INDIVIDU
Disusun oleh:
Villiana Paramabhakti
13.40.0007
Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata
2016
Pembentukan Kelompok
Pengalaman pembentukan tim saat kuliah dinamika kelompok merupakan contoh
pembentukan kelompok berdasarkan teori interaksi yang diungkapkan oleh George Homans.
Teori interaksi didasarkan pada aktivitas, interaksi, dan sentiment (perasaan atau emosi) yang
berhubungan secara langsung. Ketiganya dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Semakin banyak aktivitas seseorang dengan orang lain, semakin beraneka
ineteraksinya dan semakin kuat tumbuhnya sentiment mereka.
b. Semakin banyak interaksi diantara orang-orang, maka semakin banyak kemungkinan
aktivitas dan sentiment yang ditularkan pada orang lain.
c. Semakin banyak aktivitas dan sentiment yang ditularkan pada orang lain dan semakin
banyak sentiment orang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak
kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-interaksi.
a. Saat saya menjadi satu kelompok, ada peningkatan aktivitas dan interaksi di antara
anggota-anggota kelompok seperti misalnya anggota-anggota yang dulu jarang
berkomunikasi kini mulai saling berkomunikasi dan lebih mengenal satu sama lain.
Interaksi yang terbentuk ini menimbukan timbulnya sentiment berupa perasaan terikat
satu sama lain sebagai sebuah kelompok.
b. Semakin banyak interaksi yang terjadi didalam kelompok saya, maka semakin banyak
kemungkinan aktivitas dan sentiment yang ditularkan antar anggota kelompok,
sehingga saya memiliki sentiment yang serupa. Sebagai contoh, saat A berkomunikasi
dengan B, maka hal tersebut akan menarik sentiment atau perasaan anggota kelompok
lain untuk ikut berkomunikasi juga dengan A dan B sehingga komunikasi yang terjalin
semakin luas antar anggota kelompok.
c. Semakin banyak sentimen yang ditularkan antar anggota kelompok, dan semakin
banyak sentimen yang dipahami, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya
aktivitas dan interaksi-interaksi dalam kelompok kami. Hal ini menimbulkan perasaan
akrab dan dekat satu sama lain.
Perkembangan Kelompok
Sebagai sebuah kelompok, interaksi antaranggota akan menimbulkan sebuah
dinamika berupa perkembangan kelompok. Tahap-tahap perkembangan kelompok yang
dikemukakan oleh Burce TuckmanSequential Stage of Theories) adalah sebagai berikut:
a. Forming
b. Storming
c. Norming
d. Performing
e. Adjourning
Jika meninjau tahap perkembangan tersebut, kelompok saya masih berada dalam tahap
forming yaitu tahap saat antar anggota masih berorientasi dan mengenal satu sama lain untuk
mencapai tujuan yang sama, yaitu belajar bekerja dalam kelompok dan menuntaskan
pembelajaran dinamika kelompok dengan baik.
Pada hari Selasa, 29 Maret 2016 kami bermain games pantomim. Setiap
kelompok diminta untuk mengirimkan satu orang sebagai perwakilan kelompok.
Kelompok saya diwakili oleh Saka. Perwakilan kelompok yang ditunjuk diminta
untuk menunggu di luar kelas. Sementara itu, Kak Patrick memberikan ilustrasi cerita
yang disertai dengan gerakan. Nantinya, gerakan itu akan diperlihatkan ke perwakilan
kelompok pertama tanpa suara. Kak Patrick melarang mahasiswa yang lain untuk
berbicara dan hanya diijinkan untuk tertawa. Setelah itu, satu per satu perwakilan
kelompok masuk ke kelas dan memperagakan ilustrasi yang telah dicontohkan
perwakilan sebelumnya. Pada akhir permainan, setiap perwakilan diminta untuk
menceritakan gerakan yang mereka lakukan. Cerita yang disampaikan oleh
perwakilan kelompok ternyata berbeda-beda dan tidak sesuai dengan cerita awal.
Saya juga melihat ada gerakan yang berubah karena dikurangi maupun ditambah
sehingga isi cerita menjadi berbeda dengan yang seharusnya.
Games pantomim memberikan pemikiran pada diri saya bahwa informasi
yang hanya disampaikan dalam gerakan tidak tersampaikan dengan baik dan membuat
komunikasi menjadi terbatas. Informasi akan lebih tersampaikan dengan lebih jelas
jika kita berkomunikasi secara verbal sehingga kita lebih leluasa mengungkapkan
pikiran kita dan penerima pesan dapat memahami informasi dengan lebih tepat. Selain
itu, menyampaikan informasi melalui banyak perantara terlihat tidak efektif dan
efisien seperti yang terjadi dalam games, yaitu terjadi kesalahan dalam menyalurkan
informasi. Informasi menjadi tidak tepat karena adanya bagian yang ditambah atau
dikurangi. Oleh sebab itu,informasi sebaiknya disampaikan secara verbal langsung
kepada orang yang dituju sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi akibat adanya
perantara.Informasi harus disampaikan secara jelas. Apabila terpaksa menggunakan
perantara, jangan mengurangi atau menambah isi pesan. Fokus saat berkomunikasi
juga menjadi hal yang penting agar kita menangkap informasi dengan benar dan
meminimalisir kemungkinan penambahan atau pengurangan pesan akibat lupa.
Peran komunikasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa
adanya komunikasi, tidak akan ada relasi antar individu. Akan tetapi, kita harus terus
berlatih berkomunikasi dengan efektif dan efisien sehingga pemikiran kita
tersampaikan dengan jelas kepada orang lain terutama anggota tim. Komunikasi
merupakan kunci keberhasilan suatu kelompok sebab melalui komunikasi kita dapat
menyalurkan ide dan pemikiran yang digunakan untuk mencapai tujuan kelompok.
Saat pesan dalam komunikasi tersampaikan dengan baik, anggota-anggota tim akan
lebih mudah menyatukan langkah untuk mencapai tujuan.Oleh sebab itu, kita harus
melatih kemampuan komunikasi dengan baik.
2. Games Komunigaya
Setelah bermain pantomim, kami semua diajak untuk bermain komunigaya
dalam masing-masing kelompok. Para mahasiswa diminta untuk berbaris sesuai
kelompoknya. Anggota kelompok yang berdiri di barisan paling depan diminta untuk
menghadap ke fasilitator dan diberi sebuah pesan untuk disampaikan ke anggota pada
baris kedua dan seterusnya. Penyampaian informasi hanya boleh dilakukan dengan
gerakan tubuh. Kemudian, mahasiswa yang berada di baris paling belakang diminta
untuk menebak pesan yang disalurkan oleh kelompok. Permainan ini dilakukan
sebanyak lima kali dan kelompok kami hanya berhasil menebak dua pesan dengan
benar. Hal itu terjadi karena adanya kesalahan persepsi antaranggota. Meskipun kami
telah menirukan gaya dengan benar, namun tetap terjadi kesalahan persepsi.
Menurut saya, inti dari permainan ini sama dengan games pantomim yaitu
mengenai komunikasi yang efektif. Komunikasi akan berjalan dengan baik jika isi
pesan disampaikan dengan jelas dan lengkap melalui komunikasi verbal secara
langsung sehingga penerima pesan menangkap informasi dengan tepat. Selain itu,
dalam komunikasi diperlukan kemampuan dua belah pihak baik pemberi dan
penerima pesan. Pemberi pesan harus memiliki kemampuan untuk mengungkapkan
pemikirannya cara dengan efektif atau tepat sasaran, sedangkan penerima pesan harus
fokus dan cermat untuk menangkap isi pesan dengan benar.
Persepsi juga memainkan peran yang penting dalam komunikasi. Hal ini
terbukti dalam permainan, misalnyagerakan yang sama persis dapat dimaknai secara
berbeda pada pemberi dan penerima pesan. Oleh sebab itu, saya harus cermat dalam
berkomunikasi agar apa yang kita sampaikan dapat diterima dengan benar oleh orang
lain.
dengan cepat dan tepat. Setelah berhasil melakukan tugas, maka perwakilan kelompok
kembali ke fasilitator dan diberi tugas berikutnya. Setiap anggota kelompok
mendapatkan kesempatan untuk menjadi perwakilan secara bergantian.
Menurut kami, games ini mengajarkan untuk menangkap informasi dan
menyampaikannya secara cepat dan tepat. Anggota yang menerima pesan dari
perwakilan kelompok yang berperan sebagai sosok leader harus mengerti apa yang
dimaksudkan oleh perwakilan dan melakukan tugas tersebut dengan kompak.
Keefektifan kelompok ditentukan oleh peran pemimpin untuk mencapai tujuan
bersama. Kelompok kami sempat gagal dalam menjalankan satu tugas karena
perwakilan kelompok menyampaikan informasi hanya dengan gerakan, sehingga
kelompok tidak mengerti apa yang dimaksud. Oleh karena itu komunikasi sangat
diperlukan dalam sebuah kelompok.
Games ini memberikan kami sebuah insight bahwa setiap insan di dunia
memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, hanya saja ia perlu diberi kesempatan dan
dukungan untuk berkembang. Orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki
inisiatif dan aktif, seperti halnya ketika fasilitator meminta untuk mengganti
perwakilan kelompok. Anggota yang lain harus peduli, tanggap dan bergerak cepat
untuk menggantikan perwakilan sebelumnya.
Peran pemimpin dalam kelompok memiliki fungsi yang besar. Pemimpin akan
mengkoordinasikandan
mengkomunikasikan
mencapai tujuan. Arahan dan instruksi juga bersumber dari pemimpin. Alasan inilah
yang menjadikan kemampuan komunikasi menjadi syarat kepemimpinan yang efektif.
Selain itu, pemimpin yang benar juga harus visioner. Ia harus mampu memperkirakan
apa yang harus dilakukan maupun rintangan apa yang akan dihadapi seperti halnya
yang terlihat saat games. Ketika perwakilan kelompok menerima tugas dari fasilitator
games, ia harus memikirkan strategi untuk menyelesaikan tantangan. Demikian juga
dengan pemimpin di kehidupan sehari-hari ia harus merupakan pribadi yang visioner.
TEORI
Leadership
Leader adalah pemimpin, seseorang yang dapat memengaruhi orang lain agar dapat bekerja
lebih efektif untuk mencapai target dan mempertahankan proses kerja sama diantara anggota.
Sedangkan yang dimaksud dengan leadership adalah proses dimana pemimpin dapat
Consideration
2.
Initiating structure
3.
Production Emphasis
4.
Sensitivity
Hubungan perilaku-perilaku ini menunjukkan perasaan, perilaku dan kepuasan dari anggota
kelompok serta sesuai dengan sisi interpersonal maupun socioemotional dalam suatu
kelompok. Meskipun kelompok ini dapat menyelesaikan masalah, terkadang pemimpin harus
mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhan pribadi para anggota. Hal-hal yang
penting dalam mencapai hubungan kepemimpinan adalah meningkatkan semangat dan
kekompakan, mengurangi konflik, peduli terhadap orang lain, dan membangun hubungan
antar anggota (Lord, 1977).
C. Karakteristik Pemimpin
Charismatic Leaders
Charisma menurut kamus adalah sebuah kekuatan yang luar biasa dan dianggap sebagai
keajaiban. Pemimpin yang karismatik terlihat menginspirasi pengikutnya untuk mencintai
pemimpinnya, di lain waktu pemimpin yang karismatik menawarkan pengikut mereka
dengan harapan untuk bebas dari penderitaan. Secara umum, pemimpin yang karismatik
memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan sebuah kekuatan yang luar biasa dan visi
kepada pengikutnya atau kemampuan untuk mencapai tujuan yang dapat menghapuskan
penderitaan pengikutnya.
Machiavellianism
Pemimpin Machiavellianism percaya bahwa:
a)
Orang lain pada dasarnya lemah, mudah disalahkan, mudah dicurangi, dan tidak dapat
dipercaya,
b)
c)
mencapai tujuan.
D. Trait Theories Of Leadership
Teori ini menjelaskan bahwa setiap leader memiliki karakter-karakter khusus yang dapat
membedakannya dengan non-leader. Banyak penelitian yang telah meneliti mengenai
karakteristik pemimpin yang baik salah satunya adalah penelitian milik Frederick Adams
Woods (1913) yang mengkategorikan karakteristik pemimpin sebagai; kuat, lemah, atau
sedang dalam hal intelektual dan karakteristik kepribadiannya. Penelitian lain milik Bird
(1940) membandingkan karakteristik pemimpin dengan karakteristik pengikutnya. Bird
mengemukakan general traits of leadership yaitu intelligence, initiative, sense of humour, dan
extroversion. Berdasarkan penelitian dari tahun 1948-1970 pemimpin yang dapat berhasil
untuk menyelesaikan tugasnya biasanya memiliki karakteristik; intelligence, peka terhadap
kebutuhan
orang
lain,
serta
bertanggung
jawab,
berinisiatif
dan
percaya
diri.
Pemimpin yang sukses biasanya memiliki dorongan yang kuat untuk menyelesaikan suatu
masalah, memiliki problem solving yang original, dapat menerima konsekuensi atas
keputusan dan tindakannya, siap untuk menangani stress, serta dapat memengaruhi perilaku
pada posisi yang lebih rendah mampu memahami peran dalam organisasi, karena seseorang
dengan otoritas mampu mempengaruhi bawahannya. Misalnya, seorang mandor memiliki
kewenangan untuk mengatur pekerjanya. Terdapat tiga permasalahan dalam pendekatan
posisi kepemimpinan, yakni:
1. Tidak jelas bagaimana seorang individu dapat ditunjuk sebagai otoritas atas dan tidak
menuntut kemampuan kepemimpinan. Misalnya, seorang yang memegang jabatan sebagai
kepala bagian tidak mampu untuk berkoordinasi dengan staffnya.
2. Tidak dapat dijelaskan bagaimana pemimpin dapat terlibat dalam perilaku bukan
kepemimpinan dan justru bawahan yang melakukan tindakan kepemimpinan. Misalnya,
seorang anggota dari bagian pemasaran bertindak sebagai kepala dengan melakukan tugastugas pemimpinnya.
3. Bawahan bisa saja dipengaruhi oleh oranglain diluar dari seseorang yang memiliki otoritas
secara langsung terhadap mereka. Misalnya, seorang manager di bagian pemasaran menyuruh
seorang dari anggota bagian produksi untuk melakukan tugas dari anggotanya.
G. Influence Theory of Leadership
Teori ini berhubungan dengan bagaimana seorang pemimpin memengaruhi sikap dan
tindakan pengikutnya. Hal ini diperlukan dalam kepemimpinan agar pemimpin mampu
mengarahkan para pengikut untuk bekerjasama dalam mengatur dan mencapai tujuan. Baik
pemimpin maupun pengikut, keduanya memiliki keterkaitan yakni peran hubungan resiprokal
(timbal balik). Peran tersebut yang membangun suatu kepemimpinan. Namun peran yang
terbagi tidak berarti bahwa terjadi dominasi maupun pemakasaan dalam kepemimpinan. Jadi,
pemimpin dapat dikatakan bertugas mengajak dan menginspirasi para anggota untuk
mengikuti cara pandangnya dalam proses mencapai tujuan.
H. Situational Theories of Leadership
Terdapat empat teori situasional, diantaranya: The distributed-actions theory; Bales
interaction-process analysis; Fiedlers situational theory; dan Hersey and Blanchards
situational theory.
The Distributed-Actions Theory of Leadership
Dalam teori ini terdapat dua prinsip dasar. Prinsip pertama, banyak anggota dari suatu
kelompok yang menjadi seorang pemimpin dengan melakukan tindakan yang saharusnya
Interaction-Process Analysis
Teori situasional ini menjelaskan tentang proses analisis yang terjadi melalui interaksi.
Misalnya, beberapa orang yang tidak saling mengenal dikumpulkan dalam satu ruangan dan
memberi mereka tugas yang mengajak mereka untuk bekerja sama maka akan terjadi suatu
interaksi sosial yang menimbulkan berbagai pola dan kemudian memuncul suatu struktur
kepemimpinan. Orang yang bicara lebih banyak sebagian besar merupakan pemimpin (Burke,
1974; Stein & Heller, 1979). Dasar dari teori proses interaksi:
1.
Ketika suatu kelompok memiliki tugas yang perlu diselesaikan, anggotanya terlibat
2.
3.
4.
sehingga akan terjadi hubungan dan komunikasi yang baik antara anggota.
Anggota lain yang memiliki task actions tinggi terlibat dalam tindakan sosialemosional. Misalnya, anggota yang suka dengan kerja lapangan jelas harus bisa
berkomunikasi dengan baik dan memiliki sikap yang terbuka juga hangat terhadap
orang lain, hal inilah yang dimaksudkan dengan tindakan social-emosional, karena
5.
arahan pemimpin dan pemimpin pun disukai dan dipercaya oleh anggotanya.
2.
Struktur tugas: Sejauh mana anggota dapat menyelesaikan tugas berdasarkan
instruksi dan prosedur yang telah ditentukan.
3.
Kekuasaan berdasar posisi: Pemimpin dapat mengatur otoritas dalam
memberikan punishment dan reward.
arahan dan dukungan yang harus diterapkan di saat yang tepat. Keefektifan seorang
untuk memimpin harus menyesuaikan dengan situasi yang ada. Pemimpin yang
efektif adalah orang yang mampu mengerti apa yang dibutuhkan pekerja.
1.
Gaya Telling
Pemimpin harus selalu memberikan instruksi yang jelas, arahan yang rinci, dan
selalu mengawasi anggota secara langsung. Gaya ini dipergunakan untuk
memastikan kinerja anggota maksimal.
2.
Gaya Selling
Pemimpin memberikan pengarahan, mengupayakan komunikasi 2 arah, dan
membangun rasa percaya diri dan motivasi anggota. Pemimpin juga harus memberi
dukungan untuk memancing rasa percaya diri dan antusiasme anggota.
3.
Gaya Participating
Gaya ini mendorong anggota untuk saling menyumbangkan ide, dan memberi
semangat. Pemimpin juga turut turun tangan dalam proses tersebut. Pemimpin tidak
lagi berperan sebagai pengarah namun juga menjadi pendengar yang siap
membantu.
4.
Gaya Delegating
Pemimpin tidak lagi
bertanggungjawab
ataupun
campur
tangan,
semua
I. Organizational Leadership
Terdapat pertumbuhan (growth) dan penurunan (decline). Tetap sama adalah
bukan pilihan. Pertumbuhan membutuhkan kepemimpinan, bukan manajemen.
Terdapat perbedaan dalam arti kata memimpin dan mengelola. Mengelola cenderug
berarti menangani hal-hal dengan mengontrol dan memelihara, sedangkan
memimpin cenderung mengarahkan kita untuk beergerak ke suatu tempat. Peran
unik dari seorang pemimpin adalah untuk membawa kita menuju perjalanan yang
belum pernah kita tempuh sebelumnya. Seorang pemimpin harus dapat melihat
tantangan yang dihadapi oleh organisasi dan membagi tantangan tersebut kepada
anggotanya. Tantangan ini bertujuan untuk meningkatkan keahlian anggota serta
membuat organisasi menjadi lebih baik. Terdapat beberapa isu kepemimpinan harus
dihadapi dalam rangka untuk memaksimalkan produktivitas kepemimpinan:
1.
1.
hari.
2.
Hal yang pertama untuk individu yang mendapatkan penghargaan dan perayaan
tim. Pemimpin bisa saja memberikan baju kaos, stiker, dan hal-hal yang menarik
dilakukan. Untuk memajukan kinerja anggota kelompoknya, pemimpin dapat
memberikan kartu dan ditempel didepan pintu untuk memberikan semangat. Jika
kau tidak memberikan bonus dari hasil kerja anggotamu yang selama ini telah
bekerja keras, maka mereka akan berhenti peduli, dan intinya kau akan keluar dari
bisnis yang kau pimpin. Cinta akan pekerjaan mereka dan cinta dengan satu sama
lain adalah apa yang menginspirasi banyak anggota untuk melakukan lebih banyak
dan lebih besar kemampuan mereka untuk pekerjaan yang mereka kerjakan.
Membangun struktur koperasi, mendorong hubungan kepedulian, dan berkomitmen
antara anggota lainnya untuk menjadi seorang pemimpin yang baik.
K. Followership
Followership adalah kemampuan untuk berkontribusi dalam penyelesaian tugas dan
tujuan melalui dukungan teknis, interpersonal, dan keterampilan kognitif. Terdapat
beberapa keterampilan yang ada dalam teori followership yaitu:
1.
Envisioning:
Menciptakan dan mengartikulasikan gambaran masa depan atau keadaan yang
2.
diinginkan.
Modelling:
Menunjukkan perilaku yang konsisten dengan standar tertinggi industri teknis
3.
dan etika.
Receptiveness:
Mendorong, memperhatikan, dan menyampaikan pemahaman ide-ide lain,
4.
5.
abnormal.
Initiative:
Dimulai tindakan, tanpa arah eksternal, untuk mengatasi kekurangan yang
dirasakan.
KOMUNIKASI
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung)
ataupun tidak langsung (melalui media)Pembahasan komunikasi organisasi antara lain
menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses
pengorganisasian serta budaya organisasi.
Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang
sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan
horisontal. Dalam teori-teori organisasi ada dua hal yang mendasar yang dijadikan pedoman:
Teori tradisi posisional yang meneliti bagaimana manajemen menggunakan jaringan-jaringan
formal untuk mencapai tujuannya. Teori tradisi hubungan antar pribadi yang meneliti
bagaimana sebuah organisasi terbentuk melalui interaksi antar individu.
Model pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman pada
1965.
Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik
dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah konsep ini dicetuskan.
Teori ini memfokuskan pada cara suatu kelompok menghadapi suatu tugas mulai dari
awal pembentukan kelompok hingga proyek selesai.
Selanjutnya Tuckman menambahkan tahap kelima yaitu adjourning dan transforming
untuk melengkapi teori ini.
Tahap 1 Forming
Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok
cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka
belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk
merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu sama lain.
Tahap 2 Storming
Pada tahap ini kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas
yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah apa yang harus
merka selesaikan, bagaimana fungsi mereka masing-masing dan model kepemimpinan
seperti apa yang dapat mereka terima. Anggota kelompok saling terbuka dan
mengkonfrontasikan ide-ide dan perspektif mereka masing-masing.
Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula beberapa
kelompok yang mandek pada tahap ini.
Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu kelompok. Tahap ini
bisa
saja menyakitkan bagi anggota kelompok yang menghindari konflik. Anggota kelompok
harus memiliki toleransi terhadap perbedaan yang ada.
Tahap 3 Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung
jawab telah jelas. Kelompok mulai menemukan haromoni seiring dengan kesepakatan
yang mereka buat mengenai aturan-aturan dan nilai-nilai yang digunakan.
Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring
dengan mereka melihat kontribusi penting masing-masing anggota untuk kelmpok.
Tahap 4 Performing
Kelompok pada tahap ini dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan dengan
lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota
kelompok saling tergantung satu sama lainnya dan mereka saling respek dalam
berkomunikasi.
Supervisor dari kelompok ini bersifat partisipatif. Keputusan penting justru banyak
diambil oleh kelompok.
Tahap 5 Adjourning dan Transforming
Ini adalah tahap yang terakhir dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan
diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap manapun ketika mereka mengalami
perubahan (transforming).
DAFTAR PUSTAKA
Bachroni, M. 2011. Pelatihan Pembentukan Tim Untuk Meningkatkan Kohesivitas Tim Pada
Kopertis V Yogyakarta. Jurnal Psikologi, Volume 38, No. 1, 41-50.
http://digilib.uinsby.ac.id/1116/5/Bab%202.pdf . diaksespadatanggal 25 April 2016 pukul
22.15
http://e-journal.uajy.ac.id/1726/3/2EM15387.pdf .diaksespadatanggal 25 April 2016 pukul
22.21
http://y-share-it.blogspot.co.id/2010/01/kepemimpinan-leadership.html . diaksespadatanggal
24 April 2016 pukul 15.30
http://www.kompasiana.com/elisigiro/pentingnya-komunikasi-dalam-kehidupanmanusia_552af7c1f17e61145bd623cc . diaksespadatanggal 24 April 2016 pukul 16.00