PENUNTUN
PRAKTIKUM
PRODI SARJANA FARMASI, INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA
NAMA MAHASISWA :
NIM :
Segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena anugrahNya Diktat
petunjuk Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetika Prodi Sarjana Farmasi
Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam dapat terselesaikan. Penulis mengharapkan
dengan diterbitkannya Diktat Petunjuk Praktikum Biofarmasetika &
Farmakokinetika, praktikan dapat mempelajari dan memahami tentang uji yang
berhubungan dengan biofarmasetika dan farmakokinetika obat.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam Diktat
Petunjuk Praktikum Biofarmasetika dan sangat berharap akan kritikan yang
membangun dari berbagai piak atas kekurangan tersebut. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada tim yang telah membantu penyusunan dan penerbitan Diktat
Petunjuk Praktikum Biofarmasetika ini.
Batam,
Penulis
VISI INSTITUT
Menjadi Institut Kesehatan yang unggul menghasilkan tenaga kesehatan
yang professional dan kompetitif pada tahun 2034
MISI INSTITUT
1. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan yang professional untuk
mengembangkan pendidikan yang berorientasi pasar, baik lokal maupun
nasional dan menghasilkan SDM yang mempunyai kemampuan intelektual,
teknikal, dan interpersonal di bidang kesehatan yang mampu bersaing
ditingkat lokal dan nasional
2. Menyelenggarakan penelitian yang menghasilkan produk penelitian sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi penelitian
dasar, terapan, dan kebijakan khususnya dibidang kesehatan.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan
taraf kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
4. Menyelenggarakan kerjasama dengan instansi pendidikan, pelayanan
kesehatan di tingkat lokal, nasional dan global
VISI FARMASI
Menjadi Program Studi Sarjana Farmasi Yang Profesional dan Kompetitif Khususnya
Dalam Bidang Farmasi Klinis dan Komunitas, Mampu Bersaing di Tingkat Nasional
Pada Tahun 2029.
MISI FARMASI
FORMAT LAPORAN
1. Bab I : Pendahuluan
Memuat hal-hal yang mendasari pentingnya malakukan praktikum ini baik secara
umum sebagai ilmu dalam kefarmasian, maupun secara khusus untuk memahami
matakuliah biofarmasetika dan farmakokinetika.
Memuat maksud dan tujuan praktikum yang dapat terdiri dari tujuan umum dan
khusus
Memuat dasar-dasar teori yang penting diketahui dalam melaksanakan praktikum ini,
serta teori-teori yang diperlukan dalam mambuat pembahasan hasil praktikum
a. Memuat data-data yang didapat dari hasil percobaan, dibuat sesuai dengan
format lembar praktikum yang terdapat pada akhir modul praktikum
b. Memuat gambar-gambat/tabel/grafik
d. Perhitungan
e. Pembahasan
5. Bab V : Kesimpulan
Berisi hal-hal yang disimpulkan dari hasil analisis percobaan dan pembahasan
yang merupakan jawaban dari tujuan praktikum.
6. Daftar pustaka
Agar laporan anda tidak tercecer maka, disarankan anda menjilid rapi laporan
praktikum yang telah anda buat dan membuat kopi laporan yang telah selesai.
Gambaran Umum
Diktat ini dilaksanakan pada semester 4, tahun ke 2. Pencapaian belajar mahasiswa
dijabarkan dengan penetapan kompetensi utama, kompetensi penunjang, learning
outcome sebagaimana yang diatur dalam Standar Kompetensi Ikatan Apoteker
Indonesia serta sasaran pembelajaran yang didapat dari penjabaran learning outcome.
Pada Diktat Praktikum ini mahasiswa akan belajar tentang mekanisme perjalanan
dan nasib obat dalam tubuh, faktor – faktor biofarmasetika dan bioavaibilitas,
farmakokinetika dan aplikasinya dalam bidang farmasi dan pengobatan serta model –
model farmakokinetika dan penyesuaian dosis.
Yang dipelajari oleh mahasiswa meliputi Pengantar farmakokinetika, laju dan order
reaksi, model kompartemen satu terbuka, model kompartemen dua, model non
kompartemen, infusi intravena, farmakokinetika non linier, pengaturan dosis ganda,
metabolisme obat dan ikatan obat protein, proses biofarmasi/biofarmasetika dari
produk obat, membran biologis dan mekanisme absorpsi, biofarmasi obat yang
diberikan PO., optalmik, parenteral dan paru-paru, bioavailabilitas dan bioeqivalensi
serta metode uji bioavaibilitas.
Modul ini akan dipelajari dengan mengunakan strategi Problem Based Learning,
dengan metode diskusi tutorial menggunakan seven jump steps, kuliah pakar, dan
belajar keterampilan klinik di laboratorium keterampilan.
1. Pharmaceutics
2. Physicochemical Basis of Pharmacy
3. Human Structure dan Function
4. Introduction to Pharmaceutical Chemistry
5. Applied Pharmaceutical Chemistry
Area Kompetensi 1:
Optimalisasi Penggunaan Obat
Deskripsi :
Mampu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah terkait obat berlandaskan
pedoman terapi dan pendekatan berbasis bukti untuk mengoptimalkan terapi.
Standar 1.1 Berperan aktif dalam pemilihan terapi obat
Standar 1.2 Memantau dan mengevaluasi pengobatan pasien
Standar 1.3 Memantau dan mengevaluasi efek samping obat
Standar 1.4 Mengevaluasi penggunaan obat
Standar 1.5 Memantau kadar obat dalam darah
Selain sifat fisikokimia, rute pemberian akan mempengaruhi ketersediaan hayati obat.
Dari data hasil kadar obat dalam plasma yang diperoleh kemudian dapat ditentukan
parameter farmakokinetikanya. Oleh sebab itu pada praktikum Biofarmasetika juga
dilakukan penentuan parameter farmakokinetika obat yang digunakan melalui rute
Materi yang tidak kalah penting adalah pengujian mengenai bioavaibilitas dan
bioekivalensi (BA/BE) obat. Studi BA/BE penting dalam dunia farmasi karena
merupakan pengujian yang perlu dilakukan untuk mengenai kesetaraan produk mee
to dan produk innovatornya berdasarkan parameter farmakokinetik yang diperoleh
dari hasil analisa pengujian kadar obat dalam plasma.
1. Tujuan Percobaan
Untuk Menganalisis Kecepatan Absorbsi luminal dengan berbagai macam
jalur pemberian obat
2. Landasan Teori
Pada kegiatan praktikum ini, Anda akan menganalisa efek absorbsi obat yang
diberikan dalam berbagai rute pemberian terhadap kadar obat didalam tubuh
dengan mengamati efek kecepatan efek yang tarjadi (onset) dan lama efek
tersebut bertahana pada hewan uji (durasi).
Selain karena faktor rute pemberian maka absorbsi juga dipengaruhi oleh sifat
fisik dan kimia dari bahan aktif yang diberikan, Bentuk asam, ester, garam,
kompleks atau hidrat dari bahan obat dapat mempengaruhi kekuatan dan
proses absorpsi obat. Selain itu bentuk kristal atau polimorfi, kelarutan dalam
lemak atau air, dan derajat ionisasi juga mempengaruhi proses absorbsi.
5. Lembar Kerja
Per Oral 1
Subkutan 1
Intravena 1
Na. CMC 1
Hilang Kembali
Peroral 1
Subkutan 1
Intravena 1
Na CMC 1
Batam, ……………………
Ringkasan
1. Kecepatan timbulnya efek suatu obat dikenal sebagai onset obat. dan lamanya
efek obat dikenal sebagai durasi obat
2. Onset obat bergantung pada kecepatan absorbsi obat.
3. Kecepatan absorbsi obat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk cara
pemberian dan lokasi pemberian obat, bentuk sediaan dan sifat fisik dan kimia
sediaan.
4. Kecepatan obat tersebut sampai kedalam darah akan mempercepat onset obat
yang teramati.
Pelaksanaan
Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 3 kelompok dan masing–masing
kelompok terdiri dari 3 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang
yang berbeda.
Sebelum penelitian dilakukan, mencit diaklimatisasi selama 7 hari untuk
membiasakan pada lingkungan percobaan, dan diberi makanan standar
Hewan dianggap sehat apabila perubahan berat badan tidak lebih dari 10%
serta memperlihatkan perilaku normal
1. Gunakan mencit jantan sebanyak 9 ekor
2. Ditimbang berat badan tiap mencit lalu catat
3. Mencit kemudian dikelompokkan secara rawu ke dalam 3 kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 3 ekor, dimana kelompok I sebagai kontrol, diberikan
larutan Na.CMC 1%, kelompok II sebagai kelompok oral yang diberikan
suspensi Diazepam, dan kelompok III sebagai kelompok Cimetidine yang
diberikan suspensi Diazepam dan suspense cimetidine
4. Semua pemberian dilakukan secara oral dengan dosis 0,2 ml / 30g BB mencit
5. Setiap pemberian obat dicatat waktunya, kemudian mencit diamati berapa
lama waktu yang dibutuhkan mulai tertidur (onset obat) berapa lama waktu
tidur mencit tersebut (durasi), dengan mengamati refleksi balik badan mencit.
Per Oral 1
Subkutan 1
Intravena 1
Na. CMC 1
Hilang Kembali
Peroral 1
Intravena 1
Na CMC 1
Batam, ……………………
Ringkasan
1. Metabolisme adalah proses pengubahan suatu senyawa menjadi metabolitnya
2. Jika suatu obat mengalami metabolisme akan menyebabkan kadar obat di
dalam tubuh akan berkurang (kecuali prodrug)
3. Enzim yang memetaboliseme obat dapat diinduksi (ditingkatkan kerjanya)
akibatnya kadar obat didalam tubuh berkurang
4. Enzim yang memetaboliseme obat dapat pula diinhibis (dihambat kerjanya)
akibatnya kadar obat didalam tubuh meningkat
5. Dalam percobaan ini digunakan cimetidine untuk mengahmbat kerja enzim
yang memetabolisme Diazepam sehingga kadar Diazepam meningkat di
dalam darah
30 menit
60 menit
90 menit
Batam, ……………………
7.
1. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui prinsip dan cara pengujian difusi suatu zat dari sediaan
transdermal atau topikal.
2. Landasan Teori
Kulit merupakan organ tubuh yang penting yang merupakan permukaan luar
organism dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar
Bagian atas kulit yang disebut stratum korneum terdiri atas sel tak berinti
yang disusun oleh brick (komponen selnya/korneosit) dan mortasr (kandungan
lipid interselular). Stratum kornemum dapat itembus oleh senyawa obat atau
zat kimia yang diaplikasikan ke permukaannya disebut pemberian obat secara
perkutan. Tujuan pengobatan obat secara perkutan dapat ditunjukkan untuk
pengobatan local hanya dipermukaan kulit atau pada jaringan yang lebih
dalam seperti otot dan dapat pula ditunjukkan untuk pengobatan sistemik.
- Alat :
1. Spektrofotometer UV
2. Jam / pengukur waktu
3. Neraca analitik
4. Kalkulator
5. Spatula
6. Gelas kimia
7. Alat uji difusi
8. Spuit
9. Spin bar / stirring bar
4. Prosedur Kerja
5. Lembar Kerja
Perhitungan Pembuatan Dafar Fospat 7,4
15
30
60
90
120
Batam, ……………………
7.
1. Tujuan Percobaan
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami distribusi dan ekskresi obat yang
diberikan / dipakai secara topical dengan cara tetes mata
2. Landasan Teori
Dalam proses farmakokinetik obat setelah obat mengalami fase absorpsi, distribusi,
dan biotransformasi, obat akhirnya mengalami fase ekskresi. Ekskresi merupakan
perpindahan obat dari sirkulasi sistemik menuju ke organ ekskresi. Obat mengalami
ekskresi bertujuan untuk mendetoksifikasi obat, karena telah diketahui bahwa obat
dianggap racun/ zat asing oleh tubuh. Organ ekskresi juga bermacam-macam
contohnya yang paling umum adalah ginjal, kemudian paru-paru, saliva, keringat, air
susu, empedu, dll.
2. Bahan
a. Tetes mata kloramfenikol 5 %
b. Etanol 95%
c. KCl
d. Aquadest
e. Natrium Asetat Anhidrat
f. Serbuk Zn
g. Benzoil Klorida
h. FeCl3
i. HCl 0,1 N
4. Prosedur Kerja
a. Tiap kelompok memilih 2 orang sukwan untuk percobaan
b. Pada hari praktikum sukwan diberi 2 tetes obat tetes mata
kloramfenikol
c. Sebelum ditetesi obat mata, kandung kencing dikosongkan dan urin
diambil untuk kontrol , saliva juga diambil untuk kontrol
d. Sampel saliva dikumpulkan setiap 2 menit selama 20 menit. Sampel
urine dikumpulkan pada menit ke 5, 30, 60, 90, 120 setelah minum
obat.
5. Lembar Kerja
Table 1 ekskresi obat melalui saliva
SALIVA
Waktu/ menit Warna
Kontrol
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Batam, ……………………
7.
2. Landasan Teori
Klirens obat merupakan istilah farmkokinetika untuk menggambarkan
eliminasi obat dari tubuh tanpa mengidentifikasi mekanisme prosesnya.
Kliren obat (klirens tubuh, klirens tubuh total atau ClT) menganggap seluruh
tubuh sebagai system pengeliminasi obat tunggal dimana beberapa proses
eliminasi yang tidak di identifikasi terjadi.
Setiap Obat yang masuk dalam tubuh akan mengalami proses ADME, dimana
ini sangat penting diketahui sebagai seorang farmasis apalagi apoteker.
Dimana jika terjadi gangguan pada proses ini pasti akan mengakibatkan efek
yang tidak diinginkan yaitu efek toksik atau over dosis.
Jika Sesuatu yang masuk di dalam tubuh pasti akan keluar setelah melalui
proses, begitu juga dengan obat. Eliminasi yang terjadi pada obat itu ada di
metabolism dan di ekskresi. Dimana jika obat dimetabolisme dan masih bisa
digunakan maka dia akan di metabolism kembali, sedangkan kalau obat yang
tidak dapat lagi dimetabolisme (dipakai lagi) maka akan di eliminasi dari
dalam tubuh atau ekskresi.
4. Prosedur Kerja
1. Diberikan air mineral untuk diminum
2. Diberikan obat paracetamol
3. Diambil urin pada selang waktu pada menit ke 10, 20, 30 , 40, 50
4. Disentrifuge pada 2500 rpm selama 30 menit
5. Diukur absorbansi pada spektrofotometer
6. Dihitung parameter farmakokinetiknya
5. Lembar Kerja
Log Du`᷉`- Du
t (jam) Du (mg) Du kumulatif Du`᷉`- Du kumulatif
kumulatif
10
20
30
40
50
a=
b=
r=
K = -b . 2,3
= …….. jam-1
t½
Batam, ……………………
7.
1. Tujuan Percobaan
Agar dapat memahami profil disolusi obat dalam berbagai kondisi pH
2. Landasan Teori
Untuk mencapai absorpsi sistemik, suatu obat padatan akan mengikuti
beberapa proses seperti disintegrasi, disolusi dan absorpsi melalui membrane
sel. Pada proses tersebut, laju obat mencapai sirkulasi sistemik ditentukan
oleh tahapan yang paling lambat „‟rate limiting step‟‟. Obat yang memiliki
kelarutan jelek didalam air, maka disolusi merupakan tahap penentu dalam
proses tersebut.
5. Lembar Kerja
Penentuan panjang gelombang maksimum
Batam, ……………………
7.
1. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
a. Memahami profil disolusi obat dalam berbagai kondisi pH
b. Memahami pengaruh formulasi terhadap laju disolusi tablet
2. Landasan Teori
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara dan melalui beberapa rute yang
bertujuan untuk menghasilkan efek terapi, baik secara lokal maupun sistemik.
Obat untuk mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk padat dan diberikan oral
akan mengalami beberapa proses yaitu, desintegrasi, disolusi dan absorbsi
melalui membran sel saluran pencernaan. Disolusi obat adalah proses kinetika
molekul obat dibebaskan dari fase padat dan masuk ke dalam fase larutan.
Umumnya, obat hanya dalam bentuk larutan yang dapat diabsorpsi, distribusi,
metabolisme, ekskresi, atau bahkan memberikan kerja farmakologis.
Disolusi merupakan tahap penentu dalam proses tersebut, terutama untuk zat
aktif yang memiliki tingkat kelarutan kurang baik dalam air. Obat akan
mencapai sirkulasi sistemik dimulai dengan tahapan paling lambat. Jika
proses disolusi suatu partikel obat tertentu cepat atau jika obat diberikan suatu
larutan.
3. Alat dan Bahan
Bahan: Sampel Tablet generik dan Tablet merk dagang, larutan dapar fosfat
pH 5,8.
Alat: Dissolution tester, spektrofotometer UV-VIS, pipet ukur dan peralatan
gelas.
4. Prosedur Kerja
Setiap kelompok menggunakan satu sampel uji dengan medium
disolusi yang telah ditetapkan.
Penentuan panjang gelombang larutan zat aktif; buat larutan standar
konsentrasi 10 μg/mL dan ukur serapannya pada panjang gelombang
220-350 nm.
5. Lembar Kerja
Table pengamatan
10
15
30
60
Hasil perhitungan
Batam, ……………………
7.
2. Landasan Teori
Farmakokinetika adalah pengetahuan yang mempelajari keadaan obat dan
metabolitnya di dalam tubuh makhluk hidup sebagai fungsi dari waktu setelah
proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Penentuan konsentrasi
obat dalam darah umumnya dilakukan terhadap plasma atau serum dengan
menganggap bahwa kadar obat dalam plasma mempunyai keseimbangan
dinamik dengan kadar obat dalam jaringan maka perubahan konsentrasi obat
dalam plasma akan dapat menggambarkan perubahan kadar obat dalam
jaringan.
Data konsentrasi obat dalam plasma sebagai fungsi dari waktu akan diperoleh
gambaran menyeluruh tentang kinetika obat di dalam tubuh setelah pemberian
obat melalui rute tertentu. Berdasarkan kurva hubungan antara konsentrasi
terhadap waktu akan dapat diketahui model farmakokinetika yang diikuti oleh
obat tersebut serta dapat dihitung parameter farmakokinetikanya. Obat yang
masuk ke dalam tubuh dapat mengikuti beberapa model farmakokinetika.
Model yang paling banyak digunakan adalah model kompartemen, yang
terdiri dari model kompartemen satu terbuka dan model multi-kompartemen.
4. Prosedur Kerja
a. Setiap kelompok mendapatkan data kadar obat dalam plasma yang
diberikan melalui rute oral.
b. Berdasarkan contoh data yang diberikan, tentukan apakah eliminasi
obat mengikuti orde 0 atau orde 1.
c. Hitung parameter farmakokinetika dari data yang diberikan meliputi
K, t½, Vd, Clt, Cmaks dan tmaks.
d. Buat kurva hubungan antara logaritme konsentrasi obat yang diperoleh
terhadap waktu. Hitunglah nilai AUC berdasarkan kurva yang telah
dibuat.
5. Lembar Kerja
Penentuan orde reaksi eliminasi obat
Batam, ……………………
7.
1. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan :
b. Mampu memplot data kadar obat dalam fungsi waktu pada skala
semilogaritmik.
2. Landasan Teori
Secara garis besar obat dapat diberikan secara intravaskuler (langsung masuk
ke dalam pembuluh darah) dan ekstravaskuler (di luar pembuluh darah seperti
pemberian secara oral, rektal, injeksi intramuskular, dll). Pemberian secara
ekstravaskular, obat akan masuk ke dalam sistem peredaran darah melalui
proses absorpsi. Pemberian secara intravaskular dapat dilakukan secara bolus
(sekaligus seperti injeksi intravena) atau secara kontinyu dengan suatu
kecepatan yang konstan seperti cara infus.
Setelah masuk ke dalam sistem peredaran darah, obat akan mengalami proses
distribusi metabolisme dan ekskresi. Proses “metabolisme” dan “ekskresi”
merupakan proses eliminasi. Berbagai proses tersebut akan menyebabkan
terjadinya perubahan kadar obat dalam darah dalam fungsi waktu. Melalui
pendekatan pemodelan matematis, kinetika obat dalam darah dapat
digambarkan dengan suatu model kompartemental: satu kompartemen dan
multi-kompartemen. Kinetika perubahan kadar obat untuk setiap proses yang
terjadi mengikuti kinetika orde satu.
d. Ambil cuplikan sebanyak 5mL pada waktu 5, 10, 15, 30, 45, 60 dan 90
menit setelah rangkaian dijalankan. Setiap kali pengambilan cuplikan
tambahkan sejumLah air volume sama dengan volume cuplikan (1
mL/ 100 mL).
5. Lembar Kerja
1) Kadar obat dalam cuplikan sampel
Hitunglah kadar obat dalam sampel jika diketahui persamaan regresi linier dari kurva
- 2,789, volume cuplikan adalah 20 mL dan
absorbansi sampel setelah pengenceran 1 mL dalam 10 mL medium pelarut adalah
0,276?
Batam, ……………………
2. Landasan Teori
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari tentang nasib obat terhadap
tubuh yang meliputi ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan
Eliminasi) dari obat.
Pada umumnya terdapat banyak rute pemberian obat yaitu rute oral, rute
parenteral dan rute subkutan, tetapi yang dibahas disini hanyalah rute
parenteral khususnya intravena (IV).
Jalur pemberian obat secara intravena digunakan karena seluruh dosis obat
akan masuk ke dalam tubuh dengan segeraatau bioavailabilitas100%, selain
itu dapat memberikan efek local dan sistemik, serta cocok digunakan untuk
orang yang pingsan. Dan obat akan langsung didistribusikan ke semua
jaringan di dalam tubuh melalui sistem sirkulasi. Untuk memahami kinetika
obat dalam tubuh tidak cukup hanya dengan menentukan dan mengetahui
perkembangan kadar atau jumlah senyawa asalnya saja (unchanged
compound), tetapi juga meliputi metabolitnya.
Bahan - bahan yang digunakan pada praktikum ini terdiri, kapas, betadine,
alkohol, dan Parasetamol Injeksi.
4. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Bahan Praktikum (Parasetamol Injeksi)
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang Parasetamol sebanyak 0,204 mg
3. Dilarutkan dalam labu Erlenmeyer.
d. Cara kerja
Terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan
Disiapkan tikus yang telah ditimbang
Diinduksi dengan 1 mL air.
Dimasukkan dalam tabung restainer, kemudian diberi alkohol pada
ujung ekor tikus lalu digunting sedikit ujung ekor tikus.
Diambil darah awalnya melalui ekor
5. Lembar Kerja
Data Baku
C (ppm) Abs
10
20
30
40
50
Data Sampel
t (menit) Abs
10
20
30
40
50
Batam, ……………………
1. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
a. Menentukan status bioekivalensi dari suatu produk uji
b. Merancang penelitian uji bioavailaboratoriumilitas dan bioekivalensi
satu produk obat
2. Landasan Teori
Setiap produk yang akan beredar di pasaran harus terjamin kualitasnya
sehingga dengan pemakaian produk tersebut efek terapeutik yang diinginkan
akan tercapai. Produk generik atau “ me too “ yang akan dipasarkan juga tidak
lepas dari persayaratan ini. Suatu produk generik atau “me too” harus
memenuhi standar yang sama dengan produk innovator dalam hal kualitas,
efikasi dan keamanan. Selain evaluasi in vitro, evaluasi bioekivalensi in vivo
perlu pula dilakukan untuk menjamin bioavailaboratoriumilitas produk
generik atau “me too” tidak berbeda secara berarti (statistical insignificant)
dari suatu produk pembanding.
Batam, ……………………
Shargel, L. and Yu, A., Applied Biopharmaceutics & Pharmacokinetics, 7th ed.,
Appleton & Lange, New York, 2016 .
Krishna, R. and Yu, L., Biopharmaceutics Applications in Drug Development, Springer,
2008.
Paradkar, A.R. , dan Bakliwal, S.R. Biopharmaceutics & Pharmacokinetics. 2008.
Statistika untuk Farmasi, Biologi dan Kedokteran. Pengarang : Sudjana. Penerbit: ITB