Anda di halaman 1dari 14

Materi 1: Persepsi & Kesalahan Berpikir

1.1 Latar Belakang


Persepsi merupakan sesuatu yang dimiliki semua orang. Perbedaan persepsi adalah hal yang Commented [01]: Suatu hal yang pasti dimiliki oleh
sangat wajar. Namun, masih banyak orang-orang yang gagal memahami kedua fakta tersebut. semua orang

Minimnya pemahaman akan persepsi sering kali menimbulkan konflik di kehidupan sehari-hari. Dari Commented [02]: Banyak orang aja, nda usa “banyak
orang-orang”
konflik yang mencederai hubungan sosial, sampai yang menimbulkan korban jiwa. Terlebih lagi,
pengolahan persepsi itu sendiri kerap menemui kesalahan. Sehingga penarikan kesimpulan dan Commented [03]: Gagal dalam memahami

pengambilan keputusan sering tidak ideal. Commented [04]: Dimulai dari konflik yang dapat
memevahkan keharmonisan sampai dengan konflik yang
Mahasiswa baru yang akan melalui proses menuju kedewasaan dan menjadi bagian dari
dapat menimbulkan korban jiwa
masyarakat diharap untuk dapat menghindari kesalahan-kesalahan serupa. Hal ini dilakukan dengan
Commented [05]: Terlebih lagi,banyak orang yang tidak
penyampaian materi yang diharapkan dapat membuat mahasiswa baru paham tentang konsep sadar ketika melakukan kesalahan dalam berpresepsi yang
persepsi, dan dapat menghindari kesalahan dalam berpikir. mengakibatkan penarikan kesimpulan dan pengambilan
keputusan menjadi tidak ideal

1.2 Sasaran Belajar


• Peserta dapat menjelaskan dan memberi contoh bahwa persepsi seseorang dapat
berbeda dengan persepsi orang lain atas rangsang yang sama
• Peserta dapat mengenali dan menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
• Peserta dapat membuktikan bahwa persepsi bersifat subyektif dan belum tentu benar
tapi tidak bisa disalahkan Commented [06]: Namun juga
• Peserta dapat mengeksplorasi dan memahami persepsi yang berbeda
• Peserta dapat mengidentifikasi dan menghindari kesalahan berpikir.
• Peserta dapat menyebutkan dan membedakan ciri-ciri kesalahan berpikir yang satu
dengan yang lain

1.3 Persepsi
1.3.1 Definisi Persepsi
Menurut KBBI, “persepsi” memiliki arti “anggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu”.
Dalam konteks ini, persepsi bisa didefinisikan sebagai dugaan, sudut pandang, pendapat seseorang Commented [07]: Dan pendaapat dari seseorang
baik tentang dirinya sendiri, lingkungannya maupun tentang hal-hal lain yang dijumpai dalam hidup. Commented [08]: Dirinya sendiri, lingkungan sekitar, dan
Menurut B.V. H. Gilmer, persepsi adalah proses untuk menyadari sesuatu; dimana seseorang hal-hal lainnya
mengkorelasikan makna terhadap rangsangan yang dia terima. Uday Pareek menggambarkan proses
ini terjadi melalui tahap menerima, menyeleksi, mengorganisir, mengartikan, memeriksa, dan
bereaksi terhadap rangsangan dari panca indra atau data yang kita terima. Commented [09]: Ia terima. (karena kan masih dalam
kutipan dari yg dikatakan oleh uday pareek)

1.3.2 Ciri-Ciri Persepsi


Meski terdengar kompleks, terbentuknya suatu persepsi terjadi secara natural di luar
kesadaran kita. Persepsi terbentuk secara otomatis di otak manusia untuk memahami diri sendiri
maupun lingkungannya. Hal ini membuat persepsi bersifat subjektif, belum tentu benar, bahkan bisa Commented [010]: Mnrtku, kalo judulnya ciri-ciri
jadi tidak logis. Hal ini pula yang menyebabkan persepsi yang dimiliki seseorang terhadap informasi persepsi, isinya:
Ciri-ciri dari presepsi ialah bersifat subjektif, belum tentu
yang sama bisa jadi berbeda atau bahkan bertentangan antar satu sama lain. benar, atau mungkin dapat jadi tidak logis
Baru dilanjut dengan paragraph awal yang “meski terdengar
kompleks.. blablabla”
1.3.3 Aspek yang Mempengaruhi Persepsi
Secara umum, terbentuknya persepsi dipengaruhi oleh dua aspek: sensoris dan kognitif.
Aspek sensoris melibatkan panca indra yakni penglihatan, perabaan, pengecapan, penciuman, dan
pendengaran. Aspek ini mempengaruhi proses identifikasi informasi dan data yang akan Commented [011]: Proses dalam mengidentifikasi
diinterpretasikan. Hal ini berarti kemampuan panca indra seseorang untuk menerima rangsangan juga
dapat mempengaruhi informasi yang dia terima. Contoh: seseorang yang sedang flu akan kesulitan
memersepsikan bau. Commented [012]: Menurt adel, contoh orang flu dalam
mempresepsikan bau itu ambigu☹ aku binggung dimana
letak kesalahan presepsi itu sendri, coba langsung kasi
instruksi mengaenai gambar baju itu. Kaya missal,
Contoh dari perbedaan presepsi ialah dengan melihat
gambar dibawah ini. Akan terjadi banyak presepsi antar satu
orang dengan yang lain ketika ditanya mengenai warna dari
baju tersebut

Dalam memprerFigure 1 Contoh perbedaan persepsi yang terjadi karena aspek sensoris

Di lain sisi, aspek kognitif mempengaruhi proses pengolahan informasi tersebut. Karena dalam Commented [013]: Dapat memengaruhi proses dalam
mengolah data, manusia tidak menelan suatu informasi mentah-mentah; melainkan menghubungkan pengolahan informasi yang ia terima

informasi yang didapat, dengan informasi yang sudah diketahui. Dalam aspek kognitif terdapat faktor Commented [014]: Mengolah suatu data
internal maupun eksternal. Faktor internal ini diantaranya adalah pengetahuan, pendidikan, Commented [015]: Manusia tidak akan menelan
pengalaman, dan lain-lain. Hal ini berhubungan dengan koneksi informasi yang sudah ada di otak kita, informasi yang baru ia terima secara mnetah-mentah,
melainkan akan menghubungkan informasi tersebut dengan
dan informasi baru yang kita terima. Contohnya, orang yang di masa kecilnya pernah hampir informasi yang telah ia ketahui sebelumnya
tenggelam bisa jadi ketakutan saat naik kapal, sementara seseorang yang tidak memiliki pengalaman
Commented [016]: Mnrt adel ini hapus aja, karena sudah
serupa, tidak merasakan ketakutan yang sama. dijelaskan diawal. Yang bagian “. Hal ini berhubungan
Dari segi faktor eksternal, persepsi dapat dipengaruhi oleh lingkungan dimana persepsi itu dengan koneksi informasi yang sudah ada di otak kita, dan
informasi baru yang kita terima”
terbentuk. Contoh mudahnya adalah persepsi kita terhadap seseorang yang berkata kasar saat sedang
Commented [017]: Persepsi dapat terbentuk dari
bersenda gurau dengan saat berdebat tentu akan berbeda. Selain itu, konteks informasi atau objek
lingkungan yang ia tinggali
yang dipersepsikan juga dapat mempengaruhi proses pengolahan informasi. Contohnya, ketika orang
Commented [018]: Ketika persepsi akan seseorang yang
yang berkata kasar adalah seorang komedian, tentu akan mendapat persepsi yang berbeda jika yang berkata kasar saat sedang bersenda gurau dengan
melakukan adalah seorang politisi. seseorang yang berkata kasar ketika melakukan perdebatan
merupakan hal yang berbeda
Commented [019]: Mnrt asu contohnya satu aja. Bisa
contoh yang diatas, apa yang orang comedian dengan
politisi ini. Mnrtku kasi contoh satu yang comedian dan
politisi aja, yg atas di hapus
Figure 2 Ilustrasi relativisme lingkungan yang mempengaruhi persepsi

1.3.4 Cara Memahami Persepsi yang Berbeda


Perlu digaris bawahi bahwa setiap orang melihat dunia dengan cara yang berbeda. Sebagai Commented [020]: Dalam melihat dunia pati dengan cara
contoh, mungkin terkadang kita merasa kebijakan yang dilakukan pemerintah, dosen, atau atasan kita yang berbeda-beda

terdengar tidak masuk akal. Tapi bisa jadi justru kita yang kurang melihat persepsi mereka dalam
membentuk kebijakan tersebut. Apakah hal ini berarti kita harus membenarkan semua persepsi yang
ada? Tentu saja tidak. Tapi, kita harus memahami dan melihat berbagai persepsi yang ada sebelum
melakukan penilaian atau mengambil keputusan. Untuk mencapai hal ini, ada tiga kemampuan yang
perlu diterapkan: perspective-taking, perspective-seeking, dan perspective-coordinating.
Perspective-taking merupakan upaya untuk melihat persepsi-persepsi yang berbeda. Kita Commented [021]: Persepsi lain yang berbeda
harus belajar untuk duduk di kursi orang lain dan melihat sesuatu dari lensa mereka. Kita perlu
mencoba untuk mengetahui apa yang membuat seseorang memiliki persepsi tertentu terhadap suatu Commented [022]: Seseorang tersebut memiliki persepsi
hal. Perspecitve-seeking berarti kita melihat suatu hal dengan seobjektif mungkin, tanpa memihak ke demikian

sisi manapun. Proses ini dapat didukung dengan berdiskusi bersama orang-orang yang memiliki Commented [023]: Perspecitve-seeking merupakan suatu
proses kitika seseorang dapat melihat suatu hal dengan
persepsi yang bertolak belakang dengan kita. Setelah mendapat pandangan dan informasi yang cukup,
seobjektif mungkin
perlu dilakukan perspective-coordinating; dimana sudut pandang yang sudah kita pahami ditimbang
Commented [024]: Selanjutnya ialah perlu dilakukannya
untuk melihat mana yang lebih relevan dan dapat menjawab tuntutan kondisi, serta apa dampak dari perspective-coordinating
sudut pandang itu jika diaplikasikan di lingkup yang lebih besar.

1.3.4 Manfaat Memahami Persepsi dan Akibat Tidak Memahaminya


Dengan memahami persepsi-persepsi yang berbeda, kita dapat memahami alasan di balik sifat Commented [025]: Recall judul, manfaat dari memahami
atau sikap seseorang. Hal ini dapat membuat relasi antar manusia lebih baik dan proses pengambilan persepsi ialah kita dapat meamahi balblabla, membuat
relasi menjadi lebih baik, dan dapat mengampil suatu
keputusan menjadi lebih akurat. Di lain sisi, jika kita gagal memahami persepsi yang berbeda, maka keputusan dengan lebih akurat.
konflik akan timbul. Terlebih lagi, jika dalam terbentuknya persepsi tersebut terjadi kesalahan, justru
malah akan menghasilkan kesalahan berpikir. Commented [026]: Akibat dari memahaminya blm
dijelasin☹.
Mungkin bilang aja kalo semisal kita tidak memahami
persepsi, maka kita akan menjadi seseorang yang
judgemental, memiliki pikiran yang dangkal, dan blabla hehe
buntu

Figure 3 Contoh kegagalan memahami persepsi yang menghasilkan konflik


1.4 Kesalahan Berpikir
1.4.1 Definisi Kesalahan Berpikir
Untuk memahami arti dari “kesalahan berpikir”, kita perlu terlebih dahulu memahami konsep dari
“berpikir” itu sendiri. “Berpikir” secara bahasa memiliki arti “kegiatan dalam otak untuk
memutuskan/mempertimbangkan suatu hal”. Proses berpikir ini dilakukan dengan mengaitkan
beberapa pangkal pikir untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Dalam konteks ini, “pangkal pikir” bisa
berupa sudut pandang, informasi, atau data. Kegagalan dalam mengolah pangkal pikiran tersebut
akan menghasilkan kesimpulan yang berlainan dengan kenyataan yang sesungguhnya; kejadian ini
disebut “kesalahan berpikir”. Commented [027]: dengan

1.4.2 Penyebab Kesalahan Berpikir


Kesalahan berpikir dapat terjadi karena dua hal: karena kesalahan dari pangkal pikir yang
digunakan dan/atau karena kesalahan dalam mengolah pangkal pikir tersebut. Kesalahan dari pangkal
pikir ini bisa terjadi karena sudut pandang yang tidak sesuai, atau kelengkapan data yang kurang.
Sementara kesalahan dalam mengolah pangkal pikir ini dapat terjadi karena kurang kritis atau logis
dalam mencerna informasi. Ada tiga faktor yang dapat membuat kesalahan berpikir terjadi: emosi, Commented [028]: ngga usah di tambahin faktor pada
lingkungan, dan status sosial. subbab ini. Karena di bawah sudah ada subbab nya senidiri
mengenai faktor dalam kesalahan berpikir

1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Kesalahan Berpikir


Don Norman beranggapan bahwa faktor emosi sangat berpengaruh dalam proses pengambilan
keputusan; dimana emosi membuat kita dengan cepat memutuskan langkah apa yang baik atau buruk Commented [029]: langkah baik maupun buruk yang
untuk kita. Tapi di lain sisi, terlibatnya emosi dalam proses berpikir ini cenderung tidak menghiraukan akan diambil

cara berpikir yang lebih logis; sehingga kualitas dari hasil berpikir bisa jadi tidak optimal. Contohnya,
seseorang yang sedang marah cenderung tidak sabaran, sehingga tergesa-gesa dalam mengambil
keputusan.
Dari segi lingkungan, proses pengolahan pangkal pikir dapat dipengaruhi oleh aspek sensoris
maupun kognitif. Pengaruh dari lingkungan ini bisa bersifat mendukung proses berpikir, maupun
menghambatnya. Contohnya, lingkungan yang ramai dan berisik dapat mengganggu proses
pengambilan informasi lewat pendengaran (sensoris), maupun konsentrasi dalam berpikir (kognitif).
Dari segi status sosial, proses berpikir ini dapat dipengaruhi oleh nilai, asumsi, atau kepercayaan
yang kita miliki. Yang mana hal-hal tersebut juga berkaitan dengan karakter orang-orang di sekitar
kita. Contohnya, seseorang yang sering disanjung akan cenderung memiliki kepercayaan diri yang
tinggi, hal ini dapat membuatnya kurang mengeksplorasi perspektif lain dalam berpikir.

1.4.4 Jenis-Jenis Kesalahan Berpikir


Ada banyak jenis kesalahan berpikir yang dapat terjadi. Yang paling mendasar adalah ketika
seseorang hanya melihat dari satu sudut pandang. Hal ini membuat kesimpulan yang kita tarik hanya Commented [030]: melihat apa? Melihat persepktif?
terlihat benar dari satu perspektif, namun sebenarnya salah jika dilihat dari perspektif-perspektif yang Commented [031]: Ketika
lainnya. Kesalahan ini cenderung terjadi karena orang tersebut dengan sengaja hanya mencari
Commented [032]: Yang lain
informasi yang mendukung pandangan yang sudah dia miliki; hal ini disebut confirmation bias.
Commented [033]: sering
Contohnya, ketika mendukung seorang calon presiden, banyak informasi negatif maupun positif
Commented [034]: dapat mendukung
tentang calon presiden tersebut; tapi, kita hanya percaya berita-berita positif tanpa menghiraukan
berita negatifnya. Bahkan, kesalahan berpikir ini dapat menjurus ke backfire effect: dimana justru
persepsi kita di awal menjadi semakin kuat ketika melihat fakta yang berlawanan.
Figure 4 Gambaran confirmation bias

Jenis kesalahan berpikir yang lainnya adalah overgeneralisasi. Overgenaralisasi terjadi ketika
seseorang mengambil kesimpulan yang umum berdasarkan satu kejadian atau bukti. Contoh: seorang
mahasiswa baru pernah dibentak oleh kakak tingkatnya, dia kemudian merasa bahwa semua kakak
tingkat itu galak.
Overgeneralisasi berbeda dengan stereotyping. Stereotyping merupakan jenis kesalahan berpikir
lainnya dimana kesimpulan terhadap sikap seseorang diambil berdasarkan penilaian kita terhadap
kelompok atau golongan orang tersebut. Contoh: kita memiliki penilaian bahwa laki-laki tidak boleh
menangis, berarti si Budi yang baru saja mengalami nasib buruk tidak boleh menangis karena dia
adalah seorang lelaki. Bis disimpulkan disini bahwa perbedaan antara overgeneralisasi dan Commented [035]: typo hehe bisa
stereotyping adalah: overgeneralisasi terjadi ketika kesimpulan terhadap suatu hal yang umum
diambil dari informasi yang spesifik, sementara stereotyping terjadi bila kesimpulan yang spesifik
diambil dari informasi yang umum.

Figure 5 Contoh stereotyping yang masih sering terjadi

Selain itu, terdapat kesalahan berpikir yang terjadi karena faktor perasaan atau emotional
reasoning. Hal ini terjadi ketika kesimpulan ditarik hanya dengan berdasarkan perasaan saja, tanpa
mengikuti alur pemikiran yang logis dan sesuai fakta.
Beberapa jenis kesalahan berpikir juga terjadi karena kurangnya penalaran dalam mengambil
keputusan. Hal ini terjadi saat kesimpulan ditarik hanya berdasarkan asumsi, intuisi, dan pengalaman
sebelumnya (heuristis) tanpa dicek validasinya. Kesalahan berpikir yang terjadi karena hal tersebut
diantaranya adalah: availability bias, loss aversion, dan anchoring effect.
Availability bias terjadi ketika kita lebih fokus terhadap hal yang baru saja terjadi, dan hal yang
mencolok dalam mengambil keputusan. Manusia cenderung menggunakan hal pertama yang muncul
dalam pikiran mereka dalam mengambil langkah selanjutnya. Hal ini membuat suatu keputusan
diambil lebih cepat, tapi tanpa berpikir panjang. Contoh: ketika baru saja ada satu kecelakaan
pesawat, beberapa minggu yang akan datang, pengguna pesawat akan menurun; ini adalah
pengambilan keputusan yang salah, karena sebenarnya persentase pesawat yang tidak mengalami
kecelakaan lebih tinggi daripada yang pernah kecelakaan.

Figure 6 Ilustrasi pengambilan keputusan

Loss aversion terjadi ketika pilihan yang meminimalisir kerugian dinilai lebih menarik daripada
pilihan yang memaksimalkan keuntungan, meskipun keduanya memiliki probabilitas yang sama.
Contohnya, kita awalnya tidak tertarik untuk membeli tiket konser, tapi ketika ada pengumuman
bahwa tiket hampir habis, kita jadi semakin tertarik. Hal ini terjadi karena secara psikologis, tingkat
kesenangan manusia saat berhasil cenderung lebih rendah dari tingkat kesedihan manusia saat gagal.
Kesalahan berpikir ini sering dimanfaatkan dalam dunia marketing, dimana bahasa yang digunakan
cenderung terkesan “menyelamatkan” calon pelanggan dari suatu kemalangan daripada
“menjanjikan” suatu keuntungan. Contohnya seperti di gambar berikut:

Figure 7 Contoh pemanfaatan loss aversion dari segi marketing


Anchoring effect terjadi ketika referensi atau informasi awal menjadi patokan yang lebih
dipertimbangkan daripada informasi-informasi yang muncul setelahnya. Contoh: produk diskon
terlihat lebih menarik meski harganya sama dengan atau bahkan lebih dari produk lain yang tidak
didiskon.

Figure 8 Contoh anchoring effect

Kesalahan berpikir juga dapat terjadi jika kita gagal mengenali kenyataan yang apple to apple;
dimana kesimpulan ditarik berdasarkan pengukuran yang tidak akurat atau tidak sesuai. Hal ini bisa
terjadi karena alat ukurnya yang tidak akurat, atau penggunaannya yang tidak sesuai. Contoh: hanya
menggunakan nilai tes matematika untuk menilai kecerdasan, hanya menggunakan harga sebagai
tolak ukur kualitas, dll.

1.4.5 Cara Menghindari Kesalahan Berpikir


Untuk menghindari kesalahan berpikir, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Diantaranya
adalah lebih konsentrasi dalam mengolah pangkal pikir (lebih kritis), mencoba menelusuri perspektif-
perspektif lainnya, dan memastikan sumber informasi yang kita dapat itu akurat.

1.5 Metode dan Alur Pelatihan


1.5.1 Metode:
 Materi di kelas kecil

1.5.2 Kebutuhan:
• Laptop
• LCD Proyektor (pastikan kebutuhan kabel VGA/HDMI)

1.5.3 Alur Pelatihan yang Dianjurkan:


1. Pembuka
2. Ceramah dan diskusi terbuka tentang persepsi
Untuk membuat peserta lebih mudah paham tentang konsep persepsi,
pemandu bias memulai dengan menampilkan ilustrasi. Namun, dianjurkan untuk
tidak menunjukkan ilustrasi yang bersifat abstrak dan tidak realistis. Ilustrasi yang
diberikan adalah yang logis dan masuk akal, atau yang berdasarkan contoh nyata.
Figure 9 Contoh yang tidak realistis

Gambar di atas adalah contoh ilustrasi yang dapat menggambarkan konsep


“persepsi” dengan baik, tapi contoh itu tidak realistis. Tidak mungkin kita menemukan
dan memperdebatkan tulisan angka 6 atau 9 yang kita temukan tergeletak di tanah.
Contoh ilustrasi yang berupa ilusi optik juga perlu dihindari. Hal ini karena
ilustrasi yang tidak realistis akan membuat peserta sulit untuk menghubungkan
contoh dengan penerapannya di dunia nyata. Contoh ilustrasi yang mudah dipahami
dan juga realistis adalah “necker cube”:

Figure 10 Ilustrasi persepsi lewat "necker cube"

Setelah menggambarkan dengan ilustrasi, pemandu juga bisa memberikan


contoh perbedaan persepsi di dunia nyata. Contoh perbedaan persepsi ini sering
dijumpai di kebijakan-kebijakan pemerintah. Namun contoh perbedaan persepsi yang
dekat dengan kehidupan sehari-hari juga bias digunakan. Seperti di hubungan sosial,
atau bahkan kasus audio “yanny vs laurel” yang sempat viral.
Figure 11 Contoh kasus dimana perbedaan persepsi sampai menimbulkan perang

Selanjutnya pemandu melakukan ceramah dan diskusi tentang persepsi. Topik


minimal yang perlu dicakup adalah:
i. Definisi
ii. Ciri-ciri persepsi
1. Bersifat pada subyektif
2. Belum tentu benar tapi tidak bisa disalahkan
3. Bisa logis atau tidak
4. Bisa saling bertentangan
iii. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
1. Aspek:
a. Sensoris
i. Kondisi fisik
b. Kognitif
i. Faktor internal
1. Pengalaman, pendidikan
ii. Faktor eksternal
1. Lingkungan (keadaan yang membentuk)
2. Informasi (konteks)
iv. Cara memahami persepsi yang berbeda
v. Manfaat memahami persepsi yang berbeda
vi. Akibat gagal memahami persepsi yang berbeda
3. Simulasi persepsi
Dalam mendesain simulasi, pemandu secara umum bebas mendesain
simulasinya masing-masing. Yang perlu digaris bawahi adalah simulasi tersebut harus
relevan dengan materi persepsi.
Simulasi ini dilakukan agar peserta dapat melatih kemampuan mereka untuk
melihat persepsi-persepsi yang berbeda. Desain simulasi yang dianjurkan akan
dipaparkan di bagian selanjutnya.
4. Simulasi kesalahan berpikir
Dalam mendesain simulasi, pemandu secara umum bebas mendesain
simulasinya masing-masing. Yang perlu digaris bawahi adalah simulasi tersebut harus
relevan dengan materi persepsi. Simulasi ini dilakukan untuk melihat pola pikir
peserta. Lewat simulasi ini, diharapkan pemandu dapat melihat kesalahan-kesalahan
berpikir yang dilakukan oleh peserta, yang kemudian akan diluruskan di sesi materi.
Simulasi ini dilakukan sebelum sesi ceramah dan diskusi agar peserta dapat
lebih merelasikan isi materi dengan kesalahan berpikir yang baru saja mereka lakukan.
5. Ceramah dan diskusi tentang kesalahan berpikir
a. Topik minimal yang perlu dicakup dalam sesi ini adalah:
i. Definisi berpikir dan proses berpikir
ii. Definisi kesalahan berpikir
iii. Penyebab kesalahan berpikir
iv. Faktor yang mempengaruhi kesalahan berpikir
1. Emosi
2. Lingkungan
3. status sosial.
v. Jenis-jenis kesalahan berpikir
1. Hanya melihat dari sudut pandang:
a. Dapat terjadi karena confirmation bias
b. Dapat menghasilkan backfire effect
2. Overgeneralisasi
3. Stereotyping
4. Polarized thinking atau False Dilemma
5. Emotional reasoning
6. Kurangnya penalaran (jumping to conclusion)
a. Beberapa bentuknya adalah: availability bias, loss aversion,
anchoring effect
7. Gagal mengenali kenyataan yang “apple to apple”
vi. Cara mengurangi kesalahan berpikir
b. Yang perlu diingat di sesi ini adalah pemandu perlu memberikan penjelasan dan
contoh dari setiap jenis kesalahan berpikir yang dipaparkan. Di bagian ini juga
dilakukan pelurusan dari kesalahan-kesalahan berpikir yang dilakukan peserta saat
simulasi sebelumnya.
6. Penutup

1.5.4 Contoh Simulasi:


• Simulasi Persepsi
“Penggalian Persepsi”
Dalam simulasi ini, peserta diminta untuk mengaplikasikan pemahaman persepsi dengan
menganalisis suatu kasus yang kontroversial dari dua perspektif yang berlawanan. Langkahnya seperti
berikut:
1. Pemandu memaparkan suatu kasus.
a. Kriteria kasus yang perlu dipaparkan adalah: sedang hangat, kontroversial, multi
perspektif (konflik kepentingan).
i. Contoh kasus: RUU P-KS, Pemilihan Nadiem Makariem sebagai Menteri
Pendidikan, Pemblokiran Internet & Pembatasan Internet, restrukturisasi
fakultas.
b. Dalam memaparkan kasus, pemandu juga harus paham betul terhadap kasus tersebut
dan persepsi-persepsi yang ada. Pemandu perlu memaparkan informasi, data, dan
fakta yang relevan.
c. Kemudian, pemandu menjelaskan bahwa terdapat dua sudut pandang mengenai
kasus tersebut. Tapi, pemandu tidak boleh memihak atau menggiring opini untuk
lebih condong ke satu persepsi.
2. Peserta (secara individu) diarahkan untuk menganalisis kedua sudut pandang yang ada terkait
kasus tersebut.
a. Peserta diminta untuk menuliskan pemikiran, perasaan, dan aksi/persepsi dari sudut
pandang kedua belah pihak.
b. Koneksi dari tiga aspek tersebut adalah: pemikiran sebagai awal dari pengolahan
informasi yang bersifat objektif, yang kemudian pemikiran tersebut menghasilkan
perasaan yang bersifat subjektif, dan paduan keduanya akan menghasilkan aksi atau
persepsi.
c. Contoh penerapan simulasi ini:
i. Kasus restrukturisasi fakultas
Mahasiswa yang kontra Birokrasi ITS yang mendukung
Pemikiran
Info restrukturisasi mendadak Restrukturisasi arahan dari ristekdikti
Keputusan tidak mempertimbangkan Akan membuat pendanaan di ITS lebih
mahasiswa mudah
Akan membuat beban kerja lebih
Khawatir mempengaruhi gelar kelulusan
merata
Departemen yang berada dalam satu
fakultas dirasa tidak saling berhubungan
Perasaan
Sifat hubungan birokrasi dengan
Merasa tidak dihargai
mahasiswa adalah instruktif
Merasa sudah bekerja keras untuk
Kepentingan ITS lebih diutamakan
ormawa fakultas
Ketidak-inginan untuk berada di fakultas
yang sama dengan departemen atau
mahasiswa dari departemen tertentu
Aksi/Persepsi:
Menolak restrukturisasi fakultas Mendukung restrukturisasi
3. Selanjutnya, peserta diarahkan untuk saling mengutarakan pikiran dan pandangan mereka
masing-masing
4. Perlu ditekankan bahwa simulasi ini bukan dilakukan untuk memutuskan persepsi mana yang
benar. Pemandu mempersilahkan peserta untuk melakukan penilaian lewat pemikiran
mereka masing-masing. Yang terpenting, mereka sudah memahami persepsi-persepsi yang
ada.
Figure 12 Ilustrasi simulasi "menggali persepsi"

• Simulasi Kesalahan Berpikir


“Eksperimen Berpikir”
Dalam simulasi ini, peserta akan diberikan beberapa pertanyaan yang dapat mengetes cara
mereka menarik kesimpulan. Langkahnya seperti berikut:
1. Pemandu memberikan pertanyaan berupa tes logika yang mana jika mereka gagal menjawab
pertanyaan itu dengan tepat, mereka berarti telah melakukan salah satu kesalahan berpikir
yang nanti akan dijelaskan di sesi ceramah dan diskusi. Berikut adalah contoh pertanyaan
untuk beberapa jenis kesalahan berpikir:
a. Availability bias:
“Linda problem”:
“Doni adalah mahasiswa berumur 20 tahun yang cerdas dan vokal dalam
berpendapat. Doni adalah seorang pemandu. Sebagai mahasiswa, Doni sangat peduli
dengan isu mengenai keadilan sosial. Doni juga beberapa kali ikut aksi mendemo
pemerintah.”

Manakah pilihan yang paling mungkin?


a) Doni pintar matematika
b) Doni pintar matematika, dan aktif di bidang sosial politik

Jika pilihan b benar, maka pilihan a sudah pasti benar. Namun jika pilihan a
benar, pilihan b belum tentu benar. Jadi, pilihan a memiliki kemungkinan lebih besar.
Tapi, orang-orang cenderung memilih pilihan b karena terlalu fokus di detil yang
berhubungan dengan pernyataan “sosial politik”, sehingga tidak memperhatikan
keseluruhan jawaban secara logis.

b. Anchoring effect:
Tebak Mahatma Ghandi meninggal umur berapa
i. Pilih 2 kelompok peserta/bagi peserta menjadi 2 kelompok
ii. Kelompok pertama diberi 2 pertanyaan
1. Apakah Ghandi meninggal sebelum atau sesudah umur 9 tahun?
2. Umur berapa Ghandi meninggal?
iii. Kelompok kedua diberi 2 pertanyaan
1. Apakah Ghandi meninggal sebelum atau sesudah umur 140 tahun?
2. Umur berapa Ghandi meninggal?
iv. Masing-masing kelompok tidak boleh mengetahui pertanyaan kelompok lain
v. Ghandi meninggal pada umur 78 tahun. Kelompok pertama akan menebak
jauh lebih rendah, sementara kelompok kedua akan menebak jauh lebih
tinggi, hal ini terjadi karena kedua kelompok memiliki referensi awal yang
berbeda
2. Peserta mungkin memiliki jawaban yang berbeda-beda. Ada yang benar, ada yang salah.
Pemandu menanyakan alasan beberapa peserta tentang kenapa dia memilih jawaban
tersebut.
3. Pemandu melakukan pelurusan, dan menjelaskan bahwa tanpa mereka sadari, mereka telah
melakukan kesalahan berpikir.

“never have I ever”


Selain lewat simulasi eksperimen berpikir, pengalaman peserta dalam melakukan kesalahan
berpikir juga bisa digali lewat permainan “never have I ever” di awal pemaparan. Teknisnya seperti
berikut:
1. Peserta mengacungkan lima jari di tangannya
2. Pemandu menanyakan apakah peserta pernah melakukan kesalahan berpikir tertentu. Seperti
menilai orang berdasarkan ras, agama, atau gender, menolak informasi yang tidak
mendukung opini mereka, mencap orang berdasarkan first impression atau interaksi awal, dll
(contoh dibuat lebih spesifik di kejadian nyata).
3. Peserta menurunkan satu jari untuk tiap kesalahan berpikir yang pernah mereka lakukan
4. Di akhir, pemandu bisa melihat berapa sisa jari yang diacungkan oleh tiap peserta, lalu
menjelaskan bahwa kita semua tidak ada yang luput dari kesalahan berpikir

1.5.5 Alokasi Waktu:


Kegiatan Estimasi waktu (menit)
Pembuka 3
Ceramah dan diskusi tentang persepsi 20
Simulasi tentang persepsi 25
Simulasi tentang kesalahan berpikir 10
Ceramah dan diskusi tentang kesalahan
20
berpikir
Penutup 2
Total 80
1.6 Referensi
https://medium.com/@ericsburdon/why-a-difference-in-perspective-can-help-you-understand-
yourself-80622d9f02b7
https://www.forbes.com/sites/forbescoachescouncil/2016/11/17/why-understanding-other-
perspectives-is-a-key-leadership-skill/#218cfafa6d20
https://iedunote.com/perception
https://owlcation.com/social-sciences/Perception-in-Psychology
https://www.litinfocus.com/5-key-reasons-teach-differing-perspectives/
https://www.interaction-design.org/literature/article/how-emotions-impact-cognition
http://knowledge.ckgsb.edu.cn/2014/01/13/management/how-the-environment-impacts-creative-
thinking/
http://www.lse.ac.uk/PBS/Research/Research-archive/How-poverty-affects-peoples-decision-
making-processes
https://my.vanderbilt.edu/jamesyearsley/quantum-cognition/the-conjunction-fallacy/
https://psychcentral.com/blog/the-anchoring-effect-how-it-impacts-your-everyday-life/
https://www.behavioraleconomics.com/resources/mini-encyclopedia-of-be/loss-aversion/
https://buffer.com/resources/thinking-mistakes-8-common-mistakes-in-how-we-think-and-how-to-
avoid-them
https://www.forbes.com/sites/amymorin/2014/06/13/the-10-thinking-errors-that-will-hold-you-
back-in-life/#27fcee801111
https://www.ted.com/talks/sara_garofalo_the_psychology_behind_irrational_decisions/transcript?l
anguage=en#t-264000
https://psychcentral.com/lib/15-common-cognitive-distortions/
https://benjamingjw.com/2019/02/09/cognitive-biases-fallacies-how-are-they-exploited-iv/
https://www.economicshelp.org/blog/glossary/loss-aversion/
https://whatis.techtarget.com/definition/availability-bias
https://fs.blog/2011/08/mental-model-availability-bias/

Anda mungkin juga menyukai