KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
DOSEN PENGAMPU :
ULYARTI, S.Tp., M. Sc
MURSYID, S.Gz. M.Si
DIAN WULANDARI, S.Tp. M.Si
RAHAYU SUSENO, S.Tp. M.Si
ASISTEN DOSEN :
LIVEN YESUVIRGINIA ZACHAIRAS (J1A118045)
OKTAVIANY TAMBA (J1A118022)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 SHIFT 5/R-001
1. Munakhanifah (D1C021027)
2. Zalia Arpianda (D1C021029)
3. Marianto Pasaribu (D1C021039)
4. Ridho Al - Fitrah Sufianto (D1C021063)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
Penerapan GLP etujuan untuk meyakinkan bahwa data hasil uji yang dihasilkan telah
dipertimbangkan :
Guna menghindari kecelakaan kerja dan terjaganya keselamatan dan Kesehatan saat
anda bekerja di laboratorium perlu ditaati peraturan dasarnya, berikut ini uraian aturan dasar
bekerja di laboratorium:
Penanganan bahaya bahan kimia di laboratorium bila bahan tersebut beracun, korosif,
karsinogen, mudah terbakar, mudah meledak atau bersifat radio aktif.
Beberapa tipe Bahasa oleh bahan kimia, yaitu:
A. Ledakan
Ledakan dapat terjadi oleh adanya gesekan, loncatan api, pemanasan atau
bantingan terhadap bahan kimia tertentu, contoh: ammonium bikronat.
B. Kebakaran
Kebakaran dapat timbul oleh adanya bunga api panas atau loncatan listrik dan
dengan adanya oksigen serta bahan bakar. Contoh bahan kimia mudah terbakar:
klorin, triklorida (fcl), bensin, asetan dll.
C. Keracunan
Keracunan pada manusia dapat terjadi apabila zat racun tertelan lewat kulit aau
terhisap.
D. Merusak kulit
Hindari kulit mata dan bagian tubuh lain dari bahan-bahan kimiawi contohnya :
NaOH, HeS0a, HCL dll.
1. Housekeeping
2. General safety
3. Menical safety
4. Sampah kimia
5. Sampah lain.
KESIMPULAN
2. Peningkatan mutu dan kualitas suatu laboratorium yang baik dilakukan dalam suatu sistem
teman yang baik sehingga hasil data dari suatu laboratorium tersebut. Untuk mencapai
laboratorium yang baik komandan untuk melakukan kegiatan yang sesuai dan standar yang
berlaku maka perlu dilakukan sesuai prinsip-prinsip yang ada pada good laboratory practice .
3. Penerapan glp bertujuan untuk meyakinkan bahwa data hasil uji yang dihasilkan telah
mempertimbangkan:
DOSEN PENGAMPU :
ULYARTI, S.Tp., M. Sc
MURSYID, S.Gz. M.Si
DIAN WULANDARI, S.Tp. M.Si
RAHAYU SUSENO, S.Tp. M.Si
ASISTEN DOSEN :
LIVEN YESUVIRGINIA ZACHAIRAS (J1A118045)
OKTAVIANY TAMBA (J1A118022)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 SHIFT 5/R-001
1. Munakhanifah (D1C021027)
2. Zalia Arpianda (D1C021029)
3. Marianto Pasaribu (D1C021039)
4. Ridho Al - Fitrah Sufianto (D1C021063)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing alat, praktikum dapat
dilaksanakan dengan sempurna. Kebersihan alat yang digunakan dan ketelitian praktikum
dalam perhitungan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam suatu praktikum dengan
ketelitian dan ketetapan penggunaan alat maka kesalahan dalam praktikum dapat
diminimalisir (Riadi, 1990).
Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan cara penanganannya, yakni
cara pencampuran, mereaksikan, pemindahan atau transportasi dan penyimpanan.
Pengetahuan tentang nama dan kegunaan alat dan bagaimana cara penggunaannya juga
sangat penting. Misalnya alat-alat gelas harus diperiksa sebelum digunakan, apakah ada
yang retak atau pecah, atau masih kotor, juga cara penyimpanannya sehingga kerusakan
alat dan bahan-bahan kimia dapat dihindari, serta bahaya-bahaya yang ditimbulkan dapat
dicegah (Budimarwati, 2013)
Suatu laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi para pekerja atau
praktikan, aman terhadap kemungkinan kecelakaan fatal maupun sakit atau gangguan
kesehatan lainnya. Hanya di dalam laboratorium yang aman bebas dari rasa khawatir atau
kecelakaan, dan keracunan, seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif dan efisiensi
(Khasani, 1990).
Sebelum melakukan praktikum hal yang paling utama yang harus dipahami oleh
praktikan adalah mengetahui terlebih dahulu nama-nama alat dan fungsinya dan cara
penggunaan alat-alat yang akan dilakukan sehingga praktikum berjalan dengan baik
(Setiawati, 2002).
Pemakaian bahan kimia akan sangat berpengaruh terhadap alat-alat yang digunakan.
Setiap alat dirancang dengan bahan-bahan yang berbeda, ada yang terbuat dari kelas,
poliselen, kayu, aluminium, plastik dan lain-lain, sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Alat-alat tersebut ada yang tahan terhadap basa, tahan terhadap kondisi asam, tahan
terhadap panas, dan ada yang hanya tahan terhadap kondisi normal. Oleh sebab itu
penggunaan alat dan bahan kimia sangat menentukan keberhasilan suatu penelitian
(Moret, 2000).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Adapun waktu dalam pelaksanaan praktikum MIPA yaitu pada hari Kamis, 17 maret
2022 pukul 13:10 – 14:50 WIB, tempat dilaksanakannya praktikum MIPA yaitu
dilaboratorium Kimia, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.
Adapun alat praktikum dilaboratorium yaitu, tabung reaksi, gelas ukur, labu ukur,
erlenmeyer, gelas beaker, buret, corong pisah, mikro pipet, kondensor, filler(karet
penghisap), pipet ukur, pipet volume, pipet tetes, pengaduk spatula logam, desikator,
gelas arloji, hot hands, rak tabung reaksi, penjepit, morkal krusibel, evaporating dish,
cawan petri, botol semprot, pemanas spritus, corong buchrer, botol preaksi, labu iadium
dan plat tetes.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam praktikum kali ini yaitu, pertama;
alat dan bahan disiapkan kemudian alat dan bahan yang akan digunakan diperiksa dan
dipastikan dalam kondisi yang baik, lalu alat-alat praktikum diamati dan ditulis spesifikasi
dan fungsinya. Kemudian menulis dan mendokumentasikan hasil pengamatan dalam
bentuk tabel serta dengan pembahasannya.
BAB IV
2.
Sebagai wadah untuk
Erlenmeyer mereaksikan suatu zat kimia
dalam skala yang cukup besar.
3.
Labu ukur Untuk membuat, menyimpan
dan mengencerkan larutan
dengan ketelitian yang tinggi.
4.
Petridish Sebuah wadah untuk
membiakkan sel atau mikroba.
5.
Gelas ukur Untuk mengukur volume
larutan.
7.
Tabung reaksi Sebagai wadah sampel atau dua
jenis zat.
8.
Cawan penguap Digunakan sebagai wadah untuk
mengeringkan suatu zat.
9.
Mortal Menghaluskan zat yang masih
bersifat padat.
12.
Pipet volum Untuk menentukan volume
larutan.
KESIMPULAN
Riadi. (1990). Pemilihan Uji Laboratorium Yang Efektif, Choosing Effectice Laboratory
Tests, Jakarta.
PENGUKURAN STANDAR
DOSEN PENGAMPU :
ULYARTI, S.Tp., M. Sc
MURSYID, S.Gz. M.Si
DIAN WULANDARI, S.Tp. M.Si
RAHAYU SUSENO, S.Tp. M.Si
ASISTEN DOSEN :
LIVEN YESUVIRGINIA ZACHAIRAS (J1A118045)
OKTAVIANY TAMBA (J1A118022)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 SHIFT 5/R-001
1. Munakhanifah (D1C021027)
2. Zalia Arpianda (D1C021029)
3. Marianto Pasaribu (D1C021039)
4. Ridho Al - Fitrah Sufianto (D1C021063)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
BAB 1
PENDAHULUAN
Secara umum, pengertian pengukuran ini merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
membandingkan suatu besaran yang diukur yakni dengan alat ukur yang dipakai sebagai
satuan. Definisi pengukuran ini merupakan penentuan besaran, dimensi, atau juga
kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau pun satuan ukur. Selain dari itu,
pengukuran tersebut juga dapat atau bisa diartikan yakni sebagai pemberian angka
terhadap suatu atribut atau juga karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal,
atau juga objek tertentu menurut aturan atau juga formulasi yang jelas serta disepakati.
Pengukuran dengan alat ukur yang baku yakni dengan hasil pengukuran tersebutberupa
besaran kuantitatif atau juga sistem angka. Sebuah pengukuran tersebut bisa atau dapat
dilakukan pada apapun yang dibayangkan, namun dengan tingkat kompleksitas yang
berbeda. Misalnya seperti untuk mengukur tinggi, maka seseorang tersebut dapat atau
bisa mengukur dengan mudah disebabkan karna objek yang diukur tersebut merupakan
objek kasat mata dengan satuan yang sudah atau telah disepakati dengan secara
internasional. Namun tentu hal tersebut akan berbeda jika objek yang diukur tersebut
lebih abstrak seperti misalnya kematangan, kejujuran, kecerdasan, kepribadian, serta lain
sebagainya sehingga untuk dapat melakukan pengukuran tersebut maka diperlukan
keterampilan serta keahlian tertentu.
Pengukuran adalah aktivitas membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat
ukur. Pengukuran merupakan sesuatu hal yang sangat penting, segala sesuatu yang
berbentuk pasti mempunyai ukuran, baik itu panjang, tinggi, berat, volume, ataupun
dimensi dari suatu obyek. Penentuan suatu dimensi atau kapasitas, biasanya terhadap
suatu standar satuan ukur tertentu. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik,
sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan
pembading dalam suatu pengukuran adalah satuan .satuan yang dilakukan untuk
melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap untuk semua orang disebut
satuan baku. Sebaliknya, pengukuran panjang sisi dalam suatu benda dapat dilakukan
dengan menarik benda yang ingin diukur dengan menggunakan rahang jangka sorong
yang kecil (Taufiq, 2001)
Untuk melakukan suatu pengukuran maka diperlukan alat ukur. Terdapat berbagai
macam alat ukur yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari seperti penggaris,
materan, jangka sorong, micrometer skrup, timbangan, jam dan masih banyak
lagi. Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang dilengkapi dengan nonius
sehingga tingkat ketelitiannya ada yang sampai 0,02 mm. Tanpa nonius, jangka sorong
mempunyai nst skala utama adalah 1 mm dan batas ukur 150 mm. Penggunaan jangka
sorong biasanya terlihat di bengkel-bengkel atau tempat-tempat yang memproduksi
barang dengan detail dan tingkat presisi tinggi. Peranan pengukuran dalam kehidupan
manusia semakin terasa vital dan imperatif (Tawarys Ibrahim, 1998).
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah
ditetapkan sebagai standar pengukuran. Alat bantu dan proses pengukuran disebut alat
ukur. Alat ukur dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak, misalnya alat ukur panjang
(mistar, jangka sorong, dan mikrometer skrup), alat ukur massa, alat ukur waktru, alat
ukur suhu dsb (Sasmito, 2010).
dJangka sorong dikalibrasikan dengan cara mendorong rahang geser hingga
menyentuh rahang tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat diangka nol,
yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius saling berhimpit
pada satu garis lurus, maka jangka sorong tersebut sudah terkalibrasi dan siap
digunakan.Salah satu alat ukur panjang adalah jangka sorong. Jangka sorong adalah alat
pengukur yang digunakan sebagai pengukur diameter suatu benda. Selama ini, mungkin
alat ukur yang paling dikenal atau sering dijumpai adalah penggaris. Jangka sorong
digunakan untuk mengukur panjang benda maksimum 10 cm dengan ketelitian 0,01 cm.
Jangka sorong terdiri dari 2 bagian utama yaitu rahang tetap dan rahang sorong. Jangka
sorong juga bisa digunakan untuk mengukur kedalaman. Jangka sorong terdiri dari 2
skala, yaitu skala utama, dan skala nonius. Karena ketelitian merupakan setengah dari
tingkat ketelitian maka ketelitiannya adalah 0,005 cm atau sama dengan 0,05 mm. Cara
membaca skala jangka sorong yaitu dengan menambahkan skala utama dengan skala
nonius yang dikaliakan skala terkecil (Tippler, 1998).
Mikrometer sekrup merupakan salah satu alat pengukuran yang biasa digunakan
untuk mengukur bermacam benda berukuran sangat tipis. Alat satu ini akan sangat
membantu untuk mengukur benda yang membutuhkan tingkat ketelitian tinggi,
mengingat tingkat ketelitian penggaris hanya mencapai 0,1 cm atau 1 mm. ikrometer
sekrup adalaah instrument untuk melakukan pengukuran linier dari suatu dimensi seperti
diameter, ketebalan, dan panjang suatu benda.Skala terkecil dari mikrometer sekrup dapat
mencapai 0,01 mm
BAB III
METODOLOGI
Adapun kerja pada praktikum kali ini yang pertama cara mengukur massa benda
menggunakan neraca.langkah pertama yang harus di lakukan ialah Posisikan
skala neraca pada posisi nol dengan menggeser pemberat (anting) pada lengan
depan, tengah, dan belakang ke sisi kiri dan dan putar tombol kalibrasi sampai
garis kesetimbangan mengarah pada angka nol,kemudian Periksa bahwa neraca
pada posisi setimbang,setelah itu Letakkan benda yang akan diukur massanya di
tempat yang tersedia pada neraca (tempat beban),kemudian Geser ketiga
pemberat diurutkan dari pemberat yang paling besar ke yang terkecil yaitu
dimulai dari lengan yang menunjukkan skala ratusan, puluhan, dan satuan
sehingga tercapai keadaan setimbang,dan yang terakhir Bacalah massa benda
dengan menjumlahkan nilai yang ditunjukkan oleh skala ratusan, puluhan, dan
satuan atau sepersepuluhan.
Letakkan objek yang ingin diukur mendekati atau menempel dengan bagian
poros tetap.lalu Putar bagian thimble sehingga objek terjepit oleh poros tetap dan
poros geser.kemudian Putar bagian ratchet agar menghasilkan perhitungan yang
lebih presisi dengan cara menggerakkan poros geser secara perlahan. Setelah
yakin bahwa objek sudah terjepit di antara kedua poros, Sobat Pintar sudah dapat
membaca hasil pengukurannya di skala utama dan skala nonius.
Dilakukan penukuran
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Rata Rata
Benda Jangka Mikrometer Rata –
Ulangan Penggaris – –
yang Sorong Sekrup Rata
Ke (cm) Rata Rata
Diukur (mm) (mm) (mm)
(cm) (mm)
Diameter 1 1,7 cm 1,7c 24 mm 23m 16,38 mm
16,45 mm
Kelereng 2 1,7 cm m 22 mm m 16,53 mm
Diameter
1 3 cm 28 mm 23,49 mm
Uang 28,5
3 cm 23,48 mm
Logam mm
(500) 2 3 cm 29 mm 23,48 mm
4.2. Pembahasan
Hasil dapat dituliskan dengan aturan nilai yang dihasilkan ± ralat nst yang
diperoleh.Penentuan hasil pengukuran secara langsung dan berulang dapat diperolehdari rata-
rata hasil pengukuran ± standart deviasi. Pengukuran dilakukan 3 kalisehingga dapat dicari
rata-ratanya. Rata-rata tersebut dimasukkan ke dalam rumusstandart deviasi sehingga hasil
pengukuran dapat dicari. Standart deviasi dapat menunjukkan kepresisian suatu alat
ukur.Semakin kecil standart deviasi yangterbentuk, maka semakin besar pengukuran kita
yang mendekati benar.Pengukuran tidak langsung yaitu pengukuran yang dilakukan terhadap
besaran lain yang memiliki hubungan matematis dengan besaran yang dicari.Pengukuran
tidak langsung yang dilakukan pada praktikum ini tidak langsungdilakukan pada semua alat
ukur, namun pengukuran tidak langsung dibagimenjadi dua, yaitu pengukuran tidak langung
dengan nst dan standart deviasi.Pengukuran tidak langsung menggunakan mistar,neraca
o’hauss, jarak. Terdapat perbedaan hasil ukur dari pengukuran tidak langsung diatas,
walaupun dilakukan pada besaran dan menggunakan alat yang sama. Pengukuran yang
dilakukan secara berulang memiliki ralat lebih kecil dari pada pengukuran yang
dilakukansekali.Jumlah angka penting yang digunakan dapat dilihat dari ralat relatif. Semakin
banyak angka penting menunjukkan presentase ralat yang relatif kecil berartisemakin tepat
hasil pengukuran.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum pengukuran dasar kali ini diantaranya adalah Nilai skala
terkecil (nst) pada alat ukur ditentukan pada skala yang tertera pada alat ukur tersebut.
Penggunaan alat ukur harus dengan cara yang benar, Pengukuran tidak berulang
menggunakan ralat nst dan pengukuran berulang menggunakan ralat standart deviasi.
DAFTAR PUSTAKA
Atika dkk.(2012). laporan penerapan volumetri. 5. Tawarys ibrahim. (1998).
Payne, L. (2014). Standar Pengukuran. Standar Pengukuran.
Sasmito, t. (2010). Pengukuran,besaran dan satuan.jakarta:erlangga.subeno, E. (2009). 1.
taufiq. (1980). teknik pengukuran(metrologi industri). Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta.
Taylor. (1997). PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM FISIKA. Program Studi
Pendidikan Fisika PMIPA FKIP UNS, 27.
Tippler. (1998). fisika Untuk Sains dan Teknik. rlangga. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampira Perhitungan
A. Perhitungan Massa Benda
1. Neraca Biasa
a. Balon Kempes