PENYUSUN:
dr. AJI BAGUS WIDYANTARA, MMR.
LOAN AWALIA NAHDLIYAH, S.ST.
PANDUAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN LABORATORIUM URINALISA DAN GINJAL
PENYUSUN:
dr. AJI BAGUS WIDYANTARA, MMR.
LOAN AWALIA NAHDLIYAH, S.ST.
DISAHKAN:
DI YOGYAKARTA
TANGGAL 17 September 2018
OLEH:
KETUA PROGRAM STUDI D4 ANALIS KESEHATAN
Tim Penyusun
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN LABORATORIUM RESPIRATORI
Nama :
NIM :
Gol./Kelompok :
Instruktur :
2. Halaman isi
A. Judul praktikum
Merupakan label yang terdiri dari tidak lebih dari 15 kata dan mencerminkan semua hal yang
dilakukan, jelas, singkat, dan informatif.
B. Tujuan
Berisi pernyataan kalimat yang menjelaskan tujuan acara praktikum yang dilakukan.
C. Dasar teori
Berisi telaah materi seputar acara parktikum yang telah dikerjakan. Wajib disertakan
acuan/sitasi yang relevan dari sumber ilmiah terpercaya sesuai dengan kaidah baku
penulisan sistem nama dan tahun. Tidak diperkenankan mensitasi Wikipedia atau blog atau
plagiatisme.
D. Metode
1. Alat, ditulis dalam bentuk paragraf dan dibuat kalimat pasif
2. Bahan, ditulis dalam bentuk paragraf dan dibuat kalimat pasif
3. Cara kerja, ditulis dalam bentuk paragraf (bukan bagan alir), dikelompokkan sesuai
tahapan langkah kerja dan dibuat kalimat pasif.
E. Hasil dan pembahasan
1. Hasil, berupa sajian data praktikum berupa tabel atau gambar. Judul tabel diletakkan
pada atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan dibawah gambar.
2. Pembahasan, berisi uraian singkat dan ilmiah dari hasil praktikum serta dibandingkan
dengan teori yang relevan.
F. Kesimpulan
Berupa pernyataan (paragraph) yang merupakan simpulan dari hasil dan pembahasan yang
disesuaikan dengan tujuan praktikum.
G. Daftar pustaka
Berisi pustaka acuan yang digunakan dalam penyusunan laporan praktikum.Memuat minimal
3 pustaka berbahasa Indonesia dan 2 pustaka berbahasa Inggris. Pustaka diperoleh dari
textbook, jurnal, maupun sumber ilmiah dari internet.
Contoh :
Sumber buku :
Baron, D.N. 1990. Kapita Selekta Patologi Klinikedisi 4. Penerbit EGC. Jakarta.
Boehringer, M. 1993. Pemantapan Kualitas Cara Mengatasi Kesulitan (Trouble Shooting)
Cetakan 3. Boehringer Mannheim Indonesia. Jakarta.
Artikel jurnal :
Cartlidge, J. 2012. Crossing boundaries: Using fact and fiction in adult learning. The Journal
of Artistic and Creative Education. 6(1):94-111.
Prosiding seminar/conference:
Suyanto, E.,S. Ratnakomala, Fahrurrozi, MN Sari, NF Gusmawati, P. Lisdiyanti. 2011.
Bacterial induced carbonate precipitation by biogrouting bacteria for sand
biocementation. Proceeding in National Seminar for Applied Chemistry of Indonesia
2011. 24 Mei 2011. ISSN : 2088-9828.
Sistem urinaria/ uropoetica terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra. Sistem ini
membuang molekul- molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk membantu
mempertahankan homeostasis dengan menghasilkan urine. Ginjal mempertahankan susunan
kimia cairan tubuh melalui beberapa proses, yaitu: filtrasi, reabsorbsi dan ekskresi. Urin terdiri dari
air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme, garam terlarut, dan materi organik.
Urinalisa adalah suatu tes yang dilakukan pada urine yang bertujuan untuk mendiagnosis
infeksi saluran kemih, screening , dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal. Urinalisa secara fisik
meliputi pengamatan warna urine, berat jenis cairan urine dan pH serta suhu urine. Sedangkan
urinalisa secara kimiawi meliputi analisa glukosa, analisa protein dan analisa pigmen empedu.
Selain itu, juga analisa secara mikroskopik, yaitu pengamatan urine dibawah mikroskop.
Panduan ini diperuntukkan bagi mahasiswa Prodi D4 Analis Kesehatan semester 5 reguler
dan memberikan pengalaman belajar sebanyak 4 sks dengan rincian: 1,5 sks Teori (11 X 100
menit), 0,5 sks Tutorial: 2 skenario (4 X 100 menit), dan 2 sks praktikum ( 28 X 170 menit).
1. Penilaian Softskills
Sumber penilaian: sikap saat menjalankan aktivitas praktikum di laboratorium
Skor
No Aspek Pengamatan Kurang Cukup Baik Sangat Baik
1 2 3 4
1 Being on time
2 Memakai jas lab sebelum
memasuki laboratorium
3 Team work
4 Sabar, teliti, tidak tergesa-gesa,
percaya diri dan tidak gugup
Jumlah Skor
Keterangan
Sangat Baik (SB)/ 4 selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-
Baik (B)/3
kadang tidak melakukannya
kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering
Cukup (C) / 2
tidak melakukannya
Kurang (K)/1 tidak pernah, apabila tidak pernah melakukannya
2. Penilaian Hardskills
Sumber penilaian: aktivitas praktikum di laboratorium
Skor
No Aspek Pengamatan Kurang Cukup Baik Sangat Baik
1 2 3 4
1 Kesiapan melaksanakan
praktikum
2 Ketrampilan dan ketelitian dalam
merakit alat/ bahan yang akan
digunakan
3 Sistematika dalam melakukan
percobaan
4 Ketelitian dalam melakukan
pengamatan dan percobaan
5 Ketepatan data hasil
pengamatan
6 Kebersihan, kerapihan dan
keamanan kerja
Jumlah Skor
Keterangan:
Sangat Baik (SB)/ 4 selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan
Baik (B)/3
dan kadang-kadang tidak melakukannya
kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering
Cukup (C) / 2
tidak melakukannya
Kurang (K)/1 tidak pernah, apabila tidak pernah melakukannya
PRAKTIKUM 1 & 2
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS URIN
(Urinalisa)
A. Pendahuluan
Urinalisa adalah suatu analisis untuk mendapatkan bahan-bahan dan keterangan-
keterangan dari kelainan yang terdapat pada urin penderita seperti gangguan pada ginjal ,
saluran kemih, serta gangguan metabolisme tubuh selain itu urinalisa juga dapat
membantu memantau kondisi klinis pasien. Jenis pemeriksaan urin ada dua yaitu urin rutin
dan urin khusus, tetapi berbeda-beda menurut pandangan yang dianut dalam suatu rumah
sakit atau laboratorium klinik, umumnya yang termasuk pemeriksaan urin rutin adalah
makroskopis, mikroskopis, dan kimiawi. Kemudian yang termasuk kedalam pemeriksaan
urin khusus adalah benda-benda keton, urobilinogen, urobilin, bilirubin, darah samar,
indikan dan lain-lain. (wilson, 2005)
Pemeriksaan Makroskopis adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau, dan pH
urine. Pengukuran volum urin berguna menafsirkan hasil pemeriksaan kantitatif atau semi
kualitatifsuatu zat dalam urine dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbngan cairan
badan. Pengukuran volume urine yang dikerjakan bersama dengan brat jenis urine
bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal. (gandasoebrata, 2007)
Jumlah urin 24 jam sangat berbeda dari seseorang ke orang lain. Banyak sekali faktor
yang berpengaruh kepada diuresis itu, umpamanya umur, berat badan, kelamin, makanan,
minuman, suhu badan, iklim, dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didapat d
daerah tropis jumlah urin 24 jam antara 800 – 1300 ml untuk orang dewasa.
(Gandasoebrata, 2007)
Jumlah urin siang 12 jm keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih besar dari urin malam 12
jam. Perbandingan ini tidak berubah biarpun misalnya banyaknya minumn pada malam hari
dijadikan sama dengan yang siang hari. Perbandingan antara urin siang 12 jam dan urin
malam 12 jam, tidak berlaku sepenuhnya pada anak-anak. (Gandasoebrata, 2007)
Urin sewaktu tiak perlu diukur dengan teliti. Akan tetapi sebaiknya sellau diperhatikan
jumlah yang dikeluarkan, karena banyaknya urin itu bukan hanya bertalian dengan warna
dan berat jenis, tetapi juga berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan semikuantitatif seperti
pemeriksaan terhadap protein dan glukosa. (Gandasoebrata, 2007)
B. Tujuan
1. Umum
a. Untuk membantu diagnosa suatu penyakit
b. Untuk Follow Up penyakit penderita
c. Mengetahui progres penyakit
d. Mengetahui faal dan fungi organ
2. Khusus
a. Mengetahui adanya kelainan-kelainan dalam traktus urinarius dan traktur
urogenetalis
b. Untuk mengetahui adanya penyakit ginjal
c. Untuk mengetahui adanya penyakit atau kelainan-kelainan diluar ginjal
Keterangan:
Jenis Yang diperiksa Hasil
Volume ditulis Hasil pemeriksaan
dan di sertakan harga
normal
Warna ditulis Hasil pemeriksaan
dan di sertakan harga
normal
Kejernihan ditulis Hasil pemeriksaan
dan di sertakan harga
normal
bau ditulis Hasil pemeriksaan
dan di sertakan harga
normal
derajat keasaman ditulis Hasil pemeriksaan
dan di sertakan harga
normal
berat jenis ditulis beserta rumus
perhitungannya
dan harga normal
E. Diskusi
Sesi diskusi dan evaluasi dilakukan per kelompok dengan dipandu oleh seorang
instruktur.Seorang mahasiswa ditunjuk untuk menyiapkan diri memimpin diskusi tentang
topik yang sedang dibahas. Beberapa hal yang bisa didiskusikan antara lain prinsip kerja
pemeriksaan metode cepat Fantus, bagaimana interpretasi data hasil pemeriksaan,
bagaimana reaksi kimia yang terjadi dan sebagainya.
A. Pendahuluan
Glukosuria dapat dibuktikan juga dengan cara spesifik yang menggunakan enzim glukosa –
oxsidasi untuk merintis serentetan reaksi dan berakhir dengan perubahan warna dalam
reagen yang digunakan. Glukosuria atau biasa disbut kencing manis adalah keadaan
abnormal dimana gula (glukosa) disekresikan ke dalam urin. Dalam urin yang normal tidak
ditemukan glukosa karena pada tubulus ginjal akan dilakukan proses reabsorpsi
molekulglukosa untuk kembali masuk ke dalam sirkulasi darah hal ini terjadi ketika glukosa
darah meningkat dan konsentrasi glukosa di dalam plasma melebihi ambang batas ginjal
atau dapat juga diakibatkan karena tubulus kehilangan kemampuan mereabsorpsi. (Wilson,
2005)
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk pemeriksaan penyaring.
Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda asasnya.
Cara yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa sebagai zat preduksi, pada tes-tes
semacam itu terdapat suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika
direduksikan oleh glukosa. diantara banyak macam reagen yang dapat dipakai untuk
menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cuprilah banyak dipergunakan.
(gandasoebrata, 2007)
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui adanya glukosa dalam urin.
D. Cara Kerja
Metode Fehling
perinsip : Dalam suasana alkali dan panas, glukosa mereduksi ion cu (kupri)
menjadi CuO (kupro) yang akan mengendap dan berwarna merah bata.
Reagen fehling A :
Cuffer Sulfat (CuSO4.5H2O)...................35 gr
Aquadest ad............................................1000 ml
Reagen Fehling B :
Garam Seignetti (lartratis kalico natrici)........173 gr
Hydrastis natrici..........................................50 – 60 gr
Aquadest...................................................1000 ml
a. Cara kerja
a. 2 ml fehling A dan 2 ml fehling B dimasukan ke dalam tabung reaksi
b. tambahkan 1 ml urin
c. Homogenkan perlahan-lahan dan panaskan sampai mendidih 2 menit
d. jauhkan dari api dan kocoklah, baca hasil reduksinya
e. percobaan fhling lebih mudah dipengaruhi oleh zat-zat lain yang dapat
menyebabkan peristiwa reduksi.
Metode Benedict
Perinsip : Dalam suasanan alkalis dan panas, glukosa merduksi ion Cu (kupri)
mrnjadi CuO (kupro) yang akan mengendap dan berwarna merah bata.
Reagen Benedict Kualitatif :
Cuffer sulfat (CuSO4.5H2O)....................17,3 gr
Tri Sodium citrat (Na3C6H5O7.2H2O).......173,0 gr
Sodium Carbonat (Na2CO3anhydrous).........100 gr
Aquadest ad...............................................1000 ml
b. Cara Kerja
a. Pipetlah 5 ml reagen benedict masukkan kedalam tabung reaksi.
b. Tambahkan 5-8 tetes urin dan campurlah baik-baik
c. Panaskan langsung diatas panas nyala api sampai mendidih selama 2 menit
atau masukkan tabung itu kedalam air mendidih selama 5 menit
d. Angkatlah tabung dan kocoklah serta dinginkan dalam suhu kamar
e. kemudian bacalah hasil reduksinya.
A. Pendahuluan
Protein dalam urin yang normal sangat kecil, yatu kurang dari 100 mg protein/hari, dua
pertiga dari jumlah tersebut adalah protein yang dikeluarkan oleh tubulus. Biasanya protein
yang melebihi batas dari 150 mg protein/hari sudah tidak normal, ini dapat dijumpai pada
kerusakan-kerusakan membran kapiler glomerulus, atau karena gangguan mekanisme
reabsorbsi tubulus atau kerusakan pada kedua mekanisme tersebut. proteinuri dapat
terjadi karena GFR (glomerulo filtation rate) yang meningkat, kelainan basal membran
glomerulus, kelainan tubulus atau karena perubahan protein sehingga mudah difiltrasi
misalnya pada multiple mieloma.
Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin. Kebanyakan cara rutin
untuk menyatakan adanya protein dalam urin berdasarkan kepada timbulnya kekeruhan.
karena padatnya atau kasarnya kekeruhan. karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu
menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada maka menggunakan urin yang jernih
betul menjadi syarat penting pada tes-tes terhadap protein.
B. Tujuan
Untuk mengetahui ada tidaknya protein dalam urin
D. Cara Kerja
1. Tes dengan Asam Sulfosalicyl 20 %
a. Siapkan 2 tabung reaksi, maing-masing diisi dengan 2 ml urin jernih
b. tabung 1 di tambah 8 tetes asam sulfosalicyl 20 % lalu dikocok.
c. bandingkan isi tabung 1 dengan tabung II dan nilai secara semikuantitatif.
d. untuk membedakan adanya protein albumin, globulin dan protein bance jones,
panasi tabung I diatas nyala api sampai mendidih dan kemudian didinginkan kembali
dengan air mengalir.
Jika kekeruhan teteap ada waktu pemanasan dan setelah didinginkan berarti
test terhadap protein + . protein ini mungkin albumin/globulin, mungkin
kedua-duanya.
Jika kekeruhan hilang waktu pemanasan, tetapi muncul lagi setelah dingin
mungkin penyebabnya protein bence jones, dan perlu diselidiki lebih lanjut.
A. Pendahuluan
Protein dalam urin yang normal sangat kecil, yatu kurang dari 100 mg protein/hari, dua
pertiga dari jumlah tersebut adalah protein yang dikeluarkan oleh tubulus. Biasanya protein
yang melebihi batas dari 150 mg protein/hari sudah tidak normal, ini dapat dijumpai pada
kerusakan-kerusakan membran kapiler glomerulus, atau karena gangguan mekanisme
reabsorbsi tubulus atau kerusakan pada kedua mekanisme tersebut. proteinuri dapat
terjadi karena GFR (glomerulo filtation rate) yang meningkat, kelainan basal membran
glomerulus, kelainan tubulus atau karena perubahan protein sehingga mudah difiltrasi
misalnya pada multiple mieloma.
Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin. Kebanyakan cara rutin
untuk menyatakan adanya protein dalam urin berdasarkan kepada timbulnya kekeruhan.
karena padatnya atau kasarnya kekeruhan. karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu
menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada maka menggunakan urin yang jernih
betul menjadi syarat penting pada tes-tes terhadap protein.
B. Tujuan
Untuk mengetahui ada tidaknya protein dalam urin
A. PENDAHULUAN
1. BILIRUBIN URIN
Dalam keadaan patologik dapat dinyatakan adanya bilirubin dalam urin. Jika urin
dibiarkan bilirubin itu berubah menjadi biliverdin oleh oxsidasi, perubahan itu
dipercepat jika terkena sinar matahari. Bilirubin pada urin menunjukkan adanya
penyakit hepatocellular atau gangguan empedu intra atau ekstrahepatik. Itu adalah
tanda-tanda awal dari gangguan ini dan oleh karena itu, sebuah alat diagnostik yang
berguna dan penting. Tes-tes untuk bilirubin pada urin harus secara rutin dilakukan
pada setiap analisis urin. Bilirubin dibentuk pada sel-sel reticoloendothelial limpa dan
sumsum tulang dari kerusakan hemoglobin. Ini berkaitan pada albumin pada aliran
darah dan dipindahkan ke hati. Bentuk albumin ini, yang juga diketahui sebagi bilirubin
tidak langsung adalah tidak dapat dilarutkan pada air dan tidak muncul pada urin
kecuali dalam julah sedikit. Pada sel-sel hati, itu terpisah dari albumin dan berhubungan
dengan asam glucuronic dan asam sulfuric untuk membentuk bilirubin terkonjugasi
yang dapat larut dalam air, juga dikenal sebagai bilirubin langsung. Sel-sel hati yang
membentuk bilirubin terkonjugasi mengeluarkannya kedalam empedu dan kemudian itu
dikeluarkan kedalam usus melalui saluran air empedu. Bilirubin yang terkonjugasi pada
usus diubah dengan gerak bakteri menjadi urobilinogen. Bilirubin yang berkaitan yang
dapat larut dalam air dapat dikeluarkan oleh ginjal meskipun secara normal levelnya
pada darah tidak cukup tinggi untuk menghasilkan jumlah signifikan yang timbul pada
urin.
Bilirubin normal yang ada dalam urin diperkirakan 0,02 mg/dl, yang mencerminkan
tingkat darah yang secara normal rendah dari bilirubin yang terkonjugasi. Jumlah ini
tidak terdeteksi oleh tehnik semikuntitatif rutin dan diinterpretasikan sebagai hasil
negatif.
2. UROBILINOGEN
Pemeriksaan Urobilinogen merupakan pemeriksaan khusus pada pemeriksaan urin dan
nilai secara semikuantitatif. Pemeriksaan urobilinogen harus menggunakan sampel urin
yang segar karena jika uobilinogen yang terlalu lama terkena udara dan terkena sinar
matahari maka akan dioksidasi menjadi urobilin.
Maka dari itu juga pemeriksaan ini juga didampingi dengan pemeriksaan urobilin.
Selain memakai urin segar pengambilan sampel yang baik untuk urin segar atau
sewaktu lebih bagus diambil pada sore hari untuk pemeriksaan
urobilinogen.Pemeriksaan urobilinoen sendiri menggunakan reaksi dengan reagen
Ehelich yang kemudian akan merubah sampel urin jika positif urobinogen maka akan
berubah menjadi merah. Perlu diingat juga bahwa pemeriksaan ini tidak boleh adanya
billirubin layaknya pemeriksaan urobilin. Makabaiknya billirubin diabuang terlebih
dahulu dengan menmbahkan calcium hidroxsida kemudian kocok dan saringlah.
Setelah disarih pakailah filtrat untuk pemeriksaan urobilinogen. Prosedur pemeriksaan
robilinogen, pertama siapkan reagen Ehrlich. Cara pembuatan regaen ehrlichyaitu
timbanglah paradimethyamino-benzaldehida 2 gram, tuangkan asam hidroclorida pekat
20 ml kemudian tambahkan aquadest 80 ml, kemudian simpan pada botol yang
berwarna coklat. Disarankan untuk menggunakan urin sore, karena excresi
urobilinogen akan mencapai setinggi-tingginya pada sore hari.
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksan bilirubin dan urobilinogen dalam urin
D. CARA KERJA
BILIRUBIN
1. TES METODE HORISON
a. 5 ml urin yang lebih dahulu dikocok dimasukkan ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 5 ml barium chlorida 10 % campur dan saring
c. Kertas saring berisi presipitat diangkat dari corng dibuka lipatannya dan
letakkan mendatar diatas corong itu.
d. Biarkan sampai agak kering
e. Teteskan 2-3 tetes reagen ke atas presipitat diatas kertas saring tadi.
f. Pembacaan Hasil :
positif (+) : Berwarna Hijau
Negatif (-) : Berwarna Coklat atau Kuning
UROBILINOGEN
1. METODE EHRLICH
a. Masukkan 5 ml urine segar dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 0.5 ml reagen ehrlich biarkan dalam waktu 5 menit kemudian baca
hasilnya
c. Hasil test + jika terjadi warna merah
2. METODE SCHLESINGER
a. Tabung reaksi disisi 5 ml urin segar
b. ditambah 2 tetes preaksi lugol
c. ditambah 5 ml reagen schlesinger, dicampur
d. disaring sampai didapat filtrat yang jernih
e. filtrat diperiksa/dilihat dengan latar belakang gelap
f. Hasil pengamatan
Positif (+) bila didapat flurescensi hijau pada filtrat.
E. DISKUSI DAN EVALUASI
Sesi diskusi dan evaluasi dilakukan per kelompok dengan dipandu oleh seorang
instruktur.Seorang mahasiswa ditunjuk untuk menyiapkan diri memimpin diskusi tentang
topik yang sedang dibahas. Beberapa hal yang bisa didiskusikan antara lain prinsip kerja
pemeriksaan metode cepat Fantus, bagaimana interpretasi data hasil pemeriksaan,
bagaimana reaksi kimia yang terjadi dan sebagainya
Kreatinin dibentuk oleh tubug dan kreatin (Endegenous-Metabolisme Otot ) dan hanya
dibuang oleh ginjal. Kreatin yang sudah dibentuk tidak dapat diubh menjadi kreatin. Kadar
kreatin berbeda-beda untuk masing-masing orang-orang berotot kekar mempunyai kadar
kreatinin yang lebih tinggi. Suatu kenaikan kecil kadar kreatin darah sudah merupakan
tanda dari kerusakan ginjal dan harus disusul dengan yaitu kreatin dan ureum.
Angka normal kadar kreatinin dalam darah untuk pria 0,9 – 1,3 mg/dl dan wanita 0,6 –
1,1 mg/dl. Kreatin terutama disintesa dalam hati dan ginjal dari asam-asam amino, diambil
dari aliran darah oleh otot-otot difosfolisasi dan memasuki metabolisme otot (hampir semua
kreatinin tubuh terdapat dalam otot).
Seperti juga urea clearance, tes ini menilai faal glomeruli. tetapi berlainan dari ureum,
creatinine tidak mendifusi kembali ke dalam darah karena itu nilai normal untuk cratinine
clearance lebih besar dari urea clearance dan mendekati nilai glomerular filtration rate.
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan creatinine dalam darah dan creatinine
clearance dalam urin.
C. ALAT DAN BAHAN
darah vena, urin , spektrofotometer, kuvet, pipet tetes, tabung reaksi, beker glas, R1 NaOH
(sodium hidroksida), R2 Asam Pikrat,
D. CARA KERJA
KREATININ DALAM DARAH
a. Membuat monoreagen dengan 4 bagian R1 + bagian R2, contoh 20 ml R1 + 5 ml
R2
b. Pemeriksaan kadar kreatinin (sampel stark)
c.
Standar pemeriksaan
Monoreagen ( µ i) 1000 1000
Standar ( µ i) 50 (stopwatch dijalankan) -
v
x v = ⋯ ml/menit
B
1. TUJUAN
a. Memantapkan keahlian praktikan terhadap suatu acara praktikum di laboratorium
b. Mengevaluasi persentase pemahaman praktikan terhadap suatu acara praktikum di
laboratorium
2. BENTUK PEMBELAJARAN
a. Responsi merupakan ujian praktikum
b. Responsi dilakukan dengan praktik, bukan dengan tertulis/ lisan
3. KRITERIA PENILAIAN
a. Penilaian diperoleh dari: ketepatan dalam pemilihan alat pemeriksaan, kemahiran dalam
penggunaan alat, ketepatan prosedur pemeriksaan, ketelitian hasil dan ketepatan hasil
b. Nilai responsi masuk dalam penilaian praktikum
PRAKTIKUM15 & 16
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS TANPA PENGECATAN
A. PENDAHULUAN
Pemeriksaan sedimen urin termasuk pemeriksaan rutin. Urin yang dipakai untuk itu
ialah urin segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet, sebaiknya formalin.
Yang paling baik untuk pemeriksaan sediment ialah urin pekat, yaitu yang mempunyai
berat jenis 1023 atau lebih tinggi, urin yang pekat leboh mudah didapat bila memakai
urin pagi sebagai bahan pemeriksaan. Pada pemeriksaan ini diusahakan menyebut
hasil pemeriksaan secara semikuantitatif dengan menyebutkan jumlah unsur sediment
yang bermakna perlapangan penglihatan.
Perhatikan dulu dengan mata mata belaka ada tidaknya sediment dalam botol
penampung urin. Jika ada catatlah jumlah dan rupanya. Jika ingin segera mengetahui
jenis sedimen itu, kocoklah botol urin dan tuanglah sebagian urin itu kedalam tabung
reaksi. Fosfat-fosfat yang mengendap dalam lingkungan lindi akan larut jika diberi
jumlah kecil asam acetat encer. Sedimen yang tersusun dari urat-urat dalam
lingkungan asam akan larut oleh pemanasan sampai kira-kira 50 o C.
1). Unsur organik seperti : ( sel epitel, leukosit, eritrosit, silindris (Hialin, Granula, lilin,
eritrosit, leukosit), oval fat bodies, benang lendir, sperma.
2). Unsur anorganik berasal dari makanan (bukan dari jaringan) seperti : bahan
amorf : urin (urin asam) dan fosfat (urin basa), kristal dalam urin normal :
a). Urin asam : Asam urat, natrium urat, casulfat
b). Urin netral : Ca-oksalat, asam hipurat, triplelfosfat.
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan urin metode stik dan sedimen urin.
C. ALAT DAN BAHAN
Urine pagi, Stik urin, objek gelas, deck gelas, pipet tetes, mikroskop, tabung centrifuge,
centrifuge.
D. CARA KERJA
a. Botol sisa pemeriksaan urin metode stik dicampurkan dulu agar sedimen tercampur
dengan cairan atas.
b. Dimasukkan dalam tabung centrifuge 7-8 ml urin dan dipusingkan selama 5 menit
pada 1500 – 2000 rpm
c. Cairan diatas dibuang dibuang dengan gerakan cepat agar vol sedimen dan cairan
menjadi kira-kira 1-2 ml
d. kocoklah tabung untuk meresuspensikan sedimen
e. Dengan menggunakan pipet tetes taruhlah 2 tetes sedimen terpisah ke atas sebuah
obyek glass dan tutuplah masing-masing dengan dect glass
f. Turunkanlah kondensor mikroskip atau kecilkan diafragma, kemudian periksalah
sedimen itu dengan obyektif kecil (10 X)
g. Periksalah kemudian sedimen itu dengan obyektif besar (40X)
h. Hitung dalam 10 lapangan pandang
i. Cara melaporkan urin pemeriksaan sedimen urin
Leukosit dan eritrosit dilaporkan jumlah rata-rata per LPK (Lapangan
Pandang Besar) dengan objek 40 x
Epitel dan Silinder dilaporkan jumlah rata-rata per LPK (Lapangan Pandang
Kecil) dengan objektf 10x
Unsur-unsur dan Kristal-kristal dilaporkan per LPK dengan keterangan
□ (-) Tidak Ada
□ (+) Ada
□ (++) Banyak
□ (+++) Banyak Sekali
Sesi diskusi dan evaluasi dilakukan per kelompok dengan dipandu oleh seorang
instruktur.Seorang mahasiswa ditunjuk untuk menyiapkan diri memimpin diskusi tentang
topik yang sedang dibahas. Beberapa hal yang bisa didiskusikan antara lain prinsip kerja
pemeriksaan metode cepat Fantus, bagaimana interpretasi data hasil pemeriksaan,
bagaimana reaksi kimia yang terjadi dan sebagainya.
A. PENDAHULUAN
1. Pemeriksaan Secara Mikroskopis
Pemeriksaan sedimen urin termasuk pemeriksaan rutin. Urin yang dipakai untuk itu
ialah urin segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet, sebaiknya formalin.
Yang paling baik untuk pemeriksaan sediment ialah urin pekat, yaitu yang mempunyai
berat jenis 1023 atau lebih tinggi, urin yang pekat leboh mudah didapat bila memakai
urin pagi sebagai bahan pemeriksaan. Pada pemeriksaan ini diusahakan menyebut
hasil pemeriksaan secara semikuantitatif dengan menyebutkan jumlah unsur sediment
yang bermakna perlapangan penglihatan.
Perhatikan dulu dengan mata mata belaka ada tidaknya sediment dalam botol
penampung urin. Jika ada catatlah jumlah dan rupanya. Jika ingin segera mengetahui
jenis sedimen itu, kocoklah botol urin dan tuanglah sebagian urin itu kedalam tabung
reaksi. Fosfat-fosfat yang mengendap dalam lingkungan lindi akan larut jika diberi
jumlah kecil asam acetat encer. Sedimen yang tersusun dari urat-urat dalam
lingkungan asam akan larut oleh pemanasan sampai kira-kira 50 o C.
1). Unsur organik seperti : ( sel epitel, leukosit, eritrosit, silindris (Hialin, Granula, lilin,
eritrosit, leukosit), oval fat bodies, benang lendir, sperma.
2). Unsur anorganik berasal dari makanan (bukan dari jaringan) seperti : bahan
amorf : urin (urin asam) dan fosfat (urin basa), kristal dalam urin normal :
a). Urin asam : Asam urat, natrium urat, casulfat
b). Urin netral : Ca-oksalat, asam hipurat, triplelfosfat.
d. Gambar-Gambar Sedimen Urine
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan urin metode stik dan sedimen urin.
D. CARA KERJA
1. METODE MIKROSKOPIS (PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN)
a. Botol sisa pemeriksaan urin metode stik dicampurkan dulu agar sedimen tercampur
dengan cairan atas.
b. Dimasukkan dalam tabung centrifuge 7-8 ml urin dan dipusingkan selama 5 menit
pada 1500 – 2000 rpm
c. Cairan diatas dibuang dibuang dengan gerakan cepat agar vol sedimen dan cairan
menjadi kira-kira 1-2 ml
d. kocoklah tabung untuk meresuspensikan sedimen
e. Teteskan 1 tetes urin diatas objekglass, tambahkan 1 tetes cat sternheimer malbin
f. tutuplah dengan dect glass
g. Turunkanlah kondensor mikroskip atau kecilkan diafragma, kemudian periksalah
sedimen itu dengan obyektif kecil (10 X)
h. Periksalah kemudian sedimen itu dengan obyektif besar (40X)
i. Hitung dalam 10 lapangan pandang
j. Cara melaporkan urin pemeriksaan sedimen urin
Leukosit dan eritrosit dilaporkan jumlah rata-rata per LPK (Lapangan
Pandang Besar) dengan objek 40 x
Epitel dan Silinder dilaporkan jumlah rata-rata per LPK (Lapangan Pandang
Kecil) dengan objektf 10x
Unsur-unsur dan Kristal-kristal dilaporkan per LPK dengan keterangan
□ (-) Tidak Ada
□ (+) Ada
□ (++) Banyak
□ (+++) Banyak Sekali
A. PENDAHULUAN
1. Pemeriksaan Urin Narkoba
Deteksi dari senyawaan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif (Narkoba)
menggunakan sampel hasil metabolit sekunder manusia (urine, darah, rambut, dan
kuku) memiliki peranan yang sangat penting dalam bidang toksikologi forensik
terutama dalam hal memberikan informasi riwayat penyalahgunakan narkotika. Obat-
obatan tersebut dapat terdeteksi beberapa jam setelah konsumsi terakhir . Narkoba
merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif berbahaya
lainnya, yaitu bahan atau zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia, baik ecara
diminum, dihirup maupun disuntikan dapat mengubah pikiran. perasaan dan juga
prilaku seseorang dan lebih jauh lagi narkoba akan dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan psikologis. Penyalahgunaan narkotika merupakan salah
satu masalah pemerintah yang perlu mendapatkan perhatian serius dari semua
pihak. Hal ini dibuktikan dengan smakin meningkatkan kasus narkotika yang
dilaporkan oleh berbagai media. Dalam hal pemeriksaan jenis narkotika ini maka
perlu dicari metode-metode yang cukup teruji yang dapat menganalisa narkotika
tersebut dengan hasil yang optimal.
Telah dilakukan Pemeriksaan Narkotika jenis ganja dan sabu - sabu terhadap
Pengguna Narkoba mengunakan sampel urine. Urine merupakan senyawa hasil
metabolit yang dihasilkan oleh manusia yang mengandung protein tempat terikatnya
zat – zat asing didalam tubuh manusia. Dengan bertambahnya waktu,
perkembangan kejahatan narkotika semakin meningkat dan harus diselaraskan
dengan perkembangan metode pemeriksaan secara ilmiah yang cepat dan akurat
sehingga perlu mengembangkan metode – metode sederhana yang baru dalam
menghasilkan model pemeriksaan narkotika yang akurat. Penelitian ini dilakukan
secara kualitatif. Preparasi urine dilakukan secara simultan menggunakan Kloroform.
Ganja (Cannabinoid) dideteksi dengan menggunakan reagens Fast Blue Test Salt B
menghasilkan endapan ungu, Sabu – sabu (amphetamine) dideteksi menggunakan
Marquist Test yang juga menghasilkan endapan ungu. Hasil uji pendahuluan ini
dikonfirmasi dengan KLT dan instrument Gas Chromatography Spektroskopy Massa
(GCMS). Hasil pemeriksaan menunjukkan Negatif sampel urine mengandung Ganja
dan Sabu – sabu dan Positif pada sampel standard (0,2 ng/ml)
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan urin metode stik dan sedimen urin.
D. CARA KERJA
1. Mtode Pemeriksaan Narkoba
a. Kumpulkan urin segar/pagi tanpa centrifuge, campur dengan baik dalam wadah
yang bersih dan kering sebelum digunakan
b. Celupkan strip tersebut ke dalam urin sampai tanda maxsimal pada stik
c. Tunggu strip selama 15 menit sampai urin dan reagen yang ada di stik menunjukan
perubahan rambatannya menuju control ataupun tes
d. pembacaannya :
□ Positif : jika terdapat strip dua diantara control dan tes
□ Negatif : Jika terdapat strip satu pasa tesnya
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan ureum pada sempel darah (serum)
D. Cara Kerja
3. Metode Colorimetri test
a. Masukkan kedalam kuvet
Standar Pemeriksaan
Standar ( µ ) 10 -
Serum (µ) - 10
(R1 + R3) 100 : 1 (µ ) 1000 1000
1. TUJUAN
2. BENTUK PEMBELAJARAN
a. Responsi merupakan ujian praktikum
b. Responsi dilakukan dengan praktik, bukan dengan tertulis/ lisan
3. KRITERIA PENILAIAN
a. Penilaian diperoleh dari: ketepatan dalam pemilihan alat pemeriksaan, kemahiran dalam
penggunaan alat, ketepatan prosedur pemeriksaan, ketelitian hasil dan ketepatan hasil
b. Nilai responsi masuk dalam penilaian praktikum
PERTEMUAN 27 & 28
RESPONSI UJIAN TULIS
1. TUJUAN
2. BENTUK PEMBELAJARAN
a. Responsi merupakan ujian praktikum
b. Responsi dilakukan dengan praktik, bukan dengan tertulis/ lisan
3. KRITERIA PENILAIAN
a. Penilaian diperoleh dari: ketepatan dalam pemilihan alat pemeriksaan, kemahiran dalam
penggunaan alat, ketepatan prosedur pemeriksaan, ketelitian hasil dan ketepatan hasil
b. Nilai responsi masuk dalam penilaian praktikum
DAFTAR REFERENSI