Anda di halaman 1dari 13

TERAPI EPILEPSI

Anggota Kelompok 1 :
1) Yati Nuranisa
2) Safwan Afandi
3) Rina Mariani
4) Vina Apriyana
Pengertian Epilepsi
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologi
tertua yang dapat ditemui pada semua umur dan dapat
menyebabkan kecacatan bahkan kematian.

Epilepsi merupakan penyakit yang memiliki ciri khas


berupa kejangkejang yang seringnya muncul tanpa
pencetus dan bersifat kronis. Manifestasi klinis
epilepsi dapat berupa gangguan kesadaran, motorik,
sensoris, autonom atau psikis.
Etiologi Epilepsi
Berdasarkan penyebabnya, epilepsi digolongkan
menjadi idiopatik, simtomatik dan kriptogenik.
 Epilepsi idiopatik yaitu epilepsi yang tidak jelas
ditemukan penyebabnya dan sering dihubungkan
dengan faktor genetik.
Epilepsi simtomatik jika penyakit yang mendasari
jelas ditemukan,
sedangkan epilepsi kriptogenik, diduga ada penyebab
yang mendasari tetapi belum bisa dibuktikan.
Klasifikasi Epilepsi
Tipe kejang berdasarkan semiologi kejang dan
gambaran elektroensefalografi (EEG), yaitu epilepsi
fokal (parsial) dan epilepsi umum.
Patofisiologi Epilepsi

Kejang disebabkan oleh eksitasi yang berlebihan, atau


dalam kasus kejang yang tidak ada, akibat
penghambatan gangguan pada sejumlah besar neuron
kortikal.
Penanganan Epilepsi
Tujuan ideal pengobatan epilepsi adalah
menghilangkan kejang total dan tidak ada efek
samping dengan QOL (quality of life). QOL terbaik
dikaitkan dengan keadaan bebas kejang. Namun,
sering kali keseimbangan antara kemanjuran dan efek
samping harus diterima.
Dengan AED yang lebih tua digunakan sebagai
monoterapi, kurang dari 50% pasien menjadi bebas
kejang
Farmakoterapi Epilepsi
Mekanisme kerja obat anti-kejang termasuk dalam
tiga kategori utama :
Mekanisme pertama adalah membatasi penembakan
neuron yang berulang dan berkelanjutan, efek yang
dimediasi dengan mempromosikan keadaan tidak
aktif dari saluran Na+ yang diaktifkan tegangan.
Mekanisme kedua tampaknya melibatkan
peningkatan γaminobutyric acid (GABA) yang
dimediasi inhibisi sinaptik, efek yang dimediasi baik
oleh tindakan presinaptik atau postinaptik.
Terapi Non Farmakologi
Terapi nonfarmakologis untuk epilepsi meliputi diet,
pembedahan, dan stimulasi saraf vagus (VNS).
Studi Kasus Epilepsi

 Judul

Epilepsi Simptomatik Akibat Cidera Kepala pada


Pria Berusia 20 Tahun.
Kasus
Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang dengan
keluhan kejang berulang 8 kali sejak ± 1 bulan SMRS.
Kejang dialami biasanya berlangsung selama ± 5
menit, kejang seperti kaku dan kelonjotan pada
seluruh anggota gerak, mata mendelik keatas, tampak
pucat dan berkeringat, lidah tidak tergigit dan tidak
keluar busa dari mulut.
Pada pemeriksaan penunjang EEG didapatkan
kesan abnormal berupa cetusan, epileptik difus, pada
CT SCAN terdapat kesan subdural hygroma di regio
frontalis sinistra.
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini
terdiri dari penatalaksanan umum berupa tirah baring
disertai pemantauan terhadap tanda vital pasien, dan
diberikan terapi medikamentosa berupa infus RL XV
gtt/menit, Phenytoin 3x100 mg/hari, Oxcarbazepine
3x300 mg/hari, dan As. Folat 1x1.
Diagnosis epilepsi pada kasus ini sudah sesuai dengan
beberapa teori dan telaah kritis dari penelitian terkini.
Penatalaksaan terhadap pasien ini dapat dilakukan
dengan tepat sehingga pengobatan dapat menjadi
lebih efektif. Dengan demikian prognosis penyakit dan
kualitas hidup penderita epilepsi dapat lebih optimal.

Anda mungkin juga menyukai