Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

( 221G2103 )

PANDJI PRAMULYO HAMID


G011 17 1 568

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL : LAPORAN PRAKTEK LAPANG KONSERVASI


SUMBERDAYA LAHAN
NAMA : PANDJI PRAMULYO HAMID
NIM : GO11171568
KELAS :E

Laporan Lengkap Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melulusi
Praktikum Konservasi Sumberdaya Lahan
(123G0103)

Pada

Departemen Budidaya Pertanian


Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar
2019

Mengetahui,

Kordinator Asisten Asisten Pendamping

YUNI ARIANTI DIRMAN


NIM. G0111 16 061 NIM. G111 15 534

Tanggal pengesahan : Mei 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah


menganugerahkan rahmat serta inayah-Nya, yang karena-Nya, penulis diberikan
kekuatan dan kesabaran untuk menyelesaikan laporan praktek lapang konservasi
sumberdaya lahan ini.
Adapun pengajuan laporan ini ditujukan sebagai pemenuhan beberapa
ketentuan kelulusan pada mata kuliah konservasi dan sumberday lahan. Lewat
penyusunan laporan ini tentunya penulis mengalami beberapa hambatan,
tantangan seta kesulitan, namun karena binaan dan dukungan dari asisten
praktikum serta dosen mata kuliah, akhirnya semua hambatan tersebut dapat
teratasi.
Melalui penyusunan laporan ini tentunya penulis sadar akan banyak
ditemukan kekurangan pada laporan ini. Baik itu dari segi kualitas maupun dari
segi kuantitas bahan observasi yang penulis tampilkan.
Dengan sepenuh hati, penulis pun sadar bahwa laporan ini masih penuh
dengan kekurangan dan keterbatasan, oleh sebab itu penulis memerlukan saran
serta kritikk yang membangun yang dapat menjadikan laporan ini lebih baik.
Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasaih yang sebanyak-banyaknya
kepada segenap pihak yang telah memberikan dukungan, baik itu berupa bantuan,
doa maupun dorongan dan beragam pengalaman selama proses penyelesaian
penulisan laporan ini.
Terakhir, tentunya penulis berharap setiap bantuan yang telah diberikan
oleh segenap pihak dapat menjadi lading kebaikan. Dan semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat dan berguna bagi kemajuan pendidikan..

Makassar, 9 Mei 2019

PANDJI PRAMULYO .H
NIM. G011171568

LAPORAN PRAKTEK LAPANG


KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN

Nama : Pandji Pramulyo Hamid


NIM : G011171568
Kelas :E
Kelompok : 2 (Dua)
Asisten : 1. Dirman
2. Risal

DEPARTEMEN ILMU TANAH


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan langsung di lapangan, maka


dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Teknik Konservasi Turap Tembok
1.1 Deskripsi
Berdasarkan pengamatan pada gambar pengamatan 1 merupakan teknik
konservasi secara mekanik, dimana teknik konservasi ini di terapkan untuk
menguragi laju erosi pada tanah. Dinding penahan tanah yang diamati merupakan
dinding yang dibangun dari pasir, semen dan kerikil kecil. Dinding penahan tanah
ini tergolong cantilever wall. Dinding penahan tanah ini, memiliki kemiringan
yang cukup besar, sekitar 65 derajat. Keadaan permukaan dinding penahan tanah
yang diamati, sudah mengalami penipisan yang diakibatkan pengaruh aliran air.
Selain itu, dindingini juga sudah banyak ditumbuhi oleh tanaman, baik berdaun
sempit ataupun yang berdaun luas. Tepat di depan dinding penahan tanah ini,
terdapat saluran air yang kondisinya juga tidak begitu baik, dimana banyak
bebatuan dan sedimen yang terdapat di dalamnya. Pada bagian dinding, juga
terdapat pipa paralon yang terbuat dari bahan PVC yang berfungsi sebagai saluran
pembuangan air dari tanah yang tertahan, akan tetapi kondisinya yang tidak baik,
karena mengalami penyumbatan oleh tanah ataupun sedimen lain yang
tertampung di dalamnya.
Menurut Kartasapoetra dan Sutedjo (2010), dinding penahan tanah adalah
suatu konstruksi yang berfungsi untu menahan tanah lepas atau alami dan
mencegah keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang kemantapannya tidak
dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri. Pada lokasi pengamatan yang
dilakukan dinding penahan tanah yang terbuat dari bahan utama semen memiliki
kemiringan sekitar 42° dengan kondisi vegetasi yang berada disekitar dinding
yang sudah sangat lebat seperti lumut, semak belukar, dan tanaman liar lainnya.
Kondisi ini dapat merusak konstruksi dinding karena akar tanaman dapat masuk
keselah-selah lubang yang ada didinding. Hal ini sesuai dengan pendapat Suripin
(2012), yang menyatakan bahwa ada beberapa jenis tanaman yang tidak boleh ada
disekitar bangunan konservasi karena selain dapat merusak bangunan konservasi,
tanaman tersebut juga dapat mengganggu fungsi dari bangunan konservasi itu
sendiri.
1.2 Sketsa

Gambar 1. Penampakan Fisik Konstruksi Dinding Penahan dari Semen di


Kec. Bontosunggu
1.3 Kelebihan
Kelebihan yang didapat dari metode konservasi lahan secara vegetatif ini
adalah pembuatannya lebih muda dan tidak memerlukan biaya yang cukup
banyak, serta membantu melestarikan lingkungan, mencegah erosi dan menahan
aliran permukaan,
1.4 Kekurangan
Kekurangan dari teknik ini yaitu dinding penahan ini tidak memiliki fungsi
utama dalam menahan tekanan lateral tanah, Juga usia turap tembok yang diamati
sudah lumayan tua di mana permukaannya banyak ditumbuhi lumut sehingga
kekuatannya berkurang. Serta terdapat pipa drainase yang kondisisnya sudah tidak
bisa digunakan, karena di dalam pipa tersumbat oleh sedimen pasir tanah yang
mengendap.
1.5 Rekomendasi
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan Perlu dilakukan rebuilding
pada tembok turap tersebut mengingat usianya yang sudah lama, juga perlunya
ditanam tanaman pohon tahunan disekitar area konservasi sebab vegetasi yang
dominan hanya tumbuhan perdu.
2. Teknik Konservasi Tembok Cor Beton
2.1 Deskripsi
Pada dinding penahan dengan material batu kali memiliki fungsi yang hampir
sama dengan dinding penahan yang terbuat dari material semen namun lebih kuat
serta lebih sering dibuat pada lereng dengan kecuraman yang lebih besar. Pada
lokasi pengamatan dinding penahan dengan material batu kali yang baru telah
dibangun memiliki kemiringan antara 55° - 60°. Pada daerah lain yang memiliki
dinding penahan dengan material sama terdapat dinding yang jebol akibat tanah
yang longsor. Ini bisa saja terjadi karena pipa saluran air yang ada pada dinding
tidak berfungsi atau tersumbat sehingga air yang masuk kadalam tanah tidak dapat
keluar dan membuat tanah yang bagian atas menjadi jenuh dan anjlok. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soemarto (2017) yang menyatakan bahwa fungsi pipa pvc
pada dinding penahan adalah agar air yang masuk kedalam tanah tidak
mengendap dan sanggup untuk dialirkan keluar.
2.2 Sketsa

Gambar 2. Penampakan Fisik Konstruksi Dinding Penahan dari Beton di


Bonto Sunggu
2.3 Kelebihan
Menurut Kartasapoetra (2010) kelebihan dari Dinding Penahan Tanah
Massa yakni antara lain:
1. Menahan tekanan lateral tanah aktif (Active Lateral Force Soil) yang dapat
berpotensi menyebabkan terjadinya keruntuhan lateral tanah misalnya
longsor/landslide.
2. Menahan tekanan lateral air (Lateral Force Water) yang dapat berpotensi
menyebabkan terjadinya keruntuhan lateral akibat tekanan air yang besar.
3. Mencegah terjadinya proses perembesan air/seepage secara lateral yang
diakibatkan oleh kondisi elevasi muka air tanah yang cukup tinggi. Dalam
hal ini juga berfungsi dalam proses dewatering yaitu dengan memotong
aliran air (Flow net) pada tanah (Cut Off).
2.4 Kekurangan
Dari pengamatan yang dilakukan di lapangan terdapat beberapa kekurangan
dari teknik konservasi ini utamanya yakni dari biaya pembuatan, di mana dalam
pembangunan Dinding Penahan Tanah Massa memerlukan alat berat untuk
menggerus sedikit lereng agar lurus vertical. Belum lagi biaya yang dibutuhkan
untuk membeli bahan-bahan pembangunannya seperti pasir, semen, kerakal. Hal
ini dapat terlihat dari proses pembangunan Dinding Penahan Tanah Massa ketika
pengamatan berlangsung.
2.5 Rekomendasi
Perlu dilakukan perawatan terhadap bangunan konservasi agar menjaga
keutuhannya serta menunda tumbuhnya lumut maupun menunda terjadinya erosi
serta pelapukan.
3. Teknik Konservasi Sabo Dam
3.1 Deskripsi
Bangunan sabo dam ini terletak di sungai Jeneberang, dimana aliran sungai
ini akan mengarah ke bendungan Bili-bili. Kondisi dari sabo dam yang diamati
cukup baik tanpa adanya kerusakan. Sabo dam ini terdiri dari dua tingkat, dimana
bentuk penampang dari bangunan ini yaitu trapesium, dimana dibangun dari
campuran semen dan juga kerangka batu, yang memiliki daya tahan yang tinggi.
Menurut Michael (2010) sabo dam adalah sabo dam merupakan bangunan
pengendali aliran debris atau lahar yang dibangun melintang pada alur sungai.
Prinsip kerja bangunan aabo adalah mengendalikan sedimen dengan cara
menahan, menampung dan mengalirkan material/pasir yang terbawa oleh aliran
dan meloloskan air ke hilir. Pada lokasi yang diamati, sabo dam berfungsi untuk
menahan sendimen untuk tidak mencapai dam bili-bili. Kondisi sabo dam
sebagian tertutup material batu kalu sehingga hanya sebagian badan sabo dam
yang berfungsi. Hal ini karena sabo dam terletak di dekat dengan tempat
penggalian pasir dan material batu kali tersebut tidak segera diangkut sehingga
saat aliran air sungai cukup deras sendimen tetap akan tetap terbawa.
3.2 Sketsa

Gambar 3. Penampakan Fisik Sabo Dam Bili-Bili


3.3 Kelebihan
Dari bentuknya yang sederhana sehingga mudah untuk mengamati bangunan
ini secara berkala. Arus sungai juga menjadi lebih lambat ketika bertemu dengan
sabo dam sehingga mengurangi debit air. Bantaran sungai menjadi lebih aman dan
arus sungai tetap pada jalur. Sabo dam juga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitar akibat tambang pasir yang terbentuk.
3.4 Kekurangan
Kekurangan dari sabo dam ini Tentu biaya pembangunannya yang tidak
murah. Terlebih lagi pembangunannya yang melibatkan alat berat menjadi
kekurangan dari teknik konservasi. Serta kondisi sabo dam yang kurang terawat
ditandai banyaknya tanaman perdu serta lumut yang tumbuh pada permukaan
tanggul dapat mengakibatkan pelapukan.
3.5 Rekomendasi
Perlu dilakukan penggerusan pada daerah sabo dam agar tidak terjadi
penimbunan sedimentasi berlebihan yang nantinya mengganggu proses kerja dari
sabo dam sendiri sehingga tidak berfungsi optimal. Juga perawatan terhadap sabo
dam perlu diperhatikan.
4. Teknik Konservasi Vegetatif
4.1 Deskripsi
Menurut Kusumandari (2012), Terasering adalah bangunan konservasi tanah
(pengawetan tanah) yang dibuat sejajar garis kontur yang dilengkapi saluran
peresapan, saluran pembuangan air (SPA) serta tanaman penguat teras yang
berfungsi sebagai pengendali erosi. Pada lokasi pengamatan terdapat 3 macacam
jenis terasering berdasarkan materialnya yang memiliki kemampuannya tersendiri.
Pada baris pertama terdapat terasering dengan material semen dan batu kali yang
berfungsi menahan laju air hujan yang deras dan banyak. Pada baris selanjutnya
terdapat terasering tanpa vegetasi. Pada baris terakhir terdapat terasering dengan
vegetasi yang memiliki kelebihan mampu mengikat partikel tanah yang lebih
banyak. Kekurangan teknik konservasi di lokasi adalah cara bertanam yang tidak
searah kontur sehingga menambah beban terasering karena tetap membuat aliran
air permukaan tetap besar. Hal ini sesuai pendapat Kironoto dan Yulistiyanto
(2012), yang menyatakan bahwa pengolahan tanah / penanaman mengikuti garis
kontur dilakukan pada lahan miring untuk mengurangi erosi dan aliran
permukaan.
4.2 Sketsa
Gambar 4. Penampakan Fisik Pertanaman Hortikultura di Desa Buluballea
4.3 Kelebihan
Upaya untuk mengatasi erosi sudah terlaksana, sehingga setidaknya dapat
memperkecil terjadinya erosi. Penggunaan dinding penahan juga membantu tanah
tetap pada agregat agar tidak mudah lepas, ditambah penanaman tanaman tahunan
seperti pohon jati pada bagian teratas kontur menahan laju erosi serta aliran
permukaan.
4.4 Kekurangan
Jika lahan diamati seksama, ternyata bedengan yang dibangun di atasnya
tidak searah dengan kontur yang justru dapat meningkatkan laju erosi. Juga
penggunaan pupuk anorganik serta pestisida kimia dapat mempercepat degradasi
lahan di sekitar kontur. Juga beberapa lahan yang belum menggunakan penahan
dinding juga berisiko terjadinya longsor suatu saat.
4.5 Rekomendasi
Arah bedengan harusnya dibuat searah dengan kontur agar dapat mengurangi
dampak erosi. Petani juga harus mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia
terhadap tanamannya dan belajar menggunakan pupuk organic dan biopestisida
maupun pestisida nabati agar usia lahan lebih awet.
BAB II
KESIMPULAN DAN SARAN

2.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa:
1 Pada pengamatan teknik konservasi dinding penahan atau curap tembok tanah
dari semen. Dinding penahan ini hanya bersifat sementara keadaan sekarang
dapat di tembus oleh vegetasi. memiliki fungsi untuk menahan tekanan aktif
lateral tanah maupun air dan mencegah terjadinya erosi atau longsoran.
2. Konservasi dengan menggunakan metode mekanik baik itu bangunan dinding
penahan maupun bangunan cor pada permukaan lereng bertujuan untuk
mengurangi laju erosi serta aliran permukaan sehingga terkonservasi di mana
kondisinya menjadi lebih sustainable dan usianya menjadi lebih awet.
3. Sabo dam hadir untuk memisahkan air dari material-material yang ikut
bersama aliran sungai untuk mencegah sedimentasi pada DAS sehingga luas
DAS tidak berkurang. Dengan sedikit menahan laju aliran sungai
menggunakan bangunan menyerupai bendungan menjadikan material tertahan
pada dasar bangunan sabo dam.
4. Memanfaatkan lereng sebagai areal pertanian dengan membangun terasing
merupakan metode cerdas, selain berdampak positif terhadap lingkungan, hal
ini juga menjadi mata pencaharian warga sekitar. Komoditas yang ditanam
tentu yang tidak berdampak banyak terhadap rusaknya agregat tanah,
penggunaan bahan kimia untuk pertanian juga harus diperhatikan.
2..2 Saran
Karena praktik lapang ini hanya berlangsung satu hari satu malam,
membuatnya jadi sangat singkat. Harusnya estimasi waktu ditambah lagi dengan
memperhatikan juga rangkaian agenda yang perlu diperkaya lagi. Dosen yang ikut
serta juga harusnya menjadi narasumber proaktif untuk menjelaskan kepada
praktikan mengenai bangunan-bangunan yang diamati. Kendaraan yang
digunakan juga harus ditingkatkan, resiko menggunakan mobil militer terlalu
besar berakibat pada banyaknya praktikan yang merasa oleng.

DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra, A.G, dan M.M Sutedjo. 2010. Teknologi Konservasi Tanah dan
Air. Rineka Cipta. Jakarta.
Kironoto, BA dan Yulistiyanto, B. 2012. Konservasi Lahan. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Kusumandari, Ambar. 2012. Penanganan Konservasi Tanah dan Air Berbasis
Unit Ekologis di sub-DAS Ngrancah, Kulon Progo. Disertasi. Jurusan
Ilmu
Kehutanan. Univesitas Gadjah Mada.
Michael, J. 2010. Technical Standards and Guidelines for Planning and Design of
Sabo Structures.JICA
Soemarto C.D,. 2017. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional. Surabaya
Suripin. 2012. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai