Anda di halaman 1dari 18

RENCANA TUGAS MAHASISWA

BIJI KOPI ( Coffea Semen )

Dosen Pengampu

I Wayan Martadi Santika, S.Farm., M.Si., Apt


Putu Yudhistira Budhi Setiawan, S.Farm., M.Si., Apt

Disusun Oleh Kelompok 4 :

A.A. Aditya Bhadrapada Pudja (171200160)


Ni Kadek Puspa Yuningsih (171200179)
Ni Putu Sukma Devi (171200188)
Ni Putu Tika Setia Sari (171200189)

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................


2.1 Determinasi Tanaman .....................................................................................
2.2 Morfologi Bagian Tanaman............................................................................
2.3 Gambaran Mikroskopis Simplisia ..................................................................
2.4 Kandungan Metabolit Tanaman .....................................................................
2.5 Variabilitas dan Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Bahan .......................

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 14


3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 14
3.2 Saran .............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan ekosistem.
Dilihat dari hasilnya, tanaman atau tumbuhan merupakan sumber kebutuhan kita baik
sandang, pangan maupun papan. Kita dapat makan yang merupakan sumber energi
karena ada tanaman. Kita dapat bernafas dengan baik dengan menghirup oksigen
karena oksigen merupakan hasil reaksi fotosintesis dari tanaman. Kita juga dapat
meminum air bersih dikarenakan jasa tumbuhan yang menyimpan cadangan air
melalui akar-akarnya yang itu semua merupakan hasil aktifitas menanam.
Dalam kehidupan sehari - sehari, kita ketahui bahwa banyak masyarakat di
dunia ini sudah kenal bahwa sebagian dari tanaman ini adalah obat. Sering kita lihat
bahwa sebagian dari masyarakat memanfaatkan tanaman sebagai makanan,
sedangkan pada bidang farmasi mengenal bahwa sebagaian tanaman dapat
dimanfaatkan sebagai obat - obatan.
Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat Indonesia khususnya
seorang farmasi harus semakin mengenal tentang jaringan-jaringan yang terdapat
dalam tanaman khususnya simplisia yang dapat dijadikan obat, salah satunya
tanaman kopi. Yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan secara makroskopik dan
mikroskopik, dimana dengan hal ini kita dapat mengetahui kandungan dari tanaman
tersebut beserta khasiatnya.
Kopi termasuk golongan tumbuhan angiospermae, yaitu tumbuhan dengan biji
tertutup. Lapisan pertama disebut dengan kulit luar, lapisan keras seperti kayu,
lapisan ini berfungsi melindungi biji kopi yang ada didalamnya. Sedangkan lapisan
kedua adalah kulit dalam, yaitu selaput tipis yang biasanya disebut kulit ari. Didalam
lapisan-lapisan itu terdapat inti biji yang terdiri dari dua bagian yaitu lembaga dan
putih lembaga. Lembaga atau embrio adalah calon individu baru, sedangkan putih
lembaga atau albumen merupakan jaringan berisi cadangan nutrisi untuk masa
perkecambahan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa determinasi tanaman dari biji kopi ?
2. Bagaimana morfologi bagian tanaman dari biji kopi ?
3. Bagaimana gambaran mikroskopis simplisia dari biji kopi ?
4. Apa saja kandungan metabolit tanaman biji kopi ?
5. Apa variabilitas dan factor yang mempengaruhi kualitas bahan alam biji
kopi ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman merupakan proses dalam menentukan nama atau jenis
tumbuhan secara spesifik. Determinasi bertujuan untuk mendapatkan suatu spesies se
spesifik mungkin dan tepat sasaran, karena dalam proses pemanfaatannya, tumbuhan
memiliki berbagai jenis varietas yang kadang membingungkan, digunakan untuk
penelitian, jamu-jamu, obat dan sebagainya. Untuk itulah, dibutuhkan suatu acuan
yang mendetail untuk menentukan se spesifik mungkin suatu tumbuhan, agar tepat
sasaran dalam pemanfaatannya.
Klasifikasi tanaman kopi :
1. Nama Latin : Coffea sp
2. Nama Simplisia : Coffea semen
3. Klasifikasi : Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea L.

2.2 Morfologi Tanaman Kopi


Morfologi tanaman kopi terdiri dari akar, batang, daun, buah, dan bunga. Morfologi
tanaman kopi mulai dari batang, daun, buah, bunga dan akar mempunyai fungsi atau
manfaatnya masing- masing. Berikut ini adalah keterangan dari morfologi tanaman
kopi,yaitu :
2.2.1 Akar
Tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah.
Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai
perakaran yang dangkal dimana kedalamanya hanya mencapai 0-30 cm.
Oleh karena itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada kemarau
panjang bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa.
Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah
rebah. Tetapi akar tunggang tersebut hanya di miliki oleh tanaman kopi
yang bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang
batang bawahnya merupakan semaian. Tanaman kopi yang bibitnya berasal
dari bibit stek, cangkokan atau bibit okulasi yang batang bawahnya
merupakan bibit stek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah
rebah.

2.2.2 Batang
Kopi adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili
Rubiaceae dan genus coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan
bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. Pohon kopi berbatang
tegak lurus dan beruas-ruas hampir pada tiap tumbuh kuncup kuncup pada
batang dan cabang susunannya agak rumit pada batang-batang itu sering
tumbuh cabang yang tegak lurus, yang disebut cabang (orthotrop) nama
cabang atau tuna-tunas yang tumbuh pada batang itu bisa disebut tunas air
atau cabang air dan cabang yang tumbuh kesamping disebut plagiotrop.
2.2.3 Daun
Kopi mempunyai daun bulat telur, ujungnya agak meruncing sampai bulat
tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting tersusun berdampingan
pada ketiak. Daun lebar, memanjang lebar, 20-30 cm panjangnya, 10-16 cm
lebarnya,urat daun tenggelam, sehingga permukaan daun jelas berlekuk-
lekuk. Pangkal daun membulat. Tangkai daun 1 cm, tulang samping lk 10-
12 pasang; helaian daun mengkilat, ujung meruncing mendadak dari bagian
yang mula-mula membulat.

2.2.4 Bunga
Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur kira-kira 2
tahun.mula- mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada
batang utama atau cabang reproduksi. Tetapi bunga yang keluar dari kedua
tempat tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya
terbatas, dan hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat
muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang
terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup
sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup bunga.
Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara serempak dan
bergerombol. Tumbuhnya bunga kopi pada ketia-ketiak cabang primer
tersusun berkelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 4-6 kuntum bunga
yang bertangkai pendek. Pada tiap tiap ketiak daun dapat tumbuh 3-
4 kelompok bunga maka pada tiap buku dapat tumbuh kira kira 30 kuntum
bunga atau lebih dan pada musim berbunga.

2.2.5 Buah
Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang
masak berwarna merah. Pada umumnya kopi mengandung 2 butir biji, biji
biji tersebut mempunyai bidang yang datar (perut) dan bidang yang
cembung (punggun).Buah terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah
terdiri atas 3 (tiga) bagian lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging
(mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tetapi keras.
Buah kopi umumnya mengandung 2 butir biji, tetapi kadang kadang hanya
mengandung satu butir saja.Biji kopi ini disebut biji kopi lanang/kopi
jantan/kopi bulat.
2.3 Gambaran Mikroskopis Simplisia Biji Kopi
Warna serbuk: coklat tua-hitam
Fragmen pengenal: sel batu makrosklereid (berbentuk batang) dan endosperm
berdinding tebal

2.4 Kandungan Metabolit Tanaman Biji Kopi


Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda
antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan
senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa
metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom.
Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau
pada fase-fase tertentu.
Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan misalnya untuk mengatasi hama dan
penyakit, menarik pollinator dan sebagai molekul sinyal. Salah satu contoh metabolit
sekunder yang menyebabkan rasa pada kopi yaitu kafein, dimana rasa yang
dihasilkan adalah rasa pahit. Kafeina dijumpai pada banyak spesies tumbuhan, di
mana ia berperan sebagai pestisida alami. Kafeina melumpuhkan dan mematikan
serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. Kadar kafeina yang
tinggi juga ditemukan pada tanah disekitar semai biji kopi. Diketahui bahwa ia
berperan sebagai penghambat perkecambahan yang menghambat perkecambahan
semai kopi lain di sekitarnya, sehingga meningkatkan tingkat keberlangsungan hidup
kecambah kopi itu sendiri.
Selain itu, biji kopi ini juga mengandung senyawa polifenol. Polifenol dapat
diartikan suatu senyawa kimia yang umumnya terdapat pada bahan alam dimana
struktur dasarnya memiliki gugus aromatic yang terikat satu atau lebih gugus OH.
Senyawa ini telah menjadi pusat perhatian oleh para ilmuwan karena memiliki
banyak manfaat bagi kesehatan
Polifenol mampu mencegah atau mengobati penyakit degenerative yang
kronik seperti kanker, diabetes, penyumbatan pembuluh darah, dan penyakit
neurodegenerative. Selain itu, polifenol juga terkenal kemampuannya sebagai
antioksidan. Sifat antioksidan senyawa ini berkaitan dengan keberadaan gugus
fenolik yang dikandungnya yang dapat mendonorkan atom hidrogen pada suatu
radikal bebas sehingga tidak lagi bersifat reaktif.
Antioksidan dapat diartikan sebagai suatu senyawa yang memiliki
kemampuan melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif dengan
cara menghambat terjadinya suatu oksidasi yaitu bereaksi dengan radikal bebas yang
reaktif sehingga membentuk radikal bebas tak reaktif..Saat ini ditemukan bahwa
ternyata radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit. Hal ini
disebabkan karena radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki elektron tunggal
bebas di kulit terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan protein,
lipid, karbohidrat atau DNA. Reaksi antara radikal bebas dengan molekul tersebut
berujung pada timbulnya suatu penyakit. Radikal bebas atau oksigen reaktif dapat
menyebabkan penuaan dini, memicu terjadinya kanker, meningkatkan kadar LDL
(Low Density Lipoprotein) yang dapat menyebabkan penimbunan kolesterol pada
dinding pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan penyakit jantung koroner.

2.5 Variabilitas dan Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Bahan Alam


Secara alamiah, kualitas senyawa bioaktif dalam tumbuhan hidup ditentukan
oleh faktor internal yaitu genetik dan umur tanaman serta dipengaruhi oleh faktor
eksternal seperti klimatik, geografi, hama dan penyakit. Selain kedua faktor tersebut,
waktu panen dan penanganan pascapanen juga dapat berpengaruh terhadap kualitas
simplisia.

1. Pengolahan dan Penanaman


Faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas senyawa bioaktif dalam
tumbuhan biji kopi pada saat pengolahan yaitu :
a. Genetika
Yang dimaksud dengan faktor genetika di sini adalah dari mana
tanaman tersebut berasal. Berdasarkan bahan bakunya, simplisia biji
kopi diperoleh dari tanaman yang dibudidayakan. Simplisia yang
diperoleh dari tanaman budidaya, keseragaman umur, masa panen, dan
galur tanamannya dapat dipantau. Namun tanaman budidaya juga ada
kerugiannya yaitu pemeliharaan yang rutin menyebabkan tanaman
menjadi manja dan mudah terserang hama dan penyakit tanaman yang
lainnya. Serta penggunaan pestisida juga menyebabkan konsekuensi
tercemarnya simplisia dengan residu pestisida.
b. Persiapan lahan dan penanaman
Persiapan lahan disini dapat diartikan sebagai pengolahan tanah.
Pada dasarnya pengolahan tanah bertujuan untuk menyiapkan tempat
atau media tumbuh yang serasi bagi pertumbuhan tanaman. Tanah
yang baik untuk tanaman biji kopi adalah tanah yang memiliki
kesuburan fisik maupun kimiawi. Kesuburan fisik sangat erat
hubungannya dengan struktur tanah yang menggambarkan susunan
butiran tanah, udara, dan air sehingga dapat menjamin aktivitas akar
dalam mengambil zat-zat hara yang diperlukan tanaman. Sedangkan
kesuburan kimiawi erat hubungannya dengan kemampuan tanah
menyediakan kebutuhan nutrisi untuk tanaman. Di samping itu,
pengolahan tanah mencakup pula menghilangkan gulma yang
merupakan saingan tanaman, menimbun atau meratakan bahan
organik, dan menjaga saluran drainase untuk mencegah terjadinya
kelebihan air.
Dalam penanaman juga harus diperhatikan jarak atau kerapatan
penanaman antara tanaman biji kopi yang satu dengan tanaman biji
kopi yang lainnya sehingga dapat mempermudah dalam pemeliharaan,
c. Faktor Geofisika
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu :
 Temperatur
Perubahan temperatur secara berkala dan pergantian musim
berpengaruh terhadap senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh
tumbuhan.
 Cahaya
Lama pencahayaan, intensitas dan radiasi dapat mempengaruhi
kualitas senyawa bioaktif yg dihasilkan oleh tumbuhan.
 Curah hujan
Ketersediaan air dalam tanah dapat mempengaruhi kualitas
senyawa bioaktif dalam tumbuhan hidup.
 Keadaan tanah
Seperti sifat fisik (tanah yang gembur dan keras), kimia,
kondisi mikrobiologi tanah, termasuk adanya cemaran
pestisida.
d. Faktor Biotik
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu :
 Keberadaan serangga (hama)
Misalnya terdapat telur serangga di daun atau batang tanaman
kopi yang dapat menyebabkan terganggunya proses respirasi
atau fotosintesis sehingga produksi metabolit sekundernya
berkurang.
 Adanya hewan herbivora yang berkompetisi.
 Adanya kompetisi dengan tanaman lain.
2. Pemanenan atau Pemungutan Hasil
a. Waktu Panen
Waktu panen sangat berhubungan erat dengan pembentukan
senyawa bioaktif dalam organ tanaman tersebut. Waktu yang tepat untuk
panen adalah pada saat senyawa bioaktif berada dalam jumlah maksimal
pada organ tanaman yang dikumpulkan.
Selain waktu panen, dalam pengumpulan simplisia juga harus
diperhatikan keadaan atau cuaca pada saat proses pengumpulan.
b. Teknik Pengumpulan
Pemanenan (pengumpulan) tanaman dapat dilakukan secara
manual (pemetikan dengan tangan) ataupun secara mekanik (
pemetikan dengan menggunakan mesin). Apabila pengumpulan
dilakukan secara manual, maka ketrampilan pemetik dalam
menentukan dan memetik organ yang sesuai dari tanaman sangat
penting diperhatikan. Dalam hal ini pengalaman dari pemetik
memegang peranan penting. Ketrampilan diperlukan untuk
memperoleh simplisia yang benar dan tepat serta tidak merusak
tanaman induk.
Cara pemanenan mekanik dengan menggunakan mesin diperlukan
apabila dari segi pertimbangan ekonomi, keadaan simplisia yang
dikumpulkan dapat dilaksanakan. Penggunaan mesin biasanya
digunakan untuk memanen simplisia dari tanaman sekali panen.
3. Penanganan Pasca Panen
a. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran – kotoran atau
bahan – bahan asing lainya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia
biji kopi bahan – bahan seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar
yang telah rusak, serta pengotor lainya harus dibuang.
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran
lainya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan
air bersih, misalnya air dari mata air, air dari sumur atau air PAM.
c. Pengubahan Bentuk
Pengubahan bentuk bertujuan untuk memperluas permukaan
simpisia. Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah
proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
d. Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan
dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Pengeringn dapat
dilakukan secara alamiah dengan cara dijemur di bawah panas sinar
matahari langsung atau dengan diangin-anginkan ditempat sejuk.
Sedangkan untuk pengeringan buatan dapat digunakan alat yang dapat
diatur suhu, kelembaban, tekanan, dan sirkulasi udaranya misalnya oven.
e. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda – benda
asing seperti bagian – bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
pengotor – pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia
kering.
f. Pengepakan dan penyimpanan
Pada penyimpaan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang
dapat mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan,
pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara
sortasi dan pemeriksaan mutu, serta cara pengawetanya. Penyebab
kerusakan pada simplisia yang utama adalah air dan kelembaban. Cara
pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan
penggunaan pengemasaan. Bahan dan bentuk pengemasan harus sesuai,
dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia, dan dengan
memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan
maupun penyimpananya.
g. Pemeriksaan mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau
pembelian dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang
diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum
untuk simplisia seperti yang disebutkan dalam Farmakope Indonesia,
Ekstra Farmakope Indonesia ataupun Materia Medika Indonesia Edisi VI.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai