Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH OBAT TRADISIONAL

SIMPLISIA JAHE

Dosen Pengampu : Lilis Sugiarti, M.Si

Disusun Oleh :

Nama : Siti Nor Latifah

NIM : 201705049

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA

KUDUS 2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, makalah OBAT TRADISIONAL mengenai
“SIMPLISIA JAHE” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Meskipun kami
menyadari masih banyak terdapat kesalahan didalamnya. Tidak lupa pula kami
ucapkan terimakasih kepada Ibu Lilis Sugiarti, M.Si. Yang telah membimbing dan
memberikan tugas ini.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kudus,28 Maret 2020

( Siti Nor Latifah )

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………….………………... ….……………………...

DAFTAR ISI……………….………………... ….……………………..................2


BAB I……………….………………... ….……………………..............................4
PENDAHULUAN……………….………………... ….……………………..........4
1.1 Latar Belakang……..….……………….………………... ….………….....4
1.2 Rumusan Rasalah……...……………….………………... ….………...…...5
1.3 Tujuan…………..……………….………………... ….……………………5
BAB II……………….………………... ….…………………….............................6
2.1 Tinjauan Pustaka……………….………………... ….……………………6
2.2 Klasifikasi Tanaman Jahe…..……………….………………... ….………7
2.3 Deskripsi Tanaman……………….………………... ….…………………8
2.4 Pembuatan Simplisia……………….………………... ….………………10
BAB III……………….………………... ….……………………........................13
PENUTUP……………….………………... ….……………………....................13
3.1 KESIMPULAN……………….………………... ….…………………….13
DAFTAR PUSTAKA……………….………..……... ….………………….…...14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar didunia, Negara yang memiliki


begitu banyak keanekaragaman baik habitat, maupun flora dan fauna yang
dimilikinya. Keanekaragaman ini pula membuat Indonesia memiliki banyak
keanekaragaman hayati termasuk juga keanekaragaman tanaman obat tradisional
atau lebih sering dikenal dengan tanaman herbal.

Bumi Indonesia yang subur sangat cocok untuk tanaman jahe, namun, pada
kenyataannya tidak mudah untuk mendapatkan jahe dengan kualitas dan kuantitas
yang dibutuhkan, baik kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Belum banyak
masyarakat yang berminat untuk bertanam jahe. Kemungkinan hal itu karena jahe
membutuhkan perawatan yang cukup ketat, pengawasan, waktu panen yang lama,
dan faktor keamanan. Hal itu tentu saja karena jahe memiliki harga yang cukup
tinggi.

Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami


yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan
kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah Dikeringkan
(Dapertemen kesehatan RI :1989).

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Simplisia?
2. Bagaimana Klasifikasi Tanaman Jahe?
3. Bagaimana Cara Pembuatan Simplisia Tanaman Jahe?

1.3 Tujuan
1. Mempelajari cara pembuatan simplisia jahe.
2. Mengetahui hasil rendemen simplisia yang di dapat serta susut
pengeringan pada rimpang jahe.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka


Pengertian simplisia menurut farmakope indonesia edisi III adalah
bahan alam yang digunakan sebagai obat alam yang belum mengalami
pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah
dikeringkan.

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang


belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yang
berupa tanaman, eksudat tanaman adalah isi sel yang dengan cara tertentu
dikeluarkan dari sel dan zat-zat nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan
dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.

 Jenis Simplisia
a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat
tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau
yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati
lainnya yang dengan cara tertent dipisahkan dari tanamannya.
b. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh , bagian
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni.
c. Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

6
2.2 Klarifikasi tanaman Jahe
Division : Spermatophy
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinalle (L)

Jahe atau zingiber officinale merupakan salah satu tanaman berupa


tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe adalah tanaman rimpang yang
sangat populer dikalangan masyarakat baik sebagai bahan rempah dapur
ataupun bahan obat.
Jahe dipekirakan berasal dari asia pasifik yang penyebarannya
mulai dari India hingga wilayah cina. Dari India, jahe mulai dijadikan
sebagai bahan rempah untuk diperjualbelikan yang jangkauan
pemasarannya hingga wilayah asia tenggara, jepang, tiongkok, hingga
wilayah timur tengah.
Jahe masuk kedalam suku temu-temuan (Zingiberancae), nama
imiah jahe berasal dari bahasa yunani zingiberi yang diberikan oleh
seorang bernama William Roxburgh. Tanaman ini masih masih satu famili
dengan temu-temuan lainnya semisal temu hitam (curcuma aeruginosa),
kencur (Kaempferia galanga), temu lawak (Cucuma xanthorrizha),
lengkuas (Languas galangal), dan sebagainya.
 Karakteristik Bibit Berkualitas
Tanaman jahe biasanya diperbanyak melalui pembiakan vegetative,
yaitu dengan cara memotong rimpangnya untuk ditanam kembali.
Meskipun mudah untuk membuat bibit sendiri, tetapi harus
memperhatikan kualitas bibit yang baik agar pertumbuhan dan produksi
tanaman juga baik.

7
Untuk memperoleh kualitas bibit yang baik, sebaiknya diperhatikan beberapa hal
yang mempengaruhinya :

- Rimpang yang akan dijadikan bibit diambil langsung dari kebun. Hal itu
karena bibit yang baik berasal dari rimpang yang segar.
- Rimpang diambil dari tanaman yang sehat adalah rimpang yang
kondisinya tidak terluka. Selain itu, rimpang yang baik berasal dari
tanaman berumur 10 bulan (rimpang tua).
- Bibit yang baik berukuran sekitar 3-7 cm dengan berat antara 25-60 g
untuk jahe putih besar. Sementara itu, untuk jahe putih kecil dan jahe
merah bobotnya 20-40 g di setiap potongan rimpang.
- Rimpang yang akan dijadikan bibit memiliki 3 mata tunas atau lebih.
- Bagian rimpang yang terbaik untuk dijadikan bibit adalah rimpang pada
ruas kedua dan ketiga.
- Kebutuhan bibir per ha untuk jahe merah dan jahe emprit adalah 1-1,5 ton.
Sementara itu, jahe putih besar yang dipanen tua membutuhkan bibitb 2-3
ton/ha dan 5 ton/ha untuk jahe putih besar yang dipanen muda.
- Rimpang yang telah terinfeksi penyakit tidak dapat digunakan sebagai
bibit karena akan menjadi sumber penularan penyakit. Jika ditanam, bibit
sakit akan membuat pertumbuhan tanaman tidak baik. Dengan demikian,
hasil panen yang diperoleh tidak akan memuaskan, bahkan bisa gagal
panen. Oleh karena itu, bibit jahe yang akan ditanam harus jelas asal-
usulnya,
- Bibit yang digunakan harus dipastikan bukan dari kebun yang terserang
bakteri Pseudomonas solanacearum, cendawan Rhizoctonia solani,
maupun hama lalat rimpang Mimegralla coeruleifrons dan Enmerus
figurans. Jika bibit tersebut ditanam tidak akan tumbuh dengan baik dan
tentu saja membuat produksi menurun.

2.3 Deskripsi Tanaman


a. Karakteristik
Tanaman jahe merah memiliki batang semu, dan biasanya ketinggiannya
mencapai 30 cm bahkan ada yang mencapai 1 m. Daun tanaman jahe merah
sempit dengan panjang 15-23 mm. Tangkai daun jahe merah berbulu dan
memiliki panjang 2-4 mm.Tanaman ini juga memiliki bunga. Batang bunga

8
akan tersembul keluar dari dalam tanah bukan dari batang daun. Berbetuk
tongat, gagang bunga tidak berbulu, bunganya berwarna merah dan dilindungi
oleh daun yang berwarna hijau.Tanaman ini hanya dapat tumbuh pada tanah
yang subur, gembur dan banyak mengandung nutrisi.Jahe merah dapat tumbuh
pada daerah subtropis dan tropis. Di Indonesia tanaman ini dapat tumbuh di
mana saja. Bahkan Anda dapat menanam tanaman ini di dalam kantung
polybag atau bahkan karung. Jika jahe merah siap panen atau sekitar 9-12
bulan, maka daun akan berwarna kuning dan batang mulai mengering.

b. Morfologi
Jahe merah mempuyai nama latin Zingiber officinale vatietas
rubrum.Warna rimpang berwarna merah, jika hasil panen bagus, maka
rimpang yang akan dihasilkan sangat banyak.Bentuk rimpang jahe merah agak
kecil, dan menghasilkan serat kasar.Rasa jahe merash agak sedikit berbeda
dengan jahe pada umumnya, lebih pedas, aroma yang dihasilkan lebih tajam.
Jenis hama penyakit pada tanaman jahe merah

c. Fitofarmaka
Tanaman ini lebih dikenal berkhasiat sebagai pencahar, antirematik, dan
peluruh masuk angin. Rimpang jahe merah mengandung minyak asiri yang
terdiri dari zingeberin, kamfena, lemonin, zingiberen, zingiberal, gingeral, dan
shogool. Kandungan lainnya, yakni minyak damar, pati, asam organik, asam
malat, asam aksolat, dan gingerin.

d. Khasiat
 Menurunkan darah tinggi, jahe dapat memperlebar pembuluh darah dan
merangsang pelepasan hormon adrenalin sehingga aliran darah dapat
mengalir cepat dan lancar yang berefek darah tinggi dapat diatasi
 Memperlancar proses pencernaan, kandungan enzim protease dan lipase
membantu mencerna protein dan lemak dalam tubuh

9
 Membersihkan darah kotor, dan mendorong pengeluaran keringat sehingga
orang lebih sehat
 Menambah nafsu makan
 Mencegah penggumpalan darah
 Mencegah radikal bebas

2.4 Pembuatan Simplisia


Adapun Penjelasan masing-masing langkah adalah sebagai berikut :
a. Sortasi basah

Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari


kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang
jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk
pencucian. Diperoleh berat untuk rimpang jahe dan lengkuas sebesar 1 kg.

b. Pencucian

Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air
bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor
lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang
terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam
tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena
dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung
bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah
yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat
dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

c. Perajangan

Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan
alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang
dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah
perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember.

10
Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
Diperoleh berat basah untuk rimpang jahe dan lengkuas sebesar 1 kg.

d. Pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan yaitu dengan alat pemanas/oven pada suhu


40-50oC. Pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah
kadar airnya dibawah 8%.. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di
atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk.
Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan. Diperoleh
berat untuk rimpang jahe dan lengkuas sebesar 300 gram.

e. Sortasi kering

Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan


dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti
kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil
penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya). Diperoleh berat untuk
rimpang jahe dan lengkuas sebesar 300 gram. Sehingga diperoleh
rendemen sebesar 30% untuk kedua rimpang tersebut.

f. Pengepakaan dan penyimpanan

Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong


kertas). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan
nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi,
nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi
30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor,
terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan
yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar
matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.

g. Pemeriksaan mutu

11
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau
pembelian dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang
diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum
untuk simplisia seperti yang disebutkan dalam Buku Farmakope
Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia ataupun Materia Medika
Indonesia Edisi terakhir (Anonim,1985).

12
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat alam yang
belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa
bahan yang telah dikeringkan.
Dalam pembuatan simplisia harus mengikuti tahap cara pembuatan yang
sesuai standar mutu pembuatan simplisia yaitu :

1. Pengumpulan bahan baku


2. Sortasi basah
3. Pencucian
4. Perajangan
5. Sortasi kering
6. Penghalusan
7. Penyimpanan

13
DAFTAR PUSTAKA

Adiguna, Parjan. 2014. The Secret of Herbal. Sleman, Yogyakarta: Cetakan


Pertama.

Agoes, Azwar. 2012. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Buku Pertama.

Alita Margahana, Debby. 2014. Uji Efektifitas Rimpang Jahe Merah (Zingiber
offficinale) Sebagai Analgetik Pada Mencit Putih (Mus musculus).
Lampung: Karya Tulis Ilmiah.

Andoko, Agus. 2005. Budi Daya dan Peluang Bisnis Jahe. Jakarta: Cetakan
Pertama.

Araska. 2015. Untung Besar Budidaya Jahe Merah. Bantul, Yogyakarta: Cetakan
Pertama.

Bahari, Hamid. 2013. Tanaman-Tanaman Ajaib Untuk Kesehatan, Kecantikan,


dan Kecerdasan. Banguntapan, Jogjakarta: Cetakan Pertama.

Dwi Setyaningrum, Hesti. 2013. Jahe. Jakarta: Cetakan Pertama.

https://musdafarma.wordpress.com/2014/02/05/laporan-farmakognosi-simplisia-
folium-akfar-2012/

https://sahadaanggi.wordpress.com/2012/04/14/simplisia-dan-skrinning-fitokimia/

http://ndrasendana.blogspot.co.id/2014/05/pemeriksaan-haksel.html

14

Anda mungkin juga menyukai