Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN DINDING PENAHAN TANAH


MENGGUNAKAN BRONJONG PADA PROYEK PERBAIKAN
BENDUNGAN ROTIKLOT

ESTHON ERWIN ADI MINGLER


NIM : 2023716318

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN IRIGASI DAN


PENANGANAN PANTAI
JENJANG PENDIDIKAN SARJANA TERAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karunia-Nya, penyusun Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang
berjudul “TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN DINDING
PENAHAN TANAH MENGGUNAKAN BRONJONG PADA PROYEK
PERBAIKAN BENDUNGAN ROTIKLOT” ini dapat di selesaikan dengan
baik.
Dalam penulisan Laporan PKL ini penulis mendapatkan arahan ,
dukungan,saran dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terima kadih kepada:
1. Bapak Frans Mangngi,ST.,M.Eng selaku Direktur Politeknik Negeri
Kupang.
2.
3. Bapak Yunus Fallo SST.,MT selaku Ketua Program Studi TPIPP.
4. Bapak Joko Suparmanto S.Pd, M.T selaku pembimbing PKL yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan Laporan PKL.
5. Kedua orang tua yang sangat penulis sayangi serta seluruh anggota
keluarga yang telah memberikan dukungan baik secara moral, material
dan doa.
6. Teman Teman Kelas TPIPP C angkatan 20.
Penulis sadar bahwa penulisan Laporan PKL ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh Krena Itu, Kritik dan saran yang membangun dari
pembaca, yang penulis harapkan demi menyempurnakan penulisan Laporan
PKL.

Kupang 2023

ii
ESTHON ERWIN ADI
MINGLER

DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan elemen yang sangat mempengaruhi Kehidupan di alam. Semua
makhluk hidup sangat memerlukan air dalam perkembangan dan
pertumbuhannya. Air tidak hanya digunakan untuk memenuhi Kehidupan
domestik saja, yaitu untuk air minum atau keperluan memasak, mencuci, mandi,
akan tetapi air juga digunakan sebagai sumber kehidupan lainnya, seperti mengairi
air tanaman pertanian, perikanan, dan juga sebagai pembangkit listrik tenaga air.
Di samping memberikan keuntungan air juga memberikan dampak negative jika
terlalu berlebihan, karena dapat menyebabkan banjir.

Wilayah kabupaten Belu secara geografis terletak antara 9°-10° Lintang Selatan
(LS) dan 124°-126° Bujur Timur (BT). Dengan luas wilayah 1.284,94 km²
(menurut BPS) atau 1.284,97 km² (menurut Kemendagri), yang terbagi dalam 12
kecamatan, 12 kelurahan, dan 69 desa, termasuk 30 desa dalam 8 kecamatan
perbatasan dengan Timor Leste.

Di Desa Fatukety, kecamatan Kakuluk Mesak, kabupaten Belu sering terjadi


banjir besar yang sangat merugikan masyarakat sekitar. Hal ini di sampaikan
langsung oleh warga sekitar yang mengatakan bahwa setiap kali terjadi hujan lebat
akan menyebabkan banjir, dampat paling parah dari banjir ini adalah tergerusnya
lahan perkebunan mereka sehingga lahan perkebunan semakin sempit, selain itu
juga akibat dari banjir ini adalah ancaman longsor oleh sebab itu masyarakat
sekitar meminta kepada pemerintah setempat di bangun bronjong untuk
meyelamatkan lahan perekebunan mereka dari gerusan banjir.

Dengan laporan yang di sampaikan oleh masyarakat di Desa Fatukety,


Kecamatan Kakulu Mesak, Kabupaten Belu kepada pemerintah setempat tentang
pentingnya pembangunan bronjong untuk menyelamatkan lahan perkebunan
mereka dari ancaman banjir maupun tanah longsor.

1
Pemerintah Kota kupang dalam hal ini Dinas Kementerian Pekerjaan Umum
Dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Merencanakan dan
melaksanakan proyek perbaikan pembangunan bendungan Rotiklot di Kabupaten
Belu yang pengerjaannya dikerjakan oleh PT.BUMI INDAH dan dibawah
pengawasan PT. INNAKO INTERNASIONAL KONSULINDO KSO KENCANA
LAYANAN KONSULTAN, sesuai dengan perjanjian kontrak pelaksanaan
perbaikan pembangunan bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu.

Masyarakat di Desa Fatukety, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu


merasakan dampak yang sangat buruk ketika musim penghujan tiba, dimana hujan
akan turun dengan intensitas yang lebat dan akan membanjiri sebagian daearah di
desa tersebut. Akibatnya perkebunan mereka sering terkena longsor akibat banjir.
Untuk itu salah satu upaya untuk mencegah masalah tersebut adalah bangunan
penahan tanah untuk membantu masyarakat setempat yang sebagian besar
berprofesi sebagai petani, sesuai dengan judul di atas maka penulis dapat
mengambil judul PKL yaitu, “TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
DINDING PENAHAN TANAH MENGGUNAKAN BRONJONG PADA
PROYEK PERBAIKAN BENDUNGAN ROTIKLOT” sesuai dengan
kemampuan dan penulis lebih ingin mengetahui tentang pekerjaan dinding penahan
tanah menggunakan bronjong serta dapat mengetahui situasi pelaksanaan pekerjaan
di lapangan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi subyek dalam peninjauan selama Praktek Kuliah Lapangan
(PKL) adalah:

1. Bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan bronjong untuk dinding penahan


tanah pada Proyek Perbaikan Bendungan Rotiklot di Desa Fatukety,
kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu.
2. Apa saja jenis-jenis pekerjaan yang ada pada pelaksanaan pekerjaan
bronjong untuk dinding penahan tanah pada Proyek Perbaikan Bendungan
Rotiklot di Desa Fatukety, kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu.

2
3. Bagaimana menghitung volume pekerjaan bronjong untuk dinding penahan
tanah pada Proyek Perbaikan Bendungan Rotiklot di Desa Fatukety,
kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu.
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Maksud pelaksanaan pekerjaan dinding penahan tanah menggunakan
bronjong adalah untuk mengurangi atau mencegah terjadinya erosi dan scouring
(gerusan) pada area sungai Rotiklot.
1.3.2 Tujuan
A. Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan
ini adalah:
1. Melakukan peninjauan dan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
dilaksanakan di lapangan sehingga diperoleh pemahaman yang benar.
2. Memperluas wawasan dan kemsmpusn berpikir mahasiswa.
3. Mempersiapkan tenaga profesioanal yang berguna bagi bangsa dan negara.
4. Mengaplikasikan keterampilan dan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
di bangku perkuliahan.

B. Tujuan Penulisan Laporan

Adapun tujuaan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pekerjaan dinding penahan tanah


menggunakan bronjong pada Proyek Perbaikan Bendungan Rotiklot di
Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pekerjaan apa saja yang ada pada pelaksanaan
pekerjaan dinding penahan tanah menggunakan bronjong pada Proyek
Perbaikan Bendungan Rotiklot di Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten
Belu.
3. Untuk menghitung volume pekerjaan dinding penahan tanah menggunakan
bronjong pada Proyek Perbaikan Bendungan Rotiklot di Kecamatan Kakuluk
Mesak, Kabupaten Belu.

3
1.4 Metodologi Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Dalam penulisan laporan praktek kerja lapangan tentang pelaksanaan


perbaikan Bendungan Rotiklot Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu.
Penulis menggunakan 2 metode yaitu:
1. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan metode dengan cara studi pustaka dengan membaca
buku-buku literatur sebagai panduan didalam menyusun laporan ini.
2. Observasi lapangan
Observasi di lapangan merupakan metode dengan cara melakukan pengamatan
secara langsung terhadap aktivitas konstruksi di lapangan dan melakukan
wawancara dengan pihak pihak yang terlibat langsung dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut.

1.5 Pembatasan Masalah

Sesuai rumusan masalah di atas penulis memberikan batasan dalam laporan ini
yang berkaitan dengan Praktek Kerja Lapangan Pekerjaan Perbaikan
Bendungan Rotiklot Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu. Maka
penulis hanya meninjau praktek kerja lapangan bagaimana prosedur/tahapan
pelaksanaan pekerjaan Pebaikan Bendungan Rotiklot Khusunya kegiatan
Pekerjaan Dinding Penahan Tanah Menggunakan Bronjong.

1.6 Sistematika Laporan

1. BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penulisan
metodologi, dan sistematika penulisan.
2. BAB II DESKRIPSI KEGIATAN
Menjelaskan secara umum lokasi kegiatan dan data – data umum
pelaksanaan kegiatan.
3. BAB III LANDASAN TEORI
Meliputi teori – teori dan konsep dasar yang digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan

4
4. BAB IV TINJAUN PELAKSANAAN
Meliputi analisis dan pembahasan mengenai pelaksanaan kegiatan Praktek
Kerja Lapangan.
5. BAB V PENUTUP
Meliputi kesimpulan dan saran dari hasil analisis pembahasan.

5
BAB III
Landasan Teori
3.1 Pengertian Dinding Penahan Tanah
1. Defenisi Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menahan tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah yang
miring atau lereng yang kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng
tanah itu sendiri. Tanah yang tertahan memberikan dorongan secara aktif
pada struktur dinding sehingga struktur cenderung akan terguling atau akan
tergeser (Tanjung, 2016).
2. Fungsi Dinding Penahan Tanah
fungsi utama dari dinding penahan tanah adalah untuk menahan tanah
pada bangunan yang ada di area miring agar tidak terjadi longsor.
Dinding penahan tanah juga berfungsi untuk menahan erosi.
3.2 Jenis Dinding Penahan Tanah
Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding penahan tanah
dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu dinding gravitasi, dinding
kantilever, dinding counterfort, dinding buttress. Beberapa jenis dinding
penahan tanah antara lain :
a. Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi (gravity wall)
Dinding ini dibuat dari beton tidak bertulang atau pasangan batu,
terkadang pada dinding jenis ini dipasang tulangan pada permukaan
dinding untuk mencegah retakan permukaan akibat perubahan
temperature (Tanjung, 2016).

6
Gambar 1. Dinding penahan tanah tipe gravitasi (gravity wall). (Sumber:
Hardiyatmo, 2014)
b. Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever (cantilever retaining wall)
Dinding ini terdiri dari kombinasi dinding dengan beton bertulang yang
berbentuk huruf T. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri
dinding penahan dan berat tanah di atas tumit tapak (hell). Terdapat 3
bagian struktur yang berfungsi sebagai kantiliver, yaitu bagian dinding
vertikal (steem), tumit tapak dan ujung kaki tapak (toe). Biasanya
ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6 – 7 meter (Tanjung, 2016).

Gambar 2. Dinding penahan tanah tipe kantilever (cantilever retaining


wall). (Sumber: Hardiyatmo, 2014)
c. Dinding Penahan Tanah Tipe Counterfort
Dinding ini terdiri dari dinding beton bertulang tipis yang di bagian
dalam dinding pada jarak tertentu didukung oleh pelat/dinding vertikal
yang disebut counterfort (dinding penguat). Ruang di atas pelat pondasi
diisi dengan tanah urug. Apabila tekanan tanah aktif pada dinding
vertikal cukup besar, maka bagian dinding vertikal dan tumit perlu
disatukan. Counterfort berfungsi sebagai pengikat tarik dinding vertikal
dan ditempatkan pada bagian timbunan dengan interfal jarak tertentu.
Dinding counterfort akan lebih ekonomis digunakan bila ketinggian
dinding lebih dari 7 meter (Tanjung, 2016).

7
Gambar 3. Dinding penahan tanah tipe counterfort. (Sumber:
Hardiyatmo, 2014)

d. Dinding Penahan Tanah Tipe Buttress


Dinding buttress hampir sama dengan dinding counterfort, hanya
bedanya bagian counterfort diletakkan di depan dinding. Dalam hal ini,
struktur counterfort berfungsi memikul tegangan tekan. Pada dinding ini,
bagian tumit 10 lebih pendek dari pada bagian kaki. Stabilitas
konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan berat
tanah di atas tumit tapak. Dinding ini dibangun 8 pada sisi dinding di
bawah tertekan untuk memperkecil gaya irisan yang bekerja pada dinding
memanjang dan pelat lantai. Dinding ini lebih ekonomis untuk ketinggian
lebih dari 7 meter. Kelemahan dari dinding ini adalah penahannya yang
lebih sulit daripada jenis lainnya dan pemadatan dengan cara rolling pada
tanah di bagian belakang adalah jauh lebih sulit (Tanjung, 2016)

Gambar 4. Dinding penahan tanah tipe buttress (Sumber: Maulana,


2019)

3.3 Pertimbangan Teknis Dinding Penahan Tanah

8
Dalam perencanaan pengarah outlet pelimpah ada beberapa pertimbangan
teknis, yaitu:
1. Perbaikan arah alur sungai di daerah dinding penahan tanah
Pada suatu meander sungai, gerusan biasanya terjadi pada tikungan luar,
sehingga mengakibatkan pergerakan alur sungai tersebut ke arah
tikungan 1uar. Untuk mengantisipasi laju gerusan pada tikungan luar
tersebut, perlu adanya perencanaan tikungan/ meander sungai yang baik.
2. Meander Kritis
Sebelum melakukan sudetan perlu dilakukan analisis mengenai kondisi
meander sungai. Parameter meander yang kritis mempunyai hubungan
proposional, namun untuk menentukan kondisi meander (kritis atau
tidak), maka perlu dicari parameter setiap meander di Sungai yang
meliputi : R (jari – jari meander), B (lebar sungai). Dimana jika R/B < 10
adalah dalam kondisi kritis.
3. Normalisasi Penampang Sudetan
Normalisasi penampang sudetan meliputi penampang melintang dan
penampang memanjang alur sudetan :
a. Penampang memanjang dasar sungai Pada dasarnya dasar sungai
harus stabil terhadap erosi dan sedimentasi, sehingga perlu diketahui
kondisi tanah di daerah sudetan untuk analisis kemiringan dasar
sungai stabil. Biasanya pada alur sungai sudetan mempunyai
kemiringan yang lebih curam di banding sungai existing. Maka
kadang-kadang diperlukan bangunan pengatur dasar sungai berupa
groundsill (maksimum tinggi terjun adalah 2 m).
b. Penampang melintang sungai Bentuk penampang melintang sungai
dapat direncanakan dengan penampang tunggal ataupun ganda yang
stabil, dengan mempertimbangkan bentuk hidrolik yang baik dan
dapat mengalirkan debit desain. Penampang melintang yang stabil
maksudnya tidak mudah berubah dalam waktu yang cukup lama,
maka perlu adanya analisis penampang terhadap erosi dan longsoran
tebing

9
4. Bangunan Pengatur/Perkuatan
Bangunan perkuatan atau pengatur yang diperlukan di sepanjang alur
sudetan pada dasarnya untuk menstabilkan penampang melintang maupun
mengatur dasar sungai (penampang memanjang).
a. Bangunan perkuatan tebing sungai
Bangunan perkuatan tebing sungai diperuntukkan pada tebing sungai
yang tidak stabil terutama pada tikungan luar pada sungai yang
berkelok, pada lereng yang labil. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari adanya longsoran pada tebing sungai.

3.4 Konstruksi Bronjong


Bronjong adalah suatu hasil anyaman kawat baja atau galvanis dan kawat
pvc dengan konfigurasi (berbentuk kotak dengan lubang segi enam).
Kawat galvanis adalah kawat yang dilapisi bahan anti karat yang
menyerupai krom sehingga kawat galvanis mempunyai kekuatan dan tahan
terhadap karat. Kawat pvc adalah kawat galvanis yang dilapisi dengan
bahan karet semi plastik pada bagian luar hampir mirip seperti kabel listrik
dan memiliki warna lapisan yang bervariasi. Bronjong bila di bentuk balik,
prisma atau silinder kemudian diisi dengan batu yang pipih (Martha 2006).
3.4.1 Sifat Bronjong
Bronjong memiliki beberapa sifat, yaitu :
1. Tidak kaku
Bentuk bangunan bronjong mengikuti tanah dibawahnya sehingga
apabila terjadi penurunan atau penggeseran tanah dibawahnya,
konstruksi bronjong mudah menyesuaikan diri dengan perubahan
bentuk kedudukannya atau “fleksibel”.
2. Lolos air
Karena isi bronjong dibuat padat dan rapat diantara isian batu masih
terdapat rongga sehingga air masih bisa lolos.

3. Daya tahan terhadap gesekan kurang kuat

10
Tidak dapat menahan benturan-benturan atau gesekan-gesekan benda-
benda keras.
4. Diperlukan lapisan pelindung
Bronjong kawat yang tidak dilapisi dengan lapisan pelindung tidak
cocok untuk digunakan bagi pekerjaan-pekerjaan yang terletak di
daerah pantai yang mengandung garam karena akan cepat berkarat dan
anyamannya cepat rusak. Untuk pekerjaan-pekerjaan di tepi laut,
kawat bronjong harus diberi “lapisan pelindung” berupa campuran
aspal cair dengan pasir, atau diberi isolasi plastic atau dari bahan
galvanis tahan karat.
3.4.2 Fungdi Bronjong
1. Melindungi dan memperkuat tebing tanah, baik lereng sungai
maupun tanggul,
2. Menjaga tepi sungai terhadap arus aliran air dan usaha untuk
menjauhkan arus aliran air dari tepi sungai yang merusak tebing –
tebingnya
3. Membuat bendungan tetap meninggikan taraf muka air.

Kekuatan bronjong tergantung dari bahan-bahan yang dipakai


untuk bronjong agrefip atau dari aliran air yang mengsalir disitu,
adanya gangguan-gangguan baik atau tidaknya pembuatan,
pemasangan dan pemeliharaan bronjong-bronjong tersebut.
3.5 Jenis-jenis Bronjong
Berdasarkan bahan-bahan yang digunakan, bronjong dibedakan dalam
beberapa jenis yaitu:
1. Bronjong bambu

11
Gambar …. Bronjong bambu
Bronjong bambu dibuat dari anyaman belahan bambu-bambu,
biasanya berbentuk silinder yang diisi dengan batu-batu. Garis
tengah bronjong bambu biasanya diambil 0,40m atau 0,50 m.
Apabila garis tengahnya diambil lebih besar maka batuan yang
terdapat dalam bronjong tidak begitu kompak dan bronjong akan
lebih mudah rusak. Bronjong bambu daoat bertahan kurang lebih 1
tahun, apabila keadaan menguntungkan, pemeliharaan dan
perbaikannya dilakukan pada waktunya dengan baik, maka
bronjong bambu dapat tahan lebih lama.
2. Bronjong kawat

Gambar…. Bronjong Bambu


Bronjong kawat adalah anyaman kawat yang berbentuk balok atau
kubus. Pada pengerjannya kawat bronjong biasanya disimpan dalam
bentuklipatan-lipatan seperti lembaran. Kawat bronjong baru akan

12
dirakit menjadi balok atau kubus ketika akan dipasang atau
digunakan. Bronjong kawat merupakan bronjong yang sering
digunakan. Kelebihan bronjong kawat, antara lain:
1. Cukup tahan lama
2. Fleksibel, jadi dapat mengikutiperubahan keadaan
3. Tidak membutuhkan drainase karena drainase adalah
pembuangan atau pengatusan secara alami atau buatan
sedangkan bronjong air dapat mengalir di sela-sela kawat
bronjong
4. Dapat dikerjakan oleh setiap pekerja yang terlatih dan untuk
mengisi bronjong dapat dipakai batu kali atau batu pecahan dan
dapat pula dikerjakan dalam waktu yang relative singkat
Ada dua jenis kawat bronjong yang umum dipasaran, yaitu :
a. Kawat Bronjong Galvanis
Bahan kawat bronjong ini berasal dari kawat baja dengan
lapisan galvanis di permukaannya. Lapisan galvanis ini
membuat anyaman kawat bronjong lebih tahan lama karena
sifatnya tahan karat dan tahan air. Kawat bronjong ini terdiri
dari ukuran diameter dan RAM yang bervariasi. Kesamaannya
hanya terletak pada ukuran dimensi panjang, lebar, dan
tingginya, yaitu 2x1x0,5. Perhatikan tabel di bawah ini untuk
mengetahui ukurannya.

b. Kawat Bronjong PVC


Jenis kawat ini berasal dari bahan kawat berlapis PolyVinyl
Chloride (PVC), yakni bahan semi plastik yang sering

13
digunakan pada pipa. Sama seperti galvanis, PVC juga tahan air
dan tahan karat, jadi bisa digunakan secara jangka panjang.
Desain anyaman kawat bronjong PVC lebih menarik dan indah
sehingga kerap digunakan sebagai dekorasi. Alhasil, harganya
pun lebih mahal dibandingkan kawat bronjong galvanis. Kawat
bronjong PVC biasanya digunakan sebagai material dekoratif,
contohnya hiasan pagar rumah, pot tanaman atau hiasan
eksterior. Jenis kawat ini memiliki kesamaan pada ukuran
diameter dan RAM-nya. Perbedaannya hanya terletak pada
ukuran dimensinya. Rincian ukurannya bisa diperhatikan pada
tabel ini.

3.6 Standar Bronjong Menurut SNI


Kawat bronjong yang bersertifikasi SNI memiliki variasi ukuran
masing-masing dimensinya. Karena itu, kawat bronjong diberi kode
berupa huruf A sampai F. Selain itu, kawat bronjong SNI juga terdiri
dari satu sampai tiga sekat.
Berikut ini rincian ukuran kawat bronjong berdasarkan standar SNI:

3.7 Pemasangan Bronjong

14
Bronjong kawat yang dipergunakan untuk melindungi dan
memperkuat tebing-tebing Sungai atau lereng-lereng tanah. Untuk
menahan sering kali dipergunakan sandaran batu kosong. Akan
tetapi bila diinginkan sandaran batu yang kuat, maka bisa
menggunakan bronjong.

15
Bila muka air naik dan tidak dapat direndahkan, maka untuk
meletakan bronjong didalam air dapat dipergunakan rakit bambu.
Pada suatu stellage pancang dari bambu diagntungkan rakit yang lebih
besar daru bronjong lalu bornjong itu diisi dengan batuan. Setelah
penuh, tutupnya diikat lalu diturunkan dan diletakan pada tempat yang
telah ditentukan.

Gambar bronjong guling dipasang tegak untuk lokasi pemasangan


yang tidak pernah surut.
Tiap ikatan bronjong maupun sambungan-sambungan dari bronjong
ke bronjong lainnya merupakan bagian yang lemah. Dalam
pemasangan bronjong, rusuk-rusuk dan tiap sambungan bronjong
harus diikat erat-erat dengan kawat agar bronjong memiliki kuat daya
tahan yang besar.

16
3.8 Pengisian Bronjong
Bahan yang digunakan dalam pengisian bronjong merupakan batuan
yang berupa batu pecahan maupun batu kali. Untuk pengisian
bronjong disarankan menggunakan batu kali berdiameter kurang lebih
20 cm, dikarenakan batu pecahan memiliki sudut yang tajam sehingga
dapat memotong kawat bronjong. Pengisian batu pada kawat bronjong
harus ditata dengan rapih sampai bronjong terisin penuh lalu tutup
rusuk-rusuk kawat menggunakan kawat ikat. Dalam pemilihan batu
yang akan diisi kedalam bronjong memiliki syarat, karena apabila batu
yang digunakan berukuran lebih kecil dari mata anyaman dapat
membuiat batuan tersebut mudah keluar dari bronjong. Oleh karena
itu, batuan yang digunakan yaitu batuan yang harus memiliki diameter
kurang lebih 20 cm.
3.9 Keuntungan Dan Kerugian Konstruksi Bronjong
3.9.1 Keuntungan Konstruksi Bronjong
1. Ukuran dimensi bronjong dibuat dengan ukuran standar,
sehingga dapat digunakan bermacam-macam konstruksi
2. Bentuk dan spesifikasi teknis kawat pengikat dikenal di
banyak tempat, sehingga pembuatan dan pemesanan mudah
dilaksanakan
3. Pemasangan tidak membutuhkan tenaga dengan kualitas
tinggi
4. Peralatan yang digunakan sederhana dan persiapan pondasi
minimal
5. Ketebalan konstruksi lebih tipis disbanding rip-rap, lapisan
gabion umumnya sepertiga ketebalan rip-rap
6. Struktur bersifat permeable, sehingga konstruksi lebih kuat
untuk menahan tekanan dari tanah, karena faktor tekanan
air dihilangkan dan juga karena pasangan bronjong
berongga
7. Menampilkan konstruksi ramah lingkungan (bio
engineering).
3.9.2 Kerugian Konstruksi Bronjong

17
1. Kawat bronjong rentan terhadap korosi dan abrasi sehingga
apabila kawat kawat rusak atau hilang maka konstruksi
dikatakan gagal fungsi
2. Dibutuhkan tenaga khusus yang ahli dalam membuat
kualitas bronjong sesuai dengan standar SNI
3. Dibutuhkan pekerjaan monitoring atau pemeliharaan yang
ketat untuk mengidentifikasi awal kerusakan yang terjadi
sebelum kerusakan semakin parah
4. Pemasangan bronjong sulit apabila dilakukan pemasangan
dalam air
5. Hampir seluruh bahan isian bronjong menggunakan batu
kali sehingga menimbulkan ekploitasi/penambangan batu
kali yang terus menerus yang akan menghilangkan lapisan
pelindung dasar sungai.

BAB IV
TINJAUAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI

4.1 Pelaksanaan Pekerjaan


Tinjauan pelaksanaan konstruksi selama praktek kerja lapngan
dengan Judul Tinjauan pelaksanaan pekerjaan perbaikan
pengarah outlet pelimpah pada proyek Perbaikan Bendungan
Rotiklot di Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu sebagai
berikut:
1. Pekerjaan pembersihan lahan.
2. Pekerjaan galian tanah.
3. Pekerjaan perakitan dan pemasangan bronjong.
4. Pekerjaan pemasangan geotextile.
5. Pekerjaan timbunan

18
4.1.1 Pekerjaan Pembersihan Lahan.
4.1.2 Pekerjaan Galian Tanah
1. Identifikasi Nama Pekerjaan.
2. Sketsa.
3. Volume pekerjaan.
4. Metede kerja.
5. Hasil kerja.
4.1.3 Pekerjaan Perakitan Kawat Bronjong.
1. Identifikasi Nama Pekerjaan.
2. Sketsa.
3. Volume pekerjaan.
4. Metode kerja.
5. Hasil kerja.
4.1.4 Pekerjaan Pemasangan Batu Pada Bronjong
1. Identifikasi Nama Pekerjaan.
2. Sketsa.
3. Volume pekerjaan.
4. Metode kerja.
5. Hasil kerja.
4.1.5 Pemasangan Geotextile
1. Identifikasi Nama Pekerjaan.
2. Sketsa.
3. Volume pekerjaan.
4. Metode kerja.
5. Hasil kerja.
4.1.6 pekerjaan Timbunan
1. Identifikasi Nama Pekerjaan
2. Sketsa
3. Volume pekerjaan
4. Metode kerja
5. Hasil kerja

19
4.2 Peralatan dan Material/\Bahan
Penyediaan material dan alat kerja bahan bangunan pada suatu
proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang
kelancaran suatu pekerjaan. Penggunaan alat dan bahan yang
digunakan harus sesuai dengan standar dan kondisi dilapangan.
Peralatan kerja yang digunakan terdiri dari alat-alat berat dan
pelengkap lainnya, baik yang digerakan secara manual maupun
mekanis. Pertimbangan dari segi biaya harus tetap dilakukan,
karena harus ada optimasi harga produksi per satuan waktu
untuk setiap peralatan yang digunakan. Selama pelaksanaan
pekerjaan di proyek, pemeliharaan dan perawatan terutama
untuk alat-alat berat harus dilakukan secara rutin, sehingga alat
selalu dalam kondisi baik dan siap dipakai. Hal ini sangat
penting untuk diperhatikan sehingga tidak adanya hambatan
seperti kerusakan pada alat selama proses pekerjaan.
Penyimpanan bahan-bahan bangunan perlu mendapatkan
perhatian khusus mengingat bahan bangunan sangat rentan
terhadap kondisi lingkungan, seperti semen dan tulangan yang
sangat dipengaruhi oleh air dan udara. Penempatan bahan dan
tempat yang seefisien dan yang tertata rapi perlu diperhatikan
agar dapat mempercepat, mempermudah, mendukung ektifitas
kerja dan keselamatan kerja selama pekerjaan. Pengaturan
penyimpanan bahan-bahan bangunan dan peralatan pada proyek
merupakan tanggung jawab bagian logistic (material
management) dan gudang (warehouse).
Bahan/material yang digunakan harus sesuai dengan RKS
(rencana kerja dan syarat-syarat Teknis) dan telah mendapatkan
persetujuan dari konsultan MK (manajement konstruksi) dengan
menunjukkan contoh-contohnya. Kemudian konsultan MK
memeriksa bahan/material secara langsung sehingga apakah
bahan/material sesuai dengan contoh atau tidak. Jika disetujui

20
maka pekerjaan dilanjutkan, dan apabila tidak disetujui maka
diganti sesuai dengan permintaan MK atau sesuai dengan RKS.
Sistem pengadaan peralatan bahan/material yang terdapat
pada proyek Pekerjaan Sudetan Sungai (Alih Trase
Menggunakan Bronjong Proyek Perbaikan Bendungan Rotiklot
Di Desa Ainiba, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu,
Nusa Tenggara Timur sebagai berikut : pertama-tama pelaksana
proyek dilapangan mengajukan permintaan bahan/material
kebagian logistic. Selanjutnya steelah dilakukan evaluasi dan
negosiasi, kepala proyek memutuskan kemudian dilakukan order
terhadap supplier yang telah ditunjuk. Lalu dilakukan
pengiriman barang yang akan diterima oleh staf logistic dan
gudang. Kemudian dibuat laporan persediaan dan dokumen
persediaan dan dokumen terhadap supplier.
4.3 Studi Kasus

4.4 Pengendalian Dan Pengawasan Kegiatan Pekerjaan


Sebagai salah satu fungsi dan proses kegiatan dalam
manajemen proyek yang sangat mempengaruhi hasil akhir
proyek adalah pengendalian yang mempunyai tujuan utama
adalah meminimalisasi segala penyimpangan yang dapat terjadi
selama proses berlangsungnya proyek. Pengendalian
didefinisikan sebagai usaha yang sistematis untuk menentukan
standar yang sesuai dengan sasaran dan tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi,
membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis
kemungkinan penyimpangan, kemudian melakukan tindakan
koreksi yang diperlukan agar sumber daya dapat digunakan
secara efektif dan efesien dalam rangka mencapai sasaran dan
tujuan (Monica, 2013).

21
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian
membutuhkan standar atau tolak ukur sebagai pembanding, alat
ukur kinerja dan tindakan koreksi yang akan dilakukan bila
terjadi penyimpangan. Kegiatan yang dilakukan dalam proses
pengendalian dapat berupa pengawasan, pemeriksaan serta
tindakan koreksi, yang dilakukan selama proses implementasi.
Dalam sebuah proses pengerjaan proyek terdapat tiga
parameter penting bagi penyelenggara proyek yaitu besar biaya
atau anggaran yang dialokasikan, jadwal, serta mutu yang harus
dipenuhi. Ketiga parameter tersebut disebut juga dengan triple
constrain dan saling memiliki keterikatan. Artinya jika ingin
meningkatkan kinerja proyek, umumnya harus diikuti dengan
meningkatkan mutu. Hal ini akan berakibat pada meningkatnya
biaya, sehingga dapat melebihi anggaran. Sebaliknya bila ingin
menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan
mutu dan jadwal (Soeharto, 1999).
Ada tiga aspek yang perlu diketahui dalam sistem pengendalian
pelaksanaan pekerjaan, yaitu :
1. Pengendalian Waktu
2. Pengendalian Biaya
3. Pengendalian Mutu
4.4.1 Pengendalian Waktu
Manajemen waktu proyek (Project Time Management) adalah
proses merencanakan, menyusun, dan mengendalikan jadwal
kegiatan proyek, dimana dalam perencanaan dan
penjadwalannya telah disediakan pedoman yang spesifik untuk
menyelesaikan aktivitas proyek dengan lebih cepat dan efisien
(Clough dan Sears, 1991).
Sistem ini bertujuan untuk memanfaatkan waktu pelaksanaan
suatu proyek secara efektif dan efisien guna memperlancar
pelaksanaan proyek.

22
Ada lima proses utama dalam manajemen waktu proyek, yaitu:
pendefinisian aktivitas, urutan aktivitas, estimasi durasi
aktivitas, pengembangan jadwal, dan pengendalian jadwal.
(Soemardi B.W,dkk).
1. Pendefinisian aktivitas merupakan proses identifikasi
semua aktivitas spesifik yang harus dilakukan dalam
rangka mencapai seluruh tujuan dan sasaran proyek
(Project Deliveriables). Dalam proses ini dihasilkan
pengelompokkan semua aktivitas yang menjadi ruang
lingkup proyek dari level tertinggi hingga level yang
terkecil atau disebut Work Break down Structure (WBS).
2. Urutan aktivitas melibatkan identifikasi dan dokumentasi
dari hubungan logis yang interaktif. Masing-masing
aktivitas harus diurutkan secaraakurat untuk mendukung
pengembangan jadwal sehingga diperoleh jadwal yang
realisitis. Dalam proses ini dapat digunakan alat bantu
komputer untuk mempermudah pelaksanaan atau dilakukan
secara manual. Teknik secara manual masih efektif untuk
proyek yang berskala kecil atau di awal tahap proyek yang
berskala besar, yaitu bila tidak diperlukan pendetailan yang
rinci.
3. Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan
informasi yang berkaitan dengan lingkup proyek dan
sumber daya yang diperlukan yang kemudian dilanjutkan
dengan perhitungan estimasi durasi atas semua aktivitas
yang dibutuhkan dalam proyek yang digunakan sebagai
input dalam pengembangan jadwal. Tingkat akurasi
estimasi durasi sangat tergantung dari banyaknya informasi
yang tersedia.
4. Pengembangan jadwal berarti menentukan kapan suatu
aktivitas dalam proyek akan dimulai dan kapan harus

23
selesai. Pembuatan jadwal proyek merupakan proses iterasi
dari proses input yang melibatkan estimasi durasi dan biaya
hingga penentuan jadwal proyek.
5. Pengendalian jadwal merupakan proses untuk memastikan
apakah kinerja yang dilakukan sudah sesuai dengan alokasi
waktu yang sudah direncanakan atau tidak. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pengendalian jadwal adalah:
a. Pengaruh dari Faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan jadwal dan memastikan perubahan yang
terjadi disetujui.
b. Menentukan perubahan dari jadwal.
c. Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda
dari perencanaan di awal proyek.
Dasar yang dipakai pada sistem manajemen waktu adalah
perencanaan operasional dan penjadwalan yang selaras dengan
durasi proyek yang telah ditetapkan. Adapun aspek-aspek
manajemen waktu ialah menentukan penjadwalan proyek,
mengukur dan membuat laporan dari kemajuan proyek,
membandingkan penjadwalan dengan kemajuan proyek
sebenarnya di lapangan, menentukan akibat yang ditimbulkan
oleh perbandingan jadwal dengan kemajuan di lapangan pada
akhir penyelesaian proyek, merencanakan penanganan untuk
mengatasi akibat tersebut, dan memperbaharui kembali
penjadwalan proyek (Clough dan Sears, 1991). Pelaksanaan
suatu proyek sangat memerlukan suatu penjadwalan, dimana
dalam hal ini dalam penetapan jangka waktu pelaksanaan
proyek sangat berhubungan dengan biaya proyek tersebut.
Suatu proyek diharapkan dapat diselesaikan tepat waktu,
karena keterlambatan dalam penyelesaian suatu proyek dapat
berpengaruh terhadap nilai pembayaran proyek.

24
Dalam pelaksaan proyek ini, pengendalian waktu
dilapangan berlaku lebih cepat dari perencanaan. Hal ini dapat
dilihat dari time schedule perencanaan dan realisasi. Adapun
langkah-langkah yang diambil oleh pelaksana untuk
memenangi waktu yang direncanakan yaitu:
1. Penambahan jumlah tenaga kerja.
2. Penambahan waktu kerja
Dalam pelaksanaan proyek pekerjaan perbaikan pengarah
outlet pelimpah pada proyek perbaikan Bendungan Rotiklot di
Kabupaten Belu, pekerjaan pada proyek ini terbilang terlambat
dikarenakan kurang tersedia alat berat yang cukup tetapi para
pekerja mengusahakannya dengan melakukan lembur.
4.4.2 Pengendalian Biaya
Tujuan umum dari sistem pengendalian biaya adalah untuk
memberi peringatan dini jika terjadi penyimpangan atau
kesalahan yang berakibatkan pada peningkatan
pengeluaranyang tidak sesuai dengan rencana anggaran biaya
(RAB). Dalam pelaksanaan proyek pekerjaan perbaikan
pengarah outlet pelimpah pada Perbaikan Bendungan Rotiklot
di Kabupaten Belu, pelaksana memperhatikan beberapa aspek
pengendalian biaya, yaitu:
1. Biaya Bahan
Biaya yang dikeluarkan untuk memasukkan bahan
material dalam pekerjaan lokasi proyek harus sesuai
dengan rancana anggaran biaya (RAB). Setiap pembelian
material, bagian logistik mencatat jumlah material yang
dibeli dan besarnya biaya yang digunakan pada proyek
Perbaikan Bendungan Rotiklot Kecamatan Kakuluk
Mesak, Kabupaten Belu.
2. Biaya upah tenaga kerja

25
Untuk mengendalikan biaya tenaga kerja pelaksana
melakukan pemeriksaan daftar absensi pekerja selama
satu minggu dan besarnya biaya yang dikeluarkan ini juga
dapat digunakan untuk menyusun kurva s realisasi dan
untuk memperkirakan presentase pekerjaan proyek
Perbaikan Bendungan Rotiklot Kecamatan Kakuluk
mesak Kabupaten Belu, tergantung pada jabatannya
masing-masing dan diatur sesuai dengan perjanjian kerja
yang telah disepakati.
3. Biaya peralatan
Analisa perhitungan peralatan yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan alat berat, sedangkan peralatan
pertukangan tidak termasuk dalam perhitungan analisa
peralatan, karena biasanya dalam pelaksanaan pekerjaan
mulai kerjanya harus sesuai dengan time schedule,
sehingga pengadaan alat berat ditutrnkan kellokasi proyek
harus bertepatan dengan waktu alat kerja.
4.4.3 Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu adalah suatu bentuk sistem untuk
mengendalikan mutu dari bahan-bahan yang digunakan pada
pelaksanaan suatu proyek. Tujuan dari pengendalian mutu
adalah agar bahan-bahan yang digunakan pada proyek tersebut
sesuai dengan yang diharapkan. Aspek-aspek pengendalian
mutu dalam proyek Perbaikan Bendungan Rotiklot Kecamatan
Kalukuk Mesak Kabupaten Belu, terdiri dari:
1. Pengecekan dan pengkajian, yaitu melakukan pengecekan
dan pengkajian terhadap gambar konstruksi dan perhitungan.
2. Pemeriksanaan kemapuan peralatan, yaitu pemeriksaan
terhadap kemampuan fisik alat dengan melkukan uji coba
pada alat tersebut.

26
3. Pengujian dengan pengambilan contoh, yaitu bahan yang
akan digunakan untuk suatu konstruksi sebaiknya diuji atau
diperiksa terlebih dahulu di laboratorium untuk mengetahui
karakteristiknya. Bila perlu dilakukan pengujian langsung
dilapangan.
4.5 Evaluasi Kegiatan
Evaluasi proyek adalah suatu kegiatan yang menilai dan
memilih berbagaiinvestasi yang mungkin dikembangka sesuai
dengan kemampuan investasi yang dimiliki. Evaluasi
Proyek/studi kelayakan proyek (atau studi kelayakan bisnis
padaproyek bisnis), merupakan pengkajian suatu usulan proyek
(atau bisnis), apakah dapat dilaksanakan (go project) atau tidak
(no go project), dengan berdasarkan berbagai aspek kajian.
Progres pelaksanaan umumnya dilaporkan dalam bentuk
persentase dan dituangkan dalam bentuk grafik (kurva s). Untuk
mengetahui progres perencanaan pelaksanaan proyek Perbaikan
Pengarah Outlet Pelimpah Menggunakan Bronjong pada Proyek
Perbaikan Bendungan Rotiklot Di Kecamatan Kakuluk Mesak,
Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur maka dalam pembuatan
kurva s didasarkan pada laporan mingguan dan time schedule
rencana pada dokumen kontrak.
Melalui laporan mingguan progress perkembangan kegiatan
direkapitulasi dan diubah menjadi kurva s dan diberi kode serta
garis yang berbeda, serta diletakkan pada tempat yang sama
pada kurva s rencana yang terdapat dalam kontrak. Dari
tampilan Kurva s dapat dilihat deviasi kegiatan per minggu dan
titik realisasi berada diatas rencana sehingga dikategorikan lebih
cepat dari jadwal.
Masukkan time schedule

27
28

Anda mungkin juga menyukai