lapis tipis, kolom, kertas, dan guntuk
menentukan senyawa atau komponene kimia tunggal dalam simplisia hasil metabolit
primer dan sekunder tanaman

G. keunggulan dan kekurangan simplisia

a. keunggulan simplisia

 Efek samping relatif lebih kecil daripada obat-obatan kimia


 Mempunyai komposisi yang saling mendukung untuk mencapai efektivitas
pengobatan
 Baik untuk penyakit metabolik dan degenerative

b. kekurangan simplisia

 Memiliki efek pengobatan yang lemah


 Bahan baku belum tersandar
 Belum ada uji klinis
 Mudah tercemar berbagai mikroorganisme
H. khasiat simplisia tumbuhan dan bagimana cara pemberian dan penggunaanya

Simplisia memiliki banyak khasiat antara lain efek sampingnya relatif lebih kecil
daripada obat-obatan kimia karena berasal dari alam, adanya komposisi yang saling
mendukung untuk mencapai efektivitas pengobatan, dan lebih sesuai untuk penyakit
metabolik dan degenaratif. Meskipun begitu, obat tradisional ini memiliki kekurangan
yaitu, memiliki efek farmakologis yang lemah, bahan baku belum terstandar, dan belum
dilakukan uji klinik serta mudah tercemar berbagai mikroorganisme. Jika ingin
menggunakan simplisia sebagai obat tradisional, sebaiknya menggunakan simplisia dari
kelompok obat fitofarmaka, yang telah teruji khasiat dan keamanannya, teruji secara
klinis, bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, serta memenuhi indikasi medis.

Tahap awal pembuatan simplisia adalah tahap penanganan pasca panen yang harus penuh
dengan ketelitian yakni, dimulai dari penyiapan alat dan bahan, pengumpulan bahan yang
akan digunakan sebagai bahan baku simplisia, penyortasian basah (pemisahan dan
pembuangan bahan organik asing atau tumbuhan lain yang terikut)

I. Nama asal simplisia , nama keluarga / golongan dan contoh simplisia tumbuhan
Nama-nama Simplisia CORTEX
1. ALSTONIAE CORTEX (MMI)
Nama lain : Kulit Pule
Nama tanaman asal : Alstonia scholaris (L) R.Br
Keluarga : Apocynaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida- alkaloida ditamina, ekitamina,
ekhitenina,akhitamidina, alstonina
Penggunaan : Antipiretika, antimalaria, stomakika, antidiabetika,antelmintika
Pemerian : Tidak berbau, rasa pahit, yang tidak mudah hilang
Bagian yang digunakan : Kulit batang dan kulit cabang
Keterangan : Penyimpanan harus dalam wadah tertutup baik
2. ALYXIAE CORTEX (MMI)
Nama lain : Pulasari
Nama tanam asal : Alyxia reinwardtii (BL), juga disebut Alyxia stellata (Roomset
Schult)
Keluarga : Apocynaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida zat pahit , kumarin, zat penyamak, minyak
atsiri, asam organik
Penggunaan : Bahan pewangi, (campuran boreh), karminativa, antidemam
Pemerian : Bau dan rasa mirip kumarin, agak pahit
Bagian yang digunakan : Kulit batang dan kulit cabang
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. BURMANI CORTEX (MMI)
Nama lain : Kulit manis jangan, Kulit kayu manis padang, Keningar
Nama tanaman asal : Cinnamomum Burmani (Blume)
Keluarga : Lauraceae
Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri yang mengandung sinamil aldehid,
sinamil asetat, borneol, simen. Zat penyamak, damar, bornil asetat
Penggunaan : Diaforetika, karminativa, anti iritansia, bahan pewangi, bumbu
masak
Pemerian : Bau khas, rasa manis
Bagian yang digunakan : Kulit batang
Keterangan : Waktu panen pada umur 8 tahun, semakin tua umur tanaman, kulit
relatif lebih tebal dan volume kulit pohon bertambah pula, sehingga kualitas dan
kuantitas produksi akan lebih baik.
4. CINCHONAE CORTEX (FI)
Nama lain : Kulit kina, Peruvian bark, Jesuit bark
Nama tanaman asal : Cinchona succirubra
Keluarga : Rubiaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida kinina, sinkonina, sinkodina, kina tanat,
kinidin,
asam tanat, asam kina, damar, malam
Persyaratan kadar : Kadar kinin tidak kurang dari 8,0 %
Penggunaan : Antipiretika, antimalaria, amara.
Pemerian : Bau khas terutama dari kulit dahan, pada penyimpanan lama bau
menghilang, rasa pahit dan kelat.
Bagian yang digunakan : Kulit batang , kulit dahan, kulit akar
5. CINNAMOMI CORTEX (FI)
ama lain : Kulit Kayumanis, Ceylon Cinnamon
Nama tanaman asal : Cinnamomum zeylanicum (BI)
Keluarga : Lauraceae
Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri yang mengandung egenol
sinamilaldehida, zat penyamak, pati, lendir
Penggunaan : Karminativa, menghangatkan lambung, dicampur dengan
adstringensia lainnya untuk obat mencret
Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas dan manis.
Bagian yang digunakan : Kulit bagian dalam yang diperoleh dari anak batang
yang telah dikupas
6. GRANATI CORTEX (MMI)
Nama lain : Kulit batang delima
Nama tanaman asal : Punica granatum (L)
Keluarga : Punicaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida, gula, tanin
Penggunaan : Pengelat (astringensia)
Pemerian : Bau lemah, rasa agak kelat
Bagian yang digunakan : Kulit batang
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

J. Faktor yang mempengaruhi kualitas ke tiga golongn simplisia , hewani, nabati dan
mineral
Kualitas simplisia dipengaruhi oleh faktor bahan baku dan proses pembuatannya.
a. Bahan baku simplisia Berdasarkan bahan bakunya, simplisia dapat diperoleh dari
tanaman liar atau dari tanaman yang dibudidayakan. Jika simplisia diambil dari
tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen dan galur asal usul, garis
keturunan tanaman dapat dipantau. Sementara jika diambil dari tanaman liar maka
banyak kendala dan variabilitas yang tidak bisa dikendalikan seperti asal tanaman,
umur dan tempat tumbuh
b. Proses pembuatan simplisia Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan.
Adapun tahapan tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah,
pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, dan
penyimpanan
1. Pengumpulan bahan baku Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan
kualitas bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam tahap ini adalah masa
panen.
2. Sortasi basah Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih
segar. Sortasi basah dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan,
bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan, dan
bagian tanaman yang rusak
3. Pencucian Pencucian dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat,
terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan- bahan yang
tercemar pestisida.
4. Pengeringan Proses pengeringan simplisia terutama bertujuan untuk menurunkan
kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan
mikroorganisme lain, menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan
lebih lanjut kandungan zat akif, serta memudahkan dalam hal pengelolaan proses
selanjutnya lebih ringkas, mudah disimpan, tahan lama, dan sebagainya. Faktor
yang mempengaruhi pengeringan diantaranya adalah waktu pengeringan, suhu
pengeringan, kelembaban udara disekitar bahan, kelembaban bahan atau
kandungan air dari bahan, ketebalan bahan yng dikeringkan, luas permukaan
bahan, dan sirkulasi udara
5. Sortasi kering Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses
pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong dan
bahan yang rusak.
6. Penyimpanan Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia
perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri dan disimpan di tempat yang
memenuhi persyaratan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan adalah
cahaya, oksigen atau sirkulasi udara, reaksi kimia yang terjadi antara kandungan
aktif dengan wadah, penyerapan air, kemungkinan terjadinya proses dehidrasi,
pengotoran dan atau pencemaran, baik yang diakibatkan oleh serangga, kapang,
atau pengotor lain. Persyaratan wadah untuk penyimpanan simplisia adalah harus
inert tidak mudah bereaksi dengan bahan lain; tidak beracun; mampu melindungi
bahan simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, dan serangga; mampu melindungi
bahan simplisia dari penguapan kandungan zat aktif, pengaruh cahaya, oksigen
dan uap air
KESIMPULAN

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat, belum


mengalami pengolahan apapun, dan jika dinyatakan atau disebutkan lain, simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati,
simplisia hewani, dan simplisia pelican atau mineral (Anonim, 2003).
Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman asli Indonesia yang dapat
dipergunakan sebagai obatobatan, dan antioksidan. Penelitian secara in vitro dari
ekstrak daunnya membuktikan adanya aktivitas antimikroba pada bakteri
Pseudomonas aeruginosa dan Salmonella enteriditis. Didapatkan KHM (Kadar
Hambat Minimum) dan KBM (Kadar Bunuh Minimum) ekstrak daun kelor terhadap
P. aeruginosa adalah 20 mg/dl dan 40 mg/dl. Kandungannya berupa flavonoid, tanin
dan saponin yang memiliki potensi sebagai antibakteria dan antifungal. Flavonoid
memiliki peran sebagai antibiotik dengan target spektrum luas (Ananto, dkk, 2015).

DAFTAR PUSTAKA
Nurkhotimah ., Agus Hikmat, Titiek Setyowati, Composition, Structure and Diversity
of Species Plant in Dungus Iwul Nature Reserve, Bogor District , Media Konservasi:
Vol. 22 No. 2 (2017): Media Konservasi Vol. 22 No. 2 Agustus 2017
Aminah ., Ervizal A.M. Zuhud, Iskandar Z. Siregar, PEMANFAATAN JELUTUNG
(Dyera spp.) OLEH SUKU ANAK DALAM DI TAMAN NASIONAL BUKIT
DUABELAS , JAMBI , Media Konservasi: Vol. 21 No. 2 (2016): Media Konservasi
Vol. 21 No. 2 Agustus 2016
Amri Muhammad Saadudin, Agus Hikmat, Lilik Budi Prasetyo, PEMETAAN
KESESUAIAN HABITAT Rafflesia rochussenii Teijsm. et Binn. DI RESORT
TAPOS TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO , Media
Konservasi: Vol. 17 No. 3 (2012): Media Konservasi Vol. 17 Nomor 3, Desember
2012
Revina Dwi Utami, Ervizal A. M. Zuhud, Agus Hikmat, Medicinal Ethnobotany and
Potential of Medicine Plants of Anak Rawa Ethnic at The Penyengat Village Sungai
Apit Siak Riau , Media Konservasi: Vol. 24 No. 1 (2019): Media Konservasi Vol. 24
No. 1 April 2019

Anda mungkin juga menyukai