Anda di halaman 1dari 12

BAB 1: BESARAN DAN SATUAN

Besaran dan Satuan

Besaran dikelompokkan sebagai besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok merupakan besaran yang
sudah ditentukan satuannya, sedangkan besaran turunan merupakan besaran yang satuannya dapat ditentukan
dari satuan besaran pokok penyusunnya.

Tabel 1. Tujuh Besaran Pokok


Besaran Pokok Satuan Lambang Satuan Dimensi
Panjang Meter m [L]
Massa Killogram Kg [M]
Waktu Sekon S [T]
Suhu Kelvin K [Θ]
Kuat Arus Listrik Ampere A [I]
Intensitas Cahaya Kandela Cd [J]
Jumlah Zat Molekul Mole [N]

Tabel 2. Beberapa Contoh Besaran Turunan


Besaran Turunan Satuan Lambang Satuan Dimensi
Luas Meter persegi m2 [L]2
Volume Meter kubik m3 [L]3
Kecepatan Meter per sekon m s–1 [L][T] –1
Percepatan Meter persekon kuadrat m s–2 [L][T] –2
Gaya Newton Kg m s–2 [M][L][T] –2
Usaha Joule Kg m2 s–2 [M][L]2[T] –2
Energi Kinetik Joule Kg m2 s–2 [M][L]2[T] –2

Menurunkan Dimensi Besaran Turunan

Untuk memudahkan peurunan dimensi besaran turunan, maka haruslah ingat besaran pokok yang menyusun
besaran turunan tersebut. Atau boleh juga mengingat satuannya.

Contoh 1: Turunkan dimensi dari besaran: a. Volume b. Kecepatan c. Massa Jenis d. Berat

Jawab: a. Dimensi Volume; misalkan volume sebuah balok.


Rumus Volume V = panjang x lebar x tinggi
Secara dimensi ditulis [V] =[L][L][L] = [L]3
Atau dapat juga diturunkan dari satuannya.
Satuan Volume V = m x m x m = m3, karena dimensi satuan m adalah [L];
maka dimensi Volume yang bersatuan m3 adalah [L]3
b. Dimensi kecepatan.
𝐒 𝐏𝐞𝐫𝐩𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡𝐚𝐧 [𝐋]
Rumus kecepatan 𝐯 = 𝐭 = 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮
; dimensinya [𝐓] = [L][T ] –1
c. Dimensi Massa Jenis.
𝐦 𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 [𝐌]
Rumus massa jenis 𝛒 = 𝐕
= 𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞; dimensinya [𝐋]𝟑 = [M][L] –3
d. Dimaensi Berat
Rumus Berat w = m g = massa kali percepatan gravitasi; dimensinya M L T–2

Latih 1: Turunkan dimensi besaran-besaran :


a. Percepatan, Percepatan merupakan perubahan kecepatan persatuan waktu.
b. Gaya, Gaya merupakan perkalian antara massa benda dengan percepatannya.
c. Usaha, Usaha merupakan perkalian antara gaya dengan perpindahan benda.
d. Energi; misalnya energy Kinetik EK = ½ kali massa kali kuadrat kecepatan benda.
e. Daya, Daya merupakan energy persatuan waktu.

Praktis Belajar Fisika 1


BAB 1: BESARAN DAN SATUAN
Kegunaan Dimensi

Dimensi dapat digunakan untuk :


1. Menentukan suatu persamaan pasti salah atau mungkin benar. Sebuah persamaan dikatakan mungkin
benar bila dimensi ruas kiri sama dengan dimensi ruas kanan, dan dipastikan salah apabila dimensi ruas
kiri tidak sama dengan dimensi ruas kanan.
2. Menentukan kesetaraan dua buah besaran. Dua buah besaran dikatakan setara apabila memiliki
dimensi yang sama.
3. Membuat persamaan yang pasti salah menjadi mungkin benar, atau menurunkan suatu persamaan bila
besaran-besaran yang diperlukan diketahui.

𝐦
Contoh 2: Selidikilah persamaan percepatan ini; mungkin benar atau pasti salah 𝐚 = 𝐅 ; dimana a adalah
percepatan, m adalah massa, dan F adalah gaya.
𝐦 𝐦 [𝐌]
Jawab: Persamaan 𝐚 = 𝐅 ; dimensi a = [L][T] –2, sedangkan dimenis 𝐅
= [𝐌][𝐋][𝐓]−𝟐 = [L] –1[T]2, Karena
𝐦
dimensi ruas kiri tidak sama dengan dimensi ruas kanan, maka persaman 𝐚 = 𝐅
pasti salah.

Contoh 3: Lanjutan contoh 2, memanfaatkan kegunaan dimensi yang ketiga.


𝐦
Membuat persamaan 𝐚 = yang pasti salah menjadi mungkin benar.
𝐅
𝐦 𝐦𝐱
Jawab: Persamaan 𝐚 = 𝐅 ditulis menjadi 𝐚 = 𝐅 𝐲 atau 𝐚 = 𝒎𝒙 𝑭−𝒚 kemudian tuliskan dimensinya
untuk kedua ruas [L T –2] = [M]x[M L T –2] –y
[L T –2] = [M]x[M–y L–y T2y]
[M L T ] = [Mx–y L–y T2y]
0 1 –2
L1 = L–y , maka y = -1
M0= Mx–y maka x = y = -1
𝐦𝐱
Dengan mensubstitusikan nilai x dan y yang diperoleh ke persamaan 𝐚 = 𝐅𝐲
maka di dapat
𝐅
Persamaan 𝐚 = 𝐦

Contoh 4: Besar gaya sentripetal pada sebuah benda yang mengalami gerak melingkar dipengaruhi oleh
massa benda m, jari-jari putaran r, dan kecepatan liniernya v. Turunkan rumus gaya sentripetal
tersebut.
Jawab: F = k mx vy rz, k merupakan konstanta tak berdimensi.
[M L T–2] = k Mx [L T–1]y [L]z
[M L T–2] = k Mx Ly T–y Lz
T –2 = T –y, didapat y = 2
[M L T–2] = k Mx Ly+z T–y
M = Mx x=1
L = Ly+z 1=y+z 1=2+z z = -1
𝒎 𝒗𝟐
Sehingga persamaan gaya sentripetal 𝑭 = 𝒌
𝒓

Latih 2: Selidikilah persamaan berikut, kemudian nyatakan pasti salah atau mungkin benar.
a. S = ½ a t; dimana a adalah percepatan, S adalah perpindahan dan t adalah waktu.
b. p = m v2; dimana p adalah momentum ( kg m s–1), m adalah massa, dan v adalah kecepatan.
𝑭
c. 𝑷 = 𝑨; dimana P adalah Tekanan ( N m–2), F adalah gaya (N) dan A adalah luas permukaan
(m2).
d. EP = m g h; dimana EP adalah energy potensial (Joule), m adalah massa benda (kg), g adalah
percepatan gravitasi (m s–2) dan h adalah ketinggian (m).

Latih 3: Selidikilah pasangan besaran-besaran berikut, kemudian nyatakan apakah kedua besaran setara
atau tidak setara.
a. Gaya F = m a dengan berat w = m g; dimana m adalah massa, a adalah percepatan dan g
adalah percepatan gravitasi.
b. Momentum p = m v dengan Impuls I = F ∆𝒕; dimana F adalah gaya, ∆𝑡 adalah perubahan
waktu, m adalah massa dan v adalah kecepatan.
𝒎 𝒘
c. Massa Jenis 𝝆 = 𝑽 dengan berat jenis 𝑩𝑱 = 𝑽 ; dimana m adalah massa, w adalah berat dan
V adalah volume.

Praktis Belajar Fisika 1


BAB 1: BESARAN DAN SATUAN
Latih 4: Turunkan persamaan/rumus untuk kasus-kasus berikut:
a. Kecepatan v sebuah benda saat tiba di tanah yang jatuh secara bebas besarnya dipengaruhi
ketinngian awal benda h0 dan percepatan gravitasi g di suatu tempat. 𝒗 = 𝒈𝑿 𝐡𝟎 𝒀
b. Kecepatan v sebuah benda yang bergerak tergantung perpindahan S dan waktu tempuhnya t.
𝒗 = 𝑺𝑿 𝒕𝒀
c. Perpindahan S sebuah benda yang bergerak dengan percepatan tetap tergantung pada
percepatannya a dan waktu tempuhnya t. . 𝑺 = 𝒌 𝒂𝑿 𝒕𝒀 , k merupakan konstanta tak
berdimensi.

Pengukuran

a. Pengukuran Panjang
Alat ukur panjang meliputi : Meteran = Mistar, Jangka Sorong, Mikrometer sekrup.
1. Meteran = mistar
Mistar memiliki skala terkecil atau ketelitian 1 mm = 0,1 cm, dengan ketidak pastian setengah dari skala
terkecil yaitu ½ x 0,1 cm = 0,05 cm. Misalkan mengukur panjang suatu benda diperoleh 3,5 cm, maka hasil
pengukuran panjang suatu benda ini ditampilkan/dilaporkan lengkap dengan ketidakpastiannya ditulis
l = (3,50 ± 0,05) cm.

2. Jangka Sorong
Jangka Sorong memiliki skala utama dan skala nonius. Ketelitian yang dimiliki jangka sorong mencapai
0,1 mm atau 0,01 cm. Dengan demikian ketidakpastiannya ½ x 0,1 = 0,05 mm = 0,005 cm. Jadi jangka
sorong memiliki ketelitian hasil pengukuran yang lebih jika dibandingkan dengan mistar. Pembacaan
skala hasil pengukuran menggunakan jangka sorong meliputi pembacaan skala utama dan skala nonius.
Pembacaan skala utama dengan melihat letak Nol nya nonius, itu merupakan hasil pengukuran. Untuk
nonius dengan 10 goresan, perhatikan skala nonius yang berhimpit dengan skala utama lalu kalikan
dengan 0,01 cm. Kemudian jumlahkan hasil pembacaan kedua skala tersebut.
Skala nonius berhimpit dengan skala utama
0 1 2 cm
Skala utama
Nonius
0 5 10
Gambar 1: Penggunaan Jangka Sorong.

Berdasarkan hasil pengukuran gambar 1 di atas, dipeoleh:


Pembacaan skala utama = 0,90 cm ( karena 0 (Nol) nonius berada di antara 9 mm dan 10 mm).
Pembacaan skala nonius yang berhimpit dengan skala utama adalah 9. Maka skala 9 ini dikalikan dengan
0,01 cm. Sehingga skala nonius menghasilkan = 9 x 0,01 cm = 0,09 cm. Jumlahkan hasil pembacaan
kedua skala diperoleh:
Hasil = skala utama + skala nonius = 0,90 cm + 0,09 cm = 0,99 cm.
Bila dilaporkan lengkap dengan ketidakpastiannya menjadi l = (0,990 ± 0,005) cm.
Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur:
- Diameter dalam sebuah tabung, mur
- Diameter luar sebuah tabung, mur
- Kedalaman tabung

3. Mikrometer Sekrup
Mikrometer Sekrup memiliki ketelitian sampai 0,01 mm atau 0,001 cm. Dalam penggunaanya micrometer
sering menggunakan satuan mm. Pada saat pengukuran menggunakan micrometer sekrup perlu
diperhatiak skala utam dan skala noniusnya. Skala utama memiliki panjang 2,5 cm, sedangkan skala
nonius memilki 50 goresan pad selubung yang dapat berputar. Ketidakpastian yang dimiliki 0,005 mm.
Skala utama (mm) Nonius Dari gambar di samping, dapat dilihat
0 pada skala utama menunjukkan 2,5 mm
50 lebih, maka hasil pembacaan skala utama
Ditulis 2,50 mm. Sedangkan skala nonius
45 yang berhimpit dengan garis mendatar
Gambar 2: Penggunaan micrometer sekrup. Pada selubung skala utama adalah 48.
Untuk skala nonius hasil bacaan dikalikan
dengan 0,01 mm sehingga diperoleh 0,48 mm. Maka hasil pengukuran berdasarkan gambar 2 dapat
dinyatakan l = 2,50 mm + 0,48 mm = 2,98 mm. Bila dituliskan lengkap dengan ketidakpastiannya maka
diperoleh l = (2,980 ± 0,005) mm.

Praktis Belajar Fisika 1


BAB 1: BESARAN DAN SATUAN
b. Pengukuran waktu
Pada umumya, waktu diukur dengan menggunakan Jam dan Stop Watch baik digital maupun yang manual.
Atau dapat juga menggunakan jam tangan. Pada era sekarang ini fasilitas Stop Watch juga terdapat dalam
HP (Hand Phone). Kesetaraan waktu yang perlu diketahui bahwa: 1 Jam = 60 menit.
1 Menit = 60 sekon.
1 Jam = 3600 sekon.
c. Pengukuran Massa Benda
Massa sebuah benda tidak dapat berubah di manapun berada, karena tempat tidak mempengaruhi besaran
massa. Alat yang digunakan untuk mengukur besaran massa adalah neraca, baik neraca pegas ataupun
Neraca Ohaus (timbangan berlengan). Neraca memiliki skala ketelitian yang berbeda-beda tergantung akan
digunakan untuk mengukur massa benda jenis apa. Misalnya; timbangan duduk untuk mengukur massa satu
karung beras tidak sama ketelitiannya dengan neraca yang digunakan untuk menimbang emas oleh
pedagang emas.

d. Pengukuran Besaran listrik


Alat ukur listrik meliputi pengukur Arus listrik, Tegangan listrik dan Hambatan listrik. Ketiga macam
besaran listrik tersebut dapat diukur dengan satu alat yang diberi nama multitester atau multimeter yang
dapat berfungsi sebagai Ampermeter untuk mengukur arus listrik, berfungsi sebagai Voltmeter untuk
mengukur tegangan listrik, dan Ohmmeter digunakan untuk mengukur hambatan listrik.

Konversi Satuan

Konversi satuan diperlukan ketika penyelesaian soal yang satuannya tidak menggunakan system satuan yang
sama; misalnya besaran tertentu menggunakan system satuan MKS sedangkan besaran yang lain menggunakan
system satuan CGS. Dasar konversi satuan adalah tangga satuan dari milli(m) hingga hekto(h).
Contoh 5: a. 1 km = …. m 1 cm = …. m 1 m = …. cm 1 menit =…s
2 2 3 3
b. 1 m = ….cm 1 cm =…. m 1 g = …. Kg 1 s = …. jam
𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑔 𝑚 𝑘𝑚 𝑘𝑚 𝑚
c. 1 𝑐𝑚3 = …..𝑚3 800𝑚3 = …..𝑐𝑚3 20 𝑠 = …. 𝑗𝑎𝑚 18 𝑗𝑎𝑚 = …. 𝑠

Jawab: a. 1 km = 1000 m = 1 x 103 m 1 cm = 0,01 m = 1 x 10–2 m


1 m = 100 cm 1 menit = 60 s
b. 1 m2= 1002 cm2 = 10000 cm2 = 1 x 104 cm2 1 cm3= 0,013 m3 = 0,000001 = 1 x 10–6 m3
1
1 g = 0,001 kg = 1 x 10-3 kg 1 s = 3600 jam
𝑔 0,001 𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔 800000 𝑔 𝑔
c. 1 𝑐𝑚3 = 0,000001 𝑚3
= 1000 𝑚3
800𝑚3 = 1000000 𝑐𝑚3 = 0,8 𝑐𝑚3
𝑚 20 𝑋 0,001 𝑘𝑚 𝑘𝑚 𝑘𝑚 18 𝑥 1000 𝑚 𝑚
20 = 1 = 72 18 = =5
𝑠 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚 3600 𝑠 𝑠
3600

Latih 5: Selesaikan konversi satuan berikut:


a. (i). 4 km = …. m (ii). 20 cm = …. m (iii). 5 m = …. cm (iv). 5 menit =…s
2 2
b. (i). 40 m = ….cm (ii). 40 cm3=…. m3 (iii). 3 g = …. Kg (iv). 30 s = …. jam
𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑔 𝑚 𝑘𝑚 𝑘𝑚 𝑚
c. (i). 20𝑐𝑚3 = …..𝑚3 (ii). 400𝑚3 = …..𝑐𝑚3 (iii). 2 𝑠
= …. 𝑗𝑎𝑚 (iv). 108 𝑗𝑎𝑚 = …. 𝑠

Tabel 3: Awalan yang sering digunakan dalam fisika


Lambang Sebutan Sebutan Angka = Lambang bilangan Bentuk baku = Notasi Ilmiah
m milli 0,001 1,0 x 10–3
µ mikro 0,000 001 1,0 x 10–6
n nano 0,000 000 001 1,0 x 10–9
p piki 0,000 000 000 001 1,0 x 10–12
K Killo 1000 1,0 x 103
M Mega 1000 000 1,0 x 106
G Giga 1000 000 000 1,0 x 109

Contoh 6: 2 mm = 2 millimeter = 2 x 10–3 meter 6 µs = 6 mikrosekon = 6,0 x 10–6 sekon


8 MW= 8 megawatt = 8,0 x 106 watt 5 pF = 5 pikofarad = 5,0 x 10–12 Farad

Latih 6: 1. Nyatakan bilangan berikut kedalam bentuk baku/notasi ilmiah:


a. 23000 m d. 0,000024 kW
b. 34569 m e. 30000 watt
c. 0,0045 km f. 27500 Joule
Praktis Belajar Fisika 1
BAB 1: BESARAN DAN SATUAN

2. Nyatakan bentuk baku/notasi ilmiah berikut ke dalam notasi biasa:


a. 2,50 x 104 kg d. 2,30 x 10–3 km
6
b. 4,567 x 10 sekon e. 4,5 x 10–6 menit
c. 2,03 x 103 gram f. 3,45 x 10–2 cm

Konsep Dasar Trigonometri Yang Sering Digunakan dalam Fisika

1. Pada segitiga siku-siku berlaku;


𝒔𝒊𝒔𝒊 𝒅𝒆𝒑𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒅𝒖𝒕 𝒔𝒊𝒔𝒊 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒊𝒏𝒈 𝒔𝒖𝒅𝒖𝒕 𝒔𝒊𝒔𝒊 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒊𝒏𝒈 𝒔𝒖𝒅𝒖𝒕
𝐬𝐢𝐧 𝒔𝒖𝒅𝒖𝒕 = 𝒔𝒊𝒔𝒊 𝒎𝒊𝒓𝒊𝒏𝒈
, 𝐜𝐨𝐬 𝒔𝒖𝒅𝒖𝒕 = 𝒔𝒊𝒔𝒊 𝒎𝒊𝒓𝒊𝒏𝒈
, 𝐭𝐚𝐧 𝒔𝒖𝒅𝒖𝒕 = 𝒔𝒊𝒔𝒊 𝒎𝒊𝒓𝒊𝒏𝒈
C Pada segitiga siku-siku di samping berlaku:
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝐴𝐵
α sin α = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝐴𝐶
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝐵𝐶
cos α = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝐴𝐶
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝐴𝐵
A B tan α = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝐶𝐵
Gambar 1: Penerapan sinus, cosines, dan tangent pada segitiga siku-siku

Contoh 7: Hitung nilai sin, cos, dan tan dari sudut α pada segitiga sikuk-siku di bawah ini.
A Jika sisi AB = 3 cm dan sisi AC = 5 cm.

Jawab: Dengan menggunakan Teorema Phytagoras


α hitung dahulu sisi BC akan didapat 4 cm;
3 4
B C sehingga: sin α = , cos α = ,
5 5
Gambar 2: Segitiga siku-siku dan tan α = ¾

2. Pada segitiga sembarang


Pada segitiga ABC sembarang di samping, berlaku:
A
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝐴𝐵 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝐵𝐶 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝐴𝐶
= =
α sin 𝛽 sin 𝛼 sin 𝛾

𝛾
β
B C
Gambar 3: Segitiga Sembarang

3. Perhitungan sudut pada sumbu koordinat selalu dimulai dari sumbu X+ sebagai titik acuan 0o.
Besar sudut positif dihitung beralawan arah jarum jam, jika searah jarum jam, maka sudut yang terukur
bernilai negative. Y

+
Gambar 4: Aturan pengukuran
Sudut X = 0o

Contoh 8: 60o digambarkan – 45o digambarkan


60o
– 45o

4. Untuk sudut tumpul ( 90o < θ < 180o)


Sin sudut tumpul = sin sudut pelurusnya.
Praktis Belajar Fisika 1
BAB 1: BESARAN DAN SATUAN
sin θ = sin ( 180 – α) α θ 00
= sin α
Gambar 5: Aturan Pada sudut Tumpul ( 90o < θ < 180o)

Vektor

Konsep pengelompokan besaran selain mengenal besaran pokok dan besaran turunan, sebenarnya masih ada
pengelompokan lain yaitu besara vektor dan besara skalar. Yang termasuk besaran scalar misalnya; massa,
waktu, jarak dll. Sedangkan yang termasuk besaran vector antara lain; kecepatan, berat, percepatan dll. Yang
membedakan dari keduanya adalah hal yang dimiliknya. Besaran scalar hanya memiliki nilai saja, sedangkan
besaran vector selain memiliki nilai juga memiliki arah.

Menggambarkan/ Menyatakan sebuah Vektor

Sebuah vector digambarkan dengan sebuah anak panah; dimana panjang anak panah menyatakan besar atau
nilai dari vector tersebut, sedangkan tandah panah menyatakan arah dari vector tersebut. Arah vector dapat
dinyatakan dengan arah mata angin dan busur derajat. Bila menggunakan arah mata angin, maka arah utara
pada umumnya selalu digambarkan ke atas pada bidang kertas dan ke kanan adalah timur. Sedangkan bila
menggunakan busur derajat, arah kanan adalah acuan merupakan titik 00.

Contoh 9: Gambarkan vector-vektor berikut:


a. Vector kececepatan 2 m/s ke Barat c. vector perpindahan 4 m – 550
b. Vector percepatan 3 m/s2 600 utara dari timur d. vector perpindahan 1 m 1500

Jawab: a. v = 2 m/s c.
– 550
a = 3 m/s2 S=4m

c. 600 d. S = 1 m 1500

Gambar 6: Jawaban contoh 9


Latih 7: Gambarkan vector-vektor berikut:
a. Vektor kecepatan v = 20 m/s, 530 d. Vektor perpindahan S= 10 m, –530
b. Vector gaya F = 4 N, 2700 e. Vektor kecepatan v = 20 m/s, 2100
2 0
c. Vektor percepatan a = 2 m/s , 143 f. Vektor kecepatan v = 10 m/s, ke barat

Penjumlahan dan atau Vektor

Hasil penjumlahan atau pengurangan dua buah vector atau lebih dinamakan vector resultan atau sering ditulis
R.
1. Penjumlahan secara grafis/gambar
a. Metode segitiga
Metode ini hanya berlaku untuk dua vector yang tidak segaris. Caranya: gambarkan vector pertama
sesuai dengan aslinya baik ukuran maupun arahnya, kemudian gambarkan vector kedua sesuai
dengan aslinya tetapi pangkal vector kedua harus ditempatkan di ujung vector pertama. Lalu tarik
garis dari pangkal vector pertama ke ujung vector kedua; itulah hasil penjumlahan dari vector
pertama dan vector kedua. Dinamakan metode segitiga segitiga karena gambar yang dihasilkan
berbentuk segitiga.
Contoh 10: Digambarkan dua buah vector perpidahan A dan B, tentukan:
a. A + B = R1
b. B + A = R2 A B
c. A – B = R3
d. B – A = R4
Jawab: a. A + B = R1 b. B + A = R2 A
R1 B B
R2
Praktis Belajar Fisika 1
BAB 1: BESARAN DAN SATUAN
A

c. A – B = R3 d. B – A = R4
A –A
R3 –B R4 B

Gambar 7: Jawaban contoh 10

Latih 8: Digambarkan vector-vektor A, B, C dan D seperti gambar. Dengan menggunakan metode


segitiga gambarkan resultan dari:
a. R1= A + B
A B b. R2= A + C
c. R3= D + B
C D d. R4= C + A
e. R5= D + C
Gambar 8: Vektor-vektor soal latih 8

b. Metode Poligon
Metode polygon dapat digunakan untuk menjumlahkan bebrapa vector (≥ 3 𝑣𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟). Caranya;
gambarkan vector pertama sesuai dengan aslinya baik ukuran maupun arahnya, kemudian
gambarkan vector kedua sesuai dengan aslinya tetapi pangkal vector kedua harus ditempatkan di
ujung vector pertama, kemudian lakukan juga untuk vector ketiga dan sterusnya. Lalu tarik garis
dari pangkal vector pertama ke ujung vector terakhir; itulah hasil penjumlahan dari vector pertama
sampai dengan vector terakhir. Dinamakan metode polygon karena menghasilkan gambar yang
memiliki banyak segi.

Contoh 11: Diketahui vector A , B, C , dan D seperti gambar. Tentukan:


a. A + B+ C + D = R1
b. A + B – C + D = R2 A B C D

Jawab: a. A + B + C + D = R1 b. A + B – C + D = R2
B –C
D C A
D
R1 R2
B
A
Gambar 9: Jawaban contoh 11

Latih 9: Digambarkan vector-vektor A, B, C dan D seperti gambar. Dengan menggunakan metode


Polygon gambarkan resultan dari:
a. R1= B + A + C
A B b. R2= A + B + D
c. R3= C + D + B
C D d. R4= D – B + A
e. R5= D + C – A + B
Gambar 10: Vektor-vektor soal latih 9

2. Penjumlahan Secara analisis

a. Menggunakan Rumus Cosinus


Menentukan besar hasil penjumlahan dari dua vector dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
cosinus. Misalkan antara vector A dan B terdapat sudut β, maka besar resultan hasil penjumlahan
vector A dan B dapat dituliskan 𝑹 = √𝑨𝟐 + 𝑩𝟐 + 𝟐 𝑨 𝑩 𝑪𝒐𝒔𝜷 , dimana R merupakan diagonal
panjang pada jajaran genjang yang terbentuk dari kedua vector A dan B.

Praktis Belajar Fisika 1


BAB 1: BESARAN DAN SATUAN
A Q
β A+B=R R
B O P
Gambar 10: Metode Cosinus untuk penjumlahan dua vector

Arah resultan R terhadap vector B ditentukan dengan aturan sinus pada segitiga sembarang. Pandang
segitiga OPQ dan diperbesar; anggap antara OQ dengan OP terdapat sudut α yang tak
lain adalah sudut antara R dengan vector B yang menyatakan arah vector.
Q Pada segitiga OPQ berlaku:
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑂𝑃 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑃𝑄 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑂𝑄
∅ = =
sin ∅ sin 𝛼 sin 𝛾
𝐵 𝐴 𝑅 𝐴 𝑅
R A sin ∅
= sin 𝛼 = sin 𝛾; gunakan sin 𝛼 = sin 𝛾
dengan aturan sinus pada sudut tumpul didapat
α 𝛾 β sin 𝜸 = sin β sehingga arah resultan R terhadap
𝐴 𝑅
O B P vector B dapat dicari dengan: =
sin 𝛼 sin β
𝑨
Gambar 11: Aturan sin pada Atau 𝐬𝐢𝐧 𝜶 = 𝑹
𝐬𝐢𝐧 𝜷
segitiga sembarang

Sedangkan hasil pengurangan vector A dan B dapat dituliskan 𝑹 = √𝑨𝟐 + 𝑩𝟐 − 𝟐 𝑨 𝑩 𝑪𝒐𝒔𝜷

A A
β B–A =R O B
B –A R

Gambar 12: Metode Cosinus untuk pengurangan vektor

Contoh 12: Dua buah vector gaya masing-masing A = 5 N tepat pada sumbu X dan B = 5 N, 53o di
atas sumbu X. Tentukan besar dan arah resultan dari: a. A + B dan b. A – B

Jawab: Diketahui A = 5 N, B = 5 N, dan 𝜷 = 530


a. A + B = 𝑹 = √𝑨𝟐 + 𝑩𝟐 + 𝟐 𝑨 𝑩 𝑪𝒐𝒔𝜷 B R B
0
= 𝑹 = √𝟓𝟐 + 𝟓𝟐 + 𝟐. 𝟓. 𝟓 𝑪𝒐𝒔530 53 𝛼
𝟑
= 𝑹 = √𝟐𝟓 + 𝟐𝟓 + 𝟐. 𝟓. 𝟓 𝟓
A

= 𝑹 = √𝟖𝟎 = 𝟒√𝟓 N Gambar 13.a: Jawaban contoh 12.a


𝑩 𝟓 𝟓 𝟒
Arah R ditentukan dengan 𝐬𝐢𝐧 𝜶 = 𝑹
𝐬𝐢𝐧 𝜷 = 𝐬𝐢𝐧 530 =
𝟒√𝟓 𝟒√𝟓 𝟓
𝟏
= 𝟓
√𝟓
𝟏
𝜶 = 𝐬𝐢𝐧−𝟏 𝟓 √𝟓 → 𝜶 = 𝟐𝟕𝟎
(kalkulator)
b. A – B = 𝑹 = √𝑨𝟐 + 𝑩𝟐 − 𝟐 𝑨 𝑩 𝑪𝒐𝒔𝜷 A
= 𝑹 = √𝟓𝟐 + 𝟓𝟐 − 𝟐. 𝟓. 𝟓 𝑪𝒐𝒔530 –B 𝜶 –B
𝟑
= 𝑹 = √𝟓𝟐 + 𝟓𝟐 − 𝟐. 𝟓. 𝟓 𝟓
R

= 𝑹 = √𝟐𝟎 = 𝟐√𝟓 N Gambar 13.b: Jawaban contoh 12.b


𝑩 𝟓 𝟓 𝟒
Arah R ditentukan dengan 𝐬𝐢𝐧 𝜶 = 𝐬𝐢𝐧 𝜷 = 𝐬𝐢𝐧 530 =
𝑹 𝟐√𝟓 𝟐√𝟓 𝟓
𝟐
= 𝟓
√𝟓
𝟐
𝜶 = 𝐬𝐢𝐧−𝟏 𝟓 √𝟓 →𝜶 = 𝟔𝟑𝟎

Praktis Belajar Fisika 1


BAB 1: BESARAN DAN SATUAN
(kalkulator)

Latih 10: Dua buah vector gaya masing-masing F1 dan F2 memiliki nilai sama besar yaitu 4 N bekerja
pada satu titik kerja yang keduanya mengapit sudut terkecil 1200 satu sama lain. Bila F1 Kearah
timur, Tentukan besar dan arah dari: a. R1= F1 + F2 b. R2= F1 – F2

b. Menggunakan Komponen Vektor


Komponen vector merupakan penyusun sebuah vector. Bila vector berada pada bidang XY (dua
dimensi), maka komponennya berada pada sumbu X dan Y. Bila vector berada dalam ruang (tiga
dimensi), maka komponennya berada pada sumbu X, Y dan Z. Untuk pembahasan selanjutnya
dibatasi khusus vector yang berada pada bidang XY saja. Misalkan kita memiliki sebuah vector B
membentuk sudut β terhadap sumbu X, maka vector B dapat terurai menjadi komponen-
komponennya yaitu BX pada sumbu X dan BY pada sumbu Y. Untuk mengetahui besar BX dan BY
gunakan aturan sinus dan cosines pada segitiga siku-siku.

Y Maka vector di samping akan terurai menjadi: BX dan BY


B Dengan menggunakan sinus dan cosinus
BY B didapat: BX = B cos β dan BY = B sin β
β sedangkan besar vector B dapat dihitung
X β BX menggunakan persamaan:

Gambar 14: Vektor dan Komponennya 𝑩 = √𝑩𝟐𝑿 + 𝑩𝟐𝒀 dan arah vector B ditentukan
𝑩𝒀 𝑩𝒀
dengan 𝐭𝐚𝐧 𝜷 = atau 𝜷 = 𝐭𝐚𝐧−𝟏 .
𝑩𝑿 𝑩𝑿

Contoh 13: Tentukan komponen dari vektor kecepatan v = 5 m/s, 1430.

Jawab: Diketahui v = 5 m/s, β = 1430 terhadap sumbu X+ atau 370 di atas sumbu X – .

v vX = – v cos 370 = – 5 (3/5) = – 3 m/s


VY
vY = v sin 370 = 5 (4/5) = 4 m/s
370 1430
VX
Gambar 15: Jawaban contoh 13

Contoh 14: Tentukan vektor perpindahan yang komponen-komponennya SX = – 4√𝟑 m dan


SY = – 4 m.

Jawab: S = √𝑺𝟐𝑿 + 𝑺𝟐𝒀 = √(– 𝟒√𝟑)𝟐 + (– 𝟒 )𝟐 = √𝟒𝟖 + 𝟏𝟔 = √𝟔𝟒 = 8 m, dilihat dari nilai

komponennya, SX = – 4√𝟑 m dan SY = – 4 m, dengan komponen pada sumbu X dan Y sama-


𝑺 –𝟒 𝟏
sama negatif, maka vektor S berada di kwadran III. 𝐭𝐚𝐧 𝛃 = 𝑺𝒀 = – 𝟒√𝟑 = 𝟑 √𝟑 𝛃 = 𝟑𝟎𝟎
𝑿
terhadap sumbu X di kwadran III. Jika digambar menghasilkan gambar vector sebagai berikut:
2100
SX X
0
30
S SY
Gambar 16: Jawaban contoh 14

Latih 11: a. Tentukan komponen-komponen dari vector-vektor berikut:


1. Vektor kecepatan 5 m/s, 370 di atas sumbu X negative.
2. Vektor perpindahan 20 m arah tenggara.
Praktis Belajar Fisika 1
BAB 1: BESARAN DAN SATUAN
3. Vektor gaya 6 N, 300 Utara dari timur.

b. Tentukan besar dan arah vector yang komponen-komponennya diketahui berikut ini:
1. Komponen pada sumbu X; FX = 4 N dan komponen pada sumbu Y; FY = 4 N.
2. Komponen pada sumbu X; FX = –2√𝟑 N dan komponen pada sumbu Y; FY = 2 N.
3. Komponen pada sumbu X; FX = –3√𝟐 N dan komponen pada sumbu Y; FY = –3√𝟐 N.

Langkah-langkah menyelesaikan penjumlahan vector menggunakan metode komponen:


1. Uraikan semua vector menjadi komponen-komponennya pada sumbu X dan pada sumbu Y.
Perhatikan nilai komponennya apakah Positif(+) ataukah Negatif(–).
2. Jumlahkan semua komponen pada sumbu X; hasilnya beri label RX dan juga jumlahkan
komponen pada sumbu Y; hasilnya beri label RY. Pada saat menjumlahkan hati-hati: perhatikan
nilai Positif(+) dan Negatif(–) pada langkah ke 1.

Tabel 4: Nilai Komponen-komponen Vektor.


Tempat Vektor (Kwadran) Nilai Komponen Pada Sumbu X Nilai Komponen Pada Sumbu Y
Kwadran I: β = ( 00 – 900) POSITIF(+) POSITIF(+)
Kwadran III: β = (900 –1800) NEGATIF(–) POSITIF(+)
Kwadran III: β = ( 1800 – 2700) NEGATIF(–) NEGATIF(–)
Kwadran IV: β = ( 2700 – 3600) POSITIF(+) NEGATIF(–)

3. Gambarkan vektor RX pada sumbu X, dan vector RY pada sumbu Y sesuai dengan nilainya. Bila RX
negative, maka digambar mengarah sumbu X negative atau ke kiri dan sebaliknya; demikian juga
halnya untuk vector RY.
4. Hitunglah besar resultan R dengan Teori Phytagoras 𝑹 = √𝑹𝟐𝑿 + 𝑹𝟐𝒀
𝑹
5. Tentukan arah resultan R terhadap sumbu X menggunakan 𝐭𝐚𝐧 𝛂 = 𝑹𝒀 atau
𝑿
𝑹𝒀
𝜶 = 𝐭𝐚𝐧−𝟏 𝑹𝑿
anggap resultan R membentuk sudut 𝛂 terhadap sumbu X.

Contoh 15: Bila tiga buah vector gaya bekerja pada satu titik dengan besar dan arah masing-
masing : Vektor A = 15 N, 370, vector B = 10 N, 1270, vector C = 25 N, 2700.
Tentukan besar dan arah resultan dari ketiga vector gaya tersebut, R = A + B + C
Jawab: Dengan menggunakan tabel diperoleh:
Tabel 5: Jawaban contoh 15.
Vektor Sudut β Komponen pd Sumbu X Komponen pd Sumbu Y
terhadap X+
A = 15 N Β = 370 B cos 370 = 15 x 4/5 = 12 N B sin 370 = 15 x 3/5 = 9 N
B = 10 N Β = 1270 0 0
B cos 127 = – B cos 53 = – 6 N B sin 1270 = B sin 530 = 8 N
C = 23 N Β = 2700 B cos 2700 = 0 B sin 2700 = – 25 N
Jumlah RX = 6 N Jumlah RY = – 8 N
RX = 6 N

α 𝑹 = √𝑹𝟐𝑿 + 𝑹𝟐𝒀

R 𝑹 = √𝟔𝟐 + (– 𝟖)𝟐

RY = – 8 N 𝑹 = √𝟑𝟔 + 𝟔𝟒 = √𝟏𝟎𝟎 = 𝟏𝟎 𝑵
Gambar 17: Jawaban contoh 15
𝑺 –𝟖 –𝟒
𝐭𝐚𝐧 𝛂 = 𝑺𝒀 = 𝟔
= 𝟑 𝛂 = 𝟓𝟑𝟎
𝑿

Contoh 16: Bila 1 kotak pada grafik sama dengan besar gaya 5 Newton, tentukan besar
resultan dari dua gaya berikut:

Praktis Belajar Fisika 1


BAB 1: BESARAN DAN SATUAN
Jawab: Dari grafik pada soal diperoleh bahwa: vector A dapat terurai menjadi AY pada
sumbu Y positif sebanyak 4 kotak dan menjadi AX pada sumbu X positif sebanyak 2
kotak , sedangkan vector B dapat terurai menjadi BY pada sumbu Y positif sebanyak 2
kotak dan BX pada sumbu X positif sebanyak 6 kotak. Jadi jumlah kotak pada sumbu Y =
RY = 6 kotak dan jumlah kotak pada sumbu X = RX = 8 kotak.
Jadi resultan 𝑹 = √𝑹𝟐𝑿 + 𝑹𝟐𝒀 = √𝟖𝟐 + 𝟔𝟐 = √𝟔𝟒 + 𝟑𝟔 = √𝟏𝟎𝟎 = 𝟏𝟎 kotak.
Karena 1 kotak = 5 N, maka resultan R = 10 x 5 = 50 Newton.

Latih 12: 1. Sastrio melakukan perjalanan 2 km ke utara, kemudian berbelok ke timur sejauh 5 km,
kemudian berbelok kearah 530 utara dari timur sejauh 5 km. Tentukan besar dan arah
perpindahan seluruh perjalanan satrio terhadap titik berangkatnya. ( tan 530 = 4/3).
2. Selesaikan penjumlahan tiga vector gaya berikut; anggap 1 kotak mewakili 4 N.
F1
F3

F2

Uji Kompetensi Bab 1

Praktis Belajar Fisika 1


BAB 1: BESARAN DAN SATUAN

Praktis Belajar Fisika 1

Anda mungkin juga menyukai