Anda di halaman 1dari 42

PANDUAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN LABORATORIUM URINALISA DAN GINJAL

BLOK IX UROGENITAL DAN REPRODUKSI


KODE MODUL TLM5091 SEMESTER V
PROGRAM STUDI D4 ANALIS KESEHATAN

PENYUSUN:
dr. AJI BAGUS WIDYANTARA, MMR.
LOAN AWALIA NAHDLIYAH, S.ST.

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
JL. RING ROAD BARAT NO. 63 MLANGI, NOGOTIRTO, GAMPING, SLEMAN, DIY
2018

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 1


-Untuk Mahasiswa-
HALAMAN PENGESAHAN

PANDUAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN LABORATORIUM URINALISA DAN GINJAL

BLOK IX UROGENITAL DAN REPRODUKSI


KODE MODUL TLM5091 SEMESTER V
PROGRAM STUDI D4 ANALIS KESEHATAN

PENYUSUN:
dr. AJI BAGUS WIDYANTARA, MMR.
LOAN AWALIA NAHDLIYAH, S.ST.

DISAHKAN:
DI YOGYAKARTA
TANGGAL 17 September 2018

OLEH:
KETUA PROGRAM STUDI D4 ANALIS KESEHATAN

(Isnin Aulia Ulfah Mu’awanah, S.Si., M.Sc.)


NIP. 8009151504291
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT dapat


menyusun panduan praktikum modul Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal sebagai
upaya untuk mendukung pembelajaran mencapai kompetensi melaksanakan prosedur
pemeriksaan dan bertanggung jawab atas pekerjaannya di bidang Analis Kesehatan secara
mandiri.
Panduan praktikum ini berisi tentang pemeriksaan makroskopik dn mikroskopik urin,
pemeriksaan reduksi urin, pemeriksaan asam sulfisalisilat, asam asetat, creatinin, clearence,
pemeriksaan narkotika dalam urin, pemeriksaan asam urat dan ureum.. Panduan praktikum ini
diperuntukkan bagi mahasiswa D4 Analis Kesehatan semester 5.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan panduan praktikum ini. Semoga dapat menjadi panduan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran dan mendukung tercapainya kompetensi Analis Kesehatan dalam kaitannya tentang
Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan ginjal serta bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, September 2018

Tim Penyusun

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 3


-Untuk Mahasiswa-
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
VISI MISI DAN TUJUAN PROGRAM STUDI .................................................................. v
A. Tata Tertib ........................................................................................................... 1
B. Penulisan Laporan .............................................................................................. 2
C. Pembelajaran Praktikum ..................................................................................... 5
D. Deskripsi .............................................................................................................. 7
E. Evaluasi dan Penilaian Praktikum ....................................................................... 8
F. Acara Praktikum ................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... .... 42
VISI, MISI, DAN TUJUAN
PROGRAM STUDI D4 ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ’AISYIYAH YOGYAKARTA

A. VISI PROGRAM STUDI


Visi Keilmuan Prodi D4 Analis Kesehatan adalah mengembangkan keilmuan analis
kesehatan yang unggul dalam validasi pemeriksaan laboratorium kimia klinik dan berdasarkan
nilai-nilai Islam berkemajuan.

B. MISI PROGRAM STUDI


Berdasar Visi yang ditetapkan, selanjutkan dirumuskan misi Program studi Analis
Kesehatan sebagai berikut.
1. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam
bidang teknologi laboratorium kesehatan dengan unggulan validasi pemeriksaan
laboratorium kesehatan kimia klinik dan berdasarkan nilai-nilai Islam Berkemajuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Mengembangkan kajian yang berwawasan teknologi laboratorium kesehatan dan
pemberdayaan perempuan dalam kerangka Islam Berkemajuan.

C. TUJUAN PROGRAM STUDI


Berdasar Visi dan Misi yang ditetapkan, selanjutnya disusun tujuan Program studi Analis
Kesehatan sebagai berikut:
1. Menghasilkan lulusan berakhlak mulia, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
berwawasan laboratorium kesehatan khususnya pemeriksaan laboratorium kimia klinik,
profesional, berjiwa entrepreneur, dan menjadi kekuatan penggerak (driving force) dalam
memajukan kehidupan bangsa.
2. Menghasilkan karya-karya ilmiah berwawasan laboratorium kesehatan yang menjadi
rujukan dalam pemecahan masalah.
3. Menghasilkan karya inovatif dan aplikatif berwawasan laboratorium kesehatan yang
berkontribusi pada pemberdayaan dan pencerahan.
4. Menghasilkan model berbasis praktis laboratorium kesehatan dan berlandaskan nilai-nilai
Islam Berkemajuan.
5. Menghasilkan kajian yang berwawasan teknologi laboratorium kesehatan dan pemikiran
Islam Berkemajuan dala immplementasi Catur Dharma Perguruan Tinggi.

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 5


-Untuk Mahasiswa-
A. TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Setiap mahasiswa wajib hadir/jumlah kehadiran 100%


2. Mahasiswa yang ijin karena sakit harus disertai surat keterangan sakit dari dokter atau bila
berhalangan hadir karena sebab lain, harus disertai surat ijin
3. Datang 15 menit sebelum praktikum dimulai
4. Letakkan tas dan benda-benda lain yang tidak diperlukan dalam praktikum pada tempat
yang telah disediakan
5. Gunakanlah jas laboratorium sebelum masuk laboratorium dan selama praktikum
berlangsung
6. Mahasiswa WAJIB membawa sendiri hands glove steril, masker, lap kain, dan tisu setiap
kali praktikum berlangsung
7. Dilarang melakukan aktivitas makan dan minum di dalam laboratorium
8. Sebelum acara praktikum dimulai, mahasiswa WAJIB mengikuti pretes. Jika nilai kurang
dari 60, maka mahasiswa wajib membuat review jurnal
9. Bila terjadi kesalahan atau kecelakaan kerja segera lapor kepada instruktur praktikum
10. Setelah praktikum selesai, bersihkan semua alat-alat yang telah digunakan dan kembalikan
pada tempat semula
11. Setiap kali selesai praktikum,WAJIB menyerahkan hasil praktikum sementara
kepadainstruktur praktikum untuk disahkan
12. Buatlah laporan praktikum dan kumpulkan pada pertemuan praktikum berikutnya
13. Laporan praktikum dikumpulkan pada instruktur praktikum masing-masing mahasiswa
14. Bagi mahasiswa yang merusak atau menghilangkan alat laboratorium diharuskan
menggantinya, bila tidak akan diberi sanksi, sanksi paling berat tidak bisa lulus praktikum
matakuliah bersangkutan
15. Sebelum meninggalkan laboratorium, matikan semua peralatan yang terhubung dengan
listrik dan jangan lupa mencuci tangan dengan desinfektan
16. Apabila sebelum memulai praktikum tidak ada mahasiswa yang mengajukan keberatan
terhadap tata tertib tersebut, maka tata tertib tersebutdianggap telah disetujui oleh
mahasiswa.

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 7


-Untuk Mahasiswa-
B. PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM

Laporan praktikum Pemeriksaan Laboratorium Imunohematologi mengikuti cara penulisan sebagai


berikut :
1. Halaman judul
a. Judul praktikum
b. Logo UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA (berwarna)
c. Nama praktikan
d. Nomor Induk Mahasiswa
e. Golongan/Kelompok
f. Nama instruktur
Contoh format :

LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN LABORATORIUM RESPIRATORI

Nama :
NIM :
Gol./Kelompok :
Instruktur :

PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS D4


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019

2. Halaman isi
A. Judul praktikum
Merupakan label yang terdiri dari tidak lebih dari 15 kata dan mencerminkan semua hal yang
dilakukan, jelas, singkat, dan informatif.
B. Tujuan
Berisi pernyataan kalimat yang menjelaskan tujuan acara praktikum yang dilakukan.
C. Dasar teori
Berisi telaah materi seputar acara parktikum yang telah dikerjakan. Wajib disertakan
acuan/sitasi yang relevan dari sumber ilmiah terpercaya sesuai dengan kaidah baku
penulisan sistem nama dan tahun. Tidak diperkenankan mensitasi Wikipedia atau blog atau
plagiatisme.
D. Metode
1. Alat, ditulis dalam bentuk paragraf dan dibuat kalimat pasif
2. Bahan, ditulis dalam bentuk paragraf dan dibuat kalimat pasif
3. Cara kerja, ditulis dalam bentuk paragraf (bukan bagan alir), dikelompokkan sesuai
tahapan langkah kerja dan dibuat kalimat pasif.
E. Hasil dan pembahasan
1. Hasil, berupa sajian data praktikum berupa tabel atau gambar. Judul tabel diletakkan
pada atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan dibawah gambar.
2. Pembahasan, berisi uraian singkat dan ilmiah dari hasil praktikum serta dibandingkan
dengan teori yang relevan.
F. Kesimpulan
Berupa pernyataan (paragraph) yang merupakan simpulan dari hasil dan pembahasan yang
disesuaikan dengan tujuan praktikum.
G. Daftar pustaka
Berisi pustaka acuan yang digunakan dalam penyusunan laporan praktikum.Memuat minimal
3 pustaka berbahasa Indonesia dan 2 pustaka berbahasa Inggris. Pustaka diperoleh dari
textbook, jurnal, maupun sumber ilmiah dari internet.
Contoh :
Sumber buku :
Baron, D.N. 1990. Kapita Selekta Patologi Klinikedisi 4. Penerbit EGC. Jakarta.
Boehringer, M. 1993. Pemantapan Kualitas Cara Mengatasi Kesulitan (Trouble Shooting)
Cetakan 3. Boehringer Mannheim Indonesia. Jakarta.
Artikel jurnal :
Cartlidge, J. 2012. Crossing boundaries: Using fact and fiction in adult learning. The Journal
of Artistic and Creative Education. 6(1):94-111.
Prosiding seminar/conference:
Suyanto, E.,S. Ratnakomala, Fahrurrozi, MN Sari, NF Gusmawati, P. Lisdiyanti. 2011.
Bacterial induced carbonate precipitation by biogrouting bacteria for sand
biocementation. Proceeding in National Seminar for Applied Chemistry of Indonesia
2011. 24 Mei 2011. ISSN : 2088-9828.

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 9


-Untuk Mahasiswa-
C. PEMBELAJARAN PRAKTIKUM

Pembelajaran praktikum dilaksanakan di laboratorium dengan distribusi sebagai berikut:


Acara Metode Dosen
Judul Praktikum
Praktikum Pembelajaran Pengampu
Pemeriksaan Makroskopik Urin Praktiukum dan Tim Teaching
1&2
(Urinalisa) diskusi
Praktikum dan Tim Teaching
3&4 Pemeriksaan Reduksi
diskusi
Pemeriksaan Asam Sulfisalisillat dan Praktikum dan Tim Teaching
5&6
Bence jnes diskusi
Pemeriksaan Asam Asetat dan Praktikum dan Tim Teaching
7&8
Esbach Diskusi
Pemeriksaan Biilirubin dan Praktikum dan Tim Teaching
9 & 10
pemeriksan urobilinogen Diskusi
Pemeriksaan Creatinin atau Creatinin Praktikum dan Tim Teaching
11 & 12
Clearence Diskusi
Praktikum dan Tim Teaching
13 Responsi
Diskusi
Pemeriksaan Mikroskopis tanpa Praktikum dan Tim Teaching
14 & 15
pengecatan Diskusi
Praktikum dan Tim Teaching
16 Remedial
Diskusi
Pemeriksaan Mikroskopis dengan Praktikum dan Tim Teaching
17 & 18
pengecatan Diskusi
Pemeriksaan Urin Narkoba dan Urine Praktikum dan Tim Teaching
19 & 20
metode stik.carik celup Diskusi
Praktikum dan Tim Teaching
21 & 22 Pemeriksaan Asam Urat
diskusi
Praktikum dan Tim Teaching
23 & 24 Pemeriksaan Ureum
diskusi
25 & 26 Responsi Ujian Praktik Diskusi lisan Tim Teaching
Praktikum dan Tim Teaching
27 & 28 Responsi ujian tulis dan remidial
tertulis
D. DESKRIPSI

Sistem urinaria/ uropoetica terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra. Sistem ini
membuang molekul- molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk membantu
mempertahankan homeostasis dengan menghasilkan urine. Ginjal mempertahankan susunan
kimia cairan tubuh melalui beberapa proses, yaitu: filtrasi, reabsorbsi dan ekskresi. Urin terdiri dari
air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme, garam terlarut, dan materi organik.
Urinalisa adalah suatu tes yang dilakukan pada urine yang bertujuan untuk mendiagnosis
infeksi saluran kemih, screening , dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal. Urinalisa secara fisik
meliputi pengamatan warna urine, berat jenis cairan urine dan pH serta suhu urine. Sedangkan
urinalisa secara kimiawi meliputi analisa glukosa, analisa protein dan analisa pigmen empedu.
Selain itu, juga analisa secara mikroskopik, yaitu pengamatan urine dibawah mikroskop.
Panduan ini diperuntukkan bagi mahasiswa Prodi D4 Analis Kesehatan semester 5 reguler
dan memberikan pengalaman belajar sebanyak 4 sks dengan rincian: 1,5 sks Teori (11 X 100
menit), 0,5 sks Tutorial: 2 skenario (4 X 100 menit), dan 2 sks praktikum ( 28 X 170 menit).

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 11


-Untuk Mahasiswa-
E. EVALUASI DAN PENILAIAN PRAKTIKUM

Penilaian pada praktikum Pemeriksaan Laboratorium Imunohematologi ini adalah sebagai


berikut:

1. Penilaian Softskills
Sumber penilaian: sikap saat menjalankan aktivitas praktikum di laboratorium
Skor
No Aspek Pengamatan Kurang Cukup Baik Sangat Baik
1 2 3 4
1 Being on time
2 Memakai jas lab sebelum
memasuki laboratorium
3 Team work
4 Sabar, teliti, tidak tergesa-gesa,
percaya diri dan tidak gugup
Jumlah Skor
Keterangan
Sangat Baik (SB)/ 4 selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-
Baik (B)/3
kadang tidak melakukannya
kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering
Cukup (C) / 2
tidak melakukannya
Kurang (K)/1 tidak pernah, apabila tidak pernah melakukannya

2. Penilaian Hardskills
Sumber penilaian: aktivitas praktikum di laboratorium
Skor
No Aspek Pengamatan Kurang Cukup Baik Sangat Baik
1 2 3 4
1 Kesiapan melaksanakan
praktikum
2 Ketrampilan dan ketelitian dalam
merakit alat/ bahan yang akan
digunakan
3 Sistematika dalam melakukan
percobaan
4 Ketelitian dalam melakukan
pengamatan dan percobaan
5 Ketepatan data hasil
pengamatan
6 Kebersihan, kerapihan dan
keamanan kerja
Jumlah Skor

Keterangan:
Sangat Baik (SB)/ 4 selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan
Baik (B)/3
dan kadang-kadang tidak melakukannya
kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering
Cukup (C) / 2
tidak melakukannya
Kurang (K)/1 tidak pernah, apabila tidak pernah melakukannya

3 . Penilaian Laporan Praktikum

Skor Aspek Pengamatan


Judul: ditulis lengkap; sesuai dengan panduan dan
kegiatan praktikum
Tujuan: ditulis lengkap, sesuai dengan panduan dan
kegiatan praktikum
Dalsar teori: relevan dengan judul praktikum dan kegiatan
praktikum; dilengkapi dengan adanya sitasi
Metode: ditulis lengkap (alat, bahan dan cara kerja) dan
relevan dengan kegiatan praktikum di laboratorium
Sangat Baik (SB)
= Hasil: ditulis secara lengkap dan relevan dengan hasil
90
kegiatan praktikum
Pembahasan: mengacu pada 4 pustaka yang relevan
dengan judul praktikum; 3 pustaka yang menjadi acuan
dalam pembahasan sesuai dengan yang tercantum dalam
daftar pustaka
Kesimpulan: menjawab tujuan praktikum dan relevan
dengan pembahasan dalam laporan
Daftar pustaka: terdiri dari 4 pustaka berbahasa indonesia
dan 1 pustaka berbahasa inggris
Judul: tidak ditulis lengkap, tetapi sesuai dengan panduan
dan kegiatan praktikum
Tujuan: tidak ditulis lengkap, tetapi sesuai dengan panduan
dan kegiatan praktikum
Dasar teori: relevan dengan judul praktikum dan kegiatan
praktikum, tetapi tidak dilengkapi dengan sitasi
Metode: ditulis secara lengkap (alat, bahan dan cara kerja),
Baik (B)
= tetapi tidak relevan dengan praktikum di laboratorium
85-89
Hasil: tidak ditulis secara lengkap, tetapi relevan dengan
kegiatan praktikum
Pembahasan: mengacu pada 4 pustaka yang relevan
dengan judul praktikum; 2 pustaka yang menjadi acuan
dalam pembahasan sesuai dengan yang tercantum dalam
daftar pustaka
Kesimpulan: menjawab tujuan praktikum, tetapi tidak
relevan dengan pembahasan dalam laporan
Daftar pustaka: terdiri dari 2 pustaka berbahasa indonesia
Cukup (C) = dan 1 pustaka berbahasa inggris

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 13


-Untuk Mahasiswa-
80-84 Judul: ditulis lengkap, tetapi tidak sesuai dengan panduan
dan kegiatan praktikum
Tujuan: ditulis lengkap; tetapi tidak sesuai dengan acara
praktikum
Dasar teori: tidak relevan dengan judul praktikum dan
acara praktikum tetapi dilengkapi dengan sitasi
Metode: tidak ditulis lengkap (alat, bahan dan cara kerja),
tetapi sesuai dengan realita di laboratorium
Hasil: ditulis secara lengkap tetapi tidak relevan dengan
kegiatan praktikum
Pembahasan: ditulis lengkap; disertai dengan acuan 3
pustaka yang relevan dengan judul praktikum; 1 pustaka
yang menjadi acuan dalam pembahasan sesuai dengan
yang tercantum dalam daftar pustaka
Kesimpulan: menjawab tujuan praktikum; kesimpulan tidak
relevan dengan data hasil praktikum tetapi relevan dengan
pembahasan
Daftar pustaka: terdiri dari 2 pustaka berbahasa indonesia
Judul: tidak ditulis lengkap dan tidak sesuai dengan
panduan serta kegiatan praktikum
Tujuan:tidak ditulis lengkap dan tidak sesuai dengan acara
praktikum
Dasar:teori tidak relevan dengan judul praktikum dan acara
praktikum dan tidak dilengkapi dengan sitasi
Kurang (K) Metode:tidak ditulis lengkap (alat, bahan dan cara kerja)
75-79 = dan tidak sesuai dengan realita di laboratorium
Hasil: tidak ditulis secara lengkap dan tidak relevan dengan
kegiatan praktikum
Pembahasan: ditulis lengkap; tetapi tidak disertai dengan
acuan pustaka yang relevan dengan judul praktikum
Kesimpulan: tidak menjawab tujuan praktikum dan
kesimpulan tidak relevan dengan data hasil praktikum dan
pembahasannya

4 . Penilaian Praktikum per pertemuan


Laporan
Softskill Hardskill
No Nama Praktikum Jumlah
30% 50%
20%
1
2
3
4
5
6
7
8
F. ACARA PRAKTIKUM

PRAKTIKUM 1 & 2
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS URIN
(Urinalisa)

A. Pendahuluan
Urinalisa adalah suatu analisis untuk mendapatkan bahan-bahan dan keterangan-
keterangan dari kelainan yang terdapat pada urin penderita seperti gangguan pada ginjal ,
saluran kemih, serta gangguan metabolisme tubuh selain itu urinalisa juga dapat
membantu memantau kondisi klinis pasien. Jenis pemeriksaan urin ada dua yaitu urin rutin
dan urin khusus, tetapi berbeda-beda menurut pandangan yang dianut dalam suatu rumah
sakit atau laboratorium klinik, umumnya yang termasuk pemeriksaan urin rutin adalah
makroskopis, mikroskopis, dan kimiawi. Kemudian yang termasuk kedalam pemeriksaan
urin khusus adalah benda-benda keton, urobilinogen, urobilin, bilirubin, darah samar,
indikan dan lain-lain. (wilson, 2005)
Pemeriksaan Makroskopis adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau, dan pH
urine. Pengukuran volum urin berguna menafsirkan hasil pemeriksaan kantitatif atau semi
kualitatifsuatu zat dalam urine dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbngan cairan
badan. Pengukuran volume urine yang dikerjakan bersama dengan brat jenis urine
bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal. (gandasoebrata, 2007)
Jumlah urin 24 jam sangat berbeda dari seseorang ke orang lain. Banyak sekali faktor
yang berpengaruh kepada diuresis itu, umpamanya umur, berat badan, kelamin, makanan,
minuman, suhu badan, iklim, dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didapat d
daerah tropis jumlah urin 24 jam antara 800 – 1300 ml untuk orang dewasa.
(Gandasoebrata, 2007)
Jumlah urin siang 12 jm keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih besar dari urin malam 12
jam. Perbandingan ini tidak berubah biarpun misalnya banyaknya minumn pada malam hari
dijadikan sama dengan yang siang hari. Perbandingan antara urin siang 12 jam dan urin
malam 12 jam, tidak berlaku sepenuhnya pada anak-anak. (Gandasoebrata, 2007)
Urin sewaktu tiak perlu diukur dengan teliti. Akan tetapi sebaiknya sellau diperhatikan
jumlah yang dikeluarkan, karena banyaknya urin itu bukan hanya bertalian dengan warna
dan berat jenis, tetapi juga berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan semikuantitatif seperti
pemeriksaan terhadap protein dan glukosa. (Gandasoebrata, 2007)

B. Tujuan
1. Umum
a. Untuk membantu diagnosa suatu penyakit
b. Untuk Follow Up penyakit penderita
c. Mengetahui progres penyakit
d. Mengetahui faal dan fungi organ
2. Khusus
a. Mengetahui adanya kelainan-kelainan dalam traktus urinarius dan traktur
urogenetalis
b. Untuk mengetahui adanya penyakit ginjal
c. Untuk mengetahui adanya penyakit atau kelainan-kelainan diluar ginjal

C. Alat dan Bahan

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 15


-Untuk Mahasiswa-
Urin 24 jam, Beker glas, gelas ukur,tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas arloji, pipet
tetes, pinset, indikator universal, kertas lakmus, urinometer, gelas ukur 50 ml.
D. Cara kerja
1. Volume (Jumlah urin)
a. Tampung urnin 24 jam pada gelas beker saat berkemih
b. ukur dengan gelas ukur
c. bacalah berapa volume urin pada miniscus bawah dari gelas ukur
d. catat berapa volume urin yang di dapat
2. Warna Urin
a. Masukkan urin 24 jam pada tabung reaksi diisi sampai ¾ penuh dan miringka,
diamati warna yang terbentuk.
b. Nyatakan warna urin dengan hasil : tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning
bercampur merah dan kuning kecoklaten.
3. Kejernihan
a. Masukkan urin sewaktu, urin segar atau urin 24 jam pada tabung reaksi.
b. Tabung reaksi diisi sampai ¾ penuh dan miringkan
c. Gunakan latar belakang putih untuk menentukan warna, dan latar belakang hitam
untuk menentukan kejernihan/kekeruhan.
d. dinyatakan dengan Jernih, agak keruh, keruh, atau sangat keruh
e. urin normal dinyatakan jernih.
4. Bau Urin
a. masukan urin pada beker gelas
b. Baulah
c. dinyatakan dengan bau sepesifik urin.

5. Derajat keasaman urin


a. letakkan kertas indikator universal dan lakmus diatas gelas alroji
b. teteskan sedikit urin yang masih segar diatas kertas indikator tersebut
c. Teteskan sedikit urin yang masih segar diatas kertas indikator tersebut
d. bandingkan dengan warna standarnya dan bacalah pH nya.

6. Berat Jenis urin


a. Tuanglah ± 40 ml urin ke dalam gelas ukur 50 ml
b. Lepaskan pelan-pelan urinometer ke dalam gelas ukur sehingga bebas dari dinding
c. untuk melepas dari dinding, putarlah urinometer dengan menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk
d. Setelah urinometer terapung ditengah-tengah dan tidak menempel pada dinding,
bacalah berat jenisnya tanpa paralax pada miniscus bawah
e. Cara pembacaan hasil :
- urinometer yang dipakai hendaklah dilihat dahulu suhu teranya, biasanya pada
suhu 15 oC dan 27 oC.
- Koreksi terhadap pembacaan hasil
*Suhu : Setiap kenaikan atau penurunan 3 oC dari suhu tera, hasil pembacaan
harus ditambah atau dikurangi satu (0,001)
Rumus Tanpa Pengenceran :
Bj Koreksi Suhu = Bj terbaca +﴾ 0,001﴿
Rumus Dengan Pengenceran :
Bj Koreksi Suhu pengenceran = ﴾ Xx ) +1

X : tiga angka dibelakang decimal dari BJ terbaca

Rumus Bj Koreksi Suhu :


Bj Koreksi Suhu = Bj Koreksi Pengenceran +﴾ 0,001﴿

Keterangan:
Jenis Yang diperiksa Hasil
Volume ditulis Hasil pemeriksaan
dan di sertakan harga
normal
Warna ditulis Hasil pemeriksaan
dan di sertakan harga
normal
Kejernihan ditulis Hasil pemeriksaan
dan di sertakan harga
normal
bau ditulis Hasil pemeriksaan
dan di sertakan harga
normal
derajat keasaman ditulis Hasil pemeriksaan
dan di sertakan harga
normal
berat jenis ditulis beserta rumus
perhitungannya
dan harga normal

E. Diskusi
Sesi diskusi dan evaluasi dilakukan per kelompok dengan dipandu oleh seorang
instruktur.Seorang mahasiswa ditunjuk untuk menyiapkan diri memimpin diskusi tentang
topik yang sedang dibahas. Beberapa hal yang bisa didiskusikan antara lain prinsip kerja
pemeriksaan metode cepat Fantus, bagaimana interpretasi data hasil pemeriksaan,
bagaimana reaksi kimia yang terjadi dan sebagainya.

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 17


-Untuk Mahasiswa-
PRAKTIKUM 3 & 4
PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN
(Reduksi)

A. Pendahuluan
Glukosuria dapat dibuktikan juga dengan cara spesifik yang menggunakan enzim glukosa –
oxsidasi untuk merintis serentetan reaksi dan berakhir dengan perubahan warna dalam
reagen yang digunakan. Glukosuria atau biasa disbut kencing manis adalah keadaan
abnormal dimana gula (glukosa) disekresikan ke dalam urin. Dalam urin yang normal tidak
ditemukan glukosa karena pada tubulus ginjal akan dilakukan proses reabsorpsi
molekulglukosa untuk kembali masuk ke dalam sirkulasi darah hal ini terjadi ketika glukosa
darah meningkat dan konsentrasi glukosa di dalam plasma melebihi ambang batas ginjal
atau dapat juga diakibatkan karena tubulus kehilangan kemampuan mereabsorpsi. (Wilson,
2005)
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk pemeriksaan penyaring.
Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda asasnya.
Cara yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa sebagai zat preduksi, pada tes-tes
semacam itu terdapat suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika
direduksikan oleh glukosa. diantara banyak macam reagen yang dapat dipakai untuk
menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cuprilah banyak dipergunakan.
(gandasoebrata, 2007)

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui adanya glukosa dalam urin.

C. Alat dan Bahan


Urin Sewaktu, tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, lampu sepirtus,
botol penampung urin, beker glass 250 ml, dan pipet tetes, reagen fehling, benedict

D. Cara Kerja
Metode Fehling
perinsip : Dalam suasana alkali dan panas, glukosa mereduksi ion cu (kupri)
menjadi CuO (kupro) yang akan mengendap dan berwarna merah bata.
Reagen fehling A :
Cuffer Sulfat (CuSO4.5H2O)...................35 gr
Aquadest ad............................................1000 ml
Reagen Fehling B :
Garam Seignetti (lartratis kalico natrici)........173 gr
Hydrastis natrici..........................................50 – 60 gr
Aquadest...................................................1000 ml
a. Cara kerja
a. 2 ml fehling A dan 2 ml fehling B dimasukan ke dalam tabung reaksi
b. tambahkan 1 ml urin
c. Homogenkan perlahan-lahan dan panaskan sampai mendidih 2 menit
d. jauhkan dari api dan kocoklah, baca hasil reduksinya
e. percobaan fhling lebih mudah dipengaruhi oleh zat-zat lain yang dapat
menyebabkan peristiwa reduksi.
Metode Benedict
Perinsip : Dalam suasanan alkalis dan panas, glukosa merduksi ion Cu (kupri)
mrnjadi CuO (kupro) yang akan mengendap dan berwarna merah bata.
Reagen Benedict Kualitatif :
Cuffer sulfat (CuSO4.5H2O)....................17,3 gr
Tri Sodium citrat (Na3C6H5O7.2H2O).......173,0 gr
Sodium Carbonat (Na2CO3anhydrous).........100 gr
Aquadest ad...............................................1000 ml

b. Cara Kerja
a. Pipetlah 5 ml reagen benedict masukkan kedalam tabung reaksi.
b. Tambahkan 5-8 tetes urin dan campurlah baik-baik
c. Panaskan langsung diatas panas nyala api sampai mendidih selama 2 menit
atau masukkan tabung itu kedalam air mendidih selama 5 menit
d. Angkatlah tabung dan kocoklah serta dinginkan dalam suhu kamar
e. kemudian bacalah hasil reduksinya.

E. Tata CAra Pembacaan Hasil :


Negatif ( - ) :
Tetep Biru Jernih atau Sedikit Kehijauan dan Agak Keruh
Positif 1 ( + ) :
Hijau Kekuning-kuningan dan Keruh (sesuai dengan 0,5 – 1 % glukosa)
Positif 2 (++) :
Kuning keruh (1-1,5% glukosa)
Positif 3 (+++) :
Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5 % glukosa)
Positif 4 (++++):
Merah-Keruh ( ˃ 3,5 % glukosa).

F. Laporan Hasil Pemeriksaan Sementara


Nama :
Nim /Kelompok:
Tanggal :

G. DISKUSI DAN EVALUASI


Sesi diskusi dan evaluasi dilakukan per kelompok dengan dipandu oleh seorang
instruktur.Seorang mahasiswa ditunjuk untuk menyiapkan diri memimpin diskusi tentang
topik yang sedang dibahas. Beberapa hal yang bisa didiskusikan antara lain prinsip kerja
pemeriksaan metode cepat Fantus, bagaimana interpretasi data hasil pemeriksaan,
bagaimana reaksi kimia yang terjadi dan sebagainya.

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 19


-Untuk Mahasiswa-
PRAKTIKUM 5 & 6
PEMERIKSAAN PROTEIN URIN
(Metode Sulsosalisilat dan Protein Bence jones)

A. Pendahuluan
Protein dalam urin yang normal sangat kecil, yatu kurang dari 100 mg protein/hari, dua
pertiga dari jumlah tersebut adalah protein yang dikeluarkan oleh tubulus. Biasanya protein
yang melebihi batas dari 150 mg protein/hari sudah tidak normal, ini dapat dijumpai pada
kerusakan-kerusakan membran kapiler glomerulus, atau karena gangguan mekanisme
reabsorbsi tubulus atau kerusakan pada kedua mekanisme tersebut. proteinuri dapat
terjadi karena GFR (glomerulo filtation rate) yang meningkat, kelainan basal membran
glomerulus, kelainan tubulus atau karena perubahan protein sehingga mudah difiltrasi
misalnya pada multiple mieloma.
Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin. Kebanyakan cara rutin
untuk menyatakan adanya protein dalam urin berdasarkan kepada timbulnya kekeruhan.
karena padatnya atau kasarnya kekeruhan. karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu
menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada maka menggunakan urin yang jernih
betul menjadi syarat penting pada tes-tes terhadap protein.

B. Tujuan
Untuk mengetahui ada tidaknya protein dalam urin

C. Alat dan Bahan


Urin jernih sewaktu, tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung, pipet volumetri ukur
5 ml, lampu bunsen, Asam asetat 6 %, larutan sulfosalicyl 20 %, reagen tsuchiya (asam
fossfowoframoat, alkohol 95%, asam chlorida pekat), asam acetat glasial, serbuk batu
apung, dan kertas lakmus, albuminometer esbach, timer, beker gelas, dan tabung esbach.

D. Cara Kerja
1. Tes dengan Asam Sulfosalicyl 20 %
a. Siapkan 2 tabung reaksi, maing-masing diisi dengan 2 ml urin jernih
b. tabung 1 di tambah 8 tetes asam sulfosalicyl 20 % lalu dikocok.
c. bandingkan isi tabung 1 dengan tabung II dan nilai secara semikuantitatif.
d. untuk membedakan adanya protein albumin, globulin dan protein bance jones,
panasi tabung I diatas nyala api sampai mendidih dan kemudian didinginkan kembali
dengan air mengalir.
 Jika kekeruhan teteap ada waktu pemanasan dan setelah didinginkan berarti
test terhadap protein + . protein ini mungkin albumin/globulin, mungkin
kedua-duanya.
 Jika kekeruhan hilang waktu pemanasan, tetapi muncul lagi setelah dingin
mungkin penyebabnya protein bence jones, dan perlu diselidiki lebih lanjut.

E. DISKUSI DAN EVALUASI


Sesi diskusi dan evaluasi dilakukan per kelompok dengan dipandu oleh seorang
instruktur.Seorang mahasiswa ditunjuk untuk menyiapkan diri memimpin diskusi tentang
topik yang sedang dibahas. Beberapa hal yang bisa didiskusikan antara lain prinsip kerja
pemeriksaan metode cepat Fantus, bagaimana interpretasi data hasil pemeriksaan,
bagaimana reaksi kimia yang terjadi dan sebagainya.
PRAKTIKUM 7&8
PEMERIKSAAN PROTEIN URIN
(Metode Asam Asetat dan Esbach)

A. Pendahuluan
Protein dalam urin yang normal sangat kecil, yatu kurang dari 100 mg protein/hari, dua
pertiga dari jumlah tersebut adalah protein yang dikeluarkan oleh tubulus. Biasanya protein
yang melebihi batas dari 150 mg protein/hari sudah tidak normal, ini dapat dijumpai pada
kerusakan-kerusakan membran kapiler glomerulus, atau karena gangguan mekanisme
reabsorbsi tubulus atau kerusakan pada kedua mekanisme tersebut. proteinuri dapat
terjadi karena GFR (glomerulo filtation rate) yang meningkat, kelainan basal membran
glomerulus, kelainan tubulus atau karena perubahan protein sehingga mudah difiltrasi
misalnya pada multiple mieloma.
Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin. Kebanyakan cara rutin
untuk menyatakan adanya protein dalam urin berdasarkan kepada timbulnya kekeruhan.
karena padatnya atau kasarnya kekeruhan. karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu
menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada maka menggunakan urin yang jernih
betul menjadi syarat penting pada tes-tes terhadap protein.

B. Tujuan
Untuk mengetahui ada tidaknya protein dalam urin

C. Alat dan Bahan


Urin jernih sewaktu, tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung, pipet volumetri ukur
5 ml, lampu bunsen, Asam asetat 6 %, larutan sulfosalicyl 20 %, reagen tsuchiya (asam
fossfowoframoat, alkohol 95%, asam chlorida pekat), asam acetat glasial, serbuk batu
apung, dan kertas lakmus, albuminometer esbach, timer, beker gelas, dan tabung esbach.

1. Tes Dengn Asam Acetat 6 %


a. Masukkan urin jernih ke dalam tabung reaksi + 2/3 penuh, dengan memwgang
tabung reaksi pada ujung bawah, lapisan atas urine itu dipanasi dengan nyala api
sampai mendidih selama 30 detik.
b. perhatikan terjadinya kekeruhan dilapisi atas urine itu, dengan membandingkan
jernihnya dengan bagian bawah yang tidak dipanasi.
c. jika terjadi kekeruhan, mungkin ia disebabkan oleh protein tapi mungkin juga oleh Ca
phosphat/Ca Carbonat.
d. kemudian teteskanlah ke dalam urine yang masih panas itu 3-5 tetes asam acetat
6%.
e. jika kekeruhan itu lenyap dan timbul gas, kekeruhan tersebut disebbkan oleh Ca
carbonat
f. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi, tes terhadap protein ini +.
panasilah sekali lagi lapisan iu sampai mendidih dan kemudian berilah penilaian
semikuantitatif pada hasilnya.
g. Tata cara pembacaan hasil
 Untuk menguji adanya kekeruhan, periksalah tabung itu dengan cahaya
berpantul dengan latar belakang hitam.
 Penilaian hasil pemeriksaan secara semikuantitatif dinyatakan sebagai
berikut :
_ (negatif ) : Tidak adanya kekeruhan sedikitpun

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 21


-Untuk Mahasiswa-
+1 (Positif 1) : ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir (kadar protein ± 0,01 –
0,05 %)
+2 (Positif 2) : Kekeruhan mudah dilihat dan tampa butir-butir (kadar protein ±
0,05-0,2 %)
+3 (Positif 3) : Urine jelas keruh dan kekeruhan berkeping- keping (kadar
protein ± 0,2-0,5 %)
+4 (Positif 4) : urine sangat keruh dan kekeruhan berkeping-keping
besar/bergumpal/ memeadat (kadar protein lebih dari 0,05 %)

2. Kuantitatif Protein (Metode Esbach)


a. isilah tabung reaki esbach terlebih dahulu dengan serbuk batu apung sampai
setinggi 3 mm, yaitu cukup banyak untuk meliputi dasar tabung, kemudian isilah
dengan urine setinggi garis bertanda U.
b. tambahkan reagen tsuchiya sampai garis tanda R
c. Sumbatlah tabung dan bolak-balikkan 12 kali (jangan dikocok)
d. letakkan tabung itu dalam sikap tegak (vertikal) dan biarkan selama 1 jam.
e. Penilaian hasil dinyatakan dengna
 Tingginya presipitat dibaca dan menunjukan banyaknya garam protein
perliter urine..

h. DISKUSI DAN EVALUASI


Sesi diskusi dan evaluasi dilakukan per kelompok dengan dipandu oleh seorang
instruktur.Seorang mahasiswa ditunjuk untuk menyiapkan diri memimpin diskusi tentang
topik yang sedang dibahas. Beberapa hal yang bisa didiskusikan antara lain prinsip kerja
pemeriksaan metode cepat Fantus, bagaimana interpretasi data hasil pemeriksaan,
bagaimana reaksi kimia yang terjadi dan sebagainya.
PRAKTIKUM 9 & 10
PEMERIKSAAN BILIRUBIN DAN UROBILINOGEN DALAM URIN

A. PENDAHULUAN
1. BILIRUBIN URIN
Dalam keadaan patologik dapat dinyatakan adanya bilirubin dalam urin. Jika urin
dibiarkan bilirubin itu berubah menjadi biliverdin oleh oxsidasi, perubahan itu
dipercepat jika terkena sinar matahari. Bilirubin pada urin menunjukkan adanya
penyakit hepatocellular atau gangguan empedu intra atau ekstrahepatik. Itu adalah
tanda-tanda awal dari gangguan ini dan oleh karena itu, sebuah alat diagnostik yang
berguna dan penting. Tes-tes untuk bilirubin pada urin harus secara rutin dilakukan
pada setiap analisis urin. Bilirubin dibentuk pada sel-sel reticoloendothelial limpa dan
sumsum tulang dari kerusakan hemoglobin. Ini berkaitan pada albumin pada aliran
darah dan dipindahkan ke hati. Bentuk albumin ini, yang juga diketahui sebagi bilirubin
tidak langsung adalah tidak dapat dilarutkan pada air dan tidak muncul pada urin
kecuali dalam julah sedikit. Pada sel-sel hati, itu terpisah dari albumin dan berhubungan
dengan asam glucuronic dan asam sulfuric untuk membentuk bilirubin terkonjugasi
yang dapat larut dalam air, juga dikenal sebagai bilirubin langsung. Sel-sel hati yang
membentuk bilirubin terkonjugasi mengeluarkannya kedalam empedu dan kemudian itu
dikeluarkan kedalam usus melalui saluran air empedu. Bilirubin yang terkonjugasi pada
usus diubah dengan gerak bakteri menjadi urobilinogen. Bilirubin yang berkaitan yang
dapat larut dalam air dapat dikeluarkan oleh ginjal meskipun secara normal levelnya
pada darah tidak cukup tinggi untuk menghasilkan jumlah signifikan yang timbul pada
urin.
Bilirubin normal yang ada dalam urin diperkirakan 0,02 mg/dl, yang mencerminkan
tingkat darah yang secara normal rendah dari bilirubin yang terkonjugasi. Jumlah ini
tidak terdeteksi oleh tehnik semikuntitatif rutin dan diinterpretasikan sebagai hasil
negatif.

2. UROBILINOGEN
Pemeriksaan Urobilinogen merupakan pemeriksaan khusus pada pemeriksaan urin dan
nilai secara semikuantitatif. Pemeriksaan urobilinogen harus menggunakan sampel urin
yang segar karena jika uobilinogen yang terlalu lama terkena udara dan terkena sinar
matahari maka akan dioksidasi menjadi urobilin.
Maka dari itu juga pemeriksaan ini juga didampingi dengan pemeriksaan urobilin.
Selain memakai urin segar pengambilan sampel yang baik untuk urin segar atau
sewaktu lebih bagus diambil pada sore hari untuk pemeriksaan
urobilinogen.Pemeriksaan urobilinoen sendiri menggunakan reaksi dengan reagen
Ehelich yang kemudian akan merubah sampel urin jika positif urobinogen maka akan
berubah menjadi merah. Perlu diingat juga bahwa pemeriksaan ini tidak boleh adanya
billirubin layaknya pemeriksaan urobilin. Makabaiknya billirubin diabuang terlebih
dahulu dengan menmbahkan calcium hidroxsida kemudian kocok dan saringlah.
Setelah disarih pakailah filtrat untuk pemeriksaan urobilinogen. Prosedur pemeriksaan
robilinogen, pertama siapkan reagen Ehrlich. Cara pembuatan regaen ehrlichyaitu
timbanglah paradimethyamino-benzaldehida 2 gram, tuangkan asam hidroclorida pekat
20 ml kemudian tambahkan aquadest 80 ml, kemudian simpan pada botol yang
berwarna coklat. Disarankan untuk menggunakan urin sore, karena excresi
urobilinogen akan mencapai setinggi-tingginya pada sore hari.

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 23


-Untuk Mahasiswa-
Reaksi antara urobilin dengan reagen schlesinger membentuk fluorescensi hijau
terang. Dimana penambahan lugol pada pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengoksidai urobilinogen menjadi urobilin karena dalam urin segar tidak ada urobilin.

B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksan bilirubin dan urobilinogen dalam urin

C. ALAT DAN BAHAN


Urin pagi, tabung reaksi, rak tabung reaksi, kertas saring, corong, Gelas ukur 10 ml,
Pipet tetes, gela ukur 5 ml, pipet tetes dan timer, latar belakang, gelap (kertas),
reagen ehrlich, BaCl2 10 %, Reagen Fauchet, Regen Lugol Iodine, Reagen
Schlesinger, Reagen Lugol.

D. CARA KERJA
BILIRUBIN
1. TES METODE HORISON
a. 5 ml urin yang lebih dahulu dikocok dimasukkan ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 5 ml barium chlorida 10 % campur dan saring
c. Kertas saring berisi presipitat diangkat dari corng dibuka lipatannya dan
letakkan mendatar diatas corong itu.
d. Biarkan sampai agak kering
e. Teteskan 2-3 tetes reagen ke atas presipitat diatas kertas saring tadi.
f. Pembacaan Hasil :
positif (+) : Berwarna Hijau
Negatif (-) : Berwarna Coklat atau Kuning

2. TES METODE LUGOL IODINE


a. 4 ml urin dimasukkan kedlam tabung raksi
b. Tambahkan 4 tetes lar. Lugol iodine
c. kocoklah tabung pelan-pelan
d. lihatlah perubahan warna yang terjadi setelah beberapa saat
e. Pembacaan Hasil
Positif (+) : Berwarna Hijau
Negatif (+) : Berwarna Coklat Kekuningan

UROBILINOGEN
1. METODE EHRLICH
a. Masukkan 5 ml urine segar dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 0.5 ml reagen ehrlich biarkan dalam waktu 5 menit kemudian baca
hasilnya
c. Hasil test + jika terjadi warna merah

2. METODE SCHLESINGER
a. Tabung reaksi disisi 5 ml urin segar
b. ditambah 2 tetes preaksi lugol
c. ditambah 5 ml reagen schlesinger, dicampur
d. disaring sampai didapat filtrat yang jernih
e. filtrat diperiksa/dilihat dengan latar belakang gelap
f. Hasil pengamatan
Positif (+) bila didapat flurescensi hijau pada filtrat.
E. DISKUSI DAN EVALUASI
Sesi diskusi dan evaluasi dilakukan per kelompok dengan dipandu oleh seorang
instruktur.Seorang mahasiswa ditunjuk untuk menyiapkan diri memimpin diskusi tentang
topik yang sedang dibahas. Beberapa hal yang bisa didiskusikan antara lain prinsip kerja
pemeriksaan metode cepat Fantus, bagaimana interpretasi data hasil pemeriksaan,
bagaimana reaksi kimia yang terjadi dan sebagainya

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 25


-Untuk Mahasiswa-
PRAKTIKUM 11 & 12
PEMERIKSAAN KADAR KREATIN (CREATININE CLEARANCE)

A. PENDAHULUAN PEMERIKSAAN KADAR KREATIN (CREATININE CLEARANCE)

Kreatinin dibentuk oleh tubug dan kreatin (Endegenous-Metabolisme Otot ) dan hanya
dibuang oleh ginjal. Kreatin yang sudah dibentuk tidak dapat diubh menjadi kreatin. Kadar
kreatin berbeda-beda untuk masing-masing orang-orang berotot kekar mempunyai kadar
kreatinin yang lebih tinggi. Suatu kenaikan kecil kadar kreatin darah sudah merupakan
tanda dari kerusakan ginjal dan harus disusul dengan yaitu kreatin dan ureum.
Angka normal kadar kreatinin dalam darah untuk pria 0,9 – 1,3 mg/dl dan wanita 0,6 –
1,1 mg/dl. Kreatin terutama disintesa dalam hati dan ginjal dari asam-asam amino, diambil
dari aliran darah oleh otot-otot difosfolisasi dan memasuki metabolisme otot (hampir semua
kreatinin tubuh terdapat dalam otot).
Seperti juga urea clearance, tes ini menilai faal glomeruli. tetapi berlainan dari ureum,
creatinine tidak mendifusi kembali ke dalam darah karena itu nilai normal untuk cratinine
clearance lebih besar dari urea clearance dan mendekati nilai glomerular filtration rate.

B. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan creatinine dalam darah dan creatinine
clearance dalam urin.
C. ALAT DAN BAHAN
darah vena, urin , spektrofotometer, kuvet, pipet tetes, tabung reaksi, beker glas, R1 NaOH
(sodium hidroksida), R2 Asam Pikrat,

D. CARA KERJA
KREATININ DALAM DARAH
a. Membuat monoreagen dengan 4 bagian R1 + bagian R2, contoh 20 ml R1 + 5 ml
R2
b. Pemeriksaan kadar kreatinin (sampel stark)
c.
Standar pemeriksaan
Monoreagen ( µ i) 1000 1000
Standar ( µ i) 50 (stopwatch dijalankan) -

Serum ( µ i) - 50 (stopwatch dijalankan)

d. Dicampur, inkubasi dalam pektrofotometer selama 60 detik (A1). Dan dibaca


terhadap blanko udara dengan panjang gelombang 500 nm.
e. Rumus perhitungan
( 2 − 1)
Kadar Kreatinin = 2 /
( 2 − 1)
CREATININE CLEARANC
a. Pasien tidak berkemih selama beberapa jam sebelum permulaan percobaan
b. Pada saat permulaan tes (untuk penderita dirawat jam 7 pagi dan untuk penderita
poliklinik jam 7 malam ) kandung kencing dikosongkan bener-bener , urin ini
dibuang. Saat mengeluarkan urin ini dicatat tepat dengan menit.
c. selama 24 jam (atau 12 jam) berikut semua urin yang dikeluarkan dikumpulkan,
porsi terakhir ialah yang dikeluarkan jam 7 esok harinya. Catatlah tepat dengan
menit saat itu
d. pada waktu porsi urin yang terakhir dikeluarkan, diambil darah pasien untuk
penetapan kadar creatinine darah.
e. Panjang dan berarti badannya diukur pula
f. Nilai creatinine clearance ditentukan atas dasar kadar creatinine darah, kadar
creatinin urin dan diuresis per menit.
g. Rumus yang dipakai sama seperti untuk menghitung urea clearance

v
x v = ⋯ ml/menit
B

U : yaitu kadar creatinin dalam urin

E. DISKUSI DAN EVALUASI


Sesi diskusi dan evaluasi dilakukan per kelompok dengan dipandu oleh seorang
instruktur.Seorang mahasiswa ditunjuk untuk menyiapkan diri memimpin diskusi tentang
topik yang sedang dibahas. Beberapa hal yang bisa didiskusikan antara lain prinsip kerja
pemeriksaan metode cepat Fantus, bagaimana interpretasi data hasil pemeriksaan,
bagaimana reaksi kimia yang terjadi dan sebagainya.

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 27


-Untuk Mahasiswa-
PERTEMUAN 13 & 14
RESPONSI DAN REMIDIAL

1. TUJUAN
a. Memantapkan keahlian praktikan terhadap suatu acara praktikum di laboratorium
b. Mengevaluasi persentase pemahaman praktikan terhadap suatu acara praktikum di
laboratorium

2. BENTUK PEMBELAJARAN
a. Responsi merupakan ujian praktikum
b. Responsi dilakukan dengan praktik, bukan dengan tertulis/ lisan

3. KRITERIA PENILAIAN
a. Penilaian diperoleh dari: ketepatan dalam pemilihan alat pemeriksaan, kemahiran dalam
penggunaan alat, ketepatan prosedur pemeriksaan, ketelitian hasil dan ketepatan hasil
b. Nilai responsi masuk dalam penilaian praktikum
PRAKTIKUM15 & 16
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS TANPA PENGECATAN

A. PENDAHULUAN

c. Pemeriksaan Secara Mikroskopis

Pemeriksaan sedimen urin termasuk pemeriksaan rutin. Urin yang dipakai untuk itu
ialah urin segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet, sebaiknya formalin.
Yang paling baik untuk pemeriksaan sediment ialah urin pekat, yaitu yang mempunyai
berat jenis 1023 atau lebih tinggi, urin yang pekat leboh mudah didapat bila memakai
urin pagi sebagai bahan pemeriksaan. Pada pemeriksaan ini diusahakan menyebut
hasil pemeriksaan secara semikuantitatif dengan menyebutkan jumlah unsur sediment
yang bermakna perlapangan penglihatan.
Perhatikan dulu dengan mata mata belaka ada tidaknya sediment dalam botol
penampung urin. Jika ada catatlah jumlah dan rupanya. Jika ingin segera mengetahui
jenis sedimen itu, kocoklah botol urin dan tuanglah sebagian urin itu kedalam tabung
reaksi. Fosfat-fosfat yang mengendap dalam lingkungan lindi akan larut jika diberi
jumlah kecil asam acetat encer. Sedimen yang tersusun dari urat-urat dalam
lingkungan asam akan larut oleh pemanasan sampai kira-kira 50 o C.

a. Unsur – Unsur Sedimen


Umumnya unsur-unsur sedimen dibagi 2 golongan organik yaitu beraal dari
sesuatu organik atau jaringan anorganik.

1). Unsur organik seperti : ( sel epitel, leukosit, eritrosit, silindris (Hialin, Granula, lilin,
eritrosit, leukosit), oval fat bodies, benang lendir, sperma.
2). Unsur anorganik berasal dari makanan (bukan dari jaringan) seperti : bahan
amorf : urin (urin asam) dan fosfat (urin basa), kristal dalam urin normal :
a). Urin asam : Asam urat, natrium urat, casulfat
b). Urin netral : Ca-oksalat, asam hipurat, triplelfosfat.

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 29


-Untuk Mahasiswa-
b. Gambar-Gambar Sedimen Urine

B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan urin metode stik dan sedimen urin.
C. ALAT DAN BAHAN
Urine pagi, Stik urin, objek gelas, deck gelas, pipet tetes, mikroskop, tabung centrifuge,
centrifuge.

D. CARA KERJA

1. METODE MIKROSKOPIS (PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN)

a. Botol sisa pemeriksaan urin metode stik dicampurkan dulu agar sedimen tercampur
dengan cairan atas.
b. Dimasukkan dalam tabung centrifuge 7-8 ml urin dan dipusingkan selama 5 menit
pada 1500 – 2000 rpm
c. Cairan diatas dibuang dibuang dengan gerakan cepat agar vol sedimen dan cairan
menjadi kira-kira 1-2 ml
d. kocoklah tabung untuk meresuspensikan sedimen
e. Dengan menggunakan pipet tetes taruhlah 2 tetes sedimen terpisah ke atas sebuah
obyek glass dan tutuplah masing-masing dengan dect glass
f. Turunkanlah kondensor mikroskip atau kecilkan diafragma, kemudian periksalah
sedimen itu dengan obyektif kecil (10 X)
g. Periksalah kemudian sedimen itu dengan obyektif besar (40X)
h. Hitung dalam 10 lapangan pandang
i. Cara melaporkan urin pemeriksaan sedimen urin
 Leukosit dan eritrosit dilaporkan jumlah rata-rata per LPK (Lapangan
Pandang Besar) dengan objek 40 x
 Epitel dan Silinder dilaporkan jumlah rata-rata per LPK (Lapangan Pandang
Kecil) dengan objektf 10x
 Unsur-unsur dan Kristal-kristal dilaporkan per LPK dengan keterangan
□ (-) Tidak Ada
□ (+) Ada
□ (++) Banyak
□ (+++) Banyak Sekali

E. DISKUSI DAN EVALUASI

Sesi diskusi dan evaluasi dilakukan per kelompok dengan dipandu oleh seorang
instruktur.Seorang mahasiswa ditunjuk untuk menyiapkan diri memimpin diskusi tentang
topik yang sedang dibahas. Beberapa hal yang bisa didiskusikan antara lain prinsip kerja
pemeriksaan metode cepat Fantus, bagaimana interpretasi data hasil pemeriksaan,
bagaimana reaksi kimia yang terjadi dan sebagainya.

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 31


-Untuk Mahasiswa-
PRAKTIKUM17&18
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS DENGAN PENGECATAN

A. PENDAHULUAN
1. Pemeriksaan Secara Mikroskopis
Pemeriksaan sedimen urin termasuk pemeriksaan rutin. Urin yang dipakai untuk itu
ialah urin segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet, sebaiknya formalin.
Yang paling baik untuk pemeriksaan sediment ialah urin pekat, yaitu yang mempunyai
berat jenis 1023 atau lebih tinggi, urin yang pekat leboh mudah didapat bila memakai
urin pagi sebagai bahan pemeriksaan. Pada pemeriksaan ini diusahakan menyebut
hasil pemeriksaan secara semikuantitatif dengan menyebutkan jumlah unsur sediment
yang bermakna perlapangan penglihatan.
Perhatikan dulu dengan mata mata belaka ada tidaknya sediment dalam botol
penampung urin. Jika ada catatlah jumlah dan rupanya. Jika ingin segera mengetahui
jenis sedimen itu, kocoklah botol urin dan tuanglah sebagian urin itu kedalam tabung
reaksi. Fosfat-fosfat yang mengendap dalam lingkungan lindi akan larut jika diberi
jumlah kecil asam acetat encer. Sedimen yang tersusun dari urat-urat dalam
lingkungan asam akan larut oleh pemanasan sampai kira-kira 50 o C.

c. Unsur – Unsur Sedimen


Umumnya unsur-unsur sedimen dibagi 2 golongan organik yaitu beraal dari
sesuatu organik atau jaringan anorganik.

1). Unsur organik seperti : ( sel epitel, leukosit, eritrosit, silindris (Hialin, Granula, lilin,
eritrosit, leukosit), oval fat bodies, benang lendir, sperma.
2). Unsur anorganik berasal dari makanan (bukan dari jaringan) seperti : bahan
amorf : urin (urin asam) dan fosfat (urin basa), kristal dalam urin normal :
a). Urin asam : Asam urat, natrium urat, casulfat
b). Urin netral : Ca-oksalat, asam hipurat, triplelfosfat.
d. Gambar-Gambar Sedimen Urine

B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan urin metode stik dan sedimen urin.

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 33


-Untuk Mahasiswa-
C. ALAT DAN BAHAN
Urine pagi, Stik urin, objek gelas, deck gelas, pipet tetes, mikroskop, tabung centrifuge,
centrifuge.

D. CARA KERJA
1. METODE MIKROSKOPIS (PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN)

a. Botol sisa pemeriksaan urin metode stik dicampurkan dulu agar sedimen tercampur
dengan cairan atas.
b. Dimasukkan dalam tabung centrifuge 7-8 ml urin dan dipusingkan selama 5 menit
pada 1500 – 2000 rpm
c. Cairan diatas dibuang dibuang dengan gerakan cepat agar vol sedimen dan cairan
menjadi kira-kira 1-2 ml
d. kocoklah tabung untuk meresuspensikan sedimen
e. Teteskan 1 tetes urin diatas objekglass, tambahkan 1 tetes cat sternheimer malbin
f. tutuplah dengan dect glass
g. Turunkanlah kondensor mikroskip atau kecilkan diafragma, kemudian periksalah
sedimen itu dengan obyektif kecil (10 X)
h. Periksalah kemudian sedimen itu dengan obyektif besar (40X)
i. Hitung dalam 10 lapangan pandang
j. Cara melaporkan urin pemeriksaan sedimen urin
 Leukosit dan eritrosit dilaporkan jumlah rata-rata per LPK (Lapangan
Pandang Besar) dengan objek 40 x
 Epitel dan Silinder dilaporkan jumlah rata-rata per LPK (Lapangan Pandang
Kecil) dengan objektf 10x
 Unsur-unsur dan Kristal-kristal dilaporkan per LPK dengan keterangan
□ (-) Tidak Ada
□ (+) Ada
□ (++) Banyak
□ (+++) Banyak Sekali

D. DISKUSI DAN EVALUASI


Sesi diskusi dan evaluasi dilakukan per kelompok dengan dipandu oleh seorang
instruktur.Seorang mahasiswa ditunjuk untuk menyiapkan diri memimpin diskusi tentang
topik yang sedang dibahas. Beberapa hal yang bisa didiskusikan antara lain prinsip kerja
pemeriksaan metode cepat Fantus, bagaimana interpretasi data hasil pemeriksaan,
bagaimana reaksi kimia yang terjadi dan sebagainya.
PRAKTIKUM 19 & 20
PEMERIKSAAN URIN NARKOBA DAN
URIN METODE STIK.

A. PENDAHULUAN
1. Pemeriksaan Urin Narkoba
Deteksi dari senyawaan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif (Narkoba)
menggunakan sampel hasil metabolit sekunder manusia (urine, darah, rambut, dan
kuku) memiliki peranan yang sangat penting dalam bidang toksikologi forensik
terutama dalam hal memberikan informasi riwayat penyalahgunakan narkotika. Obat-
obatan tersebut dapat terdeteksi beberapa jam setelah konsumsi terakhir . Narkoba
merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif berbahaya
lainnya, yaitu bahan atau zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia, baik ecara
diminum, dihirup maupun disuntikan dapat mengubah pikiran. perasaan dan juga
prilaku seseorang dan lebih jauh lagi narkoba akan dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan psikologis. Penyalahgunaan narkotika merupakan salah
satu masalah pemerintah yang perlu mendapatkan perhatian serius dari semua
pihak. Hal ini dibuktikan dengan smakin meningkatkan kasus narkotika yang
dilaporkan oleh berbagai media. Dalam hal pemeriksaan jenis narkotika ini maka
perlu dicari metode-metode yang cukup teruji yang dapat menganalisa narkotika
tersebut dengan hasil yang optimal.

Telah dilakukan Pemeriksaan Narkotika jenis ganja dan sabu - sabu terhadap
Pengguna Narkoba mengunakan sampel urine. Urine merupakan senyawa hasil
metabolit yang dihasilkan oleh manusia yang mengandung protein tempat terikatnya
zat – zat asing didalam tubuh manusia. Dengan bertambahnya waktu,
perkembangan kejahatan narkotika semakin meningkat dan harus diselaraskan
dengan perkembangan metode pemeriksaan secara ilmiah yang cepat dan akurat
sehingga perlu mengembangkan metode – metode sederhana yang baru dalam
menghasilkan model pemeriksaan narkotika yang akurat. Penelitian ini dilakukan
secara kualitatif. Preparasi urine dilakukan secara simultan menggunakan Kloroform.
Ganja (Cannabinoid) dideteksi dengan menggunakan reagens Fast Blue Test Salt B
menghasilkan endapan ungu, Sabu – sabu (amphetamine) dideteksi menggunakan
Marquist Test yang juga menghasilkan endapan ungu. Hasil uji pendahuluan ini
dikonfirmasi dengan KLT dan instrument Gas Chromatography Spektroskopy Massa
(GCMS). Hasil pemeriksaan menunjukkan Negatif sampel urine mengandung Ganja
dan Sabu – sabu dan Positif pada sampel standard (0,2 ng/ml)

2. Pemeriksaan urin metode stik


Urinalisa adalah suatu analisis untuk mendapatkan bahan-bahan dan keterangan-
keterangan dari kelainan yang terdapat pada urin penderita seperti gangguan pada
ginjal , saluran kemih, serta gangguan metabolisme tubuh selain itu urinalisa juga
dapat membantu memantau kondisi klinis pasien. Jenis pemeriksaan urin ada dua
yaitu urin rutin dan urin khusus, tetapi berbeda-beda menurut pandangan yang dianut
dalam suatu rumah sakit atau laboratorium klinik, umumnya yang termasuk
pemeriksaan urin rutin adalah makroskopis, mikroskopis, dan kimiawi. Kemudian yang
termasuk kedalam pemeriksaan urin khusus adalah benda-benda keton, urobilinogen,
urobilin, bilirubin, darah samar, indikan dan lain-lain. Test strip urin urinalisa hanya
digunakan untuk iagnostik secara invitro sebagaimana semua test laboratorium

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 35


-Untuk Mahasiswa-
diagnostik tertentu atau terapi tidak harus berdasarkan pada salah satu hasil atau
metode.
Pengaruh dari obat atau metabolisme yang lain pada individu adalah tidak untuk
mengetahui hasil secara akurat. oleh sebab itu direkomendasikan bahwa hasil yang
meragukan harus diulangi setelah penarikan dirinya dar pengobtan dan jika hasil masih
diragukan, ulangi dengan suatu metode yang menguatkan.
Tes strip urinalisa stabil sampai tanggal kadaluarsa sesuai pada label dan botol
ketika disimpan pada suhu kamar dan digunakan seuai petunjuk . Daya tahan adalah
36 bulan untuk glukosa,PH, dan protein pada strip tunggal dan 24 bulan untuk semua
parameter. penggunaan strip seharusnya sesuai dengan aturan keamanan yang
tersedia pada wadah. strip tidak beracun bagi kesehatan, tapi jika terletak harus dibilas
dengan air banyak. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah stik dicelupkan dalam urin.
Kadar protein diukur berdasarkan perubahan warna yang terbentuk, derajat perubahan
warna ditentukan oleh kadar protein dalamurin, sehingga perubahan warna itu menjadi
ukuran semikuantitatif pada proteinuria. Indikator yang terdapat dalam carik celup ialah
tetrabromphenolblue yang berwarna kuning pada pH 3 dan berubah warna menjadi
hijau sampai hijau-biru sesuai dengan banyaknya protein dalam urin.

B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan urin metode stik dan sedimen urin.

C. ALAT DAN BAHAN


Urine pagi, Stik urin, objek gelas, deck gelas, pipet tetes, mikroskop, tabung centrifuge,
centrifuge.

D. CARA KERJA
1. Mtode Pemeriksaan Narkoba
a. Kumpulkan urin segar/pagi tanpa centrifuge, campur dengan baik dalam wadah
yang bersih dan kering sebelum digunakan
b. Celupkan strip tersebut ke dalam urin sampai tanda maxsimal pada stik
c. Tunggu strip selama 15 menit sampai urin dan reagen yang ada di stik menunjukan
perubahan rambatannya menuju control ataupun tes
d. pembacaannya :
□ Positif : jika terdapat strip dua diantara control dan tes
□ Negatif : Jika terdapat strip satu pasa tesnya

2. Metode pemeriksaan urin metode stik


a. Pilih kotak dan botol berlabel, reagen khusus dari produk yang digunakan, pastikan
bahwa produk tersebut masih dalam batas kadaluwarsa
b. Kumpulkan urin segar/pagi tanpa dicentrifuge, campur dengan baik dalam wadah
yang bersih dan kering sebelum di gunakan.
c. Ambil satu strip dalam botol dan tutup kembali dengan segera
d. priksa strip tersebut, jika daerah reagen tidak berwarna jangan gunakan strip
tersebut.
e. Celupkan strip tersebut ke dalam urin sampai lapisan terakhir selama digunakan
f. Ambil stip dalam botol dan tutup kembali dengan segera
g. Priksa strip tersebut, jika daerah reagen tidak berwarna jangan gunakan strip
tersebut.
h. Celupkan strip tersebut kedalam urin sampai lapisan terakhir selama ˃ 1 detik
i. Hilangkan atau hapus kelebihan urin dengan kertas saring pegang ujung salah satu
sisi strip tes urin diatas diatas kertas saring
j. baca hasil tes dengan hati-hati dengan waktu 60 detik dalam cahaya yang terang
cahaya warna terang dan cocokan warna pada tes yang mendekati tabel warna yang
ada pada tabel botol. pilih warna yang muncul hanya disepanjang tepi-tepi lapisan
tes atau setelah lebih dari 2 menit telah hilang warnanya artinya diagnosa tidak
signifikan. Hasil dengan porsi tes leukosit dapat dibaca dalam waktu 120 detik. Jika
membaca dengan alat, hati-hati mengikuti petunjuk yang diberikan pada kelayakan
pengoprasian alat manual

E. DISKUSI DAN EVALUASI


Sesi diskusi dan evaluasi dilakukan per kelompok dengan dipandu oleh seorang
instruktur.Seorang mahasiswa ditunjuk untuk menyiapkan diri memimpin diskusi tentang
topik yang sedang dibahas. Beberapa hal yang bisa didiskusikan antara lain prinsip kerja
pemeriksaan metode cepat Fantus, bagaimana interpretasi data hasil pemeriksaan,
bagaimana reaksi kimia yang terjadi dan sebagainya.

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 37


-Untuk Mahasiswa-
PRAKTIKUM 25 & 26
PEMERIKSAAN UREA (UREUM)
A. PENDAHULUAN
Gagal ginjal merupakan suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami
penurunan sehingga tidak mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan
pembuangan elektrolit tubuh. menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh didalam
darah atau prduksi urin. Laju filtrasi gelomerolus akan menurunkan dengan cepat yang
menybabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak 0,5 mg/dl/hari dan kadar nitrogen
urea sebanyak 10 mg/dl/hari . Peningkatan kadar urea dalam darah disebut hyperuremia
atau azotemia, pararel penentuan urea dan kreatinin dilakukan untuk membedakan antara
azotemia pra-renal dan post-renal. Azotemia pra-renal disebabkan oleh misalnya dehidrasi,
katabolisme protei meningkat, kortisol, perlakuan atau fungsi ginjal menurun, mengrah
kepeningkatan kadar urea, sementara nilai-nilai kreatin tetap dalam kisaran referensi.
azotemia post-rena disebabkan oleh kreatin meningkat, tetapi kreatinin lebih kecil. BUN
adalah ukuran dari jumlah N dalam darah dalam bentuk urea dan pengukuran fungsi ginjal.
Ureum adalah salah satu produk dari pemecahan protein dalam tubuh berbntuk
molekul kecil yang mudah mendifusi ke dalam cairan eksternal, tetapi pada akhirnya
dipekatkan dalam urin dan diekskeresikan. Jika keseimbangan nitrogen dalam keadaan
mantap ekskresi ureum kira-kira 25 mg per hari. Ureum merupakan produk akhir dari
metabolisme nitrogen yang penting pada manusia, yang disintesa dari amonia
karbondioksida dan nitrogen amida aspatat. Gagal ginjal kronik merupakan tahapan akhir
gagal dimana tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan ciran
dan elektrolit yang menyebabakan tingginya ureum (uremia) yaitu retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah. Prinsip dari pemeriksaan urea serum/plasma dengan
urease menguraikan urea menjadi amoniak, amoniak kemudian bereaksi dengan hipoklorid
sehingga menimbulkan warna hijau. Hitung absorban dengan spektrofotometer 560-600
nm.

B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan ureum pada sempel darah (serum)

C. Alat dan Bahan


Darah vena, kuvet, spektrofotometer, pipet, reagen R 1 (sodium salisilat) R2 (phospat
buffer, NADH, Sodium hipoklorit ) R3 (Urease), R4 (Standar 50 mg/dl), centrifuge,

D. Cara Kerja
3. Metode Colorimetri test
a. Masukkan kedalam kuvet
Standar Pemeriksaan
Standar ( µ ) 10 -
Serum (µ) - 10
(R1 + R3) 100 : 1 (µ ) 1000 1000

b. Dicampur diinkubasi 10 menit pada suhu kamar atau 5 menit suhu 37 o C


c. Masing-masing tambahkan R2 1000 µ
d. Dicampur diinkubasi 10 menit pada suhu kamar atau 5 menit suhu 37 o C
e. Dibaca Abs pemeriksaan dan standart terhadap blanko aquadest pada 560-600 nm
dalam waktu 30 menit.
f. Rumus perhitungan :
Kadar Urea = 50

g. Nilai Normal : 17 -43 mg/dl

E. Diskusi dan Evakuasi


Sesi diskusi dan evaluasi dilakukan per kelompok dengan dipandu oleh seorang
instruktur.Seorang mahasiswa ditunjuk untuk menyiapkan diri memimpin diskusi tentang
topik yang sedang dibahas. Beberapa hal yang bisa didiskusikan antara lain prinsip kerja
pemeriksaan metode cepat Fantus, bagaimana interpretasi data hasil pemeriksaan,
bagaimana reaksi kimia yang terjadi dan sebagainya.

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 39


-Untuk Mahasiswa-
PERTEMUAN 25 & 26
RESPONSI UJIAN PRAKTIK

1. TUJUAN

a. Memantapkan keahlian praktikan terhadap suatu acara praktikum di laboratorium


b. Mengevaluasi persentase pemahaman praktikan terhadap suatu acara praktikum di
laboratorium

2. BENTUK PEMBELAJARAN
a. Responsi merupakan ujian praktikum
b. Responsi dilakukan dengan praktik, bukan dengan tertulis/ lisan

3. KRITERIA PENILAIAN
a. Penilaian diperoleh dari: ketepatan dalam pemilihan alat pemeriksaan, kemahiran dalam
penggunaan alat, ketepatan prosedur pemeriksaan, ketelitian hasil dan ketepatan hasil
b. Nilai responsi masuk dalam penilaian praktikum
PERTEMUAN 27 & 28
RESPONSI UJIAN TULIS

1. TUJUAN

a. Memantapkan keahlian praktikan terhadap suatu acara praktikum di laboratorium


b. Mengevaluasi persentase pemahaman praktikan terhadap suatu acara praktikum di
laboratorium

2. BENTUK PEMBELAJARAN
a. Responsi merupakan ujian praktikum
b. Responsi dilakukan dengan praktik, bukan dengan tertulis/ lisan

3. KRITERIA PENILAIAN
a. Penilaian diperoleh dari: ketepatan dalam pemilihan alat pemeriksaan, kemahiran dalam
penggunaan alat, ketepatan prosedur pemeriksaan, ketelitian hasil dan ketepatan hasil
b. Nilai responsi masuk dalam penilaian praktikum

DAFTAR REFERENSI

Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Urinalisa dan Ginjal 41


-Untuk Mahasiswa-
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Atmadja, M.S. 2003. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik 2003.Jakarta: Bagian Patoligi
Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Baron, D.N. 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik. Edisi 4. jakarta : EGC
Bern, J and Henry, M.D. 1989. Clinical Diagnosis and Management. Philadelphia London-Toronto :
W.B. Saunders Company.
Boehringer, M. 1993.Pemantapan Kualitas Cara Mengatasi Kesulitan (Trouble Shooting). Cetakan
3. Jakarta : Boehringer Mannheim Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Pedoman Praktek Laboraturium yang Benar.
Cetakan 3. Jakarta : Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dewiesah, I. S. 1989. Penentuan Nutrien Dalam Jaringan dan Plasma Tubuh Cetakan1.
Yogyakarta : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. UGM
Gandasoebrata, G. 1968. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta. Penerbit Dian Rakyat
Gandasoebrata. 2004. Penuntun Laboratorium Klinik Cetakan 11. Jakarta : Dian Rakyat.
Ganong, W.F. 1995. Fisiologi Kedokteran Edisi 14. Jakarta : EGC.
Guyton and Hall. 1997. Fisiologi kedokteran edisi 9. Jakarta. Penerbit EGC
Guyton, A.C. 1991. Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa Adji Dharma dan P. Lukmanto.
Jakarta : EGC.
Hardjoeno, H. 2003. Interprestasi Hasil Tes Laboraturium Diagnostik. Jakarta : EGC.
Herold A. Herper, Rodwell Victor W, Mayes Peter A. 1979. Biokimia Review of Physiological
Chemistry. California : Lange Medical Publication.
Joyce LeFever, K. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboraturium & Diagnostik. Edisi 6. Jakarta :
EGC
Murray, R.K. 2003. Biokimia Klinik Edisi 4. Jakarta :EGC.
Nursanyoto, H. 1992. Ilmu Gizi. Jakarta : Golden Terayon Press.
Poedjiadi,A. 1994. Dasar- Dasar Biokimia. Jakarta. UI Press
Price and Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6Vol.2.Jakarta : EGC.
Price, S.A and Wilson, L.M. 1994. Patofisiologi : Konsep klinis proses proses penyakit, alih
bahasa : Peter Anugerah edisi IV. Jakarta. Penerbit EGC
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI. 1985. Diktat Kimia KlinikJilid 1.Jakarta : Buku
Kesehatan Depkes RI.
Sacher, R.A and McPherson, R.A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium edisi 2.
Penerjemah Brahm U Pendit dan Dewi W. Jakarta. EGC
Sadikin, H.M. 2001. Biokimia Dasar. Jakarta : widya Medika.
Santoso, W. 1999. Cara Mengatasi dan Menanggulani Kesalahan dalam Pemeriksaan Kimia Klinik.
Jakarta : Puslabkes.
Sutedjo, A.Y. 2006. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta :
Amara Books.
Widman. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 9.Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai