Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FARMAKOGNOSI SIMPLISIA

AKADEMI FARMASI RANAH MINANG

DOSEN PEMBIMBING:
VIVALDI ERSIL,M.Farm

DISUSUN OLEH:
Angri maulana Iqbal (062022007)
Al- hadid hakimi (062022003)
Aulia nasywa (062022009)
Dike septiani (062022013)
Alifiani (062022004)
Dike aidil fitri (062022012)
Liza agfa rinda ( 062022023)
Gitria junaisi (062022020)
Astrid kartika aswir (062022008)
Nurul fajriah (062022030)
Agnes siti indriani (062022001)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayahnya kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.

Terima kasih kepada semua rekan anggota kelompok 1 yang telah


membantu proses pembuatan makalah ini terutama teman-teman yang telah
merespon dengan cepat dan tepat. Selanjutnya terima kasih kepada Bapak
Vivaldi Ersil,M.Farm,Apt selaku dosen pembimbing pada pratikum
farmakognosi

Pada penulisan makalah ini penulis masih merasakan adanya kekurangan


dalam hal penulisan, maka dari itu penuis berharap bahwa para pembaca dapat
memberikan kritikan dan saran yang membangun agar selanjutnya dapat
menjadi lebih baik lagi.

Padang, 5 mei 2023

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN….……………………………………………4
I. Latar Belakang……………………………………………………..4
II. Rumusan Masalah…….……………………………………………5
III. Tujuan.................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN….……………………………………………6
I. Definisi Simplisia……...………………………………………….6
II. Jenis Simplisia………………….……..…………………………..6
III. Pembuatan Simplisia Secara Umum……..……………………….7
IV. Hasil dan Pembahasan......................................................................8
BAB III PENUTUP….…………………………………………………..10
I. Kesimpulan…………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………11

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Belimbing wuluh disebut juga
sebagai belimbing sayur yang merupakan tumbuhan yang hidup pada ketinggian
5 hingga 500 meter diatas permukaan laut (Rahayu, 2013). Belimbing wuluh
sering disebut belimbing sayur atau belimbing asam karena memiliki rasa yang
cukup asam dan biasanya digunakan sebagai bumbu masakan atau ramuan
jamu.
Seledri (Apium graveolens L.) adalah sayuran daun dan tumbuhan obat
yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan. Beberapa negara
termasuk Jepang, Cina dan Korea mempergunakan bagian tangkai daun
sebagai bahan makanan. Di Indonesia tumbuhan ini diperkenalkan oleh
penjajah Belanda dan digunakan daunnya untuk menyedapkan sup atau
sebagai lalap. Penggunaan seledri paling lengkap adalah di Eropa:
daun, tangkai daun, buah, dan umbinya semua dimanfaatkan. Daun
Dewa mempunyai nama latin (Gynura divaricata), orang China
menyebutnya Samsit. Tinggi tanaman ini sekitar 30-40 cm, merupakan
tumbuhan tegak, batang daun pendek lunak berbentuk segi lima,
dengan penampang berbentuk lonjong dan berambut pada sisi luar.

Daun Dewa memiliki panjang 20 cm, lebar 10 cm, dengan tangkai


pendek, bulat lonjong berdaging, berbulu halus, ujung daunnya lancip,
bertoreh pada tepi daun serta warna hijau keunguan. Daun dewa juga
memiliki bunga majemuk yang tumbuh di ujung batang, berkelopak hijau
berbentuk cawan, dan benang sari berwarna kuning berbentuk jarum.

Daun Katuk (Sauropus androgynus) merupakan tumbuhan sayuran yang


banyak terdapat di Asia Tenggara. Ciri-ciri tanaman katuk adalah
cabang-cabang agak lunak, daun tersusun selang-seling pada satu
tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang 2,5 cm, dan
lebar 1,25-3 cm.

4
Ketumbar (Coriandrum sativum) adalah tumbuhan rempah-rempah
yang populer. Buahnya yang kecil dikeringkan dan diperdagangkan, baik
digerus maupun tidak. Bentuk yang tidak digerus mirip dengan lada,
seperti biji kecil-kecil berdiameter 1-2 mm. Ketumbar mempunyai aroma
yang khas.

Mengkudu (Morinda citrifolia) atau keumeudee(Aceh); pace, kemudu,


kudu (Jawa); cangkudu(Sunda); koddhu', pacè (Madura); tibah (Bali)
berasal daerah Asia Tenggara, tergolong dalam famili Rubiaceae. Nama
lain untuk tanaman ini adalah noni, mengkudu (Betawi), nono (Tahiti),
nonu (Tonga), ungcoikan (Myanmar), dan ach (Hindi)Tanaman ini
tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian 1500 m. Tinggi pohon
mengkudu mencapai 3–8 m, memiliki bunga bongkol berwarna putih.
Buahnya merupakan buah majemuk, yang masih muda berwarna hijau
mengilap dan memiliki totol-totol, dan ketika sudah tua berwarna putih
dengan bintik-bintik hitam. Masyarakat Betawi biasanya menggunakan
daun muda dari pohon noni untuk membuat nasi goreng betawi. Karena
kalau yang dipakai adalah daun tua maka rasa nasi gorengnya akan
menjadi pahit. Secara tradisional, masyarakat Aceh menggunakan buah
mengkudu sebagai sayur dan rujak. Daunnya juga digunakan sebagai
salah satu bahan nicah peugaga yang sering muncul sebagai menu
wajib buka puasa. Karena itu, mengkudu sering ditanam di dekat rumah
di pedesaan di Aceh. Selain itu mengkudu juga sering digunakan
sebagai bahan obat-obatan.

5
PENDAHULUAN

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan simplisia?
2. Apa saja jenis-jenis simplisia?
3. Bagaimana langkah-langkah pembuatan simplisia?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengerti tentang pengertian simplisia
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis simplisia
3. Mahasiswa dapat mengetahui langakah-langkah pembuatan
simplisia

6
BAB II
PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN SIMPLISIA
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain
simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa
simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral.

II. JENIS-JENIS SIMPLISIA


A. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan
eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya,
atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertent dipisahkan
dari tanamannya.
B. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh ,
bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan
dan belum berupa zat kimia murni.
C. Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa
bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah
dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun
kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan
minimal. Dan untuk memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada
beberapa faktor yang berpengaruh , antara lain adalah :
1.Bahan baku simplisia.
2.Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan
baku simplisia.
3.Cara penepakan dan penyimpanan simplisia.
Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan,
maka ketiga faktor tersebut haus memenuhi persyaratan minimal
yang ditetapkan.

7
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)
Belimbing wuluh merupakan salah satu spesies dalam keluarga belimbing
(Averrhoa). Diperkirakan tanaman ini berasal dari daerah
Amerika tropik. Tanaman ini tumbuh baik di negara asalnya sedangkan di
Indonesia banyak dipelihara di pekarangan dan kadang-kadang tumbuh
secara liar di ladang atau tepi hutan.

Karakteristik belimbing wuluh


Tanaman berbentuk pohon dengan tinggi 5-10 m. Batang tegak, bercabang,
permukaan kasar, banyak tonjolan, warna hijau kotor. Bunga majemuk,
bentuk malai, tumbuh ditonjolan batang atau cabang, panjang kelopak 6
mm, warna merah. Daun berbentuk lanset dan berwarna ungu. Biji
berbentuk lanset atau segitiga, warna hijau saat muda dan berubah kuning
kehijauan setelah tua. Akar tunggang, warna coklat kehitaman2.

Khasiat dan Manfaat


Sifat kimiawinya rasa asam dan bersifat sejuk. Berkhasiat menghilangkan
rasa sakit, memperbanyak pengeluaran empedu, anti radang, peluruh
kencing, astrigen, mengobati hipertensi, batuk rejan, sariawan, pegal linu,
gondongan, rematik, jerawat, dan panu.
Manfaat buah belimbing wuluh digunakan untuk pembuatan acar, kari, dan
diawetkan dalam bentuk sirup. Buah belimbing wuluh ini juga digunakan
untuk membersihkan logam dan menghilangkan karat, dan untuk ramuan
berbagai macam obat tradisional (misalnya obat gangguan kulit dan demam)
.

8
Lengkuas, laos atau kelawas (Alpinia galanga)
Merupakan jenis tumbuhan rempah-rempah yang bisa hidup di daerah
dataran tinggi maupun dataran rendah. Umumnya masyarakat
memanfaatkannya sebagai campuran bumbu masak dan pengobatan
tradisional. Pemanfaatan lengkuas untuk masakan dengan cara mememarkan
rimpang kemudian dicelupkan begitu saja ke dalam campuran masakan,
sedangkan untuk pengobatan tradisional yang banyak digunakan adalah
lengkuas merah Alpinia purpurata

Karakteristik lengkuas
Rimpang lengkuas merupakan rimpang yang besar dan tebal, berdaging,
berbentuk silindris, diameter sekitar 2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian
luar berwarna coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat,
mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap,
sedangkan bagian dalamnya berwarna putih.

Penyebaran lengkuas
Lengkuas berasal dari Asia Tenggara. Pusat budidaya selama perdagangan
rempah-rempah pada mulanya berlangsung di Jawa. Hingga kini, lengkuas
masih dibudidayakan secara luas di Asia Tenggara, terutama di Kepulauan
Sunda Besar dan Filipina. Budidayanya juga telah menyebar ke Asia
Tenggara, terutama Thailand.

fungsi dan manfaat lengkuas


Lengkuas dapat meredakan nyeri sendi, misalnya pada kasus osteoarthritis
atau rheumatoid arthritis. Sama denganjahe dan kunyit, lengkuas juga
mengandung senyawa kimia anti radang yang dapat membantu meredakan
peradangan penyebab nyeri sendi

9
(CORIANDRI FRUCTUS)
Nama Lain : Ketumbar
Nama Tanaman Asal : Coriandrum sativum (L)
Keluarga : Apiaceae
Zat berkhasiat : Minyak atsiri yang mengandung
koriandrol, terdapat pula minyak lemak
Penggunaan : Bumbu masak, karminativa
Pemerian : Buah yang diremas berbau aromatik, rasa
khas lama – lama agak pedas
Bagian yang digunakan : Buah yang masak dan kering
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

10
(MORINDAE CITRIFOLIAE FRUCTUS)
Nama Lain : Mengkudu, pace, buah noni
Nama Tanaman Asal : Morinda citrifolia
Keluarga : Rubiaceae
Zat berkhasiat : Morindin, morindon
Penggunaan : Antidiabetika, antihipertensi, roboransia,
ekspektoransia
Pemerian : Rasa dan bau tajam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

11
Daun seledri (apii graveolentis folium)
nama lain: daun seledri nama tanaman asal: apium
graveolenskeluarga :apiaceaezat berkhasiat utama: flavo-
glukosida(apiin),zat pahit,minyak atsiri,vitamin,kaolin,lipase
Penggunaan: stomakika(memacu enzim enzim
pencernaan),diuretika(peluruh air seni),pemerian:
bau .aromatik,rasa agak asin,menimbulkan rasa kebal
dilidah,bagian yg digunakan:daun
- [ ] Morfologi TanamanBatang : Tidak berkayu, beralus, beruas,
bercabang, tegak, hijau pucat. Daun : Tipis majemuk, daun muda
melebar atau melebar dari dasar, hijau mengkilat, ruas dengan
hijau pucat, tangkai di semua atau kebayakan daun merupakan
sarung. Daun bunga : Putih kehijauan atau putih kekuningan ½ -
3/4 mm panjangnya. Bunga : Tunggal, dengan tangkai yang jelas,
sisi kelopak yang tersembunyi, daun bunga putih kehijauan atau
jambu merah pucat dengan ujung yang bengkok. Bunga betina
majemuk yang jelas,tidak bertangkai atau bertangkai pendek,
sering dihadapkan pada daun atau berlawanan dengan tirai
bunga. Tirai bunga: Tidak bertangkai atau dengan tangkai bunga
tidak lebih dari 2 cm panjangnya.Buah : Panjangnya sekitar 3
mm, batang angular, berlekuk, sangat aromatik. Akar : Tebal
- [ ] PenyebaranBerasal dari Eropa Selatan, sekarang ada dimana-
mana banyak ditanam orang untuk diambil daun, akar, dan
buahnya.

12
Daun dewa (gynurae segetum folium)
nama lain: daun dewa nama tanaman asal gynura segetatum
keluarga : asteraceae zat berkhasiat utama:saponin,minyak
atsiri,flavonoid penggunaan:antipertensi(menurunkan tekanan
darah tinggi ke normal) pemerian : tidak berbau,tidak berasa
bagian yg digunaakan:daun
- [ ] Penyebaran
- [ ] Tanaman Daun Dewa Gynura divaricata (L.) DC berasal dari
daerah Afrika yang beriklim tropis menyebar ke Srilangka,
Sumatera dan Jawa. Tumbuh liar di pekarangan, ladang atau
ditanam orang untuk obat-obatan. Tumbuh sampai ketinggian
500 m di atas permukaan laut. Penyebaran Daun dewa mampu
tumbuh dan berkembang dengan baik pada ketinggian sekitar
200-800 m di atas permukaan laut. Tanaman daun dewa sangat
ideal dibudidayakan di daerah dengan curah hujan kurang lebih
1500-2500 mm/tahun dengan suhu udara 25-32o C. Kelembaban
yang dibutuhkan tanaman ini berkisar 70-90% dengan
penyinaran agak tinggi. Tanah yang ideal sebagai tempat
budidaya daun dewa adalah tanah yang gembur, subur, cukup
bahan organik dan unsur hara lainnya, drainase dan aerasi cukup
baik, serta pengairan yang baik.
- [ ] Morfologi tanaman
- [x] Batang, pendek dan lunak, tumbuh tegak dengan tinggi 30 –
45 cm, berbentuk segilima, penampang lonjong, berambut halus
dan berwarna ungu kehijauan.

13
Daun katuk(sauropi folium)
nama lain:daun katuk nama tanaman asal: sauropus androgynus
keluarga: euphorbiaceae zat berkhasiat utama :
protein,lemak,kalsium penggunaan:laktagoga(mempelancar
ASI),obat bisul pemerian: bau aromatik lemah,rasa tawar bagian
yg digunakan: daun contoh sediaan:lancar Asi kaplet
- [ ] Morfologi Tumbuhan
- [ ] Tanaman katuk memiliki karakteristik antara lain : bentuk
tanaman seperti semak kecil dan bisa mencapai tinggi 3 m.
Batang muda berwarna hijau dan yang tua berwarna coklat, daun
tersusun selang seling pada satu tangkai seolah-olah terdiri dari
daun majemuk. Bentuk helaian daun lonjong sampai bundar
kadang kadang permukaan atasnya berwarna hijau gelap.
Bunganya tunggal atau terdapat diantara satu daun dengan daun
lainya. Bunga sempurna mempunyai helaian berbentuk bulat
telur sungsang atau bundar, berwarna merah gelap atau merah
dengan bintik bintik kuning. Cabang dari tangkai putik berwarna
merah tepi kelopak bunga berombak atau berkuncup enam,
berbunga sepanjang tahun, buah bertangkai (Dirjen POM, 1989).
- [ ] Tanaman katuk memiliki akar yang berbentuk akar tunggang
dengan warna putih kotor, sehingga bijinya berkeping dua
(dikotil). Batang pada tanaman katuk pada umumnya tumbuh
tegak lurus ke atas dengan ketinggian sekitar 3 – 5 meter. Batang
tersebut memiliki cabang – cabang walaupun jarang dan berkayu
memiliki warna hijau ketika masih berusia muda, berwarna
kelabu keputihan saat usianya sudah tergolong tua.
- [ ] Daun yang dimiliki oleh tanaman katuk termasuk dalam
daun majemuk genap. Daun ini memiliki ukuran kecil dengan
warna hijau gelap sedangkan

14
III. LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN
SIMPLISIA
A. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalarn suatu simplisia berbeda-beda antara lain
tergantung pada :
1. Bagian tanaman yang digunakan
2. Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
3. Waktu panen
4. Lingkungan tempat tumbuh.

DAUN KATUK (SIMPLISIA)


Alat&bahan
1.Daun katuk
2.Air(utk membersihkan daun katuk)
3..wadah

Tahapan pembuatan simplisia dari daun katuk sbb:


1.tahapan sortasi basah
Bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan asing
lainya(contohnya:
daun,batang,serta pengotor lainya yang harus dibuang)
Caranya:: pertama-tama seteleh daun katuk di ambil dari batangnya,
pisahkan bagian batang,daun dan pengotor2 lain yang hrs dibuang,lalu
ambil bagian daun nya saja yang akan di gunakan, setelah itu lanjut ke
tahap pencucian.
2.tahapan pencucian
Bertujuan utk menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroba-
mikroba yang menempel
Pada bahan.Pencucian harus dilakukan dg air mengalir.
Caranya: setelah di pisahkan dari bagian2 yang tidak penting tadi
selanjunya daun katuk dicuci bersih terlebih dahulu pd air
mengalir,agar pada saat pengeringan tidak ada lagi debu atau sisa2
kotoran yang menenpel pada daun tersebut.
3.Tahapan penirisan
Bertujuan mengurangi atau menghilangkan kandungan air
dipermukaan bahan.
Caranya:: pada saat tahapan ini, daun katuk yang sudah dicuci
ditiriskan terlebih dahulu atau didiam kan sejenak agar air yang
menempel pada daun tadi bisa kering sedikit demi sedikit.

15
4.tahapan pengeringan
Bertujuan utk mengurangi kadar air dalam bahan dan mencegah
timbulnya jamur,agar diperolah simplisia yang tidak mudah rusak dan
dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Tahapan ini
menggunakan metoda pengeringan SMTL(sinar matahari langsung)
dan pada saat pengeringan ini wadah ditutup menggunakan kain tipis
supaya daun katuk tersebut tidak terlalu banyak terkena sinar matahari
langsung,karna itu akan menyebabakan daun tersebut menjadi kuning.
Caranya: daun katuk yang sudah ditiriskan tadi dimasukkan ke dalam
wadah lalu diberi diatasnya kain tipis supaya cahaya nya tidak terlalu
mengenai daun,karna fisini hanya dibutuhkan sedikit panas utk
menggeringkan daun tersebut, disini saya menggunakan motode

SMTL( sinar matahari langsung), dan tunggu sampai daun kering.

16
Belimbing wuluh (simplisia)
Averrhoa bilimbi L.
1.pemetikan/panen
Dilakukan pada pagi hari karna kadar senyawa aktif tinggi,memilih
daun yg tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua
2.sortasi basah
Tujuannya untuk memisahkan kotoran" dan bahan asing seperti tanah
& debu yg terdapat pd bagian tanaman yg rusak yg dapat
mempengaruhi mutu simplisia
3.pencucian
Dicuci sebanyak 3x pada air yg mengalir untuk menghilangkan
kotoran" yg masih menempel pada bagian tanaman
4.perajangan
Untuk memperluas permukaan simplisia sehingga proses pengeringan
akan lebih cepat dan efektif
5.pengeringan
Bertujuan agar simplisia awet,tidak rusak dan dapat digunakan atau
disimpan dalam jangka waktu yg lama.Dikeringkan di bawah sinar
matahari namun tidak terlalu panas/dg metode kering-
anginkan(blended) dg ditutupi kain hitam di atasnya.
Tujuan diletakkan kain hitam:agar kandungan aktif simplisia tidak
rusak karna terkena sinar UV.
6.sortasi kering
Tujuannya untuk memisahkan bagian tanaman yg tidak di inginkan
dan pengotor" lainnya yg masih tertinggal.
7.penyimpanan/pengemasan
Disimpan pada wadah yg baik:
Tidak inert(wadah yg tidak beracun)
Mampu melindungi simplisia dri serangga,mikroba,dan pengaruh
cahaya langsung

Senyawa yg terkandung dlm belimbing wuluh yaitu:


*tanin yg dimanfaatkan sebagai obat diare,obat untuk menghentikan
pendarahan(hemostatik) dan obat wasir

17
18
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. UJI ORGANOLEPTIK

19
B.UJI MIKROSKOPIK

1.DAUN KATUK

2. lengkuas

3. Daun belimbing wuluh

20
4. Daun seledri

5. Daun katuk

6. Buah mengkudu

21
7. Ketumbar

8. Daun dewa

BAB III

22
PENUTUP

I. KESIMPULAN
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain
simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa
simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral.
Terdapat beberapa cara dalam pembuatan simplisia yaitu, Simplisia
dibuat dengan cara pengeringan, Simplisia dibuat dengan fermentasi,
Simplisia dibuat dengan proses khusus, dan Simplisia pada proses
pembuatan memerlukan air.

23
DAFTAR PUSTAKA

24

Anda mungkin juga menyukai