Anda di halaman 1dari 9

PENANAMAN TANAMAN SENGON SEBAGAI UPAYA UNTUK

MENGENDALIKAN EROSI SECARA VEGETATIF

Disusun Oleh :
Puput Windky
G016201017

PRODI VOKASI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktunya.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa tersusun
dengan rapi dan baik.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Sidrap, 21 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
2.1 Komoditas Pohon Sengon..............................................................................3
2.2 Metode Penanaman Pohon Sengon dalam Mengatasi Erosi..........................3
PENUTUP................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................5
3.2 Saran...............................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................6

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian konservasi adalah upaya atau tindakan pencegahan atau
pengendalian dan pemulihan atau penyelamatan sumberdaya alam yang
pengelolaannya berdasarkan prinsip kelestarian. Secara sederhana definisi
konservasi tanah merupakan upaya atau tindakan konservasi terhadap lahan yang
pengelolaannya berprinsip pada penggunaan atau pemanfaatan lahan yang
disesuaikan dengan potensi dan kemampuannya (Karyati dan S. Sarminah, 2018).
Konservasi tanah dan air mengarah kepada terciptanya sistem pertanian
berkelanjutan yang didukung oleh teknologi dan kelembagaan serta mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melestarikan sumber daya lahan
serta lingkungan (Sutrisno dan N. Heryani, 2013). Pada dasarnya teknik
konservasi dibedakan menjadi tiga yaitu: (a) vegetatif; (b) mekanik; dan (c) kimia.
Teknik konservasi mekanik dan vegetatif telah banyak diteliti dan dikembangkan.
Namun mengingat teknik mekanik umumnya mahal, maka teknik vegetatif
berpotensi untuk lebih diterima oleh masyarakat (Subagyono et al., 2003).
Salah satu penggunaan teknik vegetatif adalah pada kegiatan di Desa
Sukoharjo. Kegiatan ini bekerjasama dengan dua mitra, yaitu: (1) Kelompok Tani
"Ngudi Mulyo", dan (2) Kelompok Tani "Ngudi Tani I" yang berlokasi di Desa
Sukoharjo, Tirtomoyo, Wonogiri, dengan jarak tempuh sekitar 80 km dari
Fakultas Pertanian UNS. Bidang usaha yang dikembangkan oleh dua mitra
tersebut adalah budidaya tanaman buah-buahan lahan kering. Manajemen yang
dikembangkan dalam kelompok tani ini berdasarkan kegotongroyongan dan
kebersamaan. Permasalahan Mitra (1) dan (2) adalah kondisi lahannya semakin
lama mengalami degradasi karena erosi yang cukup tinggi. Teknologi pelestarian
sumberdaya lahan harus dikuasai dan dilaksanakan dalam usaha bidang pertanian,
karena banyak terjadi kerusakan tanah akibat kekeliruan atau kesalakan dalam
pengelolaan tanah serta tanamannya.Tindakan serta perlakuan-perlakuan yang
tidak disadari telah menimbulkan kerusakan tanah yang dampaknya harus
ditanggung oleh semua masyarakat sekitar.

1
Erosi merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan tanah atau
degradasi tanah, sehingga dalam pelestraian sumberdaya lahan pengendalian erosi
mutlak harus dilakukan. Pada dasarnya ada tiga proses penyebab erosi yaitu
pelepasan (detachment) partikel tanah, pengangkutan (transportation), dan
pengendapan (sedimentation) (Subagyono et al., 2003). Dalam pengendalian erosi
harus didasarkan pada prinsip-prinsip: (1) memperbesar resistensi permukaan
tanah sehingga lapisan permukaan tanah tahan terhadap pengaruh tumbukan butir-
butir air hujan; (2) memperbesar kapasitas infiltrasi tanah sehingga aliran
permukaan dapat dikurangi; (3) mengurangi laju aliran permukaan agar daya
pengikisan terhadap tanah menjadi kecil; (4) memperbesar resistensi tanah
sehingga daya rusak dan daya hanyut aliran permukaan terhadap partikel-partikel
tanah dapat diperkecil. Setelah mengetahui prinsip tersebut maka usaha
pelestarian sumberdaya lahan dengan teknik vegetatif dapat dilakukan dengan
beberapa cara salah satunya adalah dengan penanaman tanaman sengon.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini ditulis dalam rangka membahas permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana karakteristik pohon sengon?
2. Bagaimana metode yang digunakan untuk mengatasi erosi dengan
penanaman pohon sengon?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui karakteristik dari pohon sengon.
2. Untuk mengetahui bagaimana metode yang digunakan untuk mengatasi
erosi dengan penanaman pohon sengon.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dihasilkan adalah sebagai referensi dan informasi
karateristik pohon sengon serta metode yang digunakan untuk mengatasi erosi
dengan penanaman pohon sengon.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komoditas Pohon Sengon


Sengon adalah jenis pohon yang memiliki beragam kegunaan. Sengon
menjadi salah satu tumpuan sumber bahan baku industri terutama di Pulau Jawa.
Kayu sengon di Pulau Jawa umumnya berasal dari hutan rakyat. Data suplai kayu
domestik Indonesia sebesar 42,3 juta m3 dimana hutan rakyat menyumbang 10
juta m3 (Munir, 2018). Pada kondisi optimum riap diameter mencapai 5 -7 cm per
tahun (Satjapraja dan Tim Perhimpi, 1989). Menurut Atmosuseno (1994),
berdasarkan catatan sejarah sengon merupakan spesies asli dari kepulauan timur
Indonesia yakni Maluku dan Papua. Spesies ini baik digunakan/dimanfaatkan
sebagai bubur kertas (NAS, 1979), selain itu juga dapat digunakan sebagai papan
partikel, veneer, plywood serta produk komposit (CABI, 2000). Dari segi kualitas,
kayu sengon termasuk kayu ringan dengan berat jenis antara 0,33 – 0,49; kelas
awet (IV/V dan kelas kuat IV- V). Secara ekologis, tanaman ini dapat
meningkatkan kesuburan tanah karena pada akar sengon terdapat bintil akar
(rhizobium) yang berperan dalam menangkap nitrogen bebas melalui proses
nitrifikasi sehingga meningkatkan kandungan nitrogen dalam tanah. Selain batang
dan akar, daun sengon (Paraserianthes falcataria) juga dimanfaatkan sebagai
pakan ternak (Siregar dkk, 2008).
Sengon dapat tumbuh mulai dari pantai sampai 1600 mdpl (Hidayat,
2002). Namun secara spesifik sejauh mana pengaruh berbagai ketinggian tempat
tumbuh terhadap produktifitas sengon (Paraserianthes falcataria) belum diteliti
karena pertumbuhan dan perkembangan suatu spesies ditentukan oleh faktor
genetik (G), faktor lingkungan (E), dan interaksi anatara factor lingkungan dan
genetik (G+E).
2.2 Metode Penanaman Pohon Sengon dalam Mengatasi Erosi
Usaha pengendalian erosi dan pelestarian sumberdaya lahan dengan cara
vegetatif didasarkan pada peranan tanaman dimana tanaman itu mempunyai
peranan untuk mengurangi erosi dan melestarikan sumberdaya lahan. Metode
yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode partisipatif masyarakat yang
meliputi: sosialisasi, diskusi, praktek penanaman, dan pemeliharaan. Partisipasi

3
masyarakat sering diartikan keikutsertaan, keterlibatan, dan kesamaan anggota
masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik secara langsung maupun tidak
langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijakan, pelaksanaan program, dan
evaluasi. Partisipasi secara langsung berarti anggota masyarakat tersebut ikut
memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan (Rubiantoro dan
Haryanto, 2013).
Kegiatan yang dilakukan meliputi: (1) koordinasi dengan mitra untuk
menentukan waktu, tempat melaksanaan serta materi yang dibutuhkan mitra; (2)
penyiapan peralatan dan perlengkapan; (3) sosialisasi dan praktek pengendalian
erosi dan pelestarian sumberdaya lahan dengan cara vegetatif didasarkan pada
peranan tanaman dimana tanaman itu mempunyai peranan untuk mengurangi erosi
dan melestarikan sumberdaya lahan dengan penghijauan tanaman sengon; (4)
pemeliharaan tanaman sengon secara berkelanjutan sebagai usaha pelestarian
sumberdaya lahan. Koordinasi dilakukan dengan memberikan gambaran tentang
kegiatan yang akan dilakukan. Selanjutnya dipaparkan tahap-tahap kegiatan yang
direncanakan bersama, terkait waktu dan kesiapan warga untuk mengikuti
kegiatan yang direncanakan.
Kemudian dilakukan sosialisasi kegiatan. Sosialisasi ini dilakukan dengan
cara memberikan materi tentang perlunya melakukan konservasi dan teknik
konservasi yang ditawarkan. Beberapa peranan konservasi tanah dan air adalah:
(1) penyelamatan lahan kritis; (2) menjaga/menjamin kesuburan tanah; (3)
pengendalian erosi dan sedimentasi; (4) pengendalian banjir (menjaga
keseimbangan tata air); (5) pengendalian pencemaran air sesuai dengan standar
baku mutu lingkungan (Karyati dan S. Sarminah, 2018). Penerapan teknik
konservasi tanah tidak hanya ditujukan untuk mengendalikan erosi, tetapi juga
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas tanah yang terdegradasi (Sutrisno
dan N. Heryani, 2013). Teknik konservasi tanah secara vegetatif adalah setiap
pemanfaatan tanaman/vegetasi maupun sisa-sisa tanaman sebagai media
pelindung tanah dari erosi, penghambat laju aliran permukaan, peningkatan
kandungan lengas tanah, serta perbaikan sifat-sifat tanah, baik sifat fisik, kimia,
maupun biologi (Sukasah et al., 2018). Selanjutnya, diberikan bibit sengon untuk

4
penghijauan. Bibit sengon yang diberikan kepada petani sejumlah 1.500 bibit
sengon, beserta alat penunjangnya (cangkul, sabit, sekop, dan terpal).
Penanaman dilakukan dengan diawali pembersihan gulma di sekitar
lokasi, kemudian dibuat lubang tanam tepat dengan ukuran sekitar 30 cm x 30 cm
x 30 cm. Pupuk organik ditambahkan dengan cara dicampur dengan tanah galian.
Kemudian ambil bibit dari tempat persemaian ke tempat penampungan bibit
sementara. Selanjutnya dilakukan penanaman bibit. Masukkan bibit sengon
dengan hati-hati ke dalam lubang tanam yang telah dibuat dan ditimbun dengan
tanah yang sudah diberi pupuk organik. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi:
Penyulaman, jika ada tanaman sengon yang mati maka dilakukan pergantian
tanaman tersebut dengan tanaman yang baru. Penyiangan, perlu dilakukan
penyiangan terhadap gulma atau tanaman pengganggu lainnya yang ada di sekitar
tanaman. Pendangiran, perlu dilakukan pendangiran atau penggemburan tanah
agar memperbaiki stuktur tanah di sekitar tanaman.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pohon Sengon adalah pohon yang memiliki banyak manfaat dan
kegunaan. Salah satunya dapat digunakan dalam mengatasi erosi secara vegetatif.
Metode yang digunakan dalam penanaman pohon sengon yaitu dengan metode
partisipasi masyarakat dengan kegiatan penanaman yang dilakukan dengan cara
pembersihan gulma di sekitar lokasi, kemudian pembuatan lubang tanam dengan
ukruan tertentu, pemberian pupuk organik, proses penyemaian bibit, an
penanaman bibit. Kemudian dilakukan pemeliharaan dengan cara penyulaman,
penyiangan, dan pendangiran.
3.2 Saran
Diharapkan dilakukan monitoring secara berkala untuk melihat vegetasi
yang mati atau terkena penyakit agar dapat segera dilakukan penyulaman atau
penanaman tanaman yang baru. Selain vegetasi, diperlukan kajian lanjutan untuk
mengetahui faktor-faktor lain yang juga memiliki pengaruh nyata yang
berkolerasi kuat terhadap tingkat laju erosi.

5
DAFTAR PUSTAKA

Atmosuseno BS. 1994. Budidaya, kegunaan, dan prospek sengon. Jakarta:


Penebar Swadaya, Jakarta.
CABI. 2000. The forestry compendium: a silviculture reference. Module
1.Commonwealth Agricultural Bureau International, Wallingford
Hidayat, J., 2002. Informasi Singkat Benih Paraserianthes falcataria (L) Nielsen.
No 23, Juni 2002. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan : Jakarta.
Karyati, S. Sarminah, 2018. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Mulawarman
University Press, Samarinda.
NAS .1979.Tropical legumes: resources for the future. National Academy
Press,Washington, DC
Rubiantoro, E.A., Haryanto, R., 2013. Bentuk Keterlibatan Masyarakat dalam
Upaya Penghijauan pada Kawasan Hunian Padat di Kelurahan Serengan -
Kota Surakarta. J. Pembang. Wil. Dan Kota 9, 416–428.
Satjapraja O, Tim Perhimpi. 1989. Penilaian wilayah kesesuaian agroklimat hutan
tanaman industri sengon (Albizia falcataria). Seminar sehari Peningkatan
Pemanfaatan Agrometeorologi dalam Pengembangan Hutan Tanaman
Industri dan Pengembangan Perkebunan. Jakarta 31 Agustus 1989.
Siregar,I. S. 2008. Kayu Sengon. Buku.Penebar Sadaya. Jakarta. 78 p
Sutrisno, N., N. Heryani, 2013. Teknologi Konservasi Tanah dan Air untuk
Mencegah Degradasi Lahan Pertanian Berlereng. J. Litbang Pertan. 32,
122–130.
Sukasah, M.G., A.Rahmadiningrat, H. A. Ningrum, 2018. Konservasi Tanah dan
Air Di Lahan Pertanian Bandung Timur [WWW Document]. UIN
Sunan Gunung Djati Bdg. URL https://scholar.google.co.id/scholar?
safeh ttp://digilib.uinsgd.ac.id/9404/1/paper%20kta%20pdf%20Moch.
%20Gumilar.pdf=strict&biw=1366&bih=576&um=1&ie=UTF8&lr&q
=related:dlTMg6wdIz809M:scho lar.google.com/ (accessed 1.24.20).

Anda mungkin juga menyukai