Anda di halaman 1dari 18

Refleksi Dinamika Kelompok

INDIVIDU

Disusun oleh:
Villiana Paramabhakti

13.40.0007

Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata
2016

Refleksi Dinamika Kelompok


Refleksi Individu
Games yang saya ikuti saat awal kuliah dinamika kelompok mengajarkan saya beberapa hal,
yaitu:
a. Kerjasama.
Saat saya semua diberikan instruksi untuk bergandengan tangan lalu melakukan
beberapa tantangan seperti tidur, duduk, jongkok, dan berdiri bersama, saya belajar
untuk bekerjasama dalam tim. Kami mempertahankan gandengan tangan (sebagai
simbol ikatan kelompok) dan tidak meninggalkan anggota lain. Saya tidak boleh egois
dengan hanya berusaha berdiri sendiri, tapi saling menopang anggota lain sehingga
kami dapat mencapai tujuan bersama.
b. Berbaur dengan teman-teman lain.
Games pel-tempel mengajarkan saya dan teman teman yang lain untuk membuka
diri kepada teman-teman sekelas dan mau berbaur dan tidak hanya terus bersama
dengan teman yang sudah biasa bersama-sama. Saat saya berada dalam satu
kelompok, terbentuk interaksi dan komunikasi yang memperkuat persahabatan di
antara anggota kelompok.
c. Memberikan respons yang cepat terhadap instruksi yang diberikan oleh asisten dosen.
Games pel-tempel juga mengajarkan saya untuk memiliki respons yang cepat
terhadap instruksi yang diberikan oleh asisten dosen.

Pembentukan Kelompok
Pengalaman pembentukan tim saat kuliah dinamika kelompok merupakan contoh
pembentukan kelompok berdasarkan teori interaksi yang diungkapkan oleh George Homans.
Teori interaksi didasarkan pada aktivitas, interaksi, dan sentiment (perasaan atau emosi) yang
berhubungan secara langsung. Ketiganya dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Semakin banyak aktivitas seseorang dengan orang lain, semakin beraneka
ineteraksinya dan semakin kuat tumbuhnya sentiment mereka.
b. Semakin banyak interaksi diantara orang-orang, maka semakin banyak kemungkinan
aktivitas dan sentiment yang ditularkan pada orang lain.
c. Semakin banyak aktivitas dan sentiment yang ditularkan pada orang lain dan semakin
banyak sentiment orang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak
kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-interaksi.

Berdasarkan teori di atas, dinamika yang saya alami adalah:

a. Saat saya menjadi satu kelompok, ada peningkatan aktivitas dan interaksi di antara
anggota-anggota kelompok seperti misalnya anggota-anggota yang dulu jarang
berkomunikasi kini mulai saling berkomunikasi dan lebih mengenal satu sama lain.
Interaksi yang terbentuk ini menimbukan timbulnya sentiment berupa perasaan terikat
satu sama lain sebagai sebuah kelompok.
b. Semakin banyak interaksi yang terjadi didalam kelompok saya, maka semakin banyak
kemungkinan aktivitas dan sentiment yang ditularkan antar anggota kelompok,
sehingga saya memiliki sentiment yang serupa. Sebagai contoh, saat A berkomunikasi
dengan B, maka hal tersebut akan menarik sentiment atau perasaan anggota kelompok
lain untuk ikut berkomunikasi juga dengan A dan B sehingga komunikasi yang terjalin
semakin luas antar anggota kelompok.
c. Semakin banyak sentimen yang ditularkan antar anggota kelompok, dan semakin
banyak sentimen yang dipahami, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya
aktivitas dan interaksi-interaksi dalam kelompok kami. Hal ini menimbulkan perasaan
akrab dan dekat satu sama lain.

Perkembangan Kelompok
Sebagai sebuah kelompok, interaksi antaranggota akan menimbulkan sebuah
dinamika berupa perkembangan kelompok. Tahap-tahap perkembangan kelompok yang
dikemukakan oleh Burce TuckmanSequential Stage of Theories) adalah sebagai berikut:
a. Forming
b. Storming
c. Norming
d. Performing
e. Adjourning
Jika meninjau tahap perkembangan tersebut, kelompok saya masih berada dalam tahap
forming yaitu tahap saat antar anggota masih berorientasi dan mengenal satu sama lain untuk
mencapai tujuan yang sama, yaitu belajar bekerja dalam kelompok dan menuntaskan
pembelajaran dinamika kelompok dengan baik.

Game yang saya ikuti selama ini


1. Games Pantomim

Pada hari Selasa, 29 Maret 2016 kami bermain games pantomim. Setiap
kelompok diminta untuk mengirimkan satu orang sebagai perwakilan kelompok.
Kelompok saya diwakili oleh Saka. Perwakilan kelompok yang ditunjuk diminta
untuk menunggu di luar kelas. Sementara itu, Kak Patrick memberikan ilustrasi cerita
yang disertai dengan gerakan. Nantinya, gerakan itu akan diperlihatkan ke perwakilan
kelompok pertama tanpa suara. Kak Patrick melarang mahasiswa yang lain untuk
berbicara dan hanya diijinkan untuk tertawa. Setelah itu, satu per satu perwakilan
kelompok masuk ke kelas dan memperagakan ilustrasi yang telah dicontohkan
perwakilan sebelumnya. Pada akhir permainan, setiap perwakilan diminta untuk
menceritakan gerakan yang mereka lakukan. Cerita yang disampaikan oleh
perwakilan kelompok ternyata berbeda-beda dan tidak sesuai dengan cerita awal.
Saya juga melihat ada gerakan yang berubah karena dikurangi maupun ditambah
sehingga isi cerita menjadi berbeda dengan yang seharusnya.
Games pantomim memberikan pemikiran pada diri saya bahwa informasi
yang hanya disampaikan dalam gerakan tidak tersampaikan dengan baik dan membuat
komunikasi menjadi terbatas. Informasi akan lebih tersampaikan dengan lebih jelas
jika kita berkomunikasi secara verbal sehingga kita lebih leluasa mengungkapkan
pikiran kita dan penerima pesan dapat memahami informasi dengan lebih tepat. Selain
itu, menyampaikan informasi melalui banyak perantara terlihat tidak efektif dan
efisien seperti yang terjadi dalam games, yaitu terjadi kesalahan dalam menyalurkan
informasi. Informasi menjadi tidak tepat karena adanya bagian yang ditambah atau
dikurangi. Oleh sebab itu,informasi sebaiknya disampaikan secara verbal langsung
kepada orang yang dituju sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi akibat adanya
perantara.Informasi harus disampaikan secara jelas. Apabila terpaksa menggunakan
perantara, jangan mengurangi atau menambah isi pesan. Fokus saat berkomunikasi
juga menjadi hal yang penting agar kita menangkap informasi dengan benar dan
meminimalisir kemungkinan penambahan atau pengurangan pesan akibat lupa.
Peran komunikasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa
adanya komunikasi, tidak akan ada relasi antar individu. Akan tetapi, kita harus terus
berlatih berkomunikasi dengan efektif dan efisien sehingga pemikiran kita
tersampaikan dengan jelas kepada orang lain terutama anggota tim. Komunikasi
merupakan kunci keberhasilan suatu kelompok sebab melalui komunikasi kita dapat
menyalurkan ide dan pemikiran yang digunakan untuk mencapai tujuan kelompok.
Saat pesan dalam komunikasi tersampaikan dengan baik, anggota-anggota tim akan

lebih mudah menyatukan langkah untuk mencapai tujuan.Oleh sebab itu, kita harus
melatih kemampuan komunikasi dengan baik.
2. Games Komunigaya
Setelah bermain pantomim, kami semua diajak untuk bermain komunigaya
dalam masing-masing kelompok. Para mahasiswa diminta untuk berbaris sesuai
kelompoknya. Anggota kelompok yang berdiri di barisan paling depan diminta untuk
menghadap ke fasilitator dan diberi sebuah pesan untuk disampaikan ke anggota pada
baris kedua dan seterusnya. Penyampaian informasi hanya boleh dilakukan dengan
gerakan tubuh. Kemudian, mahasiswa yang berada di baris paling belakang diminta
untuk menebak pesan yang disalurkan oleh kelompok. Permainan ini dilakukan
sebanyak lima kali dan kelompok kami hanya berhasil menebak dua pesan dengan
benar. Hal itu terjadi karena adanya kesalahan persepsi antaranggota. Meskipun kami
telah menirukan gaya dengan benar, namun tetap terjadi kesalahan persepsi.
Menurut saya, inti dari permainan ini sama dengan games pantomim yaitu
mengenai komunikasi yang efektif. Komunikasi akan berjalan dengan baik jika isi
pesan disampaikan dengan jelas dan lengkap melalui komunikasi verbal secara
langsung sehingga penerima pesan menangkap informasi dengan tepat. Selain itu,
dalam komunikasi diperlukan kemampuan dua belah pihak baik pemberi dan
penerima pesan. Pemberi pesan harus memiliki kemampuan untuk mengungkapkan
pemikirannya cara dengan efektif atau tepat sasaran, sedangkan penerima pesan harus
fokus dan cermat untuk menangkap isi pesan dengan benar.
Persepsi juga memainkan peran yang penting dalam komunikasi. Hal ini
terbukti dalam permainan, misalnyagerakan yang sama persis dapat dimaknai secara
berbeda pada pemberi dan penerima pesan. Oleh sebab itu, saya harus cermat dalam
berkomunikasi agar apa yang kita sampaikan dapat diterima dengan benar oleh orang
lain.

3. Games Delegasi Tugas


Selasa, 5 April 2016 kami semua bermain games Delegasi Tugas. Awalnya
kami diminta untuk berbaris per kelompok dan diminta memberikan 1 perwakilan
untuk maju kedepan. Perwakilan kami adalah Saka. Cara kerja games ini adalah
perwakilan dari kelompok kami diberi tugas oleh fasilitator untuk kemudian
disampaikan ke anggota kelompok, dan anggota harus melakukan tugas tersebut

dengan cepat dan tepat. Setelah berhasil melakukan tugas, maka perwakilan kelompok
kembali ke fasilitator dan diberi tugas berikutnya. Setiap anggota kelompok
mendapatkan kesempatan untuk menjadi perwakilan secara bergantian.
Menurut kami, games ini mengajarkan untuk menangkap informasi dan
menyampaikannya secara cepat dan tepat. Anggota yang menerima pesan dari
perwakilan kelompok yang berperan sebagai sosok leader harus mengerti apa yang
dimaksudkan oleh perwakilan dan melakukan tugas tersebut dengan kompak.
Keefektifan kelompok ditentukan oleh peran pemimpin untuk mencapai tujuan
bersama. Kelompok kami sempat gagal dalam menjalankan satu tugas karena
perwakilan kelompok menyampaikan informasi hanya dengan gerakan, sehingga
kelompok tidak mengerti apa yang dimaksud. Oleh karena itu komunikasi sangat
diperlukan dalam sebuah kelompok.
Games ini memberikan kami sebuah insight bahwa setiap insan di dunia
memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, hanya saja ia perlu diberi kesempatan dan
dukungan untuk berkembang. Orang yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki
inisiatif dan aktif, seperti halnya ketika fasilitator meminta untuk mengganti
perwakilan kelompok. Anggota yang lain harus peduli, tanggap dan bergerak cepat
untuk menggantikan perwakilan sebelumnya.
Peran pemimpin dalam kelompok memiliki fungsi yang besar. Pemimpin akan
mengkoordinasikandan

mengkomunikasikan

langkah-langkah kelompok untuk

mencapai tujuan. Arahan dan instruksi juga bersumber dari pemimpin. Alasan inilah
yang menjadikan kemampuan komunikasi menjadi syarat kepemimpinan yang efektif.
Selain itu, pemimpin yang benar juga harus visioner. Ia harus mampu memperkirakan
apa yang harus dilakukan maupun rintangan apa yang akan dihadapi seperti halnya
yang terlihat saat games. Ketika perwakilan kelompok menerima tugas dari fasilitator
games, ia harus memikirkan strategi untuk menyelesaikan tantangan. Demikian juga
dengan pemimpin di kehidupan sehari-hari ia harus merupakan pribadi yang visioner.

TEORI
Leadership
Leader adalah pemimpin, seseorang yang dapat memengaruhi orang lain agar dapat bekerja
lebih efektif untuk mencapai target dan mempertahankan proses kerja sama diantara anggota.
Sedangkan yang dimaksud dengan leadership adalah proses dimana pemimpin dapat

memberikan pengaruh. Menjadi seorang pemimpin membutuhkan keterampilan tertantu.


Kemampuan yang dimaksud adalah kesanggupan untuk membantu grup dalam mencapai
tujuan dan keefektifan dalam bekerjasama antar anggota yang disebut leader skill.
A. Definisi Konseptual
1. Kepemimpinan adalah hubungan timbal balik antara proses yang melibatkan
pemimpin, pengikut dan situasi kelompok. Hubungan antara pemimpin dengan
pengikutnya adalah timbal balik. Kepemimpinan tidak dapat dipahami secara terpisah
dari kepatuhan.
2. Kepemimpinan adalah sebuah transaksi, proses perubahan sosial. Pemimpin dan
anggota berkerja sama, saling menukar waktu, tenaga dan kemampuan untuk
meningkatkan imbalan bersama.
3. Kepemimpinan sering disebut dengan proses perubahan. Meninggikan motivasi
anggota kelompok, kepercayaan diri dan kepuasan dengan menyatukan anggota dan
mengubah tanggapan mereka, nilai-nilai dan kebutuhan-kebutuhan mereka.
4. Kepemimpinan adalah proses pengaruh kerjasama yang sah daripada hanya kekuatan
belaka.
Kepemimpinan adalah sebuah proses pencarian tujuan yang adaptif, yang untuk itu,
mengatur dan memotivasi usaha anggota kelompok dalam pencapaian tujuan
kelompok dan pribadi.
Definisi Perilaku
Secara umum terdapat sembilan tipe perilaku yang diturunkan lagi menjadi 4 yaitu:
1.

Consideration

2.

Initiating structure

3.

Production Emphasis

4.

Sensitivity

Hubungan perilaku-perilaku ini menunjukkan perasaan, perilaku dan kepuasan dari anggota
kelompok serta sesuai dengan sisi interpersonal maupun socioemotional dalam suatu
kelompok. Meskipun kelompok ini dapat menyelesaikan masalah, terkadang pemimpin harus
mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhan pribadi para anggota. Hal-hal yang
penting dalam mencapai hubungan kepemimpinan adalah meningkatkan semangat dan
kekompakan, mengurangi konflik, peduli terhadap orang lain, dan membangun hubungan
antar anggota (Lord, 1977).

C. Karakteristik Pemimpin
Charismatic Leaders
Charisma menurut kamus adalah sebuah kekuatan yang luar biasa dan dianggap sebagai
keajaiban. Pemimpin yang karismatik terlihat menginspirasi pengikutnya untuk mencintai
pemimpinnya, di lain waktu pemimpin yang karismatik menawarkan pengikut mereka
dengan harapan untuk bebas dari penderitaan. Secara umum, pemimpin yang karismatik
memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan sebuah kekuatan yang luar biasa dan visi
kepada pengikutnya atau kemampuan untuk mencapai tujuan yang dapat menghapuskan
penderitaan pengikutnya.
Machiavellianism
Pemimpin Machiavellianism percaya bahwa:
a)

Orang lain pada dasarnya lemah, mudah disalahkan, mudah dicurangi, dan tidak dapat

dipercaya,
b)
c)

Orang lain adalah objek yang bersifat umum,


Seseorang seharusnya memanipulasi orang lain kapan pun itu diperlukan untuk

mencapai tujuan.
D. Trait Theories Of Leadership
Teori ini menjelaskan bahwa setiap leader memiliki karakter-karakter khusus yang dapat
membedakannya dengan non-leader. Banyak penelitian yang telah meneliti mengenai
karakteristik pemimpin yang baik salah satunya adalah penelitian milik Frederick Adams
Woods (1913) yang mengkategorikan karakteristik pemimpin sebagai; kuat, lemah, atau
sedang dalam hal intelektual dan karakteristik kepribadiannya. Penelitian lain milik Bird
(1940) membandingkan karakteristik pemimpin dengan karakteristik pengikutnya. Bird
mengemukakan general traits of leadership yaitu intelligence, initiative, sense of humour, dan
extroversion. Berdasarkan penelitian dari tahun 1948-1970 pemimpin yang dapat berhasil
untuk menyelesaikan tugasnya biasanya memiliki karakteristik; intelligence, peka terhadap
kebutuhan

orang

lain,

serta

bertanggung

jawab,

berinisiatif

dan

percaya

diri.

Pemimpin yang sukses biasanya memiliki dorongan yang kuat untuk menyelesaikan suatu
masalah, memiliki problem solving yang original, dapat menerima konsekuensi atas
keputusan dan tindakannya, siap untuk menangani stress, serta dapat memengaruhi perilaku

orang lain. Karakteristik-karakteristik ini kemudian dapat digunakan untuk membedakan


leader dengan non-leader, effective leader dengan non-effective leader, dan higher-echelon
dengan lower-echelon leader. Kesimpulannya adalah individu yang memiliki energy,
dorongan, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk menentukan kesuksesan akan menjadi
pemimpin karena mereka akan bekerja keras untuk mendapatkan posisi sebagai pemimpin.
Trait theory of leadership mendapatkan dukungan saat dipasangkan dengan teori social
determinism. Social determinism atau teori Zeitgeist menyatakan bahwa peristiwa bersejarah
ditentukan oleh kekuatan sosial, gerakan sosial, dan nilai-nilai sosial yang berubah.
E. Leadership Styles
Terdapat tiga gaya kepemimpinan yang utama menurut Lewin, Lippit, dan White
(dalam Forsyth,1999) yaitu: autocratic, democratic, dan laissez-faire. Pemimpin autocratic
memberi perintah dan menetapkan semua kebijaksanaan tanpa melibatkan anggota yang lain.
Pemimpin democratic menetapkan kebijakan melalui diskusi kelompok, menyemangati dan
membantu anggota kelompok untuk berinteraksi, meminta anggota kelompok untuk dapat
bekerja sama, dan menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan para anggotanya. Pemimpin
Laissez-faire tidak berpartisipasi didalam semua proses pembuatan keputusan di dalam
kelompok.
Leadership memengaruhi anggota kelompok. Leadership mengindikasikan adanya
relasi antara pemimpin dan pengikutnya. Tanpa pengikut tidak akan ada pemimpin dan tanpa
pemimpin tidak akan ada pengikut. Pemimpin menerima status, rekognisi, penghormatan, dan
penguatan terhadap kontribusinya untuk mencapai tujuan dari kelompok.
F. Role Position Approach to Leadership
The role position approach to leadership mengasumsikan bahwa seseorang menjadi
leader pada saat dia diposisikan sebagai pihak yang meemiliki otoritas. Otoritas adalah
kekuatan yang sah yang ditetapkan dalam sebuah posisi tertentu dengan tujuan untuk
memastikan bahwa orang yang berada di posisi bawah memenuhi persyaratan peraturan
organisasi mereka.
Seorang pemimpin biasanya dideskripsikan sebagai seseorang yang berada pada posisi
otoritas atau memegang suatu jabatan. Kepemimpinan dalam organisasi dimulai dengan
struktur peran formal yang menetapkan hierarki dari otoritas. Otoritas sendiri merupakan
kekuatan yang dipegang oleh orang yang memiliki kewenangan memastikan bahwa individu

pada posisi yang lebih rendah mampu memahami peran dalam organisasi, karena seseorang
dengan otoritas mampu mempengaruhi bawahannya. Misalnya, seorang mandor memiliki
kewenangan untuk mengatur pekerjanya. Terdapat tiga permasalahan dalam pendekatan
posisi kepemimpinan, yakni:
1. Tidak jelas bagaimana seorang individu dapat ditunjuk sebagai otoritas atas dan tidak
menuntut kemampuan kepemimpinan. Misalnya, seorang yang memegang jabatan sebagai
kepala bagian tidak mampu untuk berkoordinasi dengan staffnya.
2. Tidak dapat dijelaskan bagaimana pemimpin dapat terlibat dalam perilaku bukan
kepemimpinan dan justru bawahan yang melakukan tindakan kepemimpinan. Misalnya,
seorang anggota dari bagian pemasaran bertindak sebagai kepala dengan melakukan tugastugas pemimpinnya.
3. Bawahan bisa saja dipengaruhi oleh oranglain diluar dari seseorang yang memiliki otoritas
secara langsung terhadap mereka. Misalnya, seorang manager di bagian pemasaran menyuruh
seorang dari anggota bagian produksi untuk melakukan tugas dari anggotanya.
G. Influence Theory of Leadership
Teori ini berhubungan dengan bagaimana seorang pemimpin memengaruhi sikap dan
tindakan pengikutnya. Hal ini diperlukan dalam kepemimpinan agar pemimpin mampu
mengarahkan para pengikut untuk bekerjasama dalam mengatur dan mencapai tujuan. Baik
pemimpin maupun pengikut, keduanya memiliki keterkaitan yakni peran hubungan resiprokal
(timbal balik). Peran tersebut yang membangun suatu kepemimpinan. Namun peran yang
terbagi tidak berarti bahwa terjadi dominasi maupun pemakasaan dalam kepemimpinan. Jadi,
pemimpin dapat dikatakan bertugas mengajak dan menginspirasi para anggota untuk
mengikuti cara pandangnya dalam proses mencapai tujuan.
H. Situational Theories of Leadership
Terdapat empat teori situasional, diantaranya: The distributed-actions theory; Bales
interaction-process analysis; Fiedlers situational theory; dan Hersey and Blanchards
situational theory.
The Distributed-Actions Theory of Leadership
Dalam teori ini terdapat dua prinsip dasar. Prinsip pertama, banyak anggota dari suatu
kelompok yang menjadi seorang pemimpin dengan melakukan tindakan yang saharusnya

dilakukan pemimpin, yakni membantu kelompok mencapai tujuan dan mempertahankan


relasi kerja secara efektif. Prinsip kedua, kepemimpinan bersifat spesifik untuk suatu
kelompok khusus dalam sebuah situasi khusus.

Interaction-Process Analysis
Teori situasional ini menjelaskan tentang proses analisis yang terjadi melalui interaksi.

Misalnya, beberapa orang yang tidak saling mengenal dikumpulkan dalam satu ruangan dan
memberi mereka tugas yang mengajak mereka untuk bekerja sama maka akan terjadi suatu
interaksi sosial yang menimbulkan berbagai pola dan kemudian memuncul suatu struktur
kepemimpinan. Orang yang bicara lebih banyak sebagian besar merupakan pemimpin (Burke,
1974; Stein & Heller, 1979). Dasar dari teori proses interaksi:
1.

Ketika suatu kelompok memiliki tugas yang perlu diselesaikan, anggotanya terlibat

2.

dalam tugas yang berhubungan dengan perilaku atas dasar kesetaraan.


Anggota yang memiliki task behavior yang tinggi cenderung menciptakan
ketegangan dan permusuhan di antara anggota yang kurang berkomitmen untuk
tugas. Misalnya, orang-orang yang cenderung suka mengerjakan tugas sampai
selesai dan tidak menunda-nunda pekerjaan akan menganggap remeh anggota yang
lainnya yang lebih sedikit mengerjakan tugas mereka dan akan mengucilkan mereka

3.

dengan tidak berelasi dengan orang-orang tersebut.


Ada kebutuhan untuk tindakan yang membantu mempertahankan hubungan kerja
yang efektif antar anggota. Misalnya, setiap anggota diberikan tanggung jawab
untuk bekerja diluar kota bersam-sama dan melakukan pekerjaan mereka bersama,

4.

sehingga akan terjadi hubungan dan komunikasi yang baik antara anggota.
Anggota lain yang memiliki task actions tinggi terlibat dalam tindakan sosialemosional. Misalnya, anggota yang suka dengan kerja lapangan jelas harus bisa
berkomunikasi dengan baik dan memiliki sikap yang terbuka juga hangat terhadap
orang lain, hal inilah yang dimaksudkan dengan tindakan social-emosional, karena

5.

dia dapat bersosialisasi dan memiliki control emosional yang baik.


Peran-peran yang berbeda (tugas dan sosio-emosional) yang stabil dan disinkronkan
dengan tugas dan sosio-emosional pemimpin dapat memperkuat dan mendukung
satu sama lain. Misalnya, orang yang bisa persuasi diberikan tugas untuk turun
lapangan mencari data dsb, sedangkan orang yang tipe pemikir tinggal untuk
melakukan pekerjaan yang melibatkan ketekunan dan ketelitian seperti mengetik
atau memikirkan cara mengurangi kerugian dari produk-produk yang baru saja
dirancangkan.

Fiedlers Situational Theory of Leadership


Fiedler cenderung menekankan kepemimpinan dan kinerja organisasi. Fiedler
membagi tipe pemimpin yang pertama, pemimpin yang setiap tugas anggotanya
diorientasikan. Contohnya, pemimpin dengan tipe ini selalu menentukan apa yang
harus dikerjakan oleh anggotanya, kemana mereka harus pergi dan bagaimana cara
mereka harus bekerja. Pemimpin dengan tipe seperti ini adalah pemimpin yang
kekuatan dan otoritasnya sangat tinggi. Yang kedua, pemimpin yang berorientasi
pada pemeliharaan hubungan. Contohnya, seorang pemimpin yang selalu
memanggil para anggotanya apabila ada kesalahan dalam pengerjaan seorang
anggota. Pemimpin dengan tipe ini selalu melibatkan anggotanya dalam
pengambilan keputusan. Fiedler juga mengembangkan skala yang digunakan untuk
mengukur sikap seorang pemimpin agar bisa melihat siapa yang paling bisa
memimpin dengan baik yang disebut skala Least Preferred Co-worker (LPC).
Terdapat 3 variabel yang menurut Fiedler berpengaruh pada peran dan pengaruh
seorang pemimpin, yaitu:
1.

Hubungan pemimpin dan anggota: Keinginan anggota untuk mengikuti

arahan pemimpin dan pemimpin pun disukai dan dipercaya oleh anggotanya.
2.
Struktur tugas: Sejauh mana anggota dapat menyelesaikan tugas berdasarkan
instruksi dan prosedur yang telah ditentukan.
3.
Kekuasaan berdasar posisi: Pemimpin dapat mengatur otoritas dalam
memberikan punishment dan reward.

Hersey and Blanchards Situational Theory


Teori ini memberikan dua dimensi perilaku pemimpin yaitu inisiasi dan

pertimbangan dari anggota-anggota kelompok. Mereka mendefinisikan task


behavior sebagai sejauh mana seorang pemimpin terlibat dalam salah satu cara
komunikasi dengan menjelaskan apa yang harus di lakukan oleh masing-masing
pengikutnya, serta kapan, di mana, dan bagaimana tugas-tugas yang harus
diselesaikan. Hersey dan Blanchard mendefinisikan relationship behavior sebagai
sejauh mana seorang pemimpin terlibat dalam komunikasi dua arah dengan
memberikan dukungan emosional dan memfasilitasi perilaku.
Hersey and Blanchards Situational Theory mengasumsikan bahwa ada empat
kombinasi dari perilaku kepemimpin. kemungkinan efektif atau tidaknya tergantung
pada situasinya. Pendekatan ini menekankan bahwa kepemimpinan terdiri dari

arahan dan dukungan yang harus diterapkan di saat yang tepat. Keefektifan seorang
untuk memimpin harus menyesuaikan dengan situasi yang ada. Pemimpin yang
efektif adalah orang yang mampu mengerti apa yang dibutuhkan pekerja.
1.
Gaya Telling
Pemimpin harus selalu memberikan instruksi yang jelas, arahan yang rinci, dan
selalu mengawasi anggota secara langsung. Gaya ini dipergunakan untuk
memastikan kinerja anggota maksimal.
2.
Gaya Selling
Pemimpin memberikan pengarahan, mengupayakan komunikasi 2 arah, dan
membangun rasa percaya diri dan motivasi anggota. Pemimpin juga harus memberi
dukungan untuk memancing rasa percaya diri dan antusiasme anggota.
3.
Gaya Participating
Gaya ini mendorong anggota untuk saling menyumbangkan ide, dan memberi
semangat. Pemimpin juga turut turun tangan dalam proses tersebut. Pemimpin tidak
lagi berperan sebagai pengarah namun juga menjadi pendengar yang siap
membantu.
4.
Gaya Delegating
Pemimpin tidak lagi

bertanggungjawab

ataupun

campur

tangan,

semua

tanggungjawab diturunkan kepada para anggota karena anggota terbukti memiliki


kesiapan dan kompetensi yang tinggi terhadap tugas. Pemimpin dengan gaya
delegating memberikan kebebasan sebebas-bebasnya kepada para anggotanya untuk
melakukan tugas mereka.

I. Organizational Leadership
Terdapat pertumbuhan (growth) dan penurunan (decline). Tetap sama adalah
bukan pilihan. Pertumbuhan membutuhkan kepemimpinan, bukan manajemen.
Terdapat perbedaan dalam arti kata memimpin dan mengelola. Mengelola cenderug
berarti menangani hal-hal dengan mengontrol dan memelihara, sedangkan
memimpin cenderung mengarahkan kita untuk beergerak ke suatu tempat. Peran
unik dari seorang pemimpin adalah untuk membawa kita menuju perjalanan yang
belum pernah kita tempuh sebelumnya. Seorang pemimpin harus dapat melihat
tantangan yang dihadapi oleh organisasi dan membagi tantangan tersebut kepada
anggotanya. Tantangan ini bertujuan untuk meningkatkan keahlian anggota serta
membuat organisasi menjadi lebih baik. Terdapat beberapa isu kepemimpinan harus
dihadapi dalam rangka untuk memaksimalkan produktivitas kepemimpinan:

1.

Bagaimana untuk menantang status quo dari model manajemen yang

individual dan tradisional.


2.
Bagaimana untuk membangkitkan visi bersama mengenai organisasi,
membuat misi yang disepakati akan diraih oleh seluruh anggota, dan sekumpulan
tujuan yang dapat menjadi panduan bagi usaha anggota.
3.
Bagaimana memberdayakan anggota kelompok melalui kerja sama tim,
4.
Bagaimana untuk memimpin dengan memberikan contoh, (a) dengan
menggunakan prosedur tim yang kooperatif, dan (b) mengambil resiko untuk
meningkatkan keahlian
5.
Bagaimana mendorong hati dari anggota untuk tetap terus ada serta berjuang
untuk meningkatkan teknik dan keahlian interpersonal.
Pemimpin harus waspada dengan hal-hal kecil sekalipun yang membuat
perbedaan yang besar. Pemimpin mencari berita bagus dalam kesempatannya
dalam perayaan yang dibuatnya. Berusaha untuk menambah keahlian dan dinilai
sebagai pribadi yang baik membutuhkan waktu yang lama. Pemimpin harus melihat
anggotanya melanjutkan perjalanan dengan cara memberikan semangat dan
dorongan (Kouzes & Posner, 1987).

1.

Individu mengakui bahwa kontribusi berdasarkan dari pengalaman sehari-

hari.
2.

Perayaan dilaksanakan jika jumlah yang dicapai individu memenuhi syarat.


Pemimpin akan menunjukkan cara kerja yang baik agar mereka bisa sukses.

Hal yang pertama untuk individu yang mendapatkan penghargaan dan perayaan
tim. Pemimpin bisa saja memberikan baju kaos, stiker, dan hal-hal yang menarik
dilakukan. Untuk memajukan kinerja anggota kelompoknya, pemimpin dapat
memberikan kartu dan ditempel didepan pintu untuk memberikan semangat. Jika
kau tidak memberikan bonus dari hasil kerja anggotamu yang selama ini telah
bekerja keras, maka mereka akan berhenti peduli, dan intinya kau akan keluar dari
bisnis yang kau pimpin. Cinta akan pekerjaan mereka dan cinta dengan satu sama
lain adalah apa yang menginspirasi banyak anggota untuk melakukan lebih banyak
dan lebih besar kemampuan mereka untuk pekerjaan yang mereka kerjakan.
Membangun struktur koperasi, mendorong hubungan kepedulian, dan berkomitmen
antara anggota lainnya untuk menjadi seorang pemimpin yang baik.

J. Leaping the Abyss of Failure


Nietzsche
Pemimpin memberikan arahan pada anggotanya tentang keberanian yang
mereka butuhkan untuk mengambil risiko yang diperlukan untuk meningkatkan
keahlian dan kemampuan interpersonal. Anggota dapat memilih untuk bekerja yang
aman dalam jangka pendek dengan mempertahankan status quo, sehingga bisa saja
menghadapi kegagalan jangka panjang, mengalami atrofia, dan kelelahan. Pengikut
status quo perlahan dan bertahap turun menuju kegagalan. Mereka dapat turun
meskipun mereka mungkin tidak selalu menyadarinya. Pemimpin mengaturnya
untuk dapat berjalan mudah menuju kegagalan sepanjang jalan dari status quo.
Pemimpin mendorong dan menginspirasi anggota untuk mengambil lompatan yang
sulit terhadap kompetensi teknis dan interpersonal yang meningkat.Mereka menuju
kegagalan gan mencapai keahlian mereka. Kadang-kadang mereka jatuh masih
dalam tahap awal dan mereka gagal. Kadang-kadang mereka meloncat tinggi di atas
jurang kegagalan untuk mendarat dengan aman di sisi lain.Pemimpin mendorong
risiko kegagalan jangka pendek dalam rangka meningkatkan produktivitas jangka
panjang.

K. Followership
Followership adalah kemampuan untuk berkontribusi dalam penyelesaian tugas dan
tujuan melalui dukungan teknis, interpersonal, dan keterampilan kognitif. Terdapat
beberapa keterampilan yang ada dalam teori followership yaitu:
1.
Envisioning:
Menciptakan dan mengartikulasikan gambaran masa depan atau keadaan yang
2.

diinginkan.
Modelling:
Menunjukkan perilaku yang konsisten dengan standar tertinggi industri teknis

3.

dan etika.
Receptiveness:
Mendorong, memperhatikan, dan menyampaikan pemahaman ide-ide lain,

4.

komentar atau pertanyaan.


Influence:
Memperoleh komitmen dari orang lain untuk ide-ide atau tindakan

5.

menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif, gaya, dan metode.


Adaptability:

Menyesuaikan dengan perubahan lingkungan, ambiguitas, dan situasi yang


6.

abnormal.
Initiative:
Dimulai tindakan, tanpa arah eksternal, untuk mengatasi kekurangan yang
dirasakan.

KOMUNIKASI

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung)
ataupun tidak langsung (melalui media)Pembahasan komunikasi organisasi antara lain
menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses
pengorganisasian serta budaya organisasi.
Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang
sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan
horisontal. Dalam teori-teori organisasi ada dua hal yang mendasar yang dijadikan pedoman:
Teori tradisi posisional yang meneliti bagaimana manajemen menggunakan jaringan-jaringan
formal untuk mencapai tujuannya. Teori tradisi hubungan antar pribadi yang meneliti
bagaimana sebuah organisasi terbentuk melalui interaksi antar individu.
Model pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman pada
1965.
Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik
dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah konsep ini dicetuskan.
Teori ini memfokuskan pada cara suatu kelompok menghadapi suatu tugas mulai dari
awal pembentukan kelompok hingga proyek selesai.
Selanjutnya Tuckman menambahkan tahap kelima yaitu adjourning dan transforming
untuk melengkapi teori ini.
Tahap 1 Forming
Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok
cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka
belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk
merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu sama lain.

Tahap 2 Storming
Pada tahap ini kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas
yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah apa yang harus
merka selesaikan, bagaimana fungsi mereka masing-masing dan model kepemimpinan
seperti apa yang dapat mereka terima. Anggota kelompok saling terbuka dan
mengkonfrontasikan ide-ide dan perspektif mereka masing-masing.
Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula beberapa
kelompok yang mandek pada tahap ini.
Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu kelompok. Tahap ini
bisa
saja menyakitkan bagi anggota kelompok yang menghindari konflik. Anggota kelompok
harus memiliki toleransi terhadap perbedaan yang ada.
Tahap 3 Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung
jawab telah jelas. Kelompok mulai menemukan haromoni seiring dengan kesepakatan
yang mereka buat mengenai aturan-aturan dan nilai-nilai yang digunakan.
Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring
dengan mereka melihat kontribusi penting masing-masing anggota untuk kelmpok.
Tahap 4 Performing
Kelompok pada tahap ini dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan dengan
lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota
kelompok saling tergantung satu sama lainnya dan mereka saling respek dalam
berkomunikasi.
Supervisor dari kelompok ini bersifat partisipatif. Keputusan penting justru banyak
diambil oleh kelompok.
Tahap 5 Adjourning dan Transforming
Ini adalah tahap yang terakhir dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan
diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap manapun ketika mereka mengalami
perubahan (transforming).

DAFTAR PUSTAKA

Bachroni, M. 2011. Pelatihan Pembentukan Tim Untuk Meningkatkan Kohesivitas Tim Pada
Kopertis V Yogyakarta. Jurnal Psikologi, Volume 38, No. 1, 41-50.
http://digilib.uinsby.ac.id/1116/5/Bab%202.pdf . diaksespadatanggal 25 April 2016 pukul
22.15
http://e-journal.uajy.ac.id/1726/3/2EM15387.pdf .diaksespadatanggal 25 April 2016 pukul
22.21
http://y-share-it.blogspot.co.id/2010/01/kepemimpinan-leadership.html . diaksespadatanggal
24 April 2016 pukul 15.30
http://www.kompasiana.com/elisigiro/pentingnya-komunikasi-dalam-kehidupanmanusia_552af7c1f17e61145bd623cc . diaksespadatanggal 24 April 2016 pukul 16.00

Anda mungkin juga menyukai