Anda di halaman 1dari 60

DIKTAT

PENUNTUN
PRAKTIKUM
PRODI SARJANA FARMASI, INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA

BIOFARMASETIKA & FARMAKOKINETIKA


Oleh: Delladari Mayefis, M.Farm.,Apt

NAMA MAHASISWA :
NIM :

DIKTAT PENUNTUN PRAKTIKUM


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena anugrahNya Diktat
petunjuk Praktikum Biofarmasetika & Farmakokinetika Prodi Sarjana Farmasi
Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam dapat terselesaikan. Penulis mengharapkan
dengan diterbitkannya Diktat Petunjuk Praktikum Biofarmasetika &
Farmakokinetika, praktikan dapat mempelajari dan memahami tentang uji yang
berhubungan dengan biofarmasetika dan farmakokinetika obat.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam Diktat
Petunjuk Praktikum Biofarmasetika dan sangat berharap akan kritikan yang
membangun dari berbagai piak atas kekurangan tersebut. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada tim yang telah membantu penyusunan dan penerbitan Diktat
Petunjuk Praktikum Biofarmasetika ini.

Batam,

Penulis

Delladari Mayefis, M.Farm, Apt

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 1


VISI MISI

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM

VISI INSTITUT
Menjadi Institut Kesehatan yang unggul menghasilkan tenaga kesehatan
yang professional dan kompetitif pada tahun 2034

MISI INSTITUT
1. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan yang professional untuk
mengembangkan pendidikan yang berorientasi pasar, baik lokal maupun
nasional dan menghasilkan SDM yang mempunyai kemampuan intelektual,
teknikal, dan interpersonal di bidang kesehatan yang mampu bersaing
ditingkat lokal dan nasional
2. Menyelenggarakan penelitian yang menghasilkan produk penelitian sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi penelitian
dasar, terapan, dan kebijakan khususnya dibidang kesehatan.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan
taraf kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
4. Menyelenggarakan kerjasama dengan instansi pendidikan, pelayanan
kesehatan di tingkat lokal, nasional dan global

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 2


VISI MISI

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM

VISI FARMASI

Menjadi Program Studi Sarjana Farmasi Yang Profesional dan Kompetitif Khususnya
Dalam Bidang Farmasi Klinis dan Komunitas, Mampu Bersaing di Tingkat Nasional
Pada Tahun 2029.

MISI FARMASI

1. Melaksanakan kegiatan pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya


manusia yang berkualitas di bidang kefarmasian khususnya dalam bidang farmasi
klinis dan komunitas.
2. Melaksanakan kegiatan Praktikum dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya bidang farmasi klinis dan komunitas.
3. Melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat melalui pemberian informasi
obat.
4. Menyelenggarakan kerjasama kemitraan dalam mendukung Tridharma
Perguruan Tinggi baik secara nasional maupun internasional.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 3


TATA TERTIB PRAKTIKUM
BIOFARMASETIKA & FARMAKOKINETIKA

1. Praktikan harus datang 10 menit sebelum praktikum dimulai, jika terlambat


maka harus melapor kepada Dosen Pengampu atau Laboran.
2. Sebelum masuk laboratorium praktikan diwajibkan memakai jas praktikum.
3. Selama praktikum berlangsung praktikan dilarang :
a. Makan-minum di laboratorium
b. Merokok
c. Membuat keributanan
d. Melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan praktikum
e. Memakai sandal
4. Pada jam praktikum dilarang meninggalkan laboratorium kecuali untuk
kepentingan yang diperbolehkan.
5. Praktikan wajib mengembalikan alat-alat yang digunakan dalam keadaan
lengkap, bersih dan kering.
6. Praktikan yang memecahkan alat wajib mengganti dengan jenis dan kualitas
yang sama.
7. Praktikan wajib menjaga kebersihan laboratorium.
8. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum sesuai dengan jadwal
dikenakan atas seizin dosen pengampu dengan membawa surat keterangan
yang bisa dipertanggungjawabkan.
9. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum 2 kali berturut-turut tanpa alasan
yang jelas dianggap mengundurkan diri.
10. Evaluasi praktikum harian dilakukan melalui : praktikum harian dan hasil
ujian akhir praktikum (responsi)
a. Diskusi+pretest 20 %
b. Kerja 10 %
c. Laporan 30 %
d. Ujian 40 %

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 4


GOOD LABORATORY PRACTICE (GLP)

1. Pakailah jas laboratorium saat berada dalam ruangan pemeriksaan atau di


ruang laboratorium. Tinggalkan jas di ruang laboratorium setelah selesai
bekerja.
2. Cuci tangan sebelum pemeriksaan.
3. Menggunakan alat pelindung diri (masker, sarung tangan, kaca mata dan
sepatu tertutup).
4. Semua specimen harus dianggap infeksius (sumber penular), oleh karena
itu harus ditangani dengan sangat hati-hati.
5. Semua bahan kimia harus dianggap berbahaya, oleh karena itu harus
ditangani dengan hati-hati.
6. Tidak makan, minum dan merokok di dalam laboratorium.
7. Tidak menyentuh mata dan mulut pada saat sedang bekerja.
8. Tidak diperbolehkan menyimpan makanan di dalam lemari pendingin
yang digunakan untuk menyimpan bahan-bahan klinik atau riset.
9. Tidak diperbolehkan melakukan pengisapan pipet melalui mulut, gunakan
peralatan mekanik (seperti penghisap karet) atau pipet otomatis.
10. Tidak membuka sentrifuge sewaktu masih berputar.
11. Menutup ujung tabung penggumpal darah dengan kertas atau kain, atau
jauhkan dari muka sewaktu membuka.
12. Bersihkan semua peralatan bekas pakai dengan desinfektans larutan klorin
0,5 % dengan cara merendam selama 20-30 menit.
13. Bersihkan permukaan tempat bekerja atau meja kerja setiap kali selesai
bekeja dengan menggunakan larutan klorin 0,5 %.
14. Pakai sarung tangan rumah tangga sewaktu membersihkan alat-alat
laboratorium dari bahan gelas.
15. Gunakan tempat antitembus dan anti bocor untuk menempatkan bahan-
bahan yang tajam.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 5


16. Letakkan bahan-bahan limbah infeksi di dalam kantong plastik atau wadah
dengan penutup yang tepat.
17. Cuci tangan dengan sabun dan beri desinfektan setiap kali selesai bekerja.

Langkah-langkah menghindari Kecelakaan Kerja


Kecelakaan di laboratorium dapat dihindari dengan bekerja secara
berdisiplin, memperhatikan dan mewaspadai hal-hal yang yang dapat
menimbulkan bahaya atau kecelakaan, dan mempelajari serta mentaati
aturan-aturan yang dibuat untuk menghindari atau mengurangi terjadinya
kecelakaan. Aturan-aturan yang perlu diperhatikan dan ditaati untuk
meningkatkan keselamatan dan keamanan di dalam laboratorium perlu
dibuat aturan/peraturan untuk diketahui, dipelajari, dan ditaati oleh semua
yang terlibat di laboratorium. Bila perlu dicetak dengan huruf-huruf dan
ditempel di tempat-tempat yang strategis di dalam dan di luar laboratorium.

Aturan yang perlu diketahui dan ditaati adalah :

a. Semua yang terlibat dalam kegiatan laboratorium harus mengetahui


letak keran utama gas, keran air, dan saklar utama listrik
b. Harus mengetahui letak alat-alat pemadam kebakaran, seperti tabung
pemadam kebakaran, selimut tahan api, dan pasir untuk memadamkan
api
c. Gunakan APD [Alat pelindung diri] sesuai dengan jenis kegiatan di
laboratorium.
d. Mentaati peraturan perlakuan terhadap bahan kimia yang
mudahterbakar dan berbahaya lainnya
e. Jangan meletakkan bahan kimia/reagen di tempat yang langsung
terkena cahaya matahari.
f. Jika mengenakan jas/baju praktik, janganlah mengenakan jas
yangterlalu longgar.
g. Dilarang makan dan minum di dalam laboratorium.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 6


h. Jangan menggunakan perhiasan selama praktik di laboratorium/
bengkel kerja.
i. Jangan menggunakan sandal atau sepatu terbuka atau sepatu hak tinggi
selama di laboratorium .
j. Tumpahan bahan kimia apapun termasuk air, harus segera dibersihkan
karena dapat menimbulkan kecelakaan.
k. Bila kulit terkena bahan kimia, segera cuci dengan air banyak-banyak
sampai bersih. Jangan digaruk agar zat tersebut tidak menyebar atau
masuk kedalam badan melalui kulit.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 7


PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN PRAKTIKUM DAN

FORMAT LAPORAN

Laporan praktikum disusun dengan format sebagai berikut :

1. Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini terdiri dari 3 unsur yaitu :

I.1. Latar Belakang Praktikum

Memuat hal-hal yang mendasari pentingnya malakukan praktikum ini baik secara
umum sebagai ilmu dalam kefarmasian, maupun secara khusus untuk memahami
matakuliah biofarmasetika dan farmakokinetika.

I.2. Maksud dan Tujuan Praktikum

Memuat maksud dan tujuan praktikum yang dapat terdiri dari tujuan umum dan
khusus

I.3. Prinsip Praktikum

Memuat prinsip dasar dalam melakukan praktikum ini

2. Bab II : Tinjauan Pustaka

Memuat dasar-dasar teori yang penting diketahui dalam melaksanakan praktikum ini,
serta teori-teori yang diperlukan dalam mambuat pembahasan hasil praktikum

3. Bab III : Metode Kerja

4. Bab IV : Hasil Percobaan dan Pembahasan

a. Memuat data-data yang didapat dari hasil percobaan, dibuat sesuai dengan
format lembar praktikum yang terdapat pada akhir modul praktikum

b. Memuat gambar-gambat/tabel/grafik

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 8


c. Untuk grafik dibuat dalam milimeter blok

d. Perhitungan

e. Pembahasan

f. Memuat pembahasan hasil praktikum yang meliputi pembahasan data,


analisis hasil perhitungan, menghubungkan dengan teori dan
memperkirakan penyebab terjadinya perbedaan hasil percobaan dan
praktikum

5. Bab V : Kesimpulan

Berisi hal-hal yang disimpulkan dari hasil analisis percobaan dan pembahasan
yang merupakan jawaban dari tujuan praktikum.

6. Daftar pustaka

Diharapkan daftar pustakan berasal dari sekurang-kurangnya 5 sumber selain


modul, Selain format laporan yang diatas anda juga harus menjawab setiap
pertanyaan yang ada di modul praktikum untuk masing-masing judul kegiatan
praktikum.

Agar laporan anda tidak tercecer maka, disarankan anda menjilid rapi laporan
praktikum yang telah anda buat dan membuat kopi laporan yang telah selesai.

Mudah-mudahan anda dapat melaksanakan kegiatan praktikum dengan baik dan


benar serta menyelesaikan laporan dan tugas yang terdapat dalam modul ini tepat
waktu.

“Selamat Praktikum dan Semoga Sukses Selalu”

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 9


MATERI I
ASISTENSI PRAKTIKUM
BIOFARMASETIKA FARMAKOKINETIKA

Gambaran Umum
Diktat ini dilaksanakan pada semester 4, tahun ke 2. Pencapaian belajar mahasiswa
dijabarkan dengan penetapan kompetensi utama, kompetensi penunjang, learning
outcome sebagaimana yang diatur dalam Standar Kompetensi Ikatan Apoteker
Indonesia serta sasaran pembelajaran yang didapat dari penjabaran learning outcome.

Pada Diktat Praktikum ini mahasiswa akan belajar tentang mekanisme perjalanan
dan nasib obat dalam tubuh, faktor – faktor biofarmasetika dan bioavaibilitas,
farmakokinetika dan aplikasinya dalam bidang farmasi dan pengobatan serta model –
model farmakokinetika dan penyesuaian dosis.

Yang dipelajari oleh mahasiswa meliputi Pengantar farmakokinetika, laju dan order
reaksi, model kompartemen satu terbuka, model kompartemen dua, model non
kompartemen, infusi intravena, farmakokinetika non linier, pengaturan dosis ganda,
metabolisme obat dan ikatan obat protein, proses biofarmasi/biofarmasetika dari
produk obat, membran biologis dan mekanisme absorpsi, biofarmasi obat yang
diberikan PO., optalmik, parenteral dan paru-paru, bioavailabilitas dan bioeqivalensi
serta metode uji bioavaibilitas.

Modul ini akan dipelajari dengan mengunakan strategi Problem Based Learning,
dengan metode diskusi tutorial menggunakan seven jump steps, kuliah pakar, dan
belajar keterampilan klinik di laboratorium keterampilan.

Hubungan dengan modul sebelumnya :

1. Pharmaceutics
2. Physicochemical Basis of Pharmacy
3. Human Structure dan Function
4. Introduction to Pharmaceutical Chemistry
5. Applied Pharmaceutical Chemistry

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 10


Learning Outcome

Area Kompetensi 1:
Optimalisasi Penggunaan Obat
Deskripsi :
Mampu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah terkait obat berlandaskan
pedoman terapi dan pendekatan berbasis bukti untuk mengoptimalkan terapi.
Standar 1.1 Berperan aktif dalam pemilihan terapi obat
Standar 1.2 Memantau dan mengevaluasi pengobatan pasien
Standar 1.3 Memantau dan mengevaluasi efek samping obat
Standar 1.4 Mengevaluasi penggunaan obat
Standar 1.5 Memantau kadar obat dalam darah

Deskripsi Mata Kuliah Praktikum


Biofarmasetika merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh sifat fisikokimia bahan
baku obat, bentuk sediaan dan rute pemberian terhadap kadar obat dalam darah. Sifat
fisikokimia obat yang paling berpengaruh terhadap ketersediaan hayati obat adalah
kelarutan dan permeabilitas obat sehingga pada praktikum biofarmasetika dilakukan
praktikum mengenai uji disolusi, koefisien partisi dan uji difusi. Praktikum mengenai
uji disolusi menggambarkan kelarutan bahan obat dan pengaruh faktor formulasi
terhadap pelepasan obat dari bentuk sediaan padat. Praktikum penentuan koefisien
partisi merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi difusi obat sehingga
perlu dilakukan sebelum praktikum mengenai uji difusi. Praktikum uji difusi
menggambarkan kemampuan bahan obat untuk berpenetrasi setelah lepas dari bentuk
sediaan.

Selain sifat fisikokimia, rute pemberian akan mempengaruhi ketersediaan hayati obat.
Dari data hasil kadar obat dalam plasma yang diperoleh kemudian dapat ditentukan
parameter farmakokinetikanya. Oleh sebab itu pada praktikum Biofarmasetika juga
dilakukan penentuan parameter farmakokinetika obat yang digunakan melalui rute

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 11


oral, intravena dan infus bolus. Penentuan parameter farmakokinetika perlu dilakukan
untuk melihat pengaruh kondisi fisiologis tubuh terhadap kadar obat dalam plasma.

Materi yang tidak kalah penting adalah pengujian mengenai bioavaibilitas dan
bioekivalensi (BA/BE) obat. Studi BA/BE penting dalam dunia farmasi karena
merupakan pengujian yang perlu dilakukan untuk mengenai kesetaraan produk mee
to dan produk innovatornya berdasarkan parameter farmakokinetik yang diperoleh
dari hasil analisa pengujian kadar obat dalam plasma.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 12


MATERI 2
PENGUJIAN EFEK ABSORBSI OBAT PADA HEWAN UJI

1. Tujuan Percobaan
Untuk Menganalisis Kecepatan Absorbsi luminal dengan berbagai macam
jalur pemberian obat
2. Landasan Teori
Pada kegiatan praktikum ini, Anda akan menganalisa efek absorbsi obat yang
diberikan dalam berbagai rute pemberian terhadap kadar obat didalam tubuh
dengan mengamati efek kecepatan efek yang tarjadi (onset) dan lama efek
tersebut bertahana pada hewan uji (durasi).

Absorbsi adalah proses perpindahan obat dari tempat pemberiannya ke dalam


pembuluh darah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan dan
besarnya dosis obat yang diabsorbsi, diantaranya adalah rute pemberian.
Secara garis besar obat dapat diberikan melalui 2 rute pemberian yaitu enteral
dan parenteral. Pemberian melalui enteral umumnya dilakukan melalui oral,
dimana obat masuk ke dalam mulut, turun ke kerongkongan dan masuk ke
dalam lambung dan sebagian besar penyerapan obat terjadi melalui usus.
Sedangkan pemberian parenteral umumnya dilakukan melalui injeksi baik
secara intravena, subcutan dan lain sebagainya.

Pemberian oral pada hewan uji akan memberian bioavailabilitas yang


beragam, dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi obat sebelum
mencapai pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kecepatan dan jumlah dosis
yang mencapai pembuluh darah beragam pula, akibanya efek obat juga akan
memberikan onset dan durasi yang beragam pula. Sedangkan pada pemberian
dengan cara parenteral terutama secara intravena maka obat langsung
dimasukkan dalam pembuluh darah vena sehingga tidak terjadi proses
absorbsi, akibatnya jumlah obat yang ada dalam pembuluh darah akan sama
dengan jumlah obat yang diberikan. Tetapi rute pemberian parenteral lain
tetap melalui proses absorbsi karena letak injeksi diberikan diluar pembuluh

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 13


darah, seperti injeksi intra muskular yang diberikan melalui otot, atau injeksi
lainnya sehingga pada pemberian tersebut tetap terjadi proses absorbsi.

Selain karena faktor rute pemberian maka absorbsi juga dipengaruhi oleh sifat
fisik dan kimia dari bahan aktif yang diberikan, Bentuk asam, ester, garam,
kompleks atau hidrat dari bahan obat dapat mempengaruhi kekuatan dan
proses absorpsi obat. Selain itu bentuk kristal atau polimorfi, kelarutan dalam
lemak atau air, dan derajat ionisasi juga mempengaruhi proses absorbsi.

3. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan


1. Batang pengaduk
2. Beaker
3. Gelas ukur
4. Hot plate
5. Mixer
6. Spoit 1 ml
7. Spoit oral
8. Stop watch
9. Timbangan berat badan

Bahan yang digunakan


1. Alkohol 70%
2. Aqua destilat,
3. Injeksi luminal
4. Natrium CMC.
5. Tablet luminal
4. Prosedur Kerja

Pembuatan Natrium CMC 1%


a. Panaskan kurang lebih 200 ml air hingga mendidih
b. Timbang Na.CMC sebanyak 1 g

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 14


c. Masukkan Na.CMC kedalam beaker gelas 300 ml lalu tambahkan 50
ml air panas
d. Aduk campuran tersebut dengan mixer hingga homogen, ditandai
dengan tidak nampaknya lagi serbuk berwarna putih dan campuran
berupa seperti gel.
e. Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
volume larutan tersebut menjadi 100 ml, dinginkan

Pembuatan Suspensi Luminal Untuk Pemberian Oral


Perhitungan Dosis oral luminal untuk mencit
Dosis lazim luminal untuk manusia = 30 mg

Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = Dosis Lazim x Faktor Konversi


= 30 mg x 0,0026 = 0,078 mg

Untuk mencit dengan berat 30 g = (30 g/ 20 g) x 0,078 mg = 0,117 mg


Dosis ini diberikan dalam volume = 0,2 ml
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 ml
Jumlah luminal yang digunakan = (100 ml / 0,2 ml) x 0,117 mg = 58,5 mg atau
0,0585 g
% kadar luminal = (0,0585 g / 100ml ) x 100% = 0,0585%

Jika akan digunakan tablet luminal


 Tablet luminal tersedia dalam beberapa konsentrasi yaitu 10 mg, 30 mg dan
100 mg per tabletnya, walaupun yang paling sering tersedia dalam kadar 30
mg/tabletnya.
 Tentukan dahulu tablet luminal dengan kandungan berapa yang saudara akan
gunakan lalu timbang berat tablet tersebut. Misalkan tablet luminal yang anda
akan gunakan adalah tablet luminal dengan kadar 30 mg/ tablet. Dikarenakan
saudara membutuhkan luminal sebanyak 58,5 mg
 Maka saudara membutuhkan setidaknya 2 tablet luminal. Timbanglah 2 tablet
luminal tersebut lalu hitung beratnya. Misalnya berat 2 tablet luminal tersebut
adalah 240 mg, maka serbuk tablet luminal yang anda butuhkan sebanyak
 Berat 2 tablet luminal @ 30 mg = 240 mg / 60 mg luminal
Berat serbuk Luminal yang timbang = 58,5 mg / 60 mg x 240 mg = 234 mg

Cara pembuatan suspensi luminal 0,0585 %


a. Ambil 2 tablet luminal lalu gerus hingga halus, lalu timbang sebanyak yang
dibutuhkan sesuai perhitungan.
b. Masukkan serbuk luminal yang sudah ditimbang lumpang, tambahkan sekitar
50 ml larutan Natrium CMC, aduk hingga homogeny
c. Pindahkan ke suspensi luminal tersebut ke dalam erlenmeyer lalu cukupkan
volumenya hingga 100 ml dengan larutan Na.CMC 1%

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 15


Pelaksanaan
 Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing–masing
kelompok terdiri dari 4 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang
yang berbeda.
 Sebelum penelitian dilakukan mencit diaklimatisasi selama 7 hari untuk
membiasakan pada lingkungan percobaan, dan diberi makanan standar.
 Hewan dianggap sehat apabila perubahan berat badan tidak lebih dari 10%
serta memperlihatkan perilaku normal
1. Gunakan mencit jantan sebanyak 12 ekor
2. Ditimbang berat badan tiap mencit lalu catat
3. Mencit kemudian dikelompokkan secara rawu ke dalam 4 kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 3 ekor, dimana
4. Kelompok I sebagai kontrol, diberikan larutan Na.CMC 1%
5. Kelompok II sebagai kelompok oral yang diberikan suspensi luminal secara
oral dengan dosis 0,2 ml / 30 BB mencit
6. Kelompok III sebagai kelompok subkutan yang diberikan injeksi luminal
secara subkutan sebanyak 0,117 mg / 30 g BB mencit
7. Dan kelompok IV sebagai kelompok intravena yang diberikan injeksi luminal
secara intravena sebanyak 0,117 mg / 30 g BB mencit
8. Semua pemberian dilakukan dengan dosis yang sesuai
9. Setiap pemberian obat dicatat waktunya, kemudian mencit diamati berapa
lama waktu yang dibutuhkan mula tertidur (onset obat) berapa lama

5. Lembar Kerja

1. Data Pengamatan Volume pemberian obat pada mencit

Kelompok Replikasi BB mencit / (g) Vol Pemberian (ml)

Per Oral 1

Subkutan 1

Intravena 1

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 16


3

Na. CMC 1

2. Data Pengamatan Percobaan Pengaruh Absorbsi Obat

Kelompok Replikasi Waktu Reflek balik badan Durasi


pemberian (pada jam)

Hilang Kembali

Peroral 1

Subkutan 1

Intravena 1

Na CMC 1

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 17


Berdasarkan data tersebut, urutan cara pemberian yang memiliki durasi efek
yang paling lama adalah sbb :

a. iv > im> sc > ip > po


b. po > ip > sc > im > iv
c. iv > im > ip > sc > po
d. iv > ip > im > sc > po
e. po > im > ip > sc > iv
Dalam menyelesaikan soal-soal diatas anda perlu perhatikan bahwa onset
suatu obat ditandai dengan mula efek obat itu timbul sedangkan durasi efek
obat ditandai dengan lamanya efek obat yang terjadi pada hewan uji.

Batam, ……………………

Nama Dosen Pengampu MK Nama Mahasiswa

Ringkasan
1. Kecepatan timbulnya efek suatu obat dikenal sebagai onset obat. dan lamanya
efek obat dikenal sebagai durasi obat
2. Onset obat bergantung pada kecepatan absorbsi obat.
3. Kecepatan absorbsi obat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk cara
pemberian dan lokasi pemberian obat, bentuk sediaan dan sifat fisik dan kimia
sediaan.
4. Kecepatan obat tersebut sampai kedalam darah akan mempercepat onset obat
yang teramati.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 18


MATERI 3
PENGARUH METABOLISME OBAT TERHADAP KONSENTRASI OBAT
DI DALAM DARAH
1. Tujuan Percobaan
Untuk Menganalisis efek Metabolisme Diazepam yang diberikan secara
bersamaan dengan Cimetidin
2. Landasan Teori
Melalui kegiatan praktikum ini akan membantu Anda untuk menganalisis
pengaruh metabolisme obat terhadap konsentrasi obat di dalam darah dengan
mengamati kecepatan efek yang terjadi (onset) dan lama efek obat tersebut
bertahan pada hewan uji (durasi).
Metabolisme, sering pula disebut biotransformasi atau perubahan kimiawi
obat dalam tubuh. Metabolisme dapat terjadi diseluruh tubuh ( kecuali di
tulang atau jaringan lemak). Organ utama tubuh yang memetabolisme obat
adalah di hati. Metabolisme adalah upaya tubuh untuk mengeluarkan senyawa
asing diantaranya dengan mengubah senyawa tersebut menjadi lebih hidrofilik
sehingga mudah diekskresikan. Proses ini belangsung dengan melibatkan
reaksi-reaksi biokimia fase-1 (oksidasi, reduksi, hidrolisis dan hidroksilasi),
dilanjutkan fase-2 (konyugasi sulfat, asetat, glukoronat, glisin dan glutation).
Enzim utama yang banyak berperan dalam dalam metabolisme obat adaah
sitokrom P450 (CYP). Kerja enzim ini dalam memetabolisme suatu obat
dapat mengalami inhibisi (penghambatan) dan induksi (peningkatan) kerja
oleh suatu senyawa lain, sehingga dapat mengubah ketersediaan hayati obat,
yang pada akhirnya dapat mengubah kadar obat dalam darah.
Pada umumnya metabolisme akan mengurangi kadar obat di dalam tubuh
(kecuali untuk obat jenis prodrug). Sehingga peningkatan kemampuan enzim
dalam metabolism (induksi) akan menyebabkan kadar obat didalam tubuh
akan berkurang, begitu pula sebaliknya penghambatan kemampuan enzim
dalam metabolisme (inhibisi) akan menyebabkan kadar obat meningkat.
Induksi dan inhibisi enzim sering terjadi bila obat diberikan secara bersamaan.
Jika suatu obat diberikan secara bersamaan dan salah satu dari obat tersebut
dapat mempengaruhi kerja enzim dalam me-metablisme obat yang lainnya
maka, kadar obat yang dimetabolisme oleh enzim tersebut akan berubah pula,
yang dapat diamati pada efek yang terjadi.
3. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 19


1. Batang pengaduk
2. Beaker
3. Gelas ukur
4. Hot plate
5. Mixer
6. Spoit oral
7. Stop watch
8. Timbangan berat badan,

Bahan yang digunakan


1. Tablet Diazepam
2. Tablet Cimetidine,
3. Alkohol 70%,
4. Aqua destilat,
5. Natrium CMC.
4. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Natrium CMC 1%
a. Panaskan kurang lebih 200 ml air hingga mendidih
b. Timbang Na.CMC sebanyak 1 g
c. Masukkan Na.CMC kedalam beaker gelas 300 ml lalu tambahkan 50
ml air panas
d. Aduk campuran tersebut dengan mixer hingga homogen, ditandai
dengan tidak nampaknya lagi serbuk berwarna putih dan campuran
berupa seperti gel.
e. Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
volume larutan tersebut menjadi 100 ml, dinginkan
2. Pembuatan suspensi oral luminal untuk mencit

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 20


Jika akan digunakan tablet Diazepam
 Tablet Diazepam tersedia dalam beberapa konsentrasi yaitu 2 mg, dan 5 mg
per tabletnya, walaupun yang paling sering tersedia dalam kadar 2
mg/tabletnya.
 Untuk membuat suspensi diazepam 0,01% tentukan dahulu tablet Diazepam
dengan kandungan berapa yang saudara akan gunakan
 Misalkan tablet Diazepam yang anda akan gunakan adalah tablet Diazepam
dengan kadar 5 mg/ tablet.
 Dikarenakan saudara membutuhkan Diazepam sebanyak 10 mg Maka saudara
membutuhkan setidaknya 2 tablet Diazepam.

Cara pembuatan suspensi Diazepam 0,01 %


1. Ambil 2 tablet Diazepam lalu gerus hingga halus,
2. Masukkan serbuk luminal yang sudah ditimbang lumpang, tambahkan sekitar
50 ml larutan Natrium CMC, aduk hingga homogeny
3. Pindahkan ke suspensi luminal tersebut ke dalam erlenmeyer lalu cukupkan
volumenya hingga 100 ml dengan larutan Na.CMC 1%

Jika akan digunakan tablet cimetidine


 Tentukan dahulu berat tablet cimetidine yang saudara akan gunakan dengan
cara menimbang berat tablet tersebut.
 Dikarenakan saudara membutuhkan cimetidine sebanyak 390 mg Maka
saudara membutuhkan setidaknya 2 tablet cimetidine.
 Timbanglah 2 tablet cimetidine tersebut lalu hitung beratnya.
 Misalnya berat 2 tablet cimetidine tersebut adalah 500 mg, maka serbuk tablet
luminal yang anda butuhkan sebanyak
Berat 2 tablet luminal @ 200 mg = 500 mg / 400 mg luminal

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 21


Berat serbuk Cimetidine yang timbang = (390 mg / 400 mg) x 500 mg = 487,5
mg

Cara pembuatan suspensi Cimetidine 0,390 %


1. Ambil 2 tablet Cimetidine lalu gerus hingga halus, lalu timbang sebanyak
yang dibutuhkan sesuai perhitungan.
2. Masukkan serbuk Cimetidine yang sudah ditimbang lumpang, tambahkan
sekitar 50 ml larutan Natrium CMC, aduk hingga homogeny
3. Pindahkan ke suspensi Cimetidine tersebut ke dalam erlenmeyer lalu
cukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan Na.CMC 1%

Pelaksanaan
 Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 3 kelompok dan masing–masing
kelompok terdiri dari 3 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang
yang berbeda.
 Sebelum penelitian dilakukan, mencit diaklimatisasi selama 7 hari untuk
membiasakan pada lingkungan percobaan, dan diberi makanan standar
 Hewan dianggap sehat apabila perubahan berat badan tidak lebih dari 10%
serta memperlihatkan perilaku normal
1. Gunakan mencit jantan sebanyak 9 ekor
2. Ditimbang berat badan tiap mencit lalu catat
3. Mencit kemudian dikelompokkan secara rawu ke dalam 3 kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 3 ekor, dimana kelompok I sebagai kontrol, diberikan
larutan Na.CMC 1%, kelompok II sebagai kelompok oral yang diberikan
suspensi Diazepam, dan kelompok III sebagai kelompok Cimetidine yang
diberikan suspensi Diazepam dan suspense cimetidine
4. Semua pemberian dilakukan secara oral dengan dosis 0,2 ml / 30g BB mencit
5. Setiap pemberian obat dicatat waktunya, kemudian mencit diamati berapa
lama waktu yang dibutuhkan mulai tertidur (onset obat) berapa lama waktu
tidur mencit tersebut (durasi), dengan mengamati refleksi balik badan mencit.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 22


4. Lembar Kerja
1. Data Pengamatan Volume pemberian obat pada mencit

Kelompok Replikasi BB mencit / (g) Vol Pemberian (ml)

Per Oral 1

Subkutan 1

Intravena 1

Na. CMC 1

2. Data Pengamatan Percobaan Pengaruh Metabolisme Obat

Kelompok Replikasi Waktu Reflek balik badan Durasi


pemberian (pada jam)

Hilang Kembali

Peroral 1

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 23


Subkutan 1

Intravena 1

Na CMC 1

Batam, ……………………

Nama Dosen Pengampu MK Nama Mahasiswa

Ringkasan
1. Metabolisme adalah proses pengubahan suatu senyawa menjadi metabolitnya
2. Jika suatu obat mengalami metabolisme akan menyebabkan kadar obat di
dalam tubuh akan berkurang (kecuali prodrug)
3. Enzim yang memetaboliseme obat dapat diinduksi (ditingkatkan kerjanya)
akibatnya kadar obat didalam tubuh berkurang
4. Enzim yang memetaboliseme obat dapat pula diinhibis (dihambat kerjanya)
akibatnya kadar obat didalam tubuh meningkat
5. Dalam percobaan ini digunakan cimetidine untuk mengahmbat kerja enzim
yang memetabolisme Diazepam sehingga kadar Diazepam meningkat di
dalam darah

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 24


MATERI 4
PROSES DIFUSI ZAT AKTIF DARI SEDIAAN OBAT
1. Tujuan Percobaan
- Mengetahui dan mengamati proses difusi zat aktif sediaan obat secara
semi kuantitatif.
- Untuk mengetahui prinsip dan cara pengujian difusi suatu zat dari sediaan
transdermal atau topikal.
2. Landasan Teori
Difusi adalah sebagai suatu proses perpindahan massa molekul suatu zat yang
dibawa oleh gerakan molekular secara acak (gerakan Brownian) dan
berhubungan dengan adanya polimer, merupakan suatu cara yang mudah
untuk menyelidiki proses difusi. Perjalanan suatu zat melalui batas biasa
terjadi oleh suatu permeasi molekular sederhana atau oleh gerakan melalui
pori dan lubang (saluran).
Difusi molekular atau penetrasi melalui media yang tidak berpori bergantung
pada disolusi dari molekul yang menembus dalam keseluruhan membrane,
sedang proses kedua menyangkut perjalanan suatu zat melalui pori suatu
membrane, yang berisi pelarut dan dipengaruhi ukuran relatif molekul yang
menembusnya serta diameter dari pori tersebut.
Penelitian kuantitatif yang pertama membuktikan bahwa sebagian besar
molekul kimia diserap melalui kulit secara difusi pasif. Laju penyerapan
melintasi kulit tidak tunak tetapi selalu teramati adanya waktu laten. Waktu
laten mencerminkan penundaan penembusan senyawa kebagian dalam
struktur tanduk dan pencapaian gradient difusi. Waktu tersebut beragam
antara satu senyawa dengan lainnya.

3. Alat dan Bahan


Bahan
 1 bungkus agar-agar serbuk tidak berwarna
 Krim Asam salisilat/ Na salisilat 2%
 Salep Asam salisilat/ Na salisilat 2%
 FeCL3 10 %
Alat
 Cawan petri

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 25


 Pipet tetes
 Kertas saring
 Penggaris
 Kertas label
4. Prosedur Kerja
a. Siapkan 2 cawan petri yang telah berisi media agar yang telah
didinginkan
b. Tambahkan 2 mL larutan FeCL3 kedalam masing-masing cawan petri,
sampai menutupi semua permukaan agar
c. Diamkan selama 3 menit, kemudian sisa larutan FeCL3 dituangkan dan
keringkan media agar dengan kertas saring
d. Buat 4 lobang pada masing-masing cawan petri
e. Letakan sampel / sediaan uji dengan jumlah yang sama pada tiap
lobang dengan salep asam salisilat pada 1 cawan petri
f. Perlakuan yang sama untuk krim asam salisilat dan Na salisilat pada
cawan petri 2
g. Simpan cawan petri didalam kulkas selama 30 menit, amati perubahan
yang terjadi. Kemudian biarkan pada suhu kamar dan amati perubahan
yang terjadi setelah 60 menit lalu 90 menit berikutnya.
h. Apakah ketajaman warna dan kedalaman warna pada agar berbanding
lurus dengan jumlah salisilat yang dilepas dari basisnya.
5. Lembar Kerja
Waktu Krim asam salisilat Salep asam salisilat

Diameter Warna Diameter Warna

30 menit

60 menit

90 menit

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 26


Foto hasil pengamatan

Batam, ……………………

Nama Dosen Pengampu MK Nama Mahasiswa


6.

7.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 27


MATERI 5
PROSES DIFUSI OBAT MENEMBUS MELALUI MEMBRANE KULIT
PADA HEWAN PERCOBAAN

1. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui prinsip dan cara pengujian difusi suatu zat dari sediaan
transdermal atau topikal.

2. Landasan Teori
Kulit merupakan organ tubuh yang penting yang merupakan permukaan luar
organism dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar

Bagian atas kulit yang disebut stratum korneum terdiri atas sel tak berinti
yang disusun oleh brick (komponen selnya/korneosit) dan mortasr (kandungan
lipid interselular). Stratum kornemum dapat itembus oleh senyawa obat atau
zat kimia yang diaplikasikan ke permukaannya disebut pemberian obat secara
perkutan. Tujuan pengobatan obat secara perkutan dapat ditunjukkan untuk
pengobatan local hanya dipermukaan kulit atau pada jaringan yang lebih
dalam seperti otot dan dapat pula ditunjukkan untuk pengobatan sistemik.

Mekanisme kerja obat pemberian secara perkutan harus mampu berpenetrasi


kedalam kulit melalui stratum koneum, terjadi proses difusi pasif. Difusi dapat
terjadi melalui stratum korneum (jalur transdermal), atau dapat juga melalui
kelenjar keringat, minyak, atau melalui folikel rambut (jalur
transapendagel/transfolikular). Difusi pasif merupakan proses perpindahan
masa dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi
rendah.

Factor yang mempengaruhi difusi zat melalui kuli


- Sifat fisiko kimia dari zat aktif (bobot molekul, kelarutan, koefisien
partisi)
- Karakteristik sediaan
- Karakteristik basis

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 28


- Zat-zat tambahan dalam sediaan
Zat tambahan yang perlu ditambahkan adalah zat untuk meningkatkan
penembusan zat aktif (penetrant enhancer), contohnya golongan sulfoksid
(DMSO), alcohol, asam lemak dan surfaktan.

Mekanisme peningkatan penetrasi tersebut dapat melalui beberapa jalur.

Kemungkinan pertama adalah melalui interaksi antara kepala polar lipid.


Enhancer yang bersifat hidrofilik akan menimbulkan gangguan pada kepala
polar lipid dan menginduksi gangguan susunan lipid, kemudian pada akhirnya
menyebabkan fasilitasi transpor obat hidrofilik. Gangguan kepala polar lipid
tersebut juga menimbulkan pengaruh terhadap bagian hidrofobik lipid dan
menyebabkan penataan ulang pada susunan lipid bilayer. Hal inilah yang
menyebabkan peningkatan penetrasi untuk obat lipofilik

Kemungkinan lain adalah interaksi antara enhancer lipofilik dengan rantai


hidrokarbon lipid bilayer. Gangguan pada hidrokarbon lipid tersebut
menyebabkan terjadinya fluidisasi rantai hidrokarbon dan memfasilitasi
penetrasi obat lipofilik. Perubahan tersebut juga mempengaruhi susunan
kepala polar sehingga juga dapat meningkatkan penetrasi obat-obat hidrofilik.

3. Alat dan Bahan

- Alat :
1. Spektrofotometer UV
2. Jam / pengukur waktu
3. Neraca analitik
4. Kalkulator
5. Spatula
6. Gelas kimia
7. Alat uji difusi
8. Spuit
9. Spin bar / stirring bar

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 29


- Bahan :
1. Gel piroksikam
2. Aquadest
3. Larutan piroksikam/ ketoprofen 5 ppm
4. Dapar fosfat pH 7,4
5. Membran (kulit mencit)
6. Larutan piroksikam/ ketoprofen 2 – 14 ppm

4. Prosedur Kerja

 Pembuatan dapar fosfat pH 7,4


1. Diambil KH2PO4 sebanyak 50 ml
2. Diambil NaOH sebanyak 39, 1 ml
3. Dicampurkan keduanya
4. Ditambahkan aquadest sampai 200 ml
5. Dicek pH dapar sampai 7,4
 Pengujian difusi in vitro
1. Ditentukan panjang gelombang maksimum piroksikam/ ketoprofen
dengan dibuat larutan piroksikam/ ketoprofen dengan konsentrasi 5 ppm
dalam dapar fosfat pH 7,4
2. Dibuat kurva kalibrasi piroksikam/ ketoprofen dengan dibuat larutan
dengan konsentrasi 2 – 14 ppm. Diukur serapannya pada panjang
gelombang maksimum yang telah ditentukan sebelumnya
3. Dimasukkan aquadest ke alat uji difusi melalui pipa yang kecil
4. Dimasukkan dapar fosfat pH 7,4 sebanyak 13 ml ke alat uji difusi melalui
pipa yang besar
5. Dimasukkan stirring bar ke alat uji difusi
6. Dipotong kulit mencit 1x1 cm2
7. Direndam dan dicuci membran (kulit mencit) dalam larutan dapar fosfat
pH 7,4

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 30


8. Setelah direndam dan dicuci, membran (kulit mencit) dikeluarkan
9. Dipanaskan alat uji difusi pada suhu 60ºC di atas penangas air
10. Diukur suhu aquadest pada alat uji difusi sampai 37ºC
11. Setelah 37ºC, maka diturunkan suhu penangas air menjadi 45ºC
12. Ditimbang 2 gram sediaan gel piroksikam
13. Dioleskan secara merata ke permukaan kulit mencit sebanyak 2 gram
sediaan gel piroksikam
14. Dijepit kulit mencit di alat uji difusi
15. Dilakukan pengujian selama 2 jam (120 menit)
16. Cuplikan diambil dengan digunakan spuit 2ml dan setiap pengambilan
selalu diganti dengan dapar fosfat pH 7,4
17. Cuplikan diambil dengan selang waktu 15 menit, 30 menit, 60 menit, 90
menit, dan 120 menit
18. Sampel diukur serapannya dengan spektrofotometer UV pada panjang
gelombang maksimum
19. Ditentukan kadar zat terdifusi setiap interval waktu pengujian
20. Dilakukan perhitungan faktor koreksi
21. Dibuat grafik difusi piroksikam/ ketoprofen gel yang menghubungkan
antara berat piroksikam/ ketoprofen terdifusi per luas membran (mg/ cm 2)
dengan waktu

5. Lembar Kerja
 Perhitungan Pembuatan Dafar Fospat 7,4

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 31


 Table hasil absorban larutan stok
Waktu/ menit Absorbansi

15

30

60

90

120

 Persamaan Linier dari Kurva Baku


Y = bx + a

 Kurva hubungan antara berat piroksikam terdifusi membrane


dengan waktu

Batam, ……………………

Nama Dosen Pengampu MK Nama Mahasiswa


6.

7.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 32


MATERI 6
DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT YANG DIBERIKAN SECARA
TOPICAL DENGAN CARA TETES MATA

1. Tujuan Percobaan
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami distribusi dan ekskresi obat yang
diberikan / dipakai secara topical dengan cara tetes mata

2. Landasan Teori
Dalam proses farmakokinetik obat setelah obat mengalami fase absorpsi, distribusi,
dan biotransformasi, obat akhirnya mengalami fase ekskresi. Ekskresi merupakan
perpindahan obat dari sirkulasi sistemik menuju ke organ ekskresi. Obat mengalami
ekskresi bertujuan untuk mendetoksifikasi obat, karena telah diketahui bahwa obat
dianggap racun/ zat asing oleh tubuh. Organ ekskresi juga bermacam-macam
contohnya yang paling umum adalah ginjal, kemudian paru-paru, saliva, keringat, air
susu, empedu, dll.

Pada jalur ekskresi melalui ginjal, metabolit-metabolit obat diekskresikan melalui


urine melalui mekanisme filtrasi glomerulus, sekresi tubular aktif, dan reabsorpsi
tubular. Ginjal merupakan organ utama dalam proses ekskresi. Organ ini
mengekskresikan senyawa dari sirkulasi sistemik atau dari darah guna
mempertahankan miliu internal. Dalam ginjal terdapat unit fungsional terkecil yang
disebut dengan Nefron. Nefron terdiri atas pembuluh proksimal, lengkung Henle, dan
pembuluh distal, sedangkan bagian kapiler terdiri dari glomerulus yang terdapat
dalam kapsula Bowmann.

Proses ekskresi melalui ginjal terdapat 3 tahapan yaitu :


1. Filtrasi Glomerulus
2. Sekresi / reabsorpsi tubulus aktif
3. Difusi aktif

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 33


Dalam proses ekskresi terdapat parameter Kliren (Clearance). Kliren adalah
Parameter eliminasi obat yang meliputi metabolisme/ biotransformasi dan ekskresi
untuk dikeluarkan dari tubuh melalui organ ekskresi.

3. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Pipet tetes
b. Test Tube
c. Pot Salep
d. Tabung reaksi

2. Bahan
a. Tetes mata kloramfenikol 5 %
b. Etanol 95%
c. KCl
d. Aquadest
e. Natrium Asetat Anhidrat
f. Serbuk Zn
g. Benzoil Klorida
h. FeCl3
i. HCl 0,1 N

4. Prosedur Kerja
a. Tiap kelompok memilih 2 orang sukwan untuk percobaan
b. Pada hari praktikum sukwan diberi 2 tetes obat tetes mata
kloramfenikol
c. Sebelum ditetesi obat mata, kandung kencing dikosongkan dan urin
diambil untuk kontrol , saliva juga diambil untuk kontrol
d. Sampel saliva dikumpulkan setiap 2 menit selama 20 menit. Sampel
urine dikumpulkan pada menit ke 5, 30, 60, 90, 120 setelah minum
obat.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 34


e. Lakukan analisa urin dan saliva sebagai berikut :
 Larutkan saliva dan urin dan saliva dalam 1 ml etanol 95%
 Tambahkan 3 ml campuran dari 1 bagian larutan KCl dan 9 bagian
air
 Tambahkan 50 mg serbuk Zn
 Panaskan di atas penangas air selama 10 menit
 Endap tuangkan
 Tambahkan 10 mg Natrium asetat anhidrat dan 2 tetes Benzol
klorida. Kocok selama 10 menit
 Tambahkan 0,5 ml larutan FeCl3, jika perlu tambahkan HCl encer
secukupnya hingga terjadi larutan jernih. Terjadi perubahan warna
violet merah sampai ungu.

5. Lembar Kerja
Table 1 ekskresi obat melalui saliva
SALIVA
Waktu/ menit Warna
Kontrol
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 35


Table 2. Ekskresi Obat melalui Urine
URINE
Waktu/ menit Warna
Kontrol
5
30
60
90
120

Batam, ……………………

Nama Dosen Pengampu MK Nama Mahasiswa


6.

7.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 36


MATERI 7
EKSKRESI OBAT PER ORAL MELALUI URINE
1. Tujuan Percobaan
Menganalisis parameter farmakokinetik obat Paracetamol® setelah pemberian
obat dosis tunggal menggunakan data ekskresi urin.

2. Landasan Teori
Klirens obat merupakan istilah farmkokinetika untuk menggambarkan
eliminasi obat dari tubuh tanpa mengidentifikasi mekanisme prosesnya.
Kliren obat (klirens tubuh, klirens tubuh total atau ClT) menganggap seluruh
tubuh sebagai system pengeliminasi obat tunggal dimana beberapa proses
eliminasi yang tidak di identifikasi terjadi.

Setiap Obat yang masuk dalam tubuh akan mengalami proses ADME, dimana
ini sangat penting diketahui sebagai seorang farmasis apalagi apoteker.
Dimana jika terjadi gangguan pada proses ini pasti akan mengakibatkan efek
yang tidak diinginkan yaitu efek toksik atau over dosis.

Jika Sesuatu yang masuk di dalam tubuh pasti akan keluar setelah melalui
proses, begitu juga dengan obat. Eliminasi yang terjadi pada obat itu ada di
metabolism dan di ekskresi. Dimana jika obat dimetabolisme dan masih bisa
digunakan maka dia akan di metabolism kembali, sedangkan kalau obat yang
tidak dapat lagi dimetabolisme (dipakai lagi) maka akan di eliminasi dari
dalam tubuh atau ekskresi.

Setiap farmasis harus paham ini, rute-rutenya, parameternya maupun


availibillitas obat di dalam tubuh, karena kita mau lihat seberapa lama
maupun seberapa banyak obat yang tersedia di dalam tubuh agar kita bisa
memberikan lagi obat pada jam keberapa. Bagaimana orang yang memiliki
gangguan ginjal maupun orang tu lansia. Apa hal-hal yang bisa kita
pertimbangkan untuk mereka. Atau bagaimana desain obat kita yang akan
berlangsung di dalam tubuh.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 37


Oleh karena itu, kita lakukan percobaan ini, untuk mengetahui atau melihat
berapa banyak obat yang berada di dalam urin dan mengambil kesimpulan
apakah obatnya dimetabolisme baik dalam tubuh maupun tidak.

3. Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan yaitu wadah plastik, label, dan
spektrofotometer. Adapun bahan yang digunakan yaitu air mineral (aqua),
paracetamol, aluminium foil, dan tissue.

4. Prosedur Kerja
1. Diberikan air mineral untuk diminum
2. Diberikan obat paracetamol
3. Diambil urin pada selang waktu pada menit ke 10, 20, 30 , 40, 50
4. Disentrifuge pada 2500 rpm selama 30 menit
5. Diukur absorbansi pada spektrofotometer
6. Dihitung parameter farmakokinetiknya

5. Lembar Kerja
Log Du`᷉`- Du
t (jam) Du (mg) Du kumulatif Du`᷉`- Du kumulatif
kumulatif
10

20

30

40

50

Du : Jumlah obat dalam urin


Du kumulatif : Jumlah kumulatif obat yang diekskresikan
Du`᷉`- Du kumulatif : Jumlah obat yang belum diekskresikan

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 38


a. Nilai Du kumulatif didapat dari penjumlahan Du dengan Du kumulatif :

b. Nilai Du `᷉`- Du kumulatif didapat dari

c. Nilai regresi (t vs log Du~-Du kumulatif)

a=

b=

r=

K = -b . 2,3

= …….. jam-1

Batam, ……………………

Nama Dosen Pengampu MK Nama Mahasiswa


6.

7.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 39


MATERI 8
PROFIL DISOLUSI OBAT DALAM BERBAGAI KONDISI PH

1. Tujuan Percobaan
Agar dapat memahami profil disolusi obat dalam berbagai kondisi pH
2. Landasan Teori
Untuk mencapai absorpsi sistemik, suatu obat padatan akan mengikuti
beberapa proses seperti disintegrasi, disolusi dan absorpsi melalui membrane
sel. Pada proses tersebut, laju obat mencapai sirkulasi sistemik ditentukan
oleh tahapan yang paling lambat „‟rate limiting step‟‟. Obat yang memiliki
kelarutan jelek didalam air, maka disolusi merupakan tahap penentu dalam
proses tersebut.

Banyak factor yang dapat mempengaruhi disolusi obat, diantaranya sifat


fisikokimia bahan obat, factor formulasi, anatomi dan fisiologi saluran cerna
dan lainnya. Salah satu factor yang akan diamati adalah pengaruh formulasi
sediaan obat.

3. Alat dan Bahan


Bahan
 HCL 0,1 N
 Tablet paracetamol paten dan generic
Alat
 Dissolution tester
 Spektrofotometer UV-Vis
 Pipet ukur
 Peralatan gelas
4. Prosedur Kerja
a. Masing-masing kelompok mengambil satu sampel uji dengan medium
disolusi yang telah ditetapkan
b. Penentuan panjang gelombang maksimum paracetamol
Buat larutan standar dengan konsentrasi 14 mikrogram/ml, ukur
serapannya pada 220-350 nm

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 40


c. Pembuatan kurva kalibrasi
Buat larutan standar paracetamol dengan konsentrasi 4,6,8,10,12 dan
14 mikrogram/ml dan ukur serapannya pada panjang gelombang
maksimum
d. Penentuan profil disolusi
 Wadah diisi dengan air, Atur suhu 3700C
 Labu disolusi diisi dengan medium disolusi HCL sebanyak
900ml
 Tablet paracetamol dicelupkan kedalam medium disolusi
kemudian diputar dengan kecepatan 50 rpm
 Larutan dalam labu dipipet sebanyak 5 ml pada menit ke
5,10,15,20,dan 30
 Setiap pemipetan medium diganti dengan medium yang jumlah
dan jenisnya sama.
 Masing-masing larutan dipipet, diukur serapannya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum
 Hitung kadar paracetamol yang terdisolusi per satuan waktu
menggunakan kurva kalibrasi

5. Lembar Kerja
Penentuan panjang gelombang maksimum

Buat kurva kalibrasi larutan standar

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 41


Profil disolusi paracetamol
Waktu Absorban Kadar Persen terdisolusi
sampling
Paten Generic
5
10
15
20
30

Batam, ……………………

Nama Dosen Pengampu MK Nama Mahasiswa


6.

7.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 42


MATERI 9
PENGARUH FORMULASI SEDIAAN OBAT TERHADAP LAJU DISOLUSI

1. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
a. Memahami profil disolusi obat dalam berbagai kondisi pH
b. Memahami pengaruh formulasi terhadap laju disolusi tablet
2. Landasan Teori
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara dan melalui beberapa rute yang
bertujuan untuk menghasilkan efek terapi, baik secara lokal maupun sistemik.
Obat untuk mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk padat dan diberikan oral
akan mengalami beberapa proses yaitu, desintegrasi, disolusi dan absorbsi
melalui membran sel saluran pencernaan. Disolusi obat adalah proses kinetika
molekul obat dibebaskan dari fase padat dan masuk ke dalam fase larutan.
Umumnya, obat hanya dalam bentuk larutan yang dapat diabsorpsi, distribusi,
metabolisme, ekskresi, atau bahkan memberikan kerja farmakologis.
Disolusi merupakan tahap penentu dalam proses tersebut, terutama untuk zat
aktif yang memiliki tingkat kelarutan kurang baik dalam air. Obat akan
mencapai sirkulasi sistemik dimulai dengan tahapan paling lambat. Jika
proses disolusi suatu partikel obat tertentu cepat atau jika obat diberikan suatu
larutan.
3. Alat dan Bahan
Bahan: Sampel Tablet generik dan Tablet merk dagang, larutan dapar fosfat
pH 5,8.
Alat: Dissolution tester, spektrofotometer UV-VIS, pipet ukur dan peralatan
gelas.
4. Prosedur Kerja
 Setiap kelompok menggunakan satu sampel uji dengan medium
disolusi yang telah ditetapkan.
 Penentuan panjang gelombang larutan zat aktif; buat larutan standar
konsentrasi 10 μg/mL dan ukur serapannya pada panjang gelombang
220-350 nm.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 43


 Pembuatan kurva kalibrasi; buat larutan standar zat aktif dengan
beberapa konsentrasi yaitu, 4, 6, 8, 10, 12 dan 14 μg/mL dan ukur
serapannya pada panjang gelombang maksimum (hasil pengukuran
pada no. 2).
 Penentuan profil disolusi; wadah disolusi (chamber) diisi dengan air
dan atur suhu pada 37ºC, kemudian chamber diisi medium disolusi
sebanyak 900 mL. Sampel tablet dimasukkan dalam chamber yang
sudah terisi medium disolusi kemudian alat disolusi diatur pada
kecepatan 50 rpm. Larutan diambil sebanyak 5 mL pada menit ke 5,
10, 15, 20 dan 30. Setiap pengambilan harus digantikan dengan
medium lagi sejumLah yang sama. Larutan tersebut kemudian diambil
sebanyak 1 mL, lalu masukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
cukupkan volume dengan dapar fosfat pH 5,8 hingga 100 mL. Masing-
masing larutan diukur serapannya pada panjang gelombang
maksimum dengan spektofotometer UV - Vis, kemudian tentukan
kadar zat aktif yang terdisolusi per satuan waktu menggunakan kurva
kalibrasi.

5. Lembar Kerja
Table pengamatan

Waktu Konsentrasi Absorbansi % kadar Factor % kadar


/menit koreksi obat

10

15

30

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 44


45

60

Hasil perhitungan

Batam, ……………………

Nama Dosen Pengampu MK Nama Mahasiswa


6.

7.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 45


MATERI 10
PARAMETER FARMAKOKINETIKA MENGGUNAKAN DATA
KONSENTRASI OBAT DALAM DARAH DENGAN MENGGUNAKAN
HEWAN PERCOBAAN
1. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
a. Menentukan kadar obat yang terdapat dalam sampel darah
sukarelawan.

b. Menentukan orde eliminasi obat yang diberikan dan menganalisa


parameter farmakokinetik obat.

2. Landasan Teori
Farmakokinetika adalah pengetahuan yang mempelajari keadaan obat dan
metabolitnya di dalam tubuh makhluk hidup sebagai fungsi dari waktu setelah
proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Penentuan konsentrasi
obat dalam darah umumnya dilakukan terhadap plasma atau serum dengan
menganggap bahwa kadar obat dalam plasma mempunyai keseimbangan
dinamik dengan kadar obat dalam jaringan maka perubahan konsentrasi obat
dalam plasma akan dapat menggambarkan perubahan kadar obat dalam
jaringan.

Data konsentrasi obat dalam plasma sebagai fungsi dari waktu akan diperoleh
gambaran menyeluruh tentang kinetika obat di dalam tubuh setelah pemberian
obat melalui rute tertentu. Berdasarkan kurva hubungan antara konsentrasi
terhadap waktu akan dapat diketahui model farmakokinetika yang diikuti oleh
obat tersebut serta dapat dihitung parameter farmakokinetikanya. Obat yang
masuk ke dalam tubuh dapat mengikuti beberapa model farmakokinetika.
Model yang paling banyak digunakan adalah model kompartemen, yang
terdiri dari model kompartemen satu terbuka dan model multi-kompartemen.

Parameter konsentrasi puncak (Cmaks) merupakan parameter yang


menyatakan konsentrasi maksimum yang dapat dicapai obat dalam plasma.
Parameter ini berhubungan dengan dosis, konstanta kecepatan absorpsi dan

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 46


konstanta kecepatan eliminasi dari obat. Waktu untuk mencapai konsentrasi
puncak (Tmaks) merupakan parameter yang menggambarkan kecepatan
absorpsi obat. Kedua parameter tersebut dapat ditentukan dari kurva. Luas
area di bawah kurva dari waktu t = 0 sampai t = ∞ merupakan parameter yang
menggambarkan jumLah obat yang di absorpsi ( AUC ). Untuk menghitung
parameter ini dapat digunakan cara trapezoidal dan persamaan
farmakokinetika.

Ketiga parameter tersebut biasanya digunakan untuk menilai apakah suatu


sediaan obat mempunyai ketersediaan hayati yang baik. Parameter waktu
paruh eliminasi (t1/2) dapat digunakan untuk pengaturan regmen dosis suatu
obat.

3. Alat dan Bahan


Alat : Kalkulator saintifik
Bahan : Data kadar obat dalam plasma, kertas semilog, lembar kerja

4. Prosedur Kerja
a. Setiap kelompok mendapatkan data kadar obat dalam plasma yang
diberikan melalui rute oral.
b. Berdasarkan contoh data yang diberikan, tentukan apakah eliminasi
obat mengikuti orde 0 atau orde 1.
c. Hitung parameter farmakokinetika dari data yang diberikan meliputi
K, t½, Vd, Clt, Cmaks dan tmaks.
d. Buat kurva hubungan antara logaritme konsentrasi obat yang diperoleh
terhadap waktu. Hitunglah nilai AUC berdasarkan kurva yang telah
dibuat.
5. Lembar Kerja
 Penentuan orde reaksi eliminasi obat

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 47


 Penentuan nilai parameter farmakokinetik yang meliputi K eliminasi, t½, Vd,
Clt, Cmaks dan tmaks

 Grafik AUC dan penentuan nilai AUC

Batam, ……………………

Nama Dosen Pengampu MK Nama Mahasiswa


6.

7.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 48


MATERI 11
PARAMETER FARMAKOKINETIKA OBAT DENGAN PEMBERIAN
SECARA BOLUS INTRAVENA MENGUNAKAN HEWAN PERCOBAAN

1. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan :

a. Memahami proses in vitro dan perkembangan kadar obat dalam darah


setelah pemberian obat secara bolus intravena.

b. Mampu memplot data kadar obat dalam fungsi waktu pada skala
semilogaritmik.

c. Mampu menentukan berbagai parameter farmakokineka obat yang


berkaitan dengan pemberian obat secara bolus intravena.

2. Landasan Teori
Secara garis besar obat dapat diberikan secara intravaskuler (langsung masuk
ke dalam pembuluh darah) dan ekstravaskuler (di luar pembuluh darah seperti
pemberian secara oral, rektal, injeksi intramuskular, dll). Pemberian secara
ekstravaskular, obat akan masuk ke dalam sistem peredaran darah melalui
proses absorpsi. Pemberian secara intravaskular dapat dilakukan secara bolus
(sekaligus seperti injeksi intravena) atau secara kontinyu dengan suatu
kecepatan yang konstan seperti cara infus.

Setelah masuk ke dalam sistem peredaran darah, obat akan mengalami proses
distribusi metabolisme dan ekskresi. Proses “metabolisme” dan “ekskresi”
merupakan proses eliminasi. Berbagai proses tersebut akan menyebabkan
terjadinya perubahan kadar obat dalam darah dalam fungsi waktu. Melalui
pendekatan pemodelan matematis, kinetika obat dalam darah dapat
digambarkan dengan suatu model kompartemental: satu kompartemen dan
multi-kompartemen. Kinetika perubahan kadar obat untuk setiap proses yang
terjadi mengikuti kinetika orde satu.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 49


Pemberian secara bolus intravena, obat seluruhnya akan masuk sekaligus
kedalam sistem peredaran darah sehingga pada waktu pemberian, kadar obat
dalam darah adalah yang tertinggi dan kadar obat akan menurun karena terjadi
proses dsitribusi ke dalam jaringan lain dan eliminasi.

3. Alat dan Bahan


Alat : Kalkulator saintifik, Beacker berkran, corong pisah, beacker glass,
magnetic stirrer, statif
Bahan : Vitamin C, Aquadest, kertas semilog, lembar kerja
4. Prosedur Kerja
Percobaan berikut ini merupakan simulasi dari pemberian obat secara bolus
intravena dengan mengambil suatu senyawa obat sebagai model (Vitamin C
100 mg/10 mL). Larutan obat (dianggap sediaan injeksi) dimasukkan
sekaligus (bolus) ke dalam suatu wadah (dianggap sebagai kompartemen
darah). Cairan dalam wadah kemudian akan dikeluarkan dengan suatu
kecepatan konstan (dianggap sebagai proses ekskresi renal). Cairan yang
hilang karena ekskresi kemudian diganti dengan air (dianggap sebagai air
yang diminum).

a. Isi wadah dengan 250 mL dengan aqua destillata.

b. Buat sejumLah volume larutan obat kadar tertentu; masukkan


sekaligus ke dalam wadah.

c. Jalankan segera pompa peristaltik/kran untuk mengeluarkan cairan


dari dalam wadah dan pompa peristaltik untuk penggatian air yang
hilang dari wadah.

d. Ambil cuplikan sebanyak 5mL pada waktu 5, 10, 15, 30, 45, 60 dan 90
menit setelah rangkaian dijalankan. Setiap kali pengambilan cuplikan
tambahkan sejumLah air volume sama dengan volume cuplikan (1
mL/ 100 mL).

e. Tentukan kadar obat dalam cuplikan (secara spektrofotometri).

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 50


f. Plot data kadar obat terhadap waktu pada kertas semilogaritmik.

g. Tentukan model kompartemen obat

h. Hitung harga Co dan k.

i. Hitung harga Vd, Cl dan T1/2.

5. Lembar Kerja
1) Kadar obat dalam cuplikan sampel

2) Grafik data kadar obat terhadap waktu (grafik AUC)

3) Hasil perhitungan parameter farmakokinetik (Co, k, Vd, Cl dan T1/2).

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 51


4) Penentuan model kompartemen obat

Hitunglah kadar obat dalam sampel jika diketahui persamaan regresi linier dari kurva
- 2,789, volume cuplikan adalah 20 mL dan
absorbansi sampel setelah pengenceran 1 mL dalam 10 mL medium pelarut adalah
0,276?

Batam, ……………………

Nama Dosen Pengampu MK Nama Mahasiswa

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 52


MATERI 12
PARAMETER FARMAKOKINETIKA OBAT DENGAN PEMBERIAN
SECARA INTRAVENA MENGGUNAKAN HEWAN PERCOBAAN
1. Tujuan Percobaan
Untuk memahami dan menentukan parameter-parameter yang mencakup
dalam pemberian obat parasetamol secara intravena.

2. Landasan Teori
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari tentang nasib obat terhadap
tubuh yang meliputi ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan
Eliminasi) dari obat.

Pada umumnya terdapat banyak rute pemberian obat yaitu rute oral, rute
parenteral dan rute subkutan, tetapi yang dibahas disini hanyalah rute
parenteral khususnya intravena (IV).

Jalur pemberian obat secara intravena digunakan karena seluruh dosis obat
akan masuk ke dalam tubuh dengan segeraatau bioavailabilitas100%, selain
itu dapat memberikan efek local dan sistemik, serta cocok digunakan untuk
orang yang pingsan. Dan obat akan langsung didistribusikan ke semua
jaringan di dalam tubuh melalui sistem sirkulasi. Untuk memahami kinetika
obat dalam tubuh tidak cukup hanya dengan menentukan dan mengetahui
perkembangan kadar atau jumlah senyawa asalnya saja (unchanged
compound), tetapi juga meliputi metabolitnya.

Parameter farmakokinetika obat dapat diperoleh dengan hasil pengukuran


kadar obat utuh atau metabolitnya di dalam cairan hayati seperti pada darah.

Seorang farmasis dituntut untuk melakukan praktikum penetapan parameter


farmakokinetik obat dosis tunggal.Untuk mengetahui parameter
farmakokinetik obat secara intravena (Intra peritoneal) yang diujikan pada
tikus (Rattus norvegicus).

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 53


3. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini terdiri dari spoit, tabung
effendorf, gunting, dan alat sentrifuge.

Bahan - bahan yang digunakan pada praktikum ini terdiri, kapas, betadine,
alkohol, dan Parasetamol Injeksi.

4. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Bahan Praktikum (Parasetamol Injeksi)
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang Parasetamol sebanyak 0,204 mg
3. Dilarutkan dalam labu Erlenmeyer.

b. Penyiapan Hewan Coba


1. Disiapkan 5 ekor tikus yang akan digunakan, tikus ditimbang lalu
2. Dipuasakan selama 6-8 jam

c. Perlakuan Hewan Coba


1. Disiapkan alat dan hewan coba tikus
2. Kemudian tikus ditimbang beratnya
3. Diberikan air sebanyak 1 mL secara oral
4. Diambil darah awalnya melalui ekor
5. Dihitung Volume pemberiannya sesuai dengan beratnya
6. Diberikan obat secara injeksi menggunakan spoit dan jarum suntik
7. Diambil darah melalui ekor dengan interval waktu 10 menit sampai 50

d. Cara kerja
 Terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan
 Disiapkan tikus yang telah ditimbang
 Diinduksi dengan 1 mL air.
 Dimasukkan dalam tabung restainer, kemudian diberi alkohol pada
ujung ekor tikus lalu digunting sedikit ujung ekor tikus.
 Diambil darah awalnya melalui ekor

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 54


 Darah dimasukan ke dalam tabung effendorf
 Diberikan parasetamol melalui rute injeksi secara intraperitonial
 Diambil darah dan disimpan dalam tabung effendorf.
 Dilakukan lagi pengambilan darah dengan interval 10 menit sampai
menit ke 50
 Disentrifuge darah dan diukur absorbansinya menggunakan
spektrometer uv-vis.
 Dihitung parameter-parameter farmakokinetiknya.

5. Lembar Kerja
Data Baku
C (ppm) Abs

10

20

30

40

50

Data Sampel
t (menit) Abs

10

20

30

40

50

Batam, ……………………

Nama Dosen Pengampu MK Nama Mahasiswa


1.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 55


MATERI 13
PARAMETER KETERSEDIAAN HAYATI
/BIOAVAILABORATORIUMILITAS DARI PRODUK OBAT.

1. Tujuan Percobaan
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :
a. Menentukan status bioekivalensi dari suatu produk uji
b. Merancang penelitian uji bioavailaboratoriumilitas dan bioekivalensi
satu produk obat
2. Landasan Teori
Setiap produk yang akan beredar di pasaran harus terjamin kualitasnya
sehingga dengan pemakaian produk tersebut efek terapeutik yang diinginkan
akan tercapai. Produk generik atau “ me too “ yang akan dipasarkan juga tidak
lepas dari persayaratan ini. Suatu produk generik atau “me too” harus
memenuhi standar yang sama dengan produk innovator dalam hal kualitas,
efikasi dan keamanan. Selain evaluasi in vitro, evaluasi bioekivalensi in vivo
perlu pula dilakukan untuk menjamin bioavailaboratoriumilitas produk
generik atau “me too” tidak berbeda secara berarti (statistical insignificant)
dari suatu produk pembanding.

Pada umumnya yang dijadikan sebagai produk pembanding adalah produk


innovator yang terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari pihak yang
berwenang untuk dipasarkan. Diperolehnya status biobioekivalen dari suatu
produk diharapkan diperolehnya respon efek dan keamanan yang sama
dengan produk pembanding. Hal ini akan memberikan kesempatan kepada
para dokter maupun pasien untuk memilih berbagai merek obat dengan
jaminan bahwa setiap produk akan memberikan efek klinis dan keamanan
yang sebanding.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 56


Uji bioekivalensi menjadi sangat penting pada saat masa paten suatu produk
innovator habis. Selain itu uji bioekivalensi juga dilakukan pada periode
pengembangan suatu produk,adanya perubahan metode atau tempat
manufaktur, adanya pergantian peralatan manufaktur, ataupun adanya
perubahan sumber bahan baku yang digunakan.

Parameter farmakokinetika yang digunakan untuk evaluasi status bioekivalen


suatu produk adalah :

a. AUC (area the curve of concentration-tome relationship, luas area


dibawah kurva hubungan konsentrasi dan waktu)

b. Cmaks (konsentrasi maksimum)

c. Tmaks (waktu untuk mencapai konsentrasi maksimum)

Dalam prakteknya nilai Cmaks dan Tmaks diperoleh dari konsentrasi


maksimum hasil pengukuran konsentrasi dalam sampel yang diperoleh dan
waktu tercapainya konsentrasi maksimum tersebut. Perlu diperhatikan dalam
penetapan Tmaks bahwa pada daerah puncak kurva hubungan konsentrasi dan
waktu profil kurva relatif mendatar sehingga dengan adanya variabilitas,
metode penetapan kadar yang digunakan maka nilai Tmaks yang diperoleh
mungkin bukan merupakan Tmaks yang sebenarnya.

3. Alat dan Bahan


Bahan : Kertas semilog, lembar kerja
Alat : Kalkulator saintifik
4. Prosedur Kerja
a. Setiap kelompok mendapat data parameter ketersediaan hayati dari
contoh soal sampel uji dan inovator.
b. Setiap kelompok mengerjakan tugas perhitungan nilai
bioavailaboratoriumilitas bioekivalen berdasarkan data yang diberikan
dan lakukan analisa terhadap data yang diperoleh.
c. Simpulkan status bioekivalensi dari produk uji yang diberikan
terhadap inovator.

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 57


5. Lembar Kerja
Studi ketersediaan hayati/bioavailaboratoriumilitas terhadap produk obat yang
diproduksi oleh industri A dilakukan dengan melibatkan 12 orang sukarelawan.
Produk berupa tiga jenis sediaan yaitu berupa sirup, tablet dan injeksi intra-vena (iv).
Data yang diperoleh dari plasma masing-masing sukarelawan setelah 48 jam
pemberian obat seperti tertera pada tabel berikut

Sediaan Obat Dosis / mg AUC (μg/mL)

Data parameter bioavailaboratoriumilitas senyawa obat dalam beberapa sediaan :

Bentuk Cmax T max AUC₀-24 Fx 90% CI


sediaan (μg/mL) (jam) (μg/mL.jam) (BA untuk nilai
relative AUC
Tablet
terhadap
larutan)

Batam, ……………………

Nama Dosen Pengampu MK Nama Mahasiswa

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 58


DAFTAR PUSTAKA


Shargel, L. and Yu, A., Applied Biopharmaceutics & Pharmacokinetics, 7th ed.,
Appleton & Lange, New York, 2016 .
Krishna, R. and Yu, L., Biopharmaceutics Applications in Drug Development, Springer,
2008.
Paradkar, A.R. , dan Bakliwal, S.R. Biopharmaceutics & Pharmacokinetics. 2008.
Statistika untuk Farmasi, Biologi dan Kedokteran. Pengarang : Sudjana. Penerbit: ITB

Diktat Praktikum Biofarmasetika Farmakokinetika 59

Anda mungkin juga menyukai