SKENARIO 2
“Demam dan Nyeri Perut”
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
SKENARIO 2. Demam dan Nyeri Perut
Jojo berusia 30 tahun diantar istrinya ke IGD RS dengan keluhan demam,
diare bercampur darah dan lendir sejak 3 hari yang lalu. Keluhan ini disertai pusing,
mual, muntah, nyeri perut hilang timbul disertai melilit. Sebelumnya Jojo mengaku
mengonsumsi seafood yang terlalu banyak. Dari pemeriksaan fisik didapatkan KU
tampak lemah, tanda vital didapatkan tekanan darah 90/60mmHg, denyut nadi 130
x/menit, frekuensi nafas 26 x/menit, suhu 37,6⁰C. Pada pemeriksaan fisik abdomen
didapatkan nyeri tekan perut (+), bising usus meningkat, datar dan lemah. Dokter
melakukan pemeriksaan feses makroskopis ditemukan warna kuning, steatore (+),
lendir (+), konsistensi cair, darah (+), bau khas. Pada pemeriksaan mikroskopis
ditemukan bakteri positif (++). Dokter kemudian meminta Jojo untuk dirawat inap,
namun Jojo takut jika dia terlalu lama dirawat di RS dia akan di PHK dan tidak bisa
membayar biaya RS.
Manifestasi klinis
Jika pasien mengalami disentri maka salah satu manifestasi klinisnya
yaitu steatorrhea. Hal ini disebabkan karena rusaknya vili-vili usus yang
berfungsi untuk mengabsorbsi nutrisi. Selain itu, bisa juga disebabkan
kurangnya enzim yang berfungsi untuk mencerna lemak. Sehingga, terjadilah
malabsorbsi, yang ketika makanan tersebut didefekasikan, akan terdapat
steatorrhea.
a. Onset: berlangsung cepat, sering mendadak, dapat juga perlahan-lahan.
b. Defekasi sedikit-sedikit dan dapat terus menerus. Sifat: mulanya sedikit-
sedikit sampai isi usus terkuras habis selanjutnya pada keadaan ringan
masih dapat mengeluarkan cairan, sedangkan bila keadaan berat tinja
berlendir dengan warna kemerah-merahan atau lendir yang bening dan
berdarah, bersifat basa.
c. Sakit perut kolik (hilang timbul)
d. Muntah
e. Sakit kepala
f. Suhu bervariasi dari rendah – tinggi
g. Nadi cepat
h. Sakit perut terutama di sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran tinja
sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung
i. Di daerah anus luka dan nyeri
kesadaran, tanda tanda vital. Selain itu, perlu dicari tanda-tanda dehidrasi.
c. Pemeriksaan penunjang
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau diare berlangsung lebih
dari beberapa hari diperlukan pemeriksaan penunjang, yaitu:
Pemeriksaan darah tepi lengkap, adalah tindakan diagnostic yang
digunakan dalam evaluasi dan diagnosis berbagai kondisi medis yang
umumya digunakan untuk membantu pemeriksaan kelainan darah dan
juga infeksi parasite.
Kadar elektrolit serum, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besarkah pasien mengalami kekurangan elektrolit.
Ureum kreatinin, untuk mengetahui adanya protein dan darah dalam
urin yang menandakan penurunan fungsi ginjal.
Pemeriksaan tinja, pemeriksaan feses adalah serangkaian tes yang di
lakukan pada sampel feses untuk membantu diagnostic kondisi tertentu
yang mempengaruhi saluran pencernaan. Kondisi ini dapat mencakup
infeksi seperti parasit, virus, bakteri, protozoa dan lain sebagainya.
Apabila pasien mengalami gastroenteritis dengan penyebab bakteri
maka salah satu cara untuk mengetahui spesies bakteri dan menentukan
tatalaksanannya adalah dengan menggunakan kultur feses.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penyakit Etiologi Manifestasi Klinis
Penunjang
Keracunan 1) bahan asing 1) Sakit perut 1) Pemeriksaan
makanan anorganik/organik 2) Mual dan feses
yang secara muntah 2) Pemeriksaan
sengaja/tidak 3) Sakit kepala darah lengkap
tercampur pada 4) Kelemahan
makanan saat yang mungkin
proses pembuatan parah atau
atau pengawetan; bahkan
2) adanya racun menyebabkan
dalam makanan kelumpuhan
itu, misalnya 5) Diare-mungkin
berair dan
keracunan ikan, berlebihan atau
jamur, singkong; mungkin
3) terdapat berdarah
kuman/parasit 6) Demam dengan
dalam makanan, menggigil
misalnya. 7) Nyeri otot
histolisia,
Salmonella, dan
lain-lain;
4) terdapat toxin
kuman dan
makanan,
misalnya Cl.
botulinum,
Staphylococcus
toxic, keracunan
tempe.
Disentri Entamoeba hystolitica 1) perut kembung 1) Pemeriksaan
Amoebiasis 2) nyeri perut tinja:
ringan kista/trofozoid
3) diare ringan, 4-5 2) Pemeriksaan
kali sehari, sigmoideskopi
kadang tinja dan kolonoskopi
bercampur 3) Uji serologis: uji
darah & lendir. bantu diagnosis
4) terdapat sedikit amoeba
nyeri tekan menembus hati
bergantung
pada lokasi
ulkusnya
5) keadaan umum
pasien biasanya
baik, tanpa atau
sedikit demam
ringan
(subfebris).
Kolitis 1) Faktor familial 1) Biasanya 1) Pemeriksaan
Ulseratif 2) Faktor infeksi nonspesifik, darah: anemia,
3) Faktor 2) Bisa terjadi leukositosis,
imunologik distensi kelainan elektrolit
4) Faktor psikologik abdomen 2) Kultur feses:
5) Faktor lingkungan 3) Hipotensi, Eschericia coli
demam,
takikardi bila
berat
Shigelosis Shigella sp. 1) diare 1) Pemeriksaan tinja
(Disentri 2) adanya lendir 2) Sigmoideskopi
Shigella) dan darah dalam
tinja
3) perut terasa
sakit dan
tenesmus.
6. Bagaimana penatalaksanaannya?
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri
atas: rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, memberikan terapi
simptomatik, dan memberikan terapi definitif.
Langkah pertama dalam memberikan terapi diare adalah dengan
rehidrasi, dimana lebih disarankan dengan rehidrasi oral. Akumulasi kehilangan
cairan (dengan penghitungan secara kasar dengan perhitungan berat badan
normal pasien dan berat badan saat pasien diare) harus ditangani pertama.
Selanjutnya, tangani kehilangan cairan dan cairan untuk pemeliharaan. Jika
sudah terjadi dehidrasi, maka harus dilakukan rehidrasi terlebih dahulu, yaitu
dengan cara:
a. Rehidrasi per oral atau dengan iv line sesuai dengan kebutuhan dan
kemapuan pasien
b. Merawat gejala sistemik seperti demam, nyeri, dll. Dengan memberi obat-
obatan
c. Mengidentifikasi komplikasi yang terjadi dan berusaha untuk mengatasinya
d. Mencegah perluasan infeksi
Selain itu, juga bisa dengan memberikan obat-obatan, yaitu:
Ciprofloxacin Obat ini manjur untuk merawat pasien dengan infeksi
Campylobacter, E. coli, non-thyphoid Salmonella, Shigella, dan
Yersinia.
Trimetropin-sulfamethoxazole Obat ini dipilih jika pasien berusia
kurang dari 18 tahun. Namun, obat ini tidak berpengaruh jika terjadi
infeksi oleh Campylobacter.
STEP 4 – Skema
GASTROENTERITIS
ET CAUSA BAKTERI
Etiologi AIK
Patofisiologi Komplikasi
Gejala dan & Prognosis
Pemeriksaan Tatalaksana
Penunjang
3. EPIDEMIOLOGI
Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan tidak saja di
negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.Walaupun di
negara maju sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang tinggi dan sosial
ekonomiyang baik tetapi penyakit diare tetap sesuatu penyakit yang mempunyai
angka kesakitan yang tinggi yang biasanya disebabkan oleh foodborne infection
dan waterborn infection yang disebabkan karena bakteri Shigella sp,
Campylobacter jejuni, Staphylococcus aureus, Basillus cereus, Clostridium
prefingens, Enterohemorrhagic Eschersia coli (EHEC).
Di negara maju insidensi penyakit diare terdapat 0,5-2 pertahun dan di
negara berkembang lebih dari dari negara maju (Manson’s,1996; Farthing et
al.,,2000). Di Indonesia diare masih merupakan penyakit urutan ke enam dari
sepuluh besar pola penyakit yang ada. Angka kesakitan diare pada periode
1986-1991 berkisar antara 19,5-27,2 per 1000 pasien, sedangkan angka
kematian berkisar antara 0,02-0,34 per seribu pasien (Masayoshi,1997).
Menurut hasil pemantauan KLB tahun 1991 penyakit diare yang dilaporkan dari
20 propinsidi Indonesia, jumlah KLB yang terjadi sebanyak 282 kali dengan
jumlah penderita sebanyak 65,512 orang, serta angka kematian 1,03%. Angka
case fatality rate (CFR) tertinggi terdapat pada propinsi Sulawsi Tengah (5,5%),
menyusul propinsi Maluku (4,5%) dan Riau (4,1%) (Masayoshi,1997). Selama
tahun 2000, dari 26 propinsi cakupan penemuan dan pengobatan penderita
sebanyak 3.370.668 orang dan jumlah KLB selama tahun tersebut ada 65
kejadian tersebar di 13 provinsi dengan jumlah penderita 4.127 orang dan
kematian 59 orang. Penderita diare tertinggi di Kalimantan Selatan (1744
orang), Bali 9677 orang), Sulawesi Utara (476 orang), Jambi (328 orang),
Sumatra Utara (310 orang), Sulawesi Selatan (160 orang), Sulawesi Tengah
(115 orang) dan Jawa Tengah (88 orang) yakni urutan ke delapan, sedangkan
urutan jumlah dengan kematian tertinggi berturut-turut adalah Sulawesi utara,
Maluku, dan Jawa Tengah. Meskipun jumlah penderita diare di Jawa Tengah
menempati urutan kedelapan, tetapi angka kematiannya berada pada urutan
ketiga (Day,2001). Hasil Penelitian yang dilakukan Loehoeri dan Hantyanto di
bangsal penyakit Dalam RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta (1990-1995)
didapatkan 74 kasus diare akut. Isolasi kuman diperoleh pada 26 (35,16%)
spesimen, terdiri dari 7 (26,92%) isolat tunggal dan 19 (73,10%) isolat
campuran,Isolat terbanyak dengan prevalensi kuman penyebab semakin
berkurang adalah: E.coli(35%), Klebsiella sp(15%), Pseudomonas sp( 10%),
Entamoeba histolytica(8%), Enterobacter sp(7,5%), Proteus sp(5%) dan 2,5%
untuk Bacillus sp, Citrobacter sp, Salmonella entericaserovar Typhi (paratyphi
B), Staphylococcus aureusdan Streptococcus sp (Loehori, 1998).
Menurut Tan dan Rahardja (2007), pada diare hebat yang seringkali
disertai muntah, mengakibatkan tubuh kekeringan (dehidrasi), kekurangan
kalium (hipokalemia), dan ada kalanyaasidosis (darah menjadi asam) yang tidak
jarang berakhir dengan syok dan kematian. Gejala pertama dari dehidrasi adalah
perasaan haus, mulut,dan bibir kering, kulit menjadi keriput, berkurang air seni,
menurunnya berat badan, serta gelisah. Kekurangan kalium (hipokalemia) dapat
mempengaruhi sistem neuromuskular dengan gejala mengantuk, lemah otot,
dan sesak napas.
Terapi Rehidrasi
a. Jenis cairan
Cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah bila
dibandingkan dengan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya ditambahkan satu
ampul Na bikarbonat 7,5% 50mL pada setiap satu liter infus NaCl isotonik.
Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal
yang ringan, tersedia di pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum
sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi dengan berbagai akibatnya.
Rehidrasi oral (oralit) harus mengandung garam dan glukosa yang
dikombinasikan dengan air.
b. Jumlah cairan
Pada prinsipnya, jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat
dihitung dengan memakai metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis
dengan skor. Rehidrasi cairan dapat diberikan dalam 1-2 jam untuk
mencapai kondisi rehidrasi.
Tabel Skor Daldiyono
Klinis Skor
Rasa haus/muntah 1
Tekanan darah sistolik 60-90mmHg 1
Tekanan darah sistolik < 60mmHg 2
Frekuensi nadi > 120x/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, sopor, atau koma 2
Frekuensi napas > 30x/menit 1
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer’s woman’s hand 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur > 60 tahun -2
𝐒𝐤𝐨𝐫
𝐑𝐮𝐦𝐮𝐬 𝐊𝐞𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐂𝐚𝐢𝐫𝐚𝐧 = 𝐱 𝟏𝟎% 𝐱 𝐤𝐠𝐁𝐁 𝐱 𝟏 𝐥𝐢𝐭𝐞𝐫
𝟏𝟓
𝐑𝐮𝐦𝐮𝐬 𝐃𝐞𝐡𝐢𝐝𝐫𝐚𝐬𝐢
𝐁𝐁 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐬𝐚𝐤𝐢𝐭 − 𝐁𝐁 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐤𝐢𝐭
= 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐁𝐁 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐬𝐚𝐤𝐢𝐭
Diet
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat.
Pasien dianjurkan justru minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas,
makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik dan sup. Susu sapi harus
dihindarkan karena adanya defisiensi laktase transien yang disebabkan oleh
infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alkohol harus dihindari
karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus. (Setiawan, 2006)
Terapi Simptomatik
Obat antidiare:
a) Antispasmodik/ spasmolitik atau opium (papaverin, ekstrak beladona,
loperamid, kodein) hanya berkhasiat untuk menghentikan.
b) Adsorben, contohnya seperti kaolin, pectin, arang aktif
bismuthsubbikarbonat.
c) Stimulans, contohnya seperti adrenalin, dan niketamid.
d) Antiemetik, contohnya seperti klorpromazin (Largaktil) untuk mencegah
muntah, mengurangi sekresi dan kehilangan cairan.
e) Antibiotik, antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin. Antibiotik hanya
bermanfaat pada anak dengan diare berdarah yang kemungkinan besar
akibat shigellosis (WHO 2009).
Obat antimikroba
Pengobatan empirik tidak dianjurkan pada semua pasien. Pengobatan
empirik diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga mengalami infeksi
bakteri invasif, diare turis traveler’s diarrhea) atau imunosupresif. (Setiwan,
2006)
Antimikroba, antara lain:
1) Golongan kuinolon yaitu ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari selama 5-7 hari, atau
2) Trimetroprim/Sulfamethoxazole 160/800 2x 1 tablet/hari. Apabila diare
diduga disebabkan oleh Giardia, metronidazole dapat digunakan dengan
dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari. Bila diketahui etiologi dari diare akut,
terapi disesuaikan dengan etiologi. Terapi probiotik dapat mempercepat
penyembuhan diare akut.
Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,
dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius sangat
baik dengan morbiditas dan mortalitas minimal. Seperti kebanyakan penyakit,
morbiditas dan mortalitas terutama pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di
Amerika Serikat, mortalitas berhubungan dengan diare infeksius < 1,0%.
Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2% yang
berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik. Prognosis sangat tergantung
pada kondisi pasien saat dating, ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya,
sehingga umumnya prognosis adalah dubia ad bonam. Bila kondisi saat datang
dengan dehidrasi berat, prognosis dapat menjadi dubia ad malam.
b. PREVENTIF
Tindakan preventif merupakan tindakan atau program yang
dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi penyakit. Berbagai tindakan
preventif yang bisa dilakukan seperti melakukan pengawasan faktor risiko
dan penyakit yang memiliki kecenderungan menjadi wabah. Pada
gastroenteritis tindakan preventif yang dianjurkan:
Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting:
- sebelum makan,
- setelah buang air besar,
- sebelum memegang bayi,
- setelah menceboki anak dan
- sebelum menyiapkan makanan;
Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain
dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses
klorinasi;
Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga
(lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya
menggunakan jamban dengan tangki septik.
c. KURATIF
Tindakan kuratif adalah mengobati suatu penyakit dan komplikasi.
Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian
oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Obat diare dibagi menjadi
tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare. seperti
bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan
spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak
menyenangkan.
d. REHABILITATIF
Tindakan rehabilitatif adalah program untuk meminimalisasi
dampak suatu penyakit. Pada kasus di skenario dapat dikatakan tindakan
rehabilitatif yang penting adalah untuk mencegah komplikasi dari penyakit.
Kontrol Penyakit ke dokter minimal sebulan sekali
Monitoring
8. AIK
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. [QS. Al-Mu’minun:51]
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan
tafsir negeri Suriah. Ayat ini merupakan perintah dari Allah Ta’ala kepada para
rasul-Nya untuk memakan makanan yang baik-baik, yakni rezeki yang baik lagi
halal, dan bersyukur kepada Allah dengan beramal saleh, di mana dengannya
hati dan badannya menjadi baik, demikian pula dunia dan akhiratnya. Dia juga
memberitahukan, bahwa Dia mengetahui amal yang mereka kerjakan. Oleh
karena itu, setiap amalan dan pekerjaan yang mereka kerjakan, maka Allah
mengetahuinya serta akan memberikan balasan terhadapnya secara sempurna.
Hal ini menunjukkan, bahwa mereka semua sepakat dalam membolehkan
makanan yang baik-baik dan mengharamkan makanan yang buruk, dan bahwa
mereka juga sepakat dalam mengerjakan amal saleh meskipun berbeda-beda
syariatnya, namun semua itu adalah amal saleh. Oleh karena itulah, semua amal
saleh yang tetap cocok di setiap zaman telah disepakati oleh para nabi dan
semua syariat, seperti perintah mengesakan Allah, beribadah dengan ikhlas
kepada-Nya, mencintai-Nya, takut kepada-Nya, berharap kepada-Nya, berbakti
kepada orang tua, jujur, menepati janji, silaturrahim, berbuat baik kepada kaum
dhu’afa, orang miskin dan anak yatim, bersikap sayang kepada semua manusia,
dan perbuatan lainnya yang termasuk amal saleh.
DAFTAR PUSTAKA
Adyanastri, F. Skripsi: Etiologi dan Gambaran Klinis Diare Akut di RSUP dr.
Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro. 2012
Amin L. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education. 2015;42(7):504-
8
Azwar, Azrul. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta: Yayasan Penerbitan
Ikatan Dokter Indonesia. 1998
Dennis L, Anthony S, Stephen H, Dan L, Larry J, Joseph L. Harrison’s
Gastroenterology and Hepatology. 3rd Edition. Philadelphia: McGraw Hill.
2016
Depkes RI., 2012. Angka Kejadian Gastroenteritis Masih Tinggi.
http://www.depkes.go.id/index.php [Accessed 29 Januari 2020]
How C. Acute gastroenteritis: from guidelines to real life. Clinical and
Experimental Gastroenterology. 2010
IDI. Buku panduan praktik klinis bagi dokter pelayanan primer. Edisi 1. Kemenkes
RI. 2013
Marcellus SK, Daldiyono. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Bab 92 Diare
Akut. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta. 2006
Newman, Dorland WA. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta:
Elsevier. 2015
Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005
Robert M, Kliegman, Patricia SL, Brett J. Nelson Pediatric Symptom-Based
Diagnosis. 1st Edition. USA: Elsevier. 2017
Sattar SBA, Singh S. Bacterial Gastroenteritis. StatPearls [online]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2020. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513295/
Singh A, F.M. Acute Gastroenteritis--An Update. EBM: Pediatric Emergency
Medicine Practice. 2010
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 4. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2006
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing. 2014
Thorsen K., Soreide J.A., Kvaloy J.A., Glomsaker T. World Journal of
Gastroenterology. 2013
Worldgastroenterlogy.org. English | World Gastroenterology Organization.
[online] available at
http://www.worldgastroenterology.org/guidelines/global-guidelines/acute-
diarrhea/acute-diarrhea-english. 2017 [accessed 27th January 2020]