Anda di halaman 1dari 60

PANDUAN PRAKTIKUM

PRAKTIK NON KLINIS

BLOK XII MANAJEMEN LABORATORIUM


KODE MODUL TLM 6124 SEMESTER VI
CETAKAN I REVISI KE-0
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK JENJANG DIPLOMA 4
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

PENYUSUN:

Nazula Rahma Shafriani, S.Si., M.Biomed.


Titin Aryani, S.Si., M.Sc.
Rizky Akbar Assalamy, S.Tr.Kes.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK JENJANG DIPLOMA 4


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA


JL. RING ROAD BARAT NO. 63 MLANGI, NOGOTIRTO, GAMPING, SLEMAN, D.I.
YOGYAKARTA
2019

1 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
HALAMAN PENGEAHAN

PANDUAN PRAKTIKUM
PRAKTIK NON KLINIS
BLOK XII MANAJEMEN LABORATORIUM
KODE MODUL TLM 6124 SEMESTER VI
CETAKAN I REVISI KE-0
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK JENJANG DIPLOMA 4
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

PENYUSUN:

Nazula Rahma Shafriani, S.Si., M.Biomed.


Titin Aryani, S.Si., M.Sc.
Rizky Akbar Assalamy, S.Tr.Kes.

DISAHKAN:
DI YOGYAKARTA
TANGGAL : 8 Februari 2019

OLEH:
KETUA PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

Isnin Aulia Ulfah Mu’awanah, S.Si., M.Sc.


NIP. 15.04.291

2 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dapat


menyusun modul Praktik Non Klinis sebagai upaya untuk mendukung pembelajaran
mencapai kompetensi melakukan pemeriksaan laboratorium suatu produk atau sampel
dengan hasil pemeriksaan yang valid, reliable, dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai
dengan standar yang berlaku. Metode pembelajaran meliputi praktik di laboratorium, diskusi,
dan evaluasi.
Modul ini berisi tentang pemeriksaan makanan dan minuman serta interpretasi hasil
pemeriksaan laboratorium untuk makanan dan minuman. Selain itu juga berisi tentang
petunjuk melaksanakan praktikum dalam rangkaian kegiatan di laboratorium. Modul ini
diperuntukkan bagi mahasiswa D4 Teknologi laboratorium medik semester 6 reguler.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ketua Universitas 'Aisyiyah
Yogyakarta, Ketua Prodi D4 Teknologi laboratorium medik dan semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan modul ini. Semoga dapat menjadi panduan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran dan mendukung tercapainya profil lulusan prodi D4
Teknologi laboratorium medik serta bermanfaat bagi kita semua. aamin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, Februari 2019

Tim Penyusun

3 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. 1


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................ 2
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 4
A. Tata Tertib Praktikum ............................................................................................. 5
B. Aturan Keselamatan ............................................................................................... 6
C. Penulisan Laporan ................................................................................................. 7
D. Deskripsi .............................................................................................................. 12
E. Pembelajaran Praktikum ...................................................................................... 13
F. Evaluasi Pembelajaran Praktikum ........................................................................ 14
G. Acara Praktikum ................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 60

4 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
A. TATA TERTIB PRAKTIKUM

Peraturan dalam kegiatan praktikum praktik non klinis adalah sebagai berikut:

1. Setiap mahasiswa WAJIB HADIR pada semua acara praktikum (kehadiran 100%)
2. Tidak ada inhal (pengganti praktikum), usahakan jaga kesehatan dengan baik
3. Kelompok praktikan wajib membawa kertas label, tissue, hanscoon, hand sanitizer,
masker dan lap meja.
4. Toleransi keterlambatan datang 15 menit
5. Letakkan tas dan benda-benda lain (HP dll) yang tidak diperlukan dalam praktikum
pada tempat yang telah disediakan
6. Mahasiswa WAJIB mengenakan APD lengkap (jas laboratorium, masker, dan
gloves) selama praktikum berlangsung.
7. Dilarang melakukan aktivitas makan dan minum di dalam laboratorium
8. Mahasiswa WAJIB membuat skema/bagan alir praktikum sebelum praktikum
berlangsung
9. PJ praktikan dan instruktur WAJIB berkoordinasi untuk memastikan kesiapan alat
dan bahan praktikum minimal sehari sebelumnya.
10. Mahasiswa WAJIB membawa sampel sendiri
11. Mahasiswa WAJIB menulis alat yang digunakan pada form yang disediakan
12. Mahasiswa WAJIB mengembalikan alat yang digunakan di hari itu juga
13. Mahasiswa WAJIB mempelajari panduan praktikum sebelum praktikum berlangsung
14. Mahasiswa WAJIB berdo’a dan membaca hafalan surat sebelum praktikum dimulai
15. Mahasiswa WAJIB menyerahkan hasil praktikum sementara kepada instruktur
praktikum untuk disahkan, setiap kali selesai praktikum
16. Laporan praktikum WAJIB ditulis individu diketik di kertas HVS 80 gr.
17. Kegiatan praktikum wajib dilaksanakan dengan tenang.
18. Setelah kegiatan praktikum, praktikan wajib membersihkan meja, kursi, lantai, meja
dan ruang penimbangan serta ruangan lab.
19. Mahasiswa WAJIB mematikan semua peralatan yang terhubung dengan listrik dan
tidak lupa mencuci tangan dengan desinfektan sebelum meninggalkan laboratorium
20. Kegiatan praktikum wajib diakhiri dengan berdo’a.

5 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
B. ATURAN KESELAMATAN

Laboratorium dapat menjadi tempat yang berbahaya. Tetapi dengan perhatian yang
seksama dan teknik-teknik tertentu, laboratorium tidak lebih dari suatu ruangan kuliah biasa.
Kebanyakan tindakan keselamatan hanyalah berupa praktek akal sehat belaka.
1. Selalu memakai sepatu dan jas laboratorium
2. Dilarang makan, minum, dan merokok kapan saja di laboratorium
3. Harus tahu dimana dan bagaimana menggunakan peralatan pertolongan pertama dan
pemadam api
4. Anggap semua bahan kimia berbahaya, kecuali yang sudah diberitahu
5. Bila kulit atau mata kena bahan kimia segera cuci dengan air yang banyak, kemudian
laporkan ke instruktur
6. Jangan sekali-kali mencium langsung uap atau gas. Bila diperlukan mencium sesuatu,
kibaskan sedikit uap dengan telapak tangan ke hidung
7. Reaksi kimia yang berbahaya atau menimbulkan bau tidak sedap harus dilakukan dalam
lemari asam
8. Jangan mengarahkan mulut tabung reaksi yang sedang dipanaskan ke orang lain atau
anda sendiri
9. Bila mengencerkan asam, asam yang harus dituangkan ke dalam air, bukan air ke dalam
asam karena panas pencampuran dapat mendidihkan air dan asam memercik keluar
10. Bila memasukkan tabung gelas atau termometer ke dalam tutup karet basahi dulu
tabung dan lubang karet dengan air atau gliserol. Pegang kaca dengan kain handuk
sedekat mungkin ke arah karet dan putar sedikit demi sedikit sambil mendorong masuk
11. Bersihkan pecahan kaca dengan segera
12. Kebanyakan bahan kimia seperti alkohol, aseton, dan eter sangat mudah terbakar.
Jangan digunakan dekat api
13. Jangan sekali-kali melakukan percobaan yang tidak disuruh
14. Perhatikan aturan keselamatan yang disebutkan pada tugas sebelum praktikum di
setiap percobaan
15. Laporkan pada instruktur dengan segera bila terjadi kecelakaan

Mengetahui, Yogyakarta, Februari 2019


Ketua Prodi Teknologi Laboratorium Medik Koordinator Praktik Non Klinis

(Isnin Aulia Ulfah Mu’awanah, S.Si., M.Sc) (Nazula Rahma Shafriani, S.Si., M.Biomed.)
NIP. 8009151504291 NIP. 9108281810474

6 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
C. TATA CARA PENULISAN LAPORAN

Tata cara penulisan laporan praktikum Praktik Non Klinis menggunakan


aturan tata tulis ilmiah. Laporan praktikum praktik non klinis dikonsultasikan dan disetujui
oleh Dosen Pembimbing, Koordinator PKL, dan Ketua Prodi. Laporan praktikum dijilid
dengan sampul lunak (soft cover).

A. KERTAS, SAMPUL DAN PENGETIKAN


1. Kertas dan Ukuran
Laporan praktikum praktik non klinis diketik di atas kertas HVS 80 miligram,
berwarna putih, ukuran A4 (21 x 29,7 cm).
2. Sampul Depan dan Penjilidan
Laporan Kunjungan Industri dijilid soft cover dengan warna sampul depan
berwarna kuning muda. Halaman cover diketik menggunakan tipe huruf Times New
Roman ukuran huruf 14 pt.
3. Spasi Pengetikan
Batang tubuh (bagian isi) laporan praktikum Praktik Non Klinis ditulis dengan
jarak antar baris adalah 1,5 (satu setengah) spasi. Khusus untuk judul tabel dan judul
gambar yang terdiri atas dua baris atau lebih, jarak antar baris adalah satu spasi.
Pada daftar pustaka, jarak antar baris dalam satu pustaka adalah satu spasi,
sedangkan jarak antar pustaka adalah dua spasi.
4. Batas Margin Pengetikan
Naskah laporan Kunjungan Industri diketik rata kiri dan kanan dengan batas
margin pengetikan naskah ditentukan sebagai berikut:
Margin Atas : 3 cm
Margin Bawah : 3 cm
Margin Kiri : 4 cm
Margin Kanan : 3 cm
5. Pengetikan Alinea Baru
Pengetikan alinea baru dimulai pada ketukan keenam dari margin kiri atau
pengetikan masuk ke dalam (menjorok) sekitar 1 cm dari margin kiri.
6. Pengetikan dan Penomoran Bab dan Sub-bab
Nama bab diketik dengan huruf kapital ukuran 14 pt dengan jarak 3 cm dari
tepi atas kertas. Nomor urut bab ditulis dengan huruf romawi dan ditulis ditengah-
tengah kertas di atas nama bab. Pengetikan nama sub-bab dan nomor sub-bab

7 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
dimulai dari tepi kiri dengan menggunakan menggunakan angka. Nama bab dan
sub-bab diketik dengan huruf tebal. Setiap bab tidak boleh lebih dari 3 (tiga) anak
sub-bab atau 4 (empat) digit. Apabila pada kondisi tertentu harus menggunakan
lebih dari 3 anak sub-bab, maka penomorannya disesuaikan dengan bentuk tulisan
dan konsisten.

B. FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIK NON KLINIS


Laporan Praktikum Praktik Non Klinis bagi mahasiswa jenjang D4 di
lingkungan Program Studi Analis Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, ditulis
dalam Bahasa Indonesia baku yang baik dan benar, serta disusun dengan format
penulisan sebagai berikut:

1. HALAMAN JUDUL
a. Logo UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA (berwarna)
b. Nama praktikan
c. Nomor Induk Mahasiswa
d. Golongan/Kelompok
e. Nama instruktur
Contoh format :

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIK NON KLINIS


18-23 FEBRUARI 2019

Nama :
NIM :
Gol./Kelompok :
Instruktur :

PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS D4


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019

8 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

2. Halaman isi
Laporan dibuat per materi praktikum, kemudian digabungkan menjadi satu.
a. Judul praktikum
Merupakan label yang berisi tidak lebih dari 15 kata dan mencerminkan semua
hal yang dilakukan, jelas, singkat, dan informatif.
b. Tujuan
Berisi pernyataan kalimat yang menjelaskan tujuan acara praktikum yang
dilakukan.
c. Dasar teori
Berisi telaah materi seputar acara parktikum yang telah dikerjakan. Wajib
disertakan acuan/sitasi yang relevan dari sumber ilmiah terpercaya sesuai
dengan kaidah baku penulisan sistem nama dan tahun. Tidak diperkenankan
mensitasi Wikipedia atau blog atau plagiatisme.
d. Metode
1. Waktu dan Tempat, ditulis dalam bentuk paragraf
2. Alat, ditulis dalam bentuk paragraf dan dibuat kalimat pasif
3. Bahan, ditulis dalam bentuk paragraf dan dibuat kalimat pasif
4. Cara kerja, ditulis dalam bentuk paragraf (bukan bagan alir), dikelompokkan
sesuai tahapan langkah kerja dan dibuat kalimat pasif.
e. Hasil dan pembahasan
1. Hasil, berupa sajian data praktikum berupa tabel atau gambar. Judul tabel
diletakkan pada atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah
gambar.
2. Pembahasan, berisi uraian singkat dan ilmiah dari hasil praktikum serta
dibandingkan dengan teori yang relevan.

f. Kesimpulan
Berupa pernyataan (paragraph) yang merupakan simpulan dari hasil dan
pembahasan yang disesuaikan dengan tujuan praktikum.

g. Daftar pustaka
Berisi pustaka acuan yang digunakan dalam penyusunan laporan
praktikum.Memuat minimal 2 pustaka pustaka dari jurnal. Pustaka diperoleh dari
textbook, jurnal, maupun sumber ilmiah dari internet.

Contoh :

9 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
Sumber buku :
Baron, D.N. 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik edisi 4. Penerbit EGC. Jakarta.
Boehringer, M. 1993. Pemantapan Kualitas Cara Mengatasi Kesulitan (Trouble
Shooting) Cetakan 3. Boehringer Mannheim Indonesia. Jakarta.

Artikel jurnal :
Cartlidge, J. 2012. Crossing boundaries: Using fact and fiction in adult learning. The
Journal of Artistic and Creative Education. 6(1):94-111.

Prosiding seminar/conference:
Suyanto, E.,S. Ratnakomala, Fahrurrozi, MN Sari, NF Gusmawati, P. Lisdiyanti.
2011. Bacterial induced carbonate precipitation by biogrouting bacteria for sand
biocementation. Proceeding in National Seminar for Applied Chemistry of
Indonesia 2011. 24 Mei 2011. ISSN : 2088-9828.

10 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
FORMAT FORMULIR HASIL PRAKTIKUM SEMENTARA

HASIL PRAKTIKUM SEMENTARA


PRAKTIKUM PRAKTIK NON KLINIS
PRODI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

Nama

Kelompok/ NIM

Hari,Tanggal

Judul Praktikum

Hasil Praktikum

Instruktur

(........................................)

11 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
D. DESKRIPSI

Praktikum ini berisi tentang praktik non klinis, terdiri dari 23 kali praktikum, 1 kali
review, dan 2 kali evaluasi. Adapun kegiatan praktikum meliputi: pembuatan larutan,
pemeriksaan vitamin C, pemeriksaan gula reduksi, pemeriksaan kadar besi, kadar air, uji
keasaman susu, pemeriksaan asam lemak bebas dan peroksida, pembuatan media agar,
pemeriksaan angka iod, pemeriksaan kadar klorida, pengujian bakteri, pemeriksaan benzoat
kualitatif, pemeriksaan salisilat dan sakarin, pemeriksaan laktosa dalam susu, dan hitung
koloni bakteri metode cawan.

12 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
E. PEMBELAJARAN PRAKTIKUM

Pembelajaran praktikum dilaksanakan di Laboratorium dengan distribusi sebagai


berikut:
Pertemuan Acara Metode
1 dan 2 Pembuatan Larutan 1 Praktikum
3 dan 4 Pembuatan Larutan 2 Praktikum

5 dan 6 Pemeriksaan vitamin C Praktikum

7 Pemeriksaan gula reduksi Praktikum

8 Pemeriksaan Kadar Besi Praktikum

9 Pemeriksaan Kadar Air Praktikum

10 Uji derajat asam susu Praktikum

11 dan 12 Pemeriksaan asam lemak bebas dan peroksida Praktikum

13 Pembuatan Media Praktikum

14 Pemeriksaan angka iod Praktikum

15 Pemeriksaan kadar klorida Praktikum

16 Penanaman bakteri Praktikum

17 dan 18 Pemeriksaan benzoat kualitatif Praktikum

19 Pemeriksaan salisilat kualitatif Praktikum

20 Pemeriksaan sakarin Praktikum

21 dan 22 Pemeriksaan Laktosa Dalam Susu Praktikum

23 Hitung koloni bakteri metode cawan Praktikum

24 Review Hasil Praktikum Praktikum

25 Evaluasi praktikum 1-11 Evaluasi Lisan

26 Evaluasi praktikum 12-23 Evaluasi Lisan

13 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
F. EVALUASI & PENILAIAN PRAKTIKUM

Evaluasi praktikum berisi tentang diskusi mengenai materi yang menjadi bahan
praktikum, meliputi: pembuatan larutan, pemeriksaan vitamin C, pemeriksaan gula reduksi,
pemeriksaan kadar besi, kadar air, uji keasaman susu, pemeriksaan asam lemak bebas dan
peroksida, pembuatan media agar, pemeriksaan angka iod, pemeriksaan kadar klorida,
pengujian bakteri, pemeriksaan benzoat kualitatif, pemeriksaan salisilat dan sakarin,
pemeriksaan laktosa dalam susu, dan hitung koloni bakteri metode cawan. Adapun penilaian
pada praktikum Praktik Non Klinis ini adalah sebagai berikut:

1. Penilaian Softskills
Skor
Hasil
Aspek Sangat Rata-
No Kurang Cukup Baik Konversi
Baik rata Skor
Pengamatan Nilai
Softskills
1 2 3 4 Softskills

1 Being on time
2 Memakai jas lab
sebelum
memasuki
laboratorium
3 Team work
4 Sabar, teliti, tidak
tergesa-gesa,
percaya diri dan
tidak gugup
Jumlah Skor

Keterangan:
SangatBaik (SB)/ 4 selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.
sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan
Baik (B)/3
dan kadang-kadang tidak melakukannya.
kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering
Cukup (C) / 2
tidak melakukannya.
Kurang (K)/1 tidak pernah, apabila tidak pernah melakukannya

14 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
2. Penilaian Hardskills
Skor
Hasil
Sangat Rata-
No Aspek Pengamatan Kurang Cukup Baik Konversi
rata Skor
Baik Nilai
Softskills
1 2 3 4 Softskills

1 Kesiapan
melaksanakan
praktikum
2 Ketrampilan dan
ketelitian dalam
merakit alat/ bahan
yang akan digunakan
3 Sistematika dalam
melakukan percobaan
4 Ketelitian dalam
melakukan
pengamatan dan
percobaan
5 Ketepatan data hasil
pengamatan
6 Kebersihan, kerapihan
dan keamanan kerja
Jumlah Skor

Keterangan:
SangatBaik (SB)/ 4 selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.
sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan
Baik (B)/3
dan kadang-kadang tidak melakukannya.
kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering
Cukup (C) / 2
tidak melakukannya.
Kurang (K)/1 tidak pernah, apabila tidak pernah melakukannya

1. Penilaian Laporan Praktikum


Skor
Bobot Sangat
No Aspek Pengamatan Kurang Cukup Baik
(%) Baik
1 2 3 4
1 Judul Praktikum 5
2 Tujuan Praktikum 5

15 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
3 Dasar Teori 20
4 Metode 10
5 Hasil 15
6 Pembahasan 25
7 Kesimpulan 10
8 Daftar Pustaka 10
Jumlah Skor 100

Keterangan:
Judul: ditulis lengkap; sesuai dengan panduan dan kegiatan
praktikum
Tujuan: ditulis lengkap, sesuai dengan panduan dan
kegiatan praktikum
Dasar teori: relevan dengan judul praktikum dan kegiatan
praktikum; dilengkapi dengan adanya sitasi
Metode: ditulis lengkap (alat, bahan dan cara kerja) dan
relevan dengan kegiatan praktikum di laboratorium
Sangat Baik (SB)/ 4
Hasil: ditulis secara lengkap dan relevan dengan hasil
=
kegiatan praktikum
Pembahasan: mengacu pada 5 pustaka yang relevan
dengan judul praktikum; 5 pustaka yang menjadi acuan
dalam pembahasan sesuai dengan yang tercantum dalam
daftar pustaka
Kesimpulan: menjawab tujuan praktikum dan relevan
dengan pembahasan dalam laporan
Daftar pustaka: terdiri dari 3 pustaka berbahasa indonesia
dan 2 pustaka berbahasa inggris
= Judul: tidak ditulis lengkap, tetapi sesuai dengan panduan
dan kegiatan praktikum
Tujuan: tidak ditulis lengkap, tetapi sesuai dengan panduan
dan kegiatan praktikum
Dasar teori: relevan dengan judul praktikum dan kegiatan
praktikum, tetapi tidak dilengkapi dengan sitasi
Metode: ditulis secara lengkap (alat, bahan dan cara kerja),
tetapi tidak relevan dengan praktikum di laboratorium
Baik (B)/3 Hasil: tidak ditulis secara lengkap, tetapi relevan dengan
kegiatan praktikum
Pembahasan: mengacu pada 5 pustaka yang relevan
dengan judul praktikum; 3 pustaka yang menjadi acuan
dalam pembahasan sesuai dengan yang tercantum dalam
daftar pustaka
Kesimpulan: menjawab tujuan praktikum, tetapi tidak
relevan dengan pembahasan dalam laporan
Daftar pustaka: terdiri dari 3 pustaka berbahasa indonesia
dan 1 pustaka berbahasa inggris
Judul: ditulis lengkap, tetapi tidak sesuai dengan panduan
dan kegiatan praktikum
Cukup (C) / 2 =
Tujuan: ditulis lengkap; tetapi tidak sesuai dengan acara
praktikum

16 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
Dasar teori: tidak relevan dengan judul praktikum dan acara
praktikum tetapi dilengkapi dengan sitasi
Metode: tidak ditulis lengkap (alat, bahan dan cara kerja),
tetapi sesuai dengan realita di laboratorium
Hasil: ditulis secara lengkap tetapi tidak relevan dengan
kegiatan praktikum
Pembahasan: ditulis lengkap; disertai dengan acuan 3
pustaka yang relevan dengan judul praktikum; 2 pustaka
yang menjadi acuan dalam pembahasan sesuai dengan
yang tercantum dalam daftar pustaka
Kesimpulan: menjawab tujuan praktikum; kesimpulan tidak
relevan dengan data hasil praktikum tetapi relevan dengan
pembahasan

Daftar pustaka: terdiri dari 3 pustaka berbahasa indonesia

Judul: tidak ditulis lengkap dan tidak sesuai dengan panduan


=
serta kegiatan praktikum
Tujuan: tidak ditulis lengkap dan tidak sesuai dengan acara
praktikum
Dasar: teori tidak relevan dengan judul praktikum dan acara
praktikum dan tidak dilengkapi dengan sitasi
Metode: tidak ditulis lengkap (alat, bahan dan cara kerja) dan
tidak sesuai dengan realita di laboratorium
Kurang (K)/1 Hasil: tidak ditulis secara lengkap dan tidak relevan dengan
kegiatan praktikum
Pembahasan: ditulis lengkap; tetapi tidak disertai dengan
acuan pustaka yang relevan dengan judul praktikum
Kesimpulan: tidak menjawab tujuan praktikum dan
kesimpulan tidak relevan dengan data hasil praktikum dan
pembahasannya
Daftar pustaka: terdiri dari 2 pustaka berbahasa indonesia

17 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
G. ACARA PRAKTIKUM

PERTEMUAN 1 DAN 2
PEMBUATAN LARUTAN 1

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu membuat larutan yang
digunakan dalam pemeriksaan

B. Alat
Alat- alat yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: neraca analitik,
bunsen, labu ukur, cawan porselen, gelas beaker, buret, pipet tetes, labu erlenmeyer,
pipet ukur 5 ml dan 10 ml, pipet volumetrik 25 ml, botol gelap 1 liter.

C. Bahan
Bahan yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: amilum, iodium,
natrium tiosulfat, indikator amilum, HCl, kristal KI, NaOH, asam oksalat, indikator PP,
AgNO3, K2CrO4, CuSO4.5H2O, asam sitrat, Na2CO3 10H2O.

D. Cara Kerja
1. Pembuatan larutan 1
a. Pembuatan amylum 1%: Timbang 1 gr amilum dengan neraca teknis. Lalu
larutkan dengan 5 ml aquades dan tuangkan ke dalam 95 ml aquades yang
baru berhenti mendidih, lalu homogenkan, biarkan mendingin ketika larutan
menjadi jernih.
b. Pembuatan larutan Iodium 0,01 N, 500 ml: Membuat larutan iodium 0,01 N,
500 ml: timbang 1,2409 gr + 2 gr KI, masukkan kedalam gelas beker dan
tambahkan 100 ml aquades, homogenkan. Masukkan kedalama labu ukur
500 ml dan tambahkan aquades sampai tanda batas, homogenkan.
c. Standarisasi larutan iodium 0,01 N dengan Natrium tiosulfat 0,1 N:
Siapkan buret dan isi dengan larutan Natrium tiosulfat yang sudah
distandarisasi/ dibakukan. Pipet 25 ml larutan iodium, pindahkan dalam
Erlenmeyer dan tambahkan 75 ml aquades. Titrasi hingga berwarma kuning
pucat. Tambahkan 5 tetes indilkator amilum, homogenkan. Titrasi kembali
hingga warna biru larutan tepat menghilang. Catat volume hasil titrasi. Ulangi
titrasi diatas sebanyak 3x.

18 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
d. Standarisasi Natrium tiosulfat 0,1 N dengan kalium dikromat (K2Cr2O7):
Siapkan buret dan isi dengan larutan Natrium tiosulfat. Pipet 25 ml K2Cr2O7
masukkan ke dalam erlenmenyer. Tambahkan 25 ml aquades.
Menambahkan HCl 4 N, 25 ml. Masukkan 2 gr kristal KI ke dalam labu
erlenmenyer segera tutup dengan tutup asah. Titrasi perlahan hingga menjadi
kuning teh. Tambahkan 1 ml amylum 1%. Titrasi hingga menjadi hijau toska.
Catat volume hasil titrasi. Ulangi titrasi diatas sebanyak 3x.
e. Standarisasi NaOH 0,1 N: Siapkan buret dan isi dengan NaOH. Pipet 25 ml
asam oksalat (H2C2O2) 0,1 N ke dalam erlenmenyer, tambahkan 25 ml
aquades dan 3 tetes indikator PP. titrasi dengan larutan NaOH sampai
berwarna rose setipis mungkin.
f. Standarisasi AgNO3: Siapkan buret dan isi dengan AgNO3. Pipet 25 ml Nacl
0,05 N ke dalam erlenmenyer. Pipet K2CrO4 0,2 M sebanyak 2 ml. titarsi
dengan AgNO3 sampai terbentuk warna merah maron
g. Pembuatan larutan luff Schoorl:
a. Larutan A: timbang 25 gr CuSO4.5H2O dilarutkan dalam 100 ml akuades
b. Larutan B: 50 gr asam citrate dilarutkan dalam 50 ml akuades
c. 143,8 gr Na2CO3 10H2O dilarutkan dalam 400 ml akuades panas
d. Larutan B dimasukan kedalam larutan C sedikit demi sedikit, kemudian
masukkan larutan A sedikit demi sedikit sambal diaduk, tambahkan
aquades hingga 1000 ml, diamkan semalam. Saring larutan.

19 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN 3 DAN 4
PEMBUATAN LARUTAN 2

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu membuat larutan yang
digunakan dalam pemeriksaan

B. Alat
Alat- alat yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: neraca analitik,
bunsen, labu ukur, cawan porselen, gelas beaker, buret, pipet tetes, labu erlenmeyer,
pipet ukur 5 ml dan 10 ml, pipet volumetrik 25 ml, botol gelap 1 liter, termometer.

C. Bahan
Bahan yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: Zn acetat 2H2O,
K4Fe(CN)6. 3H2O, NH2OH.HCl, NH4C2H3O2, asam asetat glasial, fenantrolin
monohidrat, HCl pekat, H2SO4 pekat, Fe(NH4)2(SO4).6H2O, KMnO4, indikator PP,
etanol 95%, KOH, aquades.

D. Cara Kerja
a. Larutan Carrez 1 : 21,6 gr Zn acetat 2H2O dilarutkan dengan aquades yang
mengandung 3 ml asam glassial sampai 100 ml
b. Larutan Carrez 2 : 10,6 gr K4Fe(CN)6. 3H2O dilarutkan dengan aquades
sampai 100 ml
c. Larutan hidroksilamin hidrokhlorida: larutakan 10 gr NH2OH.HCl dalam
100 ml aquades
d. Larutan buffer ammonium asetat: larutkan 250 gr NH4C2H3O2 dalam 150
ml aquades. Tambahkan 700 ml asam asetat glasial. Encerkan sampai 1 liter
dengan aquades.
e. Larutan fenantrolin: larutkan 0,1 gr 1,10 fenantrolin monohidrat
(C12H8N2HO.H2O) dalam 100 ml aquades. Panaskan sampai 80° C, tidak
boleh mendidih. Bila tidak dipanaskan tambahkan 2 tetes HCl pekat.
f. Larutan Standar Besi: tambahkan 20 ml H2SO4 pekat kedalam 50 ml
aquades dan larutkan 1,404 gr ferro ammonium sulfat (Fe(NH4)2(SO4).6H2O.
tambahkan beberapa tetes larutan KMnO4 0,1 N sampai warna sedikit merah
muda. Encerkan menjadi 1000 ml didalam labu ukur.

20 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
g. Pembuatan indicator Phenolphtalein: Pembuatan Indikator Phenolphtalein
(PP)Timbang 0,5 gram Phenolphtalein, kemudian larutkan dalam 100 ml
etanol 95%.
h. Pembuatan Alkohol Netral: Masukkan alkohol 95% ke dalam erlenmeyer,
setelah itu diteteskan 2-3 tetes indikator Phenolphtalein (PP). Titrasi dengan
KOH 0,1 N hingga netral / pH 7 (terbentuk sedikit warna merah).

21 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN 5 DAN 6
PEMERIKSAAN VITAMIN C

A. Pendahuluan
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
kita dengan fungsi untuk biosintesis kolagen, karnitin dan neurotransmitter. Terdapat
dua jenis vitamin yaitu vitamin larut dalam air (B1, B2, B3, B5, B6, B11, B12, H dan C) dan
vitamin larut dalam lemak (A, D, E dan K). Vitamin C adalah salah satu vitamin yang
larut dalam air. Dari semua jenis vitamin yang ada, Vitamin C atau sering disebut
asam askorbat merupakan vitamin yang paling mudah rusak. Vitamin C sangat
mudah larut dalam air, mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas,
sinar, alkali, enzim, oksidator serta oleh katalis tembaga (Cu) dan besi (Fe) sehingga
sering dikatakan bahwa vitamin C ini adalah vitamin yang labil. Manfaat vitamin C
antara lain sebagai antioksiodan, anti atherogenic. Immunomodulator dan mencegah
flu. Vitamin C bisa ditemukan di berbagai jenis buah-buahan segar seperti jeruk,
jambu biji, pepaya dan lainnya.
Vitamin C (asam askorbat) adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai
karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat disintesis
dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar
hewan. Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitun L-asam Askorbat
(bentuk tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat (bentuk teroksidasi). Asam askorbat
adalah lakton enam karbon yang secara structural mirip dengan glukosa
(Soediaoetomo, 2007)

Gambar 1. Struktur Kimia Vitamin C

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan vitamin C pada bahan pangan.

22 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
C. Alat
Alat- alat yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: neraca analitik,
gelas ukur, pipet tetes, beaker glass, pengaduk, kertas saring, corong, mortar,
buret, pipet volume, pipet ukur, labu ukur dan erlenmenyer.

D. Bahan
Bahan yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: minuman kemasan
(marimas serbuk) rasa jeruk, rasa gula asem, rasa sirsak, rasa strawberry, rasa
jeruk manis, rasa mangga, rasa nanas, dan rasa jambu biji, amylum 1% dan 0,01 N
Standar iodium.

E. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah Titrimetri/ iodium modifikasi
“Jacob”

F. Cara kerja
1. Diambil 25 gr bahan lalu dilarutkan kedalam 100ml aquades menggunakan labu
ukur
2. Diambil 10 ml larutan ditambakan 5 tetes amilum 1% dan ditambahkan 10 ml
aquades
3. Kemudian di titrasi dengan larutan standar iodium 0,01 N sampa timbul warna
biru konstan.

G. Perhitungan
1 ml 0,01 N iodium setara dengan 0,88 mg asam askorbat
𝑉𝑜𝑙 𝐼𝑜𝑑 𝑥 𝑁 𝐼𝑜𝑑 𝑥 0.88 𝑚𝑔 𝑥 100%
% kadar vitamin C =
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

23 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN 7
PEMERIKSAAN GULA REDUKSI

A. Pendahuluan
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal
ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang
mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II).
Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa,
maltosa, dan lain-lain. monosakarida yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi
suatu senyawa. Sifat pereduksi dari suatu gula ditentukan oleh ada tidaknya gugus
hidroksil bebas yang reaktif. Prinsip analisanya berdasarkan pada monosakarida
yang memiliki kemampuan untuk mereduksi suatu senyawa. Adanya polimerisasi
monosakarida mempengaruhi sifat mereduksinya.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan kadar karbohidrat.

C. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah Luff Schoorl (Referensi:
Pearson’s Analysis Chemical Foods, 8th ed. p. 152-153)

D. Alat dan Bahan


a. Alat
Alat- alat yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: Botol
timbang, batang pengaduk, corong, labu ukur, erlenmenyer, pipet ukur, pepet
volume, gelas ukur, kertas saring, water bath, neraca analitik, buret dan statif
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain:
Larutan Carrez 1, larutan carrez 2, H2SO4, HCL 30%, NaOH 10%, larutan luff
Schoorl, KI 20%, Na2S2O3 0,1 N, indikator amylum, minuman kemasan
(marimas serbuk) rasa jeruk, rasa gula asem, rasa sirsak, rasa strawberry, rasa
jeruk manis, rasa mangga, rasa nanas, dan rasa jambu biji

E. Cara kerja
1. Persiapan sampel

24 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
a. Bahan cair/ sirup: Timbang 10 gr bahan, masukkan dalam labu ukur 250 ml
dan diencerkan sampai 250 ml, homogenkan. Pipet 50 ml larutan, masukkan
ke dalam labu ukur 250 ml.
b. Bahan minuman ringan: Timbang 50 gr bahan yang telah dihilangkan
karbondioksidanya, masukkan dalam labu ukur 250 ml dan diencerkan
sampai 250 ml, homogenkan.
c. Bahan susu bubuk: Timbang 1 gr bahan, larutkan dengan air hangat 50-60°
C masukkan dalam labu ukur 250 ml.
Proses pengendapan protein: tambahkan 2ml larutan Carrez 2,
homogenkan. Ditambahkan 2 ml Carrez 1, homogenkan selama 15 menit
Diencerkan sampai 250 ml, homogenkan. Saring, 10 ml saringan pertama
dibuang.
2. Pemeriksaan kadar gula sebelum inversi
a. Pipet 25 ml sampel masukkan kedalam labu erlenmenyer tutup asah
b. Ditambah pereaksi luff school sebanyak 25 ml, homogenkan
c. Panaskan dengan panas konstan dan biarkan mendidih selama 10 menit.
Kemudian dinginkan di dalam wadah es sampai suhu ruang
d. Tambahkan 15 ml larutan KI 20%
e. Tambahkan 25 ml H2SO4 6 N
f. Titrasi dengan larutan standar Na¬2S2O3 0,1 N sampai kuning jerami
g. Tambahkan indicator amylum 1% sebanyak 0,5 ml dan dilanjutkan titrasi
hinga warna biru tepat menghilang
h. Penetapan blanko, ulangi langkah diatas dan sampel diganti dengan aquades
3. Pemeriksaan kadar gula setelah inversi
a. Pipet 50 ml sampel masukkan dalam erlenmenyer dan tambahkan 5 ml HCL
30%
b. Panaskan dengan waterbath pada suhu 60-70°C selama 10 menit. Kemudian
dingingkan sampai suhu ruang
c. Tambahkan beberapa tetes indicator PP 1% netralkan dengan NaOH 10%
sampai timbul warna merah atau menggunakan kertas lakmus
d. Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquades sampai
sampai tanda tera, homogenkan.
e. Saring, 10 ml filtrat pertama dibuang
Pipet 25 ml filtrat unuk penetapan kadar sakarosa sebagaimana penetapan kadar
karbohidrat sebelum inversi.

25 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
F. Perhitungan
1. Perhitungan Kadar gula sebelum di inversi
ml Na2S2O3 0,1 N =

(𝑉 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑉 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 𝑁 Na2S2O3


= 𝑥 𝑚𝑙 Na2S2O3 0,1 N
0,1 𝑁

Kemudian, X ml Na2S2O3 0,1 N di konversikan mg glukosa/fruktosa menurut


luff Schoorl

𝑚𝑔 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 𝑥 𝑓𝑝
Kadar glukosa = 𝑥 100
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Perhitungan gula setelah di inversi sama dengan sebelum di inversi. Hanya


Volume titrasi sampel diganti dengan volume titrasi sampel yang telah di inversi.

2. Perhitungan kadar sakarosa


Kadar sakarosa = (kadar gula setelah di inversi – kadar gula sebelum di inversi)
x 0,95
*0,95 adalah faktor hidrolisi sakarosa

26 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN 8
PEMERIKSAAN KADAR BESI

A. Pendahuluan
Ion besi (ferri) dalam suasana asam dan panas, direduksi oleh hidroksilamin
hidroklorida menjadi ion ferro. Ferro dengan 1,10-fenantrolin pada pH 3,2-3,3
membentuk senyawa fenantrolin khelat yang berwarna merah. Warna yang terbentuk
diukur absorbansinya dengan spektrofotometer dengan Panjang gelombang 510 nm.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan kadar besi.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain:
spektrofotometer, kuvet, gelas kimia, labu ukur, labu erlenmenyer. Alat-alat yang
dipakai harus bebas besi, bersihkan dengan larutan asam klorida pekat dan bilas
sampai bersih dengan aqudes.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: HCL
37%, larutan hidroksilamin hidrokhlorida, buffer ammonium asetat, fenantrolin,
larutan standar induk besi, sampel air mineral produk (air club), aqua, vit, nestle.

D. Cara kerja
1. Pembuatan kurva baku besi
a. Masukkan kedalam beberapa gelas kimia 100 ml larutan standar kerja besi (1
ml = 0,01 mg besi) masing-masing 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,5 ml dan
seterusnya secara bertingkat.
b. Tambahkan masing-masing 25 ml aquades dan siapkan labu erlenmenyer
berisi 25 ml aquades sebagai blanko
c. Pengerjaan selanjutnya sama dengan cara kerja pengerjaan sampel.
d. Pengerjaan sampel, standar dan blanko harus dikerjakan bersamaan.
2. Pemeriksaan total besi
a. Pipet 50 ml sampel dan masukkan kedalam erlenmenyer. Sampel yang
mengandung kadar besi tinggi dilakukan pengenceran
b. Tambahkan 2 ml HCl Pekat dan 1 ml larutan hidroksilamin dan hidrokhlorida

27 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
c. Panaskan dan didihkan sampai semua besi larut, volume larutan menjadi 15-
20 ml.
d. Dinginkan, masukkan ke dalam labu ukur 50 atau 100 ml
e. Tambahkan 10 ml larutan penyangga ammonium asetat dan 2 ml larutan
fenantrolin
f. Tambahkan aquades sampai batas tanda tera, homogenkan.
g. Setelah 10-15 menit, ukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
510 nm.

28 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN 9
PEMERIKSAAN KADAR AIR

A. Pendahuluan
Air dalam bahan dapat digunakan sebagai indeks kestabilan selama
penyimpanan serta penentu mutu organoleptik terutama rasa dan keempukan.
Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan
lingkungannya dan hali ini merupakan pertimbangan utama dalam pengolahan dan
pengelolaan pasca olah bahan pangan. Menguapkan air yang ada dalam bahan
makanan dengna jalan pemanasan, kemudian menimbang bahan sampel berat yang
konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang
diuapkan.
Penentuan kandungan mineral bahan makanan/ minuman, bahan harus
dihancurkan/didestruksi terlebih dahulu. Cara yang biasa dilakukan yaitu pengabuan
kering (dry ashing) dan pengabuan basah (wet digestion). Pemilihan cara tersebut
tergantung dari sifat zat organik serta sensitivitas cara yang digunakan.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kadar
air pada bahan pangan.

C. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah thermogravimetri

D. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: botol timbang,
neraca analitik, Oven dan Desikator/ eksikator.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada kegiatan praktikum ini adalah produk bahan pangan
produk Indofood seperti bumbu racik nasi goreng, bumbu racik mie goreng,
bumbu racik tempe goreng, bumbu racik tumis.

E. Cara kerja
1. Pemeriksaan Kadar Air
a. Panaskan botol timbang beserta tutupnya dalam oven pada suhu 102° C
(±2°C) selama 1 jam, dinginkan dalam eksikator selama 45 menit kemudian

29 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
timbang dengan neraca analitik (W 0).
b. Masukkan 1-3 gr sampel dalam botol timbang, kemudian catat beratnya (W1)
c. Panaskan dalam oven (botol timbang dalam keadaan terbuka) pada suhu
102° C (±2°C) selama 2 jam.
d. Tutuplah botol timbang ketika masih dalam oven, keluarkan dari oven,
masukkan kedalam eksikator. Dinginkan selama 45 menit kemudian timbang
(w2)

F. Perhitungan

Kadar air = 𝑊1−𝑊2 𝑥 100 %


𝑊1−𝑊0

30 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN 10
DERAJAT ASAM SUSU

A. Pendahuluan
Susu segar merupakan cairan yang berasal dari ambing yang sehat dan
bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar serta kandungan
alaminya tidak dikurangi atau tidak ditambahkan sesuatu apapun dan belum
mendapatkan perlakuan apapun kecuali pendinginan. Syarat mutu susu segar yaitu
berat jenis (BJ) pada suhu 27,50 C minimal 1,028; kadar lemak/Fat minimal 3,0%;
bahan kering tanpa lemak/solid non fat (SNF) minimal 8,0%; kadar protein minimal
2,7%; total bahan kering/total solid (TS) minimal 11% dan cemaran total bakteri
maksimum 1 x 106 CFU/ml (BPOM, 2008). Nilai pH susu segar berkisar antara 6,5-
6,8 (Hadiwiyoto, 1994).
Keasaman susu disebabkan oleh senyawa yang bersifat asam. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hadiwiyoto (1994) yang menyatakan bahwa asam yang terdapat
dalam susu sebagian besar adalah asam laktat, keasaman susu juga disebabkan
oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawa asam sitrat, asam amino
dan karbondioksida yang larut dalam susu. Mirdhayati et al. (2008) menyatakan
bahwa terjadinya kenaikan atau penurunan pH disebabkan hasil konversi dari laktosa
menjadi asam laktat oleh mikroorganisme golongan Lactobacillus dan aktivitas
enzimatik.

B. Tujuan
Pemeriksaan derajat asam digunakan untuk mengetahui besarnya keasaman dalam
suatu zat.

C. Prinsip
Asam lemak dalam sampel dilarutkan dengan air yang dipanaskan, dititrasi secara
alkalimetri menggunakan indikator PP sampai terbentuk warna rose.
Reaksi :

D. Alat
Alat alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : Pipet Volume, Labu
Erlenmeyer, Buret dan statif, pipet ukur, waterbath.

31 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
E. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : NaOH 0,1N, indikator
PP 1%, dan akuades, susu cimory.

F. Cara Kerja
a. Derajat asam susu bubuk
1. Ditimbang 4-5 gr sampel
2. Dilarutkan dengan aquades yang dipanaskan 40⁰C sedikit demi sedikit
sebanyak 50 ml dalam erlenmeyer
3. Ditambah dengan indikator PP 1% 1 ml
4. Sampel dititrasi dengan NaOH 0,1 N
5. Titrasi diakhiri apabila bahan menunjukkan warna rose tetap, pengamatan
dari permukaan
6. Volume titrasi dicatat

b. Derajat asam susu perah


1. Dipipet sampel 50 ml
2. Dilarutkan dengan akuades yang dipanaskan 40⁰C sedikit demi sedikit
sebanyak 50 ml dalam erlenmeyer, gojog 15 menit.
3. Ditambah dengan indikator PP 1% 1 ml
4. Sampel dititrasi dengan NaOH 0,1 N
5. Titrasi diakhiri apabila bahan menunjukkan warna rose tetap, pengamatan
dari permukaan
6. Volume titrasi dicatat

Perhitungan

32 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN 11 DAN 12
PEMERIKSAAN ASAM LEMAK DAN PEROKSIDA

A. Pendahuluan
Minyak atau lemak dilarutkan dengan alkohol netral, asam lemak bebas
direaksikan/ dinetralisir NaOH 0,1 N menggunakan indikator PP. Angka asam lemak
bebas (dihitung sebagai asam laurat) pada minyak goreng menurut SNI adalah <0,3
% (b/b) (SNI 01-3741-2002).
Bilangan proksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah
mengalami oksidasi. Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat
oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat
teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Penentuan
besarnya angka peroksida dilakukan denga titrasi iodimetri. Salah satu parameter
penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan peroksida. Pengukuran angka
peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan hidroperoksida
yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan peroksida yang
tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi.
Prinsip kerjanya adalah bilangan peroksida ditentukan berdasarkan jumlah
iodine yang dibebaskan setelah minyak atau lemak ditambah KI. Lemak dilarutkan
dalam pelarut asam asetat dan kloroform (3:2), kemudian iodine yang terbentuk
ditentukan dengan iodium larutan standar Na2S2O3 0,1 N. Standar angka peroksida
minyak goreng menurut SNI 3741:1995 adalah maksimal 2 mg/Kg. Menurut SNI 01-
3741-2002, standar angka peroksida minyak goreng adalah maksimal 1 % mgrek
O2/g. Sedangkan menurut SNI 3741:2013, standar angka peroksida minyak goreng
adalah maksimal 10 mg ek O2/Kg.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan asam
lemak dan angka peroksida.

C. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum asam lemak ini adalah titrasi alkalimetri

D. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat- alat yang digunakan pada praktikum ini antra lain: neraca analitik, gelas ukur
50 mL, pipet tetes, labu erlenmeyer, buret dan statif

33 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: NaOH 0,1 N, Indikator PP
1 % dan Alkohol netral, etanol 95%, asam oksalat, 0,1 N, Larutan Wijs, asam
asetat glasial, kloroform, KI 10%, Na2S2O3 0,1 N, akuades, indikator amilum 1%,
bimoli, happy soya oil, palmia.

E. Cara kerja
1. Pemeriksaan asam lemak bebas
a. Ditimbang ± 5 -10 g sampel (minyak nabati) dimasukkan ke dalam erlenmeyer
b. Ditambah alkohol netral sebanyak 50 mL
c. Ditambah 3 tetes indikator PP 1%
d. Sampel dititrasi dengan NaOH 0,1 N
e. Titrasi diakhiri apabila terbentuk warna rose tetap tidak hilang dalam waktu
30 detik. Volume titrasi dicatat.
2. Pemeriksaan angka peroksida
a. Ditimbang masing-masing 2 gram sampel minyak goreng curah dan segar
dimasukkan ke dalam 2 erlenmeyer bertutup volume 250 mL.
b. Masing-masing erlenmeyer ditambah 30 mL campuran asam asetat glasial
dan kloroform (2:3), dikocok sampai homogen.
c. Masing-masing erlenmeyer ditambah 1 gram KI, kocok hati-hati, diamkan 30
menit ditempat yang gelap. Kocok sesekali
d. Masing-masing erlenmeyer ditambah 100 mL akuades
e. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N dengan indikator amilum 1%
f. Dibuat blanko seperti pemeriksaan tanpa sampel

F. Perhitungan

(𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)𝑥 𝑁 𝑡ℎ𝑖𝑜 𝑥 1000


Angka peroksida =
𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

= ...................... mgrek/kg

34 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN 13
PEMBUATAN MEDIA NUTRIEN AGAR

A. Pendahuluan
Media Nutrien Agar adalah medium kultur dasar yang digunakan untuk
memelihara mikrobia dan juga untuk memeriksa kemurnian untuk tes serologi dan
biokimia. Medium nutrien agar merupakan salah satu media non- selektif yang
berguna dalam penumbuhan rutin mikroorganisme. Media tersebut juga digunakan
untuk penanaman dan penghitungan bakteri yang kurang berbahaya. Penambahan
cairan biologi (serum, darah kambing, darah kuda, kuning telur) pada media dapat
digunakan untuk menanam mikrobia berbahaya.

B. Tujuan
Mahasiswa mampu membuat media nutrien agar sebagai media pertumbuhan
bakteri

C. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: neraca teknis, kertas
timbang, gelas ukur, erlenmenyer, cawan petri, aluminium foil, pH stick, kapas
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: Aquades pH 7, media
Plate count agar (PCA), air mineral club, kuku bima energi, kunyit asam siap
minum, coca cola.

D. Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang media PCA sesuai dengan yang tertera pada keterangan wadah
media. Pembuatan media dalam 1 liter
3. Dilarutkan dengan 1 liter aquades pH 7, homogenkan.
4. media yang telah larut cek pH dengan pH stick
5. erlenmenyer yang berisi media tutup dengan alumunium foil dan ikat dengan
benang
6. media disterilisasi dengan autoclave pada suhu 121° C selama 15-20 menit
7. media dituangkan ke dalam plate dan ditunggu hingga padat

35 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN 14
PEMERIKSAAN ANGKA IOD

A. Pendahuluan
Definisi angka iod yaitu suatu angka yang menunjukkan banyaknya bagian
halogen dihitung sebagai Iod yang diikat oleh 100 bagian lemak/minyak. I2 akan
mengadisi ikatan rangkap asam lemak tak jenuh bebas maupun dalam bentuk ester.
Ada 2 cara pemeriksaan yaitu :
1. Cara Hanus : menggunakan Iodine dan Bromine sebagai bahan pengadisi
2. Cara Wijs : menggunakan larutan I2 dalam CH3COOH dan ICl3 sebagai
bahan pengadisi dan KI sebagai reduktor untuk membentuk I2.
Prinsip penentuan angka iod adalah melarutkan miyak atau lemak dalam
kloroform dan mereaksikan dengan halogen dalam iodine flask. Halogen ini akan
memutuskan ikatan rangkap suatu asam lemak tak jenuh dan kemudian kelebihan
halogen dititrasi balik dengan larutan standar Na2S2O3 (titrasi iodometri). Angka Iod
yang baik pada minyak goreng menurut SNI 3741:2013, berkisar antara 45-46 m/yod.
Pada minyak curah biasanya memiliki angka Iod 0,99-5,38 m/yod.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan angka iod.

C. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode titrasi iodo-
iodometri.

D. Alat dan Bahan


Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: neraca analitik, Iodium
erlenmeyer 250 mL, plastik hitam dan karet gelang, pipet volume 10 mL, gelas
ukur 100 mL, pipet tetes, Buret, dan statif.
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: Larutan Wijs, asam
asetat glasial, kloroform, KI 20%, Na2S2O3 0,1 N, akuades, dan indikator amilum
1%, minyak bimoli, happy soya oil, palmia.

36 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
E. Cara kerja
1) Ditimbang masing-masing 0,5 gram sampel dimasukkan ke dalam
erlenmeyer bertutup volume 250 mL.
2) Ditambah 10 mL kloroform (sebagai pelarut minyak, bisa mengikat
kelebihan I2)
3) Ditambah 10 mL larutan Wijs pada masing-masing Erlenmeyer, aduk
dengan hati-hati, di atas tutup erlenmeyer diberi akuades dan ditambahkan
2 tetes KI 10%
4) Didiamkan diruang gelap selama 20-30 menit.
5) Tutup erlenmeyer dibuka sedikit, ditambah 20 mL KI 10% dan 100 mL
akuades, homogenkan.
6) Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai coklat muda atau kuning pudar
tambahkan 2 mL indikator amilum 1% dan dititrasi kembali hingga warna
biru hilang.
7) Catat volume hasil titrasi (sebagai volume titrasi sampel)
8) Dikerjakan untuk larutan blanko sama seperti prosedur di atas dan catat
hasil titrasi (sebagai volume titrasi blanko).

F. Perhitungan
Angka Iod yang baik pada minyak goreng menurut SNI 3741:2013, berkisar antara
45-46 m/yod. Pada minyak curah biasanya memiliki angka Iod 0,99-5,38 m/yod.
BE I2 = BM I2/2 = 126,9

(𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐭𝐢𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐛𝐥𝐚𝐧𝐤𝐨 –𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐭𝐢𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥) 𝐱 𝐍 𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 𝐱 𝐁𝐄 𝐈𝟐


Angka Iodium =
𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐠

=………………………mgrek I2/mg smpel=… .............. m/yod

37 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN 15
PEMERIKSAAN KADAR KLORIDA

A. Pendahuluan
Klorida dalam bentuk Cl- adalah ion anorganik yang terdapat dalam air kalau
Cl- terikat pada Na 250 m/l akan terasa asin, tetapi kalau terikat pada Mg tidak. Dalam
larutan netral atau sedikit basa, kalium cromat dapat menunjukkan titik akhir titrasi
klorida dengan bentuk perak nitrat. AgCl diendapkan sebelum warna merah Ag
kromat terbentuk. Ion sulfida, ferri sulfat, sulfit mengganggu tetapi dapat dihilangkan
dengan penambahan H2O2 Orthophospat 25 mg/l dan besi 10 mg/l akan menganggu.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan
pemeriksaan kadar klorida.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: labu ukur, erlenmenyer,
pipet volume, pipet ukur, gelas ukur, pipet tetes, Buret, dan statif.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: aquades, NaCl 0,0141 N,
kertas saring, indicator kalium kromat, AgNO3, ammonium hidroksida, indicator
fenol ftalein, natrium hidroksida, asam sulfat, hydrogen peroksida, produk
Indofood seperti bumbu racik nasi goreng, bumbu racik mie goreng, bumbu racik
tempe goreng, bumbu racik tumis.

D. Cara Kerja
1. Persiapan sampel
a. Gunakan volume sampel maksimum 100 ml atau jumlah yang sesuai dan
diencerkan hingga volume 100 ml
b. Jika sampel berwarna pekat, tambahkan 3 ml suspense AI(OH)3
homogenkan, biarkan mengendap kemudian saring.
c. Jika sampel mengandung sulfide, sulfit atau tiosulfat, tambahkan 1 ml H2O2
30 % dan homogenkan selama 1 menit.
d. Jika pH tidak ada kisaran 7 sampai dengan 10, atur dengan menambahkan
larutan NaOH 1 N atau H2SO4
2. Pemeriksaan klorida

38 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
a. Pipet 100 ml sampel secara duplo, masukkan ke dalam erlenmenyer. Buat
larutan blanko
b. Tambahkan 1 ml larutan indicator K2CrO4 5%
c. Titrasi dengan larutan baku AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditandai
dengan terbentuknya endapan berwarna merah kecoklatan dari Ag2CrO4.
Catat volume titrasi.

E. Perhitungan
Kadar Cl- (mg/L) =1000 ( 𝐴 − 𝐵) 𝑥 𝑁𝐴𝑔𝑁𝑂 𝑥 35,45
𝑉 3

A = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi sampel (ml)


B = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (ml)
C = normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/ml)
V = volume sampel (ml)

39 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN KE 17 DAN 18
PEMERIKSAAN BENZOAT KUALITATIF

A. Pendahuluan
Makanan dan minuman yang diproduksi oleh industri diolah sedemikian rupa
sehingga disukai oleh konsumen, salah satunya dengan penambahan bahan kimia
sebagai bahan tambahan makanan. Bahan tambahan makanan (BTM) ditambahkan
ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan (Taib, dkk,
2014). Penambahan bahan tambahan dalam makanan harus memiliki dosis tertentu
karena bahan tambahan makanan dapat menyebabkan bahaya kesehatan. Asam
benzoat disebut juga senyawa antimikroba karena tujuan penggunaan zat pengawet
ini dalam produk kecap adalah untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri
terutama untuk makanan yang telah dibuka dari kemasannya. Jumlah maksimum
asam benzoat yang boleh digunakan adalah 600 mg per kg bahan sesuai dengan
permenkes No 722/Menkes/per/1X/1988.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan identifikasi
kualitatif terhadap adanya pengawer benzoat dan salisilat pada bahan makanan.

C. Prinsip
Pengawet benzoat dan Salisilat diekstraksi dengan eter, fraksi eter diuapkan, residu
dilakukan uji secara reaksi kimia dengan FeCl3 0,5% adanya benzoat ditunjukkan
dengan terbentukya warna endapan merah salmon. Sedangkan salisilat dengan
penambahan FeCl3 0,5% larutan berwarna ungu.

D. Metode
PRE-ANALITIK
REAGEN
Reagen yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: NaOH 10%, HCl
1:3, etil eter, NH4OH dan FeCl3 0,5% pH netral, sampel saos sambal tomat, saos
sambal pedas, kecap indofood, kecap piring lombok indofood.

ALAT
Alat yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: Corong Pisah, Cawan
Penguap, Water bath, Penjepit, Gelas Ukur, Kapas, Corong dan Erlemeyer, stik pH
universal.

40 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
ANALITIK
CARA KERJA
Pembuatan FeCl3 0,5 % :
Sejumlah 0,5 g FeCl3 dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan dilarutkan dengan
akuades sampai tanda batas, sehingga diperoleh larutan FeCl3 0,5%

Pengecekan pH larutan FeCl3 0,5 % :


Cek pH larutan FeCl3 0,5 % yang telah dibuat. Jika terlalu asam, tambahkan tetes
demi tetes NaOH 2 N, hingga pH netral. Jika terlalu basa, tambahkan HCl 1 N tetes
demi tetes, hingga pH netral. Bandingkan dengan stik pH universal.

Pembuatan HCl pekat (1:4): 1 bagian HCl 37% ditambahkan dengan 4 bagian
pelarut akuades. Masukkan 20 mL aquades ke dalam beaker glass, ambil larutan
HCL sebanyak 5 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur menggunakan
corong gelas.

Pembuatan larutan NH4OH 2N: pipet NH4OH 25% sebanyak 7,95 mL tanda
bataskan dalam labu ukur 25 mL

1. Preparasi Sampel
Sampel berasal dari produk PT. Nissin Biscuit Indonesia seperti : nissin crispy
crackers, wafer chocolate, biscuits madu baru, vegetable crackers, vegee biscuit,
walens blueberry flavour soes, waffle deluxe, malkist coklat.

Padatan atau Semi padat


1. Masukkan 50-100 g bahan ke dalam erlenmeyer dengan ditambahkan 300-400
mL air, lalu diaduk sampai homogen
2. Tambahkan NaOH 10 % sampai larutan menjadi alkalis (basa) dengan kisaran
pH 9-10.
3. Biarkan selama 2 jam kemudian disaring (jika tidak memungkinkan menunggu 2
jam, cukup diamkan 30 menit).
4. Cara identifikasi
a. Pipet 50 ml filtrat dari preparasi sampel semi padat (saus), masukkan ke dalam
2 buah corong pisah.
b. Tambahkan pada masing-masing corong pisah, HCl pekat : aquades (1:4) (Hati-
hati, masukkan aquades terlebih dahulu) sampai asam dengan pH 3-4, kemudian

41 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
tambahkan lagi 5 ml HCl pekat (1:4). Cara menggunakan corong ini dengan cara
memasukkan bahan (HCl pekat 1:4) dari atas dengan corong keran selalu
ditutup.
c. Ekstraksi 1 kali 10 / 20 ml etil eter dengan cara menggoncangkan corong pisah
dengan kuat dan dengan arah yang teratur (ikuti petunjuk instruktur praktikum).
d. Corong kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan gas atau tekanan
uap yang berlebihan sampai bunyi gas tidak terdengar. Hati-hati uapnya jangan
menghadap ke praktikan yang lain. Kemudian tutup lagi kerannya.
e. Diamkan sejenak (1 menit). Kemudian ambil ekstrak etil eter yang terdapat pada
corong pisah. Ekstrak berada di bagian atas corong pisah dan dibawahnya
adalah air sampel.
f. Cuci ekstrak etil eter sebanyak 1 kali masing-masing dengan 5 ml air, masukkan
ekstrak etil eter ke dalam cawan penguap (boleh menggunakan beaker gelas).
g. Uapkan etil eter diatas penangas air hingga diperoleh residu agak kering yang
melekat pada wadah penguap (bisa menggunakan gelas beaker diberi akuades
dengan tinggi volume minimal sama dengan tinggi volume ekstrak etil eter, lalu
dipanaskan diatas hot plate atau kaki tiga).
h. Residu yang diperoleh dilarutkan dengan air, panaskan sampai 800 / 850C
Selama 10 menit.
i. Larutan yang diperoleh diteampatkan di cawan porselin / cawan penguap

Pengujian terhadap Benzoat


1. Ke dalam cawan penguap tambahkan beberapa tetes NH4OH 2N encer sampai
larutan menjadi basa pH 9-10. Hilangkan kelebihan NH4OH 2N encer dengan
pemanasan.
2. Tambahkan beberapa tetes FeCl3 0,5% pH netral.

PASCA-ANALITIK
1. Terbentuknya endapan merah salmon (salm) menunjukkan adanya benzoat

42 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN KE-19
PEMERIKSAAN SALISILAT KUALITATIF

A. Pendahuluan
Asam salisilat dikenal juga dengan Asam 2,hidroksi-benzoat merupakan
senyawa golongan fenol. Pemerian hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau
serbuk halus; putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis warna
putih dan tidak berbau. Kelarutannya sukar larut dalam air dan dalam benzena.
Mudah larut dalam etanol dan dalam eter. Larut dalam air mendidih dan agak sukar
larut dalam kloroform. Khasiat dan penggunaan sebagai keratolitikum (menipiskan
selaput kulit/meratakan kulit) dan anti fungi. Asam salisilat merupakan senyawa yang
berkhasiat sebagai fungisidal dan bakteriostatis lemah. Asam salisilat bekerja
keratolitis sehingga digunakan dalam sediaan obat luar terhadap infeksi jamur yang
ringan (Astuti, 2007).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan identifikasi
kualitatif terhadap adanya pengawet salisilat pada bahan makanan.

C. Prinsip
Pengawet Salisilat diekstraksi dengan eter, fraksi eter diuapkan, residu
dilakukan uji secara reaksi kimia dengan FeCl3 0,5% adanya salisilat dengan
penambahan FeCl3 0,5% larutan berwarna ungu.

D. Metode
PRE-ANALITIK

REAGEN
Reagen yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: NaOH 10%, HCl 1:3,
etil eter, NH4OH dan FeCl3 0,5% pH netral, sampel saos sambal tomat, saos sambal
pedas, kecap indofood, kecap piring lombok indofood.

ALAT
Alat yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: Corong Pisah, Cawan
Penguap, Water bath, Penjepit, Gelas Ukur, Kapas, Corong dan Erlemeyer, stik pH

43 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
universal.

ANALITIK
CARA KERJA
Pembuatan FeCl3 0,5 % :
Sejumlah 0,5 g FeCl3 dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan dilarutkan dengan
akuades sampai tanda batas, sehingga diperoleh larutan FeCl3 0,5%

Pengecekan pH larutan FeCl3 0,5 % :


Cek pH larutan FeCl3 0,5 % yang telah dibuat. Jika terlalu asam, tambahkan tetes demi
tetes NaOH 2 N, hingga pH netral. Jika terlalu basa, tambahkan HCl 1 N tetes demi
tetes, hingga pH netral. Bandingkan dengan stik pH universal.

Pembuatan HCl pekat (1:4): 1 bagian HCl 37% ditambahkan dengan 4 bagian pelarut
akuades. Masukkan 20 mL aquades ke dalam beaker glass, ambil larutan HCL
sebanyak 5 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur menggunakan corong
gelas.

Pembuatan larutan NH4OH 2N: pipet NH4OH 25% sebanyak 7,95 mL tanda
bataskan dalam labu ukur 25 mL

2. Preparasi Sampel
Sampel berasal dari produk PT. Indofood seperti chitato, qtela, chiki, lays,
indomie, supermi, cheetos, jetz.
Padatan atau Semi padat
- Masukkan 50-100 g bahan ke dalam erlenmeyer dengan ditambahkan 300-
400 mL air, lalu diaduk sampai homogen
- Tambahkan NaOH 10 % sampai larutan menjadi alkalis (basa) dengan
kisaran pH 9-10.
- Biarkan selama 2 jam kemudian disaring (jika tidak memungkinkan menunggu
2 jam, cukup diamkan 30 menit).
Cara identifikasi
1. Pipet 50 ml filtrat dari preparasi sampel semi padat (saus), masukkan ke dalam
2 buah corong pisah.
2. Tambahkan pada masing-masing corong pisah, HCl pekat : aquades (1:4)
(Hati-hati, masukkan aquades terlebih dahulu) sampai asam dengan pH 3-4,

44 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
kemudian tambahkan lagi 5 ml HCl pekat (1:4). Cara menggunakan corong ini
dengan cara memasukkan bahan (HCl pekat 1:4) dari atas dengan corong
keran selalu ditutup.
3. Ekstraksi 1 kali 10 / 20 ml etil eter dengan cara menggoncangkan corong pisah
dengan kuat dan dengan arah yang teratur (ikuti petunjuk instruktur praktikum).
4. Corong kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan gas atau tekanan
uap yang berlebihan sampai bunyi gas tidak terdengar. Hati-hati uapnya
jangan menghadap ke praktikan yang lain. Kemudian tutup lagi kerannya.
5. Diamkan sejenak (1 menit). Kemudian ambil ekstrak etil eter yang terdapat
pada corong pisah. Ekstrak berada di bagian atas corong pisah dan
dibawahnya adalah air sampel.
6. Cuci ekstrak etil eter sebanyak 1 kali masing-masing dengan 5 ml air,
masukkan ekstrak etil eter ke dalam cawan penguap (boleh menggunakan
beaker gelas).
7. Uapkan etil eter diatas penangas air hingga diperoleh residu agak kering yang
melekat pada wadah penguap (bisa menggunakan gelas beaker diberi akuades
dengan tinggi volume minimal sama dengan tinggi volume ekstrak etil eter, lalu
dipanaskan diatas hot plate atau kaki tiga).
8. Residu yang diperoleh dilarutkan dengan air, panaskan sampai 800 / 850C
Selama 10 menit.
9. Larutan yang diperoleh ditempatkan di cawan porselin / cawan penguap)

Pengujian terhadap Salisilat


1. Ke dalam cawan porselin tambahkan beberapa tetes FeCl3 0,5% pH netral.

PASCA-ANALITIK
Terbentuknya warna ungu maka positif mengandung pengawet salisilat.

45 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN KE-20
PEMERIKSAAN SAKARIN KUALITATIF DAN KUANTITATIF

A. Pendahuluan
Pemanis buatan adalah bahan yang dapat menimbulkan rasa manis atau
dapat meningkatkan rasa manis, sedangkan nilai kalori yang dihasilkannya jauh lebih
rendah dari pada gula (Rasyid, dkk., 2011). Sakarin merupakan salah satu pemanis
buatan yang secara sengaja disintesis pada tahun 1879 oleh Ramsen dan Fahlberg.
Sakarin adalah garam natrium dari asam sakarin. Pemanis buatan ini memiliki tingkat
kemanisan 300-500x kemanisan gula. Dalam perdagangan dikenal dengan nama
Gucide, glucid, garantose, saccharimol, saccharol dan sykosa.
Di Indonesia penggunaan bahan pemanis sintetis ditetapkan berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.208/MenKes/Per/IV/85 tentang
Bahan Tambahan Makanan, yaitu 1 g/kg bahan (BPOM RI, 2004). Meskipun
pemakaian pemanis buatan diijinkan, akan tetapi pemakaian dengan takaran yang
berlebih dapat menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan manusia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis buatan berpotensi
menyebabkan migrain dan sakit kepala, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia,
iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, dan alergi. Menurut Cohen, dkk. (2008),
penggunaan sakarin dosis tinggi pada hewan percobaan tikus dapat beresiko kanker.
Pemakaian sakarin dosis tinggi dapat menyebabkan penggumpalan urin.
Penggumapalan ini dapat menyebabkan goresan pada kandung kemih dan tumor
ketika sel melakukan regenerasi.
Pemeriksaan sakarin pada makanan/minuman dapat dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Prinsip pemeriksaan secara kualitatif terdapat tiga metode
(Rasyid, dkk., 2011):
a) Organoleptis; sakarin di ekstraksi dari contoh dengan pelarut organik, pelarut
diuapkan, dan residu dirasakan.
b) Reaksi warna; sakarin ditambahkan dengan NaOH, diuapkan sampai amoniak
yang terbentuk hilang, dilarutkan dan diasamkan, dan direaksikan dengan besi
(III) klorida hingga warna ungu timbul.
c) Fluoresensi; sakarin diekstraksi dari contoh, pelarut diuapkan, dan residu
ditambahkan dengan resolcinol, asam sulfat, dan NaOH hingga dihasilkan
fluoresensi hijau.

Prinsip pemeriksaan secara kuantitatif dapat dilakukan dengan metode titrasi atau
dengan spektrofotometri.

46 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
bahan tambahan pemanis (sakarin) secara kualitatif dan kuantitatif.

C. Metode Pemeriksaan Sakarin Secara Kualitatif


PRE-ANALITIK
Alat
Alat- alat yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: neraca
analitik, gelas ukur 5 mL; 50 mL; pipet tetes, beaker glass, pengaduk, dan Erlenmeyer,
stik pH universal.
Bahan
Bahan yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: Ichi Ocha
(Indofood), sirup Indofood Freiss, Pepsi (Indofood), Mirinda (Indofood), NaOH 10%,
Aquades, HCl 10%, dan FeCl3 1 N.

ANALITIK
Cara Kerja
1. Pembuatan larutan NaOH 10%
Sejumlah 2,5 g NaOH dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan dilarutkan dengan
akuades sampai tanda batas, sehingga diperoleh larutan NaOH 10%

2. Pembuatan larutan HCL 10%


Sejumlah 5 g HCL dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan dilarutkan dengan
akuades sampai tanda batas, sehingga diperoleh larutan HCL 10%

3. Pembuatan larutan FeCl3 1 N


Sejumlah 0,54 g FeCl3 dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan dilarutkan dengan
akuades sampai tanda batas, sehingga diperoleh larutan FeCl3 1N.

4. Pemeriksaan Sakarin Secara Kualitatif


a. Ditimbang 100 mg sampel dan dilarutkan dalam 5 mL larutan NaOH 10%.
b. Uapkan sampai agak kering perlahan-lahan di atas nyala api kecil sampai tidak
ada lagi amoniak, kemudian dinginkan.
c. Ditambahkan 20 mL akuades.
d. Netralkan larutan dengan HCl 10% dan saring, hingga diperoleh filtrat.
e. Ditambahkan 1 tetes FeCl3 1 N ke dalam filtrat.

47 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
f. Amati dan catat perubahannya, jika timbul warna ungu menunjukkan adanya
sakarin.

D. Metode Pemeriksaan Sakarin Secara Kuantitatif


PRE-ANALITIK
Alat
Alat-alat yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: gelas ukur 50
mL; 100 mL, corong pisah, corong, buret, statif, Erlenmeyer, pipet tetes, dan waterbath.

Bahan
Bahan yang digunakan pada kegiatan praktikum ini antara lain: Ichi Ocha
(Indofood), sirup Indofood Freiss, Pepsi (Indofood), Mirinda (Indofood), HCl 5%, NaOH
0,1 N, chloroform, alkohol, akuades, dan indikator PP.

ANALITIK
Cara Kerja
1. Pembuatan larutan HCL 5%
Sejumlah 5 g HCL dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan dilarutkan dengan
akuades sampai tanda batas, sehingga diperoleh larutan HCL 5%.

2. Pembuatan larutan NaOH 0,1N


Sejumlah 0,4 g NaOH dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan dilarutkan dengan
akuades sampai tanda batas, sehingga diperoleh larutan NaOH 0,1N.

3. Pemeriksaan Sakarin Secara Kuantitatif


a. 50 mL sampel dimasukkan dalam corong pisah dan diasamkan dengan HCl 5%
hingga pH dikisaran 3 atau 4.
b. Campuran tersebut diekstraksi dengan sebanyak 5 kali (boleh 2-3 kali saja)
dengan 20 mL campuran chloroform dengan etanol (9:1).
c. Disaring ekstraknya dan filtrat dikumpulkan dalam erlenmeyer, kemudian
diuapkan hingga agak kering, tetapi jangan sampai sangat kering.
d. Siapkan akuades panas dengan suhu 100 0 C.
e. Residu yang dihasilkan dilarutkan dengan 75 mL akuades panas, dinginkan.
f. Titrasi campuran dengan NaOH 0,1 N menggunakan 1 mL indikator PP 1 %
sampai terjadi perubahan warna merah muda.

48 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PASCA-ANALITIK

E. PERHITUNGAN
1 mL NaOH 0,1 N setara dengan 18,31 mg C7H5NO3S (asam sakarin)
1 mL NaOH 0,1 N setara dengan 24,2 mg Na-sakarin.2H2O.
Massa jenis sakarin = 828 Kg/m3 = 828 kg/kL = 0,828 kg/L atau 0,828 g/mL.

1. Kadar sakarin dihitung sebagai asam sakarin dalam (b/v dan b/b)%

Volume titrasi (L)x NNaOH x 183,1


kadar asam sakarin = x 100 %
mL sampel

Volume titrasi (L) x NNaOH x 183,1


kadar asam sakarin = x 100 %
mg sampel

2. Kadar sakarin dihitung sebagai natrium sakarin 2 H2O dalam (b/v dan b/b)%

Volume titrasi (L)x NNaOH x 241


kadar asam sakarin = x 100 %
mL sampel
Volume titrasi (L)x NNaOH x 241
kadar asam sakarin = x 100 %
mg sampel

49 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN KE-21 DAN 22
PEMERIKSAAN LAKTOSA DALAM SUSU

A. Pendahuluan
Laktosa merupakan salah satu senyawa golongan karbohidrat yaitu masuk dalam
golongan disakarida. Laktosa terdiri atas molekul glukosa dan galaktosa. Laktosa dapat
dihidrolisis dengan katalisator asam, dalam tubuh laktosa dihidrolisa dengan menggunakan
enzim laktase. Laktosa merupakan karbohidrat utama di dalam susu. Kadar laktosa dalam
susu sangat bervariasi antara satu mammalia dengan yang lain. Kadarnya di dalam susu
sapi 4-8%, sedangkan dalam susu manusia 2-3% (Gultom dan Sulistyowati, 2006). Laktosa
merupakan sumber energi yang memasok hampir setengah keseluruhan kalori susu (35 –
45%). Laktosa dalam susu berfungsi sebagai pemberi rasa manis meskipun manisnya tidak
seperti gula tebu. Di samping itu laktosa juga penting untuk absorpsi kalsium. Laktosa
termasuk dalam golongan gula reduksi sehingga secara kuantitatif dapat ditentukan
kadarnya dengan menggunakan reagen biuret atau Luff Schoorl. Prinsipnya yaitu laktosa
dalam susu dipisahkan dari kandungan protein susu dengan menambahkan K4Fe(CN)6 : Zn
asetat (1:3) untuk mengendapkan protein dalam susu. Laktosa yang diperoleh ditetapkan
secara iodometri. Kadar laktosa susu biasanya 2-10 g/100mL.

B. Tujuan
Capaian pembelajaran dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan
analisis kuantitatif laktosa dalam susu dengan metode Luff Schoorl.

C. Alat
Alat yang digunakan antara lain: timbangan, labu ukur, gelas kimia, gelas ukur, pipet
ukur, bola hisap, pipet tetes, stirrer magnetik, penangas air, Erlenmeyer, corong, kondesor
dan buret.

D. Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah susu putih kotak cair, Na2S2O3
0,1 N; indikator amilum 1% larutan K4Fe(CN)6 5%, Zn Asetat 5%, Reagen Luff Schoorl, KIO3
0,1 N, KI 15%, H2SO4 4 N, kertas saring, akuades, produk susu milkuat, susu indomilk, susu
cimory.

E. CARA KERJA
1. Pembuatan Reagen
a. Reagen Luff Schoorl

50 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
Larutkan 143,8 g Na2CO3.0H2O dengan ± 400 mL akuades panas. Tambahkan 50 g
asam sitrat yang sudah dilarutkan dengan ± 50 mL akuades secara hati-hati (karena
reaksi ini menimbulkan gas). Tambahkan 25 g CuSO4.5H2O yang sudah dilarutkan
dengan ± 100 mL akuades. Kemudian ditambah dengan akuades sampai tanda labu
ukur 1 L. Kocok sampai homogen.

2. Standarisasi Na2S2O3 dengan KIO3


Pipet 10 mL KIO3 0,1 N dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL, kemudian
tambahkan 2,5 mL H2SO4 4 N dan 2,5 mL KI 15%. Titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai
warna kuning muda, lalu tambahkan indikator amilum 1%. Titrasi kembali dengan
Na2S2O3 0,1 N sampai warna biru tepat hilang. Lalukan duplo, catat volume titrasi dan
hitung normalitasnya.
3. Penentuan Laktosa
Timbang dengan seksama ± 5 gram bahan atau 5 mL bahan, larutkan dalam 50 mL
aquades panas. Setelah dingin masukkan dalam labu ukur 100 mL dan Tambahkan
larutan K4Fe(CN)6 5% sebanyak 3 mL dan Zn Asetat sebenyak 9 mL atau larutan Pb
asetat sebanyak 5 mL, kemudian tambahkan akuades sampai tanda batas. Suspensi
didiamkan selama 10 menit untuk mengendapkan semua protein, kemudian disaring
dengan kertas saring (filtrat saringan pertama kira-kira 10 mL dibuang). Pipet filtrat 10,0
mL dan masukkan dalam Erlenmeyer 250 mL, tambahkan 25,0 mL reagen Luff Schoorl.
Panaskan menggunakan kondensor (jika tidak tersedia, boleh pakai lampu spiritus,
hotplate atau waterbath tetapi hati-hati, jaga jangan terlalu panas) hingga terbentuk
endapan merah bata (dari mendidih tunggu selama 15 menit), selanjutnya angkat dan
didinginkan. Setelah dingin tambahkan 15 mL KI 15% dan 25 mL H2SO4 4 N (tambahkan
dengan pelan-pelan lewat dinding erlenmeyer). Titrasi dengan larutan baku Na2S2O3
hingga kuning muda, lalu tambahkan 0,5 mL indikator amilum 1%, titrasi dilanjutkan
sampai warna biru tepat hilang. Lakukan duplo, dan catat volume titrasi.
4. Penetapan blanko
Pipet 25 mL akuades sebagai penganti filtrat sampel, masukkan dalam erlenmeyer 250
mL, kemudian tambahkan 25 mL reagen Luff Schoorl dan stirrer magnetik. Panaskan
menggunakan kondensor (jika tidak tersedia bisa menggunakan lampu spiritus, hot plate
atau waterbath, tetapi hati-hati, jaga jangan terlalu panas) hingga terbentuk endapan
merah bata, dari mendidih tunggu selama 15 menit. Angkat dan dinginkan. Setelah
dingin tambahkan 15 mL KI 15% dan 25 mL H2SO4 4 N. Titrasi dengan larutan baku
Na2S2O3 hingga kuning muda, lalu tambahkan 0,5 mL indikator amilum 1%, titrasi
dilanjutkan sampai warna biru tepat hilang. Lakukan duplo dan catat volume titrasi.

51 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
F. PERHITUNGAN
1. Standarisasi Na2S2O3 dengan KIO3
(V x N) Na2S2O3 = (V x N) KIO3

(V x N)KIO3
N Na2S2O3 = V Na2S2O3

2. Penetapan kadar laktosa % (b/b) dan % (b/v)

(Vol. titrasi blanko − Vol. titrasi sampel)


Angka Tabel Vol. Na2S2O3(mL) = x N Na2S2O3
0,1

Kemudian lihat pada tabel dan dicari berapa mg laktosa yang setara dengan angka
tabel volume Na-tiosulfat yang diperlukan.

mg laktosa x faktor pengenceran


Kadar laktosa (b/b) = x 100%
mg sampel
mg laktosa x faktor pengenceran
Kadar laktosa (b/v) = x 100%
mL sampel

Tabel 1. Penetapan kadar laktosa menurut Luff Schoorl


Na2S2O3 0,1 N Na2S2O3 0,1 N
Laktosa (mg) Laktosa (mg)
(mL) (mL)
1 3,6 13 48,4
2 7,3 14 52,2
3 11 15 56
4 14,7 16 59,9
5 18,4 17 63,8
6 22,1 18 67,7
7 25,8 19 71,7
8 29,5 20 75,7
9 33,2 21 79,8
10 37 22 83,9
11 40,8 23 88
12 44,6

52 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
Catatan : Coba pikirkan bisakah menggunakan rumus ini?

Diketahui BE laktosa = 342,4 g/mol

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑁 𝑡ℎ𝑖𝑜 𝑥 𝐵𝐸 𝐿𝑎𝑘𝑡𝑜𝑠𝑎 𝑥 100%


Kadar laktosa =
𝑔 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

53 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN KE-23
HITUNG COLONI BAKTERI METODE CAWAN

A. Pendahuluan
Bakteri adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat
dengan mikroskop. Perhitungan jumlah bakteri adalah pengukuran kuantitatif
populasi mikroorganisme sangat diperlukan untuk berbagai macam kajian
mikrobiologis. Menghitung atau menentukan banyaknya mikroba dalam suatu bahan
(makanan, minuman, dan lain-lain) dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa
jauh bahan itu tercemar oleh mikroba. Dengan mengetahui jumlah mikroba, maka
dapat diketahui kualitas mikrobiologi dari bahan tersebut. Bahan yang dapat
dikatakan baik jika jumlah mikroba yang terkandung dalam bahan tersebut masih di
bawah jumlah standar yang ditentukan oleh suatu lambaga. Kandungan mikroba
pada suatu bahan juga sangat menentukan tingkat kerusakannya, serta dapat
ditentukan oleh tingkat kelayakan untuk dikonsumsi.
Jumlah mikroba dalam suatu bahan dapat dihitung menggunakan beberapa
cara. Namun secara garis besar dibedakan menjadi 2, yaitu cara perhitungan
langsung dan tidak langsung. Cara perhitungan langsung berarti kita dapat
mengetahui beberapa jumlah mikroba pada saat dilakukan perhitungan. Hasil
perhitungan secara langsung menunjukkan seluruh jumlah mikroba yang masih
hidup maupun yang sudah mati. Adapun caranya yaitu dengan pembuatan preparat
sederhana yang diwarnai, dan menggunakan ruang hitung. Cara perhitungan tidak
langsung, hasil perhitungan jumlah mikroba baru dapat diperoleh kemudian setelah
dilakukan perlakuan terlebih dahulu. Hasil perhitungan tidak langsung akan
menunjukan jumlah mikroba yang masih hidup saja. Adapun caranya Menghitung
jumlah total mikroba (Total plate count = angka lempeng total), cara pengenceran,
memperkirakan jumlah terkecil mikroba yang ada (MPN = Most Probable Number)
dan cara kekeruhan (turbiditas).
Total Plate Count (TPC) dilaporkan sebagai cawan spreader bila cawan
banyak ditumbuhi oleh rantai koloni tidak terpisah secara jelas dengan total area yang
melebihi 75%. Rata-rata jumlah koloni dari setiap pengenceran, kemudian dilaporkan
jumlahnya sebagai TPC. Angka dibulatkan menjadi 2 angka yang sesuai, bila angka
ketiga sama dengan 6 atau di atasnya, maka angka ketiga menjadi 0 (nol) dan angka
kedua naik 1 angka, misalnya 456 menjadi 2 460 atau 4,6x10 . Bila angka ketiga 4
atau di bawahnya, maka angka ketiga menjadi 0 (nol) dan angka kedua tetap, misal
454 menjadi 450 atau 2 4,5x10 . Bila angka ketiga 5, maka angka tersebut dapat

54 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
dibulatkan menjadi 0 (nol) dan angka kedua adalah angka genap, misal 445 menjadi
440 atau 2 4,4x10 . Bila angka ketiganya 5, maka angka tersebut dapat dibulatkan
menjadi 0 (nol) dan angka kedua dibulatkan ke angka genap terdekat, misal 455 2
menjadi 460 atau 4,6x10.

B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah mahasiswa dapat menghitung koloni bakteri metode
cawan (Total Plate Count).

C. Metode
Cara perhitungan
- cawan yang dipilih adalah cawan yang mengandung jumlah koloni 30-3000 koloni
- hasil yang dilaporkan terdiri dari 2 angka, angka didepan koma satu angka dan
belakang koma satu angka
- Jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni, hanya koloni
pada pengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang
dari 30 koloni dikalikan dengan faktor pengenceran, tetapi jumlah sebenarnya
harus dicantumkan dengan tanda kurung

- Jika pengenceran menghasilkan angka lebih dari 300 koloni, hanya koloni pada
pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasil dilaporkan sebagai lebih dari 300 koloni
dikalikan dengan faktor pengenceran, tetapi jumlah sebenarnya harus
dicantumkan dengan tanda kurung
- Jika semua pengenceran menghasilkan angka 30-300 koloni, harus dibuat
perbandingan. Jika perbandingan <2, yang dilaporkan adalah rata-rata
pengenceran. Akan tetapi, jika perbandingan >2, yang dilaporkan adalah
pengenceran terendah.
- Jika menggunakan dua cawan petri per pengenceran, data yang diambil harus
dari kedua cawan tersebut meskipun salah satu cawan duplo tidak memenuhi
syarat 30-300 koloni

Syarat koloni yang dihitung


- Jumlah koloni yang dihitung pada tiap cawan adalah jumlah koloni 30-300
- Dua koloni yang bertumpuk dihitunhg satu
- Beberapa koloni yang berhubungan dihitung satu
- Dua koloni berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung dua

55 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
- Koloni yang lebih besar dari setengah cawan tidak dihitung
- Koloni yang besarnya kurang dari setengah cawan dihitung satu

Perhitungan jumlah koloni :

= jumlah koloni X 1/faktor pengenceran

56 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN 24
REVIEW HASIL PRAKTIKUM
Acara
1. Setiap Kelompok melaporkan hasil praktikum yang diperoleh, termasuk kendala dan
intrepretasi hasil
2. Setiap dua kelompok dipandu oleh 1 orang instruktur
3. Instruktur memberikan feedback

57 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
PERTEMUAN 25 DAN 26
EVALUASI LISAN
A. TUJUAN
b. Memantapkan pemahaman praktikan terhadap acara praktikum di laboratorium
c. Mengevaluasi persentase pemahaman praktikan terhadap acara praktikum di
laboratorium

B. BENTUK PEMBELAJARAN
a. Evaluasi dilakukan secara lisan oleh instruktur masing- masing
b. Evaluasi dilakukan secara individu (face to face antara praktikan dengan instruktur)

C. KRITERIA PENILAIAN
a. Penilaian diperoleh dari: kelancaran dan kelengkapan dalam menjawab pertanyaan
dengan rentang skor 1- 4
b. Nilai evaluasi masuk dalam penilaian praktikum c. Standar nilai kelulusan evaluasi ≥
73

58 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
DAFTAR REFERENSI

[BSN] Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 2013 SNI No 3741:2013. Minyak Goreng.
Badan Standarrisasi Nasional. Jakarta
Aryani T., dkk. 2017. Panduan Praktikum Instrumentasi dan Media Reagensia.Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta.
Aryani T., dkk. 2017. Panduan Praktikum Pemeriksaan Laboratorium Makanan dan
Minuman.Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Astuti, Y.I., Sudirman, I., dan Hidayati, U. (2007): Pengaruh Konsentrasi Adaps Lanae Dalam
Dasar Salep Cold Cream Terhadap Pelepasan Asam Salisilat, Pharmacy, Vol. 05,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Badan POM. 2004. Peraturan Teknis Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis
Buatan dalam Produk Pangan. Direktorat Standarisasi Produk Pangan, Deputi Bidang
Pengawasan Keaman Pangan dan Bahan Berbahaya, p : 34-36.
BSN.( 1995). Minyak Goreng. SNI 01 – 3741 – 1995. BADAN STANDARISASI.
Cohen, S.M., Arnold, L.L., dan Emerson, J.L. 2008. Safety of Saccharin. Agrofood Industry
Hi-tech, Vol. 19. No. 6. 24-28.
DepkesRI Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Permenkes No.
1168/Menkes/Per/IX/1998. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Egan H. Pearson’s Chemical Analysis of Food, 8th Edition. Library of Congress Cataloging in
Publication Data, 1981.
Hadiwiyoto, S. 1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya.Edisi
ke-2 Liberty, Yogyakarta.
Kristianingrum, S. dan Handayani, S. 2005. Penentuan Angka Iod Minyak Jagung dan
Minyak Kelapa Sawit dengan Metode Wijs dan Hanus. Jurnal Kimia, No.3. IV. 45-53.
Mirdhayati, I. J. Handoko dan K. U. Putra. 2008. Mutu susu segar di UPT Ruminansia Besar
Dinas Peternakan Kabupaten Kampar Provisi Riau. Jurnal Peternakan 5(1):14-21.
Rasyid, Yohana R.M, dan Mahyuddin. 2011. Analisis Pemanis Sintesis Natrium Sakarin Dan
Natrium Siklamat Dalam Teh Kemasan. Jurnal Farmasi Higea. Vol. 3. No. 1.
Septiani, M., Drastini, Y. 2014. Jumlah Total Bakteri Susu dari Koperasi Susu di Yogyakarta
dan Jawa Timur. Jurnal Sain Veteriner : 32 (1).
SNI 01-3741-2002. Standar Mutu Minyak Goreng. Badan Standarisasi Nasional.
Sukarsi, A., dkk. 2016. Modul Pemeriksaan Laboratorium Toksikologi dan Analisa Air.
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Taib, M.Z., Wehantouw, F., Fatimawali. 2014. Analisis Senyawa Benzoat pada Kecap Manis
Produksi Lokal Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi, UNSRAT : 3(1) : 2302 – 2493.

59 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta
Team Kimia Amami, 2010, Petunjuk Praktikum Analisa Makanan dan Minuman, Yogyakarta
: POLTEKKES KEMENKES Yogyakarta.

60 Panduan Praktik Non Klinis Prodi D4 TLM TA 2018/2019


Universitas‘Aisyiyah Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai