FARMASI KELAUTAN
7. Praktikan wajib mengikuti Pre Test atau Post Test materi yang
dipraktikumkan
Koordinator Praktikum
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan kenikmatan yang tiada bandingannya dan karena berkat limpahan
rahmatNya maka penyusun akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan buku
praktikum farmasi kelautan. Buku petunjuk praktikum ini dipersiapkan dalam rangka
membantu pengadaan sarana pendidikan terutama dalam praktikum farmasi kelautan.
Praktikum farmasi kelautan. ini secara garis besar bertujuan untuk melatih calon
sarjana farmasi dalam mengabdikan ilmu dan keahliannya di masyarakat
melaksanakan peracikan obat bahan alam laut di bidang farmasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu setelah
mengikuti praktikum dan menyelesaikan materi praktikum ini, mahasiswa diharapkan
dapat terampil
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa petunjuk praktikum ini masih banyak
kekurangannya dan jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang konstruktif
sangat penyusun butuhkan demi perbaikan buku petunjuk praktikum ini. Semoga
buku petunjuk ini dapat bermanfaat menuntun praktikan
Penyusun
A. PERCOBAAN I
a. Alat
- Transek kuadrat 50 cm x 50 cm, dibagi lagi menjadi 10 cm x 10 cm :
Guna untuk mengidentifikasi sampel lamun.
- Label : Untuk memberi tanda, sampel satu dengan yang lainnya.
- Kantong plastik : Sebagai tempat atau wadah sampel yang di ambil.
b. Bahan
- Sampel lamun.
- Sampel sedimen dari lamun.
Modul Praktikum Farmasi Kelautan 8
c. Cara Kerja
- Meletakkan transek sesuai lokasi yang telah ditentukan dengan
ukuran 10 m x 10 m.
- Mengamati jenis lamun dan semua biota yang tinggal untuk
identifikasi jenisnya
- Mengambil sedimen sedalam 10 cm, sebanyak tiga kali ulangan.
- Sampel biota yang didapat kemudian dibersihkan, disortir, dan
dimasukkan ke dalam botol sampel berlabel.
- Menjelaskan peran dan fungsi masing–masing biota di ekosistem
lamun.
2. Algae
a. Alat
- Kantong plastik : Sebagai tempat menyimpan sampel alga yang ingin
di identifikasi.
b. Bahan
- Sampel algae.
- Sedimen dari algae.
c. Cara Kerja
- Mengamati jenis alga dan semua biota yang tinggal untuk
identifikasi jenisnya.
- Mengambil sedimen sedalam 10 cm, sebanyak tiga kali ulangan.
- Sampel biota yang didapat kemudian dibersihkan, disortir, dan
dimasukkan ke dalam botol sampel berlabel.
- Menjelaskan peran dan fungsi masing–masing biota di ekosistem
alga.
b. Bahan
- Lugol.
- Sampel air asin.
- Sampel plankton.
c. Cara Kerja
- Mengambil air yang diidentifikasi sebanyak dua ember kemudian di
saring menggunakan planktonnet.
- Mengulang perlakuan ini sebanyak dua kali. Selanjutnya
memasukkan sisa air di planktonnet ke botol sampel yang berukuran
100 ml, setelah itu tetesi lugol sampai berubah warna serupa dengan
warna teh.
- Mengamati jenis–jenis plankton dan mengidentifikasi jenisnya
dengan menggunakan mikroskop.
- Menjelaskan peran dan fungsi masin–masing biota bagi perairan.
1.4.Uraian Bahan
a. Etanol (Dirjen POM, 1979)
b. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dihaluskan sampel bintang laut
3. Ditimbang sampel sebanyak 30 g dengan menggunakan neraca
mekanik
Modul Praktikum Farmasi Kelautan 18
4. Diukur etanol sebanyak 250 mL dengan menggunakan gelas ukur
5. Dimasukkan sampel kedalam labu alas bulat sebanyak 30 g
6. Dimasukkan kelereng sebanyak 2 butir kedalam labu alas bulat
7. Ditambahkan cairan penyari etanol sebanyak 250 mL kedalam labu
alas bulat
8. Diletakkan diatas hot plate dan alat refluks dirangkaikan
9. Dilakukan penyarian dengan menggunakan metode refluks selama ± 3
jam
10. Sampel disaring menggunakan kain putih dan ditampung dalam
mangkuk
11. Dimasukkan kedalam lemari asam dan diuapkan
12. Ekstrak yang diperoleh ditimbang dan dimasukkan dalam botol vial
13. Dilakukan identifikasi senyawa dengan menggunakan metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan eluen polar dan
non polar dengan penampak noda oleh sinar UV serta pereaksi H2SO4
10%
1.2.Tujuan
- Menciptakan produk olahan baru dari bahan dasar Rumput Laut Euchema
cottoni yang berupa keragenan. Keragenan ini alternative dalam
pengelolaan bahan makanan di kalangan masyarakat dengan tujuan
pengentalan, pengenyal dan pengawet dan meningkatkan nilai tambah
Rumput Laut Euchema cottoni.
1.3.Keragenan
Keragenan berbahan baku Rumput Laut Euchema cottoni Merupakan
sebagai pengawet alami, pengental dan pengenyal jika di tambahkan kedalam
suatu produk makanan. Rumput Laut Euchema cottoni yang kaya akan nutrisi
dan banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan harga yang terjangkau.
Keunggulan Rumput Laut merupakan sumbar karbohidrat yang
mencapai 33,3% dan mengandung protein 5,4% dan mempunyai senyawa
antioksidan. Mengandung membentuk gel secara thermoreversible atau
larutan kental jika ditambah ke dalam larutan garam. Sehingga banyak
dimanfaatkan sebagai pembentuk gel, pengental dan bahan penstabil di
berbagai industri pangan.
1.4.Metode Kerja
Pada proses pembuatan keragenan ini memerlukan proses-proses
kimiawi, untuk memperoleh hasil. Proses-proses kimiawi inilah yang
membentuk senyawa-senyawa kimia pemebntuk gel, pengental, pengenyal
dan pengawet makanan secara alami (Keragenan).
1.5.Peralatan
Nama alat Fungsi
Saringan Digunakan untuk menyaring serat-serat
gel keragenan.
Piring Wadah bahan-bahan saat pencampuran
menjadi satu.
Pisau Mengiris rumput laut.
Kompor Sebagai alat perebus rumput laut.
Baskom Untuk tempat meletakkan alcohol.
Timbangan Untuk menimbang bahan-bahan.
Panci Untuk merebus rumput laut.
Oven Untuk memanggang hasil keragenan
basah.
Kemasan Untuk mengemas keragenan.
Spatula Untuk mengaduk rumput laut saat
perebusan.
Sendok Untuk mengaduk alcohol
1.6.Bahan
Nama bahan Jumlah
Rumput laut Euchema cottoni 4 kg
1.1.Latar Belakang
1.2.Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui konsep dasar dari
metode ekstraksi bahan alam laut serta untuk mendapatkan metabolit sekunder
dari sampel sponge Haliclona sp.
1.3.Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah :
- Mengetahui konsep dasar dan metode ekstraksi bahan alam laut.
- Mendapatkan metabolit sekunder dari sampel Haliclona sp.
- Mengetahui jenis pelarut yang sesuai dengan sampel yang diperoleh.
1.4.Tinjauan Teori
Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan cara
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan
pelarut yang sesuai. Kemudian, sebagian atau seluruh bagian pelarut
diuapkan hingga menyisakan serbuk/kerak (crude). Serbuk yang tersisa
kemudian diperlakukan dngan beberapa perlakuan yang berbeda untuk
Bahan
Bahan - bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
No Nama Bahan Jumlah Fungsi
1. Metanol 1 Liter Sebagai pelarut untuk maserasi
Keterangan
RM : Rumus Molekul
TD : Titik Didih
TL : Titik Lebur
BM : Berat Molekul
1.7.Cara Kerja
Sampel sponge Haliclona sp yang telah dikeringkan dipotong kecil -
kecil menggunakan guntung. Setelah itu dimasukkan sampel tersebut
kedalam gelas beaker yang telah di sterilkan. Gelas beaker diisi dengan
metanol sebanyak 400 ml. Ditutup mulut gelas beaker menggunakan
aluminium foil dan dibiarkan sampel terendam selama 1 x 24 jam. setelah 1 x
24 jam, dipisahkan air rendaman dari sampel.
Sampel kemudian direndam kembali menggunakan metanol 400 ml
sementara larutan rendaman 1 di aerasi menggunakan aerator. Saat sampel
rendaman kedua diberikan perlakuan sama dan kembali sampel sponge di
rndam dengan methanol.
Andrian, R. 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat
Penelitian : Universitas Andalas
Agoes, G. 2009. Teknologi Bahan Alam. Bandung : ITB Press
Ditjen POM. 1995. Farmkope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Oxtoby, D. W. 2001. Kimia Modern. Jakarta : Erlangga
Syaodih, N. S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya