Disusun oleh:
Dr. Yuniar Ponco Prananto, MSc
dan Tim Laboratorium Kimia Dasar
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Tata Tertib Praktikum (Daring) Kimia Dasar
Pendaftaran praktikum
1. Pendaftaran praktikum dilakukan pada minggu pertama perkuliahan dengan cara
mengirimkan email ke: soerjani_chem@ub.ac.id oleh ketua tingkat atau perwakilan
kelas. Email berisi semua biodata praktikan di kelas tersebut, yaitu: Nama, NIM,
alamat email, no telp/HP.
2. Selanjutnya PLP/laboran akan mendistribusikan nama-nama praktikan ke dalam
beberapa kelompok, dimana satu kelompok akan di dampingi oleh satu asisten.
3. Setelah kelompok terbentuk, asisten akan memasukkan semua data praktikan dan
informasi praktikum di Google Classroom (GCR). Setiap praktikan wajib mengikuti
aktifitas di GCR sebagai pengganti aktifitas praktikum di laboratorium.
Jadwal praktikum
1. Setiap kelas memiliki jadwal praktikum masing-masing, sangat disarankan untuk
tidak pindah kelas, kecuali atas ijin tertulis dari ketua jurusan masing-masing.
2. Praktikum dilakukan dengan sistem daring menggunakan gabungan fasilitas yaitu
Google Classroom (GCR) dengan media Zoom, Skype, atau G-meet. Pemberian
materi praktikum, ujian pendahuluan, pretes, dan laporan diberikan dan dikumpulkan
di GCR.
3. Selama masa UTS, tidak ada praktikum (daring). Apabila jadwal praktikum
berbenturan dengan hari libur nasional, atau libur universitas, maka jadwal praktikum
diundur di minggu berikutnya atau diganti di jadwal lain yang disepakati oleh
praktikan dan asisten/dosen.
4. Jadwal praktikum tersaji di tabel berikut:
Pertemuan 1 Briefing praktikan, K3 Kimia
Pertemuan 2 Ujian Pendahuluan, Pengenalan alat dan bahan kimia
Pertemuan 3 Preparasi larutan
Pertemuan 4 Pembakuan Larutan
Pertemuan 5 Identifikasi reaksi kimia sederhana
Pertemuan 6 Pemisahan padatan dari larutan
Pertemuan 7 Reaksi redoks
Pertemuan 8 Penentuan pH larutan
Pertemuan 9 Destilasi larutan biner
Pertemuan 10 Analisa kolorimetri
Pertemuan 11 Tutorial dan diskusi
Pertemuan 12 UAP
2
Penilaian praktikum
1. Penilaian meliputi: ujian pendahuluan (10%), pretes (25%), praktek (20%), laporan
(25%), dan UAP (20%). Selama masa pandemi, nilai praktek digantikan oleh nilai
kehadiran dan keaktifan diskusi.
2. Ujian pendahuluan diberikan setelah praktikan mendapatkan briefing dan penjelasan
tentang materi K3 Kimia oleh asisten/dosen (di pertemuan kedua).
3. Selama pandemi, UAP dilakukan dengan metode ujian tulis (daring).
4. Setiap keterlambatan pengumpulan tugas, laporan atau ujian, akan mendapatkan
sanksi pengurangan nilai sebesar 15% dari nilai awal yang didapatkan praktikan.
Khusus laporan, apabila keterlambatan melebihi 24 jam dari batas waktu, maka
praktikan dianggap tidak mengumpulkan.
Hal – hal lain yang belum djelaskan dalam diktat ini akan ditentukan kemudian dan
dikondisikan sedemikian rupa sehingga tujuan akhir praktikum dapat terpenuhi tanpa
melanggar protokol kesehatan selama masa pandemi.
3
Pertemuan 1
Keamanan dan Keselamatan Kerja – Laboratorium Kimia
Catatan: dalam kondisi pandemi, K3 Kimia tidak diterapkan secara langsung namun
diharapkan praktikan memahami sistem K3 ini sehingga dapat digunakan dalam kegiatan
praktikum selanjutnya di masa non-pandemi. Untuk informasi lebih rinci, silahkan membaca
modul penunjang praktikum kimia dasar.
1.1. Tujuan
Mempelajari dan menerapkan keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium kimia
dasar.
4
wajib memenuhi standar minimal keselamatan kerja (Gambar 1), meliputi jas laboratorium
lengan panjang, sepatu tertutup, dan kaca mata laboratorium. Individu yang berambut
panjang wajib mengikat rambutnya sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalannya
aktifitas di lab. Sarung tangan lab wajib digunakan saat bekerja dengan bahan kimia korosif,
iritan, dan berbahaya, misalnya asam, basa, pelarut organik, garam transisi atau logam
berat, dll. Aktifitas makan, minum, atau merokok dilarang di dalam laboratorium. Sangat
disarankan untuk tidak menggunakan headset, bercanda secara berlebihan, atau
melakukan aktifitas yang membahayakan diri sendiri atau rekan kerja saat beraktifitas di
laboratorium. Selain itu, aktifitas khusus seperti pelarutan asam dari larutan yang pekat atau
pengambilan pelarut organik (volatile) dari botol utama wajib dilakukan di dalam lemari asam
untuk menghindari paparan kabut atau uap yang bersifat korosif dan berbahaya bagi
kesehatan.
Setiap wadah atau botol berisi bahan kimia yang digunakan dalam praktikum harus
dilabeli dengan informasi yang lengkap untuk menjamin bahwa bahan yang digunakan
adalah tepat dan tidak salah ambil. Selanjutnya, wadah atau botol tersebut harus ditutup
dengan sempurna, ditempatkan di tempat yang mudah dijangkau, jauh dari sumber api,
aman dari goncangan sehingga menurunkan resiko terjadinya tumpahan atau kebocoran
wadah, misalnya pecah karena tersenggol. Informasi yang ditulis di botol meliputi: (1) nama
bahan kimia, bila perlu rumus senyawanya, (2) konsentrasi, (3) label bahaya, (4) nama
pemilik, dan (5) tanggal pembuatan.
Kecelakaan kerja sangat tidak diharapkan dan harus dicegah secara sistematis. Ada
dua hal penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu (1) terjadi secara kebetulan dan (2)
kondisi kerja yang tidak aman. Kecelakaan yang terjadi secara kebetulan dianggap sebagai
5
kecelakaan dalam arti asli (genuine accident) sifatnya tidak dapat diramalkan dan berada di
luar kendali manejemen laboratorium. Misalnya, praktikan menjatuhkan bahan kimia karena
kaget saat terjadi gempa bumi. Sedangkan untuk kondisi kerja yang tidak aman meliputi
faktor-faktor sebagai berikut: (a) peralatan yang tidak terlindungi secara benar, (b) peralatan
yang rusak, (c) prosedur yang berbahaya di sekitar peralatan laboratorium yang tidak aman
(misal karena terlalu penuh), (d) cahaya yang tidak memadai, suram, dan kurang
penerangan, (e) ventilasi yang tidak sempurna, pergantian udara tidak cukup, atau sumber
udara tidak murni. Dengan mengidentifikasi faktor-faktor ini, kita dapat meminimalkan
kondisi yang tidak aman, misalnya dengan cara membuat daftar kondisi fisik dan mekanik
yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Faktor lain yang dapat meningkatkan potensi resiko kecelakaan kerja yaitu suhu,
tekanan, dan konsentrasi bahan kimia yang digunakan. Ketika suhu yang tinggi diperlukan
untuk melakukan suatu aktifitas maka harus dipastikan alat yang digunakan sudah
terkalibrasi sehingga suhu yang digunakan sesuai dengan pengukuran. Area di sekitar alat
tersebut juga harus dikondisikan aman, misalnya bahan kimia dijauhkan dan peralatan
gelas atau ATK yang tidak dipakai dapat disingkirkan sehingga tidak mengganggu aktifitas
tersebut. Apabila diperlukan, sarung tangan penahan panas dapat digunakan. Selain suhu,
tekanan di atas 1 atm terkadang diperlukan untuk mempercepat reaksi, akan tetapi apabila
tekanan sistem melampaui batas alat yang diperkenankan maka dapat terjadi letupan atau
bahkan ledakan yang berakibat fatal. Sedangkan untuk konsentrasi bahan kimia, semakin
tinggi konsentrasi yang digunakan, semakin tinggi pula resiko bahayanya. Meskipun di
Praktikum Kimia Dasar hanya menggunakan konsentrasi yang relatif encer (maksimal 1M),
saat menggunakan bahan tersebut kita tetap wajib memperhatikan potensi bahaya dari
setiap bahan, misalnya korosif, mudah terbakar, penyebab iritan, dll. Oleh karena itu,
penggunaan APD yang seperti kaca mata lab dan sarung tangan sangat disarankan.
Pengambilan, pemindahan, dan pembuangan bahan kimia juga harus memperhatikan
prosedur yang sudah ditetapkan. Apabila praktikan ragu, dapat berkomunikasi terlebih
dahulu dengan asisten/laboran.dosen koordinator.
Kondisi fisik dari peralatan dan laboratorium serta lingkungan sekitar juga
berkontribusi terhadap terjadinya kecelakan kerja di laboratorium. Instalasi listrik yang ala
kadarnya, modifikasi alat yang tidak sesuai standar, kondisi meja praktikum/lemari asam
yang rusak, hingga polusi suara dapat mengganggu aktifitas dan konsentrasi praktikan.
Penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan kondusif adalah tanggung jawab
manajemen laboratorium. Khusus di Laboratorium Kimia Dasar, setiap masuk waktu sholat,
praktikan dan asisten harap mengkondisikan dirinya dengan suara yang keras karena
lokasinya yang bersebelahan dengan masjid FMIPA.
Setiap kejadian kecelakaan kerja, baik minor maupun mayor, termasuk kerusakan
alat gelas, harus dilaporkan melalui asisten/laboran/dosen koordinator dan
didokumentasikan untuk keperluan lebih lanjut. Informasi yang dicatat meliputi: (1) tanggal
dan waktu kejadian, (2) nama korban/pelaku, (3) sumber kecelakaan dan penjelasan
kejadian, (4) penangangan, dan (5) foto/video (khususnya bila skala mayor). Setiap
informasi kecelakaan kerja dapat digunakan sebagai bahan evaluasi perbaikan manajemen
K3 di laboratorium. Karena praktikan adalah mahasiswa baru, potensi kerusakan alat gelas
6
cukup tinggi sehingga asisten diharapkan lebih proaktif dalam mendampingi praktikan saat
bekerja di laboratoium. Praktikan juga diharapkan berkonsentrasi saat praktikum dan
sedapat mungkin menghindari aktifitas tidak penting lainnya misalnya bercanda, chatting,
dll.
Menurut NEPA dan NFPA (Amerika Serikat), setiap bahan kimia harus dilengkapi
dengan diagram warna berbentuk belah ketupat (Gambar 2) yang menyatakan tingkat
bahaya suatu bahan dari tingkat 0 (aman) sampai 4 (berbahaya). Setiap kode angka
tersebut memiliki kondisi (a) bahaya kesehatan atau health (biru), (b) bahaya kebakaran
atau fire (merah), dan (c) bahaya reaktifitas atau reactivity (kuning) yang berbeda-beda
(Tabel 1). Semakin tinggi angka yang tertera maka potensi bahaya bahan kimia juga
semakin tinggi. Selain itu, bahaya spesifik juga ditambahkan di bagian bawah diagram
(putih), misalnya OXY (oxidizer), ACID (acid), ALK (alkali), COR (corrosive), dan W (use no
water), BIO (biohazard), dll.
Tabel 1. Simbol dan kode tingkat bahaya bahan kimia menurut NEPA-USA.
Tingkat Bahaya kesehatan Bahaya kebakaran Bahaya reaktifitas
(health) (fire) (reactivity)
0 Tidak berbahaya Tidak dapat terbakar Stabil
LD50 > 2000 mg/Kg
1 Penyebab iritasi atau Dapat dibakar tapi Stabil pada suhu
cedera ringan memerlukan pemanasan normal tapi tidak
LD50 = 500-2000 mg/Kg terlebih dahulu stabil pada suhu
FP > 93°C (200°F) tinggi
2 Pemaparan intensif dan Perlu sedikit pemanasan Tidak stabil, bereaksi
terus menerus berakibat sebelum bahan dapat terbakar hebat karena
serius, kecuali ada 38 < FP < 93 °C perubahan suhu dan
pertolongan tekanan, tapi tidak
LD50 = 50-500 mg/Kg meledak
3 Berakibat serius atau Cair atau padat, dapat Mudah meledak
cedera permanen pada dinyalakan pada suhu biasa karena sumber yang
pemaparan singkat (ruang) kuat misal suhu
meskipun ada FP < 23°C (BP ≥ 38°C) tinggi atau getaran
pertolongan FP > 23°C (BP < 38°C)
LD50 = 5-50 mg/Kg
4 Penyebab kematian, Segera menguap dalam Mudah meledak
cedera fatal, meskipun keadaan normal dan dapat pada suhu normal,
ada pertolongan terbakar secara cepat sensitif terhadap
LD50 ≤ 5 mg/Kg FP < 23°C (73°F) panas dan mekanik
BP > 38°C (100°F)
FP: flash point; BP: boiling point
7
Gambar 2. Beberapa contoh label dari bahan kimia berdasarkan NEPA-USA
(dari kiri ke kanan: NaOH, H2C2O4, HNO3, benzamida).
8
Beberapa hal penting berkaitan dengan penerapan K3 (luring) di laboratorium.
1. Pelajari dan kenali situasi dan lokasi di dalam dan sekitar laboratorium, misalnya
zona kuning, zona merah, area limbah, lemari asam, pintu keluar, saklar listrik utama,
lokasi kotak P3K, lokasi APAR, lokasi safety shower, emergency exit dan assembly
point. Beberapa contoh rambu bahaya disajikan di Gambar 4.
2. Perhatikan individu-individu yang bekerja di laboratorium saat itu sehingga bisa
saling menjaga diri.
3. Letakkan barang-barang pribadi anda dalam kondisi yang aman dan terjaga (dalam
pengawasan anda) di lokasi yang sudah ditentukan.
4. Jangan memaksakan diri untuk bekerja di laboratorium apabila kondisi kesehatan
fisik dan mental anda tidak prima atau sedang bermasalah.
5. Gunakan APD sesuai aturan dan kebutuhan; rambut panjang atau jilbab harus
dirapikan sehingga tidak ada potensi mengganggu aktifitas misalnya terjerat
peralatan atau terbakar api.
6. Pastikan emergency kits/contact mudah diakses.
7. Lemari asam digunakan untuk bekerja dengan bahan kimia konsentrasi pekat dan
bahan berbahaya. Apabila memnungkinkan, jerap uap beracun yang keluar dari
reaksi ke dalam air dengan bahan yang sesuai atau lakukan percobaan dalam lemari
asam yang aktif. Asam pekat diencerkan dengan menuang asam pekat ke dalam air,
tidak sebaliknya.
8. Limbah cairan dan padatan harus dibuang/dikumpulkan ke dalam wadah limbah
yang sudah disediakan, sesuai dengan labelnya.
9
Pertemuan 2
Pengenalan Alat dan Bahan Kimia
2.1. Tujuan
Mempelajari fungsi dan cara kerja peralatan serta mengetahui cara penggunaan bahan-
bahan kimia serta penanganan limbah di laboratorium kimia dasar.
10
kosong. Bila diperlukan, massa wadah bahan ini dapat dicatat. Tekan plat kontrol
untuk re-zero, panel akan kembali menunjukkan 0,0000. Lalu bahan dapat diletakkan
di wadah sedikit demi sedikit.
• Tekan plat kontrol pada posisi OFF, dan bersihkan neraca dengan kuas.
Gambar 5. Timbangan triple beam (kiri atas), timbangan top loading balance (kanan atas),
dan timbangan presisi Mettler (bawah).
2.3.2 pH-meter
Alat pH meter (Gambar 6) digunakan untuk mengukur derajat keasaman (pH) suatu
larutan dengan rentang 0–14 dan ketelitian hingga angka desimal. Alat ini bisa berbentuk
sederhana (seperti tongkat kecil) maupun berbentuk lebih kompleks (pH-meter bench-top)
Alat ini dilengkapi dengan elektroda gelas yang tidak boleh dibiarkan kering, sehingga harus
disimpan dalam kondisi basah. Sebelum dan sesudah digunakan, elektroda tersebut harus
sudah dicuci bersih. Alat ini juga perlu dikalibrasi menggunakan larutan dengan pH tertentu
yang diketahui (umumnya larutan penyangga). Saat penggunaan, elektrode dimasukkan ke
dalam larutan namun tidak sampai menyentuh bagian bawah wadah gelas, pengamatan
dilakukan hingga diperoleh angka yang relatif konstant.
11
2.3.3. Pipet
Pipet merupakan salah satu alat gelas yang sering digunakan di laboratorium untuk
mengambil/memindahkan sejumlah volume larutan. Terdapat empat jenis pipet yaitu pipet
tetes, pipet volume, pipet ukur, dan micro-pipet. Pipet tetes tidak bersifat kuantitatif dan
digunakan untuk keperluan seperti penambahan air tetes demi tetes saat penandabatasan
larutan di labu ukur atau saat penandabatasan volume larutan dengan gelas ukur,
penambahan reagen uji atau larutan indikator asam basa ke tabung reaksi, dll. Penggunaan
pipet tetes (sebaiknya hanya sekali pakai) dilakukan dengan menekan karet udara,
kemudian memasukkan ujung pipet ke dalam larutan dan melepaskan karet udara secara
perlahan. Untuk mengeluarkan kembali isi larutan, karet udara tersebut ditekan kembali
sesuai kebutuhan atau larutan di dalam pipet tetes tersebut habis.
Pipet volume atau juga disebut dengan pipet gondok (volummetric pippete)
digunakan untuk memindahkan zat cair sejumlah volume tertentu secara kuantitatif sesuai
kapasitas alat dengan tingkat akurasi yang tinggi (Gambar 7). Setiap pipet volume memiliki
hanya satu ukuran volume tanpa nilai antara, misalnya 1 mL, 5 mL, 10 mL. Zat cair atau
larutan dipipet dengan cara menarik cairan ke dalam pipet menggunakan bola hisap
(suction bulb). Untuk menggunakan pipet ini, pertama bilas dengan cairan yang akan
diambil, lalu tarik cairan hingga 1-2 cm di atas tanda batas, cairan yang menempel di luar
ujung pipet bawah dikeringkan. Cairan dibiarkan mengalir pelan sampai meniskus-bawah
mencapai garis tanda. Dalam mengamati meniskus, pipet harus pada posisi vertical dan
posisi penglihatan harus horisontal / sejajar (Gambar 8). Kemudian keluarkan cairan secara
pelan sampai meniskus-bawah tepat pada tanda garis. Kemudian ketika menuangkan
isinya, pipet harus dalam keadaan vertikal dan ujungnya menyentuh dinding wadah. Pada
saat akhir, biarkan ujung pipet menempel pada sisi dalam erlenmeyer selama 15 detik untuk
memberi kesempatan kepada zat cair yang masih di dalam pipet untuk keluar. Sisa zat cair
yang ada di ujung pipet tidak boleh ditiup keluar.
Pipet ukur (graduated pipette) berbentuk tabung silinder panjang dengan penampang
lubang seragam pada bagian memanjang yang diberi skala. Teknik pemakaiannya sama
dengan pipet volume, namun volume yang dipindahkan dapat disesuaikan dengan skala.
12
Pipet ini memiliki beberapa ukuran volume dengan nilai antara sehingga umumnya pipet
ukur memiliki tingkat akurasi yang lebih rendah dibandingkan pipet volume.
Gambar 9. Skema bola hisap (posisi pipet volume/ukur berada di bawah S).
2.3.5. Buret
Buret (burette) adalah suatu tabung silinder panjang, dengan ujung atas terbuka, dan
ujung bawah dilengkapi kran pengatur tetesan dari gelas atau plastik (Gambar 10). Buret
13
digunakan sebagai tempat larutan pen-titer yang digunakan untuk men-titrasi suatu larutan
sampel. Berdasarkan jenisnya, buret dapat berupa buret asam atau buret basa. Buret
memiliki penunjuk volume dari 0 sampai angka tertentu, berupa tanda garis sepanjang
tabung. Berdasarkan ketelitian / pembagian skala, ada 2 jenis buret yaitu buret makro
dengan pembagian skala 0,05 - 0,10 mL dan buret mikro dengan pembagian skala 0,01 mL.
Sedangkan berdasarkan bentuknya, terdapat 3 macam yaitu lurus dengan katup dari karet,
bengkok, dan buret dengan kran dari gelas. Buret keran mudah tersumbat akibat endapan.
Cara penggunaan buret yaitu: (a) bilas dengan aquades atau larutan yang akan
dipakai, (b) periksa apakah kran / katup berfungsi dengan baik (tidak bocor), (c) letakkan
buret secara vertical (dilihat dari beberapa arah sudut pantauan) dengan bantuan statif,
tanda garis skala volume menghadap ke pengguna, posisi arah kran menyesuaikan (d)
masukkan larutan pen-titer, gunakan corong gelas saat pengisian buret, corong dilepas saat
titrasi dimulai (e) pastikan tidak ada gelembung udara di sepanjang cairan dalam kolom
maupun di area katup bawah, (f) atur pengisian sehingga setelah pemakaian cairan tersisa
minimal 20%, (g) pastikan titik awal (volume mula-mula) sebelum titrasi dapat terbaca
sesuai standar, (h) buka katup secara perlahan saat titrasi, (i) baca titik akhir titrasi (volume
akhir) sesuai standar, dan (j) setelah titrasi selesai, kosongkan isi buret kemudian dicuci dan
selanjutnya dibilas dengan aquades beberapa kali.
Untuk zat cair yang transparan, dasar pembacaan adalah miniskus-bawah zat cair
pada dinding buret. Sedangkan untuk zat cair yang berwarna gelap, dasar pembacaan
adalah permukaan atas zat cair pada dinding buret. Proses titrasi dilakukan dengan
mengatur kran pada buret sehingga cairan keluar berupa tetesan-tetesan dengan laju tetap.
Posisi tangan disiagakan sehingga praktikan siap menghentikan laju tetesan tiap saat. Buret
dipasang secara vertikal pada statif dengan klem yang sesuai.
Gambar 10. Buret bengkok (kiri), buret katup karet (tengah), buret kran (kanan).
14
2.3.7. Labu ukur
Labu ukur (volumetric glass) memiliki dasar rata dan leher sempit yang diperlengkapi
dengan batas tanda volume (Gambar 11). Labu ini dipakai untuk membuat larutan dengan
volume tertentu (misalnya 25, 50, 100, 250, 500 mL, dll) yang memerlukan ketelitian tinggi,
misalnya pembuatan larutan standar atau pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu,
melalui pengenceran maupun dari pelarutan padatan pada analisis seperti volumetrik dan
spektrometri.
Cara penggunaan: bilas dengan akuades terlebih dahulu à masukkan bahan kimia
yang akan dilarutkan / diencerkan ke dalam labu takar dengan bantuan corong à tanpa
memindahkan corong, tambahkan beberapa mL akuades / bahan pengencer lain yang
diperlukan untuk membilas sisa-sisa bahan pada corong à tambahkan terus bahan
pengencer sampai isi labu mencapai volumenya mencapai setengah atau tiga perempat-
nya à tutup labu ukur dan lakukan pengocokan dengan menggoyang labu beberapa kali à
diamkan di atas meja, buka tutupnya dan tambahkan bahan pengencer dengan perlahan
(bila perlu dengan memakai pipet tetes) sehingga meniskus-bawah tepat pada garis tanda
batas. Dalam mengamati meniskus, labu ukur harus pada posisi vertical dan posisi
penglihatan harus horisontal / sejajar (Gambar 8).
2.3.8. Erlenmeyer
Dasar yang luas, datar, dan leher yang sempit membuat erlenmeyer (conical flask)
mudah digunakan untuk menghomogenkan campuran dengan cara menggoyangkan gelas.
Tanda skala volume yang ada merupakan taksiran kasar sehingga alat ini tidak digunakan
untuk pengukuran volume dengan akurasi tinggi (Gambar 12). Erlenmeyer seringkali
digunakan sebagai tempat menampung larutan yang akan dititrasi atau sebagai tempat
penampungan filtrat saat penyaringan padatan dari larutan dengan bantuan corong gelas
dan kertas saring. Terdapat dua jenis erlenmeyer yaitu erlenmeyer tanpa tutup (dipakai
15
untuk titrasi larutan yang tidak mudah menguap) dan erlenmeyer dengan tutup (dipakai
untuk titrasi larutan yang mudah menguap, misalnya pada titrasi iodometri).
Gambar 12. Erlenmeyer tanpa tutup (kiri) dan gelas kimia (kanan).
2.3.11. Desikator
Desikator (desiccator) merupakan wadah gelas kedap udara, terdiri dari badan dan
tutup, yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan padatan yang telah kering (atau
mendinginkan sampel setelah dari oven) untuk menghindari kontak padatan tersebut
dengan uap air (Gambar 13). Bagian bawah desikator diisi dengan bahan pengering
(dessicant), misalnya P2O5, CaCl2 anhidrat, atau gel silika berwarna, yang memiliki
kemampuan mengikat uap air. Misalnya gel silika, berwarna biru bila kering dan berwarna
merah muda apabila jenuh dengan uap air. Pada kondisi tersebut, gel silika gel harus
dikeluarkan dari desikator dan dipanaskan pada suhu di atas 100°C beberapa jam sampai
kering dan kembali berwarna biru.
Tutup desikator dibuka/ditutup dengan cara menggeser ke samping. Antara tutup
dengan badan desikator seringkali dilapisi dengan vaselin. Kapasitas desikator harus
diperhatikan sehingga jumlah sampel yang ada di dalam desikator tidak berlebihan. Apabila
melebihi kapasitas, proses pendinginan atau penyimpanan sampel menjadi tidak efektif,
bahkan bisa jadi tutup desikator sulit dibuka. Beberapa desikator dilengkapi dengan katup
saluran udara untuk menghindari hal tersebut.
Gambar 13. Desikator dengan katup (kiri), labu alas bulat leher tunggal (tengah) dan leher
bercabang (kanan).
17
dan gelas kimia panas) à setelah dingin, bersihkan pemanas listrik dari pengotor yang ada
dengan kertas tisu atau lap kering.
Gambar 14. Lempeng panas (kiri), batang pengaduk magnet (tengah), batang pengaduk
gelas (kanan).
18
Gambar 15. Cawan penguapan (kiri), krus (tengah), gelas arloji (kanan).
2.3.17. Corong
Corong gelas (plain funnels) biasanya terbuat dari gelas dan digunakan untuk
membantu memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan bukaan sempit, seperti
botol, labu ukur, dan buret (Gambar 16). Corong gelas juga digunakan sebagai alas ketika
melalukan pemisahan padatan dari larutan dengan kertas saring (filtrasi). Setelah
penggunaan corong gelas, pastikan menarik corong secara vertikal keluar dari wadahnya
untuk menghindari kerusakan (patah) pada bagian ujung bawah corong. Selain corong
gelas, juga dikenal corong Buchner yang terbuat dari porselen dengan pinggiran lebih tinggi
dan bagian alas tengah porselen yang berlubang. Corong ini digunakan dalam filtrasi di
bawah tekanan rendah dengan labu Buchner (Gambar 16).
Gambar 16. Corong gelas (kiri) dan seperangkat alat corong Buchner (kanan).
19
Gambar 17. Contoh botol kemasan bahan kimia murni yang diperoleh dari supplier.
Informasi rinci tentang sifat fisika-kimia, klasifikasinya dan potensi bahaya, cara
penanganan dari setiap bahan kimia dapat diperoleh di MSDS (Material Safety Data Sheet)
atau Lembar Keselamatan Bahan. Kode bahan kimia dan nomer kontak produsen juga
tersedia di MSDS. Contoh hasil ringkasan dari MSDS tersaji di Gambar 18.
Untuk prosedur penyimpanan, secara umum bahan kimia cair harus dipisahkan
dengan bahan kimia padat. Pemisahan berdasarkan nama bahan sesuai urutan abjad
hanya berlaku untuk kepentingan administrasi saja, tetapi tidak berlaku untuk prosedur
teknis. Dalam konteks praktikum, mahasiswa tidak menerapkan prosedur penyimpanan
tersebut, namun pengetahuan ini ini dapat membantu dalam pencegahan kecelakaan kerja.
Baik bahan kimia cair maupun padat, penyimpanan harus memperhatikan kelas dan
potensi bahaya sehingga bahan kimia yang tidak cocok (incompatible) tidak boleh disimpan
dalam satu lokasi atau berdekatan, misalnya aseton tidak boleh disimpan berdekatan
dengan asam sulfat, asam nitrat, basa kuat; asam asetat tidak boleh disimpan berdekatan
dengan asam nitrat, asam perklorat, hidrogen peroksida, KMnO4, dll. Apabila dua atau lebih
bahan yang incompatible disimpan dalam satu lokasi dan/atau berdekatan, maka potensi
bahaya akan semakin tinggi sebagai akibat adanya reaksi spontan dari uap (atau sentuhan)
bahan-bahan tersebut. Secara sederhana, acuan penyimpanan bahan kimia incompatible
disajikan di Tabel 2.
Berikut adalah petunjuk teknis penggunaan bahan kimia saat praktikum (saat
praktikum luring). Bahan kimia yang dipakai bersama disedikan di rak-rak di meja kerja
masing-masing. Reagen-reagen khusus yang diperlukan dan tidak tersedia di meja kerja
20
akan dijelaskan oleh asisten (misalnya larutan asam berada di lemari asam). Setiap botol
bahan kimia harus memiliki label yang menunjukkan isinya (nama bahan kimia dan
konsentrasinya) dan tanda bahayanya. Dilarang menggunakan bahan kimia dari botol tak
berlabel. Botol bahan yang telah dipakai harus dikembalikan ke rak. Tidak diperkenankan
memindahkan botol dari tempat semula.
21
Setelah melakukan aktifitas (saat praktikum luring) di laboratorium, pastikan
membersihkan peralatan gelas dan merapikan meja kerja. Sampah dibuang sesuai
kategorinya masing-masing, yaitu sampah kaca, sampah kertas, dan limbah bahan kimia.
Sebelum mencuci peralatan gelas, limbah cairan dan padatan harus dibuang/dikumpulkan
ke dalam wadah limbah yang sudah disediakan, sesuai dengan labelnya. Limbah bahan
kimia di laboratorium kimia dasar dipisah menjadi empat kategori, masing-masing
ditampung dalam wadah terpisah, yaitu:
A) Asam-basa, garam anorganik tak berbahaya, contoh: HNO3, HCl, H2SO4, NaOH,
KOH, NaCl, CaCl2, MgSO4, Na2SO4.
B) Senyawa organik, contoh: aseton, metanol, etanol.
C) Senyawa organoklorida, contoh: CHCl3, CH3Cl, C6H5Cl.
D) Logam toksisitas tinggi, contoh: larutan yang mengandung ion Cd, Cr, Pb, Hg, Mo,
Ni, Se, Ag, As, Co, Cu.
Limbah asam-basa (A) dapat dibuang ke saluran pembuangan setelah pH limbah
dinetralkan melalui penambahan NaOH atau HNO3 dan diperiksa dengan kertas pH. Limbah
lainnya (B, C, D) tidak boleh dibuang ke saluran pembuangan.
Buatlah ringkasan MSDS dari bahan-bahan kimia berikut: asam nitrat, natrium hidroksida,
metanol, tembaga(II) sulfat pentahidrat, sesuai Gambar 18. Gunakan MSDS dari supplier
bahan kimia Sigma Aldrich, Merck, Fluka, atau Fisher Scientific.
22
Pertemuan 3
Preparasi Larutan
3.1. Tujuan
Mempelajari dan menyiapkan larutan dengan konsentrasi tertentu dari bahan kimia padat
dan dari larutan konsentrasi tinggi.
Prosedur preparasi larutan meliputi: (a) penimbangan padatan, (b) pelarutan padatan
dengan pelarut (air), dan (c) penandabatasan larutan. Penimbangan padatan harus tepat
karena akan mempengaruhi ketepatan konsentrasi larutan. Untuk pelarutan padatan
dengan pelarut, perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya reaksi endotermis atau
eksotermis (pelajari sifat bahan yang akan dilarutkan!). Sedangkan untuk penandabatasan
larutan, penambahan pelarut perlu dilakukan secara cermat dan perlahan supaya tidak
melebihi tanda batas. Selain itu, sifat alami bahan (misal higroskopis, peka terhadap
cahaya, dll) dan kualitas neraca analitik yang digunakan (misal kalibrasi alat, ketelitian alat
(angka desimal), dll) juga dapat mempengaruhi ketepatan konsentrasi dari larutan yang
dibuat.
Preparasi larutan dari larutan dengan konsentrasi tinggi dikenal dengan istilah
pengenceran. Jumlah mol zat terlarut sebelum (n1) dan sesudah (n2) pengenceran adalah
sama sehingga volume larutan pekat yang diperlukan untuk menyiapkan larutan encer
dapat dihitung dari persamaan:
Mol sebelum pengenceran (n1) = Mol sesudah penenceran (n2)
M1 x V1 = M2 x V2
Apabila faktor pengenceran (f) didefinisikan sebagai rasio konsentrasi akhir terhadap
konsentrasi awal (f = M2/M1), maka volume larutan pekat yang dibutuhkan untuk preparasi
larutan encer dapat dihitung dengan V1 = V2 x f. Sebagaimana preparasi larutan dari bahan
kimia padat, proses pengenceran dapat melibatkan perubahan suhu (pelajari sifat bahan
yang akan diencerkan!). Untuk zat-zat yang memiliki perubahan entalpi pelarutan yang
bersifat eksotermis, seperti asam sulfat pekat, maka pengenceran dilakukan dengan cara
menuangkan asam sulfat pekat sedikit demi sedikit ke dalam pelarut (akuades). Selain
23
pengaruh penandabatasan, ketepatan konsentrasi larutan encer yang dihasilkan juga
dipengaruhi oleh metoda pengambilan (pemipetan) larutan pekat. Gunakan alat ukur yang
tepat (misal pipet volume atau pipet mikro) untuk meminimalkan kesalahan pengukuran.
24
§ Masukkan HCl tersebut ke dalam labu ukur 100 mL kemudian tambahkan akuades
hingga tanda batas (gunakan pipet tetes ketika larutan sudah mendekati tanda
batas).
§ Tutup labu takar dan kocok larutan hingga homogen.
25
LEMBAR LAPORAN PERTEMUAN 3
Topik : Preparasi Larutan NILAI LAPORAN
Nama : ………………………………………………
NIM : ………………………………………………
Jurusan / Kelas : ………………………………………………
Kelompok : ……………………………………………… (nama asisten)
No Perlakuan Pengamatan
Apakah perlu penambahan panas untuk melarutkan padatan tersebut, mengapa? (nilai 10)
NILAI
26
Bagaimana cara memastikan bahwa larutan yang dibuat sudah homogen? (nilai 10)
NILAI
Mengapa pengenceran larutan asam sulfat harus dilakukan di lemari asam? (nilai 10)
NILAI
Mengapa di dalam wadah harus disiapkan pelarut (air) terlebih dahulu sebelum larutan asam sulfat
pekat dimasukkan ke dalam wadah? (nilai 10)
NILAI
Bagaimana cara memastikan bahwa larutan yang anda buat memiliki konsentrasi sesuai dengan
perhitungan anda? (nilai 16)
NILAI
27
Pertemuan 4
Pembakuan Larutan
4.1. Tujuan
Menentukan molaritas larutan baku sekunder menggunakan larutan baku primer dan
menetapkan kadar asam cuka teknis secara volumetri.
Jumlah mol asam oksalat = 2 x mol NaOH atau (volume asam oksalat x molaritas asam
oksalat) = 2 x (volume NaOH x molaritas NaOH), sehingga molaritas NaOH adalah mol
asam oksalat dibagi (2 x volume NaOH).
28
Pada penentuan asam cuka, konsentrasi asam dapat diketahui dengan mengukur
volume NaOH (yang sudah dibakukan konsentrasinya) yang dibutuhkan untuk tepat
bereaksi, sesuai persamaan reaksi:
CH3COOH + NaOH à CH3COONa + H2O
Titik ekuivalen larutan yang dititrasi biasanya ditemukan dari volume larutan baku yang
ditambahkan, dan dapat juga ditemukan dari penimbangan larutan baku. Jumlah mol asam
cuka = jumlah mol NaOH atau (volume asam cuka x molaritas asam cuka) = (volume NaOH
x molaritas NaOH), sehingga molaritas asam cuka adalah mol NaOH dibagi volume asam
cuka.
Berakhirnya titrasi ditandai dengan perubahan visual dari larutan (perubahan warna
atau terbentuknya endapan) yang diberikan oleh indikator yang ditambahkan ke dalam
larutan yang akan dicari konsentrasinya sebelum titrasi dilakukan. Titik pada saat indikator
memberikan perubahan warna disebut titik akhir titrasi, dan pada saat ini titrasi harus
dihentikan. Idealnya bila indikator dan kondisi titrasinya sesuai, maka titik akhir titrasi dan
titik ekuivalen akan berhimpit/ sama atau setidaknya sedikit perbedaannya.
29
Penetapan konsentrasi larutan asam cuka komersial
§ Ambil 10 mL larutan cuka komersial dengan pipet volume, masukkan ke dalam labu
ukur 100 mL, encerkan dengan akuades sampai tanda batas.
§ Ambil 10 mL larutan encer tersebut dengan pipet volume, masukkan ke dalam tiga
erlenmeyer 250 mL berbeda, masing-masing tambahkan 1 - 2 tetes indikator PP.
§ Satu per satu titrasi larutan di erlenmenyer tersebut dengan larutan NaOH yang telah
distandardisasi/dibakukan sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda.
§ Catat volume titrasi, kemudian hitung rata-rata volume titrasi yang diperoleh.
§ Hitung kadar asam asetat dalam cuka tersebut (jangan lupa masukkan faktor
pengenceran).
30
LEMBAR LAPORAN PERTEMUAN 4
Topik : Pembakuan Larutan NILAI LAPORAN
Nama : ………………………………………………
NIM : ………………………………………………
Jurusan / Kelas : ………………………………………………
Kelompok : ……………………………………………… (nama asisten)
No Perlakuan Pengamatan
Dalam analisa volumetri, mengapa harus dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali? (nilai 10)
NILAI
31
Dalam pembakuan larutan NaOH dengan larutan asam oksalat, apakah bisa digunakan indikator
lain? Jelaskan alasan anda! Bila iya, sebutkan indikator tersebut! (nilai 15)
NILAI
Mengapa larutan asam cuka harus diencerkan terlebih dahulu sebelum dititrasi dengan larutan
NaOH? (nilai 10)
NILAI
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 0l-3711-1995 tentang cuka makan, asam cuka berwujud
cairan encer, jernih, dan tidak berwarna dengan sekitar 4%-12,5%. Apabila suatu asam cuka
memiliki kadar 10%, hitunglah konsentrasi asam cuka tersebut dalam satuan gram/L (Ka = 10-5; Mr
= 60.05 g/mol; densitas = 1,049 g/cm3)! (nilai 20)
NILAI
32
Pertemuan 5
Identifikasi reaksi kimia sederhana
5.1. Tujuan
Mempelajari konsep dan identifikasi reaksi kimia non-reversible.
Ada beberapa hal yang dapat digunakan sebagai indikator terjadinya suatu reaksi
kimia. Bisa jadi hanya satu indikator yang muncul dan teramati saat terjadinya reaksi, namun
hal tersebut sudah cukup untuk menentukan terjadinya suatu reaksi kimia. Sebaliknya,
beberapa indikator bisa muncul dan teramati dalam satu reaksi kimia. Indikator- indikator
terjadinya suatu reaksi kimia antara lain: perubahan suhu, perubahan warna, terbentuknya
gas/bau, terbentuknya endapan. Dalam beberapa kasus, perubahan volume, munculnya
cahaya, atau perubahan rasa juga mengindikasikan adanya suatu reaksi kimia.
Perubahan suhu
Energi dibutuhkan untuk memutuskan dan membentuk ikatan kimia. Reaksi kimia
yang melibatkan pemutusan ikatan cenderung menyerap energi dari lingkungan, membuat
lingkungan menjadi lebih dingin. Reaksi kimia yang melibatkan pembuatan ikatan
melepaskan energi, yang membuat lingkungan menjadi lebih panas. Contoh perubahan
33
suhu dalam reaksi kimia adalah pembakaran kertas, degradasi sari makanan dalam
metabolisme tubuh, dll.
Perubahan warna
Setiap senyawa kimia memiliki warna yang khas. Ketika terjadi perubahan senyawa
selama reaksi berlangsung, warnanya juga bisa berubah. Perubahan warna tidak selalu
menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan kimia karena ada faktor lain yang dapat
berkontribusi terhadap perubahan warna. Contoh perubahan warna akibat reaksi kimia
adalah proses oksidasi di permukaan apel yang setengah dimakan, berubah warna menjadi
coklat setelah terkena udara, perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning, dll.
Terbentuknya gas/bau
Terbentuknya gas dapat diamati dari munculnya gelembung udara dalam suatu
reaksi kimia atau adanya perubahan bau ketika reaksi kimia berlangsung. Contoh dari jenis
reaksi ini adalah timbulnya bau busuk (campuran H2S, CO2, dan CH4) akibat penumpukan
sampah, timbulnya gelembung gas saat percobaan elektrolisis, timbulnya gelembung gas
saat memasukkan tablet effervescent atau batu gamping ke dalam air, dll.
Terbentuknya endapan
Endapan atau padatan yang terbentuk setelah dua larutan dicampur juga merupakan
tanda adanya reaksi kimia. Endapan terkadang akan jatuh ke dasar wadah atau mungkin
tetap tersuspensi dalam campuran dan membuat campuran keruh. Contoh cermin perak
hasil uji Tollen (uji gugus aldehida), gumpalan putih yang muncul saat santan rusak, dll.
Produksi cahaya
Ketika energi dilepaskan karena perubahan kimiawi, terkadang menghasilkan
sumber cahaya. Jenis reaksi kimia ini cenderung terjadi pada reaksi pembakaran seperti
kebakaran atau proses pembakaran. Contoh reaksi hasil buatan manusia adalah cahaya
warna warni yang dipancarkan kembang api yang meledak di langit, timbulnya pijar las
listrik, atau lampu warna-warni dari gas mulia (neon-box). Contoh reaksi alami adalah
cahaya petir dan kunang-kunang (reaksi kimia dari dalam tubuh), dll.
Perubahan volume
Setiap senyawa kimia memiliki kerapatan tertentu (specific density). Ketika densitas
suatu senyawa berubah karena reaksi kimia, maka dapat menyebabkan volume zat
menyusut atau mengembang. Jika volume berubah terlalu cepat, ledakan dapat terjadi.
Contoh perubahan volume akibat reaksi kimia adalah ketika gelembung gas terbentuk di
magma di dalam gunung berapi dan mengembang terlalu cepat, menyebabkan letusan
gunung berapi.
Perubahan rasa
Setiap senyawa kimia memiliki bau atau rasa yang berbeda (dalam percobaan di
laboratorium, jangan membau secara langsung atau mencicipi senyawa kimia). Setelah
34
reaksi kimia, rasa atau bau senyawa tersebut dapat berubah. Contohnya adalah makanan
segar yang berubah menjadi berbau busuk. Bau busuk ini mengirimkan sinyal peringatan
ke otak yang memberi tahu orang tersebut untuk tidak memakan makanan tersebut. Minyak
yang disimpan di wadah tanpa tutup beberapa hari pada suhu ruang akan berubah menjadi
tengik, air kelapa yang disimpan di wadah terbuka selama satu malam pada suhu ruang
juga akan berubah menjadi keasaman, dll.
35
5.5. Latihan Soal/Pretes
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan reaksi kimia reversible dan non-reversible?
2. Tuliskan masing-masing satu contoh reaksi kimia reversible dan non-reversible!
3. Tuliskan satu contoh reaksi elementer!
4. Tuliskan satu contoh reaksi bertahap!
5. Tuliskan satu contoh reaksi kimia yang termasuk reaksi penggabungan!
6. Tuliskan satu contoh reaksi kimia yang termasuk reaksi penguraian!
7. Tuliskan satu contoh reaksi kimia yang termasuk reaksi pertukaran tunggal!
8. Tuliskan satu contoh reaksi kimia yang termasuk reaksi pertukaran ganda!
9. Berikan satu contoh reaksi kimia dimana beberapa indikator terjadinya suatu reaksi
kimia muncul dan teramati dalam satu reaksi kimia saja!
10. Apabila dua larutan yang dicampurkan pasti terjadi reaksi kimia?
36
LEMBAR LAPORAN PERTEMUAN 5
Topik : Identifikasi reaksi kimia NILAI LAPORAN
Nama : ………………………………………………
NIM : ………………………………………………
Jurusan / Kelas : ………………………………………………
Kelompok : ……………………………………………… (nama asisten)
No Perlakuan Pengamatan
Tabung C = Tabung J =
Tabung D = Tabung K =
Tabung E = Tabung L =
Tabung F = Tabung M =
Tabung G =
Tuliskan persamaan reaksi kimia lengkap dengan wujud zatnya! Bila tidak terjadi reaksi
kimia, gunakan tanda panah coret! (nilai 39)
Tabung A = Tabung H =
Tabung B = Tabung I =
37
Tabung C = Tabung J =
Tabung D = Tabung K =
Tabung E = Tabung L =
Tabung F = Tabung M =
Tabung G =
NILAI
NILAI
Untuk reaksi yang menghasilkan produk berupa endapan. Dapatkah endapan tersebut
berubah kembali menjadi reaktan tanpa menambahkan zat lain? Jelaskan jawaban anda!
(nilai 10)
NILAI
Apakah setiap pencampuran dua atau lebih senyawa kimia pasti menghasilkan suatu reaksi
kimia? Jelaskan jawaban anda disertai contoh! (nilai 15)
NILAI
38
Pertemuan 6
Pemisahan Padatan dari Larutan
6.1. Tujuan
Mempelajari reaksi pengendapan garam sederhana dan memisahkan padatan dari larutan.
Pemisahan endapan hasil reaksi dapat dilakukan dengan cara dekantasi, filtrasi
dengan kertas saring (corong gelas, corong Buchner), atau sentrifugasi, salah satunya
tergantung ukuran partikel padatannya. Setiap metoda pemisahan memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing sehingga pemilihan metoda harus disesuaikan dengan kondisi
reaksi supaya pemisahan dapat dilakukan secara efektif. Percobaan kali ini fokus pada
perbandingan efektifitas metode dekantasi dan metode filtrasi dalam pemisahan padatan
dari larutan hasil reaksi pengendapan (metatesis).
39
§ Pindahkan padatan yang diperoleh ke gelas arloji (yang sudah ditimbang massa
kosongnya) dengan bantuan spatula, keringkan padatan dalam oven pada 105°C
selama 20 menit, kemudian dinginkan dalam desikator selama 5 menit. Setelah
padatan dingin, timbang massa endapan yang diperoleh.
§ Ulangi prosedur di atas dengan menggunakan10 mL larutan tembaga(II) klorida 0,2M
sebagai pengganti larutan kalsium klorida.
§ Hitung rendemen endapan yang diperoleh dari setiap reaksi.
Metode filtrasi
§ Ambil 10 mL larutan kalsium klorida 0,2M dan masukkan ke dalam lima gelas kimia
berbeda. Tambahkan 10 mL larutan Na2SO4 0,2M (ke larutan 1), 10 mL larutan
Na2CO3 0,2M (ke larutan 2), 10 mL larutan NaF 0,2M (ke larutan 3), 10 mL larutan
NaCH3COO 0,2M (ke larutan 4), dan 10 mL larutan NaNO3 0,2M (ke larutan 5).
§ Aduk kelima larutan tersebut dengan batang pengaduk gelas selama 5 menit,
kemudian lakukan filtrasi (timbang massa kering kertas saring sebelum digunakan!).
§ Keringkan padatan (beserta kertas saringnya) dalam oven pada 105°C selama 20
menit, kemudian dinginkan dalam desikator selama 5 menit. Setelah padatan dingin,
timbang padatan (beserta kertas saringnya), dan hitung massa endapan yang
diperoleh (massa endapan = massa kering dari kertas saring+endapan dikurangi
massa kering kertas saring saja).
§ Ulangi prosedur di atas dengan menggunakan10 mL larutan tembaga(II) klorida 0,2M
sebagai pengganti larutan kalsium klorida.
§ Hitung rendemen endapan yang diperoleh dari setiap reaksi.
40
LEMBAR LAPORAN PERTEMUAN 6
Topik : Pemisahan Padatan dari Larutan NILAI LAPORAN
Nama : ………………………………………………
NIM : ………………………………………………
Jurusan / Kelas : ………………………………………………
Kelompok : ……………………………………………… (nama asisten)
No Perlakuan Pengamatan
Larutan 3 = % Larutan 8 = %
Larutan 4 = % Larutan 9 = %
Larutan 5 = % Larutan 10 = %
Larutan 14 = % Larutan 19 = %
Larutan 15 = % Larutan 20 = %
41
Tuliskan persamaan reaksi lengkap dari reaksi larutan 1-10! Berikan tanda s untuk senyawa
yang mengendap. (nilai 20)
Larutan 1 = Larutan 6 =
Larutan 2 = Larutan 7 =
Larutan 3 = Larutan 8 =
Larutan 4 = Larutan 9 =
Larutan 5 = Larutan 10 =
NILAI
Apakah semua reaksi menghasilkan produk berupa endapan? Apabila tidak semua,
mengapa ada reaksi yang tidak menghasilkan endapan? (nilai 10)
NILAI
Sebutkan masing-masing satu kelebihan dan kelemahan dari metoda dekantasi dan filtrasi
dengan kertas saring! (nilai 10)
NILAI
Mengapa efisiensi reaksi dari setiap reaksi berbeda-beda! Sebutkan dua faktor yang
mempengaruhinya (nilai 13)
NILAI
42
Pertemuan 7
Reaksi Redoks
7.1. Tujuan
Mempelajari reaksi redoks dan penyetaraan persamaan reaksinya.
43
7.4. Prosedur Kerja
§ Siapkan 7 tabung reaksi yang masing-masing berisi: (a) 10 mL larutan HCl 1M, (b) 10
mL larutan HNO3 1M, (c) 10 mL larutan H2SO4 1M, (d) 10 mL larutan CuCl2 1M, (e) 10
mL larutan CaCl2 1M, (f) 10 mL larutan ZnCl2 1M, dan (g) 10 mL akuades!
§ Masukkan satu batang logam paku ke dalam ke-tujuh tabung reaksi tersebut!
§ Goyang tabung reaksi beberapa saat (2-3 menit), amati perubahan yang terjadi!
44
LEMBAR LAPORAN PERTEMUAN 7
Topik : Reaksi Redoks NILAI LAPORAN
Nama : ………………………………………………
NIM : ………………………………………………
Jurusan / Kelas : ………………………………………………
Kelompok : ……………………………………………… (nama asisten)
No Perlakuan Pengamatan
Tabung c = Tabung g =
Tabung d =
45
Tuliskan persamaan reaksi kimia lengkap (reaktan dan produk) disertai wujud zatnya! Bila
tidak terjadi reaksi redoks, gunakan tanda panah coret! (nilai 35)
Tabung a = Tabung e =
Tabung b = Tabung f =
Tabung c = Tabung g =
Tabung d =
NILAI
Apakah perbedaan jenis asam (HCl, HNO3, H2SO4) mempengaruhi reaksi dengan paku
besi? Bagaimanakah pengaruhnya? (nilai 10)
Ya / Tidak *, karena …
NILAI
Apakah perbedaan ion logam dari garam klorida (M = Ca2+, Cu2+, Zn2+) mempengaruhi
reaksi dengan paku besi? Bagaimanakah pengaruhnya? (nilai 10)
Ya / Tidak *, karena …
NILAI
Apakah lama reaksi akan mempengaruhi terjadinya reaksi redoks, misalnya dalam tabung
g? Bagaimanakah pengaruhnya? (nilai 10)
Ya / Tidak *, karena …
NILAI
46