Anda di halaman 1dari 31

MODUL PRAKTIKUM

FARMASI KELAUTAN

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA
2018
Modul Praktikum Farmasi Kelautan 1
TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM LABORATORIUM
Farmasi Kelautan
STIKES Maluku Husada

1. Berdoa sebelum dan sesudah pelaksanaan praktikum

2. Praktikan harus datang paling lambat 10 menit sebelum kegiatan praktikum


dimulai, jika terlambat 15 menit tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan
praktikum

3. Praktikan diwajibkan mengenakan jas laboratorium sebelum memasuki ruang


praktek

4. Selama kegiatan prektikum, praktikan :

a. Harus bersikap serius, sopan, dan tidak bercanda

b. Menggunakan Alat Pelindung Diri ( masker dan gloves)

c. Hati-hati dalam bekerja

d. Tidak merokok, makan, minum

e. Tidak boleh menggunakan atau mengoperasikan handphone selama


praktek berlangsung

f. Praktikan wajib mengembalikan alat-alat yang digunakan dalam


keadaan lengkap, bersih dan kering

5. Praktikan yang merusakkan/menghilangkan/memecahkan alat, wajib


mengganti dengan jenis dan kualitas yang sama

6. Praktikan wajib menjaga kebersihan laboratorium

7. Praktikan wajib mengikuti Pre Test atau Post Test materi yang
dipraktikumkan

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 2


8. Praktikan wajib membuat laporan sementara pada buku lembar kerja dan
membuat laporan resmi yang dikumpulkan sebelum praktikum selanjutnya
dilaksanakan (waktu: 1 minggu)

9. Praktikan wajib mengikuti ujian praktikum pada akhir pelaksanaan praktikum

10. Hal-hal yang belum ditetapkan akan diatur lebih lanjut

11. Setiap permasalahan dapat dikomunikasikan kepada Koordinator Praktikum

Koordinator Praktikum

( Ns, M Taufan Umasugi, S.Kep.,M.Kes)

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 3


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan kenikmatan yang tiada bandingannya dan karena berkat limpahan
rahmatNya maka penyusun akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan buku
praktikum farmasi kelautan. Buku petunjuk praktikum ini dipersiapkan dalam rangka
membantu pengadaan sarana pendidikan terutama dalam praktikum farmasi kelautan.
Praktikum farmasi kelautan. ini secara garis besar bertujuan untuk melatih calon
sarjana farmasi dalam mengabdikan ilmu dan keahliannya di masyarakat
melaksanakan peracikan obat bahan alam laut di bidang farmasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu setelah
mengikuti praktikum dan menyelesaikan materi praktikum ini, mahasiswa diharapkan
dapat terampil
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa petunjuk praktikum ini masih banyak
kekurangannya dan jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang konstruktif
sangat penyusun butuhkan demi perbaikan buku petunjuk praktikum ini. Semoga
buku petunjuk ini dapat bermanfaat menuntun praktikan

Penyusun

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 4


DAFTAR ISI

Halaman Sampul …………………………………………………………….. I


Tata Tertib Praktikum Laboratorium ………………………………………… 1
Kata Pengantar ……………………………………………………………….. 3
Daftar Isi ……………………………………………………………………... 4
Bab I Pendahuluan …………………………………………………………… 5
Bab II Isi ……………………………………………………………………… 6
A. Percobaan I …………………………………………………………… 6
B. Percobaan II ………………………………………………………….. 10
C. Percobaan III …………………………………………………………. 20
D. Percobaan IV …………………………………………………………. 24
Daftar Pustaka ………………………………………………………………... 29

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 5


BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia sebagai salah satu negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati


laut tertinggi di dunia dan juga didukung kenyataan bahwa laut Indonesia memiliki
hamparan terumbu karang terluas di dunia, yaitu 51.020 km2 atau sekitar 17,95% dari
luas seluruh terumbu karang di dunia dan kedudukannya merupakan pusat segitiga
terumbu karang dunia (Maraskuranto, E. 2010). Diperkirakan lebih dari 35.000
spesies biota laut memiliki potensi sebagai penghasil bahan obat-obatan, sementara
yang dimanfaatkan baru sekitar 5.000 spesies (Dahuri, R. 2003)
Bahan alam yang jumlahnya tidak terbatas ini menjadi potensi tersendiri
khususnya kimia bahan alam dalam bidang isolasi senyawa bahan alam. Senyawa
metabolit sekunder yang telah ditemukan sudah sangat banyak tetapi belum maksimal
dibandingkan dengan potensi sumbernya.(Dini,2009).
Senyawa metabolit sekunder merupakan sumber bahan kimia alami yang
dapat ditemukan di alam, baik pada tumbuhan maupun pada hewan, sejauh ini telah
banyak dilakukan penelitian tentang senyawa metabolid pada hewan laut yang
berpotensi sebagai obat atau untuk menunjang berbagai kepentingan indusri.
Senyawa metabolit pada hewan dan tumbuhan tidak akan pernah habis dan
terus akan tercipta dengan struktur molekul yang mengalami interkonversi sejalan
dengan perkembangan zaman. Dengan demikian senyawa yang bersumber dari alam
akan terus ada tercipta baik yang sudah pernah ditemukan maupun yang baru dan
belum diketemukan. (Dini 2009).

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 6


BAB II
ISI

A. PERCOBAAN I

1.1. Latar Belakang

Kawasan pesisir merupakan daerah perbatasan antara darat dan laut,


Wilayah perairan Indonesia mempunyai potensi berbagai jenis organism serta
tumbuhan laut yang cukup besar. Sejak 30 tahun terakhir, organism laut
merupakan sumber penting bahan alam (natural product) untuk di jadikan
sebagai novel substance untuk kemudian dibuat sintesisnya atau sebagai bahan
baku obat utama pembuatan obat. Bahan alam yang di kandung oleh organism
tersebut adalah senyawa bioaktif yang memilki berbagai macam aktivitas
farmakologi. Selain itu juga terdapat berbagai tumbuhan laut yang memilki
senyawa bioktif yang dapat di ekstrak misalnya alge, lamun dan lain sebaginya.

1.2. Tujuan Praktikum


a. Mahasiswa mampu melaksanakan dan mengetahui identifikasi biota yang
hidup di perairan ekosistem seperti, lamun, dan algae.
b. Mengetahui peran dan fungsi dari setiap ekosistem.
c. Mengetahui faktor pembatas ekosistem, lamun, dan alga.

1.3. Alat Dan Bahan


1. Lamun
Lamun memiliki bunga, berpolinasi, menghasilkan buah dan
menyebarkan bibit seperti banyak tumbuhan darat. Klasifikasi lamun adalah

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 7


berdasarkan karakter tumbuh-tumbuhan.Selain itu, genera di daerah tropis
memiliki morfologi yang berbeda sehingga pembedaan spesies dapat
dilakukan dengan dasar gambaran morfologi dan anatomi (Kikuchi dan J.M.
Peres. 1977).
Lamun merupakan tumbuhan yang beradaptasi penuh untuk dapat
hidup di lingkungan laut. Eksistensi lamun di laut merupakan hasil dari
beberapa adaptasi yang dilakukan termasuk toleransi terhadap salinitas yang
tinggi, kemampuan untuk menancapkan akar di substrat sebagai jangkar,
dan juga kemampuan untuk tumbuh dan melakukan reproduksi pada saat
terbenam. Lamun juga memiliki karakteristik tidak memiliki stomata,
mempertahankan kutikel yang tipis, perkembangan shrizogenous pada
sistem lakunar dan keberadaan diafragma pada system lakunar. Salah satu
hal yang paling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalah hidrophilus
yaitu kemampuannya untuk melakukan polinasi di bawah air. Lamun adalah
tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup
terbenam dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari rhizome, daun, akar.
Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara
mendatar,serta berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh pula akar.
dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan
diri dengan kokoh di dasar laut (Nontji,2007).

a. Alat
- Transek kuadrat 50 cm x 50 cm, dibagi lagi menjadi 10 cm x 10 cm :
Guna untuk mengidentifikasi sampel lamun.
- Label : Untuk memberi tanda, sampel satu dengan yang lainnya.
- Kantong plastik : Sebagai tempat atau wadah sampel yang di ambil.
b. Bahan
- Sampel lamun.
- Sampel sedimen dari lamun.
Modul Praktikum Farmasi Kelautan 8
c. Cara Kerja
- Meletakkan transek sesuai lokasi yang telah ditentukan dengan
ukuran 10 m x 10 m.
- Mengamati jenis lamun dan semua biota yang tinggal untuk
identifikasi jenisnya
- Mengambil sedimen sedalam 10 cm, sebanyak tiga kali ulangan.
- Sampel biota yang didapat kemudian dibersihkan, disortir, dan
dimasukkan ke dalam botol sampel berlabel.
- Menjelaskan peran dan fungsi masing–masing biota di ekosistem
lamun.

2. Algae
a. Alat
- Kantong plastik : Sebagai tempat menyimpan sampel alga yang ingin
di identifikasi.

b. Bahan
- Sampel algae.
- Sedimen dari algae.

c. Cara Kerja
- Mengamati jenis alga dan semua biota yang tinggal untuk
identifikasi jenisnya.
- Mengambil sedimen sedalam 10 cm, sebanyak tiga kali ulangan.
- Sampel biota yang didapat kemudian dibersihkan, disortir, dan
dimasukkan ke dalam botol sampel berlabel.
- Menjelaskan peran dan fungsi masing–masing biota di ekosistem
alga.

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 9


3. Plankton
a. Alat
- Plankton net : Untuk menyaring sampel plankton yang terdapat di
perairan.
- Timba : Untuk mengambil sampel atau sebagai takaran sampel yang
ingin di ambil.
- Label : Untuk memberi tanda sampel yang terdapat pada botol
sampel.
- Botol sampel : Untuk menyimpan sampel plankton yang ingin di
identifikasi atau di amati.
- Mikroskop : Untuk mengamati atau mengetahui jenis plankton yang
terdapat dalam sampel plankton.

b. Bahan
- Lugol.
- Sampel air asin.
- Sampel plankton.

c. Cara Kerja
- Mengambil air yang diidentifikasi sebanyak dua ember kemudian di
saring menggunakan planktonnet.
- Mengulang perlakuan ini sebanyak dua kali. Selanjutnya
memasukkan sisa air di planktonnet ke botol sampel yang berukuran
100 ml, setelah itu tetesi lugol sampai berubah warna serupa dengan
warna teh.
- Mengamati jenis–jenis plankton dan mengidentifikasi jenisnya
dengan menggunakan mikroskop.
- Menjelaskan peran dan fungsi masin–masing biota bagi perairan.

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 10


B. PERCOBAAN II

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
17.504 pulau dan garis pantai lebih dari 81.000 km dengan luas perairan laut
sekitar 5,8 juta km2 (75% dari total Wilayah Indonesia) (Reina,2004).
Kondisi alam dan iklim yang tidak fluktuatif, menjadikan Indonesia
mempunyai potensi sumber daya laut dengan keanekaragaman hayati yang
sangat besar, walaupun belum terdayagunakan.
Biota laut adalah berbagai jenis organism hidup di perairan laut yang
menurut fungsinya digolongkan menjadi tiga, yaitu produsen merupakan biota
laut yang mampu mensintesa zat organic baru dari zat anorganik, kedua adalah
konsumen merupakan biota laut yang memanfaatkan zat organic dari luar
tubuhnya secara langsung. Dan yang ketiga adalah produsen merupakan biota
laut yang tidak mampu menelan zat organic dalam bentuk butiran, tidak mampu
berfotosintesis namun mampu memecah molekul organic menjadi lebih
sederhana (Dahuri, 2005).

I.2 Maksud dan Tujuan


I.2.1 Maksud percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah:
- Mengetahui cara ekstraksi Bintang Laut (Linckia laevigata)
dengan metode refluks.
- Mengidentifikasi senyawa kimia yang terkandung dalam Bintang
Laut (Linckia laevigata) dengan metode refluks.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
Modul Praktikum Farmasi Kelautan 11
- Menentukan cara ekstraksi Bintang Laut (Linckia laevigata)
dengan metode refluks.
- Menentukan senyawa kimia yang terkandung dalam Bintang Laut
(Linckia laevigata) dengan metode refluks

1.3 Tinjauan Teori


a. Ekstraksi
Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan atau penyarian
komponen kimia dari suatu sampel dengan menggunakan pelarut tertentu.
Dimana ekstraksi ini bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia atau sampel. Ekstraksi dapat kita lakukan pada sampel yang
berasal dari tumbuhan atau tanaman, hewan dan mineral atau pelican (Dirjen
POM, 1995).
Dalam farmakope IV ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh
dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisisa diperlakukan
sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Sirait, 2007).
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang
terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Secara
umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi (Sutriani,
2008):
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari
organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat
diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses
atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 12


2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,
misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia
sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui.
Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk
senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini
diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok
senyawa kimia tertentu
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan
tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional
Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang
dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat.
Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian
ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk
memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan
cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam prog skrining) dapat timbul
jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara
acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui
adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus. Proses pengekstraksian
komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar
sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan
berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat
aktif di dalam dan di luar sel.
b. Refluks
Metode refluks adalah metode ekstraksi komponen dengan cara
mendidihkan campuran antara contoh dan pelarut yang sesuai pada suhu dan

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 13


waktu tertentu. Serta uap yang terbentuk diembunkan dalam kondensor agar
kembali ke labu reaksi. Pada umumnya metode refluks digunakan untuk
ekstraksi bahan-bahan yang sulit dipisahkan. Pada kondisi ini jika dilakukan
pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai
selesai (Sirait, 2007).
Prinsip dari metode refluks adalah Penarikan komponen kimia yang
dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-
sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari
yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali
sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung
secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut
dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan
dan dipekatkan.Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk
mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan
pemanasan langsung. Sedangkan kerugian metode ini adalah membutuhkan
volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator
(Harbone, 1987).
Prosedur dari sintesis dengan metode refluks adalah semua reaktan atau
bahannya dimasukkan dalam labu bundar leher tiga. Kemudian dimasukkan
batang magnet stirer setelah kondensor pendingin air terpasang, campuran
diaduk dan direfluks selama waktu tertentu sesuai dengan reaksinya.
Pengaturan suhu dilakukan pada penangas air, minyak atau pasir sesuai
dengan kebutuhan reaksi. Gas N2 ¬ dimasukkan pada salah satu leher dari
labu bundar, berikiut ini adalah gambar dari rangkaian alat refluks :

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 14


Gambar 1. Rangkaian alat refluks

Keterangan alat beserta fungsinya :


1. Labu dasar bulat : Sebagai tempat zat cair dipanaskan
2. Kondensor spiral : Mendinginkan uap larutan
3. Kassa asbes : Untuk meratakan panas
4. Pembakar Bunsen : Untuk memanaskan larutan dalam labu dasar bulat
5. Kaki tiga : Untuk menyangga labu dasar bulat, kondensor saat
proses pemanasan
6. Statif : Untuk menyangga kondensor dan labu dasar bulat
7. Klem : Untuk menahan kondensor spiral dan labu dasar
Bulat.
8. Selang masuk : Sebagai penghubung air masuk dari sirkulator
menuju kondensor
9. Selang keluar : Sebagai penghubung keluarnya air dari kondensor
menuju ember.
10. Sirkulator : Alat untuk mensirkulasikan air
11. Batu didih : Alat untuk mencegah terjadinya bumping

1.4.Uraian Bahan
a. Etanol (Dirjen POM, 1979)

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 15


Nama resmi : Aethanolum
Sinonim : Etanol, alcohol
RM/BM : C2H6O/46,07
Rumus struktur :

Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut


menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada
lidah.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya,
di tempat sejuk jauh dari nyala api.
Khasiat : Sebagai antiseptic
Kegunaan : Bakteriostatik
b. Bintang laut
a) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Asteroidea
Ordo : Valvatida
Famili : Ophidiasteridae
Genus : Linckia
Spesies : Linckia laevigata
b) Morfologi
Bintang laut berbentuk simetris radial, berwarna biru, permukaan
bagian bawahnya memiliki kaki tabung, yang masing-masing dapat
bertindak sebagai cakram penyedot. Bintang laut mengkoordinasikan kaki
tabungnya untuk menempel pada bebatuan dan atau untuk merangkak
secara perlahan-lahan, sementara kaki tabung (Dahuri, 2005).

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 16


c) Habitat
Bintang laut hidup di dasar laut, bentuknya mengikuti kontur
permukaan bebatuan. Pada umumnya hewan ini selalu menempati daerah
yang digenangi air. Pada beberapa habitat yang mengalami kekeringan
pada saat air surut, terjadi beberapa penyesuaian, antara lain pembenaman
diri dalam pasir (Dahuri, 2005).
d) Prosedur Keja
Pertama- tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Kemudian dihaluskan sampel bintang laut, setelah itu ditimbang sampel
sebanyak 30 g dengan menggunakan neraca mekanik. Kemudian diukur
etanol sebanyak 250 mL dengan menggunakan gelas ukur, setelah itu
dimasukkan sampel kedalam labu alas bulat sebanyak 30 g dan
dimasukkan kelereng sebanyak 2 butir kedalam labu alas bulat. Sebelum
diletakkan diatas hot plate dan alat refluks dirangkaikan, ditambahkan
terlebih dahulu cairan penyari etanol sebanyak 250 mL kedalam labu alas
bulat. Dan setelah itu diletakkan diatas hot plate dan alat refluks
dirangkaikan. Kemudian dilakukan penyarian dengan menggunakan
metode refluks selama ± 3 jam, setelah itu sampel disaring menggunakan
kain putih dan ditampung dalam mangkuk. Kemudian dimasukkan
kedalam lemari asam dan diuapkan, setelah itu ekstrak yang diperoleh
ditimbang dan dimasukkan dalam botol vial dan terakhir dilakukan
identifikasi senyawa dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) dengan menggunakan eluen polar dan non polar dengan
penampak noda oleh sinar UV serta pereaksi H2SO4 10%.

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 17


1.5.METODE KERJA
a. Alat dan Bahan
Alat
1. Cawan porselin
2. Gelas ukur
3. Hot Plate
4. Kondensor
5. Labu alas bulat
6. Lemari asam
7. Mangkuk
8. Neraca mekanik
9. Plat kaca
10. Sendok tanduk
Bahan
1. Aluminium foil
2. Bintang laut
3. Etanol
4. Kain putih (penyaring)
5. Kelereng
6. Lap kasar

b. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dihaluskan sampel bintang laut
3. Ditimbang sampel sebanyak 30 g dengan menggunakan neraca
mekanik
Modul Praktikum Farmasi Kelautan 18
4. Diukur etanol sebanyak 250 mL dengan menggunakan gelas ukur
5. Dimasukkan sampel kedalam labu alas bulat sebanyak 30 g
6. Dimasukkan kelereng sebanyak 2 butir kedalam labu alas bulat
7. Ditambahkan cairan penyari etanol sebanyak 250 mL kedalam labu
alas bulat
8. Diletakkan diatas hot plate dan alat refluks dirangkaikan
9. Dilakukan penyarian dengan menggunakan metode refluks selama ± 3
jam
10. Sampel disaring menggunakan kain putih dan ditampung dalam
mangkuk
11. Dimasukkan kedalam lemari asam dan diuapkan
12. Ekstrak yang diperoleh ditimbang dan dimasukkan dalam botol vial
13. Dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan eluen polar dan
non polar dengan penampak noda oleh sinar UV serta pereaksi H2SO4
10%

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 19


DAFTAR PUSTAKA

Anneahira. 2007. Sistem Tubuh Bintang Laut. (Online :


http://www.anneahira.com/bintang-laut.htm) diakses 20 November 2018
Depkes RI. (1986). Sedian Galenik. Jakarta: Ditjen POM.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat
jendral pengawasan obat dan makanan. Jakarta.
Dahuri R. 2005. Menggali Bahan Baku Obat di dalam Laut. Departemen Perikanan
dan Kelautan. [Jurnal]. (diakses 8 November 2018,http://www/dkp )
Putri P,T . 2012 . Destilasi Refluks. (Online :
http://theprincess9208.wordpress.com/2012/11/20/destilasi-refluks/) diakses 20
November 2018.
Reina, 2004. Potensi dari Laut Belum dimaksimalkan. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi: Jakarta.
Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia Dalam Farmasi. Bandung: Penerbit ITB

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 20


C. PERCOBAAN III
1.1.Latar Belakang
Rumput laut mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap. Secara
kimia rumput laut terdiri dari air (27,8%), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%),
lemak (8,6%) serat kasar (3%) dan abu (22,25%). Selain karbohidrat, protein,
lemak dan serat, rumput laut juga mengandung enzim, asam nukleat, asam
amino, vitamin (A, B, C, D, E dan K) dan makro mineral seperti nitrogen,
oksigen, kalsium dan selenium serta mikro mineral seperti zat besi,
magnesium dan natrium. Kandungan asam amino, vitamin dan mineral
rumput laut mencapai 10 -20 kali lipat dibandingkan dengan tanaman darat.
Keragenan adalah suatu hasil ekstraksi dari bahan rumput laut yang
hasil dari ekstraksi tersebut dapat kita gunakan sebagai pengental, pengenyal
dan pengawet alami dari alam untuk makanan.
Karagenan adalah polisakarida yang diekstraksi dari beberapa spesies
rumput laut atau alga merah (rhodophyceae). Karagenan adalah galaktan
tersulfatasi linear hidrofilik. Polimer ini merupakan pengulangan unit
disakarida. Galaktan tersulfatasi ini diklasifikasi menurut adanya unit 3,6-
anhydro galactose (DA) dan posisi gugus sulfat. Tiga jenis karagenan
komersial yang paling penting adalah karagenan iota, kappa dan lambda.
Sedangkan karagenan mu adalah prekursor karagenan kappa, karagenan nu
adalah prekursor iota. Jenis karagenan yang berbeda ini diperoleh dari spesies
rhodophyta yang berbeda. Secara alami, jenis iota dan kappa dibentuk secara
enzimatis dari prekursornya oleh sulfohydrolase. Sedangkan secara komersial,
jenis ini diproduksi menggunakan perlakuan alkali atau ekstraksi dengan
alkali.

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 21


Karagenan komersial memiliki berat molekul massa rerata berkisar
400.000 sampai 600.000 Da. Selain galaktosa dan sulfat, beberapa karbohidrat
juga ditemui, seperti xylose, glucose, uronic acids, dan substituen seperti
methyl esters dan grup pyruvate (Van De Velde, 2002).
Saat ini jenis karagenan kappa didominasi dipungut dari rumput laut
tropis Kappaphycus alvarezii, yang di dunia perdagangan dikenal sebagai
Eucheuma cottonii. Eucheuma denticulatum (dengan nama dagang Eucheuma
spinosum) adalah spesies utama untuk menghasilkan jenis karagenan iota.
Karagenan lamda diproduksi dari spesies Gigartina dan Condrus.

1.2.Tujuan
- Menciptakan produk olahan baru dari bahan dasar Rumput Laut Euchema
cottoni yang berupa keragenan. Keragenan ini alternative dalam
pengelolaan bahan makanan di kalangan masyarakat dengan tujuan
pengentalan, pengenyal dan pengawet dan meningkatkan nilai tambah
Rumput Laut Euchema cottoni.

1.3.Keragenan
Keragenan berbahan baku Rumput Laut Euchema cottoni Merupakan
sebagai pengawet alami, pengental dan pengenyal jika di tambahkan kedalam
suatu produk makanan. Rumput Laut Euchema cottoni yang kaya akan nutrisi
dan banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan harga yang terjangkau.
Keunggulan Rumput Laut merupakan sumbar karbohidrat yang
mencapai 33,3% dan mengandung protein 5,4% dan mempunyai senyawa
antioksidan. Mengandung membentuk gel secara thermoreversible atau
larutan kental jika ditambah ke dalam larutan garam. Sehingga banyak
dimanfaatkan sebagai pembentuk gel, pengental dan bahan penstabil di
berbagai industri pangan.

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 22


Polimer alam ini memiliki kemampuan untuk membentuk gel secara
thermo-reversible atau larutan kental jika ditambahkan ke dalam larutan
garam sehingga banyak dimanfaatkan sebagai pembentuk gel, pengental, dan
bahan penstabil di berbagai industri seperti pangan, farmasi, kosmetik,
percetakan, dan tekstil.

1.4.Metode Kerja
Pada proses pembuatan keragenan ini memerlukan proses-proses
kimiawi, untuk memperoleh hasil. Proses-proses kimiawi inilah yang
membentuk senyawa-senyawa kimia pemebntuk gel, pengental, pengenyal
dan pengawet makanan secara alami (Keragenan).

1.5.Peralatan
Nama alat Fungsi
Saringan Digunakan untuk menyaring serat-serat
gel keragenan.
Piring Wadah bahan-bahan saat pencampuran
menjadi satu.
Pisau Mengiris rumput laut.
Kompor Sebagai alat perebus rumput laut.
Baskom Untuk tempat meletakkan alcohol.
Timbangan Untuk menimbang bahan-bahan.
Panci Untuk merebus rumput laut.
Oven Untuk memanggang hasil keragenan
basah.
Kemasan Untuk mengemas keragenan.
Spatula Untuk mengaduk rumput laut saat
perebusan.
Sendok Untuk mengaduk alcohol

1.6.Bahan
Nama bahan Jumlah
Rumput laut Euchema cottoni 4 kg

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 23


Alcohol 95 % 1 botol
Aquades Secukupnya
1.7.Proses Pembuatan
- Dipanaskan aquades dalam wadah sampai 90˚
- Dimasukkan Euchema cottoni kedalam aquades 90˚ dengan perbandingan
antara Euchema cottoni : aquades adalah 1:25
- Pada proses ekstraksi ini air dijaga tetap konstan dengan menambahkan air
setiap kehabisan air akibat pemanasan.
- Kemudian, ekstraksi disaring
- Hasil ekstraksi didinginkan dan dituangkan kedalam alkohol teknis 95%
dengan perbandingan antara rendemen:etanol adalah 1:3.
- Diperhatikan hasil pencampuran, akan ada benang-benang keragenan.
- Benang-benang ini selanjutnya di saring dan dicuci sampai pH netral.
- Benang-benang ini adalah karagenan basah.
- Selanjutnya keragenan basah ini dimasukkan ke dalam oven untuk
dipanggang. Hingga keragenan ini mengering dan menjadi serbuk.
- Kemudian masukkan kedalam kemasan.

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 24


D. PERCOBAAAN IV

1.1.Latar Belakang

Sponge termasuk ke dalam filum Porifera dan terbagi menjadi 4 kelas


yaitu Calcarea, Hexactinellida, Archaeocyatha (punah), dan Demospongiae.
Kelas Demospongiae terdiri dari 90% dan sekitar 4500 - 5000 spesies dari
total spesies yang hidup di dunia. Kelas Demospongiae adalah sponge yang
paling banyak ditemukan dan tersebar luas yang terdiri dari jenis - jenis yang
paling beragam dan telah mendapatkan perhatian relatif paling banyak dari
para ahli biokimia.
Komponen - komponen kimia yang terkandung di dalam bahan
organik seperti yang terdapat pada sponge memiliki manfaat yang sangat
besar terhadap kehidupan manusiam terutama sebagai obat - obatan.
Komponen senyawa bioaktif tersebut dapat diperoleh dengan metode
ekstraksi. Metode ekstraksi merupakan proses pelarutan senyawa kimia yang
sering digunakan dalam senyawa organik untuk melarutkan senyawa tersebut
dengan menggunakan suatu larutan tertentu.
Ekstraksi cair sangat berguna untuk memisahkan analitik yang dituju
dan penggangu dengan cara melakukan partisi sampel antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur. Salah satu fasenya berupa air dan fase lainnya adalah
pelarut organik. Selain iut, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk
meningkatkan analitik yang terdapat dalam sampel dengan jumlah kecil
sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau
kuantifikasinya. Secara umu, terdapat situasi dalam menentukan tujuan
ekstraksi, yaitu :

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 25


Senyawa kimia yang diketahui identifikasinya untuk diekstraksi dari
organisme.
Bahan diperiksa utuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu
(misalnya terpenoid), meskipun struktur kimia sebenarnya dari senyawa ini
bahkan keberadaannya belum diketahui.
Organisme digunakan dalam pengobatan tradisional dan biasanya
dibuat dengan cara tradisional chinese medicine. Seringkali membutuhakn
herba yang didihkan dalam air dan dekuk dalam air diberikan untuk sebagai
obat. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan
cara apapun.

1.2.Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui konsep dasar dari
metode ekstraksi bahan alam laut serta untuk mendapatkan metabolit sekunder
dari sampel sponge Haliclona sp.

1.3.Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah :
- Mengetahui konsep dasar dan metode ekstraksi bahan alam laut.
- Mendapatkan metabolit sekunder dari sampel Haliclona sp.
- Mengetahui jenis pelarut yang sesuai dengan sampel yang diperoleh.

1.4.Tinjauan Teori
Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan
pelarut yang sesuai. Kemudian, sebagian atau seluruh bagian pelarut
diuapkan hingga menyisakan serbuk/kerak (crude). Serbuk yang tersisa
kemudian diperlakukan dngan beberapa perlakuan yang berbeda untuk

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 26


mendapatkan hasil atau memenuhi baku yang telah ditentukan. (Ditjen POM,
1995).
Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua
pelarut yang tidak dapat tercampur. Untuk mengambil zat terlarut dari suatu
pelarut ke pelarut lainnya, kesetimbangan heterogen yang penting melibatkan
pembagian suatu spesies antara dua fase pelarut yang tidak dapat tercampur.
Kesetimbangan ini terdapat dalam banyak proses pemisahan dalam penelitian
kimia maupun di industri. (Oxtoby, 2001)
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Sampe adalah kelompok kecil yang secara nyata
diteliti dan ditarik kesimpulan. Penelitian dengan menggunakan sampel akan
memberikan keuntungan lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian
menggunakan populasi karena penelitia dengan menggunakan sampel lebih
menghemat biaya, waktu dan tenaga. (Syaodih, 2009)
Proses pengekstrasian komponen kimia dalam se tertanam adalah
pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik diluar
sel, maka larutan terpekat terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini
akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif
di dalam dan diluar sel (Andrian, 2000)
Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan. Bahan
yang mengandung mucilago dan bersifat mengembang kuat hanya boleh
diekstrak dengan metode maserasi. Sedangkan kulit dan akar diperkolasi.
Untuk bahan yang tahan panas sebaiknya di ekstraksi dengan cara refluks
sedangkan simplisia yang mudah rusak karena pemanasan dapat di ekstraksi
dengan metode soxlet (Agoes, 2007).

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 27


1.5.Alat Dan Bahan
Alat
Alat - alat yangdigunakan pada praktikum ini adalah :
No Nama Bahan Jumlah Fungsi
1. Beaker Glass 4 Unit Sebagai wadah untuk maserasi
2. Spatula 1 Unit Sebagia pengaduk
3. Aluminium Foil Secukupnya Sebagai penutup atas gelas beaker
4. Gunting 1 Unit Pemotong sampel sponge
5. Gelas Ukur 1 Unit Untuk mengukur jumlah pelarut yang
digunakan

Bahan
Bahan - bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
No Nama Bahan Jumlah Fungsi
1. Metanol 1 Liter Sebagai pelarut untuk maserasi

1.6.Material Safety Data Sheet (Msds)

No. Nama Bahan RM TD TL BM Warna Sifat Wujud Bahaya

1. Metanol CH3OH 64.5 -97,8 0.7gr/cm3 Bening Iritan Cair Iritasi

Keterangan
RM : Rumus Molekul
TD : Titik Didih
TL : Titik Lebur
BM : Berat Molekul

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 28


Penanganan :
Terkena Kulit : Segera bilas dengan air mengalir selama 5 menit atau lebih
Tertelan : Segera muntahkan dan minum air putih sebanyak – banyaknya

1.7.Cara Kerja
Sampel sponge Haliclona sp yang telah dikeringkan dipotong kecil -
kecil menggunakan guntung. Setelah itu dimasukkan sampel tersebut
kedalam gelas beaker yang telah di sterilkan. Gelas beaker diisi dengan
metanol sebanyak 400 ml. Ditutup mulut gelas beaker menggunakan
aluminium foil dan dibiarkan sampel terendam selama 1 x 24 jam. setelah 1 x
24 jam, dipisahkan air rendaman dari sampel.
Sampel kemudian direndam kembali menggunakan metanol 400 ml
sementara larutan rendaman 1 di aerasi menggunakan aerator. Saat sampel
rendaman kedua diberikan perlakuan sama dan kembali sampel sponge di
rndam dengan methanol.

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 29


DAFTAR PUSTAKA

Andrian, R. 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat
Penelitian : Universitas Andalas
Agoes, G. 2009. Teknologi Bahan Alam. Bandung : ITB Press
Ditjen POM. 1995. Farmkope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Oxtoby, D. W. 2001. Kimia Modern. Jakarta : Erlangga
Syaodih, N. S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Modul Praktikum Farmasi Kelautan 30

Anda mungkin juga menyukai