Anda di halaman 1dari 8

definisi epilepsi pada anak

Epilepsi adalah gangguan kejang kronis dengan kejang berulang yang terjadi dengan
sendirinya, yang membutuhkan pengobatan jangka panjang (Wong, 2008). Epilepsi adalah
gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak berat yang dikarakteristikan oleh kejang
berulang keadaan ini dapat di hubungkan dengan kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan
atau hilangnya tonus otot atau gerakan dan gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi dan
persepsi sehingga epilepsy bukan penyakit tetapi suatu gejala (Smeltzer & Bare, 2011).

etiologi epilepsi pada anak


Epilepsi disebabkan dari gangguan listrik disritmia pada sel saraf pada salah satu bagian otak
yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan listrik abnormal, berulang dan tidak
terkontrol (Smeltzer & Bare, 2011).

manifestasi klinis epilepsi pada anak


Kejang terdapat beberapa variasai yaitu antara pasien satu dengan pasien yang lain , namun
cenderung serupa yaitu berupa kejang kompleks parsial, kejang kompleks parsial dapat
termasuk gambaran somatosensory atau motorfokal. Kejang kompleks parsial dikaitkan
dengan perubahan kesadaran. Ketiadaan kejang dapat tampak relative ringan, dengan periode
perubahan kesadaran hanya sangat singkat (detik). Kejang tonik klonik umum merupakan
episode konvulsif utama dan selalu dikaitkan dengan kehilangan kesadaran. (Kusuma H dan
Nurarif H, 2016)
Menurut Hidayat (2009) dan Batticaca (2008) yaitu :
1. Dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan
2. Kelainan gambaran EEG
3. Tergantung lokasi dan sifat fokus Epileptogen
4. Mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptic
Tanda dan Gejala
Kejang demam dibagi menjadi kejang pasial dan kejang umum atau tonik klonik sebagi
berikut.
Kejang parsial dapat berkaitan dengan :
1. Gerakan wajah atau menyeringai
2. Sentakan yang dimulai di salah saru bagian tubuh, yang dapat menyebar
3. Pengalaman sensorik berupa penglihatan, bau, atau warna
4. Kesemutan
5. Perubahan tingkat kesadaran
Kejang umum atau tonik klonik dapat berkaitan dengan :
1. Ketidaksadaran, biasanya disertai dengan jatuh,
2. Reflek pada lengan dan tungkai yang tidak terkontrol
3. Periode opnea yang singkat (henti napas)
4. Salvias dan mulut berbusa
5. Menggigit lidah
6. Inkontinensia
Pathway Keperawatan Epilepsi
Patofisiologi
Kejang adalah manifestasi paroksismal dari sifat listrik di bagian korteks otak.Hal ini terjadi
saat ada ketidakseimbangan tiba-tiba antara kekuatan pemicu (eksikatori) dan penghambat
(inhibitori) dalam jaringan neuron kortikal (Ikawati, 2011). Pada gambar 2.4, dapat dijelaskan
bahwa pada kondisi nomal impuls saraf dari otak akan dibawa oleh neurotransmitter seperti
GABA melalui sel-sel neuron ke organ tubuh lain. Jika pada sistem tersebut tidak normal
maka akan terjadi ketidakseimbangan aliran listrik pada neuron dan mengakibatkan
terjadinya serangan kejang (Astuti, 2008). Ketidakseimbangan bisa terjadi karena kurangnya
transmisi inhibisi misalnya terjadi pada keadaan setelah pemberian antagonis GABA atau
selama penghentian pemberian GABA (alcohol, benzodiazepine), atau pada saat
meningkatnya aksi eksitasi seperti meningkatnya aksi glutamat atau aspartat (Ikawati, 2011).

Serangan kejang dapat diakibatkan oleh :


• Instabilisasi membran sel. Membran sel yang tidak stabil ketika terjadi sedikit saja
rangsangan akan mengubah permeabilitas. Hal ini dapat mengakibatkan depolarisasi
abnormal dan terjadilah lepas muatan yang berlebihan.
• Kelainan polarisasi yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi GABA
• Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam basa atau elektrolit yang
mengganggu homeostasis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan pada depolarisasi neuron.
• Neuron-neuron bersifat hipersensitif (Hartanto, 2005).
jenis/grade/derajat epilepsi pada anak
Klasifikasi Sindrom Epilepsi
Klasifikasi International League Against Epilepsy (ILAE) 1981 untuk kejang epilepsy
Klasifikasi kejang epilepsy
1. Kejang parsial
Kejang parsial sederhana
• Kejang parsial sederhana dengan gejala motorik
• Kejang parsial sederhana dengan gejala somatosensorik atau sensorik khusus
• Kejang parsial sederhana dengan gejala psikis
Kejang parsial kompleks
• Kejang parsial kompleks dengan onset parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran
• Kejang parsial kompleks dengan gangguan kesadaran saat onset
Kejang parsial yang menjadi kejang generalisata sekunder
• Kejang parsial sederhana menjadi kejang umum
• Kejang parsial kompleks menjadi kejang umum
• Kejang parsial sederhana menjadi kejang parsial kompleks dan kemudian menjadi kejang
umum
2 Kejang umum
• Kejang absans
• Absans atipikal
• Kejang mioklonik
• Kejang klonik
• Kejang tonik-klonik
• Kejang atonik
gambar anatomis/ penyakit epilepsi pada anak
Otak besar merupakan awal hemisfer serebrum yang bertugas menentukan gerakan dibawah
kemauan, pusat penglihatan pusat pendengaran dan pusat bicara.Otak antara terdiri dari
thalamus dan hipotalamus.Thalamus berfungsi untuk meneruskan informasi ke otak besar
sedangkan hipotalamus berfungsi untuk pengaturan suhu, nafsu makan keseimbangan air oleh
ADH serta pengaturan aktivitas irama psikobiologi seperti tidur (Ferdinand & Ariebowo,
2009; Sloane, 2003). Otak tengah adalah bagian otak paling kecil yang merupakan jalur
motorik besar, mengandung pusat-pusat pengendalian keseimbangan dan gerakan-gerakan
mata (Mutscher, 1999).Otak belakang terdiri dari medula oblongata, pons dan otak kecil.Otak
kecil (cerebelum) berfungsi dalam pengeturan keseimbangan dan koordinasi jalannya gerak,
jembatan (pons) yang menghubungkan medula dengan bagian otak lain, berfungsi dalam
pengaturan motorik (Satyanegara et al., 2010).
pemeriksaan penunjang epilepsi pada anak
a. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan dan
harus dilakukan pada semua pasien epilepsi untuk menegakkan diagnosis epilepsi. Terdapat
dua bentuk kelaianan pada EEG, kelainan fokal pada EEG menunjukkan kemungkinan
adanya lesi struktural di otak. Sedangkan adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan
kemungkinan adanya kelainan genetik atau metabolik. Rekaman EEG dikatakan abnormal
bila :
1) Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di kedua hemisfer otak
2) Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat dibanding seharusnya
3) Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal, misalnya gelombang
tajam, paku (spike), pakuombak, paku majemuk, dan gelombang lambat yang timbul secara
paroksimal
Pemeriksaan EEG bertujuan untuk membantu menentukan prognosis dan penentuan perlu
atau tidaknya pengobatan dengan obat anti epilepsi (OAE).
b. Neuroimaging
Neuroimaging atau yang lebih kita kenal sebagai pemeriksaan radiologis bertujuan untuk
melihat struktur otak dengan melengkapi data EEG. Dua pemeriksaan yang sering digunakan
Computer Tomography Scan (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Bila
dibandingkan dengan CT Scan maka MRI lebih sensitive dan secara anatomik akan tampak
lebih rinci. MRI bermanfaat untuk membandingkan hippocampus kiri dan kanan (Consensus
Guidelines on the Management of Epilepsy, 2014).
penatalaksanaan medis epilepsi pada anak
Penatalaksanaan Penatalaksanaan dalam epilepsi, secara umum ada 2 hal yaitu :
a. Tatalaksana fase akut (saat kejang)
Tujuan pengelolaan pada fase akut adalah mempertahankan oksigenasi otak yang adekuat,
mengakhiri kejang sesegera mungkin, mencegah kejang berulang, dan mencari faktor
penyebab. Serangan kejang umumnya berlangsung singkat dan berhenti sendiri. Pengelolaan
pertama untuk serangan kejang dapat diberikan diazepam per rektal dengan dosis 5 mg bila
berat badan anak < 10 kg atau 10 mg bila berat badan anak > 10 kg. Jika kejang masih belum
berhenti, dapat diulang setelah selang waktu 5 menit dengan dosis dan obat yang sama. Jika
setelah dua kali pemberian diazepam per rektal masih belum berhenti, maka penderita
dianjurkan untuk dibawa ke rumah sakit.
b. Pengobatan epilepsy
Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat penderita epilepsi terbebas dari serangan
epilepsinya. Serangan kejang yang berlangsung mengakibatkan kerusakan sampai kematian
sejumlah sel-sel otak. Apabila kejang terjadi terus menerus maka kerusakan sel-sel otak akan
semakin meluas dan mengakibatkan menurunnya kemampuan intelegensi penderita. Karena
itu, upaya terbaik untuk mengatasi kejang harus dilakukan terapi sedini dan seagresif
mungkin. Pengobatan epilepsi dikatakan berhasil dan penderita dinyatakan sembuh apabila
serangan epilepsi dapat dicegah atau dikontrol dengan obatobatan sampai pasien tersebut 2
tahun bebas kejang. Secara umum ada tiga terapi epilepsi, yaitu :
1) Terapi medikamentosa
Merupakan terapi lini pertama yang dipilih dalam menangani penderita epilepsi yang baru
terdiagnosa. Jenis obat anti epilepsi (OAE) baku yang biasa diberikan di Indonesia adalah
obat golongan fenitoin, karbamazepin, fenobarbital, dan asam valproat. Obat-obat tersebut
harus diminum secara teratur agar dapat mencegah serangan epilepsi secara efektif. Walaupun
serangan epilepsi sudah teratasi, penggunaan OAE harus tetap diteruskan kecuali ditemukan
tanda-tanda efek samping yang berat maupun tanda-tanda keracunan obat. Prinsip pemberian
obat dimulai dengan obat tunggal dan menggunakan dosis terendah yang dapat mengatasi
kejang
2) Terapi bedah
Merupakan tindakan operasi yang dilakukan dengan memotong bagian yang menjadi fokus
infeksi yaitu jaringan otak yang menjadi sumber serangan. Diindikasikan terutama untuk
penderita epilepsi yang kebal terhadap pengobatan. Berikut ini merupakan jenis bedah
epilepsi berdasarkan letak fokus infeksi :
a. Lobektomi temporal
b. Eksisi korteks ekstratemporal
c. Hemisferektomi
d. Callostomi
3) Terapi nutrisi
Pemberian terapi nutrisi dapat diberikan pada anak dengan kejang berat yang kurang dapat
dikendalikan dengan obat antikonvulsan dan dinilai dapat mengurangi toksisitas dari obat.
Terapi nutrisi berupa diet ketogenik dianjurkan pada anak penderita epilepsi. Walaupun
mekanisme kerja diet ketogenik dalam menghambat kejang masih belum diketahui secara
pasti, tetapi ketosis yang stabil dan menetap dapat mengendalikan dan mengontrol terjadinya
kejang. Hasil terbaik dijumpai pada anak prasekolah karena anak-anak mendapat pengawasan
yang lebih ketat dari orang tua di mana efektivitas diet berkaitan dengan derajat kepatuhan.
Kebutuhan makanan yang diberikan adalah makanan tinggi lemak. Rasio kebutuhan berat
lemak terhadap kombinasi karbohidrat dan protein adalah 4:1. Kebutuhan kalori harian
diperkirakan sebesar 75 – 80 kkal/kg. Untuk pengendalian kejang yang optimal tetap
diperlukan kombinasi diet dan obat antiepilepsi.
pencegahan epilepsi pada anak
Menurt (Deliana, 2016) merekomendasikan beberapa hal dalam upaya mencegah dan
menghadapi kejang demam. • Orang tua atau pengasuh anak harus diberi cukup informasi
mengenai penanganan demam dan kejang
1. Profilaksis intermittent dilakukan dengan memberikan diazepam dosis 0,5 mg/kg BB
perhari, per oral pada saat anak menderita demam. Sebagai alternatif dapat diberikan
profilaksis terus menerus dengan fenobarbital.
2. Memberikan diazepam per rektal bila terjadi kejang.
3. Pemberian fenobarbital profilaksis dilakukan atas indikasi, pemberian sebaiknya dibatasi
sampai 6 – 12 bulan kejang tidak berulang lagi dan kadar fenoborbital dalam darah dipantau
tiap 6 minggu – 3 bulan, juga dipantau keadaan tingkah laku dan psikologis

Anda mungkin juga menyukai