Anda di halaman 1dari 36

SUNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

FAKULTAS KEDOKTERAN
Kampus : Jalan Unizar No. 20 Turida, Sandubaya, Mataram
Telp/Fax : 0370 – 6175565, Fax : 0370 – 6175146

LEMBAR PENGESAHAN PANDUAN CLINICAL SKILLS LAB

Hari, Tanggal :
Semester : IV( Empat )
Blok : Urogenital II

Mengesahkan

Wakil Dekan I Manager P2K

dr. Dasti Anditiarina, Sp.K.P. dr. Dina Qurratu Ainin, MHPE

NIDN.0803017502 NIDN.0819058603

Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Al-Azhar Mataram

Dr. dr. H. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes.


NIDN.0301056704
PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam atas nikmat, rahmat serta
hidayah-Nya sehingga Panduan Clinical Skill Lab Blok Sistem Urogenital II ini dapat
terselesaikan. Pada Panduan Clinical Skill Lab Blok Sistem Urogenital II ini mahasiswa
dihadapkan pada keterampilan klinik pada Sistem Urogenital II tahap patologis.
Penyusunan Panduan Clinical Skill Lab Blok Sistem Urogenital II ini telah sesuai
dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2012, dimana terdapat
beberapa perbaikan dari edisi sebelumnya. Mahasiswa diharapkan dapat menguasai
seluruh materi yang disajikan sebagai salah satu syarat dalam menempuh pendidikan
dokter layanan primer. Setiap materi dalam panduan Clinical skill lab ini telah
didiskusikan secara seksama guna memenuhi tujuan pembelajaran.

Demikian Panduan Clinical Skill Lab Blok Sistem Urogenital II ini disusun,
semoga memberikan manfaat dalam mengasah keterampilan klinik mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar. Masukan demi kesempurnaan
panduan Clinical skill lab ini kami sangat harapkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Mataram, Mei 2023

Penyusun

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | iii


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PANDUAN BLOK....................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................... iv
PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Kateterisasi Uretra..................................................... 3
B. Sirkumsisi................................................................... 18

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | iv


Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Daftar Keterampilan Klinis

Pendahuluan
Keterampilan klinis perlu dilatihkan sejak awal hingga akhir pendidikan
dokter secara berkesinambungan. Dalam melaksanakan praktik, lulusan
dokter harus menguasai keterampilan klinis untuk mendiagnosis maupun
melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan. Daftar Keterampilan Klinis
ini disusun dari lampiran Daftar Keterampilan Klinis SKDI 2012 yang
kemudian direvisi berdasarkan hasil survei dan masukan dari pemangku
kepentingan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan divalidasi
dengan metode focus group discussion (FGD) dan nominal group
technique (NGT) bersama para dokter dan pakar yang mewakili pemangku
kepentingan.
Kemampuan klinis di dalam standar kompetensi ini dapat
ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dalam
rangka menyerap perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi atau lembaga lain yang
diakreditasi oleh organisasi profesi, demikian pula untuk kemampuan
klinis lain di luar standar kompetensi dokter yang telah ditetapkan.
Pengaturan pendidikan dan pelatihan kedua hal tersebut dibuat oleh
organisasi profesi, dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan yang terjangkau dan berkeadilan (pasal 28 UU Praktik Kedokteran
no.29/2004).

Tujuan
Daftar Keterampilan Klinis ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi
institusi pendidikan dokter dalam menyiapkan sumber daya yang
berkaitan dengan keterampilan minimal yang harus dikuasai oleh lulusan
dokter layanan primer.

Sistematika
Daftar Keterampilan Klinis dikelompokkan menurut sistem tubuh
manusia untuk menghindari pengulangan. Pada setiap keterampilan
klinis ditetapkan tingkat kemampuan yang harus dicapai di akhir
pendidikan dokter dengan menggunakan Piramid Miller (knows, knows how,
shows, does).

Tingkat kemampuan 1 (Knows): Mengetahui dan menjelaskan


Lulusan dokter mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek
biomedik dan psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat
menjelaskan kepada pasien/klien dan keluarganya, teman sejawat, serta
PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 1
profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi yang mungkin
timbul. Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui perkuliahan,
diskusi, penugasan, dan belajar mandiri, sedangkan penilaiannya dapat
menggunakan ujian tulis.

Tingkat kemampuan 2 (Knows How): Pernah melihat atau didemonstrasikan


Lulusan dokter menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan
penekanan pada Clinicall reasoning dan problem solving serta
berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk
demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat. Pengujian
keterampilan tingkat kemampuan 2 dengan menggunakan ujian tulis pilihan
berganda atau penyelesaian kasus secara tertulis dan/atau lisan (oral test).

Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah menerapkan


di bawah supervisi
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar
belakang biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut,
berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam
bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat, serta
berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau standardized
patient. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan menggunakan
Objective Structured Clinicall Examination (OSCE) atau Objective Structured
Assessment of Technical Skills (OSATS).

Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri


Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan
menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan,
komplikasi, dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah
supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan
menggunakan Workbased Assessment misalnya mini-CEX, portfolio, logbook,
dsb.
4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip
dan/atau Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
Dengan demikian di dalam Daftar Keterampilan Klinis ini tingkat kompetensi
tertinggi adalah 4A.

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 2


KATETERISASI URETRA

TUJUAN CLINICAL SKILL LAB

1. Mahasiswa mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemasangan kateter uretra


2. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan kateter urin pada laki-laki dengan
sistematis dan benar.
3. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan kateter urin pada perempuan dengan
sistematis dan benar.

ALAT DAN BAHAN

1) Xilocain jelly / instilagel


2) Kasa steril
3) Sarung tangan steril
4) Povidone Iodine
5) Kateter Foley sesuai ukuran (dewasa ukuran 16/18 FR)
6) Urine bag
7) Spuit 10 ml
8) Aquades untuk balon kateter
9) Duk lubang steril
10) Bengkok / nierbecken
11) Pinset anatomis steril
12) Klem pean lurus
13) Plester
14) Lidocain

TEORI

1. Pendahuluan
Sistem urinaria terdiri dari bermacam-macam struktur. Struktur tersebut bekerja
selaras untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam basa dengan
cara menyaring darah yang melalui ginjal, resorbsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit
serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Adapun struktur yang membangun
sistem urinaria antara lain, ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra.

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 3


Kateterisasi uretra adalah memasukan kateter kedalam buli-buli melalui uretra.
Istilah ini sudah dikenal sejak zaman Hypocrates yang pada waktu itu menyebutkan
tentang tindakan instrumentasi untuk mengeluarkan cairan dari tubuh. Bernard
memperkenalkan kateter yang terbuat dari karet tahun 1779, sedangkan Foley membuat
kateter menetap pada tahun 1930. Kateter Folley inilah yang saat ini masih dipakai
secara luas sebagai alat untuk mengeluarkan urine dari buli-buli.

2. Anatomi Tractus Urinarius Bagian Bawah


Anatomi organ saluran kencing terdiri atas ginjal, pelvis renalis, ureter, kandung
kencing (bladder)/vesika urinaria/buli-buli, ostium uretra internum (OUI), uretra, ostium
uretra eksterna (OUE). Urin akan mengalir dari proksimal di ginjal, ureter, bladder yang
kemudian melalui uretra dikeluarkan melaui OUE. Traktus urinarius bagian bawah terdiri
dari bladder, OUI, uretra dan OUE.

Gbr 1. Traktur Urinarius Wanita dan Pria

3. Indikasi Pemasangan Kateter


Kateterisasi uretra dapat digunakan sebagai diagnosis atapun sebagai prosedur
terapi. Untuk kepentingan diagnosis, kateterisasi uretra dilakukan untuk mendapatkan
sampel urin yang tidak terkontaminasi terutama untuk tes mikrobiologi, untuk mengukur
pengeluaran urin pada pasien dengan kondisi kritis, tindakan operasi, mengukur volume
residual urin sesudah tindakan invasif.
Sedangkan sebagai prosedur terapi, kateter dapat digunakan sebagai dekompresi
bladder yang diakibatkan karena retensi urin akut atau kronik yang disebabkan misalnya
karena neurogenik bladder. Kateterisasi urin juga dapat digunakan sebagai irigasi
kontinyu pada pasien dengan gross hematuria untuk menghilangkan darah dan jendalan
darah dari kandung kencing.
Perlu diperhatikan bahwa kateter untuk diagnostik segera dilepas setelah tujuan
pemasangan selesai, namun untuk terapi dipertahankan sampai tujuan terpenuhi.
Maksimal penggunaan kateter Foley adalah 2 minggu/ 14 hari, selebihnya bisa dilepas
atau diganti berkala sesuai indikasi.
PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 4
4. Kontraindikasi Pemasangan Kateter
Kontraindikasi pemasangan kateter uretra adalah adanya urethral injury. Biasanya
adanya trauma pada ureta disebabkan karena adanya trauma pelvis atau fraktur pelvis.
Perdarahan pada meatus uretra biasanya menjadi petanda penting adanya trauma pada
uretra, selain itu didapatkan juga hematoma perineal, dan “a high riding” kelenjar prostat
pada pemeriksaan colok dubur. Untuk memastikan adanya trauma ureter pada pasien
yang dicuriga, dapat dilakukan uretrography sebelum dilakukan kateterisasi.
Kontraindikasi relatif pemasangan kateter uretra adalah adanya striktur uretra,
pembedahan bladder atau uretra, dan pada pasien yang tidak kooperatif.

5. Persiapan Pemasangan Kateter


a. Informed Consent
Tindakan kateterisasi merupakan tindakan yang invasive dan dapat
menimbulkan nyeri. Apabila dilakukan dengan tidak benar dapat menimbulkan
kerusakan saluran uretra yang bersifat permanen. Oleh karena itu sebelum
melakukan tindakan kateterisasi, pasien harus diberikan penjelasan secara detail
tentang procedural, resiko, dan menyatakan persetujuannya melalui surat
persetujuan tindakan medik yang dikenal sebagai informed consent. Mengingat
bahwa organ yang akan dilakukan Tindakan adalah organ intim sehingga pemeriksa
atau operator wajib menjaga adab dan kesopanan.

b. Persiapan Alat dan Bahan


Persiapankan alat dan bahan yang digunakan dalam pemasangan kateter.
Ukuran kateter adalah unit yang dinyatakan dalam skala Cheriere's (French). Ukuran
ini merupakan ukuran diameter luar kateter :

1 Cheriere (Ch) atau 1 French (Fr) = 0,33 mm, atau 1 mm = 3 FR

Ukuran kateter bervariasi dari 12 FR (kecil) sampai 48 FR (besar) sekitar 3-16


mm. Sebagai contoh kateter yang berukuran 18 Fr artinya diameter luar kateter
tersebut adalah 6 mm. Kateter yang mempunyai ukuran sama belum tentu
mempunyai diameter lumen yang sama karena perbedaan bahan dan jumlah lumen
pada keteter itu. Kateter juga bervariasi dalam hal ada tidaknya bladder balloon dan
beberapa ukuran bladder balloon. Harus di cek ukuran balon sebelum
menggelembungkan balon dengan memasukkan air. Untuk pasien pria dewasa, kita
pilih kateter dengan ukuran 16 FR atau 18 FR.
Bahan kateter dapat berasal dan logam (stainless), karet (lateks), lateks dengan
lapisan silicon (siliconized) dan silicon. Perbedaan bahan kateter menentukan
biokompatibilitas kateter di dalam buli-buli, sehingga akan mempengaruhi pula daya
tahan kateter yang terpasang di buli-buli.

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 5


Gbr 2. Berbagai jenis Kateter(A-C Kateter Robinson (sekali pakai, Straight Catheterization).
E-G Kateter Pezzer dan Melecot (Self Retaining Catheter).

Gbr 3. Kateter Folley

Gbr 4. Kateter folley one way

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 6


Gbr 5. Kateter Folley two way dan three way

Gbr 6. Tabel ukuran Kateter Folley

Gbr 7. Aliran urin pada pemasangan kateter pada laki-laki pada wanita

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 7


Gbr 8. Kantung Urin (Urine bag)

6. Tekhnik Kateterisasi Uretra


a. Prinsip Dasar Pemasangan Kateter
 Selalu memperhatikan tekhnik aseptik
 Meminimalisir nyeri
 Gunakanlah kateter dengan ukuran terkecil yang masih cukup efektif untuk
melakukan drainase urin. Pada orang dewasa dapat menggunakan ukuran
16FR-18FR. Kateter logam tidak digunakan pada tindakan kateterisasi pada
pria, karena dapat menimbulkan kerusakan uretra.
 Jika dibutuhkan penggunaan kateter menetap, gunakanlah kateter dengan
sistem tertutup dan menghubungkan kateter dengan kantong urin.
 Kateter menetap dipertahankan sesingkat mungkin, untuk mencegah terjadinya
infeksi atau cedera.

b. Pemasangan Kateter pada Laki-laki


Urutan teknik kateterisasi pada laki-laki adalah sebagai berikut :
 Posisikan pasien pada posisi berbaring
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
o Bak instrument steril + kateter set
o Membuka pembungkus kateter
o Menyiapkan urine bag
 Dokter berdiri disebelah kanan pasien (kidal menyesuaikan)
 Menggunakan sarung tangan steril
 Lakukan desinfeksi pada penis dan daerah disekitarnya, daerah genitalia
dipersempit dengan kain (duk) steril
 Masukan campuran jelly dan lidokain (dengan perbandingan 6cc jelly + 4cc
lidokain) dengan spuit 10cc tanpa jarum ke dalam OUE, tutup dengan ibu jari
agar tidak keluar selama 1-3 menit

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 8


 Gunakan pinset anatomis seperti memegang pensil, kemudian dengan pinset
tersebut ambil Keteter yang telah diolesi dengan pelicin/jelly, masukkan Kateter
perlahan ke dalam orrifisium uretra eksterna
 Pelan-pelan kateter di dorong masuk (secara smooth dan gentle) dan kira-kira
pada daerah bulbomembranasea (daerah sfingter uretra eksterna) akan terasa
tahanan dalam hal ini pasien diperintahkan untuk mengambil napas
dalam/menelan supaya sfingter uretra eksterna menjadi lebih relaks
 Kateter terus di dorong hingga masuk ke dalam buli-buli yang ditandai dengan
keluarnya urine dan lubang kateter. Perhatikan urine ; jernih, keruh, merah,
volume total, dan adakah benda asing (batu saluran kemih), hasil observasi nya
dicatat
 Klem ujung kateter dengan menggunakan klem pean lurus pada ujung lubang
yang tidak dilapisi warna
 Sebaiknya kateter terus di dorong hingga masuk ke buli-buli lagi hingga
percabangan kateter menyentuh meatus uretra eksterna
 Balon kateter dikembangkan dengan 10-15 ml air steril (wida steril atau
aquabides), pastikan balon kateter berada pada posisi di dalam kandung kemih
sebelum dikembangkan, pengembangan balon kateter pada posisi masih berada
di saluran uretra akan menyebabkan nyeri hebat, perdarahan, hingga robekan
uretra
 Meyakinkan bahwa kateter sudah terfiksasi di dalam kandung kencing (dengan
cara tarik kateter secara perlahan-lahan)
 Lepaskan kain/ duk steril
 Jika diperlukan kateter menetap, kateter dihubungkan dengan urine bag
 Kateter di fiksasi dengan plester di daerah inguinal atau paha bagian proksimal
Fiksasi kateter yang tidak tepat, yaitu yang mengarah ke kaudal, akan
menyebabkan terjadinya penekanan pada uretra bagian penoskrotal sehingga
terjadi nekrosis. Selanjutnya di tempat ini akan timbul striktura uretra atau fistel
uretra

Gbr 9. Tekhnik Kateterisasi Pria

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 9


Gbr 10. Fiksasi Kateter Pria

c. Pemasangan Kateter pada Perempuan


Berbeda dengan pria, teknik pemasangan kateter pada wanita jarang menjumpai
kesulitan, karena uretra wanita lebih pendek. Kesulitan yang sering dijumpai adalah
pada saat mencari muara uretra karena terdapat stenosis muara uretra atau
tertutupnya muara uretra oleh tumor uretra/tumor vagina/serviks. Urutan teknik
kateterisasi pada perempuan adalah sebagai berikut :
 Posisikan pasien pada posisi berbaring
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Dokter berdiri disebelah kanan pasien (kidal menyesuaikan)
 Menggunakan sarung tangan steril
 Lakukan disinfeksi pada daerah labia dan uretra, daerah genitalia dipersempit
dengan kain steril
 Lubrikasi kateter dengan pelican atau jelly
 Buka labia menggunakan tangan yang tidak dominan, pertahankan posisi
tersebut sampai siap menggelembungkan balon kateter
 Kateter yang telah diolesi dengan pelicin/jelly dimasukkan ke dalam orifisium
uretra eksterna
 Pelan-pelan kateter didorong masuk (secara smooth dan gentle) hingga masuk
ke buli-buli yang ditandai dengan keluarnya urine dari lubang kateter. Perhatikan
urine ; jernih, keruh, merah, volume total, dan adakah benda asing (batu saluran
kemih), hasil observasi nya dicatat
 Klem ujung kateter dengan menggunakan klem pean lurus pada ujung lubang
yang tidak dilapisi warna
 Sebaiknya kateter terus didorong masuk ke buli-buli sampai dengan
percabangan kateter menyentuh meatus uretra eksterna untuk meyakinkan
kateter sudah berada dalam bladder.
 Balon kateter dikembangkan dengan 5-10 ml air steril (wida steril atau
aquabides)

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 10


 Meyakinkan bahwa kateter sudah terfiksasi di dalam kandung kencing (dengan
cara tarik kateter secara perlahan-lahan)
 Lepaskan kain/ duk steril
 Jika diperlukan kateter menetap, kateter dihubungkan dengan kantung urin
(urine bag)
 Kateter difiksasi dengan plester di daerah inguinal atau paha bagian proksimal

Gbr 11. Tekhnik pemasangan kateter pada perempuan

7. Teknik Melepas Kateter


Jika kateter akan diganti dengan yang baru atau perlu dilepas, maka balon yang
dikembangkan dapat dikempiskan kembali dengan menggunakan spuit dengan
menyedot cairan di dalam balon sampai tidak ada yang tersisa, lalu tarik selang kateter
dengan perlahan. Apabila timbul rasa nyeri, rasa tidak nyaman yang cukup hebat,
tahanan saat penarikan selang, hingga kegagalan aspirasi kembali larutan salin menjadi
tanda bahwa balon gagal dikempiskan. Kondisi ini dapat terjadi bila ada sumbatan dia
saluran pengembang, yang disebabkan oleh rusaknya katup atau pembekuan/kristalisasi
dari cairan pengembang. Hal yang dapat dilakukan apabila kondisi ini terjadi yaitu :

 Pastikan posisi balon kateter tetap berada di dalam kandung kemih dengan
menggunakan USG, lalu coba kempiskan kembali dengan menggunakan spuit
 Bila tidak berhasil, potong bagian proksimal saluran pengembang di ujung kateter,
untuk membuka area katup sehingga air bisa keluar secara spontan
 Bila tidak berhasil, masukan kawat (wire) yang sudah dilapisi lubrikan melalui
saluran pengembang untuk membuka saluran agar air dapat mengalir
 Bila tidak berhasil, kateter vena sentral (22 G) dapat dimasukan ke dalam saluran
pengembang dipandu wire yang masih terpasang. Jika ujung kateter berhasil
masuk ke dalam balon, maka air akan mengalir keluar
 Apabila tetap tidak berhasil, 10 mL minyak mineral dapat diinjeksikan melalui area
katup pengembang untuk memecahkan balon dalam 15 menit. Bila tidak terjadi
kemajuan, maka dapat ditambahkan 10 mL minyak kembali
 Apabila semua hal yang dilakukan di atas tidak berhasil, konsulkan ke urologi untuk
dapat memecahkan balon dengan instrumen yang lebih tajam

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 11


8. Follow Up
Setelah dilakukan pemasangan kateter, maka perlu dilakukan monitoring lebih lanjut
pada pasien, untuk melihat apakah terjadi kendala atau risiko pada kateter yang
terpasang. Pasien sebaiknya diedukasi untuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat
apabila mengalami beberapa hal berikut :

 Terjadi spasme pada kandung kemih, mirip seperti spasme perut di bagian
bawah
 Kateter tersumbat, atau urin keluar dari lubang uretra (orificium urethra
externum).
 Apabila terdapat bercak darah atau bekuan darah pada kateter
 Apabila terdapat sedimentasi atau batu di selang kateter atau kantung urin
 Apabila mengalir darah dari kateter ke kantung urin
 Perdarahan di sekitar selang kateter
 Terdapat gejala-gejala yang mengarah ke infeksi saluran kemih bawah seperti
nyeri perut bawah, demam atau menggigil, dan urin menjadi keruh serta berbau
menyengat
 Urin bocor dalam jumlah banyak di sekitar selang kateter
 Bengkak pada uretra di sekitar selang kateter
 Urin yang keluar hanya sedikit atau tidak ada sama sekali meskipun sudah
minum cukup air
 Kateter terlepas

Dokter yang menangani, harus segera mengatasi gejala yang ada, karena risiko
akan meningkat apabila pasien tidak mendapatkan tindakan. Terkadang urin dapat
mengalami kebocoran di sekitar kateter, karena hal berikut :

 Kateter tersumbat karena tertekuk


 Kateter yang digunakan terlalu kecil ukurannya
 Spasme kandung kemih
 Konstipasi
 Kesalahan ukuran dalam pengembangan balon kateter
 Infeksi saluran kemih

CHECKLIST & PENILAIAN

CHECKLIST PEMASANGAN KATETER PADA LAKI-LAKI


No Nilai
Aspek Penilaian
. 0 1 2 3
1. Bersikap ramah dan sopan dengan mengucapkan        

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 12


salam dan basmallah
2. Mencuci tangan dengan cara aseptik        
3. Memperkenalkan diri        
4. Menanyakan identitas pasien        
5. Melakukan informed consent
  Pemasangan Kateter pada Laki-Laki        
Mempersiapkan ruang privasi tertutup untuk
6.
pemasangan kateter
7. Meminta pasien membuka pakaian bagian bawah        
8. Meminta pasien untuk berbaring        
Mempersiapkan alat-alat pemasangan kateter
 Desinfeksi
 Drapping
 Lubrikasi
 Kateterisasi
9.  Fiksasi        
10. Memakai handscoone steril
11. Pemeriksa berada disebelah kanan pasien        
Melakukan disinfeksi pada penis dan daerah di
sekitarnya, secara melingkar, daerah genitalia
12. dipersempit dengan kain duk steril        
Memasukkan campuran jelly dan lidokain (dengan
perbandingan 6cc jelly + 4cc lidokain) dengan spuit
10cc tanpa jarum ke dalam OUE dengan cara
memegang penis dengan tangan kiri dalam posisi
ereksi 90⁰, tutup dengan ibu jari agar tidak keluar
13. selama 1-3 menit
Memasukkan kateter ke dalam orifisium uretra eksterna
14.
dengan teknik yang aseptic        
Dengan pelan-pelan mendorong kateter masuk secara
gentle (mantap) dan smooth (lembut) menggunakan jari
15. atau pinset        
Meminta pasien untuk menarik nafas (merilekskan
sfingter) pada kira-kira pada daerah bulbo-membranase
16. (yaitu daerah sfingter uretra eksterna)        
Kateter terus didorong masuk ke buli-buli yang ditandai
17. dengan keluarnya urine dari lubang kateter
Mengalirkan urine yang pertama keluar ke bengkok /
nierbecken, kemudian memperhatikan urine yang
keluar: warna nya (jernih, keruh, merah), volume total,
apakah terdapat benda asing (batu saluran kemih) atau
18. tidak.
Menjepit ujung kateter dengan menggunakan klem
19. pean lurus pada ujung lubang yang tidak dilapisi warna
20. Kateter terus didorong masuk ke buli-buli lagi hingga
percabangan di pangkal kateter menyentuh meatus
PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 13
uretra eksterna ( jangan menghentikan mendorong
kateter sebelum menuju pangkal kateter jika tampak
urine mengalir ke urine bag untuk mencegah ruptur
uretra saat balooning)
Mengembangkan balon kateter dengan memasukkan
10-15 ml air steril (pada lubang dilapisi warna pada
21. pangkal kateter)
Meyakinkan bahwa kateter sudah terfiksasi di dalam
kandung kencing (dengan cara tarik kateter secara
22. perlahan-lahan). Melepaskan duk steril
Melepaskan klem kemudian menyambungkan kateter
23. dengan urobag
Melakukan fiksasi dengan plester di daerah ingunal
(posisi semi ereksi sehingga uretra pars bulbosa lurus
24. dan tidak menimbulkan iritasi)
Melakukan fikasi urine bag di samping tempat tidur
25. pasien
Menyampaikan kepada pasien bahwa pemasangan
26. kateter telah selesai
27. Mengucapkan hamdallah, salam dan terimakasih
28. Mencuci tangan dengan cara aseptik
TOTAL NILAI

CHECKLIST PEMASANGAN KATETER PADA PEREMPUAN


No Nilai
Aspek Penilaian
. 0 1 2 3
Bersikap ramah dan sopan dengan mengucapkan
1. salam dan basmallah        
2. Mencuci tangan dengan cara aseptik        
3. Memperkenalkan diri        
4. Menanyakan identitas pasien        
5. Melakukan informed consent
  Pemasangan Kateter pada Perempuan        
Mempersiapkan ruang privasi tertutup untuk
6.
pemasangan kateter
7. Meminta pasien membuka pakaian bagian bawah        
8. Meminta pasien untuk berbaring        
Mempersiapkan alat-alat pemasangan kateter
 Desinfeksi
 Drapping
 Lubrikasi
 Kateterisasi
9.  Fiksasi        
10. Memakai handscoone steril
11. Pemeriksa berada disebelah kanan pasien        

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 14


Melakukan desinfeksi pada genitalia dan daerah di
sekitarnya, dan daerah genitalia dipersempit dengan
12. kain steril / duk steril        
13. Mengolesi ujung kateter dengan pelicin/jelly  
Membuka labia dengan tangan yang tidak dominan,
14.
dan mempertahankan sampai mengembangkan balon        
Memasukkan kateter ke dalam orifisium uretra eksterna
15. dengan teknik yang aseptis        
Dengan pelan-pelan mendorong kateter masuk secara
gentle (mantap) dan smooth (lembut) menggunakan jari
16. atau pinset      
Meminta pasien untuk menarik nafas (merilekskan
17. sfingter)
Kateter terus didorong sampai sisi pangkal kateter
sehingga kateter masuk ke buli-buli yang ditandai
18. dengan keluarnya urine dari lubang kateter
Mengalirkan urine yang pertama keluar ke bengkok /
nierbecken, kemudian memperhatikan urine yang
keluar: warna nya (jernih, keruh, merah), volume total,
apakah terdapat benda asing (batu saluran kemih) atau
19. tidak
Menjepit ujung kateter dengan menggunakan klem
20. pean lurus pada ujung lubang yang tidak dilapisi warna
Kateter terus didorong masuk ke buli-buli lagi hingga
pertengahan kateter menyentuh meatus uretra eksterna
(jangan menghentikan mendorong kateter sebelum
menuju pangkal kateter jika tampak urine mengalir ke
21. urine bag untuk mencegah ruptur uretra saat balooning)
Mengembangkan balon kateter dengan memasukkan
10-15 ml air steril (pada lubang dilapisi warna pada
22. pangkal kateter)
Meyakinkan bahwa kateter sudah terfiksasi di dalam
kandung kencing (dengan cara tarik kateter secara
23. perlahan-lahan). Melepaskan duk steril
Melepaskan klem kemudian menyambungkan kateter
24. dengan urobag
Melakukan fiksasi dengan plester di daerah paha
25. bagian proksimal (medial)
Melakukan fikasi urine bag di samping tempat tidur
26. pasien
Menyampaikan kepada pasien bahwa pemasangan
27. kateter telah selesai  
28. Mengucapkan hamdallah, salam dan terimakasih      
29. Mencuci tangan dengan cara aseptik
TOTAL NILAI

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 15


ASPEK PENILAIAN SKILLS LAB KATETERISASI URETRA

KETERAMPILAN KLINIK KATETERISASI URETRA


Nilai:
0 = tidak melakukan
1 = melakukan sebagian
2 = melakukan seluruhnya namun tidak sempurna
3 = melakukan seluruhnya dengan sempurna

KOMUNIKASI:
 Mendapatkan persetujuan tindakan pemeriksaan fisik dari pasien (consent)
 Mampu membina hubungan baik dengan pasien secara verbal dan non verbal
( ramah , tebuka, kontak mata,salam, empati dan hubungan komunikasi dua arah,
respon)
 Menggunakan bahasa yang bisa dimengerti
 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
Nilai:
0 = tidak melakukan poin komunikasi
1 = melakukan 1 poin komunikasi
2 = melakukan 2-3 poin komunikasi
3 = melakukan semua poin komunikasi

PERILAKU PROFESIONAL:
 melakukan setiap tindakan secara hati-hati dan teliti sehingga tidak
membahayakan pasien dan diri sendiri
 memperhatikan kenyamanan pasien
 melakukan tindakan sesuai dengan prioritas
 menunjukkan rasa hormat kepada pasien

Nilai:
0 = tidak melakukan poin Perilaku Profesional
1 = melakukan 1 poin Perilaku Profesional
2 = melakukan 2-3 poin Perilaku Profesional
3 = melakukan semua poin Perilaku Profesional

PENULIS & KONSULTAN

PENULIS : dr. Rizky Triutami Sukarno


REVISI : dr. Mirzaulin Leonaviri
KONSULTAN : dr. Pebrian Jauhari, SpU

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 16


REFERENSI

1. Lynn. S. Bickley; Bates Guide to Physical Examination and History taking, 8 th


Edition, Lippincott 2003.
2. Sobol J, Zieve D, et al, 2017, Urinary Catheters. Diunduh dari
https://medlineplus.gov/ency/article/003981.htm
3. Southern Health NHS Foundation Trust, 2020, Urinary Catheter Care Guidelines.
Diunduh dari https://www.southernhealth.nhs.uk
4. Simadibrata MK, 2006. Pemeriksaan abdomen, urogenital dan anorektal. Dalam:
Sudoyo A. W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK. S, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, jilid I, edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta, hal:51-55.

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 17


SIRKUMSISI

TUJUAN CLINICAL SKILL LAB

1. Mahasiswa mengetahui indikasi sirkumsisi


2. Mahasiswa mampu melakukan sirkumsisi

ALAT DAN BAHAN

1) Minor Set
2) Jarum jahit (kulit)
3) Benang catgut
4) Kassa steril
5) Duk steril
6) Plester
7) Sarung tangan steril
8) Anestesi lokal (lidocain)
9) Spuit 3cc
10) Povidon iodine 10%
11) Alkohol 70%
12) Kapas
13) Sufratulle atau salep antibiotik
14) Manequin penis utk sirkumsisi

TEORI

Sirkumsisi atau sunat atau khitan adalah proses penghilangan preputium supaya glans
penis terbuka. Teknik sirkumsisi dengan cara memotong preputium pada bagian dorsal pada
jam 12 sejajar sumbu panjang penis ke arah proksimal, kemudian dilakukan pemotongan
sirkuler kekiri dan kekanan sejajar sulcus coronarius (Dorsal slit)

Keuntungan :
1. Kelebihan kulit mukosa bisa diatur
2. Resiko menyayat/memotong penis lebih kecil
3. Mudah mengatur panjang pendek pemotongan mukopsa
4. Tidak melukai glan dan frenulum
5. Pendarahan bisa cepat diatasi
6. Baik untuk penderita fimosis/paraphimosis.
7. Baik untuk pemula (teknik yang paling aman)

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 18


Kerugian :
1. Pendarahan relatif lebih banyak.
2. Teknik sulit dan lebih rumit
3. Insisi sering tidak rata, tidak simetris.
4. Waktu lebih lama.

Indikasi medis sirkumsisi antara lain :


1. Phimosis atau paraphimosis
2. Infeksi glans penis (balanitis) rekurens
3. Adanya smegma
4. Kondiloma akuminata

Kontraindikasi
Sirkumsisi tidak boleh dilakukan pada :
1. Hipospadia
2. Epispadia
3. Webbed penis, yaitu adanya jaringan antara penis dan skrotum

Bila menemui penderita dengan kelainan seperti tersebut diatas, konsulkan kepada ahli
bedah. Tentu saja bila ada infeksi pada kulit penis dan sekitarnya lebih baik disembuhkan
dulu, dan bila keadaan umum kurang baik harus diperbaiki.

glans penis lebih terlihat

Gbr 12. preputium adalah kulit penis/


foreskin yang menutupi glans penis.
Pada proses sirkumsisi, kulit penutup
Gbr 13. penis yang GLANS PENIS-nya
(preputium) ini yang akan dibuang agar
sudah terlihat sepenuhnya

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 19


Gbr 14. Anatomi penis

Proses sirkumsisi :  
1. Inform consent pada orang tua anak (pasien)
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Cuci tangan
4. Memakai handscoon steril
5. Desinfeksi area penis, scrotum, dan lipatan paha dengan arah memutar
menggunakan kasa + klem + betadin dari tengah ke lateral (sentrifugal), ulangi
prosedur ini sebanyak 2-3x dan biarkan hingga cairan antiseptic mengering terlebih
dahulu
6. Tutup dengan doek steril ber lubang
7. Anastesi bisa secara blok, yaitu satu kali dipangkal dan dibawah dengan spuit tegak
lurus sampai kerasa seperti menembus kertas saat memasukan jarumnya
menggunakan lidokain. Atau secara inflitrasi, yaitu di subkutan, miring cara
memasukkan jarumnya, sebelumnya diaspirasi dulu apakah darah? Bila iya, bisa
terlalu dalam atau terlalu superficial, benarkan posisi jarum sampai tak ada darah,
masukan perlahan sambil ditarik keatas lalu memutar disatu titik ke segala arah tapi
jangan sampai jarum terlepas. Lakukan yang sama untuk sisi bawah penis.
8. Tunggu beberapa menit, lakukan pengujian dengan cara mencubit menggunakan
klem atau pinset anatomis pada ujung preputium
9. Bersihkan preputium dengan diretraksikan ke proksimal, lalu bersihkan glans penis
dari smegma dengan menggunakan pinset atau klem, bila terjadi fimosis, bisa
didilatasikan dulu dengan menaruh klem kedalam preputium dan dibuka, setelah
selesai kembalikan preputium ke posisi awal.
10. Klem preputium di arah jam 1, jam 11, dan jam 6, lalu gunting di arah jam 12 dengan
memegang 2 klem tadi, dan melepas pegangan dr klem jam 6, potong sampai sulcus
coronarius < 0,5-1 cm. Setelah memotong preputium di arah jam 12, lalu pindah klem
di arah jam 1 dan jam 11 ke bekas alur potongan di arah jam 12 tadi lalu masing-
masing ditarik ke sisinya, kemudian potong preputium secara sirkuler di kedua sisi
mengelilingi tepi sulkus koronarius ke arah frenulum sampai kulit preputium terlepas
(hati-hati jangan sampai mengenai frenulum). Rawat perdarahan di subkutis atau
mukosa dengan cara diligasi atau dicauter (jika alat tersedia)
PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 20
11. Klem di arah jam 6 jangan langsung dilepas, karena di arah klem tersebut terdapat
Arteri frenularis dan di lokasi tersebut sering terjadi perdarahan. Lakukan ligasi pada
Arteri frenularis menggunakan benang plain cat gut atau chromic cat gut dengan
teknik figure of eight
12. Lakukan penjahitan, dimulai dari arah jam 12, dengan jahit simple interupted,
gunakan pinset anatomis untuk mengambil mucosa dan kulit, hati-hati jangan sampai
melukai glans penis. Gunakan benang pada arah jam 12 dan jam 6 sebagai control
guiding selama tindakan penjahitan bagian lain. Kemudian tambahkan penjahitan
pada arah jam 3 dan jam 9. Boleh ditambahkan lagi penjahitan pada beberapa
bagian lain nya jika diperlukan
13. Bersihkan tempat luka dengan menggunakan NaCl 0,9% atau povidone iodine dan
kassa, tambahkan pemberian antibiotic topical salep (hanya satu kali saat awal) pada
tempat luka. Biarkan ujung glans penis tetap terbuka, tidak perlu dibebat dengan
kasa ataupun sofratulle
14. Lepaskan duk steril
15. Lakukan edukasi untuk minum obat, dan vitamin, jaga genital hygine, dan kontrol 3
hari lagi

Catatan :
Penjahitan figure of eight: ambil dari kanan bawah  klem a. frenularis lalu keluar di kiri
atas-nya(menyilang). Lalu ambil di kanan atas-nya dan keluar di kiri bawah lalu ikat
dari yg kanan bawah dan kiri bawah 2 kali.

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 21


3

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 22


6

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 23


8

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 24


10

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 25


11
PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 26
12

Penjahitan frenulum dengan Teknik figure of eight

13

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 27


14

15

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 28


16

Gbr 13. Cara sirkumsisi

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 29


Tabel 1. Perbandingan macam teknik sirkumsisi

CHECKLIST & PENILAIAN

CHECKLIST SIRKUMSISI
Nilai
No. Aspek Penilaian
0 1 2 3
Bersikap ramah dan sopan dengan mengucapkan
1. salam dan basmallah        
2. Mencuci tangan dengan cara aseptik        
3. Memperkenalkan diri        
4. Menanyakan identitas pasien        
5. Melakukan informed consent
6. Mempersiapkan ruang privasi tertutup untuk tindakan
PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 30
sirkumsisi
7. Meminta pasien untuk berbaring dan membuka celana        
8. Mempersiapkan alat        
Cuci tangan dengan air mengalir dan gunakan
9. handschoon        
10. Posisi pemeriksa berada di samping kanan pasien        
Melakukan pemeriksaan penis pasien, untuk
11. memastikan tidak ada kontraindikasi
Lakukan desinfeksi menggunakan kasa steril yang
sudah diberi povidone iodine mulai dari OUE sampai
12. pangkal penis, secara melingkar.        
Tutup daerah tindakan dengan duk lubang yang steril
13. untuk mempersempit area tindakan        
Ambil ampul lidokain kemudian patahkan, ambil lidokain
14.
menggunakan spuit 3 cc dengan tekhnik 1 tangan
Lakukan anestesi pada penis :
- Anestesi blok
Suntikkan secara 900 diatas pangkal penis, tusukkan
sampai terasa menembus kertas, kemudian
masukkan lidokain
- Anestesi infiltrasi
Suntikkan secara 450 dibagian kanan dan kiri pangkal
penis (bagian kanan terlebih dahulu) lakukan aspirasi
(pastikan tidak ada darah) kemudian masukkan
lidokain sambil menarik spuit secara perlahan,
pindahkan ke bagian kiri pangkal penis (jarum jangan
sampai keluar dari pangkal penis) kemudian
masukkan lidokain secara perlahan sambil spuitnya
15. ditarik        
Lakukan anestesi infiltrasi di bagian bawah pangkal
16. penis dengan cara yang sama seperti sebelumnya        
Tunggu 3 – 5 menit, untuk membiarkan efek anestesi
17. bekerja        
Cek anestesi sudah bekerja dengan menggunakan
pinset anatomis atau klem arteri dengan cara menjepit
18. bagian dari preputium penis
19. Tanyakan kepada pasien apakah masih sakit atau tidak
Buka preputium dengan menggunakan klem ataupun
kassa, dengan cara menarik preputium ke belakang
20. sampai terlihat glans penis dan corona
Bebaskan glans penis, bersihkan smegma yang ada
21. dengan kassa steril hingga bersih
22. Kembalikan preputium sesuai posisi semula
Klem preputium dengan menggunakan 3 buah klem, di
23. arah jam 11, jam 1, dan jam 6
24. Pegang klem arah jam 11 dan jam 1, kemudian gunting

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 31


preputium pada arah jam 12 sampai 0,5-1 cm diatas
sulcus coronarius
Lakukan pemotongan preputium secara melingkar di
sebelah kanan dan kiri secara bergantian sampai batas
25. preputium di jam 6
Sisakan bagian frenulum preputium agar tidak
terpotong, karena terdapat a. Frenularis, untuk
26. menghindari perdarahan
Amati perdarahan di sekeliling penis, sambil melakukan
penekanan di lokasi perdarahan menggunakan kassa,
27. lalu lakukan penjahitan
Lakukan penjahitan di bagian frenulum (arah jam 6)
dengan tekhnik figure of eight / form of eight (diambil
dari kanan a.frenularis, dari bawah, lalu ambil dari
28. bawah di kiri dan buat simpul)
Lakukan penjahitan di arah jam 12 terlebih dahulu, lalu
di arah jam 3 dan jam 9, dengan metode jahit satu-
satu        
Melakukan pemotongan pada sisa frenulum yang telah
29. dijahit
30. Lepaskan duk lubang steril
Bersihkan tempat luka dengan Povidone Iodine 10%,
31. NaCl 0,9% dan kassa
Oleskan antibiotik topikal pada luka insisi dan rawat
32. terbuka
Lakukan edukasi agar pasien minum obat secara
teratur dan usahakan kassa tetap kering, serta kontrol 3
33. hari lagi
Menyampaikan kepada pasien bahwa sirkumsisi telah
34. selesai
35. Mempersilahkan pasien untuk kembali ke posisi semula
Menginterpretasikan dan menyampaikan hasil tindakan
36. kepada pasien
37. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
38. Mengucapkan hamdallah, salam dan terimakasih
39. Mencuci tangan dengan cara aseptik
TOTAL NILAI

ASPEK PENILAIAN SKILLS LAB SIRKUMSISI

PROSEDUR KLINIK SIRKUMSISI


Nilai:
0 = tidak melakukan
1 = melakukan sebagian
2 = melakukan seluruhnya namun tidak sempurna

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 32


3 = melakukan seluruhnya dengan sempurna

KOMUNIKASI:
 Mendapatkan persetujuan tindakan pemeriksaan fisik dari pasien (consent)
 mampu membina hubungan baik dengan pasien secara verbal dan non verbal
( ramah , tebuka, kontak mata,salam, empati dan hubungan komunikasi dua arah,
respon)
 menggunakan bahasa yang bisa dimengerti
 memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
Nilai:
0 = tidak melakukan poin komunikasi
1 = melakukan 1 poin komunikasi
2 = melakukan 2-3 poin komunikasi
3 = melakukan semua poin komunikasi

PERILAKU PROFESIONAL:
 melakukan setiap tindakan secara hati-hati dan teliti sehingga tidak
membahayakan pasien dan diri sendiri
 memperhatikan kenyamanan pasien
 melakukan tindakan sesuai dengan prioritas
 menunjukkan rasa hormat kepada pasien
Nilai:
0 = tidak melakukan poin Perilaku Profesional
1 = melakukan 1 poin Perilaku Profesional
2 = melakukan 2-3 poin Perilaku Profesional
3 = melakukan semua poin Perilaku Profesional

PENULIS & KONSULTAN

PENULIS : dr. Alfian Muhajir


REVISI : dr. Mirzaulin Leonaviri
KONSULTAN : dr. Pebrian Jauhari, SpU

REFERENSI

1. Bolnick, David A., Koyle, Martin A., Yosha Assaf. 2012. Surgical Guide to
Circumcision. Springer.
2. Syamsuhidajat R, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC.
3. WHO. 2018. Manual for Male Circumcision under Local Anesthesia and HIV
Preventiot Services for Adolescent Boys and Men.
4. WHO. 2010. Neonatal and Child Male Circumcision: A Global Review

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 33

Anda mungkin juga menyukai