Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL

SKENARIO 1
“Akibat Tak Pemanasan Sebelum Main Bulutangkis”

Pembimbing: dr. Afiana Rohmani, M.Si. Med


Disusun oleh:
Kelompok 5 Blok 3
Pertemuan I
Moderator : Bariklana Wildan S (H2A018075)
Sekeretaris : Yoga Pratama Yulianto (H2A018101)
Pertemuan II
Moderator : Wimakrifah Istiqomah (H2A018096)
Sekeretaris : Besty Barsaliputri (H2A018040)
Anggota
1. Farras Syahla Salsabila (H2A018012)
2. Melia Laili Ramadhani (H2A018019)
3. Febbika Dwi Agung H. (H2A018035)
4. Delanaura Puspitasari A. (H2A018056)
5. Ardelia Sabina (H2A018086)
6. Shelma Assyifa Sabila (H2A018091)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
SKENARIO 1.
“Akibat Tak Pemanasan Sebelum Main Bulutangkis”

Nino laki-laki berusia 20 tahun datang ke Puskesmas karena nyeri pada


lengan kanan sejak 1 jam yang lalu. Nyeri dirasakan setelah pasien melakukan
olahraga bulutangkis. Pada pemeriksaan fisik regio brachium dextra ditemukan
musculus biceps kanan teraba tengang (+), warna kulit sewarna dengan sekitarnya,
nyeri tekan (+), ruang lingkup gerak sendi terbatas (+). Nino mengaku sebelum
main bulutangkis, ia tidak melakukan pemanasan terlebih dahulu. Dokter
menyampaikan kepada Nino bahwa kondisi yang dialaminya adalah kram otot.

STEP 1 – KLARIFIKASI ISTILAH


1. Brachium dextra :
- Lengan atas yang ada di sebelah kanan.[21]
- Anggota gerak atas dari bahu sampai siku.[5]
2. Musculus : otot yang mempunyai dua nepala biceps.[5]
3. Regio : suatu daerah yang kurang atau lebih yang mempunyai
batas tertentu.[5]
4. Nyeri :
- Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan, baik actual maupun potensial atau yang digambarkan
dalam bentuk kerusakan tersebut.[1]
- Perasaan tidak nyaman, menderita, disebabkan oleh rangsangan pada
ujung-ujung saraf tertentu.[5]
- Berasa sakit (seperti ditusuk-tusuk jarum atau seperti dijepit pada bagian
tubuh); rasa yang menimbulkan penderitaan.[8]
5. Kram :
- Kontraksi otot muscular spasmodic yang nyeri.[5]
- Kontraksi yang tidak teratur pada otot atau kejang otot.[8]
6. Biceps :
- Otot yang mempunyai dua caput.[5]
- Otot yang berada pada regio brachium yang memiliki dua origo; caput
longum dan caput breve.[12]

STEP 2 – IDENTIFIKASI MASALAH


1. Apa saja karakteristik kontraksi otot?
2. Struktur otot apa saja yang berperan dalam kontraksi otot?
3. Fungsi pergerakan apa yang terganggu?
4. Bagaimana Nino bisa mengalami kram otot?
5. Apa penyebab dan bagaimana penanganan kram otot?
6. Mekanisme fisologis apa yang terlibat dalam pemanasan?
7. Apa hubungan pemanasan dengan kram otot?

STEP 3 – BRAINSTORMING
1. Karakteristik kontraksi otot:
a. Kontraksi isometrik
Kontraksi isometrik adalah kontraksi yang terjadi saat otot
membentuk daya atau tegangan tanpa harus memendek untuk memindahkan
suatu beban.[17] Tegangan otot meningkat dan panjang otot tetap, penting
untuk memelihara postur tubuh dan menahan beban pada posisi tetap, sistem
isometrik (merekam secara tepat perubahan pada kekuatan kontraksi otot itu
sendiri).[20]
b. Kontraksi isotonik
Kontraksi isotonik adalah kontraksi yang terjadi saat otot memendek
untuk mengangkat atau memindahkan suatu beban.[17] Tegangan otot tetap
konstan dan panjang otot berubah, penting untuk gerakan tubuh dan kerja
memindahkan beban, sistem isotonik (otot memendek melawan beban yang
ada).[20]

2. Struktur otot yang berperan dalam kontraksi otot:


Satu sel otot rangka dikenal sebagai serat otot. Pada serat otot rangka
terdapat banyak miofibril. Miofibril adalah struktur silindris intra sel dan
terbentang di seluruh payang serat otot yang terdiri dari susunan teratur filamen
tipis (terdiri dari protein aktin) dan filamen tebal (terdiri dari protein miosin).
Jika diamati di bawah mikroskopis elektron, struktur serabut otot ada:[16]
1) Pita gelap (pita A)
Dibentuk oleh tumpukan filamen tebal dengan sebagian filamen tipis yang
tumpang tindih di kedua ujung filamen tebal
a. Zona H  daerah yang lebih terang di tengah pita A, tempat yang tak
dicapai filamen tipis
b. Garis M  ada di tengah pita A
2) Pita terang (pita I)
Dibentuk oleh sebagian filamen tipis yang tak menjalar ke pita A
a. Garis Z = ada di tengah pita A
b. Sarkomer = daerah pada pita I yang ada diantara 2 garis Z merupakan
juga komponen terkecil serat otot yang dapat berkontraksi

3. Fungsi pergerakan yang terganggu:


Karena yang teraba tegang adalah M. biceps brachii maka fungsi yang
terganggu adalah fleksi, supinasi, abduksi, rotasi internal.[18]
a. Gejala kontraktor otot bisep sebagai fleksor:
Kontraktor fleksor sendi siku terjadi dalam posisi supinasi dengan
partisipasi M. biceps brachii sehingga menyebabkan terganggunya semua
fungsi yang memerlukan pergantian posisi dari supinasi ke pronasi.
b. Gejala kelemahan otot bisep sebagai fleksor:
Kelemahan M. biceps brachii menyebabkan dominansi posisi pronasi
dengan demikian gerakan mengarahkan sendok ke mulut saat makan
menjadi terganggu.
c. Gejala kontraktor otot bisep sebagai supinator:
Hambatan atau gangguan gerakan-gerakan pada pronasi lengan bawah.
Hambatan ini menyebabkan kompensasi dengan rotasi internal yang
dipaksakan dan abduksi di sendi bahu.
d. Gejala kelemahan otot bisep sebagai supinator:
Kelemahan ini bisa diperiksa dengan kegiatan sehari-hari, contoh:
membuka pintu, menutup kran air, dan mengencangkan sekrup.

4. Mengapa bisa kram otot:


Mekanisme kram otot yaitu diawali dengan kontraksi otot yang
berlebihan tanpa adanya suatu relaksasi atau istirahat. Di dalam tubuh kita
terdapat proses glikolisis, yaitu pemecahan satu molekul glukosa menjadi dua
molekul asam piruvat. Apabila tubuh mendapatkan suplai oksigen yang cukup
maka proses glikolisis akan diteruskan ke proses dekarboksilasi oksidatif, siklus
krebs, dan transport elektron, akhirnya menghasilkan ATP. ATP merupakan
energi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk proses kontraksi dan relaksasi. ATP
dibutuhkan saat proses transport aktif dalam reticulum sarkoplasma untuk
melepas dan memasukkan ion Ca. Ketika otot berkontraksi maka terjadilah
suatu metabolisme glikogenesis yang mengubah glikogen pada otot untuk
dijadikan asam piruvat dan menjadi bahan dasar ATP, namun apabila kontraksi
dilakukan terus menerus otomatis glikogen yang akan dirombak mengalami
penurunan sehingga dalam tubuh terjadi homeostatis yang mengatur sebuah
energi untuk otot walaupun kadar glikogen menipis dengan cara mengubah
glikogen menjadi asam laktat, untuk kadar rendah asam laktat yang dihasilkan
dalam proses mempertahankan gerakan otot ini diperlukan, namun apabila otot
terus berkontraksi ketika sudah terbentuk asam laktat maka pembentukan asam
laktat ini terus dilakukan dan hingga terjadi penumpukan. Dalam hal
penumpukan inilah asam laktat mampu mengiritasi serabut-serabut saraf otot
sehingga terjadi sebuah rasa nyeri, ketika sudah timbul rasa nyeri namun otot
dipaksa untuk terus bekerja maka otot akan mengalami spasme atau kejang otot,
sehingga otot-otot tersebut mengalami ketegangan yang berlebih dan berhenti
secara mendadak. Ketegangan otot yang tidak segera diatasi mampu
menimbulkan dampak yang berbahaya, seperti kerusakan jaringan di sekitarnya
dan menyebabkan robek. Untuk itu, pengontrolan kontraksi otot perlu dilakukan
ketika otot-otot mulai terasa nyeri. Relaksasi yang dilakukan saat otot
mengalami kelelahan memainkan proses metabolisme yang merubah sebagian
asam laktat oleh enzim laktat dehidrogenase untuk dijadikan sebuah energi
dalam bentuk glikogen yang dilakukan oleh organ hati, namun asam laktat yang
menumpuk lainnya dibuang yang dinetralkan oleh hati karena bersifat racun.
Sehingga proses relaksasi sangat diperlukan otot dalam mencegah kekejangan
otot.[2]

5. Penyebab dan penanganan kram otot:


PENYEBAB KRAM OTOT
Melalui penelitian elektromiografik dapat dijelaskan sedikitnya
beberapa penyebab yang menimbulkan kram otot, adalah sebagai berikut: setiap
faktor lokal yang menyebabkan iritasi, atau keadaan metabolisme abnormal
pada otot, seperti sangat kedinginan, kurangnya aliran darah, atau latihan yang
berlebihan, dapat menimbulkan nyeri atau sinyal sensorik lainnya yang akan
dihantarkan dari otot ke medula spinalis, yang selanjutnya menimbulkan refleks
umpan balik kontraksi otot. Kontraksi ini dipercaya merangsang reseptor
sensorik yang sama lebih hebat lagi, dan menyebabkan medula spinalis
meningkatkan intensitas kontraksinya. Jadi, timbul suatu mekanisme umpan
balik positif, sehingga sedikitt saja iritasi sudah dapat menimbulkan kontraksi
yang terus-menerus sampai akhirnya timbul kram otot yang menyeluruh.[6]
Menurut Mohamad (2001) kram otot dapat terjadi karena letih, biasanya
terjadi pada malam hari, dapat pula karena dingin, dan dapat pula karena panas.
Pada otot bergaris, kram dapat disebabkan kelelahan, dehidrasi atau kekurangan
cairan dan elektrolit (terutama kekurangan kalium dan natrium), dapat juga
akibat trauma pada tulang dan otot yang bersangkutan, atau kekurangan
magnesium. Selanjutnya Basoeki (2005) menegaskan bahwa beberapa obat juga
dapat menyebabkan terjadinya kram otot, seperti obat pelancar kemih, penurun
lemak, kekurangan vitamin B1 (thiamine), vitamin B5 (pantothenic acid) dan
B6 (pyridoxine). Kram otot juga dapat terjadi akibat sirkulasi darah ke otot yang
kurang baik.
Gerakan yang dilakukan pada keadaan otot tidak siap dapat
mengakibatkan ketegangan berlebihan yang tidak dapat dikendalikan pada otot
atau yang sering disebut juga sebagai kram otot. Kram otot umumnya terjadi
saat mendekati akhir latihan. Kontraksi atau kejang otot ringan mula-mula
berkembang pada awal latihan, yang bertambah berat saat seseorang mengalami
kelelahan dan berkurang jika kerja otot dikurangi atau otot diregangkan. Kram
otot akan meningkat kemungkinannya jika panjang otot dalam keadaan yang
sangat memendek. Otot yang mengalami kram akan tampak sangat tegang,
bergerak-gerak di bagian tengahnya dan menimbulkan nyeri.
Kram otot diduga disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan
ketidakseimbangan mineral dalam tubuh, khususnya natrium. Keadaan
kekurangan cairan serta kelelahan otot juga dipercaya berpengaruh terhadap
kemungkinan terjadinya kram otot. Studi lain mendapatkan bahwa usia tua, lari
jarak jauh, berat badan berlebih, kurang peregangan dan riwayat kram dalam
keluarga juga berperan dalam mengakibatkan terjadinya kram otot.[7]

PENANGANAN KRAM OTOT[7]


1) Hentikan kegiatan  relaksasikan otot
2) Regangkan otot yang mengalami kram secara pasif dengan cara menarik
sendi yang terkait ke arah yang berlawanan, hingga panjang otot kembali
normal dan kedutan otot tidak lagi tampak
3) Usap atau massage daerah yang mengalami kram ke arah jantung
4) Minum cairan yang mengandung elektrolit (natrium)
5) Jika kram tidak dapat diatasi, mintalah pertolongan dokter di fasilitas gawat
darurat

PENANGANAN
Penanggulangan segera cedera jenis ini umumnya adalah dengan metode RICE
yaitu:[13]
1) Rest (istirahat)
2) Ice (kompres dingin/es)
3) Compression (pembebatan)
4) Elevation (peninggian)

PENATALAKSANAAN[4]
1) Non-farmakologi
a. Coldtherapy  memiliki efek vasokontriksi, merilkesasi otot yang
mengalami spasme, menurunkan nyeri, memperlambat perjalanan
impulse nyeri, meninngkatkan ambang nyeri serta memberikan efek
anestesi lokal.
b. Thermotherapy  bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi dan
merelaksasi otot sehingga menurunkan nyeri yang dirasakan akiebat
spasme otot dan mengurangi bengkak.
c. Disemprot dengan ethylchloride
2) Farmakologi
a. Pemberian obat anti-spasmodik, yaitu phenobarbital dan belladona
alkaloid (atropin, skopolamin)
b. Pemberian obat anti-nyeri, yaitu NSAID (Non Steroid Anti
Inflammatory Drugs), seperti ibuprofen, diklofenak, naproxen; obat
relaksan otot, baclofen, cyclobenzaprine, dan lain-lain.

6. Mekanisme fisologis yang terlibat dalam pemanasan:


Mekanisme fisiologis yang terlibat dalam proses pemanasan hampir
semuanya tergantung pada temperatur. Selanjutnya yang ditingkatkan adalah
temperatur:[9]
1. Meningkatkan laju metabolik (pada titik sekuler) dengan cara menurunkan
tingkat kritis untuk terjadinya reaksi kimia yang penting.
2. Lebih mempercepat dan menyempurnakan disosiasi oksigen dari
hemoglobin
3. Memperbesar pelepasan oksigen dari miolobin
4. Mempercepat dan menguatkan kontraksi otot
5. Mengurangi kekentalan protoplasma otot sehingga meningkatkan efisiensi
mekanis
6. Memperbesar kepekaan reseptor syaraf dan kecepatan transmisi dari impuls
syaraf (fungsi sistem syaraf meningkat)
7. Merangsang pelebaran pembuluh darah sehingga meningkatkan aliran
darah

7. Hubungan pemanasan dengan kram otot:


Pemanasan fisik yang tidak optimal dan gaya olahraga dapat menjadi penyebab
kram otot. Kram otot dapat terjadi karena sirkulasi darah dan fleksibilitas otot
yang kurang saat melakukan sehingga otot tidak mampu menerima pembebanan
sirkulasi darah dan fleksibilitas yang tidak optimal dapat dikarenakan
pemanasan yang belum sesuai. Sirkulasi darah yang tidak optimal dapat
menyebabkan defisit energi sedang saat berolahraga dibutuhkan suatu energi.
Sehingga ketika sirkulasi darah kurang optimal akan menyebabkan
terganggunya metabolisme otot yang dapat menyebabkan penimbunan asam
laktat yang menyebabkan terjadinya kram otot.[3]
STEP 4 – SKEMA

MUSCULUS

Anatomi Fisiologi Histologi Biokimia

Jenis-jenis otot
Otot & sendi pada Struktur Metabolisme
Eksitasi-
ekstremitas superior jaringan otot sel otot
kontraksi

STEP 5 – SASARAN BELAJAR


1. Anatomi
- Otot-otot penyusun ekstremitas superior loge flexor dan extensor
- Sendi penyusun ekstremitas superior
2. Fisiologi
- Jenis-jenis otot
- Eksitasi-kontraksi otot
3. Histologi
- Struktur jaringan otot
4. Biokimia
- Metabolisme sel otot

STEP 6 – BELAJAR MANDIRI


STEP 7
1. Anatomi dari musculus ekstremitas superior
MUSCULUS EXTREMITAS SUPERIOR (LOGE FLEXOR)[11][12]

Otot-otot bahu bagian ventral


1) M. pectoralis major
 Origo:
a. Pars clavicularis
b. Pars sternalis
c. Pars abdominalis
 Insertio: crista tuberculi majoris humeri
 Fungsi: otot bantu pernapasan pada gelang bahu yang terfiksasi
2) M. pectoralis minor
 Origo: Os. costae 3-5
 Insertio: Proc. coracoideus
 Fungsi: otot bantu pernapasan
3) M. subclavius
 Origo: Os. costae 1
 Insertio: sisi bawah Os. clavicula
 Fungsi: fiksasi Os. clavicula di sendi sternoclavicular
4) M. subscapularis
 Origo: fossa subscapularis scapulae
 Insertio: tuberculum minus humeri
 Fungsi: rotasi internal

Otot-otot lengan atas bagian ventral


1) M. biceps brachii
 Origo:
a. Caput longum : tuberculum supragenoidale
b. Caput breve : Proc. coracoideus
 Insertio: tuberositas radii
 Fungsi: fleksi
2) M. brachialis
 Origo: setengah dari Os. humerus
 Insertio: tuberositas ulnae
 Fungsi: fleksi di sendi siku
3) M. coracobrachialis
 Origo: Proc. coracoideus
 Insertio: Os. humerus
 Fungsi: adduksi

Otot-otot lengan bawah ventral (flexor superficial)


1) M. palmaris longus
 Origo: epicondylus mediale humeri
 Insertio: aponeurosis palmaris
 Fungsi: fleksi palmaris
2) M. flexor carpi radialis
 Origo: epicondylus mediale humeri
 Insertio: basis ossis metacarpi II
 Fungsi: pronasi ringan
3) M. pronator teres
 Origo: epicondylus mediale humeri
 Insertio: facies lateralis radii
 Fungsi: pronasi
4) M. flexor digitorum superficialis
 Origo: epicondylus humeri
 Insertio: tepi phalanx media 2-5
 Fungsi: fleksi
5) M. flexor carpi ulnaris
 Origo: epicondylus mediale humeri
 Insertio: basis ossis metacarpi V & os psiforme
 Fungsi: fleksi, abduksi

Otot-otot lengan bawah ventral (flexor profundus)


1) M. flexor digitorum profundus
 Origo: Os. ulna
 Insertio: sisi phalanx distalis 2-5
 Fungsi: fleksi
2) M. flexor pollicis longus
 Origo: bagian tengah Os. radius
 Insertio: sisi palmar phalanx pollex
 Fungsi: fleksi
3) M. pronator quadratus
 Origo: ¼ distal permukaan depan os ulna
 Insertio: ¼ distal permukaan depan os radius
 Fungsi: pronasi

Otot-otot thenar Otot-otot hipothenar


1) M. abductor pollicis breves 1) M. palmaris brevis
2) M. flexor pollicis brevis 2) M. flexor digiti minimi brevis
3) M. oppones pollicis 3) M. abductor digiti minimi
4) M. adductor pollicis 4) M. opponens digiti minimi

MUSCULUS EXTREMITAS SUPERIOR (LOGE EXTENSOR)[11][12]


Otot-otot bahu bagian lateral
1) M. deltoideus
 Origo:
a. Pars clavicularis : 1/3 acromial clavicula
b. Pars acromialis : acromion
c. Pars spinalis : spina scapula
 Insertio: tuberositas deltoidea
 Fungsi: abduksi, adduksi
2) M. supraspinatus
 Origo: fossa supraspinata, fascia supraspinatus
 Insertio: permukaan atas tuberculum majus, kapsul sendi
 Fungsi: sendi bahu  abduksi di bidang scapular-horizontal, rotasi
lateral

Otot-otot bahu bagian dorsal:


1) M. infraspinatus
 Origo: fossa infraspinata, fascia infraspinata
 Insertio: permukaan tengah tuberculum majus, kapsul sendi
 Fungsi: rotasi lateral
2) M. teres minor
 Origo: sepertiga tengah margo lateralis
 Insertio: permukaan bawah tuberculum majus, kapsul sendi
 Fungsi: rotasi lateral, abduksi pada bidang scapular
3) M. teres major
 Origo: angulus inferior
 Insertio:
a. Crista tuberculi minoris sebelah medial
b. M. latissimus dorsi
 Fungsi: rotasi medial, adduksi
Rotator cuff / Manset rotator
1) M. supraspinatus
2) M. infraspinatus
3) M. subscapularis
4) M. teres minor
Fungsi utama: mengontrol dan menghasilkan rotasi bahu

Otot extensor lengan atas


1) M. triceps brachii
 Origo:
a. Caput longum : tuberculum infraglenoidale
b. Caput mediale : fascies posterior humeri sebelah medial dan distal
sulcus nervi radialis
c. Caput laterale : fascies posterior humeri sebelah lateral dan
proksimal sulcus nervi radialis
 Insertio: olecranon
 Fungsi:
a. Caput longum : adduksi
b. Sendi siku : ekstensi
2) M. anconeus
 Origo:
a. Epicondylus lateralis humeri, kapsul sendi siku
b. Lig. collaterale radiale
 Insertio: facies posterior ulnae
 Fungsi: ekstensi sendi siku

Otot lengan bawah bagian lateral


1) M. brachioradialis
 Origo: margo lateralis humeri
 Insertio: bagian proksimal Proc. styloideus radii
 Fungsi: fleksi sendi siku, pronasi, supinasi
2) M. extensor carpi radialis longus
 Origo: crista supraepicondylaris lateralis-epicondylus lateralis humerii
 Insertio: permukaan dorsal basis ossis metacarpi II
 Fungsi:
a. Sendi siku  fleksi, pronasi
b. Sendi pergelangan tangan  fleksi dorsal, abduksi radial
3) M. extensor carpi radialis brevis
 Origo: epicondylus lateralis humeri
 Insertio: permukaan dorsal basis ossis metacarpi III
 Fungsi:
a. Sendi siku  fleksi, pronasi
b. Sendi pergelangan tangan  fleksi dorsal, abduksi radial

Otot lengan bawah bagian dorsal (superficial)


1) M. extensor digitorum
 Origo: epicondylus lateralis humeri, fascia antebrachii
 Insertio: aponeurosis dorsalis pada jari 2-5
 Fungsi:
a. Sendi siku  ekstensi
b. Sendi pergelangan tangan  dorsofleksi
c. Sendi metacarpophalangeal (II-V)  ekstensi
2) M. extensor digiti minimi
 Origo: epicondylus lateralis humeri, fascia antebrachii
 Insertio: aponeurosis dorsal jari 5
 Fungsi:
a. Sendi siku  ekstensi
b. Sendi pergelangan tangan  dorsofleksi, abduksi ulnar
c. Sendi metacarpophalangeal (II-V)  ekstensi
3) M. extensor carpi ulnaris
 Origo:
a. Caput humerale : epicondylus lateralis humeri,
b. Caput ulnare : olecranon
 Insertio: permukaan dorsal basis ossis metacarpi V
 Fungsi:
a. Sendi siku  ekstensi
b. Sendi pergelangan tangan  dorsofleksi dorsal, abduksi ulnar

Otot lengan bawah bagian dorsal (profundus)


1) M. supinator
 Origo: epicondylus lateralis humeri, crista musculi supinatoris ulnae
 Insertio : facies anterior radii (sepertiga proksimal)
 Fungsi : sendi radioulnaris  supinasi
2) M. extensor pollicis longus
 Origo: ½ distal fascies posterior ulnae, membrana interossea
 Insertio: aponeurosis dorsalis jari telunjuk
 Fungsi:
a. Sendi pergelangan tangan  dorsofleksi
b. Sendi metacarpophalangeal (I)  ekstensi, adduksi
c. Sendi-sendi jari (I)  ekstensi
3) M. extensor indicis
 Origo: ¼ distal fascies posterior ulnae, membrana interossea
 Insertio: aponeurosis dorsalis jari telunjuk
 Fungsi:
a. Sendi pergelangan tangan  dorsofleksi
b. Sendi metacarpophalangeal (II)  ekstensi, adduksi
c. Sendi-sendi jari (II)  ekstensi
4) M. abductor pollicis longus
 Origo:
a. Facies posterior ulnae, membrana interossea,
b. Facies posterior radii
 Insertio: basis ossis metacarpi I
 Fungsi:
a. Sendi pergelangan tangan  dorsofleksi
b. Sendi carpometacarpal (I)  abduksi
5) M. extensor pollicis brevis
 Origo: facies posterior radii, membrana interossea
 Insertio: basis phalangis proximalis polex
 Fungsi:
a. Sendi pergelangan tangan  dorsofleksi
b. Sendi carpometacarpal (I)  abduksi, reposisi
c. Sendi metacarpophalangeal (I)  ekstensi

SENDI PADA MEMBRUM SUPERIOR[12]


a. Cingulum pectorale:
(a) Os. clavicula dan manubrium membentuk Articulatio sternoclavicularis
(b) Os. scapula dan humerus membentuk articulation humeri
b. Regio Cubiti
(a) Os. humerus dan Os. radius membentuk Articulatio humeroradialis
(b) Os. radius dan Os. ulna membentuk Articulatio humeroulnaris
(c) Os. radius dan Os. ulna membentuk Articulatio radioulnaris proximal
c. Regio Antebrachium
(a) Os. radius dan Os. ulna membentuk Articulatio radioulnaris distalis
d. Regio Manus
(a) Os. radius dan Ossa carpi membentuk Articulatio radiocarpalis
(b) Ossa carpi dan Ossa metacarpi membentuk Articulationes
carpometacarpal

2. Fisiologi musculus (jenis otot, eksitasi-kontraksi otot)


JENIS-JENIS OTOT[19]

a. Otot Polos
Otot polos adalah otot yang bekerja tanpa kesadaran kita yang
dipengaruhi oleh sistem saraf tak sadar atau saraf otonom, otot polos
dibentuk oleh sel-sel yang berbentuk gelendong dimana kedua ujungnya
runcing dan mempunyai satu inti sel.
Ciri-ciri otot polos:
 Waktu kontraksi antara 3 sampai 180 detik
 Bentuk dari otot polos seperti perahu
 Terletak pada organ dalam
 Memiliki satu inti sel yang berada di tengah
 Pergerakannya dari otot polos lambat dan mudah lelah
 Dipengaruhi oleh saraf otonom
 Otot polos biasanya berada pada bagian usus, saluran peredaran darah,
otot di saluran kemih
 Tidak diperintah oleh otak atau tidak dipengaruhi oleh otak
b. Otot Lurik
Otot lurik adalah otot yang menempel pada rangka tubuh manusia
yang digunakan dalam pergerakan dimana otot lurik adalah otot yang
bekerja di bawah kesadaran (volunter). Otot lurik juga dinamakan otot
rangka karena menempel pada rangka. Dinamakan otot lurik karena adanya
sisi gelap terang yang berselang seling.
Ciri-ciri otot lurik:
 Bentuk silindris dengan garis gelap terang
 Melekat pada rangka
 Bekerja secara sadar dengan perintah otak
 Cepat dan mudah lelah
 Bentuk yang panjang dan memiliki banyak inti sel (multi sel)
 Mempunyai pigmen mioglobin
 Inti sel yang berada di tepi
c. Otot Jantung
Otot jantung atau miocardium adalah otot yang bekerja secara terus
menerus tanpa istirahat atau berhenti. Otot jantung merupakan perpaduan
antara otot lurik dan otot polos karena adanya persamaan yang ada pada otot
jantung, misalnya memiliki sisi gelap terang dan inti sel yang berada di
tengah. Otot jantung berfungsi dalam memompa darah ke seluruh tubuh.
Otot Jantung bekerja di bawah kesadaran manusia, saraf yang memengaruhi
otot jantung adalah saraf simpatik dan parasimpatik.
Ciri-ciri otot jantung:
 Otot jantung yang berbentuk silindris
 Memiliki percabangan disebut sinsitium
 Otot Jantung terletak pada jantung
 Memiliki satu Inti sel yang berada ditengah
 Bekerja tampa kesadaran manusia
 Bekerja terus menerus dan tak membutuhkan istirahat

EKSITASI-KONTRAKSI OTOT
Eksitasi adalah suatu tindakan iritasi atau stimulasi. Dimana stimulus
bisa berupa listrik, kimiawi, atau mekanis. Dua tipe gangguan physicochemical
yang diproduksi ada: lokal, potensial yang tidak diperbanyak disebut
berdasarkan lokasinya, sinaptik, generator, atau potensial elektrotonik; dan
potensial yang diperbanyak, potensial aksi (impuls saraf). Istilah pasangan
eksitasi-kontraksi maksudnya dalah serangkaian peristiwa yang mengaitkan
eksitasi otot (adanya potensial aksi di serabut otot) dengan kontraksi otot
(aktivitas jembatan silang yang menyebabkan filamen tipis ditarik mendekati
tengah sarkomer yang menyebabkan pemendekan sarkomer).[2]
Mekanisme kontraksi otot:[14]
1. Potensial aksi datang melalui serabut saraf ke serabut otot, menstimulasi
pelepasan asetilkolin yang akan berdifusi dan memicu potensial aksi di
serabut otot.
2. Potensial aksi berpindah sepanjang membran permukaan ke dalam interior
serabut otot melalui tubula T. Potensial aksi pada tubula T memicu
pelepasan ion Ca2+ dari reticulum sarcoplasma ke sitosol.
3. Ca2+ berikatan dengan troponin pada filamen tipis.
4. Pengikatan Ca2+ dengan troponin mengakibatkan perubahan bentuk pada
tropomiosin, secara fisik berpindah dari posisi sebelumnya yang
menghalangi binding sites aktin.
5. Kepala miosin menempel pada binding sites aktin yang sudah terekspos.
6. Pengikatan tersebut menyebabkan kepala miosin untuk menekuk, menarik
filamen tipis menuju ke bagian tengah sarkomer. Gerakan ini membutuhkan
energi yang disediakan oleh ATP.
7. Setelah gerakan menarik selesai, kepala miosin akan lepas dari binding sites
aktin. Jika masih ada senyawa Ca2+ maka siklus akan berulang dari step 5.
8. Ketika potensial aksi telah berhenti, ion Ca2+ ditarik kembali oleh reticulum
sarcoplasma. Tanpa adanya ion Ca2+ pada troponin, tropomiosin bergerak
kembali ke posisinya semula yang menghalangi binding sites aktin.
Kontraksipun berhenti dan filamen tipis bergerak kembali secara pasif ke
posisi relaksasi semula.

3. Histologi (struktur jaringan otot)


Seperti yang tampak dengan mikroskop cahaya, serabut otot rangka
yang terpotong memanjang memperlihatkan garis melintang dari pita terang dan
gelap secara bergantian. Pita yang lebih gelap disebut pita A (anisotrop atau
birefringen dengan cahaya polarisasi); pita yang lebih terang disebut pita I
(isotrop, yaitu tidak mengubah cahaya polarisasi). Dengan TEM, setiap pita I
terlihat terbelah dua oleh garis gelap melintang, yakni garis Z. Subunit
fungsional yang berulang-ulang dari alat kontraktil ini, yaitu sarkomer,
terbentang dari garis Z ke garis Z dan panjang nya sekitar 2,5 µm pada otot yang
sedang beristirahat.
Sarkoplasma memiliki sedikit RE kasar atau ribosom bebas dipenuhi
berkas-berkas filament silindris panjang yang disebut miofibril yang berjalan
sejajar dengan sumbu panjang serat tersebut. Miofibril mempunyai diameter 1-
2 µm dan terdiri atas deretan sarkomer yang tersusun seperti rantai yang
berhubungan dari ujung ke ujung. Susunan lateral sarkomer di miofibril yang
bersebalahan menyebabkan keseluruhan serabut otot memperlihatkan pola garis
melintang yang khas.
Pola pita A dan I di sarkomer disebabkan oleh susunan kedua jenis
miofilamen – tebal dan tipis – yang terletak paralel terhadap sumbu panjang
miofibril dalma pola yang simetris.
Panjang filamen tebal adalah 1,6 µm dan lebarnya 15 nm; filament-
filamen tersebut menempati pita A, yaitu bagian pusat sarkomer. Filamen tipis
berjalan diantara dan paralel terhadap filamen tebal dan satu ujungnya melekat
pada garis Z. Filamen tipis memiliki panjang 1,0 µm dan lebar 8 nm. Akibat
susunan ini, pita I terdiri atas bagian filament tipis yang tidak saling bertumpang
tindih dengan filamen tebal (yang membuat pita tersebut terpulas terang). Pita
A terutama terdiri atas filament tebal, selain bagian filamen tipis yang saling
bertumpuk. Pengamatan yang lebih cermat terhadap pita A menunjukkan
adanya zona lebih pucat di tengahnya. Yakni pita H, yang hanya terdiri atas
molekul miosin dengan bagian mirip batang tanpa adanya filamen yang tipis.
Zona pita H dibelah dua oleh garis M, yakni suatu daerah terbentuknya
hubungan lateral antara filament tebal yang berdekatan. Protein utama di regio
garis M adalah miomesin, suatu protein pengikat miosin yang menahan filamen
tebal di tempatnya, dan kreatin kinase, yang mengatalisis pemindahan sebuah
gugus fosfat dari fosfokreatin (suatu bentuk simpanan gugus fosfat berenergi
tinggi) ke ADP sehingga ATP tersedia bagi kontraksi otot.
Filamen tebal dan tipis saling tumpang tindah dalam jarak tertentu di
pita A. Akibatnya suatu potongan melintang di daerah dengan filamen yang
tumpang tindih, memperlihatkan bahwa setiap filamen tebal dikelilingi oleh
enam filamen tipis dalam bentuk heksagonal.
Filamen tipis terdiri atas aktin F, yang terkait dengan tropomiosin,
yang juga membentuk suatu polimer halus yang panjang dan troponin, suatu
kompleks globular dari tiga subunit. Filamen tebal terutama terdiri atas miosin.
Miosin bersama aktin menggambarkan 55% protein total otot rangka.
Aktin F terdiri atas polimer filamentosa panjang yang terdiri atas dua
untai monomer globular (aktin G), berdiameter 5,6 nm, yang saling berpilin
dalam bentuk heliks ganda. Molekul aktin G asimetris dan berpolimerisasi
membentuk suatu filamen dengan polaritas. Setiap monomer aktin G memilik
satu tempat pengikatan bagi miosin. Filamen aktin yang tertambat secara tegak
lurus pada garis Z oleh protein α-aktinin, memperlihatkan popularitas yang
berlawanan di setiap sisi garis tersebut.
Setiap subunit tropomiosin merupakan suatu molekul halus dengan
panjang sekitar 40 nm, memiliki dua rantai polipeptida, yang terakit membentuk
suatu polimer panjang yang berada di alur diantara dua untai aktin yang terpilin.
Troponin merupakan suatu kompleks dari tiga subunit: TnT, yang
melekat pada tropomiosin; TnC yang terikat pada ion kalsium; dan TnI, yang
menghambat interaksi aktin-miosin. Kompleks troponin melekat pada tempat
khusus dengan interval teratur di sepanjang setiap molekul tropomiosin.
Miosin merupakan kompleks yang berukuran lebih besar (massa
molekul ~500 kDa). Miosin dapat diuraikan menjadi dua rantai berat yang
identik dan dua pasang rantai ringan. Rantai berat myosin adalah molekul
berbentuk batang halus (dengan panjang 250 nm dan lebar 2-3 nm) dan erdiri
atas dua rantai berat yang terpilin bersama sebagai ekor miosin. Tonjolan
globular kecil di satu ujung setiap rantai berat membentuk kepala, yang
memiliki tempat pengikatan ATP serta kapasitas enzimatik untuk
menghidrolisis ATP (aktivitas ATPase) dan kemampuan untuk mengikat aktin.
Keempat rantai ringan berhubungan dengan kepala beberapa ratus molekul
miosin tersusun di setiap filamen tebal dengan bagian mirip batangnya yang
saling bertumpang tindih dan kepala globularnya yang terarah ke salah satu
ujung.
Analisis potongan tipis otot rangka memperlihatkan adanya jembatan
penyebrangan diantara filamen tebal dan filamen tipis. Jembatan-jembatan
tersebut terbentuk dari kepala miosin ditambah sebagian kecil dari bagiannya
yang mirip batang. Jembatan tersebut terlibat dalam proses pengubahan energi
kimiawi menjadi energi mekanis.[10]

4. Biokimia (metabolisme sel otot)


Terdapat empat langkah dalam proses eksitasi, kontraksi, dan relaksasi yang
memerlukan ATP:[15]
1) Penguraian ATP oleh ATPase oleh miosin ATPase menghasilkan energy
untuk kayuhan kuat jembatan silang.
2) Pengikatan molekul ATP baru ke miosin memungkinkan jembatan silang
terlepas dari filamen aktin pada akhir kayuhan kuat sehingga siklus dapat
diulang. ATP ini kemudian terurai untuk menghasilkan energi bagi kayuhan
jembatan silang selanjutnya.
3) Transpor aktif Ca2+ kembali ke dalam kantong lateral reticulum
sarkoplasma selama relaksasi bergantung pada energi yang berasal dari
penguraian ATP.
4) Transpor aktif Na+ ke cairan ekstrasel dan K+ ke cairan intrasel setelah
potensial aksi penghasil-kontraksi di sel otot dilaksanakan oleh pompa Na+-
K dependen-ATP.
Serat otot memiliki jalur alternatif untuk membentuk ATP karena
ATP adalah satu-satunya sumber energi yang dapat langsung digunakan untuk
berbagai aktivitas ini, agar aktivitas kontraktil dapat berlanjut, ATP harus terus-
menerus tersedia. Di jaringan otot persediaan ATP yang dapat segera digunakan
berjumlah terbatas, tetapi terdapat tiga jalur yang rnemberikan tambahan ATP
sesuai kebutuhan selama kontraksi otot:[16]
a. Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari keratin fosfat simpanan ke ADP,
merupakan sumber pertama ATP pada saat olahraga.
b. Fosforilasi Oksidatif
Pada fosforilasi oksidatif menghasilkan sejumlah ATP dari molekul nutrien
jika tersedia cukup O2 untuk menunjang sistem ini.
c. Glikolisis
Proses yang dapat menghasilkan ATP tanpa O2 tetapi menggunakan banyak
glikogen simpanan serta menghasilkan laktat dalam prosesnya.
Sumber energi untuk kontraksi. Karena ATP yang tersimpan dalam
otot biasanya akan habis setelah sepuluh kali kontraksi maka ATP harus
dibentuk kembali untuk kelangsungan melalui sumber lain.[17]
1) Kreatin fosfat (CP), senyawa berenergi tinggi lainnya. Merupakan sumber
energi yang langsung tersedia untuk memperbaharui ATP dari ADP (CP +
ADP  ATP + kreatin).
a. CP memungkinkan kontraksi otot tetap berlangsung saat ATP tambahan
dibentuk melalui metabolisme glukosa secara anaerob dan aerob.
b. CP menyediakan energi untuk sekitar seratus kontraksi dan harus
disintesis ulang dengan cara memproduksi lebih banyak ATP (ATP +
kreatin  ADP + CP)
c. ATP tambahan tebrentuk dari metabolisme glukosa dan asam lemak
melalui reaksi aerob dan anaerob.
2) Reaksi anaerob (jalur glikolisis)
a. Otot dapat berkontraksi secara singkat tanpa memakai oksigen dengan
menggunakan ATP yang dihasilkan melalui glikolisis anaerob, langkah
pertama dalam respirasi seluler.
b. Glikolisis berlangsung dalam sarkoplasma, tidak memerlukan oksigen,
dan melibatkan pengubahan satu molekul glukosa menjadi dua molekul
asam piruvat.
c. Glikolisis anaerob berlangsung cepat tetapi tidak efisien karena hanya
menghasilkan dua molekul ATP per molekul glukosa. Glikolisis dapat
memenuhi kebutuhan ATP untuk kontraksi otot dalam waktu singkat
jika persediaan oksigen tidak mencukupi.
d. Pembentukan asam laktat dalam glikolisis anaerob
(1) Tanpa oksigen, asam piruvat diubah menjadi asam laktat.
(2) Jika aktivitas yang dilakukan seddang dan singkat, persediaan
oksigen yang adekuat akan menghalangi akumulasi asam laktat.
(3) Asam laktat berdifusi keluar dari otot dan dibawa ke hati untuk
disintesis ulang menjadi glukosa.
3) Reaksi aerob (memakai oksigen)
a. Saat aktivitas berlangsung, asam piruvat yang terbentuk melalui
glikolisis anaerob mengalir ke mitokondria sarkoplasma untuk masuk
dalam siklus asam sitrat (trikarboksilat) untuk oksidasi.
b. Jika ada oksigen, glukosa terurai dengan sempurna mejadi
karbondioksida, air dengan energi (ATP).
c. Reaksi aerob berlangsung lambat tetapi efisien, menghasilkan energi
sampai 36 mol ATP per mol glukosa
4) Oxygen debt
Saat terjadi aktivitas berat yang singkat, penguraian ATP berlangsung
dengan cepat sehingga simpanan energi anaerob menjadi cepat habis.
Sistem respiratorik dan pembuluh darah tidak dapat menghantar cukup
oksigen ke otot untuk membentuk ATP melalui reaksi aerob.
a. Asam laktat berakumulasi, mengubah pH dan menyebabkan keletihan
serta nyeri otot.
b. Oksigen ekstra yang harus dihirup setelah aktivitas berat disebut oxygen
debt.
c. Volume oksigen yang dihirup tetap berada di atas normal sampai semua
asam laktat dikeluarkan, baik di oksidasi ulang menjadi asam piruvat
dalam otot atau disintesis ulang menjadi glukosa dalam hati.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bahrudin M. Patofisiologi Nyeri. Jurnal FK UNM. 2017; 13 (1)


2. Barret K, Barman S, Boitano S, Brooks H. Ganong’s Review of Medical
Physiology. 23rd Edition. The Mcgraw-Hill Company. 2010
3. Baskoro FY, Moerjono S, Anggraheny HD. Pemanasan Fisik Menurunkan
Kejadian Kram Otot Triceps Surae pada Atlet Renang. MAGNA MEDICA.
Februari 2018; 2 (4)
4. Dehghan, Farinas. The Efficiency of Thermotherapy and Cryotherapy on Pain
Felief in Patients with Acute Low Back Pain. Journal of Clinical and Diagnostic
Research. 2014; 8
5. Dorland WAN. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: ELSEVIER.
2015
6. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta: EGC.
2014
7. Horswill AC. Muscle Cramps: Causes and Cures. Gatorade Sports Science
Institute Articles. 1996
8. KBBI, 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia [online] tersedia di
http://kbbi.web.id
9. Mariyanto M. Manfaat Pemanasan dalam Latihan Olahraga. Publikasi Ilmiah
FKIP Universitas Sebelas Maret. 2010
10. Mescher AL. Histologi Dasar JUNQUEIRA Teks & Atlas. Edisi 12. Jakarta:
EGC. 2011
11. Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Jilid 1. Edisi 23. Jakarta:
EGC. 2013
12. Schunke M, et al. Prometheus Anatomi Umum dan Sistem Gerak. Edisi 3.
Jakarta: EGC. 2017
13. Schwellnus MP. Skeletal Muscle Cramps during Exercise. The Physician and
Sportsmedicine Journals. November 1999; 27 (12)
14. Sherwood L. Human Physiology from Cells to Systems. 7th Edition. Belmont:
Brooks/Cole Cengage Learning. 2010
15. Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 8th Edition. Australia:
Brooks/Cole Cengage Learning. 2012
16. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 9. Jakarta: EGC. 2018
17. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC. 2016
18. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC.
2006
19. Tortora GJ. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC. 2016
20. Wangko S. Jaringan Otot Rangka: Sistem Membran dan Struktur Halus Unit
Kontraktil. Jurnal Biomedik. November 2014; 6 (3)
21. Yokochi R, et al. Atlas Anatomi Manusia. Edisi 7. Jakarta: EGC. 2010

Anda mungkin juga menyukai