NAMA :
NIM :
TINGKAT/KELAS :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang maha Esa,atas limpahan rahmat dan petunjuk-
Nya sehingga penuntun Praktikum Analisa Farmasi ini dapat diselesaikan. Penuntun praktikum ini
disusun guna memberikan petunjuk dan pegangan bagi mahasiswa program studi Ilmu Farmasi yang
akan melaksanakan Praktikum Analisa Farmasi.
Penyusun menyadari bahw buku penuntun ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan.Untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan penuntun
Praktikum Kimia Analisa Farmasi dan nantinya untuk dapat lebih menyempurnakan.
Tim penyusun
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iv
TATA TERTIB...........................................................................................................................................1
BAB 5 .SULFONAMIDA..........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................58
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
Mahasiswa yang diperkenankan melakukan praktikum adalah mereka yang terdaftar secara
akademik yang selanjutnya disebut Praktikan.
2. Jika berhalangan hadir, praktikan harus dapat memberikan keterangan tertulis terkait
dengan alasan ketidakhadirannya.
3. Praktikan seperti no. 2 di atas,jika akan mengganti praktikum pada hari lain, wajib meminta
rekomendasi tertulis terlebih dahulu dari koordinator pengampu praktikum.
5. Praktikan wajib membawa: laporan, lembar kerja praktikum, serbet, masker, tisue dan alat-
alat yang dibutuhkan pada saat praktikum.
6. Praktikan mengisi daftar absensi dengan menunjukan segala sesuatu sesuai no. 5 diatas
7. Sewaktu-waktu Dosen, Asisten jaga dapat mengadakan Pre Test atau Post Test, untuk
materi-materi yang akan atau yang telah dikerjakan.
Sanksi terhadap pelanggaran tata tertib no. 8 – 9 diatas adalah dikeluarkan dari laboratorium atau
tidak diperkenakan melanjutkan praktikum.
10. Praktikan bertanggung jawab atas peralatan yang dipinjamnya, kebersihan meja masing-
masing, serta lantai disekitarnya.
11. Setelah menggunakan reagen,praktikan wajib meletakan kembali pada tempat semula.
13. Jika akan meninggalkan ruang laboratorium, praktikan wajib meminta ijin kepada dosen
atau asisten jaga.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
14. Praktikan melakukan analisis sesuai bagiannya masing-masing. mencatat hasilnya pada
lembar kerja praktikum, serta memintakan “ACC’’ pada dosen atau asisten jaga, yaitu pada
saat: selesai analisis kualitatif & kuantitatif selesai praktikum.
15. Perhiasan hand Phone dan barang berharga lain merupakan tanggung jawab masing-masing
praktikan.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
BAB 1
TEKNIK ANALISA KUALITATIF
A. Pendahuluan
Kimia analisa ad alah bagian dari ilmu kimia yang mempelajarai tentang cara-cara
mengenal (identifikasi) dan penetapan kadar suatu zat. Kimia Analisa daapat dibagi menjadi :
kimia Analisa Kualitatif dan Kimia Analisa Kuantitatif.
1. Dasar utama analisa adalah bahwa suatu zat bisa didentifikasi dengan tepat adalah jika berada
dalam kondisi murni
4. Reaksi penggolongan
5. Reaksi warna
6. Reaksi kristal
2. Metode modern
a. Spektrometri :
- uv-vis : λmax (nm)
- IR : sidik jari (bilangan gelombang)
b. Kromatografi :
- KLT : Rf, warna noda
- HPLC, GC : waktu retensi
Syarat reaksi yang dapat digunakan untuk kimia farmasi kualitatif adalah: hasil reaksinya dapat
mudah diamati,Reaksinya sederhana dan cepat,reaksinya peka ( sensitive, reaksinya tidak terganggu
oleh zat lain.
Analisa dilakukan dengan menggunakan panca indra,yang di lihat berupa sifat-sifat fisiknya
seperti warna,bentuk, bau (jangan dihirup langsung!!!) dan rasa (Hati-hati !!! jangan ditelan !!!)
b. Tetapan Fisika
Dilakukan dengan mengukur tetapan fisika seperti kelarutan,titik lebur,titik didih,bobot
jenis,indeks bias,rotasi jenis,kekentalan dan lain-lain.
c. Mikroskopik
Mengenal (identifikasi) serbuk kristal atau bentuk kristal dengan menggunakan mikroskop.
2. Cara kimia
Dengan menggunakan pereaksi tertentu, suatu zat dapat memberikan reaksi yang spesifik
seperti pembentukan gas,endapan, warna atau perubahan-perubahan tertentu.
C. Penggunaan
Analisa kualitatif digunakan pada banyak bidang dengan berbagai tujuan, antara lain:
Identifikasi, Kontrol kualitas, Investigasi, Penelitian, Klinis, penegakan hukum.
Aplikasi Analisa kualitatif dalaam bidang kefarmasian, antara lain : Pembuktian kebenaran
bahan, Identifikasi / pemberian, Jaminan mutu obat, kontrol kualitas di pasaran, Diagnosis – radio
farmasi, Riset kefarmasian.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
BAB 2
REAKSI PENGGOLONGAN
REAKSI Penggolongan bertujuan untuk memeriksa adanya gugus fungsi serta membedakan golongan
dari senyawa yang dianalisa.
B. Tes untuk OH
1. Golongan alkohol
a. Reaksi warna Azo
b. Reaksi Ceri ammonium nitrat
c. Ferrox tes
d. Pembentukan ester
e. Membedakan alkohol primer, sekunder, tersier
1. Tes Lucas
2. Oksidasi
a. Dengan batang tembaga pijar
b. Aqua brom
c. Reaksi Nessler
2. Golongan fenol
a. Reaksi warna diazo
b. FeCl3
c. Reaksi warna POUGNET
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
d. Reaksi untuk fenol monovalen, antara lain : reaksi Landolt, reaksi Spiro, dan reaksi indofenol
e. Reaksi untuk fenol polivalen, antara lain : Aqua brom, Fehling dan Agamoniakal.
F. Reaksi warna
Suatu sampel di tambah pereaksi tertentu akan menimbulkan warna. Biasanya dilakukan di
plat tetes atau tabung reaksi.
G. Reaksi kristal
Reaksi kristal dapat dilakukan dengan sublimasi, Aseton – air, Fe – kompleks, Bi – kompleks, Cu-
kompleks, Cu-kompleks, Asam encer, asam pikrat, HgCl2, Dragendorf, Mayer, Bouchaardat, dll.
H. REAKSI PENENTUAN
Berdasarkan organoleptis, reaksi penggolongan, reaksi warna dan reaksi kristal yang spesifik untuk
masing – masing zat, maka dapat disimpulkan zat yang diidentifikasi.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
BAB 3
ALKALOID & ANALGETIK
Alkaloid adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung atom N di
dalam intinya dan bersifat basa, karena itu dapat larut dalam asam-asam dan membentuk garam.
A. Reaksi warna
1. H2SO4 pekat
2. HNO3 pekat
3. Reaksi Erdmann : 12 ml H2SO4 pekat + 8 tetes HNO3 Pekat
4. Marquis : 2 tetes formalin + H2SO4 pekat
5. Reaksi Frohde : (Amm. Molibdat 0,5% dalam air) + H2SO4 pekat
6. Hoshida : Campuran Frohde dan Marquis ( Amm. Molibdat 0,3 gr + Formalin 40 % 0,5 ml +
H2SO4 pekat 60 cc)
7. Mandelin (Amm. Vanadat 10 % H2SO4 pekat)
8. FeCl3
C. Identifikasi
1. Aminophyllin
Rumus Bangun
2. Coffein
Rumus Bangun
a. Reaksi Murexide : Zat + 1 tetes H2O2 3% atau KclO 3 padat + 1 tetes HCl 25% panaskan agak
→jingga + NH4OH → ungu
b. Larutan zat dalam air + I2 tidak terjadi ↓+ HCl →↓ coklat,larut dalam NaOH berlebih
c. Reaksi parri → positif
d. Reaksi Francois →biru
e. Zat + Air + NaOH 5 tetes panaskan + AgNO3 → ↓hitam
f. Lar. Jenuh zat + HgCl2 5% → ↓Putih, Panaskan → ↓kristal jarum
g. Reaksi Zwikker : ( 1 ml pyridin 10 % + lar. CuSO4). Zat + pereaksi → kristal batang panjang tidak
berwarna (mikroskop)
3. Ephedrin
Rumus bangun
a. Mayer : negatif
b.Bouchardat : positif
c. Reaksi lodoform : positif
d. Zat + H2SO4 (e) + Nacl → 6 tetes NaOH 0,1 N panaskan di wb →merah, setelah dingin→ violet
e. Zat + NaOH dipanaskan + Aqua lod→ lodoform
f. Reaksi Chen dan Kao : Zat + 1 ml air + 1 tetesgaaram CuSO4 + 1 ml NaOH
4N → Violet,kocok dengan eter merah ungu
g. Zat + CuSO4 encer + NaOH →ungu
h.Zat + asam sulfanilat + NaNO2 →merah tua/jingga
i. Reaksi kristal dengan Dragendorf, K-oxalat padat.
4. Isoniazid
Rumus Bangun
5. Theofilin
Rumus bangun
6. Papaverin
Rumus bangun
7. Asetosal
Rumus bangun
8. Antalgin
Rumus Bangun
9. Acetaminophen
Rumus Bangun
a. Zat + FeCl3
b. Zat + HCl didihkan + air dinginkan → tidak terbentuk endapan
c. Zat + p-DAB HCl, terbentuk endapan kuning
d. Zat + Diazo A dan B, terbentuk larutan warna jingga.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
Nilai
LEMBAR KERJA
Nama : Tanggal :
No. Sampel :
Objek : Kelompok :
1. Reaksi Pendahuluan
2. Reaksi Penegas
3. Kristal
4. kesimpulan
Nomor Sampel ..........mengandung senyawa golongan.........................yaitu
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
BAB 4
ANTIBIOTIK & ANTIHISTAMIN
Antibiotika adalah suatu zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme hidup yang berkhasiat
bakteriostatik atau bakterisida terhadap mikroorganisme hidup lainnya.
Antihistamin adalah suatu senyawa obat yang dapat mengurangi efek farmakologis dengan cara
memblokir masuknya histamin ketempat resedptor dalam sel.
1. Amoxicilin
Rumus Bangun
2. Ampisillin
Rumus Bangun
3. Kloramfenikol
Rumus Bangun
4. Sefaleksin
Rumus Bangun
a. Zat dalam air + Hidroksilamin HCl + NaOH,biarkan 5 menit + HCl + FeCl3 → ungu/merah
b. Zat dalam air + larutan Potasium Cupril tartrat → ungu/hijau yang kemudian bila didiamkan
menjadi warna kuning/coklat
c. Zat dalam air + FeCl3 → tidak berwarna
d. Zat + larutan parapormaldehid dalam H2SO4 → kuning, kemudian bila di panaskan dengan w.b 2
menit dan langsung didinginkan tetap berwarna kuning.
5.Tetrasiklin
Rumus Bangun
6. Menhidrinat
Rumus Bangun
7. Dipenhidramin
Rumus Bangun
8. Chlortrimeton
Rumus Bangun
LEMBAR KERJA
Nilai
Nama : Tanggal :
No. Sampel :
Objek : Kelompok :
1. Reaksi Pendahuluan
2. Reaksi Penegas
3. Kristal
4. kesimpulan
Nomor Sampel ..........mengandung senyawa golongan.........................yaitu
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
BAB 5
SULFONAMIDA
1. Sulfacetamid
Rumus Bangun
2. Sulfadiazin
Rumus Bangun
3. Sulfamerazin
Rumus Bangun
4. Sulfaguanidin
LEMBAR KERJA
Nilai
Nama : Tanggal :
No. Sampel :
Objek : Kelompok :
1. Reaksi Pendahuluan
2. Reaksi Penegas
3. Kristal
4. kesimpulan
Nomor Sampel ..........mengandung senyawa golongan.........................yaitu
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
BAB 6
VITAMIN & LAIN – LAIN
1. Vitamin A
Rumus Bangun
2. Vitamin B1
Rumus Bangun
a. Formaldehyde Azo test : Zat + azo benzen + H2SO4 + NaOH + formaldehid → merah
b. Zat + HgCl2 →↓ putih
c. Zat + Nessler → kuning hitam
d. Zat + NaOH → kuning hijau + KmnO4
e. Zat + ninhidrin → kuning stabil
f. Zat + Fosfomolibdat → biru
g. Reaksi Kristal : fe. Kompleks, asam pikrat, Bouchardat
3. Vitamin B6
Rumus Bangun
a. Formaldehyde Azo test : Zat + azo benzen + H2SO4 +NaOH + formaldehid → merah
b. Zat + FeCl3 → merah coklat
c. Zat + NaOH → kuning hijau + KmnO4 → hijau
d. Zat + NaOH → kuning hijau + KmnO4
e. Zat ninhidrin → kuning stabil
f. Zat + Fosfomolibdat → biru
g. Zat + Diazo A & B + NaOH →kuning ---- jingga merah
h. Reaksi Kristal : fe. Kompleks, asam pikrat, Bouchardat
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
4. Vitamin C
5. Chlorpromazine
Rumus Bangun
LEMBAR KERJA
Nilai
Nama : Tanggal :
No. Sampel :
Objek : Kelompok :
1. Reaksi Pendahuluan
2. Reaksi Penegas
3. Kristal
4. kesimpulan
Nomor Sampel ..........mengandung senyawa golongan.........................yaitu
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
BAB 7
KIMIA ANALISA KUANTITATIF
Analisis kuantitatif fokus kajiannya adalah penetapan banyaknya suatu zat tertentu (analit)
yang ada dalam sampel. Analisis kuantitatif terhadap suatu sampel terdiri atas empat tahapan
pokok :
Metode yang baik dalam suatu analisis kuantitatif seharusnya memenuhi kriteria yaitu:
1. Peka ( sensitive)
2. Presisi ( Precise)
3. Akurat ( Accurate)
4. Selektif
5. Praktis
Pemilihan metode yang memenuhi semua syarat diatas hampir tidak mungkin kita peroleh,
sehingga perlu kita pilih kriteria yang sesuai dengan keadaan sampel yang kita uji. faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan metode analisis adalah tujuan analisis, macam dan jumlah bahan yang
dianalisis,ketepatan dan ketelitian yang diinginkan, lamanya waktu yang diperlukan untuk analisis,
dan peralatan yang tersedia.
A. Alat-alat
1. Neraca ( timbangan) analitik, syarat neraca yang baik, adaalah sebagai berikut :
akurat/telti, stabil dan peka.
2. Alat ukur Volume
Pada analisa volumetri alat ukur volume yang sering digunakan adalah :
a. Labu tentu ykur (volumetric flask)
b. Buret, berbentuk tabung dengan gariss skala seperti pada pipet ukur dengan penampang
yang sama dari atas kebawah. dibagian bawah di lengkapi dengan kran terbuat dari gelas
atau teflon.kapasitas yang sering digunakan 25 dan 50 ml,dengan pembagian skala 0,05
atau 0,1 ml.
c. pipet, dibagi menjadi dua macam, yaitu ( volumetric / transfer pipette,) sering disebut pipet
gondok berbentuk pipa dibagian tengahnya terdapat pipa bulat dan pipa atas terdapat garis
melingkar sebagaai batas pengisian. pipet ini digunakan untuk pengambilan cairan sebanyak
volume yang teliti sesuai kapasitas pipet.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
- pipet ukur (graduated / measuring pipette), berbentuk tabung dengan garis skala seperti
pada buret yang menyatakan banyaknya volume terukur. Titik nol terletak diatas sedang
paling bawah menunjukan kapasitasnya.
4. Penggunaan buret
- Periksa terlebih dahulu apakah buret dalam kondisi baik ( tidaak pecah atau bocor),
berikan sedikit saja vaselin pada kran agar pengaturan penetesan mudah dilakukan.
- Bersihkan buret sebelum digunakan dengan air, bilaslah buret tersebut dengan sedikit
zat kimia yang akan dimasukkan kedalamnnya
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
- Masukkan zat kimia yang akan digunakan ke dalam buret tersebut dengan menggunakan
corong. lakukan pengisian sampai seluruh bagian buret terisi (perhatikan bagian
bawahnya !) dan tidak terdapat gelembung gas pada buret
- Pasang buret pada statif dan klem agar posisinya stabil dan tegak lurus
- Untuk pembacaan skala digunakan kertas hitam putih,pegang dibelakang buret sedikit
dibawah permukaan gariss lengkungan (miniskus)
- pada buret Schellbach dinding belakang bagian dalam diberi garis biru diatas dasar
putih,pembacaan tepat pada bagaian lancip dari garis biru.
5. Pemilihan buret. lakukan titrasi orienrasi terlebih dahulu menggunakan buret kapasitas 50,0 ml.
untuk selanjutnya, pada titrasi replikasi pemilihaan buret harus berdasarkan ketentuan: Volume
terukur yang teliti dalah sebanyak 20-80 % dari kapasitas buret. jadi, jika dari hasil orientasi di
dapat volume titrasi 10,0 ml, maka titrasi selanjutnya gantilah dengan buret kapasitas 25,0ml
6. Cara titrasi. Zat yang akan dititrasi disebut sebgai titrat (ditampung dalam erlenmeyer),sedangkan
larutan yang digunakan untuk menitrasi disebut sebagai titran ( dimasukkan ke dalam buret)
posisi tangan pada saat titrasi ditunjukan seperti gambar dibawah.
7. Pembacaan volume titrasi. Mata harus sejajar miniskus, gunakan miniskus bawah untuk
menentukan volume titrasi. jangan lupa perhatikan skala buret, karena masing-masing kapasitas
buret memiliki skala yang
berbeda.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
8. penetapan dalam duplo.lakukan penetapan paling sedikit dua kali. Jika kesesuain hasilnya lebih
dari 0,4 hasil tersebut tidak dapat dirata-rata. Jika digunakan Volume larutan sampel yang sama,
maka pembacaan buret tidak boleh berselisih lebih dari 0,05 ml. jika syarat-syarat ini tidak
tercapai, maka harus dilakukan titrasi ulang sampai diperoleh selisih yang tidak lebih dari 0,05 ml
BAB 8
ANALISA
VOLUMETRI/TITRIMETRI
Analisa volumetri adalaah analisa kuaantitatif dimana kadar/komposisi dari zat uji
ditetapkan berdasarkan volume pereaksi yang konsentrasinya diketahui,di tambahkan ke dalam
larutan zat uji,hingga komponen yang akan ditetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi
yang dipakai.
Proses tersebut dikenal dengan nama titrasi, oleh karena itu analisa volumetri disebut juga analisa
Titrimetri.
Analisa titrimetri merupakan satu bagian utama kimia analisis dan perhitungannya
berdasarkan hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia.Analisis titrimetri didasarkan
pada reaksi kimia sebagai berikut:
aA + tT → hasil
dengan a adalah molekul analit A yang bereaksi dengan t molekul pereaksi T sampel pereaksi T, yang
disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit,biasanya dari dalam buret,dalam bentuk larutan
yang konsentrasinya diketahui. Pereaksi T ini disebut larutan standar dan konsentrasinya ditetapkan
oleh suatu proses yang disebut standardisasi. Penambahan titran diteruskan sampai sejumlah T yang
secara kimia setara dengan A,sehingga dikatakan telah tercapai titik ekivalensi dari titrasi itu.
Untuk mengetahui akhir penambahan titran digunakan suatu zat yang disebut indikator,yang
menandai kelebihan titran digunakan suatu zat yang disebut indikator,yang menandai kelebihan
titran dengan perubahan warna.perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik
ekivalensi.titik dalam titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.Tentu saja
diinginkan agar titik akhir sdekat mungkin ke titik ekivalensi.Dengan memilih indikator untuk
menghimpitkan kedua titik itu merupakan salah satu aspek yang penting dari analisis titrimetri.
Istilah “titrasi” merujuk ke proses pengukuran volume titran yang diperlukan untuk
mencapai titik ekivalensi. Selama bertahun-tahun di gunakan istilah
analisa volumetri bukannya titrimetri.Tetapi dari titik pandang yang teliti, lebih disukai istilah
titrimetri karena pengukuran volume tidaklah terbatas pada titrasi.Misalnya dalam analisis-analisis
tertentu orang mungkin mengukur volume gas.
Ada beberapa kesalahan yang dapat terjadi pada analisa titrimetri, antara lain:
1.Kesalahan pembakuan larutan titer
2.Kesalahan pemipetan
3.Kesalahan pembacaan buret
4.Kesalahan penetapan titik aakhir titrasi
5.Indikator ikut bereaksi
6.Pemilihan idikator yang tidak tepat
Pereaksi (larutan yang berada di buret) di sebut dengan titran dan larutan zat yaang kadarnya
akan ditetapkan disebut titrat/analit
A. Klasifikasi titrasi
1. Berdasarkan macam dari reaksi:
a. Titrasi Asam-basa
b. Titrasi redoks
c. Titrasi pengendapan
d. Titrasi Kompleksometri
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
E. Titik Ekivalen
Titik adalah saat dimana komponen zat uji habis bereaksi dengan titran.Titik akhir titrasi
(end point) adalah saat dimana terjadi perubahan warna indikator, oleh sebab itu pemilihan
indikator sangat penting dalam titrasi.
Pada titrasi permanganometri tidak diperlukan indikator,perubahan warna pada saat
titrasi tersebut dianggap sebagai titik akhir titrasi tanpa perlu penambahan indikator lagi. Titrasi
tersebut disebut titrasi dengan menggunakan autoindikator.
a. tanpa blangko
mgrek zat uji = mgrek titran
b. dengan blangko
mgrek zat uji = mgrek titran zat uji – mgrek blangko
2. Titrasi kembali :
a. tanpa blangko
mgrek zat uji = mgrek pereaksi – mgrek titran
b. dengan blangko
mgrek zat uji = mgrek titran blangko – mgrek titran zat uji
G. Konsentrasi
1. kemolalan (m) adalah jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1 kg (=1000g)
pelarut
m = g X 1000 atau m = n
Mr V P
dimana m = kemolalan larutan (mol kg-1)
Mr = Mr/BM zat terlarut
V = bobot/berat pelarut (gram)
n = jumlah mol zat terlarut (g/Mr)
p = massa pelarut (kg)
2. Normalitas (N)
Satuan ini dipakai paada reaksi asam basa dan redoks, jumlah H+ atau OH- pada asam dan
basa.
Mol asam jika dikalikan dengan banyaknya H+ maka diperoleh gram ekivalen (grek) dari
asam, dan sebaliknya pula pada basa maka diperoleh grek dari basa.
grek = mol X Jumlah H+ atau H-
Maka kenormalan dapat didefinisikan sebagai jumlah grek zat terlarut dalam tiap liter larutan atau
jumlah mgrek zat terlarut dalam tiap larutan.
N = grek/liter = mgrek/ml
Atau
N = gram X 1000
BM/BE V (ml)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
3. Kemolaran dapat didefinisikan sebagai jumlah grek zat terlarut dalam tiap liter larutan atau jumlah
mgrek zat terlarut dalam tiap ml larutan.
M = mol/liter = mmol/ml
Jadi
kadar = mg zat x 100 % b/b
mg sampel
kadar = mltitran x N titran x BE zat x 100 % b/b
mg sampel
jika sampel dalam bentuk caairan, maka kadaar dinyatakan dalam %b/v,sehingga rumus kadar
menjadi :
BAB 9
TITRASI ASAM – BASA
Titrasi asam – basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam basa) berdasarkan atas reaksi
asam-basa. Bila sebagai titran digunakan larutan baaku asam maka penetapan kadaar tersebut
dinamakan Asidimetri,sebaliknya bila sebagai titraan digunakan larutan baku basa maka penetapan
kadar tersebut dinamakan Alkalimetri.
Asidimetri dan alkametri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang
berasal dari asam dengan ion hiidrokssida yang berasal dari basa untuk menghaasilkan aair yang
bersifat netral.Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan
penerima proton (basa).
H+ + OH- H20
CH3COOH → CH3COO- + H+
+
NH3 + H → NH4+
B. Bobot Ekivalen
Bobot ekivalen suatu zat padaa reaksi asam basa adalah banyaknya mol zat tersebut yang
ekivalen dengan 1 mol ion H+ atau 1 mol ion OH-
Contoh :
a. Na2CO3 + HCl → Na2CO3 + NaCl
(dengan indikator penolftalein)
BE NaCO3 = 1 mol
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
C. Indikator Asam-basa
Indikator asam – basa adalah asam atau basa organik lemah yang mempunyai warna
molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya (warna basa).Daerah transisi perubahan
warna indikator meliputi lebih kurang 2 unit pH dan daerah ini disebut trayek pH. beberapa
contoh indikator asam – basa trayek pH dan perubahan warnanya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Perubahan warna
Indikator Trayek pH
Warna Asam Warna Basa
Biru Timol 1,2 - 2,8 merah kuning
Biru bromfenol 3,0 - 4,6 kuning Biru
Jingga Metil 3,1 - 4,4 merah Jingga
Merah Metil 4,2 - 6,3 merah kuning
Lakmus 5,0 -8,0 merah Biru
Biru bromtimol 6,0 - 7,6 kuning Biru
Merah Fenol 6,8 8,4 kuning Merah
Biru Timol 8,0 - 9,6 kuning Biru
Merah
Fenolftalein 8,3 - 10,5 Tidak berwarna jambu
Pemilihan indikator ditentukan oleh pH larutan pada titik ekivalen. pada titrasi asam lemah
dengan basa kuat, maka pH larutan pada titik ekivalen diatas 7 (misalnya pH =9), maka indikator
yang dipakai adalah biru timol atau fenolftalein.sebaliknya pada titrasi basa lemah dengan asam
kuat,maka pH larutan pada titik ekivaalen di bawah 7 (misalnya = 4) maka indikator yaang dapat
dipakai adaalah biru bromfenol atau jingga metil.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
BAB 10
TITRASI ALKALIMETRI
A. Tujuan
Praktikan mampu mengidentifikasi zat dalam suatu sampel serta mampu menetapkan
kadarnya menggunakan prinssip reaksi asam-basa.
C. Prosedur
1. Pembuatan larutan titer NaOH 0,1 N
V X N = mgrek NaOH
1000 ml X 0,1 N = gram/ BE
Gram = 100/40
= 4 gram
Larutkan 4,0 gram NaOH dalam air bebas CO2 hingga 1000,0 ml.
2. Pembakuan larutan titer NaOH 0.1 N
Timbang seksama 150 mg asam oksalat larutkan dengan 10 ml air. Masukan dalam erlenmeyer
100 ml, larutkan dengan air bebas CO2. Titrasi dengan NaOH menggunakan indikator
penolftalein, titrasi hingga warna merah jambu. Lakukan pembakuan triplo (tiga kali). Hitung
normalitas larutan.
3. Penetapan kadar asam salisilat
Timbang seksama 150 mg sampel larutkan dengan 10 ml etanol 96 % dan air bebas CO2
sampai larut. Titrasi dengan NaOH menggunakan indikator penolftalein. Lakukan penetapan
kadar triplo (tiga kali).
4.Data Pembakuan
(BM: )
Zat + kertas Kertas Berat zat paraf
perkamen perkamen + (mg) Volume titran (ml) (Dosen/
(mg) sisa zat (mg) (A-B) assisten)
A B
5. Perhitungan pembakuan
a. Reaksi :
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
b. Perhitungan
(BM: )
Zat + kertas Kertas Berat zat paraf
perkamen perkamen + (mg) Volume titran (ml) (Dosen/
(mg) sisa zat (mg) (A-B) assisten)
A B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
BAB 11
TITRASI OKSIDASI-REDUKSI
(REAKSI REDOKS)
A. TUJUAN UMUM
Praktikan mampu mengidentifikasi zat dalam suatu sampel serta mampu menetapkan
kadarnya menggunakan prinsip reaksi oksidasi dan reduksi.
B. MATERI TERKAIT
Oksidasi adalah pelepasan satu atau lebih elektron dari suatu atom, ion atau molekul.
Sedang reduksi adalah penangkapan satu atau lebih elektron oleh suatu atom, ion atau
molekul. Tidak ada elektron bebas dalam sistem kimia, dan pelepasan elektron oleh suatu zat
kimia selalu disertai dengan penangkapan elektron oleh bagian yang lain, dengan kata lain
reaksi oksidasi selalu diikuti reaksi reduksi.
Dalam reaksi oksidasi reduksi (redoks) terjadi perubahan vaalensi dari zat-zat yang
mengadakan reaksi. Disini terjadi transfer elektron dari pasangan pereduksi ke pasangan
pengoksidasi. Kedua reaksi paro dari suatu reaksi redoks umumnya dapaat ditulis sbb :
red → oks + ne
di mana red menunjukan bentuk tereduksi (disebut juga reduktan atau zat pereduksi ),oks
adalah bentuk teroksidasi (oksidan atau zat pengoksidasi), n adalah jumlah elektron yang
ditransfe dan e adaalah elektron .
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetrik dari zat-zat anorganik
maupun organik. Untuk menetapkan titik akhir pada titrasi redoks dapat dilakukan secara
potensiometrik atau dengan bantuan indikator.
Analisi volumetri yang berdasarkan reaksi redoks diantaranya adalah bromatometri,
yodometri, yodimetri, yodatometri, permanganometri dan serimetri.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
BAB 12
TITRASI PERMANGANOMETRI
A. Tujuan
Penetapan kadar sampel berdasarkan atas reaksi reduksi oksidasi dengan KMnO4
C. Teori
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara berbeda-
beda tergantung pada pH larutannya. Titrasi permanganometri digunakan untuk
menetapkan kadar reduktor dalam suasana asam sulfat encer.Dalam suasana penetapan
basa atau asam lemah akan terbentuk endapan coklat yang MnO2 yang mengganggu.
a. Dalam asam sulfat encer
MnO4 + 8 H + + 5 e → Mn2- + 4 H2O
b. Dalam asam lemah :
MnO4 + 4 H+ +5e → MnO2 + 2 H2O
c. Dalam larutan netral atau basa :
MnO4 + 2 h2O + 3 e → MnO2 + 4 OH
D. Prosedur
1. Pembuatan larutan titer KmnO4 0,1 N
V X N = mgrek KmnO4
1000ml X 0,1 = gram/BE X BM
mg = 100/5 X 158,03
= 3160,6 mg
= 3.1616 gram
Masukkan 3,1616 gram KMnO4 dalam labu tentukan encerkan dengan air hingga 1000,0 ml,
didihkan selama 15-30 menit,dinginkan pada suhu kamar. Simpan dalam botol coklat.
2. Pembakuan larutan titer KmnO4 0,1 N
Timbang seksama 150mg asam oksalat.masukan dalam Erlenmeyer 100 ml,
tambahkan dengan 15 ml H2SO4 2 N. Titrasi dengan KMnO4 0,1 N hingga warna merah
jambu mantap. panaskan +- 70 C sampai warna hilang. lanjutkan titraasi dengan KMnO4 0,1
Nsampai timbul warna merah muda. Lakukan pembakuan Triplo (tiga kali). Hitung normalitas
larutan.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
3. Penetapan kadar
Timbang seksama 150mg sampel, tambahkan 10 ml asam sulfat encer. Titrasi dengan
larutan KMnO4 0,1 N. Lakukan titrasi triplo. Hitung kadar sampel.
4. Data pembakuan
(BM: )
Zat + kertas Kertas Berat zat paraf
perkamen perkamen + (mg) Volume titran (ml) (Dosen/
(mg) sisa zat (mg) (A-B) assisten)
A B
5. Perhitungan pembakuan
Reaksi :
MnO4- + 6 h + + 5e → Mn2+ + 4 H2O.............................2X
H2C2O4 → 2 CO2 + 2H+ + 2 e.....................5x
2 MnO4 + 5C2O4 + 6H → 2 Mn2+ + 10CO2+8H2O
- 2- +
(BM: )
Zat + kertas Kertas Berat zat paraf
perkamen perkamen + (mg) Volume titran (ml) (Dosen/
(mg) sisa zat (mg) (A-B) assisten)
A B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
Reaksi :
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
BAB 13
TITRASI IODO-IODIMETRI
A. Tujuan
Untuk mengetahui kaadar sampel dengan prinsip oksidasi dan reduksi melalui titrasi iodo-
iodimetri.
C. Teori
Apabila zat uji (reduktor) langsung dititrasi dengan larutan iodium, maka penetapan kadar
ini disebut dengan iodimetri. Sebaiknya bila zat uji (reduktor) mula-mula direaksikan dengan ion
iodida berlebih,kemudian iodium yang terjadi dititrasi dengan larutan tiosulfat maka cara ini
dinamalan iodimetri.metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar oksidator maupun
reduktor,disamping itu cara ini akurat karena titik akhir titrasi jelas.
Reaksi
Iodimetri : Reduktor Oksidator + e
I2 + 2e 2I
Iodimetri : Oksidator + KI → I2
I2 + Na2S2O3 → 2nal +Na2S4O4
Atau
I2 + 2e → 2 I-
2S2O32- → S4O62- + 2e
I2 + 2S2O32- → S4O62- + 2I-
Bila tidak terdapat zat pengganggu yang berwarna,sebenarnya larutan ioidium sendiri
dapat berfungsi sebagai indikator meskipun warna terjadi tidak sejelas KmnO4.Umumnya lebih
disukai larutan kanji sebagai indikator yang dengan larutan iodium memberikan warna biru
cerah. Bobot Ekivalen pada Iodimetri adalah banyaknya mol zat yang setara dengan 1 mol l.
D. Prosedur
1. Pembuatan larutan titer I2 0,1 N
Larutkan 18 gram Kl dalam 30 ml air dalam labu tertutup.Timbang sekitar 12,69 gram I2
dalam gelas arloji,tambahkan sedikit demi sedikit kedalam larutan KI. Tutup labu dan
kocok hingga 1000,0 ml.
2. Pembuatan larutan Na2S2O3 0,1 N
Timbang lebih kurang 26 gram natrium tiosulfat dan 200,0 mg natrium karbonat dalam
air bebas karbondioksida segar secukupnya hingga 1000, 0 ml.
3. Pembuatan indikator kanji
10 gram amylum dalam 100 ml air panas
4. Pembakuan Na2S2O3
Timbang seksama 100 mg KIO3, tambahkan 300 mg KI dan 10 ml asam sulfat encer. Titrasi
dengan Na2S2O3 sampai warna kuning muda. Tambahkan indikator kanji titrasi kembali
sampai timbul perubahan warna. Lakukan triplo. Hitung normalitas Na2S2O3.
5. Pembakuan larutan titer I2 dengan Na2S2O3
Pipet 15,0 ml larutan Na2S2O3 yang telah dibakukan, masukkan dalam erlenmeyer
tambahkan indikator kanji, titrasi dengan larutan I2 sampai berwarna biru. Lakukan triplo.
Hitung normalitas I2.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
6. Penetapan kadar
Timbang seksama 150 mg sampel, masukkan dalam erlenmeyer 100 ml tambahkan 5 ml
larutan asam sulfat encer, titrasi dengan I2 0,1 N dengan indikator amylum hingga warna
biru. Lakukan titrasi triplo, tetapkan kadar sampel.
7. Data Pembakuan Larutan Na2S2O3
KIO3 (BM: )
Zat + kertas Kertas Berat zat paraf
perkamen perkamen + (mg) Volume titran (ml) (Dosen/
(mg) sisa zat (mg) (A-B) assisten)
A B
9. Data Pembakuan I2
BAB 14
TITRASI NITRIMETRI
(REAKSI DIAZOTASI)
A. Tujuan
Praktikan mapu mengidentifikasi zat dalam suatu sampel serta mampu menetapkan
kadarnya menggunakan prinsip reaksi diazotasi.
B. Prinsip reaksi : pembentukan garam diazonium
C. Teori
Metode nitrimetri ini didasarkan pada reaksi antara amina aromatik primer dengan
natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium (dikenal dengan reaksi
diazotasi).
NaNO2 + HCl NaCl + HNO2
Ar – NH2 + HNO2 Ar - N2Cl + H2O
Nitrimetri adalah penetapan kadar suatu zat dengan jalan titrasi menggunakan
larutan natrium nitrit sebagai titran. Titrasi ini digunakan untuk penetapan kadar Amin
Primer Aromatik berdasarkan reaksi pembentukan garam diazonium dengan asam nitrit
pada suhu dibawah 15°C. Reaksi diazonasi dapat dipercepat dengan menambahkan kalium
bromida.
Reaksi yang terjadi sangat cepat, maka titrasiharus dilakukan perlahan-lahan. Untuk
menjaga kondisi suhu dapat digunakan bongkahan es batu atau sirkulator. Diatas suhu 15 °C
garam diazonium yang terbentuk akan terhidrolisa menjadi fenol dan reaksi berlangsung
tidak berlangsung kuantitatif.
Titik akhir titrasi tercapai apabila terjadi warna niru seketika bila larutan dioleskan
pada pasta kanji/kertas kanji iodida. Dan bila larutan dibiarkan 1 menit, dan larutan
dioleskan pada pasta kanji/kertas kanji iodida akan menujukkan hasil yang sama.
KI + HCl KCl + HI
2 HI+ 2 HNO2 I2 + 2 NO2 + H2O
I2 + kanji Kanji yod (biru)
Penetapan titik akhir dapat juga ditunjukkan dengan campuran tropeolin-oo dan
biru metilen sebagai indikator dalam. Titik akhir dapat juga ditunjukkan secara
potensiometri dengan menggunakan elektroda kalomel platina.
D. Prosedur
1. Pembuatan Larutan Titer 0,1 N
Timbang seksama 7,5 gram NaNO2, larutkan dalam 1000ml air.
2. Pembuatan Indikator
- Pasta kanji
750 mg KI larutkan dalam 5 ml air
5 gram amilum larutkan dalam 35 ml air
Tuangkan kedua campuran ke dalam 100 ml air mendidih, campur hingga rata dan
dinginkan. Oleskan pada lempeng porselin.
- Kertas Kanji Iodida
Celupkan kertas yang tidak mengkilap ke dalam larutan kanji yang telah diencerkan
dengan larutan KI 0,4 % b/v dengan perbandingan 1:1
3. Pembakuan larutan titer NaNO2
Timbang seksama 100 mg asam sulfanilat/sulfanilamid, masukkan dalam erlenmeyer.
Tambahkan HCl 10% dan 1 gram KBr, masukkan dalam penangas es, dinginkan sampai
suhu kurang dari 15 °C. Tambahkan 20 ml air, aduk ad larut, titrasi dengan NaNO2 sampai
terjadi warna biru pada pasta kanji.lakukan titrasi triplo, hitung konsentrasi larutan titer.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
4. Penetapan Kadar
Timbang seksama 200 mg sampel, masukkan dalam erlenmeyer. Tambahkan 20 ml air,
aduk hingga larut. Tambahkan HCl 10% dan 1 gram KBr, masukan dalam penangas es
dinginkan sampai suhu 15 °C. Titrasi dengan NaNO2 sampai terjadi warna biru pada pasta
kanji. Lakukan titrasi triplo, hitung kadar sampel.
5. Data Pembakuan larutan NaNO2
( BM : )
Zat + kertas Kertas perkamen Berat zat (mg) Paraf
perkamen + sisa zat (A-B) Volume Titran (ml) (dosen/
(mg) (mg) asisten)
A B
( BM : )
Zat + kertas Kertas perkamen Berat zat (mg) Paraf
perkamen + sisa zat (A-B) Volume Titran (ml) (dosen/
(mg) (mg) asisten)
A B
BAB 15
TITRASI ARGENTOMETRI
(TITRASI PENGENDAPAN)
A. Tujuan
Untuk mengetahui kadar sampel melalui titrasi Argentometri dengan menggunakan
prinsip pengendapan.
B. Prinsip reaksi : pengendapan antara halogen dengan perak nitrat.
C. Teori
Titrasi penegndapan adalah penetapan kadar yang didasarkan atas reaksi
pembentukan endapan dari zat uji dengan titran larutan dan titer perak nitrat.
Pada argentometri, ion perak memegang peranan penting dalam pembentukan
halida. Cara ini dipakai untuk penetapan kadar ion halida, anion yang tepat membentuk
endapan garam perak, atau untuk penetapan kadar perak nitrat itu sendiri.
Bobot ekivalen suatu zat pada titrasi Argentometri, adalah banyaknya molzat itu
yang setara dengan 1 mol Ag+
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
Be NaCl = 1 mol
AgNO2 H2O
Prinsip penetapan larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak alkalis
dititrasi dengan larutan AgNO3 menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau
bromida habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan membentuk endapan
perak kromat yang berwarna coklat merah sebagai titik akhir.
Reaksi :
Cl + Ag+ AgCl
CrO4+ + 2 Ag+ AgCrO4 coklat merah
b. Metode Voulhard
Metode ini digunakan untuk penetapan kadar perak maupun halida dalam suasana asam
(HNO3), menggunakan indikator besi (II).
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
c. Metode Fajans
Metode ini juga dipergunakan pada penetapan kadar halida menggunakan indikator
absorpsi (Fluorescein).metode ini dipergunakan padaion halida dalam larutan dengan
keasaman yang rendah.
d. Metode Liebig
Pada metode ini titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indikator, akan tetapi
ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan
kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojokan
larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil. Jika reaksi reaksi telah
sempurna, penambahan larutan perak nitrat lebih lanjut akan menghasilkan endapan
perak sianida. Titik akhir ditunjukkan oleh terjadinya kekeruhan yang tetap. Kesukaran
dalam memperoleh titik akhir yang jelas disebabkan karena sangat lambatnya endapan
melarut padasaat mendekati titik akhir.
D. Prosedur
1. Pembuatan larutan titer AgNO3 0,1 N
17,5 gram AgNO3 dilarutkan dalam air hingga volume larutan 1000,0 ml
2. Pembakuan AgNO3
Timbang seksama 200 mg NaCl larutkan dengan air, tambahkan indikator K2CrO4, titrasi
dengan AgNO3, hingga terbentuk warna coklat merah yang stabil pada pengocokan.
Lakukan triplo. Hitung normalitas AgNO3.
3. Penetapan kadar sampel
Timbang seksama 150 mg sampel masukkan dalam erlenmayer tambahkan dengan
indikator KCrO4 , titrasi dengan AgNO3, hingga terbentuk warna coklat merah yang stabil
pada pengocokan. Lakukan triplo, hitung kadar sampel.
4. Data Pembakuan
NaCl (BM : ) Paraf
Zat + kertas Kertas Berat zat (dosen/
perkamen perkamen + (mg) Volume Titran (ml) asisten)
(mg) sisa zat (mg) (A-B)
A B
5. Perhitungan Normalitas
a. Reaksi :
Ag+ + Cl- AgCl
2 Ag+ + CrO4 Ag2Cr4
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
b. Perhitungan
PERBAIKAN
a. Reaksi :
b. Perhitungan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
b. Pehitungan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA
PROGRAM STUDI FARMASI
MODUL PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA FARMASI
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, Jakarta.
Indonesia, Jakarta.
4. Mursyidi, A., & Rohman, A., 2006, Pengantar Kimia Farmasi Analitik: Volumetri dan
5. Skoog, D.A., West, D.M., F.J., Crouch, S.R., 1999, Analytical Chemistry: an