LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun oleh :
Kelompok 3
Meryossa (0322014172)
SEMESTER V
2. Meryossa (0322014172)
Awaliyah Feni F.
M.Zulkham Yahya, S.Pi NPM : 0318013041
Disetujui Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugrahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan
praktikum Biologi Perikanan ini dengan baik. Laporan ini berisi tentang uraian
hasil Analisis Morfometri, Panjang Usus, Tingkat Kematangan Gonad dan
Fekunditas pada Ikan Baung.
Laporan ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan
berbagai pihak diantaranya Bapak Dr. Pi. Ir. M.B Syakirin, M.Si selaku dosen
pengampu 1 Ibu Linayati, S.Pi, M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Biologi
Perikanan dan Awaliyah Feni F. dan M. ZulkhamYahya, S.Pi selaku asisten
dosen. Kelompok 3 yang telah berkontribusi secara maksimal. Oleh karena itu
kami sampaikan terimakasih atas waktu, tenaga dan fikirannya yang telah
diberikan.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan
praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Akhir kata Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk
kelompok kami khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya.
Kelompok 3
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………...i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
2.8 Fekunditas.................................................................................................6
iv
3.3.2 Bentuk Mulut....................................................................................................8
3.3.4 Fekunditas........................................................................................................8
4.1 Hasil........................................................................................................10
4.1.5 Fekunditas......................................................................................................12
4.2 Pembahasan.............................................................................................15
BAB V PENUTUP.................................................................................................18
4.3 SIMPULAN.............................................................................................18
4.4 SARAN...................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….v
LAMPIRAN………………………………………………………………………ix
v
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Biologi Perikanan merupakan mata kuliah yang membahas tentang sejarah
kehidupan ikan dan dinamika populasi ikan. Sejarah kehidupan ikan yang dibahas
antara lain proses fisiologi, reproduksi dan seksualitas, pertumbuhan, kebiasaan
makan, tingkah laku ikan dan pengantar dinamika populasi ikan.
Hubungan panjang-berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu berat ikan
sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan
sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda.Melihat
besarnya potensi sumberdaya hayati khususnya yang berasal dari lautan di
Indonesia maka perlu dilakukan suatu usaha untuk dapat mengetahui berbagai
aspek biologi perikanan, hal tersebut dapat dimulai dengan melakukan praktikum
yang membahas mengenai aspek biologi perikanan tersebut.Atas dasar tersebut
praktikum biologi perikanan dilaksanakan dengan komposisi materi meliputi
analisa klasifikasi dan morfologi, pertumbuhan ikan, analisa hubungan panjang
berat, reproduksi ikan, tingkat kematangan gonad. Ikan yang digunakan adalah
Ikan layang (Decapterus russelli) (Effendie, 1997).
Biologi Perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang
dapat dipanen oleh manusia. Kadang pengertian istilah Biologi ikan ditujukan
kepada pengertian fisiologi, reproduksi, pertumbuhan, kebiasaan makanan,
tingkah laku, dan sebagainya. Usaha mengembangkan dan memajukan perikanan,
pengetahuan mengenai habitat, penyebaran dan aspek biologi dari ikan menjadi
dasar utama dalam usaha ini, dimana kematangan gonad sangat berhubungan
dengan pemijahan. Tak terkecuali dengan fekunditas yang juga memegang
peranan penting dalam penentuan kelangsungan populasi dan dinamika
kehidupan. Hubungan panjang berat akan bermanfaat dalam menentukan Baungi
faktor kondisi dan sifat pertumbuhan ikan (Effendie,1997).
Ikan Baung (Oreochromis niloticus) adalah salah satu hasil perikanan air tawar
yang sangat banyak diminati oleh masyarakat luas pada umumnya. Keunggulan
dari ikan Baung sendiri yaitu memiliki rasa yang spesifik, daging padat, mudah
disajikan, tidak mempunyai banyak duri, mudah didapatkan serta harganya yang
1
sangat relatif murah (Yans 2005). Ikan Baung juga merupakan salah satu ikan
yang potensial untuk dibudidayakan karena mampu beradaptasi pada kondisi
lingkungan dengan kisaran salinitas yang luas (Hadi et al., 2009).
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis morfometri pada ikan baung?
2. Bagaimana bukaan mulut pada ikan baung?
3. Bagaimana tingkat kematangan gonad pada ikan baung?
4. Apa isi dari usus pada ikan baung?
5. Bagaimana fekunditas ikan baung?
6. Berapa panjang usus pada ikan baung?
7. Bagaimana food habits ikan baung?
I.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah:
1. Untuk mengetahui analisis morfometri ikan baung.
2. Untuk mengetahui berapa panjang bukaan mulut ikan
baung
3. Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad ikan
baung
4. Untuk mengetahui Baungi fekunditas pada ikan baung.
5. Untuk mengetahui panjang usus pada ikan baung
6. Untuk mengetahui kebiasaan makan ikan baung.
I.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu mengetahui size ukuran serta berat ikan yang
terdapat telur dan serta tidak adanya telur
2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang TKG supaya dalam
pemijahannya berhasil
3. Mahasiswa mampu menghitung Baung fekunditas pada ikan Baung
4. Mahasiswa mampu mengetahui pakan ikan yang baik untuk ikan Baung,
agar nantinya bisa diserap usus dengan baik
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Ikan Baung
Ikan Baung merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai Baungi
konsumsi cukup tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan
warna putih kehitaman atau kemerahan. Ikan baung termasuk jenis ikan lokaldi
beberapa sungai di Indonesia. Terutama di sungai-sungai di Pulau Sumatera, Jawa
dan Kalimantan. Ikan ini merupakam ikan endemik Provindi Riau yang sangat
digemari oleh penduduk pekanbaru (Tang,2000).
Rukmini (2012) ikan baung dapat hidup pada ketinggian sampai 1.000 mdpl,
hidup baik pada suhu antara 24-29oC, derajat keasaman (pH) antara 6,5-8,
kandungan oksigen 4 ppm dan air yang tidak terlalu keruh dengan kecerahan pada
pengukuran alat sechidisk
3
Menurut Erlangga (2007), ikan Baung (Hemibagrus Nemurus) mempunyai
klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopteri
Ordo : Clupeocephala
Famili : Bagridae
Genus : Hemibagrus
Spesies : Hemibagrus Nemurus
Ikan baung memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip
perut, sirip dubur, dan sirip ekor. Selain itu, Weber and De Beaufort dalam Tang
(2000) menyatakan bahwa ciri-ciri ikan baung adalah bentuk badan panjang dan
tidak bersisik, memiliki sirip lemak yang panjangnya sama dengan sirip dubur.
Panjang total lima kaki tingginya atau 3-3,5 panjang kapala, ikan baung memiliki
tujuh buah jari-jari, ikan ini juga memiliki sungut seperti ikan lele dua buah jari-
jari, diantaranya keras dan satu runcing sebagai patil. Sirip dada memiliki 8-9
buah jari- jari satu di antaranya keras. Sirip perut 6 buah jari-jari, sirip dubur 12-
13 buah jari- jari. Sedangkan sirip ekor 11-12 jari-jari, kepala besar dengan warna
tubuh abu-abu kehitaman, punggung lebih gelap serta perut lebih cerah. Panjang
tubuhnya biasa mencapai 50 cm.
4
II.5 Kebiasaan Makan
Ikan Baung termasuk ikan predator yang biasa memburu ikan dengan ukuran
tubuh yang lebih kecil dari tubuhnya, kemudian food habbits ikan Baung yaitu
ikan kecil dan jenis crustacea lainnya, maka pada pembedahan usus ikan Baung
mayoritas berwarna cokelat kehitaman.
Jenis makanan ikan baung berubah sesuai dengan umurnya. Benih yang
berumur 20 hari sanggup memakan plankton (pakan alami) berukuran 0,5 -2,0
mm. Benih yang cukup besar atau benih tua mulai menyantap makanan alami
yang berukuran lebih besar, misalnya Paramaecium, naupli Artemia, Cladocera,
(Sida sp., Diaphanasoma sp., Dapnia sp., Moina sp., Bosmina sp., Chidorus sp.,
dan Copepoda seperti Cyclop sp.
Dilihat dari kebiasaan makan (feeding habit), ikan dibagi dalam tiga
golongan, yaitu ikan yang biasa makan di dasar, ikan yang biasa makan di tengah
perairan dan ikan yang biasa makan di permukaan. Dari pengamatan penulis, larva
ikan baung cenderung memangsa hewan-hewan kecil lain yang hidup di
permukaan sediment atau yang melayang-layang di air. Sedangkan setelah dewasa
ikan baung termasuk pemakan dasar atau “ bottom feeder “.
Dilihat dari sifat makan, ikan dibagi dalam dua golongan, yaitu ikan yang
agresif dan fasif. Betutu dan sapu termasuk ikan yang fasif. Keduanya lebih suka
menunggu darpada memburu. Ikan mas termasuk ikan yang aktif. Ikan ini lebih
suka memburu daripada menunggu. Atas dasar itu, ikan baung termasuk ikan
yang fasif, atau lebih suka menunggu daripada memburu.
5
II.7 Tingkat Kematangan Gonad
6
IV Testis berwarna krem. Ovari berwarna krim atau kuning.
Bertambah panjnag dan Mencapai hampir memenuhi sebagian
memenuhi rongga abdominal besar rongga abdominal. Telur dapat
dilihat butirannya dengan mata
telanjang.
II.8 Fekunditas
Pengetahuan mengenai fekunditas merupakan salah satu aspek yang
memegang peran penting dalam biologi perikanan. Fekunditas ikan telah
dipelajari bukan saja merupakan salah satu aspek dari natural history, tetapi
sebenarnya ada hubunganya dengan studi dinamika populasi, sifatsifat rasial,
produksi dan persoalan stok-rekruitmen (Bagenal, 1978). Dari fekunditas secara
tidak langsung kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan
akan menentukan pula kelas umur yang bersangkutan. Dalam hubungan ini tentu
ada faktor-faktor lain yang memegang peran penting dan sangat erat hubungannya
dengan sterategi reproduksi dalam rangka mempertahankan kehadiran spesies itu
di alam, selain itu fekunditas merupakan suatu subjek yang dapat menyesuaikan
dengan bermacam-macam kondisi terutama respons terhadap makan. Jumlah telur
yang dikeluarkan merupakan satu mata rantai penghubung antara satu generasi
dengan generasi berikutnya (Moch. Ikhsan Effendie, 1997: 18).
7
BAB III
METODELOGI
8
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Analisis Morfometri
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil ikan kemudian meletakkan diatas nampan
3. Mengukur panjang standard dan panjang total menggunakan penggaris,
kemudian mengulangi sebanyak 10 kali sample ikan.
4. Mengukur tinggi ikan sebanyak 10 kali sample ikan.
5. Mengukur lebar mulut ikan dan mengulangi sebanyak 10 kali sample
ikan.
6. Mencatat hasil pengukuran.
III.3.2 Bentuk Mulut
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengambil ikan kemudian membuka mulut ikan dan mengukur bukaan
mulut menggunakan penggaris.
3. Mengulangi pengukuran sebanyak 10 kali sample ikan.
4. Mencatat hasil pengukuran.
III.3.3 Tingkat Kematangan Gonad
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membedah ikan kemudian mengamati tingkat kematangan gonad ikan
tersebut sebanyak 10 kali sampel ikan.
3. Mencatat hasil pengukuran.
III.3.4 Fekunditas
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menimbang berat total gonad telur ikan Baung.
3. Mengambil sampel telur sebanyak 1 gram, kemudian menghitung telur
tersebut.
4. Mencatat hasil hitungan.
9
III.3.5 Panjang Usus
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengambil usus ikan Baung pada ikan sampel.
3. Mengukur panjang usus menggunakan penggaris.
4. Mengulangi sebanyak 10 kali.
5. Mencatat hasil pengukuran.
III.3.6 Food Habits
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membedah menggunakan gunting bedah.
3. Mengambil sample usus ikan.
4. Mengamati isi yang ada di dalam usus ikan kemudian mengulanginya
sebanyak 10 kali.
5. Mencatat hasil pengamatan.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1Hasil
IV.1.1 Gambar Ikan Baung
11
9 21,5 cm 27,5 cm 6,5 cm 2 cm
10 19,5 cm 23,5 cm 4,5 cm 2,5 cm
12
IV.1.5 Fekunditas
Ikan ke 2 Jawab :
Diketahui : FT = n.(Wt/Ws)
13
n : 4 butir = 4.(3,8/0,25)
wt : 3,8 gr = 60
ws :0,25 gr = 60 butir
Ikan ke 3
TKG I Jawab :
Diketahui : FT = n.(Wt/Ws)
n : 3 butir = 3.(4,7/0,10)
wt : 4,7 gr = 141
ws :0,10 gr = 141 butir
TKG IV Jawab :
Diketahui : FT = n.(Wt/Ws)
n : 1 butir = 1.(23,1/0,6)
wt : 23,1 gr = 38
ws :0,60 gr = 38 butir
Ikan ke 4
TKG I Jawab :
Diketahui : FT = n.(Wt/Ws)
n : 3 butir = 3.(5/0,11)
wt : 5 gr = 136
ws :0,11 gr = 136 butir
TKG IV Jawab :
Diketahui : FT = n.(Wt/Ws)
n : 1 butir = 1.(19.9/0,58)
wt : 19,9 gr = 34
ws :0,58 gr = 34 butir
Ikan ke 6 Jawab :
Diketahui : FT = n.(Wt/Ws)
n : 3 butir = 3.(4,8/0,12)
14
wt : 4,8 gr = 120
ws :0,12 gr = 120 butir
Ikan ke 7 Jawab :
Diketahui : FT = n.(Wt/Ws)
n : 3 butir = 3.(1,3/0,09)
wt : 1,3 gr = 43
ws :0,09 gr = 43 butir
Ikan ke 8
TKG I Jawab :
Diketahui : FT = n.(Wt/Ws)
n : 3 butir = 3.(5,6/0,09)
wt : 5,6 gr = 186
ws :0,09 gr = 186 butir
Ikan ke 9
TKG I Jawab :
Diketahui : FT = n.(Wt/Ws)
n : 3 butir = 3.(5/0,10)
wt : 5 gr = 150
ws :0,10 gr = 150 butir
15
wt : 22,1 gr = 46
ws :0,48 gr = 46 butir
IV.2Pembahasan
Tingkah laku dan kebiasaan hidup dalam suatu habitat akan berpengaruh
pada bentuk tubuh ikan. Habitat suatu ikan akan mempengaruhi bentuk tubuh
dan macam-macam alattubuh yang berkembang. Sedangkan cara gerak dan
tingkah laku tiap spesies ikan akan berbeda tiap habitat (Effendie, 1997).
16
kematangan gonad ikan dapat dipergunakan sebagai pendunga status
reproduksi ikan, umur, dan ukuran pertama kali matang gonad.
Pada praktikum ini terdapat 10 ikan Baung diantaranya 8 ikan Baung
betina dan 2 Ikan Baung Jantan. Pada Tingkat kematangan gonad ikan Baung
betina terdapat pada tingkat IV yaitu Ovari berukuran besar, butiran telur
berukuran cukup besar, dan berwarna kuning pekat. Sedangkan pada tingkat
kematangan I Ovari terlihat masih kecil, dan berwarna merah mudah dan
tidak tampak mengisi.
Menurut Tester dan Takata (1953), jika gonad hampir masak memiliki
beberapa tanda, di antaranya gonad mengisi setengah rongga tubuh, gonad
betina berwarna kuning, bentuk telur tampak melalui dinding ovari, tahapan
kematangan gonad dibagi menjadi 4 tahapan. Tahap I Tidak Masak : kecil,
transparan, Jantan (abu-abu), Betina (kemerahan), Tahap II Permulaan
Masak: ¼, telur tdk tampak, Tahap III. Hampir Masak : ½, gonad Jantan
(putih), Betina (kuning), Tahap IV. Masak : ¾; warna; idem ; telur terlihat,
Tahap V. Salin : gonad Jantan (putih), Betina (merah). Pengamatan yang
dilakukan untuk menentukan TKG dengan membedah perut ikan dan melihat
kantung telur dan sperma. Pada pengamatan 10 ekor ikan terdapat 4 tahapan
TKG yang terlihat, pada TKG IV terlihat telur ikan berukuran besar dan
berwarna kuning (Gambar 2).
17
Ikan baung termasuk tipe ikan yang memijah sepanjang tahun karena ikan
baung membentuk telur sesuai tingkat perkembangan gonad (Wallace dan
Selman 1981). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ikan baung
terdapat beberapa sampel yang memiliki TKG yang tidak merata, pada
sampel ikan nomor 3 dan 4 serta ikan sampel nomor 8 dan 9, hal tersebut
menandakan bahwa ikan baung adalah ikan yang memijah sepanjang tahun,
karena gonad memiliki TKG yang tidak seragam.
Dalam praktikum ini semua ikan berjenis betina dan memiliki gonad telur.
Pada gonad telur ikan yang menghasilkan fekunditas paling banyak pada ikan
ke-8 dengan jumlah fekunditas 221 butir, sedangkan pada gonad telur ikan
yang menghasilkan fekunditas paling sedikit terdapat pada ikan ke-7 dengan
jumlah fekunditas 43 butir.
18
IV.2.3 Panjang Usus dan Isi Usus Ikan Baung
Pada usus ikan Baung yang dibedah terdapat warna coklat kehitamanan,
pada warna coklat kehitaman tersebut terdapat feses halus yang sudah
tercerna. Ikan Baung tergolong Karnivora berdasarkan hasil analisis makanan
dalam lambung yang terdapat ikan dan kepiting kecil. Menurut Batts (1972),
bahwa ada hubungan antara metode penangkapan dengan persentase lambung
kosong. Kemungkinan lain adalah ikan pada saat ditangkap dalam keadaan
lapar sehingga makanan telah tercerna sempurna (Sjafei, 2001). Pada ikan
baung sendiri merupakan hewan nokturnal yang melakukan aktivitas
makannya berlangsung malam hari dan proses pencernaan makanannya
selama 8 jam (Bond, 1997). Hasil analisis komposisi makanan ikan baung
yang terdapat dilambung ikan baung yaitu terdapat ikan Rasbora sp. udang
kecil, kelabang (Scutigera sp.), kumbang air (Grynidae sp.), potongan ikan,
serasah seperti daun atau batang tumbuhan, dan debris hewan yang tidak bisa
teridentifikasi lagi. Ikan baung yang ditemukan pada penelitian ini adalah
jenis karnivora. Mengetahui penggolongan ikan baung dapat melalui tipe-tipe
lambung ikan dan panjang usus ikan. Lambung ikan baung bentuknya
memanjang seperti huruf J yang merupakan ciri-ciri lambung ikan karnivor
(Affandie et al., 2004) dan ikan baung memiliki panjang usus 300 mm
dengan ukuran panjang total tubuhnya 330 mm yang merupakan ciri-ciri usus
karnivor (Kottelat et al., 1993). Beberapa penelitian menunjukan bahwa ikan
baung termasuk jenis ikan karnivora dengan susunan makanan yang terdiri
atas ikan, insekta, udang, annelida, nematoda, detritus, sisa-sisa tumbuhan,
atau organik lainnya (Alawi et al.,1992; Siregar, 2007). Sementara
Djadjadiredja et al. (1977) menyatakan bahwa ikan ini hidup di dasar
perairan dan bersifat omnivora yang makanan utamanya terdiri atas anak
ikan, udang remis, insekta, molusca dan rumput. Makanan utama ikan baung
yang hidup di Waduk Juanda terdiri atas udang dan makanan pelengkapnya
berupa ikan dan serangga air, sehingga digolongkan dalam jenis ikan
karnivora
Berdasarkan pengamatan pada 10 sampel ikan baung yang dilakukan,
beberapa isi usus ikan terdapat ikan kecil dan kepiting kecil, hal tersebut
19
sependapat dengan penelitian Alawi et al (1992) serta Djadjadiredja et al.
(1977) yang menyatakan bahwa ikan baung memiliki kebiasaan makan udang
kecil dan ikan-ikan kecil yang ada pada perairan.
20
BAB V
PENUTUP
IV.3SIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
badan ikan dan lebar mulut ikan. Pada panjang standar ikan terdapat
diperoleh rata-rata panjang 18,2 cm, kemudian rata-rata panjang total ikan
Baung diperoleh 22 cm, rata-rata tinggi badan ikan Baung diperoleh 7,5
cm dan pada lebar mulut ikan Baung diperoleh hasil rata-rata 2,7 cm.
2. Tingkat kematangan gonad ikan Baung pada ikan betina berada di tingkat
butir minyak tidak tampak mengisi 1/2 sampai 2/8 rongga perut.
Sedangkan pada kematangan gonad ikan Baung pada ikan betina berada di
3. Ikan Baung yang menghasilkan fekunditas paling banyak pada ikan ke-8
dengan jumlah fekunditas 211 butir, sedangkan pada gonad telur ikan yang
4. Ikan Baung memiliki panjang usus rata-rata 26,9 cm. Usus ikan Baung
tidak Panjang seperti ikan lain pada jenis yang lain hal ini dikarena ikan
Baung tergolong ikan karnivora. Kemudian food habbits ikan Baung yaitu
ikan kecil dan jenis crustacea lainnya, maka pada pembedahan usus ikan
21
IV.4SARAN
Saran untuk praktikum ini adalah Seharusnya ikan yang digunakan untuk
praktikum lebih banyak lagi sehingga mahasiswa dapat mengetahui lebih baik
tentang kematangan gonad ikan, panjang usus dan isi dalam usus ikan.
22
DAFTAR PUSTAKA
v
LAMPIRAN
vi
ix