PRAKTIKUM BIOMEDIK
BLOK 9
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIMUS
2019/2020
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM BIOMEDIK
BLOK 9
Penyusun
Editor
dr. Kanti Ratnaningrum, MSc
Laboratorium biomedik
Fakultas kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang
Jl. Kedungmundu Raya No.18, Kecaatan Tembalang
Semarang 50273
2
VISI
PROGRAM STUDI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIMUS
MISI
PROGRAM STUDI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIMUS
3
LEMBAR PENGESAHAN
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT atas karunia Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku Petunjuk Praktikum
Biomedik Blok 9. Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan
untuk dosen pengampu praktikum biomedik dan mahasiswa pada blok 9
yang akan diselenggarakan pada semester gasal tahun ajaran 2019/2020.
Buku Petunjuk ini berisi ketentuan umum laboratorium Biomedik topik dan
materi, tata cara penilaian dan referensi sumber pembelajaran.
Terimakasih sebesar besarnya kami sampaikan kepada dosen, staf
dan pihak-pihak yang berperan serta dalam penyusunan buku petunjuk ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam buku ini, oleh karena itu
tim penyusun sangat mengharapkan masukan untuk kesempurnaan Buku
Petunjuk Praktikum Biomedik ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi semua
pihak yang terlibat dalam sistem pembelajaran FK Unimus, khususnya
dosen dan mahasiswa.
Tim Penyusun
5
AREA KOMPETENSI
Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas
profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta
komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi,
landasan ilmiah kedokteran, ketrampilan klinis, dan pengelolaan masalah
kesehatan. Praktikum biomedik yang dilaksanakan di FK Unimus
disesuaikan dengan area kompentensi seperti tercantum pada Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tabel 1 berikut:
Tabel 1. Area kompetensi UKDI terkait pelaksanaan praktikum biomedik FK
Unimus
Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
6. Menerapkan mawas diri
7. Mempraktekkan belajar sepanjang hayat
8. Mengembangkan pengetahuan
Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
14. Menerapkan ilmu biomedik, ilmu humaniora, ilmu
kedokteran klinik, dan ilmu kesehatan
masyarakat/kedokteran pencegahan/kedokteran
komunitas yang terkini untuk mengelola masalah
kesehatan secara holistik dan komprehensif
Area Ketrampilan Klinis
6.3 Prinsip laboratorium dasar
6.4 Prinsip pemeriksaan penunjang lain
6.5 Prinsip ketrampilan terapeutik
Area Pengelolaan Masalah Kesehatan
b. Prinsip dasar berbagai pemeriksaan penunjang
diagnostik (laboratorium sederhana, USG, EKG,
radiodiagnostik, biopsy jaringan)
6
TATA TERTIB PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM TATA TERTIB
PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM BIOMEDIK
7
Bukti tersebut harus ditunjukkan/diberikan kopinya kepada Bagian
Biomedik/dosen pengampu praktikum.
4. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum sesuai dengan
jadwalnya dikarenakan alasan lain selain poin sebelumnya misalnya
ketiduran, macet atau lupa, tidak diperkenankan mengikuti kegiatan
praktikum dan ujian dan wajib mengulang praktikum Biomedik mata
kuliah tersebut pada tahun berikutnya.
5. Mahasiswa diwajibkan datang tepat waktu. Apabila terlambat lebih
dari 15 menit setelah praktikum dimulai, dan tanpa alasan yang dapat
diterima dosen pengampu (seperti ketiduran, lupa, mengerjakan tugas
yang lain), maka mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti praktikum
dan ujian dan wajib mengulang praktikum Biomedik mata kuliah
tersebut pada tahun berikutnya.
6. Mahasiswa yang ingin mengikuti inhal harus melapor kepada Bagian
Biomedik dan dosen pengampu dan mengikuti praktikum inhal sesuai
dengan jadwal yang ditentukan.
7. Mahasiswa diharuskan memakai jas praktikum (dikancing penuh) dan
alat pelindung diri (APD) lainnya yang sesuai, selama mengikuti
kegiatan pembelajaran di Laboratorium Biomedik.
8. Mahasiswa dilarang meninggalkan ruang praktikum tanpa seizin dari
dosen pengampu atau asisten, makan, minum, mengobrol maupun
membuat kegaduhan dalam bentuk apapun selama mengikuti kegiatan
pembelajaran di Laboratorium Biomedik. Dosen pengampu berhak
memberikan hukuman jika ada hal yang mengganggu jalannya
praktikum.
8
9. Mahasiswa harus bersungguh-sungguh, cermat, hati-hati serta
bertingkah laku sopan & santun, selama mengikuti kegiatan
pembelajaran di Laboratorium Biomedik.
10. Meja dan alat praktikum harus bersih dan alat dikembalikan ke
tempatnya setelah selesai praktikum.
11. Jika mahasiswa memecahkan atau merusakkan alat laboratorium
dengan alasan apapun, maka diwajibkan mengganti alat tersebut dalam
waktu selambat-lambatnya sebelum ujian berlangsung sebagai
prasyarat mengikuti ujian praktikum.
12. Peraturan tambahan akan diterangkan lebih lanjut oleh masing-masing
Laboratorium.
9
ALUR & TATA CARA KEGIATAN PRAKTIKUM BIOMEDIK
Kuliah
Pengantar
Biomedik
Praktikum
Praktikum
Inhal
Ujian
10
5. Mahasiswa tidak diperkenankan makan, berbicara, atau membuat
kegaduhan ketika dosen menyampaikan materi.
6. Mahasiswa diperkenankan bertanya pada sesi tanya jawab.
7. Kuliah pengantar ini merupakan bagian dari kegiatan praktikum
Biomedik, bagi mahasiswa yang tidak hadir karena menjadi
delegasi kegiatan kampus atau terkena musibah sebagai berikut :
sakit, kecelakaan yang menimbulkan hendaya fisik, meninggalnya
keluarga dekat, wajib menghadap dan menunjukkan bukti yang
kuat untuk dapat diperbolehkan mengikuti remedi pretes.
Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan ini dikarenakan
alasan lain selain diatas tidak diperkenankan mengikuti pre-test
ulang semua topik praktikum terkait.
B. PRE-TEST
1. Tujuan pelaksanaan pre-test adalah untuk mengetahui
kesiapan mahasiswa mengikuti praktikum.
2. Pre-test diadakan setiap awal praktikum setelah
pembukaan praktikum oleh masing-masing dosen
pengampu.
3. Soal yang diujikan dapat berupa soal esai atau pilihan
ganda mengenai teori dasar, cara kerja, alat dan bahan dan
teori interpretasi hasil materi praktikum.
4. Nilai pre-test termasuk komponen penilaian. Nilai minimal
lulus adalah 70 (Skala 0-100). Jika nilai dibawah nilai
minimal lulus, maka mahasiswa dapat mengulang pretest
11
sebanyak satu kali, kecuali bagi mahasiswa yang tidak
mengikuti kuliah “Pengantar Biomedik”.
5. Remedi pretes tidak dipungut biaya dan dijadwalkan di
kemudian hari.
6. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti pretes karena alasan
apapun akan mendapatkan nilai 0 dan mendapatkan
kesempatan mengulang pretest sebanyak satu kali,
kecuali bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kuliah
“Pengantar Biomedik”.
C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Praktikum merupakan salah satu prasyarat mengikuti ujian
praktikum.
2. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum sesuai dengan
jadwalnya dikarenakan alasan yang jelas, yaitu menjadi delegasi
kegiatan kampus, menikah atau ada keluarga yang menikah (ayah,
ibu, adik atau kakak kandung) atau terkena musibah sebagai
berikut: sakit/ kecelakaan yang menimbulkan hendaya fisik,
meninggalnya keluarga dekat dapat mengikuti praktikum
kelompok lain dengan menunjukkan bukti yang kuat jika masih ada
materi praktikum yang sama. Jika sudah tidak ada jadwal
praktikum lain, maka diwajibkan mengikuti inhal. Bukti tersebut
harus ditunjukkan/diberikan kopinya kepada dosen pengampu
praktikum untuk menentukan inhal tidaknya mahasiswa tersebut.
3. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum sesuai dengan
jadwalnya dikarenakan alasan lain selain poin sebelumnya tidak
12
diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum dan ujian dan wajib
mengulang praktikum Biomedik mata kuliah tersebut pada tahun
berikutnya.
4. Mahasiswa wajib membuat tugas sebelum praktikum sesuai
dengan format yang telah ditentukan. Mahasiswa yang tidak
mengumpulkan tugas dengan alasan apapun akan mendapatkan
sanksi dari dosen pembimbing.
5. Setiap kelompok melakukan praktikum, sesuai cara kerja dalam
buku petunjuk praktikum.
6. Hasil praktikum ditunjukkan kepada pembimbing atau
didokumentasikan oleh mahasiswa.
7. Mahasiswa wajib mengesahkan laporan sementara kepada
pembimbing praktikum sebelum meninggalkan laboratorium.
8. Mahasiswa wajib membuat dan mengumpulkan laporan akhir dan
penugasan sesuai dengan format yang ditentukan masing-masing
dosen pengampu setelah mengikuti kegiatan praktikum setiap
topik sebagai prasyarat untuk dapat mengikuti ujian.
D. PRAKTIKUM INHAL
1. Praktikum inhal adalah praktikum pengganti yang dilakukan jika
mahasiswa tidak dapat mengikuti praktikum sesuai dengan jadwal
dengan alasan yang jelas dan mampu menunjukkan buktinya.
Praktikum inhal merupakan prasyarat mengikuti ujian bagi
mahasiswa tersebut.
2. Praktikum inhal dikenakan biaya. Biaya akan ditentukan kemudian.
13
3. Kesempatan inhal hanya diberikan sampai H-1 ujian laboratorium
pengampu dilaksanakan.
4. Bagi mahasiswa yang tidak inhal sampai dengan waktu yang telah
diberikan, wajib mengikuti kembali seluruh kegiatan praktikum
laboratorium pengampu pada tahun berikutnya
5. Mahasiswa yang ingin mengikuti inhal diwajibkan
melapor/memberitahukan/mendaftar dan membayar biaya ke
bagian biomedik lantai 2 sebelum praktikum inhal berlangsung.
6. Jadwal praktikum inhal akan ditentukan kemudian.
7. Mahasiswa yang mengikuti praktikum inhal tetap wajib membuat
dan mengumpulkan laporan sementara dan laporan akhir.
14
4. Laporan akhir praktikum di tulis tangan, memakai tinta biru.
Format detail mengenai penulisan laporan akhir ditentukan dalam
peraturan masing-masing laboratorium
5. Jangka waktu pengumpulan laporan ditentukan masing-masing
dosen pengampu praktikum
F. POSTEST
1. Tujuan pelaksanaan postest adalah mengevaluasi kegiatan
praktikum dan mempersiapkan mahasiswa untuk ujian praktikum.
2. Postes dilakukan satu kali setelah kegiatan praktikum selesai
dilakukan. Jadwal akan ditentukan kemudian oleh masing-masing
dosen pengampu praktikum.
3. Postes wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa tanpa terkecuali. Bagi
mahasiswa yang tidak mengikuti postest dengan alasan apapun,
akan tetap dianggap hadir dan diberikan nilai 0.
4. Postes masuk dalam komponen penilaian. Tidak ada batas lulus
dalam postest dan tidak ada remidi atau susulan.
G. UJIAN
1. Merupakan tahap evaluasi kegiatan pembelajaran praktikum
biomedik
2. Mahasiswa harus mengikuti kegiatan pembelajaran 100% untuk
dapat mengikuti ujian praktikum.
3. Ujian ident/ujian praktikum dilaksanakan setelah seluruh materi
kegiatan praktikum selesai dilaksanakan.
15
4. Ujian merupakan prasyarat mengikuti remedi praktikum
Biomedik.
5. Mahasiswa wajib datang 30 menit sebelum ujian dimulai.
Mahasiswa yang terlambat datang setelah ujian dimulai tidak
diperkenankan mengikuti ujian ident/ ujian praktikum.
6. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti ujian karena alasan yang
jelas, yaitu menjadi delegasi kegiatan kampus, menikah atau ada
keluarga yang menikah (ayah, ibu, adik atau kakak kandung) atau
terkena musibah sebagai berikut: sakit/ kecelakaan yang
menimbulkan hendaya fisik, meninggalnya keluarga dekat wajib
menghadap dan mendapatkan izin mengikuti ujian susulan dari
dosen pengampu dengan menunjukkan bukti yang kuat dan
dengan menyelesaikan semua prasyarat ujian sebelum hari H ujian.
Ujian susulan dilakukan bersamaan dengan ujian remedi akhir
semester.
7. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti ujian karena alasan apapun
selain yang sudah disebutkan pada poin sebelumnya harus
mengulang kegiatan praktikum Biomedik Blok tersebut di tahun
depan, kecuali bagi mahasiswa yang telah menyelesaikan semua
prasyarat ujian pada periode tersebut.
16
SISTEM PENILAIAN
17
3. Nilai akhir Biomedik adalah rerata dari seluruh akhir mata ajar
praktikum dalam satu blok. Dalam satu blok dapat berjalan lebih dari
satu mata ajar praktikum.
18
Mahasiswa yang tidak hadir pada saat ujian tanpa alasan yang
dapat diterima, secara otomatis akan mendapat nilai 0 pada ujian
tersebut. Apabila saat ujian mahasiswa ijin dengan alasan yang dapat
diterima serta membawa surat ijin, maka diperbolehkan mengikuti
ujian susulan dengan menghubungi dosen pembimbing praktikum dan
laboratorium biomedik. Ujian susulan hanya diberikan 1(satu) kali
dengan batasan waktu H-1 Rapat Yudisium.
Hal-hal lain yang belum tercantum dalam ketentuan ini akan diatur
kemudian sesuai kebijakan yang berlaku di lingkungan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
19
FORMAT COVER LAPORAN AKHIR
LAPORAN
PRAKTIKUM (NAMA MATA AJAR)
Logo Unimus
Disusun oleh:
Nama Mahasiswa/NIM
Kelompok……
Pembimbing:
…………………
20
DAFTAR ISI
Cover ……………………………………………………………………………. 1
TimPenyusun Biomedik…………………………………………………. 2
Visi dan Misi Program Studi FK UNIMUS ………………………… 3
Lembar Pengesahan………………………………………………………... 4
Kata Pengantar ……………………………………………………………… 5
Area dan level kompetensi……………………………………………… 6
Tata tertib Pelaksanaan …………………………………………………. 7
Alur dan Tata Cara Kegiatan Praktikum Biomedik ………….. 10
Sistem Penilaian ……………………………………………………… 17
Format cover ………………………………………………………………… 20
Daftar Isi ………………………………………………………………………. 21
Parasitologi
P1. Pemeriksaan feses………………………………………………….. 23
30
P2. Identifikasi protozoa……………………………………………………..
Patologi klinik
Format laporan PK………………………………………………………. 38
Pemeriksaan SGOT/SGPT……………………………………………… 40
Daftar pustaka………………………………………………………………… 46
21
PARASITOLOGI
22
PRAKTIKUM 1
PEMERIKSAAN FECES
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa memahami cara pengumpulan sampel untuk
pemeriksaan feses dengan benar.
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan feses dengan baik dan
benar
3. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil pemeriksaan
feses dengan benar.
B. DASAR TEORI
Pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium
yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis
suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai
pemeriksaan laboratorium yang modern, dalam beberapa kasus
pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh
pemeriksaan lain. Ketepatan diagnosis dari hasil pemeriksaan feses
ditentukan oleh: cara pengumpulan sampel yang benar, cara
pemeriksan, dan interpretasi hasil pemeriksaan yag baik.
Indikasi dilakukan pemeriksaan feses adalah adanya salah satu
keadaan berikut (a) adanya diare, (b) darah dalam feses, (c) lendir
dalam feses, (d) konstipasi, (e) adanya gangguan pencernaan, atau (f)
kecurigaan penyakit gastrointestinal.
Jumlah spesimen yang digunakan pada pemeriksaan feses
bergantug pada pemeriksaan yang akan dilakukan. (1) Jika dilakukan
untuk moitoring terapi taeniasis, diperluka seluruh tinja untuk
identifikasi skoleks yang keluar. (2) Pada pemeriksaan rutin cukup 5-
10 gram. Pemeriksaan pada pasien perlu diulang 3x dengan interval
waktu 3 hari, (3) sedangkan untuk program survey di lapangan, cukup
dilakukan 1x.
23
Macam Pemeriksaan
a. Makroskopis
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah,
warna, bau, darah, lendir, dan parasit. Feses untuk pemeriksaan
sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan. Feses hendaknya
diperiksa dalam keadaan segar, jika terlalu lama mungkin sekali
unsur-unsur dalam tinja itu menjadi rusak. Dibawah ini merupakan
syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses:
Syarat feses
1. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
misalnya bagian yang bercampur darah atau lendir
2. Specimen terbaik berasal dari defekasi spontan atau hasil
Rectal Toucher sebagai bahan pemeriksaan tinja sewaktu.
3. Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Penundaan
dapat dilakukan 1 malam pada suhu 40C.
4. Pada pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic /
sodium sulfat terlebih dahulu
Syarat pasien
1. Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari
sebelum pemeriksaan
Syarat wadah yang baik
1. Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine
2. Wadah harus bermulut lebar
3. Untuk pengiriman tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat
dari kaca atau bahan yang tidak dapat ditembus seperti plastik.
Kalau konsistensi tinja keras, dos karton berlapis paraffin juga
boleh dipakai.
Penyimpanan spesimen feses harus difiksasi untuk meminimalkan
pengurangan makna diagnosis. Adapun bahan fiksatif yang
digunakan:
1. Larutan formalin gliserin 5%/ 10%
2. Larutan schauddin
3. Larutan PVA (polivinil alkohol) yang mengandung larutan
schauddin
24
4. Larutan mertiolat-iodium formaldehid (MIF)
Syarat memperoleh pengawetan yang baik meliputi:
1. Jumlah pengawet harus cukup
2. Bahan pengawet dan specimen harus dicampur sampai rata
Karena unsur-unsur patologik dalam feses biasanya tidak merata,
maka hasil pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat
kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –(negatif), (+),
(++), (+++) saja
b. Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan identifikasi
protozoa dan telur cacing.
1. Protozoa
dapat ditemukan dalam bentuk kista atau tropozoid. Contoh
protozoa yang munngkin ditemukan yaitu Entamoeba
hystolitica, Balantidium coli, Giardia lambia
2. Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides,
telur cacing tambang, Trichuris trichiura, Taenia sp.,, Enterobius
vermicularis, dan lain sebagainya.
25
D. CARA KERJA
a. Pemeriksaan makroskopis
Hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan meliputi kuantitas
dan kualitas feses.
Kuantitas feses
Fisiologis, pada kondisi normal jumlah tinja dewasa 80-
170gr/hr, sedangkan pada anak-anak ± 100gr/hr
Patologis, pada kondisi diare, feses lebih banyak dan berair/
encer
Kualitas feses
1. Warna
Fisiologis
Coklat, merupakan warna normal feses. Warna feses berasal
dari sterkobilin yang merupakan hasil oksidasi urobilinogen
oleh bakteri usus.
Warna lain yang dipengaruhi makanan atau obat-obatan yang
dikonsumsi:
- Orange, konsumsi kaya beta karoten, obat rifampisin
- Hijau, makan sayur-sayuran, pemakaian kalomel pada
obat-obatan
- Hitam, konsumsi obat yang mengandung Fe, licorice hitam,
dan obat yang mengandung bismut
Patologis:
- Tidak berwarna (seperti dempul), dapat disebabkan
karena saluran empedu tersumbat, cairan empedu tidak
dapat masuk dalam usus
- Hitam seperti teer, dapat disebabkan karena terjadi
perdarahan dalam usus bagian atas, disebut melena
- Merah seperti darah segar, dapat disebabkan karena
terjadi perdarahan dibagian kaudal usus atau bagian anal
2. Konsistensi
Terdapat lima macam konsistensi feses
26
1) Keras (hard): jika ditusuk dengan lidi, lidi tidak dapat
masuk. Kondisi ini terjadi pada konstipasi, tinja keras
seperti batu, dan bentuk bulat kecil-kecil (coprolithiasis)
2) Normal (formed): jika ditusuk dengan lidi, lidi dapat
masuk dan tetap berdiri tegak
3) Lembek (soft): jika ditusuk dengan lidi, lidi akan masuk,
dan jika dilepaskan, lidi akan condong
4) Setengah cair (loose/watery): ): jika ditusuk dengan lidi,
lidi akan masuk, dan jika dilepaskan, lidi akan rebah
sejajar dengan permukaan
5) Cair/ encer (watery): feses seperti air. Biasanya pada
penderita kolera, feses cair seperti air leri (air cucian
beras)
3. Bau
Fisiologis:
- Bau normal disebabkan adanya skatol dan indol, senyawa
yang dihasilkan oleh bakteri
- Diit susu menyebabkan tidak berbau
Patologis:
- Disentri amoeba: bau amis akibat adanya darah
- Disentri basiler: bau bacin karena pembusukan protein
- Askariasis: bau amis
4. Bentuk
Patologis:
- Penderita stenosis usus bagian bawah: bentuk seperti
pensil
- Penderita dyspepsia: bentuk seperti buih
- Penderita diare: bentuk seperti bubur
- Penderita kolera: bentuk seperti air leri (air cucian beras)
5. Darah atau lendir
Fisiologis: normalnya feses tidak berlendir atau berdarah
Patologis: darah dan lendir ditemukan pada disentri
27
b. Pemeriksaan mikroskopis
Cara konsentrasi sedimentasi
1) Ambil feses sesuai indikasi (kurang lebih 1 gram) lalu masukan
dalam tabung sentrifuse.
2) Tambahkan aquadest 10 ml, lalu aduklah pelan-pelan. Apabila
terdapat kotoran dari sisa makanan yang mengapung di
permukaan larutan, hendaknya diambil dan dibuang
menggunakan lidi.
3) Putar dengan sentrifuse selama 2 menit, kecepatan 2300 rpm
4) Buang supernatan, lihat kekeruhan cairan di atas sedimen
Lakukan point 3 sebanyak 3x sampai cairan di atas sedimen
jernih
5) Buang supernatan,
6) Aduk sedimen hingga homogen
7) Ambil 1 tetes, letakkan cairan sedimen pada objek glass,
ratakan supaya tipis
8) Tutup dengan deckglass agar tidak terdapat gelembung udara
9) Lakukan pengamatan dibawah mikroskop, mula-mula
perbesaran lemah (10x); jika sudah ditemukan, gunakan
perbesaran objektif 40-100x untuk memperbesar subjek
pengamatan
c. Hasil Pengamatan
(Tulis hasil anda pada lembar kerja pemeriksaan feses)
Pemeriksaan Makroskopis
Kuantitas :
Kualitas
1) Warna :
2) Konsistensi :
3) Bau :
4) Bentuk :
5) Keterangan Lain :
28
Pemeriksaan Mikroskopis
1) Telur/ larva Cacing di temukan :
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
2) Temuan lain :
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………………………
29
PRAKTIKUM 2
IDENTIFIKASI PROTOZOA
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat melakukan identifikasi mikroskopis berbagai macam
protozoa penyebab penyakit pada manusia
B. DASAR TEORI
Protozoa merupaka bagian dari parasit yang sebagian dapat
menyebabkan penyakit pada manusia. Protozoa terbagi menjadi
berikut:
Protozoa usus merupakan makhluk hidup bersel satu yang sering
menjadi penyebab penyakit diare. Manusia yang terinfeksi oleh
protozoa biasanya dapat diindikasikan dari konsistensi feces yang
encer. Penyakit yang disebabkan amoeba disebut amoebiasis, namun
demikian adanya feces encer belum tentu disebabkan oleh amoeba.
Penyakit diare juga dapat disebabkan oleh Giardia lambia. Salah satu
spesies pathogen dari amoeba adalah Entamoeba hystolitica dan
Balantidium coli. Protozoa usus lain yang sebenarnya flora normal
saluran pencernaan tetapi dapat menyebabkan diare adalah Entamoeba
coli. Pemeriksaan protozoa ini dapat dilakukan secara langsung dengan
membuat sediaan dengan pewarnaan maupun tanpa pewarnaan.
Protozoa genital merupakan makhluk hidup bersel satu yang
sering menjadi penyebab penyakit pada daerah genital. Salah satu
spesies pathogen dari protozoa ini adalah Trichomonas vaginalis.
Pemeriksaan protozoa ini dapat dilakukan secara langsung dengan
membuat sediaan dari bahan apusan vagina atau secret urethra
Protozoa darah adalah protozoa yang dapat hidup dan
diindentifikasi dari spesimen darah seperti Toxoplasma gondii, sebagai
penyebab penyakit toxoplasmosis. Bentuk infektif disebut takizoid,
bentuk kista dapat ditemukan dalam jaringan dan bersifat dorman
ketika kondisi host tidak mendukung perkembangan Toxoplasma.
Protozoa darah lain yang dapat menyebabkan penyakit adalah
Tripanosoma sp. sebagai penyebab tripansomiasis.
30
Plasmodium termasuk dalam protozoa darah sebagai penyebab
penyakit malaria. Plasmodium dibagi menjadi 4spesies, yaitu
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan
Plasmodium malariae. Plasmodium falciparum merupakan spesies yang
paling berbahaya disbanding spesies lain karena sering menyebabkan
malaria serebral dan percepatan perburukan kondisi penderita
malaria.
D. CARA KERJA
1. Siapkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum.
2. Pengamatan sediaan
a. Sediaan awetan dipasang pada mikroskop dengan perbesaran
kuat (40-100X gunakan minyak imersi jika diperlukan).
b. Amati morfologi secara keseluruhan
Tugas praktikan :
1. Identifikasi dan gambarkan preparat yang ditemukan pada buku
kerja
2. beri keterangan pada gambar
3. tuliskan penyakit yang disebabkan oleh preparat tersebut
31
Tabel . Lembar kerja identifikasi parasit
Protozoa darah
1 Tropozoit Plasmodium Falciparum
- Ukuran 4-7 µ
- Bentuk seperti bulan sabit
- 1 Nukleus
32
4 Tripomastigot Tripanosoma evansi
- Nukleus 1 di tengah
- Memiliki flagel bebas
- Memiliki membrane undulasi
- Kinetoplast di awal membrane
undulasi
Protozoa usus
5 tropozoid Giardia lamblia
- Ukuran 10-20 μm
- Bentuk seperti buah pear
(bilateral simetris)
- 2 buah inti terletak sentries
- 4 pasang flagel
- 2 buah axostil/axonema
- Ukuran 11-14 μm
- Bentuk bulat / oval
- Dinding kista yg tebal dari
polimer galactosamine dan
protein
- Terdapat sisa alat gerak
axonema
- Jumlah inti 2-4
- Bentuk bulat
- dinding kista dari hialin
33
- Ukuran 15-20 μ
- Inti berkisar antara 1-8 buah
- Batang kromidial runcing
- Bulat
- 2 lapis dinding
- sitoplasma granuler
- Terdapat makronukleus,
- Terdapat mikronukleus
- Badan retraktil
34
10 Kista Entamoeba hystolitica
- Bentuk bulat
- dinding kista dari hialin
- Ukuran 6-15 μ
- Inti berkisar antara 1-4 buah
- Batang kromidial tumpul
Protozoa genital
12 Tropozoid Trichomonas vaginalis
Ukuran 10-20µ
Memiliki 1 nukleus
Memiliki axostil
1 flagel posterior
2 pasang flagel anterior
35
12 Kista Trichomonas vaginalis
Bentuk amuboid
memiliki 1 nukleus
terdapat sisa axostil
36
PATOLOGI KLINIK
37
FORMAT UMUM LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK
I. LAPORAN SEMENTARA
Laporan sementara adalah laporan yang harus diserahkan sebelum
memasuki ruangan laboratorium. Laporan sementara merupakan bagian
dari nilai kegiatan praktikum. Laporan sementara dikerjakan individual.
Laporan sementara ditulis tangan dalam kertas ukuran A4. Format
laporan sementara adalah :
1. Nama dan nomor mahasiswa
2. Judul Topik Praktikum
3. Tujuan praktikum
4. Alat dan bahan
5. Cara kerja (dalam bentuk skema/bagan/tabel)
6. Kemungkinan hasil pemeriksaan/ Interpretasi Hasil/ Format
pelaporan hasil
38
Meliputi tulisan “laporan praktikum…..” & judul topik praktikum
huruf kapital semua & Bold, logo unimus, identitas dan kelompok
praktikum, nama dosen pembimbing/pengampu, tulisan
laboratorium pengampu materi & tahun pembuatan huruf kapital
semua & Bold. Lihat contoh di bawah.
2. Judul (5)
3. Tujuan praktikum (5)
4. Dasar teori
Tuliskan mengenai teori yang berhubungan dengan materi
praktikum (10)
5. Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum (10)
6. Cara kerja (10)
7. Hasil pengamatan dan analisis data (10)
Meliputi hasil pengamatan (kualitatif dan kuantitatif). Jika
kuantitatif, sertakan perhitungan mengenai hasil pengamatan.
8. Pembahasan (20)
Meliputi teori dasar, hasil, dan kesenjangan antara hasil dengan
teori dasar. Selain itu jelaskan singkat mengenai manfaat hasil pada
klinik, yang disesuaikan dengan teori dasar materi praktikum
9. Kesimpulan (10)
10. Daftar pustaka (5)
11. Tugas dan lampiran (10)
39
PRAKTIKUM 1
PEMERIKSAAN SGPT dan SGOT
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan SGPT dan SGOT
dengan Metode Kinetik – IFCC (tanpa pyridoxal-5-phosphate)
2. Mahasiswa mampu melakukan interprestasi klinik terkait hasil
pemeriksaan SGPT dan SGOT
B. DASAR TEORI
Hati merupakan salah satu organ cerna manusia yang terbesar
dan terletak di rongga perut bagian kanan atas. Organ ini mempunyai
peran yang penting karena merupakan regulator dari semua
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Tempat sintesa dari
berbagai komponen protein, pembekuan darah, kolesterol, ureum dan
zat-zat lain yang sangat vital. Selain itu, juga merupakan tempat
pembentukan dan penyaluran asam empedu serta pusat
pendetoksifikasi racun dan penghancuran (degradasi) hormon-hormon
steroid seperti estrogen.
Jika terjadi penyakit pada organ hati ini perlu dilakukan
pemeriksaan faal hati , salah satunya adalah pemeriksaan SGPT dan
SGOT yang merupakan penanda kerusakan sel. SGPT (Glutamic Pyruvic
Transaminase) atau disebut juga Alanine Aminotrasferase (ALAT/ALT)
dan SGOT (Glutamic Oxalacetic Transaminase) atau disebut juga
Aspartate Aminotransferase (ASAT/AST) adalah enzim
aminotransferase atau transaminase yang mengkatalisis perubahan
asam -keto menjadi asam amino. GPT/ALT merupakan enzim spesifik
di hati yang akan meningkat secara signifikan pada penyakit
hepatobilier. Peningkatan GOT/AST dapat terjadi terkait dengan
kerusakan jantung, otot rangka, atau parenkim hati.
Pemeriksaan pararel SGPT dan SGOT dapat diaplikasikan untuk
membedakan apakah kerusakan diakibatkan oleh hati atau disebabkan
karena kerusakan jantung dan otot rangka. Contohnya, nilai SGOT yang
40
meningkat tanpa diikuti peningkatan nilai SGPT dapat terjadi pada 10-
48 jam setelah infark miokardium, meskipun dapat disertai
peningkatan enzim lain seperti CK (Creatin Kinase). Angka rasio
SGOT/SGPT dapat digunakan untuk melakukan diagnosis banding
kerusakan hati. Nilai rasio <1 mengindikasikan kerusakan hati ringan,
sedangkan nilai rasio > 1 mengindikasikan kerusakan berat atau kronis
hati.
Peningkatan SGPT dan SGOT hingga dua kali normal masih
dianggap biasa. Apabila peningkatan lebih dari dua kali normal, maka
umumnya dianggap bermakna dan membutuhkan pemeriksaan yang
lebih jauh. Pada penyakit hepar akut/hepatitis akut, peningkatan SGOT
& SGPT dapat mencapai 5 kali lipat atau lebih. Namun, pada penyakit
hepar kronis, peningkatan SGOT & SGPT seringkali tidak signifikan,
bahkan pada kejadian serosis hepatis, SGOT & SGPT dapat kembali
normal. Pemeriksaan fungsi hati yang lain adalah pemeriksaan enzim
alkaline fosfatase (dapat menunjukkan sumbatan saluran empedu),
GGT (Gamma Glutamyl Transferase, untuk pemantauan sirosis hepar)
dan kolin esterase (Choline Esterase/CHE). Selain enzim, untuk
pemantauan fungsi hepar juga dapat melihat molekul kimia lain non
enzim yaitu kadar bilirubin, protein (albumin dan globulin) dan faktor
pembekuan yang diproduksi di liver.
41
b. Reagen
1. Reagen pemeriksaan SGOT/AST adalah:
a. Reagen 1 (R1), terdiri dari:
TRIS pH 7,65 110 mmol/L, L-Aspartate 320 mmol/L, MDH
(Malate Dehydrogenase) ≥ 800 U/L, LDH (Lactate
Dehydrogenase) ≥ 1200 U/L
b. Reagen 2 (R2), terdiri dari :
2-Oxoglutarate 65 mmol/L dan NADH 1 mmol/L
2. Reagen pemeriksaan SGPT/ALT adalah:
a. Reagen 1 (R1), terdiri dari:
TRIS pH 7,15 140 mmol/L, L-Alanine 700 mmol/L, LDH
(Lactate Dehydrogenase) ≥ 2300 U/L
b. Reagen 2 (R2), terdiri dari :
2-Oxoglutarate 85 mmol/L dan NADH 1 mmol/L
D. CARA KERJA
1. Pemeriksaan AST/SGOT Metode Kinetik – IFCC (tanpa
pyridoxal-5-phosphate)
a. Prinsip reaksi pemeriksaan AST/GOT adalah sbb :
AST mengkatalis transaminasi dari L-aspartat dan 2-oxaloglutarate
membentuk L–glutamate dan oxaloacetate. Oxaloacetate direduksi
menjadi malat oleh enzym malat oleh enzym malat dehydrogenase
( MDH ) dan niconamide adenine dinucleotide ( NADH ) teroksidasi
menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi, berbanding
langsung dengan aktivitas AST dan diukur secara fotometrik
dengan panjang gelombang 340 nm.
Reaksinya sbb :
L-Aspartat + 2-oxaloglutarate L-glutamate + oxaloacetate
AST
Oxaloacetate + NADH + H+ L-Malat + NAD+
MDH
b. Cara Kerja
42
1. Sediakan 2 tabung reaksi/ kuvet, satu tabung untuk blanko ,
satu tabung untuk sampel pemeriksaan
2. Tabung kuvet blanko dan sampel pemeriksaan terdiri dari
campuran seperti pada tabel 2.
Perhitungan :
Kadar AST/SGOT (Unit/L) = Absorbansi/menit x faktor
Nilai faktor adalah 2143
43
Laki-laki < 35 U/L
c. Cara Kerja
1. Sediakan 2 tabung reaksi/ kuvet, satu tabung untuk blanko ,
satu tabung untuk sampel pemeriksaan
2. Tabung kuvet blanko dan sampel pemeriksaan terdiri dari
campuran seperti pada tabel 2.
44
3. Campur dan homogenkan , Kemudian diinkubasikan selama 1
menit, lalu diukur absorbansi pada 340 nm. Setelah ukuran
absorbansi pertama ditunggu 1 menit dan diukur
absorbansinya lagi, kemudian ditunggu 1 menit lagi lagi dan
diukurkan absorbansi terakhir. (sehingga absorbansi dibaca
setelah 1, 2, dan 3 menit )
Perhitungan :
Kadar ALT/SGPT (Unit/L) = Absorbansi/menit x faktor
Nilai faktor adalah 2143
45
Daftar Pustaka
1. Ronald et al. 2004. Tinjauan Kilis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Jakarta: EGC
2. Sardini, S. 2007. Penentuan Aktivitas Enzim GOT dan GPT dalam
Serum dengan Metode Reaksi Kinetik Enzimatik sesuai IFCC. Jakarta
: BATAN.
3. Sarjono TW. 2016. Helmintologi kedokteran dan veteriner. Malang:
UB press
4. Soedarto. 2016. Buku ajar parasitologi kedokteran edisi kedua.
Jakarta: Sagung Seto
5. Hidajati S, Dachlan YP, Yotopranoto S. 2014. Atlas parasitology
kedokteran. Jakarta: EGC
46