Besaran dikelompokkan sebagai besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok merupakan besaran yang
sudah ditentukan satuannya, sedangkan besaran turunan merupakan besaran yang satuannya dapat ditentukan
dari satuan besaran pokok penyusunnya.
Untuk memudahkan peurunan dimensi besaran turunan, maka haruslah ingat besaran pokok yang menyusun
besaran turunan tersebut. Atau boleh juga mengingat satuannya.
Contoh 1: Turunkan dimensi dari besaran: a. Volume b. Kecepatan c. Massa Jenis d. Berat
𝐦
Contoh 2: Selidikilah persamaan percepatan ini; mungkin benar atau pasti salah 𝐚 = 𝐅 ; dimana a adalah
percepatan, m adalah massa, dan F adalah gaya.
𝐦 𝐦 [𝐌]
Jawab: Persamaan 𝐚 = 𝐅 ; dimensi a = [L][T] –2, sedangkan dimenis 𝐅
= [𝐌][𝐋][𝐓]−𝟐 = [L] –1[T]2, Karena
𝐦
dimensi ruas kiri tidak sama dengan dimensi ruas kanan, maka persaman 𝐚 = 𝐅
pasti salah.
Contoh 4: Besar gaya sentripetal pada sebuah benda yang mengalami gerak melingkar dipengaruhi oleh
massa benda m, jari-jari putaran r, dan kecepatan liniernya v. Turunkan rumus gaya sentripetal
tersebut.
Jawab: F = k mx vy rz, k merupakan konstanta tak berdimensi.
[M L T–2] = k Mx [L T–1]y [L]z
[M L T–2] = k Mx Ly T–y Lz
T –2 = T –y, didapat y = 2
[M L T–2] = k Mx Ly+z T–y
M = Mx x=1
L = Ly+z 1=y+z 1=2+z z = -1
𝒎 𝒗𝟐
Sehingga persamaan gaya sentripetal 𝑭 = 𝒌
𝒓
Latih 2: Selidikilah persamaan berikut, kemudian nyatakan pasti salah atau mungkin benar.
a. S = ½ a t; dimana a adalah percepatan, S adalah perpindahan dan t adalah waktu.
b. p = m v2; dimana p adalah momentum ( kg m s–1), m adalah massa, dan v adalah kecepatan.
𝑭
c. 𝑷 = 𝑨; dimana P adalah Tekanan ( N m–2), F adalah gaya (N) dan A adalah luas permukaan
(m2).
d. EP = m g h; dimana EP adalah energy potensial (Joule), m adalah massa benda (kg), g adalah
percepatan gravitasi (m s–2) dan h adalah ketinggian (m).
Latih 3: Selidikilah pasangan besaran-besaran berikut, kemudian nyatakan apakah kedua besaran setara
atau tidak setara.
a. Gaya F = m a dengan berat w = m g; dimana m adalah massa, a adalah percepatan dan g
adalah percepatan gravitasi.
b. Momentum p = m v dengan Impuls I = F ∆𝒕; dimana F adalah gaya, ∆𝑡 adalah perubahan
waktu, m adalah massa dan v adalah kecepatan.
𝒎 𝒘
c. Massa Jenis 𝝆 = 𝑽 dengan berat jenis 𝑩𝑱 = 𝑽 ; dimana m adalah massa, w adalah berat dan
V adalah volume.
Pengukuran
a. Pengukuran Panjang
Alat ukur panjang meliputi : Meteran = Mistar, Jangka Sorong, Mikrometer sekrup.
1. Meteran = mistar
Mistar memiliki skala terkecil atau ketelitian 1 mm = 0,1 cm, dengan ketidak pastian setengah dari skala
terkecil yaitu ½ x 0,1 cm = 0,05 cm. Misalkan mengukur panjang suatu benda diperoleh 3,5 cm, maka hasil
pengukuran panjang suatu benda ini ditampilkan/dilaporkan lengkap dengan ketidakpastiannya ditulis
l = (3,50 ± 0,05) cm.
2. Jangka Sorong
Jangka Sorong memiliki skala utama dan skala nonius. Ketelitian yang dimiliki jangka sorong mencapai
0,1 mm atau 0,01 cm. Dengan demikian ketidakpastiannya ½ x 0,1 = 0,05 mm = 0,005 cm. Jadi jangka
sorong memiliki ketelitian hasil pengukuran yang lebih jika dibandingkan dengan mistar. Pembacaan
skala hasil pengukuran menggunakan jangka sorong meliputi pembacaan skala utama dan skala nonius.
Pembacaan skala utama dengan melihat letak Nol nya nonius, itu merupakan hasil pengukuran. Untuk
nonius dengan 10 goresan, perhatikan skala nonius yang berhimpit dengan skala utama lalu kalikan
dengan 0,01 cm. Kemudian jumlahkan hasil pembacaan kedua skala tersebut.
Skala nonius berhimpit dengan skala utama
0 1 2 cm
Skala utama
Nonius
0 5 10
Gambar 1: Penggunaan Jangka Sorong.
3. Mikrometer Sekrup
Mikrometer Sekrup memiliki ketelitian sampai 0,01 mm atau 0,001 cm. Dalam penggunaanya micrometer
sering menggunakan satuan mm. Pada saat pengukuran menggunakan micrometer sekrup perlu
diperhatiak skala utam dan skala noniusnya. Skala utama memiliki panjang 2,5 cm, sedangkan skala
nonius memilki 50 goresan pad selubung yang dapat berputar. Ketidakpastian yang dimiliki 0,005 mm.
Skala utama (mm) Nonius Dari gambar di samping, dapat dilihat
0 pada skala utama menunjukkan 2,5 mm
50 lebih, maka hasil pembacaan skala utama
Ditulis 2,50 mm. Sedangkan skala nonius
45 yang berhimpit dengan garis mendatar
Gambar 2: Penggunaan micrometer sekrup. Pada selubung skala utama adalah 48.
Untuk skala nonius hasil bacaan dikalikan
dengan 0,01 mm sehingga diperoleh 0,48 mm. Maka hasil pengukuran berdasarkan gambar 2 dapat
dinyatakan l = 2,50 mm + 0,48 mm = 2,98 mm. Bila dituliskan lengkap dengan ketidakpastiannya maka
diperoleh l = (2,980 ± 0,005) mm.
Konversi Satuan
Konversi satuan diperlukan ketika penyelesaian soal yang satuannya tidak menggunakan system satuan yang
sama; misalnya besaran tertentu menggunakan system satuan MKS sedangkan besaran yang lain menggunakan
system satuan CGS. Dasar konversi satuan adalah tangga satuan dari milli(m) hingga hekto(h).
Contoh 5: a. 1 km = …. m 1 cm = …. m 1 m = …. cm 1 menit =…s
2 2 3 3
b. 1 m = ….cm 1 cm =…. m 1 g = …. Kg 1 s = …. jam
𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑔 𝑚 𝑘𝑚 𝑘𝑚 𝑚
c. 1 𝑐𝑚3 = …..𝑚3 800𝑚3 = …..𝑐𝑚3 20 𝑠 = …. 𝑗𝑎𝑚 18 𝑗𝑎𝑚 = …. 𝑠
Contoh 7: Hitung nilai sin, cos, dan tan dari sudut α pada segitiga sikuk-siku di bawah ini.
A Jika sisi AB = 3 cm dan sisi AC = 5 cm.
𝛾
β
B C
Gambar 3: Segitiga Sembarang
3. Perhitungan sudut pada sumbu koordinat selalu dimulai dari sumbu X+ sebagai titik acuan 0o.
Besar sudut positif dihitung beralawan arah jarum jam, jika searah jarum jam, maka sudut yang terukur
bernilai negative. Y
+
Gambar 4: Aturan pengukuran
Sudut X = 0o
Vektor
Konsep pengelompokan besaran selain mengenal besaran pokok dan besaran turunan, sebenarnya masih ada
pengelompokan lain yaitu besara vektor dan besara skalar. Yang termasuk besaran scalar misalnya; massa,
waktu, jarak dll. Sedangkan yang termasuk besaran vector antara lain; kecepatan, berat, percepatan dll. Yang
membedakan dari keduanya adalah hal yang dimiliknya. Besaran scalar hanya memiliki nilai saja, sedangkan
besaran vector selain memiliki nilai juga memiliki arah.
Sebuah vector digambarkan dengan sebuah anak panah; dimana panjang anak panah menyatakan besar atau
nilai dari vector tersebut, sedangkan tandah panah menyatakan arah dari vector tersebut. Arah vector dapat
dinyatakan dengan arah mata angin dan busur derajat. Bila menggunakan arah mata angin, maka arah utara
pada umumnya selalu digambarkan ke atas pada bidang kertas dan ke kanan adalah timur. Sedangkan bila
menggunakan busur derajat, arah kanan adalah acuan merupakan titik 00.
Jawab: a. v = 2 m/s c.
– 550
a = 3 m/s2 S=4m
c. 600 d. S = 1 m 1500
Hasil penjumlahan atau pengurangan dua buah vector atau lebih dinamakan vector resultan atau sering ditulis
R.
1. Penjumlahan secara grafis/gambar
a. Metode segitiga
Metode ini hanya berlaku untuk dua vector yang tidak segaris. Caranya: gambarkan vector pertama
sesuai dengan aslinya baik ukuran maupun arahnya, kemudian gambarkan vector kedua sesuai
dengan aslinya tetapi pangkal vector kedua harus ditempatkan di ujung vector pertama. Lalu tarik
garis dari pangkal vector pertama ke ujung vector kedua; itulah hasil penjumlahan dari vector
pertama dan vector kedua. Dinamakan metode segitiga segitiga karena gambar yang dihasilkan
berbentuk segitiga.
Contoh 10: Digambarkan dua buah vector perpidahan A dan B, tentukan:
a. A + B = R1
b. B + A = R2 A B
c. A – B = R3
d. B – A = R4
Jawab: a. A + B = R1 b. B + A = R2 A
R1 B B
R2
Praktis Belajar Fisika 1
BAB 1: BESARAN DAN SATUAN
A
c. A – B = R3 d. B – A = R4
A –A
R3 –B R4 B
b. Metode Poligon
Metode polygon dapat digunakan untuk menjumlahkan bebrapa vector (≥ 3 𝑣𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟). Caranya;
gambarkan vector pertama sesuai dengan aslinya baik ukuran maupun arahnya, kemudian
gambarkan vector kedua sesuai dengan aslinya tetapi pangkal vector kedua harus ditempatkan di
ujung vector pertama, kemudian lakukan juga untuk vector ketiga dan sterusnya. Lalu tarik garis
dari pangkal vector pertama ke ujung vector terakhir; itulah hasil penjumlahan dari vector pertama
sampai dengan vector terakhir. Dinamakan metode polygon karena menghasilkan gambar yang
memiliki banyak segi.
Jawab: a. A + B + C + D = R1 b. A + B – C + D = R2
B –C
D C A
D
R1 R2
B
A
Gambar 9: Jawaban contoh 11
Arah resultan R terhadap vector B ditentukan dengan aturan sinus pada segitiga sembarang. Pandang
segitiga OPQ dan diperbesar; anggap antara OQ dengan OP terdapat sudut α yang tak
lain adalah sudut antara R dengan vector B yang menyatakan arah vector.
Q Pada segitiga OPQ berlaku:
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑂𝑃 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑃𝑄 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑂𝑄
∅ = =
sin ∅ sin 𝛼 sin 𝛾
𝐵 𝐴 𝑅 𝐴 𝑅
R A sin ∅
= sin 𝛼 = sin 𝛾; gunakan sin 𝛼 = sin 𝛾
dengan aturan sinus pada sudut tumpul didapat
α 𝛾 β sin 𝜸 = sin β sehingga arah resultan R terhadap
𝐴 𝑅
O B P vector B dapat dicari dengan: =
sin 𝛼 sin β
𝑨
Gambar 11: Aturan sin pada Atau 𝐬𝐢𝐧 𝜶 = 𝑹
𝐬𝐢𝐧 𝜷
segitiga sembarang
A A
β B–A =R O B
B –A R
Contoh 12: Dua buah vector gaya masing-masing A = 5 N tepat pada sumbu X dan B = 5 N, 53o di
atas sumbu X. Tentukan besar dan arah resultan dari: a. A + B dan b. A – B
Latih 10: Dua buah vector gaya masing-masing F1 dan F2 memiliki nilai sama besar yaitu 4 N bekerja
pada satu titik kerja yang keduanya mengapit sudut terkecil 1200 satu sama lain. Bila F1 Kearah
timur, Tentukan besar dan arah dari: a. R1= F1 + F2 b. R2= F1 – F2
Gambar 14: Vektor dan Komponennya 𝑩 = √𝑩𝟐𝑿 + 𝑩𝟐𝒀 dan arah vector B ditentukan
𝑩𝒀 𝑩𝒀
dengan 𝐭𝐚𝐧 𝜷 = atau 𝜷 = 𝐭𝐚𝐧−𝟏 .
𝑩𝑿 𝑩𝑿
Jawab: Diketahui v = 5 m/s, β = 1430 terhadap sumbu X+ atau 370 di atas sumbu X – .
Jawab: S = √𝑺𝟐𝑿 + 𝑺𝟐𝒀 = √(– 𝟒√𝟑)𝟐 + (– 𝟒 )𝟐 = √𝟒𝟖 + 𝟏𝟔 = √𝟔𝟒 = 8 m, dilihat dari nilai
b. Tentukan besar dan arah vector yang komponen-komponennya diketahui berikut ini:
1. Komponen pada sumbu X; FX = 4 N dan komponen pada sumbu Y; FY = 4 N.
2. Komponen pada sumbu X; FX = –2√𝟑 N dan komponen pada sumbu Y; FY = 2 N.
3. Komponen pada sumbu X; FX = –3√𝟐 N dan komponen pada sumbu Y; FY = –3√𝟐 N.
3. Gambarkan vektor RX pada sumbu X, dan vector RY pada sumbu Y sesuai dengan nilainya. Bila RX
negative, maka digambar mengarah sumbu X negative atau ke kiri dan sebaliknya; demikian juga
halnya untuk vector RY.
4. Hitunglah besar resultan R dengan Teori Phytagoras 𝑹 = √𝑹𝟐𝑿 + 𝑹𝟐𝒀
𝑹
5. Tentukan arah resultan R terhadap sumbu X menggunakan 𝐭𝐚𝐧 𝛂 = 𝑹𝒀 atau
𝑿
𝑹𝒀
𝜶 = 𝐭𝐚𝐧−𝟏 𝑹𝑿
anggap resultan R membentuk sudut 𝛂 terhadap sumbu X.
Contoh 15: Bila tiga buah vector gaya bekerja pada satu titik dengan besar dan arah masing-
masing : Vektor A = 15 N, 370, vector B = 10 N, 1270, vector C = 25 N, 2700.
Tentukan besar dan arah resultan dari ketiga vector gaya tersebut, R = A + B + C
Jawab: Dengan menggunakan tabel diperoleh:
Tabel 5: Jawaban contoh 15.
Vektor Sudut β Komponen pd Sumbu X Komponen pd Sumbu Y
terhadap X+
A = 15 N Β = 370 B cos 370 = 15 x 4/5 = 12 N B sin 370 = 15 x 3/5 = 9 N
B = 10 N Β = 1270 0 0
B cos 127 = – B cos 53 = – 6 N B sin 1270 = B sin 530 = 8 N
C = 23 N Β = 2700 B cos 2700 = 0 B sin 2700 = – 25 N
Jumlah RX = 6 N Jumlah RY = – 8 N
RX = 6 N
α 𝑹 = √𝑹𝟐𝑿 + 𝑹𝟐𝒀
R 𝑹 = √𝟔𝟐 + (– 𝟖)𝟐
RY = – 8 N 𝑹 = √𝟑𝟔 + 𝟔𝟒 = √𝟏𝟎𝟎 = 𝟏𝟎 𝑵
Gambar 17: Jawaban contoh 15
𝑺 –𝟖 –𝟒
𝐭𝐚𝐧 𝛂 = 𝑺𝒀 = 𝟔
= 𝟑 𝛂 = 𝟓𝟑𝟎
𝑿
Contoh 16: Bila 1 kotak pada grafik sama dengan besar gaya 5 Newton, tentukan besar
resultan dari dua gaya berikut:
Latih 12: 1. Sastrio melakukan perjalanan 2 km ke utara, kemudian berbelok ke timur sejauh 5 km,
kemudian berbelok kearah 530 utara dari timur sejauh 5 km. Tentukan besar dan arah
perpindahan seluruh perjalanan satrio terhadap titik berangkatnya. ( tan 530 = 4/3).
2. Selesaikan penjumlahan tiga vector gaya berikut; anggap 1 kotak mewakili 4 N.
F1
F3
F2