PRAKTIKUM PARASITOLOGI I
1
VISI dan MISI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
Visi
Menjadi Institut yang unggul dan profesional dalam bidang kesehatan di tingkat Nasional dan Asia
tahun 2028.
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang unggul, berkarakter, dan kompeten yang
adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan globalisasi;
2. Menyelenggarakan penelitian yang inovatif, produktif dan responsif terhadap ilmu
pengetahuan, teknologi dan kebutuhan masyarakat;
3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berlandaskan nilai dan tanggung
jawab sosial; dan
4. Menjalin kerjasama yang baik dengan stakeholder mulai dari pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat sebagai pengguna lulusan.
1
VISI dan MISI
FAKULTAS FARMASI
Visi
Menghasilkan lulusan yang unggul dan professional dalam mutu pendidikan di bidang Farmasi Klinis
dan Komunitas serta Mikrobiologi Molekuler Klinis yang Mampu Bersaing di tingkat Nasional dan
Asia Tahun 2022.
Misi
1) Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan sistem yang mendukung
pada FF sehingga pembelajaran tersebut menghasilkan prodi yang dapat menghasilkan alumni
berkarakter unggul, kompeten, dan excellent service;
2) Menyelenggarakan proses praktik laboratorium yang kondusif dan handal di berbagai fasilitas
pelayanan kesehatan masyarakat;
3) Mengoptimalkan dan mengimplementasikan penelitian bidang Farmasi Klinis dan Komunitas
dan Mikrobiologi Molekuler Klinis dengan menggunakan pendekatan riset dalam bidang
Farmasi dan Teknologi Laboratorium Medik;
4) Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang Farmasi dan Teknologi Laboratorium Medik;
dan
5) Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan, pelayanan, organisasi, dan
stakeholders baik dalam maupun luar negeri.
2
VISI dan MISI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
Visi
Menjadi program studi yang unggul dan professional dalam bidang Mikrobiologi Molekuler Klinis
Tahun 2022
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan Teknologi Laboratorium Medik yang unggul dan excelent service
dalam bidang Mikrobiologi Molekuler Klinis;
2. Menyelenggarakan proses praktik laboratorium yang kondusif diberbagai fasilitas pelayanan
kesehatan masyarakat;
3. Mengoptimalkan dan mengimplementasikan penelitian di bidang Mikrobiologi Molekuler Klinis
dengan menggunakan pendekatan riset dalam bidang Teknologi Laboratorium Medik;
4. Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang Mikrobiologi Molekuler Klinis; dan
5. Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan, pelayanan, organisasi, dan stakeholders
baik dalam maupun luar negeri.
3
SK MODUL
4
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
5
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya. Petunjuk praktikum parasitologi 1 ini dapat diseleseikan sebagai panduan dalam
pelaksanaan mata kuliah praktikum hematologi di lingkungan Progra Studi DIV Teknologi
Laboratorium Medik.
Ungkapan terima kasih yang mendalam kami sampaikan kepada pihak yang telah membantu
memberikan gagasan dan saran dalam penyusunan praktikum ini. Dengan disusunnya modul ini
diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk memahami mata kuliah praktek parasitologi 1
sebagaimana yang diharapkan oleh kurikulum kesehatan dan tuntutan kebutuhan pelayanan
kesehatan.
Akhirnya diharapkan diktat ini dapat dimanfaatkan secara optimal oleh mahasiswa pada
khususnya, dan pada peserta didik di lingkungan Prodi DIV Teknologi Laboratorium Medik pada
umumnya. Untuk penyempurnaan penyusunan berikutnya kami sangat mengharapkan kritik dan
saran membangun dari berbagai pihak yang berkompeten dalam bidang ini.
Penyusun
6
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) INSTITUT
KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
7
DAFTAR ISI
VISI dan MISI INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM ............................. 1
VISI dan MISI FAKULTAS FARMASI .................................................................................. 2
VISI dan MISI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK .................... 3
SK MODUL ............................................................................................................................ 4
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER ......................................................................... 5
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 6
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 7
TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOLOGI MEDIK II .............................................................. 8
PETUNJUK KERJA DI LABORATORIUM ........................................................................... 9
BAB I Pemeriksaan Parasitologi Yang Ada Di Tubuh ............................................................. 13
BAB II Menganalisa Istilah-Istilah Parasitologi ....................................................................... 14
BAB III Mengidentifikasi Macam Macam Parasit .................................................................... 19
BAB IV Mengidentifikasi Cara Penularan .............................................................................. 21
BAB V Mengamati Siklus Hidup Parasit dan Mengidentifikasi Diagnosa Laboratorium .......... 25
BAB VI Mengamati Spesimen Pemeriksaan Parasitologis ....................................................... 27
BAB VII Mengetahui Jenis Jenis Helmintes ............................................................................ 31
BAB VIII Mengidentifikasi Nematoda Usus ............................................................................ 32
BAB IX Mengidentifikasi Nematoda Jaringan ......................................................................... 34
8
TATA TERTIB PRAKTIKUM PARASITOLOGI 1
1. Para praktikan harus sudah siap di depan ruang praktikum lima menit sebelum waktu praktikum
dimulai.
2. Di dalam laboratorium, Praktikan diharuskan memakai APD (Alat Pelindung Diri)
3. Sebelum mulai praktikum alat- alat diperiksa terlebih dahulu, bila ada yang pecah atau
kurang harus dilaporkan.
4. Apabila ada alat yang dipecahkan harus dilaporkan pada instruktur dan harus diganti.
5. Setelah selesai bekerja alat – alat harus dalam keadaan bersih dan dikembalikan
ketempat semula.
6. Setelah selesai bekerja harus membuat laporan dalam buku ini dan ditunjukkan pada
instruktur yang bertugas.
7. Selama kegiatan praktikum tidak boleh makan, minum atau merokok didalam
laboratorium.
8. Praktikan hanya diperbolehkan menggunakan laboratorium pada waktu ada jadwal.
9. Bila mahasiswa tidak mengikuti praktikum tanpa alasan yang SAH < 100% tidak boleh
mengikuti ujian praktikum dan dianggap tidak mempunyai nilai ujian tersebut.
9
PETUNJUK KERJA DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
A. Persiapan
1. Mahasiswa memakai APD (alat pelindung diri) seperti: sepatu, jas
laboratorium, handscoon, masker.
2. Persiapan alat praktikum disiapkan 1 hari sebelumnya.
3. Reagen yang diperlukan dalam praktikum sudah dipersiapkan sebelumnya.
4. Mahasiswa harus membawa sampel yang dibutuhkan pada waktu praktikum, sesuai
petunjuk instruktur.
B. Selama Praktikum
1. Selama mengerjakan praktikum mahasiswa bekerja tenang, hati – hati, tanggap, teliti,
akurat, dan dapat bekerja sama dengan temannya.
2. Mendengarkan instruksi yang diberikan oleh instruktur laboratorium.
3. Mengerjakan praktikum sesuai dengan prosedur petunjuk praktikum.
4. Bertanggung jawab atas hasil praktikum yang sudah dikerjakan.
C. Selesai Praktikum
1. Membersihkan peralatan praktik dan meja yang dipakai selama praktikum dengan
desinfektan.
2. Mengumpulkan laporan praktikum kepada instruktur laboratorium.
3. Setelah kegiatan selesai, mahasiswa melakukan berdoa bersama agar apa yang
dikerjakan bermanfaat minimal untuk diri sendiri dan bermanfaat untuk umat
10
BAB I
PEMERIKSAAN FESES LENGKAP (FL)
1.1 Pendahuluan
1.2 Tujuan
Untuk memeriksa feses secara lengkap dan mengetahui bentuk atau morfologi (normal atau tidak
normal) yang ada didalam feses.
1.3 Alat :
a. Obyek gelas
b. Cover glass
c. Lidi
d. Mikroskop binokuler atau monokuler
1.4 Bahan :
a. Feses normal atau feses patogen
b. Larutan NaCl 0,85% atau Pz
c. Eosin 2% d. Lugol 2%
1.5 Prosedur :
a. Disiapkan obyek glass dan cover glass yang bersih dan bebas lemak.
b. Diambil sedikit feses dengan menggunakan lidi lalu diletakkan diatas obyek glass.
c. Diambil sedikit larutan NaCl 0,85% kemudian diaduk rata sampai homogen (tidak boleh ada
gelembung), demikian juga untuk eosin 2% dan lugol 2%.
d. Ditutup dengan cover glass.
e. Diperiksa dibawah mikroskop pembesaran lensa obyektif 10x atau 40x.
Parasitologi 1 13
Bab 2
Istilah-Istilah Dalam Parasitologi
Berdasarkan tempat hidup parasit dibedakan sebagai Ektoparasit dan Endoparasit. Ektoparasit,
hidup pada sebelah luar atau permukaan tubuh hospes (infestasi), contohnya: berbagai kutu anjing,
kutu manusia (Gambar 1), kutu kucing, dsb. Sedangkan endoparasit, hidup di dalam organ tubuh
hospes, contohnya: Cacing gelang hidup dalam pencernaan manusia, cacing Trichinella spiralis
(Gambar 2) hidup dalam otot hewan dan manusia, mikrofilaria dari cacing Wuchereria bancrofti
(Gambar 3) hidup dalam jaringan darah manusia.
Parasitologi 1 14
Gambar 3. Wuchereria bancrofti
(sumber: www.photomacrography.net)
Parasitologi 1 15
c. Menurut lamanya menetap pada hospes
Parasit dibedakan menjadi parasit permanen dan parasit temporer. Parasit permanen, hidup pada
permukaan atau di dalam tubuh hospes sejak permulaan sampai dewasa, kadang-kadang selama
hidupnya. Contohnya: Cacing Ascaris lumbricoides (Gambar 4) menetap dalam usus manusia selama
hidupnya. Parasit temporer, hidup bebas sebagian dari masa hidupnya dan sewaktu-waktu mencari
hospes untuk mendapat makanan. Contohnya: Pinjal (Gambar 6) hanya sewaktu-waktu menghinggapi
hospes untuk mendapat makanan
b. Hospes Perantara
Hospes perantara adalah hospes tempat parasit tumbuh menjadi bentuk infektif yang siap
ditularkan kepada manusia. Contohnya : Keong air tawar Bellamya spp. (Gambar 10) merupakan
hospes perantara bagi cacing Echinostoma spp. (Gambar 11) sebab dalam tubuh keong dapat
mengandung stadium metaserkaria cacing tersebut.
Parasitologi 1 17
Gambar 11. Echinostoma spp.
(sumber: www.photomacrography.net)
c. Hospes Resevoar
Hospes reservoar adalah hewan yang mengandung parasit yang sama dengan spesies parasit
yang terdapat pada manusia sehingga merupakan sumber infeksi bagi manusia. Contohnya: Babi
merupakan hospes reservoar bagi Balantidium coli (Gambar 12), sehingga babi merupakan sumber
infeksi balatidiasis coli bagi manusia.
d. Hospes paratenik
Hospes paratenik ialah hewan yang mengandung stadium inefektif bagi parasit tanpa menjadi
dewasa pada hospes definitif. Contohnya: cacing tanah merupakan hospes paratenik bagi Syngamus
trachealis (Gambar 13).
Parasitologi 1 18
Bab 3
Mengidentifikasi Macam Macam Parasit
3.1 Pendahuluan
Protozoa adalah organisme satu sel atau hewan bersel satu yang hidup sendiri atau dalam bentuk
koloni. (Proto (1) = pertama; zoon = hewan). Tiap protozoa merupakan kesatuan lengkap yang
sanggup melakukan semua fungsi kehidupan yang pada jasad lebih besar dilakukan oleh sel-sel
khusus. Sebagian besar protozoa hidup bebas dialam, tetapi beberapa jenis hidup sebagai parasit pada
manusia dan binatang. Pembagian dalam kelas PROTOZOOLOGI berdasarkan alat gerak antara lain :
1. Rizopoda atau Amoeba : contoh E-histolitika, E-coli
2. Ciliophora atau Ciliata : contoh Balantidium coli
3. Mastigopora atau Flagelata : contoh Giardia lamblia, Genus Tricomonas contoh Tricomonas
vaginalis .
4. Sporozoa : contoh Genus Plasmodium (Plasmodium malariae, Plasmodium falsifarum,
Plasmodium vivax, Plasmodiumovale) dan Toxooplasma gondii
3.2 Tujuan
Untuk mengetahui atau melihat bentuk atau morfologi dari preparat awetan yaitu Entamoeba
colli, Entamoeba histolitica, Toxoplasma gondii, Giardia lamblia dan lain-lain.
3.3 Alat
1. Mikroskop Monokuler
2. Mikroskop Binokuler
3.4 Bahan
1. Minyak imersi
2. Preparat Awetan dari golongan Protozoa (Entamoeba colli, Entamoeba histolitica, Balantidium
colli, Toxoplasma gondii (dll)
3.5 Prosedur
1. Diambil salah satu preparat awetan dari golongan protozoa.
2. Diletakkan salah satu preparat awetan diatas meja mikroskop monokuler atau mikroskop
binokuler.
3. Ditetesi minyak imersi.
4. Dilihat dengan pembesaran lensa obyektif 100 x dengan menggunakan minyak imersi.
5. Diamati dan digambar setiap bentuk preparat yang telah dilihat.
3.6 Hasil Pengamatan
Contoh :
1. Gambar Giardia lamblia…..
Ciri – ciri…..
Keterangan gambar…..
3. Dan seterusnya
3.7 Kesimpulan ….
Parasitologi 1 20
Bab 4
Mengidentifikasi Cara Penularan
b. Cara Penularan
Penularan parasit dari satu host ke host yang lain, disebabkan oleh bentuk parasit tertentu
dikenal sebagai stadium infeksi. Stadium infeksi pada berbagai parasit ditularkan dari satu host ke
host yang lain dalam beberapa cara berikut:
1. Rute oral. Konsumsi makanan, air, sayuran atau tempat yang terkontaminasi oleh stadium
infeksi parasit. Cara penularan ini pada beberapa parasit dikenal sebagai rute fecal oral
(misalnya kista Giardia intestinalis dan Entamoeba histolytica, telur Ascaris lumbricoides, dan
Trichuris trichura.
a. Mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang. Infeksi dapat ditularkan secara oral
bila konsumsi daging mentah atau setengah matang yang mengandung parasit infektif
(misalnya: daging babi mengandung selulosa cysticercus, tahap larva Taenia solium).
b. Mengkonsumsi ikan dan kepiting yang kurang matang atau mentah. Infeksi juga dapat
ditularkan dengan konsumsi ikan dan kepiting mentah atau setengah matang yang
mengandung stadium infektif parasit (misalnya: kepiting mengandung stadium parasit
infektif, kepiting atau udang air tawar mengandung metasercaria Paragonimus
westermani, ikan mengandung metaserkaria Clonorchis sinensis, dan lain lain).
c. Mengkonsumsi air mentah atau belum matang. Infeksi dapat ditularkan lewat makanan
mentah atau air belum masak yang menyembunyikan bentuk parasit infektif (misalnya:
air kacang dada, dll mengandung metaserkaria pada Fasciolopsis buski dan Fasciola
hepatica).
2. Penetrasi kulit dan membran mukosa Infeksi ditransmisikan dengan:
a. Penetrasi kulit oleh larva filaria (filariformy larva) pada cacing tambang, Strongyloides
stercoralis yang kontak dengan tanah tercemar feces.
b. Tusukan kulit oleh serkaria pada Schistosoma japonicum, S. Mansoni, dan S. haematobium
yang kontak dengan air yang terinfeksi. Bagian kulit yang dipenetrasi adalah bagian kulit
yang tipis, misalnya: di daerah jari jemari, kulit perianal, dan kulit perineum.
Parasitologi 1 21
Infeksi juga dapat ditularkan dengan inokulasi ke dalam darah melalui nyamuk, seperti pada
penyakit malaria dan filariasis.
4. Kontak seksual
Trichomoniais dapat ditularkan melalui kontak seksual. Entamoebiasis dapat ditularkan
melalui kontak seksual anal oral, seperti pada kalangan homoseksua.
Pada praktikum kali ini, akan digunakan pemeriksaan secara kualitatif dengan
menggunakan metode apung ( flotation method ) tanpa disentrifugasi untuk mendeteksi
ada atau tidaknya parasit didalam tubuh. Teknik diagnostik merupakan salah satu
aspek yang penting untuk mengetahui adanya infeksi penyakit cacing, yang dapat
ditegakkan dengan cara melacak dan mengenal stadium parasit yang ditemukan.
4.3 Prosedur
Langkah-langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah:
Parasitologi 1 22
1. 2 gram tinja dicampur dengan 200 ml larutan NaCl jenuh (33%), lalu diaduk
sampai larut
2. Campuran tinja dengan NaCl jenuh (33%) dituangkan kedalam tabung reaksi
sampai terbentuk cembung dipermukaan tabung, gunakan penyaring teh apabila
terdapat serat-serat selulosa
3. Diamkan selama + 10 menit
4. Cover glass ditempelkan dipermukaan cembung campuran tinja dengan NaCl
5. Diamati dengan mikroskop
4.3 Hasil dan Pembahasan
4.4.1 Hasil
Trichuris trichiura -
Cacing tambang -
Cacing pita -
Ancylostoma duodenale -
Necator americanus -
Strongyloides stercoralis -
4.4.2 Pembahasan
Metode apung ( flotation method ) ini menggunakan NaCl jenuh (33%) atau
larutan gula jenuh dan terutama digunakan untuk pemeriksaan feses yang
mengandung sedikit telur. Prinsip kerjanya didasarkan atas berat jenis (BJ) telur
parasit yang lebih ringan dibanding dengan larutan yang digunakan, sehingga telur-
telur terapung dipermukaan dan juga memisahkan partikel-partikel yang besar yang
terdapat didalam tinja. Pemeriksaan ini berhasil untuk mengidentifikasi telur-
telur Nematoda, Schistosoma, Dibothriocephalus, telur-telur yang berpori dari
family Taenidae dan telur-telur Acanthocephala.
Hasil pemeriksaan feses yang dilakukan dalam praktikum ini adalah negative.
Parasitologi 1 24
Bab 5
Mengamati Siklus Hidup Parasit dan Mengidentifikasi Diagnosa Laboratorium
5.1 Siklus Hidup Parasit
Siklus hidup adalah rute yang dilalui oleh parasit dari saat masuk ke host di dalam host sampai ke luar
dari host dan masuk kembali. Suatu parasit dapat melibatkan satu host atau lebih, melibatkan satu atau
lebih sebagai perantara (intermediate host). Siklus hidup parasit terdiri dari dua fase utama, fase di
dalam tubuh dan fase di luar tubuh manusia. Siklus hidup parasit di dalam tubuh memberikan
informasi tentang gejala dan kelainan akibat infeksi parasit, serta metode diagnosis dan pemilihan
obat yang tepat. Siklus parasit di luar tubuh, memberikan informasi penting yang berkaitan dengan
epidemiologi, pencegahan, dan pengendalian.
B. Tujuan
Untuk memeriksa feses secara lengkap dan mengetahui bentuk atau morfologi (normal atau tidak
normal) yang ada didalam feses.
C. Alat :
a. Obyek gelas
b. Cover glass
c. Lidi
d. Mikroskop binokuler atau monokuler
D. Bahan :
Parasitologi 1 25
a. Feses normal atau feses patogen
b. Larutan NaCl 0,85% atau Pz
c. Eosin 2% d. Lugol 2%
E. Prosedur :
a. Disiapkan obyek glass dan cover glass yang bersih dan bebas lemak.
b. Diambil sedikit feses dengan menggunakan lidi lalu diletakkan diatas obyek glass.
c. Diambil sedikit larutan NaCl 0,85% kemudian diaduk rata sampai homogen (tidak boleh ada
gelembung), demikian juga untuk eosin 2% dan lugol 2%.
d. Ditutup dengan cover glass.
Diperiksa dibawah mikroskop pembesaran lensa obyektif 10x atau 40x.
Parasitologi 1 26
Bab 6
Mengamati Spesimen Pemeriksaan Parasitologi
Parasitologi 1 27
Gambar 6.1. Pengecatan langsung (Direct wet mount)
Parasitologi 1 28
Gambar 6.2. Teknik sediaan tebal (metoda Kato)
Bab 7
Jenis-Jenis Helmintes
7.1 Pengertian Helmintologi
Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit berupa cacing. Penyakit karena cacing
(helminthiasis) banyak tersebar di seluruh dunia terutama di daerah tropis. Hal ini berkaitan dengan
faktor cuaca dan tingkat sosio-ekonomi masyarakat.
Sebagian cacing memerlukan vertebrata atau avertebrata tertentu sebagai host, misalnya ikan,
siput, crustaceae atau serangga dalam siklus hidupnya. Di daerah tropis, host ini juga banyak
berhubungan dengan manusia, karena tidak adanya pengendalian dari masyarakat setempat.
Serangga seperti lalat dan nyamuk penghisap darah, di samping sebagai intermediet host, juga
merupakan bagian dari lingkaran hidup cacing. Penyebaran telur cacing yang keluar bersama
dengan feses klien berkaitan erat dengan pengetahuan tentang sanitasi. Kebiasaan buang air besar
yang tidak higienis berdampak pada meningkatnya jumlah klien helminthiasis.
Begitu juga kebiasaan makan masyarakat menyebabkan penularan jenis cacing tertentu,
misalnya makan makanan yang masih mentah atau setengah matang. Bila di dalam makanan
tersebut terdapat kista atau larva cacing maka siklus hidup cacing menjadi lengkap ketika terjadi
infeksi pada manusia.
Berbeda dengan infeksi organisme lain, seperti protozoa, dalam tubuh manusia cacing dewasa
tidak memperbanyak diri. Cacing yang bersifat parasit pada manusia terbagi dalam 2 golongan
besar, yaitu cacing gilig/silindris (Nemathelminthes) dan cacing pipih (Platyhelminthes).
Parasitologi 1 31
Stadium dewasa cacing yang termasuk Nemathelminthes (kelas Nematoda) berbentuk bulat
memanjang (gilig, silindris) dan pada potongan tranversal tampak rongga badan yang berisi organ,
cacing ini mempunyai alat kelamin terpisah. Dalam parasitologi kedokteran Nematoda dibagi
menjadi Nematoda usus yang hidup di rongga usus dan Nematoda jaringan yang hidup di jaringan
berbagai organ tubuh.
Cacing dewasa yang termasuk Platyhelminthes mempunyai badan pipih tidak berongga dan
bersifat hemaprodit. Platyhelminthes dibagi menjadi kelas Trematoda (cacing daun) dan kelas
Cestoda (cacing pita). Cacing Trematoda berbentuk daun tidak bersegmen, sedangkan cacing
Cestoda berbentuk pita dan bersegmen.
Parasitologi 1 32
Bab 8
Mengidentifikasi Nematoda Usus
Parasitologi 1 34
Bab 9
Mengidentifikasi Nematoda Jaringan / Darah
Parasitologi 1 35
DAFTAR PUSTAKA
Assafa Dawit, et al. 2004. Medical Parasitology. Degree and Diploma Programs For Health Science
Students. Ethiopia Public Health Training Initiative.
Dawit Assafa, et al. 2004. Medical Parasitology. Lecture Notes, Jimma University, Debub University,
University of Gondar, In collaboration with the Ethiopia Public Health Training
Initiative(EPHI), The Carter Center, the Ethiopia Ministry of Health, and the Ethiopia
Ministry of Education.
Entjang Indan. 2001. Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan. Bandung, PT Citra
Aditya Bakti.
Ganda Hussada S, Herry D, Pribadi Wita. 2000. Parasitologi Kedokteran. edisi ketiga, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.
Michael J. Cuomo, Lawrence B. Noel, Daryl B. White. Diagnosing Medical Parasites: A Public
Health Officers Guide to Assisting Laboratory and Medical Officers.
Prasetyo RH. 2002. Pengantar Praktikum Helmintologi Kedokteran. Edisi 2, Airlangga University
Press.
Prasetyo RH. 2005. Pengantar Praktikum Protozoologi Kedokteran. Edisi 2, Airlangga University
Press.
Parasitologi 1 36