Minimnya pemahaman akan persepsi sering kali menimbulkan konflik di kehidupan sehari-hari. Dari Commented [02]: Banyak orang aja, nda usa “banyak
orang-orang”
konflik yang mencederai hubungan sosial, sampai yang menimbulkan korban jiwa. Terlebih lagi,
pengolahan persepsi itu sendiri kerap menemui kesalahan. Sehingga penarikan kesimpulan dan Commented [03]: Gagal dalam memahami
pengambilan keputusan sering tidak ideal. Commented [04]: Dimulai dari konflik yang dapat
memevahkan keharmonisan sampai dengan konflik yang
Mahasiswa baru yang akan melalui proses menuju kedewasaan dan menjadi bagian dari
dapat menimbulkan korban jiwa
masyarakat diharap untuk dapat menghindari kesalahan-kesalahan serupa. Hal ini dilakukan dengan
Commented [05]: Terlebih lagi,banyak orang yang tidak
penyampaian materi yang diharapkan dapat membuat mahasiswa baru paham tentang konsep sadar ketika melakukan kesalahan dalam berpresepsi yang
persepsi, dan dapat menghindari kesalahan dalam berpikir. mengakibatkan penarikan kesimpulan dan pengambilan
keputusan menjadi tidak ideal
1.3 Persepsi
1.3.1 Definisi Persepsi
Menurut KBBI, “persepsi” memiliki arti “anggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu”.
Dalam konteks ini, persepsi bisa didefinisikan sebagai dugaan, sudut pandang, pendapat seseorang Commented [07]: Dan pendaapat dari seseorang
baik tentang dirinya sendiri, lingkungannya maupun tentang hal-hal lain yang dijumpai dalam hidup. Commented [08]: Dirinya sendiri, lingkungan sekitar, dan
Menurut B.V. H. Gilmer, persepsi adalah proses untuk menyadari sesuatu; dimana seseorang hal-hal lainnya
mengkorelasikan makna terhadap rangsangan yang dia terima. Uday Pareek menggambarkan proses
ini terjadi melalui tahap menerima, menyeleksi, mengorganisir, mengartikan, memeriksa, dan
bereaksi terhadap rangsangan dari panca indra atau data yang kita terima. Commented [09]: Ia terima. (karena kan masih dalam
kutipan dari yg dikatakan oleh uday pareek)
Dalam memprerFigure 1 Contoh perbedaan persepsi yang terjadi karena aspek sensoris
Di lain sisi, aspek kognitif mempengaruhi proses pengolahan informasi tersebut. Karena dalam Commented [013]: Dapat memengaruhi proses dalam
mengolah data, manusia tidak menelan suatu informasi mentah-mentah; melainkan menghubungkan pengolahan informasi yang ia terima
informasi yang didapat, dengan informasi yang sudah diketahui. Dalam aspek kognitif terdapat faktor Commented [014]: Mengolah suatu data
internal maupun eksternal. Faktor internal ini diantaranya adalah pengetahuan, pendidikan, Commented [015]: Manusia tidak akan menelan
pengalaman, dan lain-lain. Hal ini berhubungan dengan koneksi informasi yang sudah ada di otak kita, informasi yang baru ia terima secara mnetah-mentah,
melainkan akan menghubungkan informasi tersebut dengan
dan informasi baru yang kita terima. Contohnya, orang yang di masa kecilnya pernah hampir informasi yang telah ia ketahui sebelumnya
tenggelam bisa jadi ketakutan saat naik kapal, sementara seseorang yang tidak memiliki pengalaman
Commented [016]: Mnrt adel ini hapus aja, karena sudah
serupa, tidak merasakan ketakutan yang sama. dijelaskan diawal. Yang bagian “. Hal ini berhubungan
Dari segi faktor eksternal, persepsi dapat dipengaruhi oleh lingkungan dimana persepsi itu dengan koneksi informasi yang sudah ada di otak kita, dan
informasi baru yang kita terima”
terbentuk. Contoh mudahnya adalah persepsi kita terhadap seseorang yang berkata kasar saat sedang
Commented [017]: Persepsi dapat terbentuk dari
bersenda gurau dengan saat berdebat tentu akan berbeda. Selain itu, konteks informasi atau objek
lingkungan yang ia tinggali
yang dipersepsikan juga dapat mempengaruhi proses pengolahan informasi. Contohnya, ketika orang
Commented [018]: Ketika persepsi akan seseorang yang
yang berkata kasar adalah seorang komedian, tentu akan mendapat persepsi yang berbeda jika yang berkata kasar saat sedang bersenda gurau dengan
melakukan adalah seorang politisi. seseorang yang berkata kasar ketika melakukan perdebatan
merupakan hal yang berbeda
Commented [019]: Mnrt asu contohnya satu aja. Bisa
contoh yang diatas, apa yang orang comedian dengan
politisi ini. Mnrtku kasi contoh satu yang comedian dan
politisi aja, yg atas di hapus
Figure 2 Ilustrasi relativisme lingkungan yang mempengaruhi persepsi
terdengar tidak masuk akal. Tapi bisa jadi justru kita yang kurang melihat persepsi mereka dalam
membentuk kebijakan tersebut. Apakah hal ini berarti kita harus membenarkan semua persepsi yang
ada? Tentu saja tidak. Tapi, kita harus memahami dan melihat berbagai persepsi yang ada sebelum
melakukan penilaian atau mengambil keputusan. Untuk mencapai hal ini, ada tiga kemampuan yang
perlu diterapkan: perspective-taking, perspective-seeking, dan perspective-coordinating.
Perspective-taking merupakan upaya untuk melihat persepsi-persepsi yang berbeda. Kita Commented [021]: Persepsi lain yang berbeda
harus belajar untuk duduk di kursi orang lain dan melihat sesuatu dari lensa mereka. Kita perlu
mencoba untuk mengetahui apa yang membuat seseorang memiliki persepsi tertentu terhadap suatu Commented [022]: Seseorang tersebut memiliki persepsi
hal. Perspecitve-seeking berarti kita melihat suatu hal dengan seobjektif mungkin, tanpa memihak ke demikian
sisi manapun. Proses ini dapat didukung dengan berdiskusi bersama orang-orang yang memiliki Commented [023]: Perspecitve-seeking merupakan suatu
proses kitika seseorang dapat melihat suatu hal dengan
persepsi yang bertolak belakang dengan kita. Setelah mendapat pandangan dan informasi yang cukup,
seobjektif mungkin
perlu dilakukan perspective-coordinating; dimana sudut pandang yang sudah kita pahami ditimbang
Commented [024]: Selanjutnya ialah perlu dilakukannya
untuk melihat mana yang lebih relevan dan dapat menjawab tuntutan kondisi, serta apa dampak dari perspective-coordinating
sudut pandang itu jika diaplikasikan di lingkup yang lebih besar.
cara berpikir yang lebih logis; sehingga kualitas dari hasil berpikir bisa jadi tidak optimal. Contohnya,
seseorang yang sedang marah cenderung tidak sabaran, sehingga tergesa-gesa dalam mengambil
keputusan.
Dari segi lingkungan, proses pengolahan pangkal pikir dapat dipengaruhi oleh aspek sensoris
maupun kognitif. Pengaruh dari lingkungan ini bisa bersifat mendukung proses berpikir, maupun
menghambatnya. Contohnya, lingkungan yang ramai dan berisik dapat mengganggu proses
pengambilan informasi lewat pendengaran (sensoris), maupun konsentrasi dalam berpikir (kognitif).
Dari segi status sosial, proses berpikir ini dapat dipengaruhi oleh nilai, asumsi, atau kepercayaan
yang kita miliki. Yang mana hal-hal tersebut juga berkaitan dengan karakter orang-orang di sekitar
kita. Contohnya, seseorang yang sering disanjung akan cenderung memiliki kepercayaan diri yang
tinggi, hal ini dapat membuatnya kurang mengeksplorasi perspektif lain dalam berpikir.
Jenis kesalahan berpikir yang lainnya adalah overgeneralisasi. Overgenaralisasi terjadi ketika
seseorang mengambil kesimpulan yang umum berdasarkan satu kejadian atau bukti. Contoh: seorang
mahasiswa baru pernah dibentak oleh kakak tingkatnya, dia kemudian merasa bahwa semua kakak
tingkat itu galak.
Overgeneralisasi berbeda dengan stereotyping. Stereotyping merupakan jenis kesalahan berpikir
lainnya dimana kesimpulan terhadap sikap seseorang diambil berdasarkan penilaian kita terhadap
kelompok atau golongan orang tersebut. Contoh: kita memiliki penilaian bahwa laki-laki tidak boleh
menangis, berarti si Budi yang baru saja mengalami nasib buruk tidak boleh menangis karena dia
adalah seorang lelaki. Bis disimpulkan disini bahwa perbedaan antara overgeneralisasi dan Commented [035]: typo hehe bisa
stereotyping adalah: overgeneralisasi terjadi ketika kesimpulan terhadap suatu hal yang umum
diambil dari informasi yang spesifik, sementara stereotyping terjadi bila kesimpulan yang spesifik
diambil dari informasi yang umum.
Selain itu, terdapat kesalahan berpikir yang terjadi karena faktor perasaan atau emotional
reasoning. Hal ini terjadi ketika kesimpulan ditarik hanya dengan berdasarkan perasaan saja, tanpa
mengikuti alur pemikiran yang logis dan sesuai fakta.
Beberapa jenis kesalahan berpikir juga terjadi karena kurangnya penalaran dalam mengambil
keputusan. Hal ini terjadi saat kesimpulan ditarik hanya berdasarkan asumsi, intuisi, dan pengalaman
sebelumnya (heuristis) tanpa dicek validasinya. Kesalahan berpikir yang terjadi karena hal tersebut
diantaranya adalah: availability bias, loss aversion, dan anchoring effect.
Availability bias terjadi ketika kita lebih fokus terhadap hal yang baru saja terjadi, dan hal yang
mencolok dalam mengambil keputusan. Manusia cenderung menggunakan hal pertama yang muncul
dalam pikiran mereka dalam mengambil langkah selanjutnya. Hal ini membuat suatu keputusan
diambil lebih cepat, tapi tanpa berpikir panjang. Contoh: ketika baru saja ada satu kecelakaan
pesawat, beberapa minggu yang akan datang, pengguna pesawat akan menurun; ini adalah
pengambilan keputusan yang salah, karena sebenarnya persentase pesawat yang tidak mengalami
kecelakaan lebih tinggi daripada yang pernah kecelakaan.
Loss aversion terjadi ketika pilihan yang meminimalisir kerugian dinilai lebih menarik daripada
pilihan yang memaksimalkan keuntungan, meskipun keduanya memiliki probabilitas yang sama.
Contohnya, kita awalnya tidak tertarik untuk membeli tiket konser, tapi ketika ada pengumuman
bahwa tiket hampir habis, kita jadi semakin tertarik. Hal ini terjadi karena secara psikologis, tingkat
kesenangan manusia saat berhasil cenderung lebih rendah dari tingkat kesedihan manusia saat gagal.
Kesalahan berpikir ini sering dimanfaatkan dalam dunia marketing, dimana bahasa yang digunakan
cenderung terkesan “menyelamatkan” calon pelanggan dari suatu kemalangan daripada
“menjanjikan” suatu keuntungan. Contohnya seperti di gambar berikut:
Kesalahan berpikir juga dapat terjadi jika kita gagal mengenali kenyataan yang apple to apple;
dimana kesimpulan ditarik berdasarkan pengukuran yang tidak akurat atau tidak sesuai. Hal ini bisa
terjadi karena alat ukurnya yang tidak akurat, atau penggunaannya yang tidak sesuai. Contoh: hanya
menggunakan nilai tes matematika untuk menilai kecerdasan, hanya menggunakan harga sebagai
tolak ukur kualitas, dll.
1.5.2 Kebutuhan:
• Laptop
• LCD Proyektor (pastikan kebutuhan kabel VGA/HDMI)
Jika pilihan b benar, maka pilihan a sudah pasti benar. Namun jika pilihan a
benar, pilihan b belum tentu benar. Jadi, pilihan a memiliki kemungkinan lebih besar.
Tapi, orang-orang cenderung memilih pilihan b karena terlalu fokus di detil yang
berhubungan dengan pernyataan “sosial politik”, sehingga tidak memperhatikan
keseluruhan jawaban secara logis.
b. Anchoring effect:
Tebak Mahatma Ghandi meninggal umur berapa
i. Pilih 2 kelompok peserta/bagi peserta menjadi 2 kelompok
ii. Kelompok pertama diberi 2 pertanyaan
1. Apakah Ghandi meninggal sebelum atau sesudah umur 9 tahun?
2. Umur berapa Ghandi meninggal?
iii. Kelompok kedua diberi 2 pertanyaan
1. Apakah Ghandi meninggal sebelum atau sesudah umur 140 tahun?
2. Umur berapa Ghandi meninggal?
iv. Masing-masing kelompok tidak boleh mengetahui pertanyaan kelompok lain
v. Ghandi meninggal pada umur 78 tahun. Kelompok pertama akan menebak
jauh lebih rendah, sementara kelompok kedua akan menebak jauh lebih
tinggi, hal ini terjadi karena kedua kelompok memiliki referensi awal yang
berbeda
2. Peserta mungkin memiliki jawaban yang berbeda-beda. Ada yang benar, ada yang salah.
Pemandu menanyakan alasan beberapa peserta tentang kenapa dia memilih jawaban
tersebut.
3. Pemandu melakukan pelurusan, dan menjelaskan bahwa tanpa mereka sadari, mereka telah
melakukan kesalahan berpikir.