Anda di halaman 1dari 43

BUKU PETUNJUK

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Kontributor :

apt. Asep Nurrahman Yulianto, M.Farm

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS FARMASI, SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN

Mata Kuliah : PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Kode : FAD1112

SKS : 1 SKS (T : 0 SKS; P : 1 SKS; K : 0 SKS)


PENGESAHAN
Diperiksa Oleh : Disahkan Oleh :
Koordinator Mata Kuliah :
Kaprodi D3 Farmasi Dekan

apt. Asep Nurrahman Y., M.Farm apt. Elisa Issusilaningtyas., M.Sc Apt. Mika Tri Kumala, M.Sc

NP: 10310 16 942 NP: 10310 07 616 NP : 10310 07 614


No Dokumen : - No. Revisi : 00
Tanggal Terbit : 10 September 2022 Halaman : 43
PERINGATAN
Dokumen ini adalah Milik Universitas Al-Irsyad Cilacap dan tidak boleh disalin / dicopy atau
digunakan untuk keperluan komersial atau tujuan lain, baik sebagian maupun seluruhnya tanpa
seijin dari Ketua
Alamat : Jl.Cerme No. 24 Sidanegara, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia

Telepon : (0282)532975
VISI, MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN PROGRAM STUDI

A. VISI
Menjadi Program Studi D3 Farmasi Islami, Unggul dan Terpercaya berbasis
Kreativitas dan Inovasi Kefarmasian di Tingkat Nasional pada Tahun 2030
B. MISI
1. Menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi sesuai dengan bidang
pengetahuan dan teknologi kefarmasian berdasarkan nilai-nilai islam dan
berkualitas dalam menghasilkan Sumber Daya yang Komunikatif, Kreatif dan
Inovatif.
2. Mengembangkan Keilmuan dibidang sains, Farmasi Komunitas yang unggul
selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja dan Masyarakat.
3. Meningkatkan perintisan dan pengembangan jejaring (net working) dengan
kerjasama kemitraan dengan alumni, pemerintah maupun swasta, lembaga
pendidikan lain dan masyarakat untuk pengembangan IPTEK di bidang Farmasi
4. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan di bidang kefarmasian, produk farmasi
berbasis bahari.
C. TUJUAN
1. Menghasilkan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) ahli madya farmasi yang
unggul dan islami serta berdaya saing nasional.
2. Menghasilkan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) ahli madya farmasi dibidang
Teknologi Farmasi khususnya di bidang sains Bahari, Farmasi Komunitas yang
berkompeten selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan masyarakat.
3. Terciptanya pengembangan kerjasama (net working) dengan berbagai pihak
baik pemerintahan maupun swasta yang berada di dalam ataupun di luar negeri
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi.
4. Menghasilkan brand produk-produk hasil penelitian dan pengabdian di bidang
Farmasi Bahari yang kreatif dan inovatif.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin penulis sampaikan ke hadirat yang maha pengasih


dan penyayang, Allah SWT, karena kesempatan yang telah diberikan kepada penulis
sehingga penulis bisa menyelesaikan buku petunjuk praktikum kimia dasar bagi
mahasiswa prodi D3 Farmasi ini. Buku ini disusun sebagai buku pegangan untuk
mahasiswa yang mengambil mata kuliah praktikum kimia dasar dengan harapan bisa
membantu pemahaman tentang teori yang didapatkan di kelas dan memberikan
keterampilan dasar praktikum untuk mempelajari kimia yang lebih lanjut.
Buku ini terdiri atas sebelas judul percobaan yang terdiri dari Analisis bahan-
bahan kimia, pembuatan larutan, stoikiometri reaksi, sistem periodik unsur, reaksi
dalam larutan berair, standarisasi larutan NaOH 0,1 M dan penggunaannya dalam
penentuan kadar asam cuka perdagangan, ekstraksi pelarut dan reaksi reduksi-
oksidasi.
Akhirnya penulis berharap semoga buku ini bisa digunakan secara tepat dan
mengena sesuai dengan apa yang diharapkan.

Cilacap, September 2020

Penulis
1. Tata Tertib Praktikum Di Laboratorium

1. Setiap peserta harus hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan. Apabila
peserta terlambat lebih dari 15 (lima belas) menit dari waktu yang telah
ditentukan, maka mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada
hari itu dan diwajibkan mengikuti praktikum pada hari lain (inhal untuk
percobaan tersebut).
2. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai sepatu (dilarang
mengenakan sandal atau sepatu sandal) dan jas praktikum berwarna putih dan
dikancingkan dengan rapi.
3. Setiap peserta wajib membuat laporan praktikum yang formatnya sudah
ditentukan dan ditandatangani dosen setelah selesai suatu acara praktikum.
Laporan langsung dikumpulkan pada hari tersebut atau sesuai kesepakatan
dengan dosen/asisten.
4. Setiap peserta harus mengembalikan alat-alat yang telah dipakai dalam
keadaan bersih dan kering. Sebelum meninggalkan ruang praktikum, peserta
harus mengembalikan botol-botol bahan kimia yang telah ditutup rapat ke
tempat semula.
5. Setiap peserta harus menjaga kebersihan Laboratorium, bekerja dengan tertib,
tenang dan teratur. Selama mengikuti praktikum, peserta harus bersikap sopan,
baik dalam berbicara maupun bergaul.
6. Setiap peserta harus melaksanakan semua mata praktikum dan mematuhi
budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
7. Bagi mereka yang tidak mengikuti praktikum pada hari yang telah terjadwal,
diperbolehkan inhal (menunda praktikum) apabila memenuhi persyaratan
yang ada, dan dengan mengirim surat permohonan praktikum inhal kepada
Dosen yang mengampu.
8. Inhal tidak dapat lebih dari tiga kali. Apabila inhal lebih dari tiga kali kegiatan
praktikum yang bersangkutan tidak diizinkan mengikuti OSPA.
9. Butir nomor 9 tidak berlaku bagi mereka yang sakit dan diopname di Rumah
Sakit.
10. Apabila peserta praktikum melanggar hal-hal yang telah diatur di atas maka
yang bersangkutan dapat dikeluarkan dari laboratorium dan tidak
diperkenankan untuk melanjutkan praktikum pada hari itu. Kegiatan
praktikum dinyatakan batal dan tidak diijinkan untuk inhal.
11. Hal-hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran
praktikum akan diatur kemudian.

2. Budaya K3 dalam Praktikum Kimia


Praktikum Kimia merupakan praktikum yang dilaksanakan di laboratorium
kimia dengan aktivitas yang sebagian besar melibatkan bahan kimia. Bahan kimia
terdiri dari berbagai ragam dengan karakter yang sangat bervariasi dan bahkan
beberapa di antaranya banyak yang memiliki risiko bahaya. Untuk menghindari
bahaya bahan kimia hendaknya para mahasiswa dapat memahami dan
mengimplementasikan budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
laboratorium kimia.
Keterampilan bekerja di laboratorium dapat diperoleh mahasiswa melalui
kegiatan praktikum. Semakin sering dan serius mahasiswa bekerja di laboratorium
maka mereka akan semakin terampil. Keterampilan ini sangat diperlukan untuk
mendukung kelancaran penelitian tugas akhir atau bahkan sebagai penunjang
kelancaran tugas apabila sudah terjun ke dunia kerja suatu saat nanti. Mahasiswa,
Laboratorium, dan praktikum seolah menjadi suatu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Di sisi lain laboratorium merupakan tempat yang sangat mengerikan. Karena di dalam
laboratorium berisi berbagai alat dan bahan kimia yang sangat potensial menimbulkan
bahaya. Kemungkinan bahaya tersebut di antaranya adalah akibat adanya bahan-
bahan kimia yang bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) baik karena
uapnya atau karena paparan bahan tertentu di kulit, bahaya kebakaran, bahaya
keracunan, serta pontensi bahaya lainnya. Di samping hal itu orang yang bekerja di
laboratorium (praktikan, laboran, dan lainnya) dihadapkan pada pekerjaan dengan
resiko yang besar, yang disebabkan karena dalam setiap percobaan digunakan:
1. Bahan kimia yang mempunyai sifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif,
karsinogenik, dan beracun.
2. Alat-alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tubuh kita.
3. Alat-alat listrik seperti: kompor listrik, oven, lampu pemanas, lampu UV dan
lain sebagainya, yang menyebabkan terjadinya sengatan listrik.
4. Penangas air atau minyak yang bersuhu tinggi yang dapat terpercik.
Untuk menghindari kecelakaan kerja yang mungkin terjadi, mahasiswa hendaknya
menggunakan alat perlindungan diri sesuai ketentuan. Pada tabel berikut disajikan
beberapa contoh alat perlindungan diri. Untuk melaksanakan praktikum kimia,
mahasiswa minimal harus menggunakan jas laboratorium lengan panjang dan
kacamata pelindung (gogle). Adanya potensi bahaya ini tidak harus ditakuti secara
berlebihan dengan selalu menghindari kegiatan praktikum atau bersifat pasif di dalam
setiap acara praktikum. Namun kita harus bertindak lebih aktif dan mencari tahu
setiap potensi bahaya yang dapat timbul di dalam laboratorium agar kita selalu
waspada dan berhati-hati dalam setiap tindakan agar selalu terhindar dari setiap
bahaya yang dapat terjadi kapan saja.
Hal-hal yang seharusnya kita lakukan pada saat bekerja di laboratorium antara lain
adalah:
1. Persiapan
 Mengetahui secara pasti (tepat dan akurat) apa yang akan dikerjakan pada
acara praktikum, dengan mambaca petunjuk praktikum, mengetahui tujuan
dan cara kerja serta bagaimana data percobaan akan diperoleh, mengetahui
hal-hal atau tindakan yang harus dihindarkan, misalnya menjauhkan bahan
yang mudah terbakar dengan sumber api, membuang sampah dan limbah
praktikum pada tempat yang telah ditentukan dan sebagainya.
 Mengetahui sifat-sifat bahan yang akan digunakan apakah bersifat mudah
terbakar, bersifat racun, karsinogenik atau membahayakan dan sebagainya,
sehingga dapat terhindar dari potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari
bahan kimia yang digunakan.
 Mengetahui alat dan bagaimana merangkai alat serta cara kerja alat yang akan
digunakan.
 Mempersiapkan peralatan pelindung tubuh seperti, jas laboratorium berwarna
putih lengan panjang, kacamata gogle, sarung tangan karet, sepatu, masker, dan
sebagainya sesuai kebutuhan praktikum.
 Skema pembagian waktu kerja dibuat sebelumnya, meliputi urutan kerja yang
akan dilakukan. Apa yang dikerjakan lebih dulu dan seterusnya, mana yang
dapat dikerjakan bersam-sama dan sebagainya
 Sebelum bekerja hal-hal yang kurang jelas ditanyakan pada dosen
2. Tahap pelaksanaan
 Mengenakan peralatan pelindung tubuh dengan baik.
 Bekerjalah dengan tenang dan hati-hati, teliti bersih dan hemat,tetapi juga
cepat. Seperti yang diperlukan menurut keadaan
 Mengambil dan memeriksa peralatan dan bahan yang akan digunakan.
 Merangkai alat yang digunakan dengan tepat, dan mengambil bahan kimia
secukupnya. Penggunaan bahan kimia JANGAN SAMPAI BERLEBIHAN karena
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
 Membuang sisa percobaan pada tempatnya sesuai dengan sifat sisa bahan yang
digunakan.
 Ingat kepentingan teman-teman se praktikum. Kembalikan botol-botol segera
ketempat semula supaya mudah dicari, jangan merebut botol yang sedang
diperlukan orang lain. Sebaliknya jangan terlalu lambat bekerja sehingga
terpaksa orang menunggu lama. Sabar menunggu giliran mempergunakan
sesuatu yang diperlukan. Jangan membuat bahaya orang lain karena api, cara
pemansan larutan dan sebagainya
 Berbicara seperlunya, tidak boleh dengan perhatian yang setengah-setengah,
jangan sambil memperhatikanyang lain-lain, berbicara atau bersenda gurau.
 Tutup botol segera dipasang kembali pada botolnya untuk menghidari
kekeliruan yang dapat merusak kemurnian isi botol (kontaminasi)
 Bahan-bahan bakar yang pekat jangan langsung dibuang disaluran atau di bak
air, tetapi diencerkan dulu dengan air dari kran. Setelah membuangnya,
bukalah kran secukupnya untuk menghilangkan daya bahan-bahan pekat
tersebutt
 Kertas saring dan bahan padatan lainnya dibuang ke tempat sampah
 Hematlah penggunaan api, air dan bahan kimia. Api tidak dipasang lebih besar
daripada yang diperlukan, air kran dan air destilasi, serta bahan kimia untuk
reaksi atau pembilas, dipakai seperlunya saja. (reaksui kerapkali gagal, karena
kelebihan bahan kimia.
 Jika suatu bahan kimia diperlukan orang terlalu banyak, carilah pekerjaan lain
sehingga waktu tidak terbuan untuk menunggu (dalam hal ini perlu dibuat
pembagian wakyu yang fleksibel dan harus diketahui betul-betul bahan yang
akan dilakukan)
 Catatan-catatan pengamatan harus singkat, tegas tetapi jelas dan lengkap.
Catatn panjang lebar dapt menghilanhkan gambaran tentang isi keseluruhan
pengamatan)
 Gunakan waktu yang luang untuk menyussun laporan praktikum (menyalin
konsep laporan, perhitungan-perhitungan dan sebagainya)
3. Tahap pasca pelaksanaan
 Bersihkan alat-alat, meja dan lain-lain Kembalikan peralatan dan bahan yang
digunakan sesuai posisi semula.
 Hindarkan bahaya yang mungkin terjadi dengan mematikan peralatan listrik,
kran air, menutup tempat bahan kimia dengan rapat (dengan tutupnya semula).
 Periksalah apakah tidak ada kerusakan bila ada segera dilaporkan kepada
dosen atau asisten
 Tunggulah ditempat masing-masing. Dosen atau asisten akan berkeliling
mengumpulkan buku laporan dan memeriksa kebersihan alat-alat.
 Keluarlah dari laboratorium dengan tertib.
3. Pengenalan Bahan Kimia
Pengetahuan sifat bahan menjadi suatu keharusan sebelum bekerja di
laboratorium. Sifat-sifat bahan secara rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material
Safety Data Sheet (MSDS) di dalam buku, CD, atau melalui internet. Pada tabel berikut
disajikan sifat bahaya bahan berdasarkan kode gambar yang ada pada kemasan bahan
kimia. Peraturan pada pengepakan dan pelabelan bahan kimia diwajibkan
mencantumkan informasi bahaya berdasarkan tingkat bahaya bahan kimia khususnya
untuk bahan yang tergolong pada hazardous chemicals atau bahan berbahaya dan
beracun (B3).
Bahan berdasarkan fasa :
1. Padat
2. Cair
3. gas
Bahan berdasarkan kualitas
1. teknis
2. special grade : pro analyses (pa)
3. special grade : material referrences
Pengenalan Simbol bahaya (Hazard symbol)
Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya menurut
Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances). Peraturan
tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) adalah suatu aturan
untuk melindungi/menjaga bahan-bahan berbahaya dan terutama terdiri dari bidang
keselamatan kerja. Arah Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on
Hazardeous Substances) untuk klasifikasi, pengepakan dan pelabelan bahan kimia
adalah valid untuk semua bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga untuk
lingkungan, perlindungan konsumer dan kesehatan manusia.
Simbol bahaya adalah piktogram dengan tanda hitam pada latar belakang oranye,
kategori bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan simbol bahaya, yang
terbagi dalam :
1. Resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-kimia)
2. Resiko kesehatan (sifat toksikologi) atau
3. Kombinasi dari keduanya.
Berikut ini adalah penjelasan simbol-simbol bahaya .
1. Explosive (bersifat mudah meledak)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „explosive“ dapat
meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain
bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari
bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak
sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam
Law for Explosive Substances
Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah
terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak . Sebagai contoh, asam nitrat dapat
menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter,
etanol, dll. Produksi atau bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan
pengetahuan dan pengalaman praktis maupun keselamatan khusus. Apabila bekerja
dengan bahan-bahan tersebut kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit mungkin baik
untuk penanganan maupun persediaan/cadangan. Frase-R untuk bahan mudah
meledak : R1, R2 dan R3
 Bahaya: eksplosif pada kondisi tertentu
 Contoh: ammonium nitrat, nitroselulosa, TNT
Keamanan : hindari benturan, gesekan, loncatan api, dan
panas

2. Oxidizing (Oxidator , pengoksidasi)


Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “oxidizing“ biasanya
tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan
sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara
signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-
like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik. Frase-R untuk
bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9.
 Keamanan : hindari panas serta bahan mudah terbakar
dan reduktor
 Bahaya : oksidator dapat membakar bahan lain,
penyebab timbulnya api atau penyebab sulitnya
pemadaman api
Contoh : hidrogen peroksida, kalium perklorat
3. Flammable (mudah terbakar)
Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely flammable (amat
sangat mudah terbakar) dan Highly flammable (sangat mudah terbakar. Untuk Bahan-
bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely flammable “
merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0 0C) dan titik
didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +350C). Bahan amat sangat mudah
terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah
meledak di bawah kondisi normal. Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar
adalah R12. Sedangkan untuk Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya
‘highly flammable’ adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi
atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21 0C).
Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah
terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di
udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar,
juga diberi label sebagai ‘highly flammable’. Frase-R untuk bahan sangat mudah
terbakar yaitu R11.
Bahaya : mudah terbakar

Meliputi :
1. zat terbakar langsung, contohnya aluminium alkil fosfor; keamanan : hindari
campuran dengan udara.
2. gas amat mudah terbakar. Contoh : butane, propane. Keamanan : hindari
campuran dengan udara dan hindari sumber api.
3. Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila
kena air atau api.
4. Cairan mudah terbakar, cairan dengan titik bakar di bawah 21 0C. contoh :
aseton dan benzene. Keamanan : jauhkan dari sumber api dan loncatan bunga
api.
4. Toxic (beracun)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) 25 – 200 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) 50 – 400 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 – 1 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 – 2 mg/L
Frase-R untuk bahan beracun yaitu R23, R24 dan R25
 Bahaya : toksik; berbahaya bagi kesehatan bila terhisap,
tertelan atau kontak dengan kulit, dan dapat mematikan.
 Contoh: arsen triklorida, merkuri klorida
Kemananan: hindari kontak atau masuk dalam tubuh, segera
berobat kedokter bila kemungkinan keracunan.

5. Harmful irritant (bahaya, iritasi)


Ada sedikit perbedaan pada symbol ini yaitu dibedakan dengan kode Xn dan Xi.
Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn memiliki resiko merusak
kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion),
atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L
Frase-R untuk bahan berbahaya yaitu R20, R21 dan R22
Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi
‘irritant’ atau kode Xi adalah tidak korosif tetapi dapat
menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau
selaput lendir. Frase-R untuk bahan irritant yaitu R36, R37,
R38 dan R41

Kode Xn (Harmful)
 Bahaya : menimbulkan kerusakan kecil pada tubuh,
 Contoh : peridin
 Kemanan : hindari kontak dengan tubuh atau hindari menghirup, segera
berobat ke dokter bila kemungkinan keracunan.
Kode Xi (irritant)
 Bahaya : iritasi terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan
 Contoh : ammonia dan benzyl klorida
 Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata.
6. Corrosive (korosif)
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup.
Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi
karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2)>11,5), ditandai sebagai
bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35.
 Bahaya : korosif atau merusak jaringan tubuh manusia
 Contoh : klor, belerang dioksida
 Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan
kulit dan mata

7. Dangerous for Enviromental (Bahan berbahaya bagi lingkungan)


Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat
menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen
lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkan
gangguan ekologi. Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan yaitu R50, R51,
R52 dan R53.
 Bahaya : bagi lingkungan, gangguan ekologi
 Contoh : tributil timah klorida, tetraklorometan,
petroleum bensin
 Keamanan : hindari pembuangan langsung ke lingkungan

4. PENGUNAAN ALAT-ALAT LABORATORIUM


Pada laboratorium kimia, akan didapatkan berbagai macam alat, mulai dari
yang sederhana misalnya alat-alat gelas sampai kepada yang cukup rumit seperti pH
meter, spektrofotometer sinar tampak. Selain itu juga terdapat alat-alat canggih yang
penggunaaanya memerlukan keahlian tersendiri seperti spektofotometer NMR,
kromatografi gas dll. Alat-alat laboratorium tersebut ada yang terbuat dari kaca,
plastik, karet, kuarsa platina, logam dan lain-lain. Peralatan tersebut ada yang
berfungsi sebagai wadah, alat bantu dan pengukuran volume dengan berbagai ukuran.
Pembakar merupakan alat bantu untuk memanaskan zar atau larutan. Reaksi
pembakaran akan terjadi bila bahan bakar (gas alam/lpg) bertemu dengan oksigen
dengan bantuan panas. Api dan suhu yang dihasilkan bergantung kepada
perbandingan bahan bakar dan warna yang diberikan.
Peralatan wah pengukur volume larutan, ada yang ditera dengan teliti dan ada
yang tidak perlu ditera dengan teliti. Peneraan yang sangat teliti dilakukan terhadap
alat ukur seperti pipet volumetrik, pipet Mohr, labu ukur dan buret. Pengukuran
dengan alat tersebut akan mempengaruhi hasil secara kuantitatif
Cara penggunaan, pemeliharaan dan pembacaan miniskus sangat penting.
Sebelum digunakan alat tersebut harus bersih dari pengotor-pengotor, dibilas dengan
larutan yang akan diukur dan harus digunakan dengan cara betul. Setelah digunakan
harus dicuci, agar larutan tidak menempel pada dinding kaca. Pembacaan minskus
pada buret harus sejajar mata. Untuk larutan yang tidak berwarna atau transparan
dibaca miniskus bawahnya, sedangkan untuk larutan berwarna dibaca miniskus
atasnya.
Percobaan 1
ANALISIS BAHAN DAN ALAT-ALAT LABORATORIUM

I. TUJUAN :
1. Menganalisis bahan dan alat-alat yang digunakan dalam proses praktikum
kimia dasar
2. Mengetahui cara kerja atau manfaat dari bahan dan alat-alat yang digunakan
dalam proses praktikum kimia dasar
II. ALAT DAN BAHAN
- Semua bahan dan alat yang terdapat dalam laboratorium kimia dasar.
- KmnO4 0,1 M
a. Alat Alat Gelas
1) Amati alat-alat laboratorium yang ada disekitarmu.
2) Cucilah tabung reaksi, pipet tetes, pipet ukur, pipet gondok , labu
ukur, erlemeyer, gelas kimia dan buret (Amati perbedaanya! )
3) Isilah buret dengan akuades pada 40 ml, bacalah miniskus awalnya.
Keluarkan cairan dengan lambat sampai beberapa mililiter. Tunggu
beberapa menit dan lihat lagi miniskus akhirnya. Hitung volume air
yang keluar.
4) Isilah lagi buret tersebut, keluarkan airnya dengan cepat, baca
miniskusnya. Tunggu beberapa menit, baca lagi miniskusnya. (apakah
ada perbedaan penurunan dengan lambat dan cepat?)
5) Isilah buret dengan KMnO4 0,1 N . bacalah miniskus awalnya.
Keluarkan cairan dengan lambat sampai beberapa mililiter. Tunggu
beberapa menit dan lihat lagi miniskus akhirnya. Hitung volume air
yang keluar.
6) Apakah perbedaan miniskus pada air (larutan tidak berwarna)
dengan KMnO4 (larutan gelap) ?
Percobaan II
PERUBAHAN MATERI

I. TUJUAN
Menentukan berbagai jenis perubahan materi pada berbagai jenis zat.
II. DASAR TEORI
Meteri adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang.
Materi dapat dibedakan menjadi 3 wujud yaitu padat, cair dan gas. Wujud suatu
materi dalam istilah kimia dikenl dengan fase yang dapat berubah bentuk seperti
perubahan bentuk padat menjadi cair, cair menjadi gas dan sebagainya.
Sifat dan perubahan materi dalam ilmu kimia mencakup perubahan fisika dan
kimia. Sifat fisika merupakan sifat dari wujud/bentuk yang merupakan sifat
tersebut, sedangkan sifat kimia merupakan sifat materi yang mempunyai
kecenderungan untuk berubah, sehingga menghasilakan materi baru. Sifat kimia
merupakan sifat karakteristik dari zat tersebut untuk dapat bereaksi dengan zat
lainnya.
Dalam ilmu materi juga dikenal dengan perubahan materi yang terbagi menjadi
2 yaitu perubahan secara fisika dan perubahan secara kimia. Perubahan secara
fisika merupakan suatu perubahan yang tidak menghasilakan zat batu (
perubahan sementara) sedangkan perubahan kimia adalah perubahan yang
disertai adanya zat baru ( melibatkan suatu reaksi kimia).

III. ALAT dan BAHAN


a. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pembakar spirtus
3. Penjepit tabung
4. Spatula
5. Lilin
6. Korek api
b. Bahan
1. Kawan nikrom
2. Gula pasir, Garam
3. Pita magnetsium
4. Larutan H2SO4, larutan HCL 3M
5. Larutan NaOH 1 M, larutan KmnO4
6. Serbuk belerang

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


Prosedur 1
1. Nyalakan lilin dan amati lilin yang menyala, masukkan spatula baja
kedalam nyala lilin selama beberapa detik. Amati spatula tersebut, apakah
ada perubahan pada spatula dan apakah terbentuk zat baru pada lilin yang
menyala?
2. Masukan kira-kira 2 gram potongan lilin kedalam tabung reaksi, kemudian
jepit tabung reaksi dengan penjepit tabung, panaskan tabung reaksi
sehingga lilin yang terdapat didalam tabung reaksi meleleh. Kemudian
biarkanlah lilin yang terdapat dalam tabung reaksi menjadi dingin. Amati
apakah lilin ynag terdapat dalam tabung reaksi menghasilkan zat baru.
3. Lakulan prosedur diatas dengan menganti lilin dengan
a. Serbuk belerang
b. Gula pasir
c. Garam
Apakah pada ketiga zat diatas menghasilkan zat baru?
4. Ambillah sedikit belerang dengan spatula, kemudian bakar belerang (tetap
diatas spatula). Perhatikalah apakah belerang itu terbakar? Apakah
tercium gas yang terbentuk? Dan apakah belerang tersebut menghasilakan
zat baru?
5. Panaskan kawan niklor pada nyala spirtur hingga berpijar, kemudian
dinginkan. Amatilah apakah ada perubahan wujud yang menghasilkan zat
baru?
6. Lakukan prosedur 6 pada magnesium ( mengunakan tang besi untuk
menjepit Mg ) jangan menatap langsung Mg yang sedang berpijar. Amatilah
perubahan Mg pada saat sudah dingin apakah terbentuk zat baru atau
tidak.
7. Potonglah pita Mg sepanjang 2 cm kemudian masukan ke dalam tabung
reaksi, masukan HCL sebanyak 5 ml kedalamnya. Perhatikanlah apa yang
terjadi.
8. Poin 7 setelah reaksi berhenti, tuangkalah larutan hasil reaksi poin 7
kedalam cawan porselin, kemudian uapkan hingga kering dalam oven.
Amatilah apakah anda menemukan logam Mg kembali?

Pertanyaan
Kelompokan percobaan kedalam perubahan materi secara kimia atau fisika!
Prosedur 2
1. Masukanlah kira-kira 2 cm logam Mg kedalam laruran
a. H2O
b. NaOH
c. HCL 1M
d. KMnO4 1M
e. H2SO4
Pertanyaan
Amatilah apakah dari kelima larutan tersebut
1. ada perubahan suhu diantara ke lima larutan tersebut
2. larutan manakah yang menghasilkan gas
3. larutan manakah yang menghasilkan endapan
4. larutan manakah yang menghasilakan zat baru.
Percobaan III
PEMBUATAN LARUTAN
I. TUJUAN :
1. Mahasiswa mampu mengetahui penggunaan alat dan bahan
2. Mahasiswa terampil membuat larutan dari padatan dan dari larutan yang
pekat
3. Mahasiswa mampu menentukan konsentrasi larutan dengan beberapa satuan
4. Mahasiswa mengetahui cara penentuan sifat pelarutan suatu senyawa.
5. Mahasiswa mampu membuat larutan kimia sesuai dengan prosedur dan cara
pembuatannnya.

II. DASAR TEORI


Reaksi kimia di alam dan di laboratorium kebanyakan berlangsung tidak dalam
bentuk senyawa murni melainkan dalam bentuk larutan. Pada percobaan ini. Saudara
akan membuat larutan dari larutan pekat (dengan pengenceran) dan padatan murni.
Larutan yang akan anda buat harus bisa dinyatakan konsentrasinya dengan beberapa
satuan. Saudara juga akan menentukan konsentrasi suatu larutan yang belum
diketahui melalui titrasi dengan larutan baku yang sudah diketahui konsentrasinya.
Larutan ideal akan terjadi bila gaya antar molekul sejenis maupun bukan
sejenis kurang lebih sama kuat. Bila gaya antar molekul yang tidak sejenis lebih besar
dari gaya antar molekul sejenis maka terbentuk larutan non ideal dan prses pelarutan
bersifat eksotern (... H < 0) dan bila sebaliknya maka bersifat endoterm (... H > 0). Hal
ini menunjukan pada pembuatan larutan, sering kali melibatkan kalor, baik diserap
atau dilepas. Pada percobaan ini pula, saudara akan mengamati kalor yang terlibat
dalam proses pelarutan, yaitu dilepas atau diserap.
Apabila dari larutan yang lebih pekat, sesuaikan satuan konsentrasi larutan
yang diketahui dengan satuan yang diinginkan. Jumlah zat terlarut sebelum dan
sesudah pengenceran adalah sama, memenuhi persamaan :
V1 M1 = V2 M2
V1 = volume atau massa larutan sebelum dilarutkan
M1 = konsentrasi larutan sebelum diencerkan
V2 = volume atau massa larutan setelah diencerkan
M2 = konsentrasi larutan sebelum diencerkan

III. ALAT dan BAHAN


1. Alat
- Seperangkat gelas kimia
- Neraca/timbangan
- Botol timbang/kertas untuk menimbang
- Labu ukur 500 ml
- Sendok stainless steel,
2. Bahan
- Kristal NaOH
- Aquades
- Kristal KI
- H2SO4

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Percobaan 1
Pembuatan 500 ml larutan NaOH 1 M dari kristal NaOH murni (Mr = 40)
Prosedur/Cara kerja pembuatan larutan sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, yaitu neraca, botol timbang, labu
ukur 500 ml, sendok stainless steel, kristal NaOH dan akuades.
2. Menghitung jumlah mol NaOH yang diperlukan.
Jumlah mol NaOH = 500 ml x 0.1 mmol ml-1 = 500 mmol (= 0,5 mol)
Massa NaOH = 0,5 mol x 40 gram mol -1 = 20 gram
3. Menimbang 20 gram kristal NaOH
4. Melarutkan NaOH itu dengan kira-kira 300 ml akuades dalam labu ukur 500 ml.
Setelah kristal larut seluruhnya, ditambahkan lagi akuades, sehingga volume
larutan tepat 500ml.
Pertanyaan! Lakukan percobaan diatas untuk membuat larutan KMnO4 0,1 M

B. Percobaan 2
Prosedur Percobaan
1. Pembuatan larutan H2SO4 2 M
1) Timbang labu ukur 50 ml kosong (a gram)
2) Isi labu ukur 50 ml dengan aquades sampai kira-kira 3/4nya dan timbang (b
gram), kemudian ukur suhunya dengan thermometer (t1)
3) Ambil 11 ml H2SO4 pekat ke dalam labu ukur no 1 dan timbang (c gram) dan
ukur suhunya dengan thermometer
4) Tepatkan labu ukur dengan aquades sampai 50 ml, lalu kocok agar homogen
5) Timbang larutan H2SO4 yang terjadi ( d gram)
6) Tentukan sifat pelarutan asam sulfat, dan konsentrasinya dalam satuan %
(v/v), % (w/w), molaritas,
2. Pembuatan larutan NaOH
1) Timbang 2 butir NaOH (1-2 butir) dan larutkan dalam gelas piala dengan sedikit
air yang baru dihangatkan
2) Rasakan larutan apakah terasa lebih panas, tetap atau lebih dingin dari
sebelumnya
3) Pindahakan larutan dalam labu ukur 50 ml. Bilas piala dengan aquades
4) Encerkan dan tepatkan sampai tanda tera, kocok supaya homogen
5) Tentukan konsentrasi NaOH yang dibuat dalam satuan % (w/v) dan molaritas
3. Pembuatan larutan HCl 0.1 M
1) Pipet 2, 1 ml larutan HCl , masukan ke dalam labu ukur 250 ml
2) Encerkan dan tepatkan sampai tanda tera, kocok supaya homogen

Pertanyaan!
Sebelum melakukan percobaan uraikanlah hasil percobaan di atas, apakah
sudah benar atau belum!

Percobaan IV
STOIKIOMETRI REAKSI
I. TUJUAN
1 Menentukan koefisien reaksi berdasarkan pembentukan endapan dan
perubahan temperatur
2 Menentukan hasil reaksi berdasarkan konsep mol

II. DASAR TEORI


Ilmu kimia adalah ilmu yang dikembangkan berdasarkan eksperimen
melalui pendekatan ilmiah. Ilmu kimia mempelajari perubahan zat baik secara
fisik maupun secara kimia. Perubahan yang mengahasilkan zat baru yang jenis dan
sifatnya berbeda dari zat pembentuknya disebut sebagai perubahan kimia atau
reaksi kimia. Perubahan kimia ini dapat diamati dari terbentuknya hasil reaksi
seperti timbulnya gas, endapan, terjadi perubahan warna dan perubahan kalor.
Untuk memudahkan dalam merancang suatu eksperimen, maka perlu
menuliskan persamaan reaksi kimia, yang menunjukkan zat-zat yang bereaksi dan
hasil reaksi, untuk menunjukkan bahwa reaksi setara, diungkapkan dengan
koefisien reaksi. Koefisien reaksi merupakan konversi yang menunjukkan jumlah
atom atau molekul yang terlibat dalam reaksi atau menyatakan pula jumlah mol
senyawa yang bereaksi. Contoh : reaksi antara gas nitrogen dan gas hidrogen
membentuk gas amonia, persamaan reaksinya:
N2 (g) + 3 H2 (g) 2 NH3 (g)
Persamaan ini menyatakan bahwa 1 molekul nitrogen bereaksi dengan 3 molekul
hidrogen membentuk 2 molekul amonia atau konversi ke mol menjadi 1 mol
nitrogen bereaksi dengan 3 mil hidrogen menbentuk 2 mol amonia. Angka 1, 3 dan
2 adalah koefisien reaksi sebagai faktor konversi.
Secara laboratorium, untuk mengetahui koefisien dalam persamaan kimia
diperlukan sederetan data hasil percobaan. Salah satu cara sederhana untuk
menentukan koefisien reaksi dengan metode variasi kontinu. Prinsip dasarnya
dalam sederetan percobaan yang dilakukan, jumlah moler total campuran
pereaksi dibuat tetap sedangkan jumlah molar masing-masing dibuat berubah
secara teratur (diberagamkan secara beraturan dan kontu). Perubahan yang
terjadi akibat adanya reaksi antara campuran pereaksi seperti massa, volum dan
suhu dialurkan terhadap jumlah molar masing-masing pereaksi dalam suatu
grafik, sehingga diperoleh titik optimum. Titik optimum yang terbentuk
menyatakan perbandingan koefisien dari masing-masing pereaksi.

III. ALAT dan BAHAN


1. Alat
- gelas beker 50 ml
- mistar ukuran 20 cm
- termometer
2. Bahan
- NaOH 0,1 M
- NaOH 1,0 M
- CuSO4 0,1 M
- HCl 1,0 M
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Stokiometri Reaksi Pengendapan
a. Sediakan dua buah gelas beker 50 ml. Ke dalam 1 gelas beker masukkan 5 ml
NaOH 0,1 M. Pada gelas beker yang lain masukkan 25 ml CuSO 4 0,1 M.
Campurkan kedua larutan itu kemudian kocok.
b. Biarkan campuran tersebut agar endapan yang terbentuk berada di dasar
gelas beker.
c. Ukur tinggi endapan yang terbentuk menggunakan mistar (agar akurat
terapkan satuan mili-meter).
d. Lakukan cara yang sama dengan langkah (a-c) untuk percobaan berikut,
dengan mengubah volume pereaksi masing-masing tetapi volume total tetap
30 ml, yaitu:
- 10 ml NaOH 0,1 M dan 20 ml CuSO4 0,1 M
- 15 ml NaOH 0,1 M dan 15 ml CuSO4 0,1 M
- 20 ml NaOH 0,1 M dan 10 ml CuSO4 0,1 M
- 25 ml NaOH 0,1 M dan 5 ml CuSO4 0,1 M
e. Buat grafik yang menyatakan hubungan antara tinggi endapan (sumbu y) dan
volume larutan (sumbu x), sehingga diperoleh titik optimum kurva.
f. Dari grafik tentukan koefisien reaksi berdasarkan titik optimum yang
diperoleh. Titik optimum menyatakan perbandingan koefisien reaksi.
g. Bandingkan dengan koefesien reaksi yang diperoleh dari menyetarakan
persamaan reaksi.
h. Tentukan rendemen hasil reaksi dengan menggunakan konsep mol.
2. Stokiometri Sistem Asam-Basa
a. Ke dalam gelas beker 50 ml, masukkan 5 ml NaOH 1,0 M dan ke dalam gelas
beker lainnya masukkan 25 ml HCl 1,0 M. Kemudian ukur temperatur kedua
larutan tersebut (TM ) dan diusahakan agar sama (dapat dilakukan dengan
merendam kedua gelas beker tersebut dalam penangas air.
b. Campurkan kedua larutan tersebut hingga volume total 30 ml, ukur
temperatur campuran dan catat suhu maksimum yang konstan ( TA ).
c. Lakukan cara yang sama untuk percobaan berikut dengan mengubah
volume pereaksi masing-masing hingga volume total campuran adalah 30
ml, yaitu:
˗ 10 ml NaOH 1,0 M dan 20 ml HCl 1,0 M
˗ 15 ml NaOH 1,0 M dan 15 ml HCl 1,0 M
˗ 20 ml NaOH 1,0 M dan 10 ml HCl 1,0 M
˗ 25 ml NaOH 1,0 M dan 5 ml HCl 1,0 M
d. Buat grafik yang menyatakan hubungan antara perubahan temperatur
(sumbu y) dan volume asam/basa (sumbu x).
e. Dari grafik tentukan koefisien reaksi berdasarkan titik optimum yang
diperoleh. Titik optimum menyatakan perbandingan koefisien reaksi.
f. Bandingkan dengan koefesien reaksi yang diperoleh dari menyetarakan
persamaan reaksi.
g. Tentukan rendemen hasil reaksi dengan menggunakan konsep mol.

V. ANALISIS DATA
Pada percobaan D.2 dan D.3, berdasarkan grafik yang diperoleh dari data antara
perubahan temperatur / tinggi endapan terhadap volume masing-masing pereaksi
ditentukan stokiometri reaksi dengan mengubah satuan volume masing-masing
pereaksi pada titik optimum menjadi mol.
mol = molaritas larutan (M) x volume larutan (V)
Sehingga diperoleh perbandingan mol = perbandingan koefisien reaksi.
Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih bahasa: Indra
Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry, New York: John
Wiley & Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980, Fundamental of Chemistry laboratory Students. 4th Ed.New
York : Academic Press, Inc

Percobaan V
SISTEM PERIODIK UNSUR

I. TUJUAN
1. Mengenal unsur halogen dan ion halida
2. Mempelajari kekuatan oksidasi relatif unsur-unsur halogen
3. Mempelajari keperiodikan sifat logam-logam alkali dan alkali tanah
II. DASAR TEORI
Kofigurasi elektron unsur-unsur menunjukkan suatu keragaman periodik
dengan bertambahnya nomor atom. Akibatnya, unsur-unsur juga akan menunjukkan
keragaman periodik dalam perilaku fisis dan kimianya.
Pada umumnya unsur-unsur yang segolongan dalam Sistem Periodik Unsur
mempunyai sifat yang hampir mirip. Unsur-unsur tersebut sifat-sifatnya akan
bertambah atau berkurang secara periodik dari atas ke bawah. Begitu pula jika unsur-
unsur itu membentuk senyawa. Sifat-sifat senyawa yang terbentuk juga mirip. Namun
ada perbedaan sifat pada senyawa itu yang disebabkan oleh perbedaan ukuran atom
atau ion unsur-unsur tersebut.
Dengan menentukan kekuatan oksidasi relatif unsur-unsur golongan halogen,
maka akan diperoleh suatu pengertian mengenai kecenderungan unsur-unsur untuk
menarik elektron. Kecenderungan untuk menarik elektron itu dapat dihubungkan
dengan berubahnya ukuran atom dan ukuran ion.
Logam alkali dan alkali tanah mempunyai warna yang khas. Pada percobaan ini
akan dipelajari reaksi logam alkali maupun alkali tanah dengan air, warna nyala logam
alkali dan alkali tanah dan kelarutan senyawa alkali tanah dalam air. Perbedaan
kelarutan senyawa-senyawa logam alkali tanah dapat digunakan untuk membedakan
ion-ion logam alkali tanah.

III. ALAT dan BAHAN


1. Alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pinggan penguapan
- Gelas kimia 500 ml
- Gelas ukur 10 ml
- pipet tetes
- Kawat nikrom
2. Bahan
- Larutan NaF, NaCl, NaBr dan NaI
- Larutan Brom (0,5 ml Br2/ 100 ml air)
- Larutan Iod (0,5 g I2/100 ml etanol)
- Larutan kanji
- Larutan CCl4
- Larutan AgNO3 0,1 M
- Larutan Na.tio sulfat 2 M
- Logam Na, Mg, dan Ca
- Larutan pekat LiCl, NaCl, MgCl2, BaCl2, SrCl2
- Ca(NO3)2 0,1 M, Ba(NO3)2 0,1 M, Sr(NO3)2 0,1 M, (NH4)2C2O4 0,1 M, K2CrO4 0,1 M,
(NH4)2SO4 0,1 M
- Larutan fenolftalein

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Pengenalan golongan alkali dan alkali tanah
Reaksi dengan Air
a. Apungkan secarik kertas saring di atas permukaan air dalam pinggan penguapan.
Jepit sepotong kecil natrium dan letakkan di atas kertas itu. Perhatikan! Jangan
pegang natrium dengan tangan dan jangan dekat dengan tempat reaksi. Setelah
reaksi selesai, periksalah air di dalam pinggan tersebut dengan 1 tetes fenolftalein,
catat perubahan yang terjadi.
b. Balikkan tabung reaksi yang berisi air dan masukkan di dalam gelas kimia yang juga
berisi air. Masukkan sepotong kecil Ca ke dalam gelas kimia itu dan segera tutup Ca
itu dengan tabung reaksi yang berisi air. Dalam tabung itu terjadi gas. Setelah reaksi
selesai, periksalah gas itu dengan nyala kecil, apa yang terjadi? Kemudian periksalah
airnya dengan fenolftalein, catat perubahan warna yang terjadi.
c. Bersihkan sepotong Mg dengan amplas, masukkan Mg itu ke dalam air.Tunggu
beberapa menit, apa yang terjadi? Kemudian periksalah airnya dengan penolftalein,
catat perubahan warna yang terjadi.
Reaksi Nyala
Bersihkan kawat nikrom dengan cara mencelupkannya ke dalam larutan HCl pekat,
kemudian panaskan kawat itu dalam nyala. Ulangi pekerjaan itu sampai tidak tampak
warna lain dalam nyala (kawat yang bersih, tidak mengubah warna nyala). Kemudian
celupkan lawat ke dalam larutan LiCl pekat dan periksa warnanya dalam nyala. Dengan
cara yang sama periksa warna nyala NaCl, MgCl2, SrCl2 dan BaCl2.
Kelarutan senyawa logam alkali tanah
a. Masukkan ke dalam tiga tabung reaksi berturut-turut 1 ml larutan Ca(NO3)2 0,1 M, 1
ml lar. 0,1 M Sr(NO3)2 dan 1 ml Ba(NO3)2 0,1 M. Teteskan dengan pipet tetes larutan
(NH4)2C2O4 0,1 M ke dalam masing-masing tabung di atas sampai tepat terbentuk
endapan (atau keruh). Catat jumlah tetes yang digunakan sampai terbentuk
endapan. Jika tidak terbentuk endapan sampai penambahan 20 tetes, hentikan
penetesan .
b. Kerjakan seperti pada (1), tetapi gantilah larutan amonium oksalat dengan larutan
(NH4)2SO4 0,1 M dan kemudian dengan larutan K2CrO4 0,1 M.
2. Pengenalan Halogen
a. Brom. Tambahkan 10 tetes CCl4 ke dalam 1 ml lar. Brom, kocok perlahan-lahan.
Dan amati perubahan warna lapisan CCl4.
b. Iod. Tambahkan beberapa tetes larutan kanji ke dalam larutan Iod, catat warna
yang terjadi.
V. Evaluasi
1. Apa sebab terjadi perubahan warna pada fenolftalein ?
2. Jika label dalam botol-botol larutan Ca(NO3)2, Sr(NO3)2, dan Ba(NO3)2 terlepas,
bagaimana anda dapat mengetahui isi botol itu ? Susun suatu cara kerja agar label
pada botol dapat dikembalikan dengan benar.
Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih bahasa: Indra
Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry, New York: John
Wiley & Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980, Fundamental of Chemistry laboratory Students. 4th Ed.New
York : Academic Press, Inc
Percobaan VI
REAKSI DALAM LARUTAN BERAIR

I. TUJUAN
1. Mempelajari reaksi yang berlangsung dalam larutan berair
2. Mengetahui persamaan molekul, persamaan ionik dan persamaan ionik total
dari suatu reaksi
II. DASAR TEORI
Salah satu jenis reaksi yang umumnya berlangsung dalam larutan berair adalah
reaksi pengendapan (precipitation reaction) dengan ciri terbentuknya produk yang
tak terlarut atau endapan. Endapan adalah padatan tak terlarut yang terpisah dari
larutan. Reaksi pengendapan biasanya melibatkan senyawa-senyawa ionik.
Untuk meramalkan apakah endapan akan terbentuk jika dua larutan
dicampurkan dapat digunakan konsep kelarutan dari zat terlarut, yaitu jumlah
maksimum zat terlarut yang akan larut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu
tertentu. Dalam konteks kualitatif ahli kimia membagi zat-zat sebagai zat dapat
larut, sedikit larut atau tak dapat larut. Zat dikatakan dapat larut jika sebagian besar
zat tersebut melarut bila ditambahkan air. Jika tidak zat tersebut digambarkan
sebagai sedikit larut atau tidak dapat larut. Semua senyawa ionik merupakan
elektrolit kuat tapi daya larutnya tidak sama.
III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- labu ukur 10 ml (5)
- tabung reaksi (4)
2. Bahan
- KCl, NaNO3, CuSO4, NaOH dan K3PO4 , (NH4)2SO4 1 M 1 M
- Ca(NO3)2 0.1 M
- akuades
IV. CARA KERJA
1. Mengencerkan larutan KCl, NaNO3, CuSO4, NaOH dan K3PO4 1 M menjadi larutan
KCl, NaNO3, CuSO4, NaOH dan K3PO4 0,2 M menggunakan labu ukur 10 ml
2. Mereaksikankan kedua senyawa berikut dalam tabung reaksi dan mengamati
perubahan yang terjadi.
a. 2 ml Larutan KCl 0,1 M dan 2 ml larutan NaNO3 0,1 M
b. 2 ml Larutan CuSO4 0,1 M dan 2 tetes larutan NaOH 0,1 M
c. 3 ml (NH4)2SO4 1 M dan 2 ml NaOH 1 M
d. 2 ml K3PO4 0,1 M dan 2 ml Ca(NO3)2 0.1 M
3. Menuliskan persamaan molekul, persamaan ionik dan persamaan ionik total dari
suatu reaksi
V. EVALUASI
1. Apakah perbedaan antara persamaan ionik dan persamaan molekul?
2. Apakah keuntungan dari penulisan persamaan ionik total untuk reaksi
pengendapan?
Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih bahasa: Indra
Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry, New York: John
Wiley & Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980, Fundamental of Chemistry laboratory Students. 4th Ed.New
York : Academic Press, Inc

Percobaan VII
STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M DAN PENGGUNAANNYA DALAM
PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN

I. TUJUAN
1. Menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat.
2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan

II. DASAR TEORI


Asidimetri dan alkalimetri adalah analisis kuantitatif volumetri berdasarkan
reaksi netralisasi. Keduanya dibedakan pada larutan standarnya. Analisis tersebut
dilakukan dengan cara titrasi. Pada titrasi basa terhadap asam cuka, reaksinya adalah
:
NaOH(aq) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O
Pada titrasi asam asetat dengan NaOH (sebagai larutan standar) akan dihasilkan garam
yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Garam natrium asetat ini akan terurai
sempurna karena senyawa itu adalah garam, sedang ion asam asetat akan terhidrolisis
oleh air.
CH3COONa CH3COO- + Na+
CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-
Ion asetat akan terhidrolisis oleh molekul air, menghasilkan molekul asam
asetat dan ion hidroksi. Oleh karena itu larutan garam dari basa kuat dan asam lemah
seperti natrium asetat, akan bersifat basa dalam air (pH>7). Apabila garam tersusun
dari basa lemah dan asam kuat, larutan garamnya akan bersifat asam (pH<7). Sedang
garam yang tersusun dari basa dan asam kuat, larutan dalam air akan bersifat netral
(pH=7). Hidrolisis hanya terhadap asam lemah, basa lemah, ion basa dan ion asam
lemah. Titik ekuivalen pada proses titrasi asam cuka dengan larutan natrium
hidroksida akan diperoleh pada pH>7. Untuk mengetahui titik ekuivalen diperlukan
indikator tertentu sebagai penunjuk selesainya proses titrasi. Warna indikator
berubah oleh pH larutan. Warna pada pH rendah tidak sama dengan warna pada pH
tinggi. Dalam titrasi asam asetat dengan NaOH, dipakai indikator semacam itu.
Pada analisis asam asetat dalam cuka perdagangan akan diperoleh informasi
apakah kadar yang tertulis pada etiket sudah benar dan tidak menipu. Analisis
dilakukan dengan menitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan NaOH
standar.
CH3COOH(aq) + NaOH (aq) CH3COONa(aq) + H2O
Gram ekuivalen dari asam asetat dapat dihitung yaitu :
Grek asam asetat = VNaOH  MNaOH
Dalam hal ini molaritas NaOH sama dengan normalitas NaOH karena valensi NaOH =1.
VNaOH = volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan semua asam asetat
dalam larutan.
Karena valensi asam asetat = 1, maka 1 grek asam asetat = 1 mol.
Berat asam asetat (gram) = grek asam asetat  BM asam asetat.
III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- Labu ukur 100 ml
- Buret 50 ml
- Erlenmeyer
- pipet ukur
2. Bahan
- Asam Oksalat
- Lar. NaOH
- Asam cuka perdagangan
- indikator p.p
V. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Penentuan Molaritas NaOH
1. Ditimbang 1,26 g asam oksalat, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
ditambah dengan air suling hingga volume tepat 100 mL.
2. Satu buret disiapkan dan dicuci, diisi larutan asam oksalat yang telah disiapkan.
3. Dituang 10 mL larutan NaOH ke dalam erlenmeyer, ditambah 10 mL air suling
dan 1-2 tetes indikator pp, kemudian dititrasi dengan larutan asam oksalat
hingga warna merah jambu hilang.
4. Titrasi dilakukan 3 kali.
b. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan
1. Diambil 10 mL larutan cuka perdagangan dengan pipet ukur, kemudian
dimasukkan dalam labu ukur kapasitas 100 mL dan diencerkan hingga volume
100 mL.
2. Diambil 10 mL larutan encer (1), dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 125
mL dan ditambah 2 tetes indikator pp.
3. Larutan ini dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan
warna.
4. Titrasi dilakukan 3 kali.
5. Setelah selesai buret harap dicuci dengan asam pencuci (sisa asam asetat
perdagangan).
PENGAMATAN 1
Titrasi I Titrasi II Titrasi III Vrata-rata
VNaOH
VH2C2O4.2H2O

PENGAMATAN 2
Merk asam cuka yang dipakai………………..
Titrasi I Titrasi II Titrasi III
Skala awal buret
Skala akhir buret
Vol. NaOH (mL)

Volume rata-rata NaOH yang digunakan : ……………………….

VI. EVALUASI
1. Apakah yang dimaksud dengan larutan standar?
2. Apa itu larutan standar primer dan sekunder?
3. Bila larutan asam kuat dititrasi dengan basa kuat memakai indikator pp, apakah
tepat bila titrasi sebaliknya juga memakai pp?Jelaskan!

Daftar Pustaka
1. Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts, alih bahasa: Indra
Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Beran & Brady, 1978, Laboratory manual for General Chemistry, New York: John
Wiley & Sons.
2. Brescia, Frank.et Al, 1980, Fundamental of Chemistry laboratory Students. 4th Ed.New
York : Academic Press, Inc
Percobaan VIII
EKSTRAKSI PELARUT
I. Tujuan
1. Mengetahui cara memisahkan dan memurnikan zat
2. Mengetahui cara ekstraksi pelarut dengan menggunakan corong pisah

II. Dasar Teori


Hukum distribusi atau partisi cukup diketahui bahwa zat-zat tertentu lebih
mudah larut dalam pelarut-pelarut tertentu dibandingkan dengan dengan pelarut-
pelarut yang lain. Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat
bercampur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan
nalitis. Bahkan dimana tujuan primer bukan analisis namun preparatif. Ekstraksi
pelarut dapat merupakan salah satu langkah penting dalam memurnikan zat.
Singkatnya ekstraksi pelarut adalah cara memisahkan zat terlarut dengan dengan
menggunakan pelarut lain yang mempunyai daya melarutkan yang berbeda
dengan pelarut yang semula. Misalnya, memisahkan iod terlarut dalam air dengan
menggunakan kloroform atau karbon tetraklorida.
Angka banding konsentrasi-konsentrasi itu selalu konstan asal temperatur
konstan, yaitu

Kd : :

Tetapan Kd dikenal sebagai koefisien distribusi atau partisi. Penting untuk


mencatat bahwa angka banding c2/c1 hanya konstan bila zat yang terlarut
mempunyai massa molekul relative yang sama untuk kedua pelarut itu. Hukum
distribusi atau partisi dapat dirumuskan: “ bila suatu zat terlarut terdistribusi
antara dua pelarut yang tak-dapat-campur, maka pada suatu temperature yang
konstan untuk tiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan
antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tak bergantung pada
spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah
dengan sifat dasar kedua pelaru, sifat dasar zat terlarut dan temperature.

III. ALAT dan BAHAN


1. Alat
˗ Tabung reaksi
˗ Corong pisah 100 ml
˗ Corong penyaring
˗ Gelas ukur 10 ml
˗ Gelas beker 100 ml
˗ Erlenmeyer
˗ Pengaduk
2. Bahan
˗ Iod
˗ CCl4
˗ Akuades

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Dimasukan sebutir kecil Iod ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml akuades,
dikocok dan perhatikan warna larutan.
2. Diambil 1 ml CCl4, perhatikan warnanya lalu masukkan ke dalam larutan Iod,
dikocok dan perhatiakan kembali warnanya.
3. Diambil beberapa butir Iod lalu masukkan ke dalam gelas beker berisi 25 ml
akuades dan aduk sampai larut.
4. Larutan Iod dipindahkan ke corong pisah dalam keadaan kran tertutup.
5. Dimasukkan 10 ml CCl4 ke dalam corong pisah yang berisi larutan Iod tadi.
6. Dipasang sumbat corong pisah dan pegang corong dengan posisi ibu jari kanan
menekan tutup dan jari kiri memegang kran.
7. Buka kran sebentar (ujung pipa jangan menghadap muka/ wajah) tutup kran
kembali dan gojoglah.
8. Membuka kran sebentar, tutup kembali lalu gojog.
9. Mengulangi langkah no 8 sampai tak terdengar bunyi gas keluar saat membuka
kran.
10. Setelah selesai digojog, segera buka tutup corong lalu pisahkan kedua lapisan
melalui kran dan tampung lapisan bawah dengan Erlenmeyer dan lapisan atas
dengan tempat yang berbeda.
PENGAMATAN

Pengamatan
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah
1 Iod + akuades 5 ml
2 Larutan no 1 + CCl4 1 ml
3 Iod + 25 ml akuades
4 Larutan no 2 + CCl4 10 ml
(dalam corong pisah)

V. Evaluasi
1. Apakah tujuan dilakukannya ekstraksi pelarut?
2. Apakah yang anda ketahui tentang rendemen?
Daftar Pustaka
1. Aloysius Hardyana Pudjaatmaka, 1989, Analisis Kimia Kuantatif, Jakarta : Erlangga.
2. Vogel, 1979, Testbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis,
London : Longman Group Limited.

Percobaan IX
REAKSI OKSIDASI-REDUKSI

I. TUJUAN
1. Menjelaskan tentang reaksi redoks
2. Menuliskan reaksi redoks
3. Menentukan urutan reaktivitas logam-logam berdasarkan reaksi redoks

II. DASAR TEORI


Setiap logam mempunyai sifat reduktor, hal ini disebabkan kecenderungan
melepaskan electron atau mengalami oksidasi. Ada yang bersifat reduktor kuat
(mudah teroksidasi) seperti logam-logam alkali, namun ada pula yang bersifat
reduktor lemah (sukar teroksidasi) seperti logam-logam mulia.
Pada tahun 1825 Alessandro Giuseppe Volta (1745-1827) dari italia
menyusun urutan logam-logam yang dikenal saat itu yang berjumlah 20 jenis, dari
reduktor terkuat sampai reduktor terlemah berdasarkan eksperimen. Urutan
tersebut dinamakan “Deret Volta”. Air dan hydrogen meskipun bukan logam
dimasukkan juga oleh Volta. Deretnya sbb.:
K-Ba-Ca-Na-Mg-(H2O)-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-(H)-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Makin kekiri letak suatu logam dalam deret Volta sifat reduktornya makin
kuat. Oleh karena itu, suatu logam dalam deret volta mampu mereduksi ion-ion di
sebelah kanannya tetapi tidak mampu mereduksi ion-ion disebelah kirinya. Dalam
menuliskan reaksi redoks bisa dengan reaksi setengah.

III. ALAT dan BAHAN


1. Alat
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Kertas amplas
 Lempeng logam Zn, Fe, Cu, Pb
2. Bahan
 Pb(NO3) 0,1 M
 ZnSO4 0,1 M
 HCl 3 M
 Fe(NO3)2 0,1 M
 CuSO4 0,1 M

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

1 Digosok logam Zn dengan menggunakan ampelas kemudian dipotong kecil-


kecil dengan ukuran 0,5 cm x 0,5 cm.
2 Diambil 12 buah tabung reaksi kemudian mengisi berturut-turut dengan
larutan CuSO4 0,1 M; Fe(NO3)3 0,1 M; ZnSO4 0,1 M; Pb(NO3)2 0,1 M dan HCl
3 M.
3 Dimasukkan sepotong logam Zn yang telah digosok ke dalam masing-
masing larutan di atas kemudian mengamati apa yang terjadi.
4 Mengulangi percobaan 1 sampai dengan 3 dengan mengganti logan Zn
dengan lempeng logam Fe, Mg dan Cu.
5 Menuliskan reaksi-reaksi yang terjadi kemudian membuat kesimpulan
urutan reaktivitas logam-logam Zn, Fe, Mg dan Cu
V. EVALUASI
1 Tuliskan reaksi redoks (setengah reaksi) yang mungkin terjadi hasil dari
percobaan anda?
2 Buat setimbang reaksi oksidasi ion plumbit, (Pb(OH) 3- menjadi plumbum
dioksida dengan oksidator ion hipoklorit dalam suasana basa berikut ini:
Pb(OH)3- + OCl- PbO2 + Cl-

Daftar Pustaka
1 Vogel, 1979, Testbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic
Analysis, London : Longman Group Limited
2 Brady, 1998, General Chemistry Principles & Structure, Alih Bahasa :
Sukmariah Maun dkk, , 1999, Kimia Universitas: Asas dan Struktur Jilid 1,
Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.

Percobaan X
KINETIKA REAKSI LOGAM Mg DENGAN HCl

I. TUJUAN
Menentukan tingkat reaksi ( orde ) logam Magnesium ( Mg ) dengan larutan HCl.

II. DASAR TEORI


Kinetika kimai adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari
bagaimana suatu reaksi berlangsung. Dalam kinetika kimia dipelajari tentang
laju reaksi dan mekanisme reaksi. Pengertian “laju reaksi” digunakan untuk
menerangkan berapa cepat reaksi berlangsung, sedang “mekanisme reaksi”
dipakai untuk menerangkan melalui langkah-langkah manakah suatu pereaksi
berubah menjadi hasil reaksi.
Laju reaksi suatu reaksi kimia biasanya didefinisikan sebagai perubahan
konsentrasi yang ikut serta dalam reaksi tersebut persatuan waktu. Misalnya
untuk reaksi :
A + B P, akan mempengaruhi laju reaksi menurut persamaan :
[ ] [ ] [ ]
Laju reaksi ( v ) = − =− =+

Perasaman ini menunjukan bahwa laju rekaksi suatau rekasi kimia adalah
berbanding terbalik terhadap waktu dan sebanding dengan konsentrasi.
Dari berbagai hasil percobaan ternyata bahwa laju reaksi tidak selalu
merupakan fungsi linier dari konsentrasi zat pereaksi. Untuk reaksi diatas dapat
dinyatakan secara empiris dalam persamaan berikut
v = k[A]p. [B]q
Secara kinetika kimia p dan q dikenal sebagai tingkat reaksi, sedangkan ( p + q )
adalah tingkat reaksi total reaksi tersebut. Andaikan suatu reaksi mempunyai
tingkat reaksi n, maka laju reaksi sebanding dengan konsentrasi dan berbanding
terbalik dengan t.
v = α [C]n C = konsentrasi
v= n = tingkat/orde reaksi

t = waktu
oleh karena α [C]n = , maka kalau dibuat grafik [C]n terhadap akan diperoleh

grafik berupa garis lurus. Dengan demikian tingkat reaksi suatu reaksi kimia
dapat ditentukan dengan membaca grafik [C]n Vs

Penentuan tingkat reaksi dengan membaca


Tingkat reaksi
grafik

[C] Vs
1
2 [C]2 Vs

3 [C]3 Vs
n
[C]n Vs

III. ALAT DAN BAHAN


1. Pita Mg
2. Larutan HCl 2 M
3. Rak dan tabung reaksi
4. Labu ukur 100 mL
5. Aquadest
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Potonglah pita Mg yang tersedia sepanjang ± 1 cm, sediakan sebanyak 8
potong.
2. Dari larutan HCl 2 M yang tersedia, buatlah larutan HCl 1,8 M ; 1,6 M ; 1,4 M ;
1,2 M dan 1 M.
3. Pindahkan ± 10 mL larutan HCl 2 M kedalam tabung reaksi, masukan satu
potong pita Mg.
4. Catat waktu memasukan pita Mg sampai reaksi selesai.
5. Ulangi prosedur ini dengan menggunakn larutan HCl 1,8 M ; 1,6 M ; 1,4 M ; 1,2
M dan 1 M.
6. Masing-masing prosedur diulangi sebanyak 1 - 2 kali.
7. Catatlah hasil pengamatan-pengamatan pada lembar pengamatan.
8. Gambarlah grafik [C] Vs dan [C]2 Vs .
9. Tentukan tingkat reaksinya.

Percobaan XI
PEMBUATAN INDIKATOR ASAM BASA ALAMI

I. TUJUAN
Membuat indikator asam basa dari bahan alami
II. DASAR TEORI
Indikator asam basa merupakan zat warna atau campuran beberapa zat warna
yang memiliki warna berbeda dalam larutan yang bersifat asam dan larutan yang
bersifat basa. Ada banyak indikator yang digunakan, baik indikator yang alami maupun
yang berasal dari zat kimia. Adanya trayek perubahan warna pada berbagai indikator
dapat membantu kita dalam memperkirakan harga pH suatu larutan.
III. ALAT DAN BAHAN
1. Gelas kimia 100 mL
2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Bunga mawar merah
5. Metanol
6. Larutan asam denag pH 2 - 5
7. Larutan basa dengan pH 9 – 12
8. Aquadest

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Pisahkan mahkota atau kelopak bunga mawar dari tangkainya.
2. Isi gelas kimia denga metanol sampa setengah bagian volume gelas kimia
3. Masukan mahkota atau kelopak bunga mawar kedalam gelas kimia yang berisi
metanol. Diamkan beberapa lama sampai metanol berubah warna menjadi
merah.
4. Pisahkan kelopak bunga dari metanol yang talah berubah warna. Amati
perubahan yang terjadi pada kelopak atau mahkota bunga mawar.
5. Teteskan kurang lebih 3 tetes metanol berwarna merah tadi kedalam tabung
reaksi yang berisi larutan asam dengan pH = 2. Amati perubahan warna yang
terjadi.
6. Lakukan prosedur No. 5 pada larutan asam lainnya, larutan basa, dan
aquadest. Amati perubahan warna yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai