Anda di halaman 1dari 52

PETUNJUK PRAKTIKUM

KIMIA DASAR I/ANORGANIK

Dilakukan secara online


pada Masa Pandemi Covid-19

Tim Penyusun

Prof. Dr. Nuryono, M.S.


Dr. Sutarno, M.Si
Drs. Iqmal Tahir, M.Si
Dr. Winarto Haryadi, M.Si
Dr. Deni Pranowo, S.Si., M.Si
Dr. Indriana Kartini, M.Si
Dr. Sri Sudiono, S.Si., M.Si
Sugeng Triono, S.Si., M.Si

Laboratorium Kimia Dasar FMIPA Universitas Gadjah Mada


Sekip Utara Yogyakarta 55281, Telp. 0274-545188, 902370; Fax. 0274-545188
e-mail:chemistry-kd@ugm.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan buku Petunjuk
Praktikum Kimia Dasar I/ Anorganik ini dapat selesai pada waktunya. Tidak
lupa dihaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan buku ini. Praktikum ini merupakan salah satu praktikum
yang dilaksanakan di Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM pada semester
gasal.
Buku ini merupakan edisi perbaikan dan penyempurnaan dari Buku
Petunjuk Praktikum yang telah lama digunakan oleh Laboratorium Kimia
Dasar disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM merupakan salah satu
laboratorium layanan, yang tidak hanya melayani praktikum untuk
mahasiswa Departemen Kimia FMIPA, namun juga melayani praktikum untuk
mahasiswa fakultas-fakultas eksakta di luar FMIPA UGM yang memerlukan
Pengetahuan dan Ketrampilan Dasar Kimia. Buku ini dilengkapi dengan
peringatan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium,
sehingga diharapkan kecelakaan kerja di laboratorium dapat dihindari.
Dikarenakan sekarang baru berada pada masa pandemi covid-19,
yang mengharuskan melalukan physical distancing dan protokol kesehatan
lainnya, maka pelaksaan praktikum semester ini tidak dilakukan
di laboratorium, namun dilakukan secara online. Kami menyiapkan enam
(6) video praktikum sebagai pengganti pelaksanaan praktiku. Dengan
menyaksikan video dilanjutkan dengan diskusi dengan asisten diharapkan
praktikan mampu memahami konsep-konsep praktikum kimia ini.
Semoga semua pengguna buku ini dapat mempergunakan buku ini
dan dapat mengambil manfaat darinya. Akhirnya kritik dan saran
membangun selalu kami harapkan untuk penyempurnaan buku ini.
Yogyakarta, Agustus 2020
Penyusun
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik
Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 3
TATA TERTIB
PRAKTIKUM DI LABORATORIUM KIMIA DASAR
(SECARA LURING)

1. Setiap praktikan harus hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan
(sesuai jadwal masing-masing kelompok). Apabila praktikan terlambat
lebih dari 5 (lima) menit dari waktu yang telah ditentukan, maka ia tidak
diperkenankan mengikuti praktikum sesuai jadwal dan diwajibkan
mengikuti praktikum pada jadwal lain (inhal untuk percobaan tersebut).
2. Selama mengikuti praktikum, praktikan harus memakai jas praktikum
lengan panjang berwarna putih bersih, dikancingkan dengan rapi dan
bersepatu (dilarang mengenakan sandal atau sepatu sandal).
3. Setiap praktikan wajib membuat laporan praktikum sesuai format yang
ditentukan dan ditandatangani asisten setelah selesai suatu acara
praktikum. Laporan dikumpulkan sebelum mengikuti acara praktikum
berikutnya. Laporan praktikum merupakan prasyarat untuk dapat
mengikuti acara praktikum selanjutnya.
4. Praktikan tidak diperkenankan membawa barang-barang ke dalam
laboratorium kecuali untuk kepentingan praktikum. Barang yang tidak
dipergunakan harus dimasukkan ke dalam locker yang telah disediakan.
Satu locker untuk satu kelompok.
5. Setiap praktikan harus memeriksa alat sebelum praktikum dan
mengembalikan alat-alat yang telah dipakai dalam keadaan bersih dan
kering. Sebelum meninggalkan ruang praktikum, praktikan harus
mengembalikan botol-botol bahan kimia yang telah ditutup rapat ke
tempat semula, mengembalikan kunci meja dan kunci locker. Kehilangan
kunci menjadi tanggungjawab praktikan.
6. Setiap praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium, bekerja
dengan tenang, teratur dan tertib. Selama mengikuti praktikum,
praktikan harus bersikap sopan, baik dalam berbicara maupun
bertingkah laku.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 5
7. Penilaian praktikum bersifat formative, dilakukan terus menerus selama
proses praktikum. Penilaian meliputi penguasaan teknik laboratorium
dan budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), penguasaan materi
(pretest, ketrampilan kerja di laboratorium, penulisan laporan dan
responsi.
8. Bagi praktikan yang tidak mengikuti praktikum pada hari yang telah
terjadwal, diperbolehkan inhal (praktikum susulan) apabila memenuhi
persyaratan yang ada, dengan mengisi surat permohonan inhal kepada
Kepala Laboratorium Kimia Dasar.
9. Inhal tidak dapat lebih dari dua kali. Apabila inhal lebih dari dua kali atau
tidak mengikuti praktikum sebanyak 2 kali dan tidak inhal, maka
praktikum dinyatakan gagal (Nilai E).
10. Butir nomor 9 tidak berlaku bagi mereka yang sakit dan diopname di
Rumah Sakit.
11. Apabila praktikan melanggar hal-hal yang telah diatur di atas maka yang
bersangkutan dapat dikeluarkan dari laboratorium dan tidak
diperkenankan untuk melanjutkan praktikum pada hari itu. Kegiatan
praktikum dinyatakan batal dan tidak diijinkan inhal.
12. Hal-hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran
praktikum akan diatur kemudian.

Kepala Laboratorium,

Dr. Deni Pranowo, S.Si., M.Si.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


6 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
TATA TERTIB
PRAKTIKUM DI LABORATORIUM KIMIA DASAR
(SECARA DARING)

1. Peserta praktikum harus hadir tepat pada waktu yang


telah ditentukan, keterlambatan >5 menit berakibat ditolaknya
peserta untuk mengikuti praktikum pada hari yang
bersangkutan.
2. Praktikum dilaksanakan sesuai jadwal masing-masing secara
virtual menggunakan google meet dengan link sesuai
dengan yang tertulis di classroom masing-masing.
3. Selama mengikuti praktikum (daring) peserta wajib berlaku sopan,
baik dalam berkomunikasi maupun dalam berpakaian.
Baju/kaos yang dipakai harus ber-krah
4. Peserta praktikum wajib mengikuti semua tahapan praktikum
di setiap jadwal rutin mingguan.
5. Setiap peserta praktikum wajib: mengikuti semua mata acara
praktikum (percobaan), mengisi daftar hadir (presensi), pretest,
praktikum (menyaksikan video percobaan), pembuatan laporan
(laporan sementara dan laporan resmi), mengumpulkan
laporan, maupun responsi

Kepala Laboratorium Kimia Dasar

Dr. Deni Pranowo, M.Si.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


6 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul 1
Kata Pengantar 3
Tata Tertib Praktikum di Laboratorium Kimia Dasar 5
Daftar Isi 7
Jadwal Acara Praktikum Kimia Dasar I/ Anorganik 9
Percobaan : Teknik Laboratorium dan Budaya K3 11
Percobaan P : Pengenalan Alat dan Teknik Dasar Kerja
di Laboratorium 23
Percobaan A-1 : Kinetika Reaksi Ion Permanganat dengan
Asam Oksalat 25
Percobaan A-2 : Penurunan Titik Beku Larutan 29
Percobaan B-1 : Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan 36
Percobaan B-2 : Analisis Kesadahan Air 41
Percobaan C-1 : Analisis Daya Hantar Listrik 47
Percobaan C-2 : Kontrol Keasaman Larutan Penyangga (Buffer) 51

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 7
JADWAL ACARA
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I / ANORGANIK

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 9
PERCOBAAN
TEKNIK LABORATORIUM & BUDAYA K3

Tujuan Percobaan : 1. Mengenali beberapa peralatan gelas sederhana.


2. Mengenali beberapa macam teknik preparasi dan
perlakuan bahan.

Berikut ini akan dibicarakan alat sederhana yang akan digunakan


pada praktikum di Laboratorium Kimia Dasar. Beberapa alat tampak pada
gambar P.1.

Gambar P.1. Peralatan gelas sederhana untuk praktikum kimia

Berikut diuraikan keterangan alat dan kegunaan dari masing-masing


alat yang disajikan pada Gambar P. 1

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 11
1. Labu Takar.
Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada
proses preparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran.

2. Gelas Ukur
Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alai ini
mempunyai skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh
digunakan untuk mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas.
Perhatikan meniskus pada saat pembacaan skala

3. Gelas Piala
Nama lainnya gelas beker. Alat ini bukan alat pengukur (walaupun
terdapat skala, namun ralatnya cukup besar). Digunakan untuk tempat
larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia. Untuk
menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.

4. Pengaduk Gelas
Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada
waktu melakukan reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong pada
waktu menuangkan/mendekantir cairan dalam proses penyaringan.

5. Botol pencuci
Bahan terbuat dari plastik. Merupakan botol tempat akuades, yang
digunakan untuk mencuci, atau membantu pada saat pengenceran.

6. Corong
Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastik.
Digunakan untuk menolong pada waktu memasukkan cairan kedalam
suatu wadah dengan mulut sempit, seperti : botol, labu ukur, buret dan
sebagainya.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


12 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
7 dan 8. Erlenmeyer
Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas
tersebut (ralat cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan
dititrsi. Kadang-kadang boleh juga digunakan untuk memanaskan
larutan.

9 dan 10 Tabung Reaksi.


Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan
zat-zat kimia dalam jumlah sedikit.

11. Kuvet
Bentuk serupa dengan tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil.
Digunakan sebagai tempat sampel untuk analisis dengan spektro
fotometer. Kuvet tidak boleh dipanaskan.
Bahan dapat dari silica (quartz), polistirena, atau polimetakrilat.

12 dan 13 Rak untuk Tempat Tabung reaksi


Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat
meletakan alat gelas dengan alat pemanas/kompor listrik.

14. Kaca Preparat


Terbuat dari kaca dan biasanya digunakan untuk meletakkan preparat
yang akan diamati
15. Kawat Kasa
Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan
alat gelas dengan alat pemanas/kompor listrik.

16 dan 22 Penjepit
Penjepit logam dan digunakan untuk penjepit tabung reaksi pada saat
pemanasan, atau untuk membantu mengambil kertas saring atau
benda lain pada kondisi panas.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 13
17. Spatula
Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alat bantu mengambil
bahan padat atau kristal.

18. Kertas Lakmus


Merupakan indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil,
berwarna merah dan biru. Indikator yang lain ada yang berbentuk cair
misal indikator Phenolphatelein (PP), methyl orange (MO) dan
sebagainya. Merupakan bahan untuk mengukur atau mengetahui
tingkat keasaman (pH) larutan.

19. Gelas Arloji


Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang.

20. Cawan Porselin


Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan
pemanasan.

21. Pipet Pasteur (Pipet tetes)


Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah
yang kecil.

23 dan 24. Sikat


Sikat dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung.

25. Pipet Ukur


Adalah alat yang terbuat dari gelas, berbentuk seperti gambar di
bawah ini. Pipet ini mempunyai skala. Digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume tertentu. Gunakan propipet atau pipet pump
untuk menyedot larutan, jangan dihisap dengan mulut.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


14 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
26. Pipet Gondok
Pipet ini berbentuk seperti di bawah ini. Digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume tepat sesuai dengan label yang tertera pada
bagian yang mengelembung (gondok) pada bagian tengah pipet.
Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan.

27. Buret
Terbuat dari gelas. Mempunyai skala dan kran. Digunakan untuk
melalakukan titrasi. Zat yang digunakan untuk menitrasi (titran)
ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui
kran. Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala.

Beberapa Teknik Dasar Kerja Laboratorium Kimia.


Untuk memahami tentang alat-alat yang sudah diperkenalkan di atas,
berikut ini akan dilakukan beberapa percobaan. Hal yang perlu diperhatikan
disini adalah bagaimana penggunaan alat-alat tersebut dengan baik dan
benar.

I. Pembuatan dan Pengenalan Suatu Gas serta Pengenalan Kertas


Lakmus.
Gas NH3 adalah gas yang sangat bau. Gas ini dapat dibuat dengan
mereaksikan ammonium klorida dengan larutan NaOH dan dipanaskan
dalam tabung reaksi. Adanya Gas ini dapat diketahui dengan cara
membau. Untuk menghindari bahaya, jangan sekali-kali dilakukan untuk
gas yang berbahaya. Cara membau yang relatif aman adalah dengan
mengipas-ngipaskan tangan di atas mulut tabung dan hidung kita pada
jarak relatif jauh, berusaha membau gas yang keluar (Gambar P.2).

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 15
Gambar P.2. Teknik membau Gas dan pengukuran pH.

Kertas lakmus (ada dua macam warna, yaitu biru dan merah)
digunakan sebagai indikator/petunjuk, apakah senyawa tersebut bersifat
asam atau basa dengan melihat perubahan warnanya. Bila suatu larutan
diuji dengan kertas lakmus biru warna tetap biru, dan dengan kertas
merah warna tetap merah maka larutan tersebut bersifat netral. Bila
dengan kertas lakmus biru berubah menjadi merah dan lakmus merah
tetap merah maka larutan bersifat asam. Larutan yang bersifat basa bila
diuji dengan kertas lakmus biru maka kertas lakmus biru tetap berwarna
biru sedangkan kertas lakmus merah berubah menjadi biru. Cara
menggunakan kertas lakmus seperti ditunjukkan pada Gambar P2.

Cara Kerja
Ambil sedikit larutan NH4Cl dan masukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian tambahkan sedikit larutan NaOH secukupnya. Peganglah
tabung reraksi dan penjepit, lalu dipanaskan sambil digoyang-
goyangkan. Mulut tabung harus sedikit dicondongkan tetapi tidak boleh
diarahkan pada diri sendiri atau kepada orang lain. Cari tempat yang
kosong. Cara Pemanasan lihat Gambar P.3.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


16 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
Gambar P.3. Teknik pemanasan bahan yang benar

Pada saat mendidih jagalah agar zat dalam tabung jangan sampai
keluar dari mulut tabung (lebih-lebih untuk zat yang mudah terbakar).
Caranya dilakukan dengan mengangkat tabung dari atas api bila zat
dalam tabung sudah mulai naik/hampir keluar. Praktekkan cara membau
di atas. Catat bagaimana bau gas yang terjadi, amati zat-zat sebelum dan
sesudah reaksi. Peganglah kertas lakmus merah di dekat mulut tabung
reaksi. Amatilah perubahan warna dari kertas lakmus yang terjadi dan
berikan kesimpulan. Apakah manfaat menggoyang-goyangkan pada
waktu pemanasan ?

Informasi Sifat Bahan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


- Jauhkanlah zat-zat yang mudah terbakar dari api.
- Bekerjalah dengan tenang dan penuh perhatian untuk menghindari
kecelakaan.

II. Pengenceran dengan Labu Ukur.


Untuk membuat larutan standar kadang-kadang dilakukan dengan
mengencerkan larutan yang sudah tersedia. Misalnya membuat larutan,
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik
Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 17
standard HCl 0,1 M dari larutan HCl 0,2 M. Tentukan dahulu berapa jumlah
larutan standar yang akan dibuat dan dihitung berapa jumlah larutan awal
yang harus diencerkan dengan persamaan :

V1M1 = V2M2 atau

V1 = volume larutan awal yang dipakai/diperlukan


M1 = molaritas awal
V2 = volume larutan standar yang akan dibuat
M2 = molaritas larutan standar yang akan dibuat.

Cara Kerja
Ambil sejumlah tertentu larutan X 0,1 M dengan menggunakan pipet
gondok. Perhatikan meniskus (permukaan cekung dari zat cair) harus
tepat menyinggung garis batas pada pipet gondok. Masukkan HCl
tersebut ke dalam labu ukur dan encerkan sampai batas. Pengenceran ini
harus sekali jadi. Maksudnya jangan sampai menambahkan air lebih dari
yang diperlukan lalu membuangnya sampai batas, hal seperti ini akan
menimbulkan kesalahan yang cukup besar.
Oleh sebab itu pengenceran harus dilakukan dengan hati-hati, sedikit
demi sedikit. Setelah dekat dengan tanda pada leher labu ukur dipakai
pipet pasteur/pipet gondok untuk menambahkan setetes demi setetes.
Cara menggunakan pipet gondok untuk penetesan seperti ini adalah
dengan menutup bagian atas dari pipet itu dengan telunjuk sementara ibu
jari dan jari tengah yang digunakan untuk memegang pipet diputar-putar
perlahan-lahan (Jangan menutup mulut pipet dengan ibu jari karena kita
tak dapat mengerjakan cara memutar supaya cairan menetes).

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


18 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
III. Titrasi
Titrasi adalah salah satu cara analisis yang sering dilaksanakan dalam
analisis kuantitatif. Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan
standar, biasanya dimasukkan dalam buret sebagai penitrasi (titran).
Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya ditempatkan dalam
Erlenmeyer dan disebut juga sebagai zat yang dititrasi. Titrasi dilakukan
dengan membuka keran buret pelan-pelan. Titran akan masuk ke dalam
Erlenmeyer yang digoyang pelan-pelan. Titran akan masuk ke dalam
Erlenmeyer yang digoyang pelan-pelan. Cara memegang dan
menggoyang Erlenmeyer seperti tampak pada Gambar P.4. Titik akhir
titrasi terjadi pada saat terjadi perubahan warna. Perubahan warna dapat
dilihat dengan menggunakan zat penunjuk yang disebut indikator. Pada
saat itulah jumlah mol dari titran setara dengan jumlah mol dari zat yang
dititrasi. Untuk titrasi asam basa monobasis seperti titrasi HCl dengan
NaOH persamaan pengenceran (1) dapat digunakan untuk perhitungan
molaritas dari zat yang dititrasi.

Gambar P.4. Peralatan titrasi dan teknik titrasi yang benar

Cara Kerja
Cucilah buret dengan larutan pencuci. Bilaslah dengan larutan

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 19
standar yang akan dipakai, yaitu NaOH 0,1 M. Isilah buret itu dengan
larutan standar sampai skala 0. Pakailah pipet gondok untuk mengambil
20 mL HCl 0,1 M yang sudah dibuat dari pengenceran tadi. Masukkan
HCl ini ke dalam erlenmeyer lalu tambahkan 3-4 tetes indikator
fenolpthalein (pp). Bukalah keran buret, teteskan pelan-pelan titran ke
dalam Erlenmeyer. Erlenmeyer ini harus digoyang-goyang perlahan.
Titran dihentikan ketika penambahan setetes NaOH memberikan warna
merah sangat muda yang tak mau hilang pada penggoyangan. Pekerjaan
diulang 3 kali (3x). Catat berapa mL larutan standar yang dipakai dengan
melihat cairan dalam buret. Hitung berapa molaritas larutan yang dititrasi.

IV. Pengenceran Larutan


Pada pengenceran suatu larutan, pengenceran dilakukan dengan
cara menambahkan pelarut ke dalam zat yang akan diencerkan. Ini
adalah cara pengenceran yang lazim dilakukan. Untuk zat-zat yang
menunjukkan reaksi eksotermis pada proses pengenceran seperti H2SO4
pekat, maka pengenceran dilakukan dengan sedikit berbeda yaitu
dengan jalan menuangkan H2SO4 pekat sedikit demi sedikit ke dalam
pelarut (air).

Catatan K3 : Proses sebaliknya yakni menambahkan air ke dalam larutan


H2SO4 akan menimbulkan ledakan dan percikan yang panas dan bahaya
bila mengenai kulit.

Cara Kerja
Ambil 10 mL akuades dengan menggunakan gelas ukur. Perhatikan
bagian bawah dari meniskus air harus tepat menyinggung skala 10 mL.
Pandangan mata harus tepat sejajar dengan tinggi meniskus air.
Tuangkan ke dalam tabung reaksi. Ambil 3 mL H2SO4 pekat dengan gelas
ukur. Pakailah cara pengukuran yang sama dengan langkah di atas.
Tuangkan H2SO4 pekat ini ke dalam tabung reaksi yang berisi akuades

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


20 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
tadi. Ingat penuangan harus dilakukan dengan pelan-pelan dan hati-hati.
Perhatikan perubahan panas sebelum dan sesudah H2SO4 dituang dalam
tabung reaksi.

V. Penyaringan.
Menyaring adalah cara untuk memisahkan suatu endapan dari suatu
larutan. Prinsip dasar penyaringan adalah berupa teknik pemisahan
bahan berdasarkan perbedaan ukuran partikel yang melewati suatu
filter/penyaring. Dalam praktikum ini akan disaring PbSO4, yang dibuat
dengan mereaksikan H2SO4 dengan Pb-asetat.

Cara Kerja
Ambil 5 mL larutan Pb-asetat dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan H2SO4 hasil pengenceran di atas. Amati endapan yang terjadi.
Catat warna dari endapan. Ambil kertas saring yang berbentuk lingkaran
dan lipat menjadi ¼ lingkaran, berikut lipat lagi 2-3 kali lipatan. Masukkan
kertas saring yang sudah dilipat pada corong dan basahi sedikit dengan
air suling hingga melekat pada dinding gelasnya. Pasangkan corong
yang berkertas saring itu di atas Erlenmeyer untuk menampung
filtrat/cairan cucian. Tuangkan larutan yang akan disaring ke dalam
corong yang sudah berkertas saring tadi. Penuangan dibantu dengan
memakai gelas pengaduk yaitu dengan memegangnya tepat pada mulut
tabung reaksi/gelas piala yang digunakan. Hal ini dilakukan agar tidak
ada cairan yang jatuh di luar kertas saring. Penuangan harus hati-hati dan
sedikit demi sedikit. Botol etiket harus dipegang dengan etiket
menghadap pada tapak tangan. Kalau menuangkan larutan jangan
sekali-kali terkena etiket/label pada botol. Tutup botol harus diletakkan
dalam keadaan terbalik di atas meja dan dikembalikan pada botol semula.
Cara melipat kertas saring dan cara menuang larutan yang akan
disaring lebih jelas lihat Gambar P.5.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 21
Gambar P.5. Teknik melipat kertas saring dan
penyaringan padatan dari dalam larutan.

VI. Cara Membaca Meniskus.


Pengukuran volume larutan selain menggunakan pipet ukur atau
pipet gondok seperti dijelaskan terdahulu, sering pula dilakukan dengan
gelas ukur atau dengan buret. Untuk larutan atau cairan yang transparan
lebih tepat bila cara melihat skala pada alat ukur tersebut tepat horisontal
dengan titik meniskus, seperti tampak pada gambar di bawah ini. Bila
larutan sangat bening dan skala pada alat ukur tidak terlihat maka dapat
dibantu dengan kertas berwarna gelap.

Gambar P.6. Cara membaca meniskus alat.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


22 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
PERCOBAAN P
PENGENALAN ALAT DAN TEKNIK DASAR KERJA
DI LABORATORIUM

Tujuan Percobaan : 1. Mengenal beberapa alat laboratorium


2. Memahami beberapa teknik dasar kerja di
laboratorium

Cara kerja:

I. Pengenalan Alat Laboratorium


1. Gambarlah alat-alat laboratorium yang tersedia di keranjang pada
meja kerja anda!
2. Tuliskan nama dan fungsi alat-alat yang anda gambar!

II. Pengenalan Teknik dasar kerja di laboratorium


1. Buatlah 100 mL larutan NaCl 0,1 M menggunakan bahan dan alat
yang tersedia!
2. Pengenceran larutan NaCl.
Buatlah 100 mL larutan NaCl 0,01 M dari 0,1 M larutan NaCl
menggunakan alat yang tersedia!

III. Pengenalan Teknik Titrasi


Titrasi 10 mL larutan HCl dengan larutan standar NaOH 0,1 M
menggunakan indikator fenolftalin (pp). Catat berapa volume NaOH dan
hitunglah konsentrasi larutan HCl!

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 23
PERCOBAAN A-1:
KINETIKA REAKSI ION PERMANGANAT DENGAN ASAM OKSALAT

Tujuan Percobaan: Menentukan orde reaksi MnO4- dengan H2C2O4

Dasar Teori
Laju reaksi suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai fungsi konsentrasi
zat-zat pereaksi yang berperan serta dalam reaksi tersebut. Laju reaksi r
untuk reaksi bimolekuler,
H2(g) +I2(g) 2 HI(g)
Ternyata sebanding dengan hasil kali konsentrasi H2 dan I2, dan dapat
dituliskan dalam persamaan:

Persamaan ini menunjukkan bahwa reaksi di atas merupakan reaksi


orde dua, atau dapat dinyatakan bahwa reaksi ini adalah reaksi orde satu
terhadap H2 dan reaksi orde satu pula terhadap I2. Perlu ditegaskan bahwa
tidak ada hubungan langsung antara orde reaksi dengan koefisien
stoikiometri reaksi seperti di atas. Kesamaan orde reaksi dengan koefisien
stoikiometri seperti reaksi di atas, hanyalah suatu kebetulan saja. Orde reaksi
berhubungan dengan mekanisme reaksi yang terjadi.
Mekanisme reaksi tidak dapat ditentukan hanya dengan meninjau
reaksi saja, melainkan harus ditentukan secara eksperimental, demikian pula
orde reaksi yang harus ditentukan secara eksperimental. Dalam percobaan
- -
ini akan ditentukan orde reaksi MnO4 dengan H2C2O4. Laju reaksi MnO4
dengan H2C2O4 dinyatakan dalam persamaan:

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 25
Apabila suatu reaksi mempunyai orde reaksi n terhadap suatu pereaksi,
maka laju reaksinya akan sebanding dengan konsentrasinya pangkat n dan
berbanding terbalik dengan waktu, t.

C = konsentrasi
n = orde reaksi
t = waktu

Oleh karena itu sehingga grafik Cn versus 1/t akan selalu membentuk
garis lurus dan orde reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan dengan
membuat grafik seperti pada tabel berikut:

Cara Kerja
1. Menyiapkan 4 buah Erlenmeyer ukuran 50 mL dan 3 buah buret 50 mL
yang bersih
2. Buret ke-1 diisi larutan 0,1 M KMnO4, buret ke-2 diisi larutan akuades, dan
buret ke-3 diisi larutan H2C2O4 0,7 M
3. Dalam Erlenmeyer yang tersedia direaksikan H2C2O4 dan KMnO4 menurut
tabel berikut.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


26 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
Volume Volume

Perhatian:
a. Campurkan terlebih dahulu H2C2O4 dan akuades, dan goyangkan
erlenmeyer agar larutan homogen.
b. Kemudian tambahkan KMnO4 dengan membuka kran buret secara
perlahan.
3. Percobaan 1 s.d. 3 diulang sebanyak 3 kali dan dicatat waktu yang
dipergunakan mulai penambahan KMnO4 sampai hilangnya warna ungu
dalam Erlenmeyer.
4. Orde reaksi ditentukan dengan membuat grafik Cn versus 1/t untuk
masing-masing pereaksi, (dengan n = 1, 2, dan 3)

Data Pengamatan
Kelompok 1

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 27
Kelompok 2

Informasi Sifat Bahan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Larutan KMnO4 merupakan larutan berwarna ungu pekat, apabila
terkena kulit akan berbekas warna coklat. Kristal asam oksalat, (C2H2O4), akan
menimbulkan rasa gatal di kulit.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


28 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
PERCOBAAN A-2:
PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN

Tujuan Percobaan: A. Menentukan tetapan penurunan titik beku molal


pelarut
B. Menetapkan berat molekul (Mr) zat non volatil

Dasar Teori
Jika ke dalam suatu zat pelarut dimasukkan zat lain yang tidak mudah
menguap (non volatil), maka tenaga bebas pelarut tersebut akan turun.
Penurunan tenaga bebas ini mengikuti persamaan Nernst.
G G RT ln X ........................................................... (1)

G G = penurunan tenaga bebas palarut


R = tatapan gas umum (R = 1,987 kal K-1 mol-1)
T = temperatur mutlak (K)
X = fraksi mol pelarut dalam larutan.
Penurunan tenaga bebas ini akan menurunkan kecenderungan zat
pelarut untuk berubah menjadi fasa uapnya, sehingga tekanan uap pelarut
dalam larutan akan lebih rendah bila dibandingkan dengan tekanan uap
pelarut yang sama dalam keadaan murni. Pengaruh penurunan tekanan uap
terhadap titik beku larutan mudah dipahami dengan bantuan diagram fasa
pada gambar berikut:

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 29
Cair

Padat

Gas

Gambar diagram fasa larutan dan pelarut murni

Pada gambar terlihat bahwa tutik beku larutan Tf lebih rendah


dibandingkan dengan titik beku pelarut murni Tf . Dari uraian di atas jelas
bahwa penurunan titik beku larutan besarnya tergantung pada fraksi mol zat
terlarut.

Karena fraksi mol zat pelarut x merupakan fungsi linier fraksi mol zat
terlarut X1; menurut persamaan x = 1 – X1, maka Tf dapat dinyatakan sebagai
fungsi X1 berikut:

........................................................... (2)

Dimana panas pencaiaran pelarut.

Apabila sejumlah m mol zat terlarut ditambahkan ke dalam 1000 g zat


pelarut, maka didapat larutan dengan molalitas m. Larutan ini mempunyai
fraksi mol zat terlarut sebesar:

........................................................... (3)

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


30 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
Dimana Mr1 = berat molekul zat terlarut
Untuk larutan yang encer (m 0), maka X1 = m Mr1/1000, sehingga
penurunan titik beku larutan dapat ditulis:

........................................................... (4)

Bila disubstitusikan ke dalam persamaan (4), maka

didapat persamaan sederhana:


........................................................... (5)

Mengingat X1 = m Mr1/1000, maka diperoleh

........................................................... (6)

Sedangkan:

............................................... (7)

Dimana:
W1 = berat zat terlarut
Mr1 = berat molekul zat terlarut
W = berat pelarut
Mr = berat molekul pelarut

Untuk larutan yang sangat encer, maka sehingga;

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 31
........................................................... (8)

Jika persamaan (5), (6), (8) digabungkan diperoleh persamaan :

........................................................... (9)

Dari persamaan (9), berat molekul zat terlarut Mr1 dapat dihitung, dan untuk
harga Kf dapat dihitung dengan :

.......................................................... (10)

Cara Kerja
Konstruksi alat dapat disusun seperti pada gambar di bawah ini :

Keterangan Gambar Alat lain :


A. Termometer 1. Gelas beker 100 mL
B. Tabung Gelas 2. Erlenmeyer
C. Pengaduk logam 3. Gelas ukur 100 mL
D. Tabung gelas II 4. Stopwatch
E. Tabung gelas III

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


32 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
I. Persiapan
1. Isilah tabung gelas E dengan campuran air, es dan garam
secukupnya.
2. Tabung gelas D diisi dengan air secukupnya.

3. Ambilah pelarut sebanyak 20 mL dan masukkan ke dalam tabung


gelas B (pelarut yang dipakai asam asetat glasial)

II. Penentuan tetapan penurunan titik beku molal


1. Setelah 20 mL asam asetat glasial dimasukkan ke dalam tabung B
sambil didinginkan, catatlah temperatur tiap-tiap menit.
2. Jika temperatur sudah kelihatan tetap maka amati apakah pelarut
telah membeku atau belum.
3. Ulangi percobaan tahap 1 dan 2 sekali lagi, kemudian tentukan titik
beku pelarut murni Tfo.
4. Pelarut dibiarkan mencair kembali, kemudian masukkan naftalen
(Mr =128) sebagai zat pelarut penolong. Lakukan percobaan
seperti 1,2, dan 3 dan catatlah Tf (titik beku)
Maka diperoleh Tfo – Tf = Tf
Tf = penurunan titik beku larutan.
Dari Tf ini hitunglah Kf asam asetat dengan memakai rumus (10)

PERHATIKAN : Larutan jangan dibuang !

III. Penentuan Mr zatX


1. Larutan dari percobaan di atas dibiarkan mencair kembali,
kemudian tambahkan 2 g zat X
2. Dengan cara seperti II, amatilah Tf dan tentukan Tfnya. Kemudian

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 33
hitunglah Mr zat X dengan memakai modifikasi persamaan berikut :

................................................ (10)

Tf = penurunan titik beku larutan akhir


Kf = penurunan titik molal pelarut
W = berat pelarut dalam gram
Wx = berat zat X
W1 = berat naftalen dalam gram
Mrx = berat molekul zat X
Mr1 = berat molekul naftalen

Pengamatan

A. Penentuan Tetapan Penurunan Titik Beku Molal Asam Asetat


Glasial
o
1. Penentuan titik beku asam cuka (Tf )
Volum asam asetat = .........................................mL
Berat jenis asam cuka = .........................................g/mL
Berat asam asetat (W) = .........................................g

o
Titik beku asam asetat Tf =......................................... c
2. Penentuan titik beku larutan naftalen (Mr =128)
Berat naftalen = .....................g

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


34 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
Titik beku larutan naftalen (W1)= ....................oC.
Penurunan titik beku pada larutan naftalen :
T = .............oc - ..............oc = ................o c f

B. Penentuan berat molekul (Mr) zat X


Volume asam asetat = ...............................mL
Berat asam asetat = ...............................g
Berat zat X (Wx) = ...............................g

Titik beku larutan zat X = ...................................oc


Penurunan titik beku pada larutan zat X= ...................................oc
Berat molekul (Mr) zat X = ................................... g/mol
Berdasarkan nilai Mr dan sifat fisik zat X yang teramati secara visual,
perkirakan apa zat X tersebut?

Informasi Sifat Bahan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Asam Asetat Glasial (CH3COOH) merupakan larutan asam yang
korosif dan berbau sangat kuat serta dapat menyebabkan pusing. Tutup
kembali botol wadah asam asetat glasial setelah pengambilan selesai

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 35
PERCOBAAN B-1
PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN DENGAN
TITRASI ALKALIMETRI

Tujuan Percobaan: A. Menentukan Molaritas larutan NaOH dengan


larutan standar asam oksalat
B. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan

Dasar Teori
Asidimetri dan alkalimetri adalah analisa kuantitatif volumetrik
berdasarkan reaksi netralisasi. Keduanya dibedakan pada larutan
standarnya. Pada asidimetri digunakan asam sebagai larutan standar dan
pada alkalimetri digunakan basa sebagai larutan standar. Analisis tersebut
dilakukan dengan cara titrasi.
Pada titrasi basa terhadap asam cuka terjadi reaksi sebagai berikut :

NaOH(aq) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)

Pada titrasi asam asetat dengan NaOH (sebagai larutan standar) akan
dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Garam
natrium asetat ini akan terurai sempurna karena senyawa itu adalah garam,
sedang ion asam asetat akan terhidrolisis oleh air, reaksi yang terjadi seperti
berikut:
+
CH3COONa CH3COO- + Na

CH3COO- + H2O CH3COOH + OH-

Ion asetat akan terhidrolisis oleh molekul air dan akan menghasilkan
molekul asam asetat dan ion hidroksi. Oleh karena itu larutan garam dari

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


36 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
basa kuat dan asam lemah seperti natrium asetat akan bersifat basa dalam
air (pH >7).
Kalau garam tersusun oleh basa lemah dan asam kuat, larutan
garamnya akan bersifat asam (pH<7). Untuk garam yang tersusun oleh
basa dan asam kuat larutan dalam air akan bersifat netral (pH=7). Hidrolisis
hanya terhadap asam lemah, basa lemah dan ion asam dan basa lemah. Titik
ekivalen pada proses tritrasi asam cuka dengan larutan natrium hidroksida
akan tercapai pada pH>7. Untuk mengetahui titik ekivalen dipergunakan
indikator tertentu sebagai petunjuk selesainya proses titrasi. Warna indikator
berubah pada pH rendah tidak sama dengan warna pada pH tinggi.
Dalam titrasi asam asetat dengan NaOH, dipakai indikator semacam
itu. Pada analisis asam asetat dalam cuka perdagangan akan diperoleh
informasi apakah kadar yang tertulis pada etiket sudah benar dan tidak.
Analisis dilakukan dengan menitrasi larutan asam asetat perdagangan
dengan larutan NaOH standar.

CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)

Molaritas asam asetat dapat dihitung yaitu :

Masam asetat = (VNaOH x MNaOH)/Vasam asetal

Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan larutan standar?
2. Apakah yang dimaksud dengan larutan standar primer dan sekunder?
3. Bila larutan asam kuat dititrasi dengan basa kuat memakai indikator pp
apakah tepat bila titrasi sebaliknya juga memakai pp! Jelaskan.

Cara Kerja
I. Standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat.
1. Timbang 0,63 g asam oksalat dilarutkan dalam labu takar 100 mL
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik
Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 37
dengan menambahkan akuades sampai tanda tera labu takar.
2. Larutan asam oksalat tadi, kemudian dimasukan ke dalam buret 50 mL.
3. Tuangkan 10 mL larutan NaOH ke dalam Erlenmeyer, dan ditambah
10 mL akuades dan 1-2 tetes indikator pp, lalu titrasi dengan larutan
asam oksalat hingga warna merah jambu hilang menjadi tidak
berwarna.
4. Ulangi sebanyak 3 kali.

Pengamatan dan Perhitungan

Berat cawan + Kristal (C2H2O4.2H2O): ………………. g


Berat cawan kosong : ………………. g
Berat (C2H2O4.2H2O) : ………………. g
Molaritas asam oksalat : ………………. M

Volume larutan NaOH Larutan (C2H2O4.2H2O) yang


yang digunakan : digunakan :
1. ……………. mL …………….. mL
2. ……………. mL …………….. mL
3. ……………. mL …………….. mL

Molaritas NaOH :
M1 = ………….. molar
M2 = ………….. molar
M3 = ………….. molar

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


38 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
Hasil Analisis

Molaritas NaOH = = …………………………… M

Faktor NaOH = = ……………………………..

II. Penentuan Konsentrasi Asam Cuka Perdagangan


1. Ambil 5 mL larutan cuka perdagangan dengan pipet gondok atau
pipet ukur kemudian masukkan ke dalam labu ukur kapasitas 100 mL
dan encerkan hingga volume menjadi 100 mL (sampai tanda).
2. Ambil 10 mL larutan cuka encer tadi dan masukkan ke dalam
Erlenmeyer dan tambahkan 2 tetes indikator metil oranye (mo)
3. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi
perubahan warna.
4. Pekerjaan titrasi diulang sebanyak 3 kali.
5. Setelah selesai cucilah buret dengan asam pencuci (sisa asam asetat
perdagangan encer)
6. Selanjutnya cuci buret dengan air kran sampai bersih dan letakkan
pada statif dengan posisi terbalik.

Pengamatan
Merk asam cuka yang digunakan ……………………………….

Volume rata-rata NaOH yang digunakan ……………………………… mL

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 39
Perhitungan :
Molaritas NaOH yang digunakan adalah 0,1 M
Volume NaOH yang digunakan = a mL untuk 10 mL larutan asam cuka
encer.
Kadar asam cuka dalam cuka perdagangan (dalam g/100 mL)
=100/5 x100/10 x 0,1 x a x 60 mg.

Informasi Sifat Bahan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Kristal asam oksalat (C2H2O4.2H2O) merupakan kristal putih dan dapat
menyebabkan gatal di kulit. Asam cuka perdagangan mengandung sekitar
5% asam asetat yang berbau cukup kuat dan dapat menyebabkan pusing. Tutup
kembali botol wadah asam cuka setelah pengambilan selesai. Larutan NaOH bersifat
basa, terasa berlendir seperti sabun apabila dikulit.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


40 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
PERCOBAAN B-2
ANALISIS KESADAHAN AIR

Tujuan Percobaan: 1. Mempelajari penyebab dan pengaruh air sadah


2. Menentukan kesadahan sampel air

Dasar Teori
Air sadah adalah air yang mengandung garam terlarut dari ion
kalsium. magnesium, atau besi. Pada konsentrasi rendah, ion itu tidak
berbahaya untuk keperluan rumah tangga, tetapi pada konsentrasi tinggi ion
ini mengganggu proses pencucian dengan sabun dan mempercepat korosi
pipa baja, terutama yang membawa air panas. Sumber ion sadah dalam air
alam dihasilkan dari air hujan yang sedikit asam yang mengalir melalui
endapan mineral dengan komposisi bervariasi. Air hujan asam bereaksi
dengan garam kalsium dan magnesium karbonat yang sangat sedikit larut
dan dengan berbagai batuan yang mengandung besi. Pelarutan parsial
garam melepaskan ion ke dalam air permukaan atau air tanah.
2+ 2+ 3+
Ion sadah seperti Ca , Mg , dan Fe membentuk senyawa yang
tidak larut dengan sabun. Sabun, yang merupakan garam natrium dari asam
- +
lemak seperti natrium stearat, C17H35CO2 Na , sangat efektif sebagai bahan
pembersih sejauh tetap berada dalam larutan. Tetapi keberadaan ion sadah
menyebabkan pembentukan buih abu-abu berupa sabun tidak larut seperti
(C17H35CO2)2Ca.
- + 2+ +
2 C17H35CO2 Na (aq) + Ca (aq) (C17H35CO2)2Ca(s) + 2 Na (aq)

Endapan abu-abu ini muncul sebagai cincin pada bak mandi/cuci


dan juga pengotor yang melekat pada pakaian yang menyebabkan pakaian
putih nampak kusam. Air sadah juga bertanggung jawab terhadap
pembentukan endapan (kerak) yang tidak diinginkan pada wadah untuk

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 41
mendidihkan/memanaskan air. Kerak itu mempunyai daya hantar panas
yang jelek sehingga dapat menurunkan efisiensi pemindahan panas. Kerak
juga terjadi pada pipa air panas dan menurunkan aliran air; dalam keadaan
ekstrim, kerak dapat menyebabkan pipa tersumbat. Kerak terutama terdiri
atas garam karbonat dari ion sadah dan terbentuk sesuai reaksi

Ca2+(aq) + 2 HCO3-(aq) CaCO3(s) + CO2(g) + H2O(l)

Air tanah menjadi sadah karena mengalir melalui deposit batuan kapur
(CaCO3) di bawah tanah; umumnya, air dari sumur yang dalam mempunyai
kesadahan lebih tinggi daripada air sumur dangkal karena kontak dengan
batuan lebih lama. Hal seperti itu, juga terjadi pada air permukaan (air sungai,
danau, dan lain-lain). Air ini mengumpulkan ion sadah selama mengalir
melewati batuan kapur, karbondioksida yang larut dalam air hujan
melarutkan deposit batuan kapur.

CO2(aq) + H2O(l) + CaCO3(s) Ca2+(aq) + 2 HCO3-(aq)

Reaksi tersebut merupakan reaksi balik dari pembentukan kerak. Dua


reaksi yang sama merupakan kunci pembentukan stalaktit dan stalakmit
pada gua yang berlokasi di daerah batuan kapur.
Mengingat kelimpahan batuan kapur dan mineral kalsium, seperti
gypsum, CaSO4.2H2O, di alam relatif besar maka tidak mengherankan jika ion
Ca2+ merupakan komponen utama kesadahan daripada Mg2+. Konsentrasi
ion sadah dalam sampel biasanya dinyatakan sebagai kesadahan akibat
Ca2+. Satuan untuk kesadahan adalah mg CaCO3/L, yang setara ppm CaCO3.
Klasifikasi umum air sadah disajikan dalam tabel berikut ini.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


42 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
Teori Analisis
Dalam percobaan ini teknik titrasi digunakan untuk mengukur
konsentrasi gabungan ion Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel air. Titran yang
digunakan adalah larutan garam dinatrium dari asam etilendiamintetraasetat
(disingkat Na2H2Y atau Na2EDTA). Dalam larutan Na2EDTA terdisosiasi
menjadi ion Na+dan H2Y2-. Ion H2Y2- bereaksi dengan ion sadah, Ca2+ dan
Mg2+, membentuk ion kompleks sangat stabil, terutama dalam larutan buffer
pada pH sekitar 10. Buffer ion ammonium-amonia sering digunakan untuk
pengaturan pH dalam analisis.
Gambar struktur Na2EDTA

HOOCCH2 CH2COO- Na+

N CH2 CH2 N
+-
Na OCCH2 CH2COOH

Struktur Na2H2Y (Na2EDTA)

Jika titran H2Y2- ditambahkan pada analit maka akan terjadi reaksi
pembentukan kompleks dengan ion Ca2+ dan Mg2+ seperti berikut ini.

Ca2+(aq) + H2Y2-(aq) [CaY]2-(aq) + 2 H+(aq)

Mg2+(aq) + H2Y2-(aq) [MgY]2-(aq) + 2 H+(aq)

Dari reaksi kesetimbangan di atas, nampak bahwa jika konsentrasi


molar larutan Na2H2Y diketahui, jumlah mol ion sadah dalam sampel air dapat
dihitung sesuai perbandingan stoikiometri 1:1.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 43
2- 2- 2-
Volume H2Y x konsentrasi molar H2Y = mol H2Y = mol ion sadah
Ion sadah, untuk dilaporkan, diasumsikan secara eksklusif sebagai
Ca dari pelarutan CaCO3. Karena 1 mol Ca2+ terbentuk dari 1 mol CaCO3 per
2+

liter sampel adalah


Mol ion sadah = mol Ca2+ = mol CaCO3
ppm CaCO3 (mg CaCO3/L sampel) = mol CaCO3/L sampel x 100,1 g
CaCO3/mol x mg/10-3g
Indikator yang digunakan untuk mendeteksi titik ekuivalen dalam
titrasi adalah eriokrom hitam T (EBT, singkatan dari eriochome black T).
2+ 2+
Indikator ini juga membentuk kompleks dengan ion Ca dan Mg , tetapi
2+ 2+
berikatan dengan ion Mg lebih kuat daripada Ca . Karena hanya sedikit
EBT yang ditambahkan maka hanya sedikit Mg2+ yang terkomplekskan; tidak
2+
ada ion Ca mengompleks EBT, sehingga sebagian besar ion sadah tetap
sebagai ion bebas dalam larutan. Indikator EBT berwarna biru langit dalam
2+
larutan tetapi membentuk kompleks merah anggur [Mg-EBT] .
2+ 2+
Mg (aq) + EBT(aq) [Mg-EBT] (aq)
Biru langit merah anggur

Sebelum titran H2Y2- ditambahkan untuk analis, analit berwarna merah


2+ 2-
anggur karena ion kompleks [Mg-EBT] . Jika H2Y mengompleks semua
2+ 2+
Ca dan Mg “bebas” dari sampel air, maka kompleks merah anggur [Mg-
2+
EBT] terdisosiasi dan warna merah anggur berubah menjadi biru langit dari
indikator EBT, dan titik akhir tercapai, semua ion sadah telah terkomplekskan
2-
dengan H2Y .
2+ 2- 2- +
[Mg-EBT} (aq) + H2Y (aq) MgY (aq) + 2H (aq) + EBT(aq)
merah anggur biru langit
2+
Oleh karena itu, Mg mesti harus ada dalam sampel air agar indikator

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


44 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
EBT dapat “bekerja”. Sering, sedikit Mg2+ sebagai MgY2- ditambahkan pada
analit di awal analisis untuk meyakinkan terjadinya pembentukan warna
merah anggur.

Cara kerja

I. Standarisasi 0,01 M larutan Dinatrium Etilendiamintetra Asetat,


Na2H2Y (Na2EDTA)
1. Isi buret dengan larutan dinatrium etilendiamintetra asetat (Na2EDTA)
0,005 M.
2. Ambil 25 ml larutan standar Ca2+ 0,0005 M dengan menggunakan
pipet gondok, lalu masukkan ke dalam Erlenmeter 125 mL.
Tambahkan 1 mL larutan buffer pH 10 dan 2 tetes indikator
EBT. Siapkan tiga (3) larutan standar Ca2+.
3. Titrasi larutan standar Ca2+ dengan titran Na2H2Y secara perlahan-
lahan. Jika mendekati titik akhir, turunkan laju penambahan titran.
Pada tetes-tetes penambahan terakhir harus pada interval 3-5 detik.
Titik akhir terjadi pada saat penambahan titran mengubah warna
menjadi biru langit secara permanen.
4. Ulangi titrasi untuk larutan standar kedua dan ketiga. Kemudian hitung
konsentrasi molar larutan Na2H2Y.

II. Analisis Sampel Air


1. Ambil 25 mL sampel air dengan menggunakan pipet gondok,
laludimasukkan ke dalam Erlenmeyer 125 mL.
2. Tambahkan 1 mL larutan buffer pH 10 dan 2 tetes indikator EBT.
3. Titrasi dengan larutan Na2H2Y 0,0005 M secara perlahan-lahan. Jika
mendekati titik akhir, turunkan laju penambahan titran. Pada tetes-

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 45
tetes penambahan terakhir harus pada interval 3-5 detik. Titik akhir
terjadi pada saat penambahan titan mengubah warna biru langit
secara permanen.
4. Percobaan di atas diulang sebanyak tiga (3) kali

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


46 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
PERCOBAAN C-1
ANALISIS DAYA HANTAR LISTRIK

Tujuan Percobaan: 1. Mengukur daya hantar listrik berbagai jenis


senyawa dan larutan pada berbagai konsentrasi
2. Mempelajari pengaruh jenis senyawa dan
konsentrasi suatu larutan terhadap daya hantar
listrik

Dasar Teori
Arus listrik dapat ditafsirkan sebagai arus elektron yang membawa
muatan negatif melewati penghantar. Perpindahan muatan ini dapat terjadi
bila terdapat beda potensial antara satu tempat dengan tempat yang lain dan
arus listrik akan mengalir dari potensial tinggi ke potensial yang lebih rendah.
Pada gambar di bawah ini, potensial di A lebih tinggi daripada potensial
di B sehingga bila dipasang suatu penghantar dengan tahanan, maka akan
mengalir arus listrik sebesar I. Untuk beda potensial yang sama, tidak selalu
dihasilkan kuat arus yang sama melainkan bergantung pada besar tahanan
yang dipakai. Semakin besar tahanan R maka semakin sedikit muatan listrik
yang dihantar.

Penghantar

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 47
Kemampuan suatu penghantar untuk memindahkan muatan listrik
dikenal sebagai 'Daya Hantar Listrik' yang besarnya berbanding terbalik
dengan tahanan (R).
Rumus daya hantar listrik :

1
L=
R

dimana : L = daya hantar (ohm-1 )


R = tahanan (ohm )

Cara Kerja

I. Menentukan Daya Hantar Listrik Berbagai Senyawa


1. Sediakan 5 buah gelas beker 100 mL.
2. Masing – masing diisi dengan 25 mL minyak tanah, H2O, larutan NaCl,
dan kristal NaCl.
3. Ukurlah daya hantar listrik setiap larutan tersebut menggunakan alat
multimeter yang yang dirangkai seperti gambar berikut :

4. Tentukan sifat zat terhadap arus listrik (konduktor kuat, konduktor


lemah, atau isolator).

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


48 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
II. Mempelajari Pengaruh Konsentrasi Terhadap Daya Hantar Listrik
Larutan Elektrolit
1. Sediakan masing–masing larutan dengan volume 25 mL dan
kosentrasi 0,05; 0,1; 0,5 dan 1,0 M.
Kelompok I Kelompok II
CH3COOH NaCl
NH4OH NaBr
HCl NaI
NaOH NH4Cl
2. Untuk setiap larutan, diukur daya hantar listriknya. Pengukuran
dilakukan dari larutan paling encer.
3. Gambarkan grafik daya hantar listrik larutan kelompok I terhadap
konsentrasi. Tentukan senyawa mana yang merupakan elektrolit kuat
dan mana yang lemah. Terangkan perbedaan pengaruh pengenceran
terhadap elektrolit kuat dan lemah.
4. Gambarkan grafik daya hantar listrik larutan kelompok II terhadap
konsentrasi. Bandingakan daya hantar listrik kation dan anion
segolongan ( antara Cl-, Br-, I-, dan antara Na+ dan NH4+ ).

Pengamatan

I. Menentukan Daya Hantar Listrik Berbagai Senyawa

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 49
II. Mempelajari Pengaruh Konsentrasi Terhadap Daya Hantar Listrik
Larutan Elektrolit

Kelompok I
Konsentrasi
Asam

Kelompok II
Konsentrasi
Asam

Informasi Sifat Bahan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Bahan-bahan seperti minyak tanah, H2O, larutan NaCl, dan kristal NaCl
harap dikembalikan ke wadah penampung (JANGAN DIBUANG KE
WASTAFEL).
Bahan-bahan kimia yang lain harap dibuang ke botol limbah yang sudah
disediakan. Meskipun semua larutan dalam keadaan encer, pengambilan
larutan tetap menggunakan propipet.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


50 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
PERCOBAAN C-2
KONTROL KEASAMAN LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

Tujuan Percobaan: 1. Memahami manfaat mengontrol pH, terutama


dalam sistem fisiologi.
2. Mempelajari tehnik mempertahankan nilaI pH
larutan dalam berbagai aplikasi.
3. Memahami sistem buffer dan fungsi sistem tersebut

Dasar Teori
Sebagian besar proses fisiologi sangat sensitif terhadap perubahan
pH, sebagai contoh: pH darah manusia dipertahankan konstan pada 7,2.
Hanya pada pH tersebut darah mampu membawa oksigen dan
karbondioksida dengan baik. Jika pH turun di bawah 7,2 (konsentrasi H+
lebih tinggi), hemoglobin dalam darah tidak akan bereaksi dengan oksigen,
-
dan jika pH meningkat (konsentrasi ion OH lebih tinggi), bikarbonat tidak
akan diubah menjadi karbondioksida dalam paru-paru. Tubuh manusia
mempunyai mekanisme yang dapat mengontrol dan mempertahankan pH
dengan menggunakan campuran senyawa tertentu yang disebut buffer.
Dalam percobaan ini, akan dibuat larutan buffer dan kemudian diamati
bagaimana larutan tersebut bekerja untuk mempertahankan pH. Jika sedikit
asam atau basa ditambahkan ke dalam larutan buffer dan bukan buffer maka
akan terlihat perbedaan pHnya.

Asam Lemah, Basa Lemah dan Garamnya


Sistem buffer adalah larutan asam lemah (atau basa lemah) dan
garamnya. Asam lemah atau basa lemah adalah asam atau basa yang hanya
sebagian kecil terionisasi dalam air. Asam asetat, sebagai contoh merupakan

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 51
salah satu asam lemah. Jika dilarutkan dalam air maka akan terjadi
kesetimbangan :

CH3COOH + H2O H3O+ + CH3COO-

Sebagian besar molekul asam asetat tetap berada dalam larutan


sedangkan hanya sebagian kecil ion asetat ada dalam larutan. Amonium
hidroksida (larutan amonia) merupakan salah satu contoh basa lemah
karena basa ini juga hanya sebagian kecil berada sebagai ion NH4+ dan OH-
dalam larutan. Asam dan basa dapat diklarifikasikan kuat dan lemah
tergantung pada derajat ionisasinya. Asam yang terdisosiasi dalam jumlah
banyak (mendekati 100%) dalam larutan encer adalah H2SO4, HCl, dan HNO3.
Basa ionik seperti NaOH, KOH dan Ca(OH)2 berada sebagai ion dalam
keadaan padat dan juga terdisosiasi sempurna dalam air
Sebaliknya asam seperti CH3COOH, HCN dan H3PO4 asam organik
(RCOOH, R=gugus hidrokarbon), dan beberapa basa (amin, R-NH2) hanya
sedikit (hanya beberapa persen) terionisasi dalam air.
Garam asam lemah merupakan garam yang mempunyai anion dari
asam lemah. Garam dapat dibuat dengan membiarkan asam lemah bereaksi
dengan basa. Sebagai contoh, garam yang mengandung ion asetat
CH3COO- adalah garam asetat. Garam tertentu, seperti natrium asetat,
CH3COONa dapat dibuat dari asam dan basa yang sesuai.

CH3COOH + NaOH g CH3COONa + H2O

Hal serupa, natrium sianida, NaCN, dan kalsium sianida, Ca(CN)2


merupakan garam sianida, -CN. Kalium monohidrogen fosfat, K2HPO4
merupakan garam asam kalium dihidrogen fosfat, KH2PO4 sebagai mana
ditunjukkan oleh persamaan :

KH2PO4 + KOH g K2HPO4 + H2O

Garam basa lemah mempunyai kation dengan basa. Garam


ammonium hidroksida, NH4OH (amoniak, larutan NH3), sebagai contoh,
merupakan ammonium klorida, NH4Cl, dan ammonium sulfat, (NH4)2SO4.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


52 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
Jadi larutan buffer dibuat dengan membuat larutan yang mengandung baik
asam lemah atau basa lemah dan garamnya.

Bagaimana Buffer Mengontrol pH


Bagaimanakah sistem buffer berfungsi mempertahankan pH konstan,
yaitu mengontrol konsentrasi ion H+ dan OH-? Dalam percobaan ini akan
digunakan campuran asam asetat, CH3COOH dan natrium asetat,
CH3COONa, dalam larutan untuk menggambarkan bagaimana sistem buffer
bekerja. Jika ion H= (HCl, sebagai contoh) ditambahkan ke dalam sistem
buffer, sebagian besar ion H+ (ion hidrogen, H2O bereaksi dengan CH3COO-
membentuk asam yang terionisasi sedikit (asam lemah) CH3COOH dan
konsentrasi ion H+ meningkat hanya sedikit.
- +
CH3COO + H g CH3COOH
Garam dari asam lemah Asam lemah

Jika ion OH- (NaOH) misalnya) ditambahkan pada campuran buffer


reaksi berikut ini terjadi.

CH3COOH + OH- g CH3COO- + H2O

Konsentrasi ion hidroksida tidak meningkat secara signifikan karena


hampir semua ion OH- dari NaOH bereaksi dengan asam asetat
menghasilkan ion asetat dan air.
Dalam darah, pasangan buffer penting adalah H2PO4- dan PO42- dan
H2CO3 dan HCO3-. Persamaan berikut ini menunjukkan bagaimana kelebihan
ion H+ dan OH- dihilangkan (dikontrol) dengan buffer tersebut

H+ + H2PO4- g H3PO4
Garam dari asam lemah Asam lemah
- -
OH + H2PO4 g HPO42- + H2O
Garam dari asam lemah Asam lemah

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 53
dan
- -
OH + H2CO3 g HCO3 + H2O

Dalam bekerja dengan pH dan buffer, perlu diperhatikan bahwa


perubahan 1 satuan pH berarti perubahan sepersepuluh (1/10) konsentrasi
H+ atau OH-. Larutan pH 5 hanya mempunyai 1% (1/100) konsentrasi ion H+
dari larutan pH 3, tetapi 1000 kali lebih besar daripada larutan pH 8.

A. Perubahan pH Larutan Bukan Buffer

1. Pembuatan Larutan HCl 0,0001 M ( 10-4 M) :

Cara Kerja :
Diambil 5 mL larutan HCl 0,1 M dengan pipet gondok 5 mL
dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL, ditambahkan akuades
sampai tanda batas dan di kocok sampai homogen. (Larutan HCl
0,01 M). Ambil 5 mL larutan HCl 0,01 M yang baru saja dibuat
kemudian masukkan ke dalam labu takar 50 mL, tambahkan akuades
sampai tanda batas dan dikocok sampai homogen. (Larutan HCl
0,001 M). Terakhir, ambil 5 mL larutan HCl 0,001 M yang baru saja
dibuat masukkan ke dalam labu takar 50 mL, tambahkan akuades
sampai tanda batas dan dikocok sampai homogen. (Larutan HCl
0,0001 M). Larutan dibagi 3 tabung reaksi; tabung reaksi 1 tetap,
tabung reaksi 2 ditambahkan HCl 1 M 1 tetes dan tabung reaksi 3
ditambahkan NaOH 1 M 1 tetes. Selanjutnya ketiga-tiganya dites
pHnya.
-4
2. Pembuatan Larutan NaOH 0,0001 M ( 10 M) :

Cara Kerja :
Diambil 5 mL larutan NaOH 0,1 M dengan pipet gondok 5 mL
dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL, tambahkan akuades sampai
tanda batas dan dikocok sampai homogen.(Larutan NaOH 0,01 M).

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


54 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM
Ambil 5 mL larutan NaOH 0,01 M yang baru saja dibuat masukkan ke
dalam labu takar 50 mL, tambahkan akuades sampai tanda batas dan
dikocok sampai homogen. (Larutan NaOH 0,001 M). Terakhir, ambil
5 mL larutan NaOH 0,001 M yang baru saja dibuat masukkan ke dalam
labu takar 50 mL, tambahkan akuades sampai tanda batas dan
dikocok sampai homogen. (Larutan NaOH 0,0001 M). Larutan dibagi
3 tabung reaksi; tabung reaksi 1 tetap, tabung reaksi 2 ditambahkan
HCl 1 M 1 tetes dan tabung reaksi 3 ditambahkan NaOH 1 M 1 tetes.
Selanjutnya ketiga tabung reaksi dites pHnya.

B. Perubahan pH Larutan Buffer

1. Pembuatan Larutan Buffer H2PO4- dan HPO42- :

Cara Kerja :
Campurkan 10 mL larutan NaH2PO4 0,5 M dengan 10 mL larutan
Na2HPO4 0,5 M dalam gelas Beaker 50 mL dan diaduk sampai
homogen, kemudian dites pHnya. Larutan dibagi 2; Tabung reaksi 1
ditambahkan HCl 1 M 1 tetes dan tabung reaksi 2 ditambahkan
NaOH 1 M 1 tetes. Selanjutnya kedua tabung reaksi dites pHnya.

2. Pembuatan Larutan Buffer CH3COOH 1M dan CH3COONa 1 M:

Cara Kerja :
Campurkan 10 mL larutan CH3COOH 1 M dengan 10 mL larutan
CH3COONa 1 M dalam gelas Beaker 50 mL dan diaduk sampai
homogen, kemudian dites pHnya.. Larutan dibagi dua dalam 2
tabung reaksi. Tabung reaksi 1 ditambahkan HCl 1 M 1 tetes dan
tabung reaksi 2 ditambahkan NaOH 1 M 1 tetes. Selanjutnya kedua
tabung reaksi dites pHnya.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM 55
3. Pembuatan Larutan Buffer NH4OH 1 M dan NH4Cl 1 M :
Cara Kerja :
Campurkan 10 mL larutan NH4OH 1 M dengan 10 mL larutan NH4Cl 1
M dalam gelas Beaker 50 mL dan diaduk sampai homogen,
kemudian dites pHnya. Larutan dibagi dalam 2 tabung reaksi.
Tabung reaksi 1 ditambahkan HCl 1 M 1 tetes dan tabung reaksi 2
ditambahkan NaOH 1 M 1 tetes. Selanjutnya kedua tabung reaksi
dites pHnya.

4. Pembuatan Larutan Buffer NH4OH 1 M dan NH4Cl 1 M:

Cara Kerja:
Campurkan 5 mL arutan NH4OH 1 M dengan 20 mL larutan NH4Cl
1 M dalam gelas Beaker 50 mL dan diaduk sampai homogen,
kemudian di tes pHnya. Larutan dibagi dua, Tabung reaksi 1
ditambahkan 1 tetes larutan HCl 1 M dan tabung reaksi 2 ditambahkan
1 tetes larutan NaOH 1 M.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I/Anorganik


56 Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UGM

Anda mungkin juga menyukai