SKENARIO 1
“Mata Kanan Mahmud Merah”
Tutor:
dr. Merry Tyas Aggraini, M.Kes
Disusun Oleh: Kelompok 9 Blok 8
Pertemuan I
Moderator : Izza Alya Ardana P. (H2A018080)
Sekretaris : Delanaura P.A. (H2A018056)
Pertemuan II
Moderator : Bariklana Wildan S. (H2A018075)
Sekretaris : Abel Larasati S.D. (H2A018117)
Anggota:
Besty Barsaliputri (H2A018040)
Intan Pandini (H2A018066)
Cici Rezkika Nasution (H2A018076)
Anggita Pungki Leksani (H2A018079)
Farda Amelia (H2A018081)
Yusri Candra Alim (H2A018122)
STEP 1
STEP 2
o E chart => kartu yang bertuliskan huruf E semua, tapi arah kakinya
berbeda-beda.
o Cincin Landolt => Kartu dengan tulisan berbentuk huruf 'c', tapi
dengan arah cincin yang berbeda-beda.
b) Cara memeriksa :
o Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien dengan
posisi lebih tinggi atau sejajar dengan mata pasien.
Bila jarak 5 meter, maka visus normal akan bernilai 5/5 artinya
mata normal dapat melihat pada jarak 5 meter, pasien juga dapat
melihat pada jarak 5 meter. Bila berjarak 6 m, berarti visus
normalnya 6/6. Satuan selain meter ada kaki = 20/20, ada juga log
(logaritma).
o Pastikan cahaya harus cukup
o Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus
ditutup dan pasien diminta membaca kartu.
o Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :
Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5
atau 6/6, maka tidak usah membaca pada baris berikutnya =>
visus normal
Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di
atas visus normal, cek pada 1 baris tersebut
Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya
terletak pada baris tersebut dengan false 1.
Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak pada
baris tersebut dengan false 2.
Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf
yang ada, berarti visusnya berada di baris tepat di atas baris
yang tidak dapat dibaca.
Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat
pada baris di atasnya.
Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan
pinhole (alat untuk memfokuskan titik pada penglihatan
pasien)
STEP 5
(Belajar mandiri)
STEP 7
Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis)
dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva
berbatasan dengan kulit pada tepi palpebral dan dengan epitel kornea di
limbus.
Lapisan epitel konjungtiva tediri dari dua hingga 5 lapisan sel epitel silinder
bertingkat, superfisial dan basal. Sel epitel superfisial mengandung sel
goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus yang mendorong inti
sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara
merata diseluruh prekornea. Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan
adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profundal). Lapisan adenoid
mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung
struktur semacam folikel tanpa stratum germativum.
3. Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal
seperti streptococci, staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan
pada mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal
tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal
dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ
sekitar ataupun melalui aliran darah Penggunaan antibiotik topikal jangka
panjang merupakan salah satu penyebab perubahan flora normal pada
jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotic.
5. Terapi
Farmakoterapi:
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
mikrobanya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum
luas. Pada konjuntivitis purulen dan mukopurulen, sakus konjungtivitis
harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret
konjungtiva.
Non-farmakoterapi:
6. Komplikasi
a. Komplikasi pengobatan antibiotik
Sebagian besar pengobatan antibiotik tidak rasional karena tidak ada
indikasi dan tidak tepat jenis. Hal tersebut merupakan salah satu faktor
pemicu terjadinya resistensi.
Prognosis
Konjungtivitis bakteri sangat baik selama etiologi diketahui secara tepat dan
tidak ada gejala sisa serta kornea tidak terkena infeksi. Komplikasi berlanjut
bisa terjadi sepsis dan meningitis karena N. gonorrhea.
a. Faktor biologis : jenis kelamin pasien (laki-laki), usia pasien (28 tahun)
b. Faktor psikologis : pasien yang akan segera menjalani wawancara
pekerjaan
c. Faktor sosial : sistem pelayanan kesehatan, biaya kesehatan
DAFTAR PUSTAKA