FAKULTAS KEDOKTERAN
Kampus : Jalan Unizar No. 20 Turida, Sandubaya, Mataram
Telp/Fax : 0370 – 6175565, Fax : 0370 – 6175146
Hari, Tanggal :
Semester : IV( Empat )
Blok : Urogenital II
Mengesahkan
NIDN.0803017502 NIDN.0819058603
Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Al-Azhar Mataram
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam atas nikmat, rahmat serta
hidayah-Nya sehingga Panduan Clinical Skill Lab Blok Sistem Urogenital II ini dapat
terselesaikan. Pada Panduan Clinical Skill Lab Blok Sistem Urogenital II ini mahasiswa
dihadapkan pada keterampilan klinik pada Sistem Urogenital II tahap patologis.
Penyusunan Panduan Clinical Skill Lab Blok Sistem Urogenital II ini telah sesuai
dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2012, dimana terdapat
beberapa perbaikan dari edisi sebelumnya. Mahasiswa diharapkan dapat menguasai
seluruh materi yang disajikan sebagai salah satu syarat dalam menempuh pendidikan
dokter layanan primer. Setiap materi dalam panduan Clinical skill lab ini telah
didiskusikan secara seksama guna memenuhi tujuan pembelajaran.
Demikian Panduan Clinical Skill Lab Blok Sistem Urogenital II ini disusun,
semoga memberikan manfaat dalam mengasah keterampilan klinik mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar. Masukan demi kesempurnaan
panduan Clinical skill lab ini kami sangat harapkan.
Penyusun
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PANDUAN BLOK....................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................... iv
PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Kateterisasi Uretra..................................................... 3
B. Sirkumsisi................................................................... 18
Pendahuluan
Keterampilan klinis perlu dilatihkan sejak awal hingga akhir pendidikan
dokter secara berkesinambungan. Dalam melaksanakan praktik, lulusan
dokter harus menguasai keterampilan klinis untuk mendiagnosis maupun
melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan. Daftar Keterampilan Klinis
ini disusun dari lampiran Daftar Keterampilan Klinis SKDI 2012 yang
kemudian direvisi berdasarkan hasil survei dan masukan dari pemangku
kepentingan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan divalidasi
dengan metode focus group discussion (FGD) dan nominal group
technique (NGT) bersama para dokter dan pakar yang mewakili pemangku
kepentingan.
Kemampuan klinis di dalam standar kompetensi ini dapat
ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dalam
rangka menyerap perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi atau lembaga lain yang
diakreditasi oleh organisasi profesi, demikian pula untuk kemampuan
klinis lain di luar standar kompetensi dokter yang telah ditetapkan.
Pengaturan pendidikan dan pelatihan kedua hal tersebut dibuat oleh
organisasi profesi, dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan yang terjangkau dan berkeadilan (pasal 28 UU Praktik Kedokteran
no.29/2004).
Tujuan
Daftar Keterampilan Klinis ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi
institusi pendidikan dokter dalam menyiapkan sumber daya yang
berkaitan dengan keterampilan minimal yang harus dikuasai oleh lulusan
dokter layanan primer.
Sistematika
Daftar Keterampilan Klinis dikelompokkan menurut sistem tubuh
manusia untuk menghindari pengulangan. Pada setiap keterampilan
klinis ditetapkan tingkat kemampuan yang harus dicapai di akhir
pendidikan dokter dengan menggunakan Piramid Miller (knows, knows how,
shows, does).
TEORI
1. Pendahuluan
Sistem urinaria terdiri dari bermacam-macam struktur. Struktur tersebut bekerja
selaras untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam basa dengan
cara menyaring darah yang melalui ginjal, resorbsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit
serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Adapun struktur yang membangun
sistem urinaria antara lain, ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra.
Gbr 7. Aliran urin pada pemasangan kateter pada laki-laki pada wanita
Pastikan posisi balon kateter tetap berada di dalam kandung kemih dengan
menggunakan USG, lalu coba kempiskan kembali dengan menggunakan spuit
Bila tidak berhasil, potong bagian proksimal saluran pengembang di ujung kateter,
untuk membuka area katup sehingga air bisa keluar secara spontan
Bila tidak berhasil, masukan kawat (wire) yang sudah dilapisi lubrikan melalui
saluran pengembang untuk membuka saluran agar air dapat mengalir
Bila tidak berhasil, kateter vena sentral (22 G) dapat dimasukan ke dalam saluran
pengembang dipandu wire yang masih terpasang. Jika ujung kateter berhasil
masuk ke dalam balon, maka air akan mengalir keluar
Apabila tetap tidak berhasil, 10 mL minyak mineral dapat diinjeksikan melalui area
katup pengembang untuk memecahkan balon dalam 15 menit. Bila tidak terjadi
kemajuan, maka dapat ditambahkan 10 mL minyak kembali
Apabila semua hal yang dilakukan di atas tidak berhasil, konsulkan ke urologi untuk
dapat memecahkan balon dengan instrumen yang lebih tajam
Terjadi spasme pada kandung kemih, mirip seperti spasme perut di bagian
bawah
Kateter tersumbat, atau urin keluar dari lubang uretra (orificium urethra
externum).
Apabila terdapat bercak darah atau bekuan darah pada kateter
Apabila terdapat sedimentasi atau batu di selang kateter atau kantung urin
Apabila mengalir darah dari kateter ke kantung urin
Perdarahan di sekitar selang kateter
Terdapat gejala-gejala yang mengarah ke infeksi saluran kemih bawah seperti
nyeri perut bawah, demam atau menggigil, dan urin menjadi keruh serta berbau
menyengat
Urin bocor dalam jumlah banyak di sekitar selang kateter
Bengkak pada uretra di sekitar selang kateter
Urin yang keluar hanya sedikit atau tidak ada sama sekali meskipun sudah
minum cukup air
Kateter terlepas
Dokter yang menangani, harus segera mengatasi gejala yang ada, karena risiko
akan meningkat apabila pasien tidak mendapatkan tindakan. Terkadang urin dapat
mengalami kebocoran di sekitar kateter, karena hal berikut :
KOMUNIKASI:
Mendapatkan persetujuan tindakan pemeriksaan fisik dari pasien (consent)
Mampu membina hubungan baik dengan pasien secara verbal dan non verbal
( ramah , tebuka, kontak mata,salam, empati dan hubungan komunikasi dua arah,
respon)
Menggunakan bahasa yang bisa dimengerti
Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
Nilai:
0 = tidak melakukan poin komunikasi
1 = melakukan 1 poin komunikasi
2 = melakukan 2-3 poin komunikasi
3 = melakukan semua poin komunikasi
PERILAKU PROFESIONAL:
melakukan setiap tindakan secara hati-hati dan teliti sehingga tidak
membahayakan pasien dan diri sendiri
memperhatikan kenyamanan pasien
melakukan tindakan sesuai dengan prioritas
menunjukkan rasa hormat kepada pasien
Nilai:
0 = tidak melakukan poin Perilaku Profesional
1 = melakukan 1 poin Perilaku Profesional
2 = melakukan 2-3 poin Perilaku Profesional
3 = melakukan semua poin Perilaku Profesional
1) Minor Set
2) Jarum jahit (kulit)
3) Benang catgut
4) Kassa steril
5) Duk steril
6) Plester
7) Sarung tangan steril
8) Anestesi lokal (lidocain)
9) Spuit 3cc
10) Povidon iodine 10%
11) Alkohol 70%
12) Kapas
13) Sufratulle atau salep antibiotik
14) Manequin penis utk sirkumsisi
TEORI
Sirkumsisi atau sunat atau khitan adalah proses penghilangan preputium supaya glans
penis terbuka. Teknik sirkumsisi dengan cara memotong preputium pada bagian dorsal pada
jam 12 sejajar sumbu panjang penis ke arah proksimal, kemudian dilakukan pemotongan
sirkuler kekiri dan kekanan sejajar sulcus coronarius (Dorsal slit)
Keuntungan :
1. Kelebihan kulit mukosa bisa diatur
2. Resiko menyayat/memotong penis lebih kecil
3. Mudah mengatur panjang pendek pemotongan mukopsa
4. Tidak melukai glan dan frenulum
5. Pendarahan bisa cepat diatasi
6. Baik untuk penderita fimosis/paraphimosis.
7. Baik untuk pemula (teknik yang paling aman)
Kontraindikasi
Sirkumsisi tidak boleh dilakukan pada :
1. Hipospadia
2. Epispadia
3. Webbed penis, yaitu adanya jaringan antara penis dan skrotum
Bila menemui penderita dengan kelainan seperti tersebut diatas, konsulkan kepada ahli
bedah. Tentu saja bila ada infeksi pada kulit penis dan sekitarnya lebih baik disembuhkan
dulu, dan bila keadaan umum kurang baik harus diperbaiki.
Proses sirkumsisi :
1. Inform consent pada orang tua anak (pasien)
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Cuci tangan
4. Memakai handscoon steril
5. Desinfeksi area penis, scrotum, dan lipatan paha dengan arah memutar
menggunakan kasa + klem + betadin dari tengah ke lateral (sentrifugal), ulangi
prosedur ini sebanyak 2-3x dan biarkan hingga cairan antiseptic mengering terlebih
dahulu
6. Tutup dengan doek steril ber lubang
7. Anastesi bisa secara blok, yaitu satu kali dipangkal dan dibawah dengan spuit tegak
lurus sampai kerasa seperti menembus kertas saat memasukan jarumnya
menggunakan lidokain. Atau secara inflitrasi, yaitu di subkutan, miring cara
memasukkan jarumnya, sebelumnya diaspirasi dulu apakah darah? Bila iya, bisa
terlalu dalam atau terlalu superficial, benarkan posisi jarum sampai tak ada darah,
masukan perlahan sambil ditarik keatas lalu memutar disatu titik ke segala arah tapi
jangan sampai jarum terlepas. Lakukan yang sama untuk sisi bawah penis.
8. Tunggu beberapa menit, lakukan pengujian dengan cara mencubit menggunakan
klem atau pinset anatomis pada ujung preputium
9. Bersihkan preputium dengan diretraksikan ke proksimal, lalu bersihkan glans penis
dari smegma dengan menggunakan pinset atau klem, bila terjadi fimosis, bisa
didilatasikan dulu dengan menaruh klem kedalam preputium dan dibuka, setelah
selesai kembalikan preputium ke posisi awal.
10. Klem preputium di arah jam 1, jam 11, dan jam 6, lalu gunting di arah jam 12 dengan
memegang 2 klem tadi, dan melepas pegangan dr klem jam 6, potong sampai sulcus
coronarius < 0,5-1 cm. Setelah memotong preputium di arah jam 12, lalu pindah klem
di arah jam 1 dan jam 11 ke bekas alur potongan di arah jam 12 tadi lalu masing-
masing ditarik ke sisinya, kemudian potong preputium secara sirkuler di kedua sisi
mengelilingi tepi sulkus koronarius ke arah frenulum sampai kulit preputium terlepas
(hati-hati jangan sampai mengenai frenulum). Rawat perdarahan di subkutis atau
mukosa dengan cara diligasi atau dicauter (jika alat tersedia)
PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 20
11. Klem di arah jam 6 jangan langsung dilepas, karena di arah klem tersebut terdapat
Arteri frenularis dan di lokasi tersebut sering terjadi perdarahan. Lakukan ligasi pada
Arteri frenularis menggunakan benang plain cat gut atau chromic cat gut dengan
teknik figure of eight
12. Lakukan penjahitan, dimulai dari arah jam 12, dengan jahit simple interupted,
gunakan pinset anatomis untuk mengambil mucosa dan kulit, hati-hati jangan sampai
melukai glans penis. Gunakan benang pada arah jam 12 dan jam 6 sebagai control
guiding selama tindakan penjahitan bagian lain. Kemudian tambahkan penjahitan
pada arah jam 3 dan jam 9. Boleh ditambahkan lagi penjahitan pada beberapa
bagian lain nya jika diperlukan
13. Bersihkan tempat luka dengan menggunakan NaCl 0,9% atau povidone iodine dan
kassa, tambahkan pemberian antibiotic topical salep (hanya satu kali saat awal) pada
tempat luka. Biarkan ujung glans penis tetap terbuka, tidak perlu dibebat dengan
kasa ataupun sofratulle
14. Lepaskan duk steril
15. Lakukan edukasi untuk minum obat, dan vitamin, jaga genital hygine, dan kontrol 3
hari lagi
Catatan :
Penjahitan figure of eight: ambil dari kanan bawah klem a. frenularis lalu keluar di kiri
atas-nya(menyilang). Lalu ambil di kanan atas-nya dan keluar di kiri bawah lalu ikat
dari yg kanan bawah dan kiri bawah 2 kali.
13
15
CHECKLIST SIRKUMSISI
Nilai
No. Aspek Penilaian
0 1 2 3
Bersikap ramah dan sopan dengan mengucapkan
1. salam dan basmallah
2. Mencuci tangan dengan cara aseptik
3. Memperkenalkan diri
4. Menanyakan identitas pasien
5. Melakukan informed consent
6. Mempersiapkan ruang privasi tertutup untuk tindakan
PANDUAN CLINICAL SKILL LAB BLOK SISTEM UROGENITAL II TA 2022/2023 | 30
sirkumsisi
7. Meminta pasien untuk berbaring dan membuka celana
8. Mempersiapkan alat
Cuci tangan dengan air mengalir dan gunakan
9. handschoon
10. Posisi pemeriksa berada di samping kanan pasien
Melakukan pemeriksaan penis pasien, untuk
11. memastikan tidak ada kontraindikasi
Lakukan desinfeksi menggunakan kasa steril yang
sudah diberi povidone iodine mulai dari OUE sampai
12. pangkal penis, secara melingkar.
Tutup daerah tindakan dengan duk lubang yang steril
13. untuk mempersempit area tindakan
Ambil ampul lidokain kemudian patahkan, ambil lidokain
14.
menggunakan spuit 3 cc dengan tekhnik 1 tangan
Lakukan anestesi pada penis :
- Anestesi blok
Suntikkan secara 900 diatas pangkal penis, tusukkan
sampai terasa menembus kertas, kemudian
masukkan lidokain
- Anestesi infiltrasi
Suntikkan secara 450 dibagian kanan dan kiri pangkal
penis (bagian kanan terlebih dahulu) lakukan aspirasi
(pastikan tidak ada darah) kemudian masukkan
lidokain sambil menarik spuit secara perlahan,
pindahkan ke bagian kiri pangkal penis (jarum jangan
sampai keluar dari pangkal penis) kemudian
masukkan lidokain secara perlahan sambil spuitnya
15. ditarik
Lakukan anestesi infiltrasi di bagian bawah pangkal
16. penis dengan cara yang sama seperti sebelumnya
Tunggu 3 – 5 menit, untuk membiarkan efek anestesi
17. bekerja
Cek anestesi sudah bekerja dengan menggunakan
pinset anatomis atau klem arteri dengan cara menjepit
18. bagian dari preputium penis
19. Tanyakan kepada pasien apakah masih sakit atau tidak
Buka preputium dengan menggunakan klem ataupun
kassa, dengan cara menarik preputium ke belakang
20. sampai terlihat glans penis dan corona
Bebaskan glans penis, bersihkan smegma yang ada
21. dengan kassa steril hingga bersih
22. Kembalikan preputium sesuai posisi semula
Klem preputium dengan menggunakan 3 buah klem, di
23. arah jam 11, jam 1, dan jam 6
24. Pegang klem arah jam 11 dan jam 1, kemudian gunting
KOMUNIKASI:
Mendapatkan persetujuan tindakan pemeriksaan fisik dari pasien (consent)
mampu membina hubungan baik dengan pasien secara verbal dan non verbal
( ramah , tebuka, kontak mata,salam, empati dan hubungan komunikasi dua arah,
respon)
menggunakan bahasa yang bisa dimengerti
memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
Nilai:
0 = tidak melakukan poin komunikasi
1 = melakukan 1 poin komunikasi
2 = melakukan 2-3 poin komunikasi
3 = melakukan semua poin komunikasi
PERILAKU PROFESIONAL:
melakukan setiap tindakan secara hati-hati dan teliti sehingga tidak
membahayakan pasien dan diri sendiri
memperhatikan kenyamanan pasien
melakukan tindakan sesuai dengan prioritas
menunjukkan rasa hormat kepada pasien
Nilai:
0 = tidak melakukan poin Perilaku Profesional
1 = melakukan 1 poin Perilaku Profesional
2 = melakukan 2-3 poin Perilaku Profesional
3 = melakukan semua poin Perilaku Profesional
REFERENSI
1. Bolnick, David A., Koyle, Martin A., Yosha Assaf. 2012. Surgical Guide to
Circumcision. Springer.
2. Syamsuhidajat R, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC.
3. WHO. 2018. Manual for Male Circumcision under Local Anesthesia and HIV
Preventiot Services for Adolescent Boys and Men.
4. WHO. 2010. Neonatal and Child Male Circumcision: A Global Review