Anda di halaman 1dari 116

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mausia, baik untuk

kebutuhan langsung seperti air baku, air industri, sanitasi maupun keperluan

tidak langsung seperti irigasi, pembangkit listrik, dan sebagainya. Sehingga

salah satu alternatif yang dilakukan dalam dunia konstruksi dalam hal

pelestarian atau konservasi terhadap sumber daya air adalah pembangunan

bangunan air seperti bendung, bendungan, dan bangunan air lainnya.

Sumber daya air merupakan sumber kehidupan dan penghidupan yang

sangat penting. Oleh karena itu potensi air yang melimpah di Indonesia harus

dimanfaatkan semaksimal mungkin. Hal inilah yang memicu pesatnya

pembangunan saat ini khususnya pada bidang konstruksi keairan. Di Sektor

Pertanian, pembangunan sarana dan prasarana pengairan, termasuk

bendungan/dam, dan saluran irigasi, hampir tidak pernah berhenti sepanjang

waktu. Perancangan pemanfaatan air sungai memerlukan adanya konsep

untuk mencapai efisiensi yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan di masa

mendatang.

Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar

Wilayah Sungai Pompengan – Jeneberang mengadakan Pembangunan

Bendungan Karalloe yang terletak di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

1
Dalam hal pemenuhan tenaga-tenaga professional dalam dunia

konstruksi, maka Politeknik Negeri Ujung Pandang khususnya Jurusan

Teknik Sipil menyediakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan

lapangan pekerjaan, yaitu dengan mengadakan Praktek Kerja Lapangan bagi

mahasiswa tingkat akhir. Kegiatan ini berlangsung selama ± 8 Minggu.

Dengan bekal ilmu yang dimiliki oleh mahasiswa diharapkan dapat dijadikan

sebagai dasar dalam menerapkan kegiatan di lapangan. Kegiatan ini juga

diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa secara

langsung mengenai teknis, metode pelaksanaan dan masalah yang sering

timbul di lapangan.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami selaku Mahasiswa Politeknik

Negeri Ujung Pandang melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

pada “Proyek Pembangunan Bendungan Karalloe Kabupaten Gowa,

Sulawesi Selatan“.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu

persyaratan akademik pada semester VII (Tujuh) Jurusan Teknik Sipil

Politeknik Negeri Ujung Pandang. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini

adalah:

1. Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam ruang lingkup

Teknik Sipil khususnya pada konstruksi bangunan air dalam hal ini

bendungan;

2
2. Mengetahui teori – teori praktis yang dilaksanakan di lapangan sehingga

mahasiswa dapat membandingkan antara apa yang diperoleh di kampus

dan bagaimana pengaplikasiannya di lapangan;

3. Mengetahui permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan proyek dan

mampu menemukan solusi dari permasalahan tersebut;

4. Mengetahui dan menerapkan berbagai metode yang tepat pada

pelaksanaan proyek

1.3. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka

diidentifikasikan beberapa masalah (bagian pekerjaan) yang muncul di bawah

ini:

1. Pekerjaan Persiapan

2. Pekerjaan Relokasi Jalan dan Rehabilitasi Jalan Masuk

3. Pekerjaan Terowongan Pengelak

4. Pekerjaan Tubuh Bendungan

5. Pekerjaan Bangunan Pelimpah

6. Pekerjaan Bangunan Pengambil

7. Pekerjaan Instrumentasi

8. Pekerjaan Hidromekanikal

9. Pekerjaan Jalan Layanan

10. Pekerjaan Bangunan

11. Pekerjaan Listrik

3
12. Pekerjaan Peralatan Penunjang O&P

1.4. Batasan Masalah

1. Dalam penulisan laporan ini penulis tidak membahas pelaksanaan proyek

secara keseluruhan karena dibatasi oleh waktu pelaksanaan praktek kerja

lapangan yaitu ± 8 minggu.

2. Dalam penulisan laporan ini penulis hanya membahas mengenai metode

pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Struktur Bangunan Pelimpah.

1.5. Metode Penulisan

1. Metode Pengambilan Data

Metode yang dilakukan dalam pengambilan data proyek yaitu sebagai

berikut.

a. Metode Identifikasi

Metode identifikasi yaitu pengamatan langsung di lapangan atas

proses terhadap pekerjaan yang sedang berjalan pada proyek tersebut.

b. Metode Diskusi dan Wawancara

Metode diskusi dan wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab

dengan pihak yang terlibat dalam pengelolaan proyek, hal ini

dilakukan untuk memperoleh data- data tentang hal-hal yang bersifat

non-teknis.

c. Metode Data dan Literatur

4
Metode data dan literatur yaitu pengumpulan data, foto, dan gambar

yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan Pembangunan

Bendungan Karalloe.

2. Metode Pengolahan Data

Setelah melakukan pengambilan data, selanjutnya dianalisis dan

diolah kemudian disusun kedalam bentuk laporan selama melakukan

Praktek Kerja Lapangan (PKL).

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini disusun dalam tiga bagian,

yang terdiri dari bagian awal, bagian pokok, dan bagian akhir. Bagian awal

meliputi halaman judul, lembar pengesahan, kata pengantar dan daftar isi.

Bagian pokok merupakan isi laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL).Bagian

akhir meliputi lampiran-lampiran dan gambar-gambar proyek.

Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun

laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Memuat mengenai latar belakang, maksud dan tujuan penulisan,

identifikasi masalah, batasan masalah, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK

5
Menjelaskan tentang uraian umum yang terdiri dari latar belakang

proyek, data proyek secara umum dan teknis, struktur organisasi

dan tugas masing-masing fungsi dalam struktur tersebut.

BAB III METODE PELAKSANAAN

Menjelaskan mengenai hal-hal yang terkait dalam pelakasanaan

suatu proyek dan mekanisme proyek

BAB IV MASALAH-MASALAH YANG TIMBUL DALAM

PELAKSANAAN DAN PEMECAHANNYA

Menguraikan tentang masalah - masalah yang terjadi di lokasi

proyek serta penyelesaian masalah yang terjadi selama melakukan

kegiatan kerja praktek di lapangan.

BAB V PENUTUP

Memuat tentang kesimpulan dan saran penulis.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

6
BAB II

GAMBARAN UMUM PROYEK

2.1. Tinjauan Umum Proyek

Bendungan Karalloe secara administrasi terletak di Desa Garing, Desa

Datara Kec. Tompobulu dan Desa Taring, Desa Tonririta, Kec. Biringbulu

Kab. Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak ± 137 km dari Kota

Makassar. Secara geografis terletak di 1194810.44 bujur timur dan

5’30’47.6’’ lintang selatan. Memiliki luas DAS sebesar 183,75 km2 dan data

curah hujan tahunan sebesar 2.000 mm – 3.000 mm . Daerah genangan dan

daerah aliran sungai terletak di Kab. Gowa sedangkan untuk daerah jaringan

irigasinya terletak di Kabupaten Jeneponto.

Daerah Irigasi Kelara Karalloe dengan luas ± 7.004 Ha terletak di

Kabupaten Gowa yang merupakan salah satu kabupaten dengan pendapatan

perkapita terendah di Provinsi Sulawesi Selatan. Perekonomian daerah

tersebut didominasi oleh pertanian karenanya Daerah Irigasi Kelara Karalloe

sangat penting bagi perekonomian setempat. Penyediaan air irigasi dilakukan

melalui sistem bendung yang dilengkapi dengan jaringan utama, sekunder,

dan tersier. Bendung Kelara yang dibangun pada tahun 1970 dan Bendung

Suplesi Karalloe yang dibangun pada tahun 1982 dengan jumlah seluruh

Daerah Irigasi ± 7.004 Ha tidak dapat terairi seluruhnya karena keterbatasan

ketersediaan air di Sungai Kelara dan Sungai Karalloe.

7
Berikut peta lokasi pembangunan Bendungan Karalloe yang disajikan

pada gambar berikut ini.

LOKASI
PEMB.
BENDUNGAN
KARALLOE

Gambar 2.1 Lokasi Pembangunan Bendungan Karalloe Kab. Gowa

8
Proyek pembangunan bendungan karalloe dimaksudkan sebagai upaya

peningkatan pemanfaatan sumber daya air sungai Kelara-Karalloe untuk

memenuhi kebutuhan air irigasi seluas ± 7.004 Ha , menyediakan air baku

sebesar 0,440 m3/det dan meningkatkan intensitas tanam menjadi 200%

dengan pola tanam sesuai kondisi lapangan dan aspirasi petani.

Sungai Karalloe terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kelara-Karalloe.

Sungai Kelara mempunyai anak sungai yang besar yaitu Sungai Karalloe

Sub-Das Karalloe. Daerah aliran sungai Kelara-Karalloe meliputi areal seluas

280 km2. Potensi aliran tahunan rata-rata 300 juta m3. Potensi tersebut

termanfaatkan baru sekitar 50% untuk air irigasi D.I Kelara Karalloe seluas ±

7.004 Ha. Sisa potensinya masih cukup besar yang selama ini tidak

termanfaatkan secara optimal.

Kondisi tersebut dinilai sudah tidak mampu mendukung kebutuhan yang

terus meningkat pesat, menghambat pertumbuhan industri, lapangan kerja,

dan ekonomi Sulawesi Selatan.

Proyek Pembangunan Bendungan Karalloe dapat dinilai sebagai proyek

strategis yang diharapkan menjadi proyek prioritas dalam skala nasional

maupun daerah pada saat ini. Dengan proyek ini diharapkan provinsi

Sulawesi Selatan akan dapat membantu pencapaian target-target MDG

(Millenium Development Goal), meningkatkan PAD (Pendapatan Asli

Daerah), mengatasi krisis listrik, dan mendorong investasi untuk

pertumbuhan ekonomi saat ini dan kedepan.

9
Berikut Site Plan proyek Pembangunan Bendungan Karalloe disajikan

pada gambar berikut ini.

Gambar 2.2 Site Plan Proyek Pembangunan BendunganKaralloeKab.Gowa

Sulawesi Selatan

10
2.2. Data Proyek

2.2.1. Data Umum Proyek

1. Nama Proyek : Pembangunan Bendungan Karalloe

Kab.Gowa

2. Lokasi Pekerjaan : Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

3. PPK : PPK Pembangunan Bendungan

Karalloe

4. Harga Kontrak : Rp 568.650.700.000,- (sesuai

Addendum V tanggal 12 April

2017, termasuk PPN 10%)

5. Tanggal Kontrak : 18 Desember 2013

6. SPMK Tanggal : 20 Desember 2013

7. Sumber dana : APBN Murni T.A 2013-2019

(Multiyears)

8. Waktu Pelaksanaan : 2190 Hari

9. Pemilik Pekerjaan : SNVT Pembangunan Bendungan,

Balai Besar Wilayah Sungai

Pompengan Jeneberang

10. Pemilik Perusahaan : SNVT Pembangunan Bendungan,

Balai Besar Wilayah Sungai

Pompengan Jeneberang

11
11. Konsultan Supervisi : PT. Widya Graha Asana, KSO

dengan PT.Tata Guna Patria,

PT. Catur Bina, PT. Bintang Tirta

Pratama

12. Kontraktor Pelaksanaa : PT. Nindya Karya (Persero)

2.2.2. Data Teknis Proyek

1. Hidrologi

Daerah Aliran Sungai (DAS) : 183,75 km2

Rata-rata Debit Tahuna : 254 juta m3

Debit Banjir Maximum : 2.020 m3/detik

(QPMF)

Debit Banjir Desain (Q100) : 859 m3/detik

2. Genangan

Puncak Air Maksimum : EL. +253.46

(PMF)

Elevasi Maksimum : EL. +248.50

Genangan

Elevasi Minimum Untuk : EL. +220.50

Operasional

Volume Tampungan : 40.50 juta m3

Maksimum (Bruto)

Volume Tampungan Mati : 11.03 juta m3

12
Volume Waduk Bersih : 29,50 juta m3

Luas Genangan : 145 Ha

3. Terowongan Pengelak

Banjir Rencana : 1 kali dalam 25 tahun pengukuran

banjir rencana

Bentuk : Tapal Kuda Modifikasi

Diameter Dalam : 6.0 m

Panjang : 583 m

Puncak Debit Masuk : 394 m3/dtk

Puncak Debit Keluar : 165 m3/dtk

Dinding Terowongan : Beton tanpa tulangan tebal 0.35 m

4. Timbunan Bendungan Utama

Tipe : Urugan Batu dengan Lapis

Permukaan Beton

Elevasi Puncak/Mercu : EL. 253.0 m

Tinggi Maksimum dari : 86 m

Pondasi

Panjang Puncak : 359 m

Volume Timbunan : 1.300.000 m3

Lebar Puncak/mercu :8m

Kemiringan Hulu : 1.4 H : 1.0V

Kemiringan Hilir : 1.5H : 1.0V

Tebal Beton Lapis : 0.3 m

13
Permukaan

Lebar Plinth terendah : 5.6 m

Ketebalan Plinth : Minimum 0.4 m

5. Bangunan Pelimpah

Tipe : Pelimpah samping

Tipe pada Mercu : Ogee tanpa pintu

Elevasi Puncak Mercu : EL. 248.50 m

Lebar Mercu : 100 m

Panjang Saluran Hantar : 116 m

(Chute)

Lebar Saluran : 15 m

Tipe Peredam Energi : Flip Bucket

Puncak Debit Masuk : 1590 m3/detik

Puncak Debit Keluar : 563 m3/detik

Kapasitas Pelimpah : 658 m3/det

Panjang Bangunan : 590 m

Pelimpah

6. Bangunan Pengeluaran untuk Irigasi

Tipe : Pengambilan Terendam dengan

Terowongan dan Shaft

Panjang Terowongan : 60 m

Diameter dalam Terowongan : 3.0 m

Bentuk Terowongan : Bulat

14
Dinding Terowongan : Beton Lining dengan tebal 0.3 m

Kapasitas : 16.18 m3/s

Tinggi Terowongan Shaft : 29.47 m

Diameter Dalam Shaft : 5.5 m

7. Pengeluaran Darurat

Kombinasi dengan : Diameter Terowongan 2.5 m

Pengeluaran untuk Irigasi

Waktu penurunan dari elevasi : 11 hari

maksimum ke elevasi

terendah (MOL)

8. Jalan masuk ke Bendungan

Panjang : 7.0 km

Perkerasan : Beton tebal 20 cm

Lebar Perkerasan :4m

9. Relokasi Jalan ke Desa Bangke Tabing

Panjang : 3 km

Perkerasan : Sirtu

Lebar perkerasan :3m

10. Jembatan menyeberang Sungai Kelara

Tipe : Bina Marga, Rangka Baja

Bentang Utama : 60 m (1 buah)

Bentang Samping : 35 m (2 buah)

15
2.3. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Proyek serta Struktur Organisasinya

Pengorganisasian merupakan suatu tindakan yang harus dilaksanakan

oleh setiap instansi dan merupakan salah satu fungsi manajemen dalam

pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta penentuan hubungan

antara satuan organisasi. Pengorganisasian ini bertujuan agar tugas dapat

dilaksanakan dengan lancar, tertib dan dapat terwujud hubungan antara

pimpinan dengan karyawan secara harmonis.

Dengan kata lain struktur organisasi dapat tergambar secara jelas tugas,

wewenang dan tanggung jawab serta hubungan bagian-bagian dalam instansi.

Struktur organisasi diperlukan untuk tercapainya suatu tujuan instansi dan

tercapainya suatu sistem pengendalian yang efektif dengan memberdayakan

semua unsur sumber daya yang dimiliki proyek (5 M) yaitu Man, Material,

Machine, Methods, Money dalam satu gerak dan arah untuk mewujudkan

tujuan proyek.

Berikut ini merupakan struktur organisasi dan hubungan kerja antara

pengguna jasa, konsultan supervisi, dan kontraktor pelaksana dalam proyek

pembangunan Bendungan Karalloe ,Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

16
Balai Besar Wilayah
Sungai Pompengan
Jeneberang

Pejabat Pembuat Komitmen


Pembangunan Bendungan

Tim Teknis / Direksi Pekerjaan


Konsultan Supervisi
Supervisi Pembangunan
PT. Widya Graha Asana
Bendungan Karalloe
PT.Tata Guna Patria
PT. Catur Bina
PT. Bintang Tirta Pratama (KSO)
Kontraktor
PT. Nindya Karya (Persero)
Jalur Instruksi
Jalur Koordinasi

Gambar 2.3 Struktur Organisasi dan Hubungan Kerja antara Pengguna

Jasa, Konsultan Supervisi dan Kontraktor Pelaksana

Dalam Struktur Organisasi dan Hubungan Kerja Pelaksaanaan Pekerjaan

diatas secara umum terdapat 3 pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan

pembangunan bendungan. Pihak pertama yakni Owner, dalam hal ini yang

menjadi pemilik proyek atau owner adalah SNVT Pembangunan Bendungan

BBWS Pompengan Jeneberang, (PPK dan Tim Teknis meeupakan bagian dari

Owner). Pihak kedua yang terlibat dalam pelaksanaan ialah Kontraktor, yaitu

17
perusahaan PT. Nindya Karya (Persero). Dan pihak terakhir terakhir yang

terlibat dalam pelaksanaan ialah Konsultan Pengawas, pada

pembangunan bendungan Karalloe PT. Widya Graha Asana, PT. Tata Guna

Patria, PT. Catur Bina dan PT. Bintang Tirta Pratama melakukan Kerjasama

Operasinal dalam kegiatan supervisi.

Berikut penjelasan yang lebih dalam tentang pihak-pihak yang terlibat

dalam proyek pembangunan bendungan karalloe, struktur organisasi serta

tugas dan tangung jawab setiap anggotanya.

2.3.1. Owner

Yang dimaksud dengan Owner (Pemilik Proyek) adalah suatu

badan yang menugaskan kepada perencana dan pelaksana untuk

merencanakan atau melaksanakan suatu proyek pembangunan.

Hak dan Kewajiban Owner:

1. Memberi tugas kepada perencana untuk mendesain dan

menghitung RAB pada proyek yang akan dibangunnya.

2. Memberi tugas kepada pengawas untuk mengawasi pelaksanaan

pekerjaan kontraktor.

3. Memberi saran/kritikan yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek

yang dibangun dan yang memerlukan perubahan rencana jika tidak

terdapat dalam bestek.

4. Menyelesaikan urusan tentang hak kepemilikan dari instansi yang

berwenang.

5. Menyelesaikan urusan izin pembebasan lahan yang akan dibangun.

18
6. Membayar fee/imbalan pada perencana, pengawas dan pelaksana

yang menerima tugas sesuai kontrak yang berlaku.

Berikut struktur organisasi Owner:

Kepala Balai Besar


Wilayah Sungai
Pompengan Jeneberang

Kepala SNVT Pembangunan


Bendungan BBWS
Pompengan Jeneberang

Bendahara SPM

PPK Bendungan I

Penata Keuangan Pelaksana Teknik

Staf Administrasi Staf Teknik


dan Keuangan

Direksi Fisik Direksi Supervisi

Pengawas Pengawas
Lapangan Lapangan

19
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Owner

Berikut uraian tugas dari struktur organisasi Owner:

1. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan

pemeliharaan dalam rangka konservasi sumber daya air,

pengembangan sumber daya air, pendayagunaan sumber daya

air dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai.

b. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan program yang

berada di bawah koordinasinya.

c. Bertanggung jawab kepada Menteri Pekerjaan Umum.

2. Kepala SNVT PJSA Pompengan-Jeneberang Propinsi Sulawesi

Selatan

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Melaksanakan seluruh tugas Satuan Kerja terutama

pelaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan dan

dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

b. Memimpin pelaksanaan seluruh rencana kerja yang telah

ditetapkan dan dituangkan dalam DIPA.

c. Memberikan pengarahan dan petunjuk-petunjuk kepada

pejabat Inti Satuan Kerja dibawahnya untuk kelancaran

20
pelaksanaan kegiatan dan pencapaian keluaran/output yang

telah ditetapkan.

d. Mengukuhkan Surat Keputusan dan Penugasan yang

ditetapkan/ dikeluarkan oleh Kepala Balai Besar Wilayah

Sungai Pompengan Jeneberang.

e. Melaporkan kepada Kepala Balai Besar Wilayah Sungai

Pompengan Jeneberang sebelum penetapan pemenang

penyedia barang/jasa.

f. Melaporkan seluruh kegiatan yang akan/sedang/selesai

dilaksanakan kepada Kepala Balai Besar Wilayah Sungai

Pompengan Jeneberang sesuai aturan yang berlaku.

g. Melaporkan setiap terjadinya kerugian Negara menurut bentuk

dan cara yang ditetapkan, tepat pada waktunya kepada Kepala

Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang.

h. Koordinasi dengan Pejabat Inti Balai Besar Wilayah Sungai

Pompengan Jeneberang sesuai bidang masing masing dalam

pelaksanaan prakontrak dan kontrak.

i. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan kegiatan/rencana

kerja yang tertuang dalam DIPA.

j. Bertanggung jawab atas semua penerimaan/pengeluaran

Satuan Kerja yang membebani APBN.

21
k. Bertanggung jawab atas kebenaran material setiap Perintah

Kerja/Kontrak yang ditandatanganinya serta akibat yang

timbul dari Perintah Kerja/ Kontrak tersebut.

l. Bertanggung jawab terhadap realisasi keuangan dan

pencapaian keluaran/output yang telah ditetapkan.

m. Bertanggung jawab terhadap penatausahaan dan pelaporan

Barang Milik Negara dan Anggaran serta tertib pengadaan

barang/jasa yang dialokasikan kepada Satker yang

dipimpinannya sesuai peraturan yang berlaku.

n. Bertanggung jawab kepada Kepala Balai Besar Wilayah

Sungai Pompengan Jeneberang.

3. PPK Pembangunan Bendungan Karalloe

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa.

b. Menetapkan paket-paket pekerjaan disertai ketentuan

mengenai peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dan

peningkatan pemberian kesempatan bagi usaha kecil termasuk

koperasi serta kelompok masyarakat atas persetujuan Kepala

Bidang terkait.

c. Menetapkan dan mengesahkan harga prakiraan sendiri (HPS),

jadwal, tata cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang

disusun oleh panitia pengadaan/pejabat pengadaan/unit

layanan pengadaan.

22
d. Menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan barang dan

jasa dari panitia / pejabat pengadaan / unit layanan pengadaan

sesuai kewenangan yang sebelumnya dikoordinasikan dengan

Kepala Bidang terkait.

e. Menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia

barang/jasa sesuai ketentuan yang berlaku.

f. Menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan

pihak penyedia barang/jasa dan diketahui oleh Kepala Satuan

Kerja.

g. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa

kepada Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan

Jeneberang melalui Kepala Bidang terkait.

h. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak.

i. Menyerahkan aset hasil pengadaan barang/jasa dan aset

lainnya dengan Berita acara penyerahan kepada Kepala Balai

Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang untuk

diteruskan kepada Menteri Pekerjaan Umum.

j. Menandatangani fakta intergritas sebelum pelaksanaan

pengadaan barang/jasa di mulai.

k. Melaksanakan rencana kerja sebagaimana telah ditetapkan

dalam DIPA sesuai kegiatannya masing-masing.

l. Menyusun dokumen pengadaan barang/jasa untuk kegiatan

yang tercantum dalam DIPA dan dokumen pendukungnya yang

23
akan dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa maupun rencana

kegiatan yang dilaksanakan secara swakelola.

m. Menetapkan penyedia barang/jasa untuk kegiatan bernlai

sampai dengan 50 juta Rupiah.

n. Menyusun jadwal pelaksanaan pengadaan barang/jasa dengan

persetujuan Kepala Satuan Kerja dan Kepala Bidang terkait.

o. Menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK) dengan

persetujuan kepala Satker.

p. Menandatangani Berita acara penyelesaian pekerjaan, berita

acara pemeriksaan barang, berita acara serah terima

barang/pekerjaan.

q. Menandatangani bukti-bukti dokumen pengeluaran anggaran

Satuan Kerja, baik yang dilakukan secara kontraktual maupun

secara swakelola.

r. Menyampaikan kepada Kepala Bidang terkait terhadap Volume

pekerjaan fisik yang dicapai oleh penyedia barang untuk

dikoreksi sebelum dibuatkan tagihan.

s. Menandatangani Surat Perintah Pembayaran (SPP) serta

dokumen pendukung dan selanjutnya diteruskan kepada

pejabat yang melakukan Pengujian dan Perintah Pembayaran.

t. Mengajukan tagihan pembayaran kepada Bendahara

Pengeluaran untuk pembayaran yang membebani uang

persediaan.

24
u. Menyusun laporan seluruh kegiatan yang dilakukan sesuai

dengan DIPA dan menyampaikan kepada Kepala Satuan Kerja

untuk diteruskan kepada Kepala Balai.

v. Menyusun laporan Barang Milik Negara dan Anggaran yang

telah direalisasikan dan dilaporkan kepada Kepala Satuan

Kerja serta petugas pelaporan terkait.

w. Bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang

timbul dari kontrak/SPK atau keputusan dan surat bukti

lainnya yang ditandatangani.Bertanggung jawab atas realisasi

keuangan dan keluaran/output kegiatan yang dilaksanakan

sesuai rencana kerja yang ditetapkan dalam DIPA.

x. Bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Kerja.

4. Pelaksana Teknik

Tugas Pokok dan Wewenang

a. Membantu menyusun program pelaksanaan kegiatan pembina

pelaksanaan teknis.

b. Menghimpun dan mengevaluasi program pelaksanaan tahunan

yang disusun oleh masing-masing pelaksana kegiatan.

c. Membantu proses administrasi kontrak untuk tahun berjalan.

d. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap kualitas

dan waktu pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh

penyedia barang/jasa.

25
e. Menyusun laporan hasil kegiatan pembinaan pelaksanaan

pekerjaan.

f. Melaksanakan pekerjaan ketatalaksanaan Satuan Kerja untuk

pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan termasuk

Rencana Anggaran Biaya dan perubahannya.

g. Bersama-sama unit terkait menyusun perencanaan

RKA/KL/DIPA dan revisi.

h. Menyusun TOR pekerjaan jasa yang akan dilaksanakan.

i. Bertanggung jawab kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

5. Pelaksana Administrasi dan keuangan

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Menghimpun rencana pengadaan kebutuhan akan peralatan,

perlengkapan, perbekalan, suku cadang dan bahan-bahan

lainnya untuk menunjang kegiatan satuan kerja.

ii. Melaksanakan pengadaan, penyiapan penatausahaan barang-

barang kebutuhan dan peralatan kantor.

b. Melakukan pengawasan dan pengendalian keuangan.

c. Menyelenggarakan administrasi perjalanan dinas.

d. Menyiapakan laporan usulan budget serta rencana penggunaan

dana perjalanan dinas dalam tahun berjalan.

e. Menyelenggarakan administrasi tata persuratan.

f. Menyelenggarakan penerimaan,penyimpanan dan pengeluaran

barang dari gudang serta pembukuaannya.

26
g. Menyelenggarakan administrasi kepegawaian.

h. Membuat rencana kebutuhan uang muka kegiatan untuk

diajukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

i. Melakukan pencatatan/pembukuan terhadap uang muka

kegiatan yang dikelolanya.

j. Menyiapkan pertanggungjawaban / bukti pengeluaran atas

uang muka kegiatan setelah disetujui oleh Pejabat Pembuat

Komitmen.

k. Bertanggung jawab kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

6. Direksi

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Memberi bimbingan teknis sesuai dengan Kerangka Acuan

Kerja.

b. Mengawasi kualitas dan kuantitas pekerjaan.

c. Bertanggung jawab atas kualitas dan kuantitas pekerjaan.

d. Dalam pelaksanaan tugas, bertanggung jawab kepada

pelaksana teknik dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

27
2.3.2. Kontraktor

Kontraktor adalah badan hukum yang mempunyai tenaga ahli atau

keahlian serta peralatan lengkap untuk mengusahakan dan

melaksanakan pekerjaan bangunan untuk orang lain/jasa atas dasar

pembayaran, seperti yang telah di tetapkan.

Hak dan Kewajiban Kontraktor:

1. Melaksanakan suatu pekerjaan yang diberikan oleh Owner

(pemberi pekerjaan).

2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan konstruksi hingga selesai

sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syaratnya.

3. Berhak menerima pembayaran dari Owner sesuai dengan hasil

kerja yang dihasilkan.

28
Berikut struktur organisasi Kontraktor:

Manajer Proyek

DPM

Cost Control
Quality Safety
Control Officer

Site Engineer Site Site Manajer


Manajer Operasional Administrasi Logistik
Teknisi Lab Manajer Manajer dan
Peralatan Assintant
Quality Safety
Engineer Pelaksana Akuntansi Officer
Tunnel Logistik
Geologist
Drafter Administrasi
Pelaksana
Mekanik
Infrastruktur
Kasir
Chief
Surveyor Pelaksana
DAM

Surveyor
Pelaksana
Spillway
Metode /
Schedule

Administrasi

Gambar 2.5 Struktur Organisasi Kontaktor

29
Berikut uraian tugas dari struktur organisasi Kontraktor:

1. Manajer Proyek

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Menganalisa dan memahami perencanaan proyek yang

diberikanowner

b. Memimpin kegiatan pelaksanaan sesuai dengan rencana

proyek.

c. Menetapkan schedule, mengkoordinasi dan memonitor, bahan,

alat, sumber daya manusia dan lain – lain.

d. Memantau dan mengarahkan proses kegiatan pekerjaan proyek

guna mendapatkan hasil yang ditetapkan.

e. Mengevaluasi dan menindaklanjuti pelaksanaan proyek yang

sudah berjalan.

f. Memeriksa, mengevaluasi dan menyetujui laporan progres

pekerjaan.

g. Memonitor, mengevaluasi dan mengambil tindakan yang

diperlukan agar kegiatan pelaksanaan pekerjaan berjalan

sesuai rencana.

h. Mengkoordinasi secara keseluruhan terhadap

pengadministrasian kegiatan – kegiatan yang berkaitan dengan

penanganan proyek sampai dengan proses PHO/FHO.

i. Mengevaluasi terhadap biaya, mutu dan waktu pelaksanaan

pekerjaan agar sesuai yang direncanakan.

30
2. Deputy Manajer Proyek

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Menganalisa dan memahami perencanaan proyek yang

diberikanOwner

b. Memimpin kegiatan pelaksanaan sesuai dengan rencana

proyek.

c. Menetapkan schedule, mengkoordinasi dan memonitor, bahan,

alat, sumber daya manusia dan lain – lain.

d. Memantau dan mengarahkan proses kegiatan pekerjaan proyek

guna mendapatkan hasil yang ditetapkan.

e. Mengevaluasi dan menindaklanjuti pelaksanaan proyek yang

sudah berjalan

f. Memeriksa, mengevaluasi dan menyetujui laporan kemajuan

pekerjaan.

g. Menggantikan posisi Manajer Proyek apabila Manajer Proyek

tidak berada di lokasi proyek.

h. Memonitor, mengevaluasi dan mengambil tindakan yang

diperlukan agar kegiatan pelaksanaan pekerjaan berjalan sesuai

rencana, apabila Manajer Proyek tidak berada di lokasi proyek.

i. Mengkoordinasi secara keseluruhan terhadap

pengadministrasian kegiatan – kegiatan yang berkaitan dengan

penanganan proyek sampai dengan proses PHO/FHO apabila

Manajer Proyek tidak berada di lokasi proyek.

31
j. Mengevaluasi terhadap biaya, mutu dan waktu pelaksanaan

pekerjaan agar sesuai yang direncanakan apabila Manajer

Proyek tidak berada di lokasi proyek.

3. Manajer Administrasi

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Menganalisa dan memahami administrasi proyek yang

diberikan Owner

b. Memimpin kegiatan administrasi proyek.

c. Memantau dan mengarahkan proses kegiatan administrasi

proyek agar teratur, rapi dan sistematis.

d. Memeriksa dan mengevaluasilaporan progres pekerjaan.

e. Memonitor, mengevaluasi dan mengambil tindakan yang

diperlukan agar kegiatan administrasi pekerjaan berjalan

sesuai rencana.

f. Mengatur secara keseluruhan terhadap pengadministrasian

kegiatan – kegiatan yang berkaitan dengan penanganan proyek

sampai dengan proses PHO/FHO.

4. Site Manajer

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Memimpin dan mengarahkan kegiatan pelaksanaan proyek.

b. Menyelenggarakan rapat – rapat mingguan proyek guna

menjabarkan rencana pelaksanaan Buku Biru dan

monitoringnya.

32
c. Aktif dalam rapat yang diadakan oleh Konsultan, Pemberi Tugas

dan mengusulkan hal – hal yang menguntungkan perusahaan.

d. Mempersiapkan dan memproses Berita Acara tepat pada

waktunya sesuai kemajuan proyek guna terlaksananya

penagihan.

e. Membuat schedule bahan, alat, tenaga dan lain – lain.

f. Mengkoordinasikan dan memonitor persediaan bahan, alat dan

tenaga sesuai rencana.

g. Memimpin dan mengarahkan kegiatan – kegiatan pelaksanaan

pengadaan dan pendistribusian bahan dan alat.

h. Melakukan pengecekan kegiatan pengusulan dan pemakaian

bahan, alat dan tenaga

i. Melakukan pengecekan kegiatan penggunaan keuangan proyek

j. Mencatat semua hasil pekerjaan yang telah dilakukan /

dilaksanakan.

k. Membandingkan realisasi pekerjaan dengan rencana yang

ditetapkan dalam Buku Biru.

l. Melakukan dan atau mengarahkan tindakan perbaikan atas

pekerjaan bila terjadi penyimpanan.

m. Memantau dan mengarahkan proses kegiatan pekerjaan proyek

guna mendapatkan hasil yang telah ditetapkan.

n. Memimpin rapat koordinasi kegiatan proyek termasuk dengan

para Subkontraktor.

33
o. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan proyek dalam

hubungannya dengan Owner yang dilapangan. Pengawas

lapangan dan staff proyek yang ada dibawahnya agar dapat

berjalan sesuai dengan rencana baik yang menyangkut biaya,

mutu dan waktu serta membantu kelancaran proses penagihan.

p. Terlaksananya kegiatan pelaksanaan proyek, termasuk fasilitas

pendukung sesuai rencana yang diterapkan dalam buku biru.

q. Tersedianya metode kerja, bahan, alat dan tenaga yang menjadi

tanggung jawabnya sesuai jadwal pelaksanaan yang telah

ditetapkan.

r. Tersedianya rencana kebutuhan biaya proyek secara periodik.

s. Terlaksananya pengendalian biaya, mutu dan waktu proyek.

5. Ahli Bendungan

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Ikut serta dalam penyusunan laporan.

b. Ikut serta dalam melakukan asistensi dan diskusi dengan jajaran

team pelaksana pekerjaan.

c. Melaksanakan pengumpulan data sekunder yang berkaitan

dengan Desain Drainase.

d. Melakukan evaluasi terhadap kondisi eksisting proyek dan

karakteristik yang berkaitan dengan Perencanaan.

e. Melakukan evaluasi tehadap rancangan bangunan pengamanan

saluran dan sungai untuk menentukan konsep desain.

34
f. Melakukan analisis pemodelan jaringan drainase yang berkaitan

dengan pemilihan rencana bangunan pengendalian banjir.

6. Pelaksana

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Merinci serta menjelaskan maksud dan tujuan jenis pekerjaan

kepada para pelaksana lapangan sebagaimana yang tercantum

dalam rencana kerja.

b. Memimpin dan mengarahkan pekerja agar dapat menghasilkan

pekerjaan sebagaimana yang telah direncanakan, baik kualitas,

kuantitas maupun waktunya.

c. Mengatur dan menjaga keselamatan, kenyamanan serta

keamanan hasil kerja bagi para pelaksana.

d. Menghitung, mengevaluasi, mengatur pendistribusian

penggunaan bahan, alat dan tenaga agar mencapai hasil yang

optimal.

e. Menghitung serta mengajukan permintaan kebutuhan bahan, alat

dan tenaga sesuai dengan kebutuhan.

f. Membuat laporan lengkap hasil pekerjaan (progress proyek)

yang telah dikerjakan serta catatan kondisi tingkat penyelesaian.

g. Memimpin dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pekerjaan

agar dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

baik terhadap segi waktu, biaya dan mutu.

35
h. Terlaksananya kegiatan suatu pekerjaan yang menjadi tanggung

jawabnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

i. Mengajukan permintaan kebutuhan, alat dan tenaga dalam

rangka menyelesaikan pekerjaannya.

j. Melakukan perhitungan kemajuan pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya dengan benar dan secara periodik.

7. Quality Control Engineer

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Membuat Job Mix item pekerjaan yang dibutuhkan.

b. Mengawasi mutu bahan dan mutu pekerjaan.

c. Memonitor dan melaporkan kegiatan penyusunan dan

pemutakhiran Rencana Mutu Proyek

d. Memonitor dan melaporkan perkembangan penyusunan,

penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen mutu

e. Melaksanakan kegiatan – kegiatan pemeriksaan kebenaran atas

prosedur tingkat proyek sebelum disahkan dan diberlakukan.

f. Melaksanakan penyusunan dan pemeliharaan dokumen sistem

manajemen mutu yang terdiri atas manual, prosedur dan

petunjuk kerja.

g. Membuat laporan mutu pekerjaan secara periodik setiap bulan.

h. Selalu berkoordinasi dengan pelaksana sipil dalam hal

kelancaran pekerjaan.

36
i. Selalu berkoordinasi dengan Direksi dalam hal kelancaran

pelaksanaan pekerjaan.

j. Mendampingi Auditor / Assesor dalam melaksanakan audit

dilingkungan proyek.

k. Melaksanakan kegiatan pendataan Non Conformance atas

produk dan upaya perbaikan dan pencegahannya.

l. Mengkoordinasikan kegiatan monitoring serta pelaporan atas

biaya mutu (quality cost).

m. Menyiapkan laporan berkala atas pengeluaran biaya mutu

(quality cost).

n. Terselenggaranya perencanaan pelaksanaan proyek,

pengendalian biaya, mutu, waktu dan administrasi teknik.

o. Tersedianya, diterapkannya dan terpeliharanya sistem

manajemen mutu di proyek

p. Tersedianya laporan kinerja dari penerapan sistem manajemen

mutu, sebagai bahan bagi pelaksanaan manajemen review

q. Terlaksananya Inspeksi dan Test.

8. Quantity Surveyor

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Mencatat, menerima, dokumen yang masuk baik dari Divisi, dll.

b. Melakukan penyimpanan dokumen.

c. Menyediakan kembali dokumen yang diperlukan oleh berbagai

pihak dengan mengikuti ketentuan – ketentuan yang ada.

37
d. Menjaga sistem / daftar induk dari arsip – arsip dari dokumen –

dokumen yang berada dalam tanggung jawabnya.

e. Melakukan pendistribusian dokumen kepada pihak – pihak yang

memerlukan.

f. Melakukan pembinaan kemampuan para pengendali dokumen

dengan berbagai cara secara berkala

g. Mengumpulkan bahan – bahan bagi penyelenggaraan tinjauan

manajemen sesuai jadual.

h. Mendistribusikan undangan MRM.

i. Menyusun dan menyebarkan notulen rapat sesuai petunjuk

Pengawas Mutu.

j. Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan administratif

atas penerimaan, pencatatan, penyimpanan dan pendistribusian

dokumen sistem manajemen mutu serta membina kemampuan

dan mengarahkan tugas – tugas para pengendali dokumen di

tingkat proyek / kawasan / plant.

k. Terselenggaranya kegiatan penerimaan, pencatatan,

penyimpanan, pencarian kembali serta pendistribusian Dokumen

Sistem Manajemen Mutu.

l. Terjaminnya kelancaran kegiatan pengendalian dokumen di

tingkat proyek / kawasan / plant.

m. Tersedianya persiapan penyelenggaraan Rapat Tinjauan

Manajemen, Notulen dan penyebarannya.

38
9. Ahli Geodesi

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Koordinasi dalam penentuan referensi yang digunakan dengan

direksi pekerjaan.

b. Memeriksa data lapangan dan membantu melakukan analisis

data serta mengarahkan team dalam penggambaran.

c. Menghadiri diskusi dan memimpin asistensi pengukuran.

d. Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan topografi.

e. Mengkoordinir kegiatan team dalam melaksanakan pekerjaan

topografi dan bathimetri serta mengumpulkan data primer.

f. Menyiapkan program kerja dan mengarahkan team topografi

dalam pelaksanaan kegiatan lapangan.

10. Surveyor / Juru Ukur

Tugas Pokok dan Tanggung jawab

a. Melaporkan tahapan pekerjaan yang akan dimulai maupun hasil

pekerjaan dalam bentuk Data Ukur yang validasiya telah

dilaksanakan dengan pemilik proyek (Joint Survey) dan akan

digunakan untuk dasar perhitungan kemajuan dan keberhasilan

sebuah proyek secara kuantitas menghitung, mengevaluasi,

mengatur pendistribusian penggunaan bahan, alat dan tenaga

agar mencapai hasil yang optimal.

b. Menghitung serta mengajukan permintaan kebutuhan bahan, alat

dan tenaga sesuai dengan kebutuhan.

39
c. Membuat laporan lengkap hasil pekerjaan (progress proyek)

yang telah dikerjakan serta catatan kondisi tingkat penyelesaian.

11. Teknisi Laboratorium

Tugas Pokok dan Tanggung jawab

a. Melakukan Tes Laboratorium terhadap Sampel Benda Uji dari

lokasi proyek untuk menghasilkan data dukungan terhadap

material, beton, dll.

b. Melaksanakan tugas-tugas rutin akurat dan mengikuti

metodologi yang ketat untuk melakukananalisis, mempersiapkan

spesimen dan sampel.

c. Membuat laporan lengkap hasil pemeriksaan laboratorium

terhadap benda uji yang di tes.

12. Drafter

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Terselenggaranya shop drawing sampai dengan disetujui oleh

SOE yang direncana

b. kan, sketsa dari Perencana / SOE, Kesepakatan Bersama, Berita

Acara, Gambar Pelaksanaan ataupun dari lapangan.

c. Terselenggaranya shop drawing sampai dengan disetujui.

d. Konsistensi dalam pelaksanaan prosedur yang menjadi tanggung

jawabnya.

e. Keberhasilan menjaga, merawat dan menyimpan alat – alat

yangmenjadi tanggung jawabnya.

40
13. Juru Ledak

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Melaksanakan peledakan / mengawasi pekerjaan peledakan dan

memastikan bahwa setiap tahap pekerjaan dilaksanakan secara

aman dan sesuai dengan peraturanpelaksanaan yang telah

ditetapkan dan pedoman peledakan.

b. Mamastikan bahwa bahan peledak dapat digunakan secara

aman.

c. Memastikan bahwa pekerjaan peledakan telah sesuai dengan

peraturanpelaksanaan yang telah ditetapkan oleh Kepala

Pelaksana Inspeksi Tambang.

2.3.3. Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas ialah pihak atau badan yang di tunjuk oleh

pengguna jasa/pemiik proyek/owner, untuk melaksanakan kegiatan

pengwasan agar proyek yang dibangun hasilnya sesuai dengan apa yang

direncanakan.

Hak dan Kewajiban Konsultan Pengawas:

1. Membimbing dan melakukan pengawasan secara berperiodik

dalam pelaksanaan pekerjaan.

2. Turut mengambil keputusan dalam pemecahan masalah.

3. Menghentikan pekerjaan, jika pekerjaan tidak sesuai dengan

rancana.

41
Berikut struktur organisasi konsultan pengawas:

PT. Widya Graha Asana

PT. Tataguna Patria PT. Bintang Tirta Pratama PT. Caturbina Guna Persada

Assistant Engineer
Tenaga Ahli
Team Leader / Ketua
Tim Ass. Engineer (Supervisi Kom
DAM Engineer S. DAM -1)

Ass. Engineer (Supervisi Kom


Construction Engineer S. DAM -2)

Quality Control Engineer Ass. Engineer (Supervisi


Konstruksi Beton)
Cost Estimator
Ass. Engineer (Quality Control)
Contract Specialist

Hydraulic Engineer Ass. Engineer (Quality Control


- 2)

Structural Engineer
Ass. Engineer (Konstruksi
Struktur)
Geologist/Grouting Eng.
Ass. Engineer (Quantity
Tunnel Engineer Surveyor)

Road Engineer Ass. Engineer (Konstruksi


Terowongan)
Topog. Survey Expert
Ass. Engineer (Supervisi
Mechanical Engineer Konstruksi Jalan)

Hydropower Engineer Surveyor - 1


Surveyor - 2
Health Safety & Env. Eng

O & M Engineer Juru Gambar

Landscape Engineer CAD Draftman - 1


CAD Draftman - 2

Sekertaris

Operator Komputer
Tenaga Ahli
Office Boy

Security

Gambar 2.6 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas

42
Berikut uraian tugas dari struktur organisasi konsultan pengawas:

1. Ketua Tim

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Monitoring kegiatan lapangan

b. Rapat internal bersama engineer, assisten dan inspector

c. Koordinasi dengan Direksi Pekerjaan tentang rencana

penyerapan volume pekerjaan

d. Koordinasi dengan Kontraktor terkait metode kerja pekerjaan.

Misalnya lining beton di terowongan, pekerjaan pengecoran di

spillway dan Tapak bendungan atau plinth

e. Mengecek perkembangan pekerjaan di lapangan

2. Quality Control Engineer

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Supervisi uji strengh beton

b. Kalkulasi data hasil pengujian beton

c. Incpection material beton di stock file

d. Cheking kalkulasi data uji kuat tekan beton

e. Membuat laporan hasiluji beton shoctrete

3. Struktur Engineer

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Rapat mingguan bersama dengan PU, kontraktor (dengan para

pelaksana dan mandor kontraktor)

b. Monitoring pengecoran di Terowongan dan Spillway

43
c. Monitoring pengecoran tambahan dan solusi perbaikan (repair)

beton lining, spillway chute

d. Monitoring kegiatan clearing lokasi Cover Dam

e. Rapat kunjungan pabrik bersama personil PT. Barata Tegal,

Kontraktor PT. Nindya Karya, dan Konsultan Supervisi PT.

Widya Graha Asana, serta direksi Konstruksi PU Pembangunan

Bendungan Karalloe

f. Inspeksi kegiatan kontraktor

g. Recording pengecoran beton di terowongan dan spillway

h. Memberi penjelasan (coaching) kepada kontraktor : pelaksana,

mandor, staf teknik mengenai metode kerja pekerjaan : green

cat, pemasangan water stop, form/bekisting dan pekerjaan

struktur lainnya di spillway

4. Tunnel Engineer

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Monitoring pekerjaan pelaksanaan di area terowongan

b. Melakukan Join Incpection

c. Meeting mingguan direksi, kontraktor dan konsultan

d. Rapat internal consultant

e. Menemani kunjungan PPK dan BPKP

f. Asistensi dengan geologi kontraktor

44
5. Ass. Engineer supervisi konstruksi dam

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Supervisi pekerjaan di area terowongan, plinth dan spilway

b. Mengecek perbaikan gambar shop drawing dam.

c. Evaluasi dan monitoring kegiatan mingguan kontraktor

6. Ass. Engineer Supervisi Konstruksi Terowongan

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Supervisi Booring untuk konsolidasi di tunnel

b. Supervisi grouting (backfill dan Konsolidasi) di terowongan

c. Mapping area tunnel untuk pengecoran dental

d. Joint inspection arel quarry A dan areal cover dam

e. Joint inspection arel chute

7. Ass. Engineer Supervisi Konstruksi Struktur

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Supervisi galian di spillway

b. Melakukan Join ispection (JI)

c. Supervisi pemasangan wire mash, angkur dan wephole

d. Supervisi pekerjaan shoctrete

e. Supervisi pembersihan hasil blasting

f. Supervisi pekerjaan pemasangan angkur dan mortar grout

g. Supervisi pengecoran

45
8. Ass. Engineer Supervisi Konstruksi Beton

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Melakukan Join ispection (JI) persiapan pengecoran

b. Supervisi pemasangan wire mash, angkur dan wephole

c. Supervisi pekerjaan shoctrete

d. Supervisi pembersihan hasil blasting

e. Supervisi pekerjaan pemasangan angkur dan mortar grout

f. Supervisi pengecoran di spillway

g. Supervisi pengecoran di terowongan.

9. Ass. Quality Control-1

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Inspection material beton

b. Supervisi uji material beton

c. Supervisi trial mix konsolidasi

d. Supervisi material shoctrete

e. Monitoring trial mix di laboratorium

f. Sampling material beton

g. Supervisi pengecoran

h. Supervisi tes strength beton hasil pengecoran

i. Kalukulasi data hasil pengujian beton

10. Ass. Quality Control-2

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Supervisi mixing beton di batching plant

46
b. Inspection material beton

c. Supervisi uji material beton

d. Supervisi trial mix beton di laboratorium

e. Supervisi pengecoran di spillway

f. Sampling material beton

g. Supervisi pengecoran di terowongan

h. Supervisi tes strength beton hasil pengecorann dan spillway

i. Kalukulasi data hasil pengujian beton

j. Supervisi pengujian sampel tanah untuk timbunan cofferdam

k. Mengecek data hasil pengujian timbunan tanah

11. Ass. Quantity Surveyor

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Pengecekan volume galian batu (keras & lunak) dan galian

tanah biasa

b. Menghitung volume hasil pengecoran

c. Menghitung volume pekerjaan shoctreta

d. Menghitung progres kemajuan pekerjaan konsultan supervisi

e. Mengecek hasil perhitungan volume kemajuan pekerjaan

kontraktor

12. Surveyor-1

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Supervisi pengukuran galian

b. Supervisi pengukuran rencana pengecoran

47
c. Menghitung volume estimasi pengecoran

d. Mengecek data hasil pengukuran galian

13. Surveyor-2

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Supervisi pengukuran galian

b. Supervisi pengukuran rencana pengecoran

c. Menghitung volume estimasi pengecoran

d. Mengecek data hasil pengukuran galian

14. CAD- Draftman-1

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Cek gambar shop drawing kontraktor;

b. Cek gambar asbuilt drawing kontraktor;

c. Ceklist gambar shop drawing yang sudah ACC.

15. CAD- Draftman-2

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Cek gambar shop drawing kontraktor;

b. Cek gambar asbuilt drawing kontraktor;

c. Ceklist gambar shop drawing yang sudah ACC.

16. Inspektor - 1 Terowongan

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Supervisi pembersihan lokasi

b. Join Inspection untuk persiapan pengecoran

c. Supervisi pemasangan tulangan

48
d. Supervisi pengecoran

17. Inspektor - 2 Terowongan

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Supervisi pembersihan lokasi

b. Join Inspection untuk persiapan pengecoran

c. Supervisi pemasangan tulangan

d. Supervisi pengecoran

18. Inspektor - 3 Terowongan

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Supervisi pembersihan lokasi

b. Join Inspection untuk persiapan pengecoran

c. Supervisi pemasangan tulangan

d. Supervisi pengecoran

19. Inspektor - 4 Pelimpah

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Supervisi galian di puncak spillway dan cut spillway

b. Supervisi pembersihan hasil galian

c. Supervisi pemasangan tulangan

d. Supervisi pemasangan water stop

e. Supervisi pemasangan angkur dan pekerjaan mortar grout

f. Supervisi pengecoran

49
20. Inspektor - 5 Pelimpah

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Supervisi galian di puncak spillway dan cut spillway

b. Supervisi pembersihan hasil galian

c. Supervisi pemasangan tulangan

d. Supervisi pemasangan water stop

e. Supervisi pemasangan angkur dan pekerjaan mortar grout

f. Supervisi pengecoran

21. Inspektor - 6 Pelimpah

Tugas Pokok dan Tanggung Jawab

a. Supervisi galian di puncak spillway dan cut spillway

b. Supervisi pembersihan hasil galian

c. Supervisi pemasangan tulangan

d. Supervisi pemasangan water stop

e. Supervisi pemasangan angkur dan pekerjaan mortar grout

f. Supervisi pengecoran

50
BAB III

METODE PELAKSANAAN PROYEK

3.1. Penjelasan Umum

Spillway atau disebut dengan bangunan pelimpah merupakan bangunan air

beserta instalasinya yang berfungsi untuk mengalirkan debit banjir yang masuk ke

dalam waduk agar tidak membahayakan keamanaan bendungan terhadap

overtopping dan gerusan di hilir. Dimana kapasitasnya ditentukan terutama

berdasarkan debit banjir yang diperhitungkan akan melalui bangunan air.

Pelimpah selain terdapat pada bendungan, dapat pula digunakan sebagai

kelengkapan utama pada bendung, embung, kantong lahar, dan lain-lain. Dengan

adanya pelimpah, elevasi muka air di hulu didesain tidak akan melampaui batas

maksimum. Pada bendungan tipe CFRD (Concrete Faced Rockfill Dam),

bangunan pelimpah harus terbuat dari beton dengan penempatan pada lokasi yang

mempunyai daya dukung kuat, kemiringan yang lebih curam, jarak dengan alur

sungai lebih pendek serta aliran yang searah dengan aliran downstream sungai

sehingga saluran peluncur dan pelepasannya ke sungai tidak terlalu panjang.

Berikut gambar rencana spillway

Gambar 3.1 Rencana Spillway

51
3.2. Lingkup Pekerjaan

Terdapat beberapa item pekerjaan dalam pelaksanaan spillway antara lain

pekerjaan pembesian, pemasangan bekisting, pekerjaan join filler, pekerjaan

waterstop, pekerjaan angker dan pekerjaan pengecoran sendiri.

3.3. Spesifikasi Beton Spilway

Tabel 3.1. Spesifikasi Beton

Kaki
Lantai Kerja Lantai &
Bendung Dinding Dinding
Struktur & Backfill Pelindung
(Weir) (Wall (Wall)
Concrete Permukaan
Footing)
Saluran Masuk (Inlet
K -100 K -175 K -225 K -225 K -225
Portion)
Ambang Pelimpah
K-100 K -225
(Weir)
Bendung
K -100 K -225
(Weir Crest)
Saluran Samping
K -100 K -225 K -225
(Side Channel)
Saluran Pengarah
K -100 K -225 K-225
(Guide Channel)
Luncuran
(Chute) K-100 K-225 K-225

Peredam Energi
K-100 K-225 K-225
(Disspater)
Saluran Penghubung
K-100 K-225 K-225
(Connection Channel)

52
3.4. Alat dan Perlengkapan yang Digunakan

3.4.1. Batching Plant / Concrete Mixing

Gambar 3.2 Batching Plant

Kapasitas : 30 M2/Jam

Jumlah : 1 Unit

Batching plant ialah peralatan yang berfungsi untuk mencampurkan

berbagai material diantaranya air, pasir, semen, agregat kasar, agregat halus,

maupun bahan tambah lainnya untuk membentuk campuran beton.

53
3.4.2. Semen Silo

Gambar 3.3 Semen Silo

Kapasitas : 50 Ton

Jumlah : 2 Unit

Semen silo ialah wadah yang digunakan untuk menyimpan semen.

3.4.3. Wheel Loader

Gambar 3.4 Wheel Loader

54
Kapasitas : 3 M3

Jumlah : 1 Unit

Loader adalah alat berat yang digunakan didunia konstruksi untuk memuat

material seperti pasir, tanah, dll.

3.4.4. Mobil Molen / Agitator Truck

Gambar 3.5 Mobil Molen

Kapasitas : 5 M3

Jumlah : 5 Unit

Mobil molen ialah alat berat yang berfungsi mengangkut campuran beton

dari batching plant ke tempat pengecoran.

55
3.4.5. Dump Truck 10 Ton

Gambar 3.6 Dump Truck 10 Ton

Kapasitas : 10 M3

Jumlah : 4 Unit

Dump truck ialah alat berat yang berfungsi mengakut berbagai jenis material

misalnya agregat kasar, agregat halus, semen tanah dl.

3.4.6. Dump Truck 6 Ton

Gambar 3.7 Dump Truck 6 Ton

56
Kapasitas : 6 M3

Jumlah : 6 Unit

Mempunyai fungsi yang sama dengan dump truck 10 ton namun dengan

kapasitas volume yang lebih rendah.

3.4.7. Excavator

Gambar 3.8 Excavator

Kapasitas : 0,8 Ton

Jumlah : 1 Unit

Adalah alat berat yang digunakan untuk penggalian.

57
3.4.8. Concrete Pump Truck

Gambar 3.9 Concrete Pump Truck

Kapasitas : 100 M3/Jam

Jumlah : 1 Unit

Concrete pump truck merupakan alat berupa pompa hidrolic yang diletakan

diatas truck dengan tambahan lengan/tuas panjang yang digunakan untuk

menjangkau tempat pengecoran. Concrete pump berfungsi untuk memindahkan

campuran beton dari truck mixer ke bidang yang akan dicor.

58
3.4.9. Hi-Frequency Vibrator

Gambar 3.10 Hi-Frequency Vibrator

Kapasitas : 12 Rpm

Jumlah : 4 Unit

Merupakan alat pemadat beton yang berbentuk seperti selang panjang

bekerja dengan cara menggetarkan campuran beton di bidang pengecoran

sehingga udara yang ada dalam campuran dapat di keluarkan.

3.4.10. Frequency Converter 3 Receptacles

Gambar 3.11 Frequency Converter 3 Receptacles

Kapasitas : 12 Rpm

59
Jumlah : 2 Unit

Alat yang fungsi untuk menghasilkan getaran, getaran tersebut akan

disalurkan ke Hi-Frequensy Vibrator untuk pemadatan.

3.4.11. Water Pump

Gambar 3.12 Water Pump

Kapasitas : 3”

Jumlah : 3 Unit

Water pump / pompa air ialah mesin yang digunakan untuk memindahkan

air.

60
3.4.12. Compressor

Gambar 3.13 Compressor

Kapasitas : 0,70 MPa

Jumlah : 1 Unit

Compressor merupakan alat berat yang berfungsi sebagai pemampat udara

yang digunakan dalam pembersihan area pekerjaan dari debu maupun sampah

ringan lainnya, sebelum dilakukan pengecoran atau kegiatan yang membutuhkan

kebersihan area.

3.4.13. Bor

Gambar 3.14 Bor

61
Jumlah : 1

Bor ialah alat yang digunakan untuk membuat lubang pada area yang telah

direncanakan.

3.5. Metode Pelaksanaan

Berdasarkan tahapannya pelaksaan pekerjaan spillway dibagi menjadi 3

yaitu:

3.5.1. Pekerjaan Lantai Kerja

Berikut bagan alir pekerjaan lantai kerja:

Mulai

Pembersihan lokasi pekerjaan

Bor dan pasang angker


Tidak

Tentukan posisi Under drain

Joint inpeksi bersama direksi


dan konsultan,kontraktor

persetujuan

Ya - Buat Request

Pelaksanaan
pengecoran

selesai

Gambar 3.15 Bagan Alir Pekrjaan Lantai Kerja

62
1. Pembersihan Permukaan Batuan

Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah

membersihkan area pekerjaan dengan membuang semua material lumpur, pasir

dan batuan lepas serta mengeringkan dengan menggunakan kompresor.

Gambar 3.16 Pembersihan Permukaan Lantai Kerja

2. Pengeboran, dan Pemasangan Angkur

Pengeboran angkur dilakukan setelah kondisi area bangunan pelimpah

sudah sampai elevasi yang sudah dikerjakan, kemudian pengeboran dilakukan di

titik – titik yang sudah ditentukan pada desain gambar, dan dikerjakan secara

bertahap. ukuran angkur yang digunakan besi D22 dengan panjang 1,5 meter,

kemudian angkur dipasang dilubang – lubang yang sudah dibor kemudian

diselimuti beton dengan ketebalan 10 cm.

63
Lokasi Angkur

Gambar 3.17 Lokasi Angkur pada Spillway

3. Menentukan Posisi Underdrain

Underdrain diletakkan di bawah lantai kerja dengan posisi memanjang dan

melintang dengan ukuran galian 50 x 50 cm dan dipasang pipa PVC ukuran 8

inchi selanjutnya untuk rencana pemasangan underdrain sesuai dengan gambar

kerja yang telah disetujui bersama dengan konsultan supervisi.

Lokasi Underdrain

Gambar 3.18 Lokasi Angkur pada Spillway

4. Pengecoran Lantai Kerja

Pengecoran dilakukan setelah permukaan yang mau dicor bersih dari

kotoran, dan pengecoran lantai kerja dilakukan pembuatan acuan lantai kerja

secara memanjang dengan ukuran 5-10 cm beberapa jalur dengan jarak sesuai

64
dengan panjang antara jalur satu dengan yang lainnya. Pada pembuatan lantai

kerja tersebut, elevasi harus dimonitor dengan alat ukur dan ketinggian elevasi

sesuai yang telah ditentukan.

3.5.2. Pekerjaan Lantai Spillway, dan Dinding Spillway

Berikut bagan alir pekerjaan lantai kerja:

Mulai

Pembersihan area lantai kerja

Pemasangan Tulangan

Pemasangan Bekisting Tidak

Pasang watestop, weephole

Joint inpeksi bersama direksi


dan konsultan,kontraktor

Pasang Material
Under drain
persetujuan

Pengecoran pada
Under drain
Pelaksanaan
pengecoran
selesai

Gambar 3.19 Bagan Alir Pekerjaan Lantai Kerja

65
1. Pembersihan Permukaan Batuan

Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah

membersihkan area pekerjaan dengan membuang semua material lumpur, pasir

dan batuan lepas serta mengeringkan dengan menggunakan kompresor.

2. Pembesian

Pekerjaan pembesian merupakan pekerjaan struktur. Pekerjaan ini

dikerjakan oleh tukang besi yang terampil dan berpengalaman.

Pelaksanaan pekerjaan pada Spillway (bangunan pelimpah) dilaksanakan

segera setelah pekerjaan galian telah diselesaikan, Besi tulangan menggunakan

besi ulir (D-form) yang dibuat oleh pabrik yang sudah disetujui oleh konsultan

dan direksi, Gambar – gambar detail penulangan akan dibuat lengkap dengan

detail jarak antar tulangan dan permukaan beton, detail kait, bengkokan, overlap,

dan angker. Gambar – gambar tersebut harus disetujui oleh direksi sebelum

pabrikasi dan pemasangannya.

Setelah pemasangan dan sebelum penuangan beton, semua baja tulangan

harus diperiksa oleh direksi untuk memenuhi persyaratan untuk ukuran, bentuk,

panjang, posisi, jarak spasi dan jumlah.

Baja tulangan harus dilindungi oleh ketebalan selimut beton seperti yang

ditunjukan pada gambar. Dimana jika tidak ditampilkan, penutup beton minimum

yang jelas untuk baja tulangan adalah sebagai berikut.

a. Tidak kurang dari 7 cm dimana beton berada dalam tanah tanpa

menggunakan bekisting.

66
b. Tidak kurang dari 5 cm untuk baja tulangan lebih besar dari 16 mm dan jarak

4 cm untuk dimana beton terkena cuaca atau terkena tanah, namun

ditempatkan dalam bekisting.

c. Tidak kurang dari 2 cm untuk lantai dan dinding yang tidak terkena tanah

atau cuaca.

d. Tidak kurang dari 7 cm dalam struktur yang terkena aliran air kecepatan

tinggi, atau

e. Tidak kurang dari 3 cm untuk balok, balok penopang dan kolom yang tidak

terkena tanah atau cuaca.

Pemasangan pembesian pada struktur posisinya harus benar dan kuat sesuai

dengan gambar yang sudah disetujui dan disepakati oleh konsultan untuk

menghindari terjadinya kesalahan penempatan atau pergeseran pada saat

pengecoran dilaksanakan. Penempatan dan jarak antar besi tulangan harus terjaga

seperti yang ditegaskan dalam gambar kontruksi, kecuali ada intruksi dari

konsultan atau permintaan dari direksi.

Gambar 3.20 Pekerjaan Pembesian

67
3. Waterstop, Join Filler dan Weep Hole

Waterstop, Join Filler dan Weep Hole posisi pemasangannya harus benar

sesuai dengan gambar yang sudah disetujui dan pemasangannya harus kuat untuk

menghindari terjadinya pergeseran atau perubahan posisi pada saat pekerjaan

pembetonan dilaksanakan.

4. Pemasangan Bekisting

Bekisting digunakan untuk membentuk beton dan apabila diperlukan diberi

kayu penyangga sebagai alat bantu. Permukaan semua bekisting yang

berhubungan dengan beton harus bersih, kaku, dan kokoh untuk mencegah

hilangnya campuran beton.

Material yang digunakan untuk bekisting sebelumnya harus disetujui oleh

direksi. Bahan bekisting harus sesuai dengan persyaratan berikut. Kecuali

dipersyaratakan lain:

a. Bekisting tipe F1:

Bekisting F1 dibuat dari baja dan lapisan selubung kayu, bebas dari

kekasaran permukaan atau penyimpangan besar. Digunakan pada permukaan

beton yang terekpos/ terlihat.

b. Bekisting F2:

Bekisting F2 dibuat dari kayu biasa, papan serat, kayu lapis, atau selubung

baja, bebas dari kekasaran permukaan atau penyimpangan. Digunakan pada

permukaan beton tidak terlihat/ tidak terekpos.

68
c. Bekisting F3 :

Bekisting F3 ditentukan, dibuat dari kayu kelas I (satu), Papan serat tahan

tekan, kayu lapis, atau selubung baja plat tidak kurang dari 1.5 mm tebal, dengan

permukaan halus. Digunakan pada pekerjaan yang berbentuk lingkaran, oval atau

sebagainya.

d. Bekisting F4:

Bekisting F4 terbuat dari 30 mm tebal kayu kelas I, atau 20 mm

plywood,atau baja selubung dengan tebal plat tidak kurang dari 2mm, dengan

permukaan yang sangat halus dan seragam. Digunakan pada bentuk yang

melingkar parabolic atau lengkungan lainnya seperti lengkung beton lining

terowongan.

Pemasangan dan posisi bekisting harus dipasang pada posisi yang benar dan

lurus agar diperoleh hasil pengecoran yang benar sesuai yang diperlihatkan dalam

gambar yang sudah disetujui oleh direksi dan pemasangannya harus kuat dengan

mengunakan angkur penarik, form tie sebagai pengunci, pipa sebagai rangka dan

penopang untuk menghindari pergeseran atau pembengkakakan bekisting pada

saat pengecoran dilaksanakan. Panel-panel bekisting terbuat dari rangka kayu dan

lembaran plywood.

69
Gambar 3.21 Pemasangan Bekisting Dinding Spillway

5. Pemasangan Bekisting Alur Pada Underdrain

Pemasangan Bekisting pada alur underdrain menggunakan multiplek

dengan ukuran 50 cm x 50 cm digunakan untuk membentuk beton dan apabila

diperlukan diberi kayu penyangga sebagai alat bantu. Permukaan semua bekisting

yang berhubungan dengan beton harus bersih, kaku, dan kokoh untuk mencegah

hilangnya campuran beton. Material yang digunakan untuk bekisting sebelumnya

harus disetujui oleh direksi.

6. Pemasangan Material dan Pengecoran (Tutup) Alur Underdrain

Pemasangan material pada underdrain menggunakan pipa ukuran diameter 8

inchi dipasang diarea bawah lantai dan dinding spillway dengan panjang sesuai

gambar desain dan dilapisi geotextil disekitar pipa PVC agar nantinya tidak

bergeser, selanjutnya untuk metode penutupan diarea underdrain tersebut

menggunakan material gravel/ kerikil ukuran Ø5-40, dan dipasang plastik bening

70
diatas pipa PVC tersebut kemudian ditutup dengan plaster campuran semen +

pasir 1:3 tebal 5 cm, underdrain sendiri nantinya berfungsi untuk mengalirkan air

yang masuk dari bawah lantai spillway agar bisa masuk melalui pipa underdrain

tersebut, agar beton pada spillway tidak rusak karena pengaruh air yang dari

dalam tanah/ pengaruh resapan air hujan.

Gambar 3.22 Detail Underdrain

7. Akses Jalan untuk Pengecoran

Cara dan alat yang dipakai untuk mengangkut dan mengecor beton dan

waktu yang hilang selama pengangkutan tidak boleh menyebabkan segregasi

agregat kasar, turunnya slump sampai 25 mm atau hilangnya kandungan udara

sebelum konsolidasi sampai 1% pada waktu beton dicor pada pekerja.

8. Pelaksanaan Pengecoran

Suhu waktu pengecoran tidak boleh melebihi 30˚ C. Oleh karena itu

sebaiknya pengecoran dilakukan di malam hari untuk menghindari penguapan

yang berlebihan. Jika memang harus dilakukan pada suhu yang terik harus dipakai

71
cara yang efektif untuk pendinginan agregat, mendinginkan air pencampur,

penambahan serpihan es atau cara apa saja yang disarankan direksi.

Harus dipastikan untuk membatasi dan mengontrol tinggi jatuh beton,

sehingga tidak menyebabkan benturan keras yang dapat mengenai besi tulangan

dan bekisting yang sudah dirakit, tinggi jatuh beton tidak melebihi 1,5 meter.

Proses pelaksanaan pengecoran adalah sebagai berikut.

a. Hal – hal yang perlu dipersiapkan sebelum pengecoran dimulai:

 Melakukan request untuk join inpeksi dan pengecoran atas persetujuan

direksi dan konsultan, satu hari sebelum pengecoran.

 Peralatan

 SDM laboratorium

 Kebersihan lokasi pengecoran.

b. Material pengecoran diangkut ke lokasi dengan menggunakan agigator truck

(truck mixer) kapasitas 5 m3.

c. Selanjutnya material tersebut dituang kedalam concrete pump untuk dialirkan

ke lokasi pengecoran.

d. Material pengecoran dituang kedalam area yang sudah terpasang bekisting

dengan hati-hati agar tidak merubah formasi besi yang sudah terpasang sesuai

dengan desain dan tidak merusak bekisting akibat desakan material beton

ketika dipompa.

e. Pada proses pengecoran dilakukan pula pencatatan untuk record of concrete

placing untuk cycle time (doken) dan quality control (penambahan bahan

tambah dan pengambilan sampel).

72
f. Material pengecoran dikonsolidasikan dengan mengunakan vibrator setelah

tertuang di lokasi pengecoran.

g. Hal - hal yang harus selalu diperhatikan ketika material beton dituang dan

tercampur (terkonsolidasi) di sekitar area waterstop agar tidak terjadi adanya

ruang yang tidak terisi material beton, sehingga area di sekitar waterstop

benar – benar terisi beton.

Gambar 3.23 Pengecoran Dinding Spillway

9. Pemadatan (konsolidasi)

Masing – masing lapisan beton harus segera dikonsolidasi dengan alat

memadai sehingga beton menjadi padat sampai mencapai kerapatan maksimum

dan tertutup dengan rapi semua permukaan bekisting dan material yang

berdekatan.

73
Secara garis besar, beton harus dikonsolidasi dengan tenaga listrik atau

tenaga pneumatik, vibrator tipe internal. Kepala vibrator harus dimasukan ke

beton secara vertikal. Setidaknya 5 cm ke dalam lapisan dibawahnya.

Gambar 3.24 Pemadatan Lantai Kerja

10. Pelepasan bekisting

Bekisting dibuka setelah umur beton mencukupi dan memenuhi syarat

pembongkaran bekisting. Jika campuran beton mengunakan bahan tambah,

campuran dapat di buka minimal 4 jam setelah beton dicor. Namun untuk

amannya dan penerapannya di lapangnan bekisting dibuka pada saat beton

berumur 12 jam.

74
Gambar 3.25 Pelepasan Bekisting

3.5.3. Curing (Perawatan Beton)

Berikut bagan alir perawatan beton.

Mulai

Penyemprotan area beton 2-4 jam

Penyemprotan beton selama 7 hari

Selesai

Gambar 3.26 Bagan Alir Perawatan Beton

Beton harus dilindungi dari benda – benda yang bisa merusak atau

membahayakan yang bisa menyebabkan pengeringan yang mendadak atau

pembebanan mendadak atau karena vibrasi. Sampai beton betul – betul keras

sehingga bisa mencegah kerusakan.

75
Semua beton harus dibasahi dengan cara “pembasahan langsung dengan air”

atau “ pembasahan dengan diberi karung spoil basah” sesuai dengan persyaratan

spesifikasi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan:

1. Curing Compound

a. Curing Compound yang digunakan sudah mendapat persetujuan direksi dan

konsultan

b. Digunakan alat pemompa (portable sprayer) dengan kapasitas 10 liter

c. Seorang pekerja disiapkan membawa alat pompa (portable sprayer) di

punggungnya dan menyiramkannya pada permukaan beton tersebut

d. Seorang pekerja harus memonitoring kondisi permukaan beton agar tetap

basah sehingga permukaan beton tersebut tidak kering.

2. Pengelolaan Air

a. Air yang diperoleh dari Sungai Karalloe, sumur bor atau mata air di sekitar

proyek yang berada di Desa Garing.

b. Digunakan mesin pompa dan selang air untuk mengalirkan mata air tersebut

ke area lokasi pekerjaan atau dengan mengunakan mobil tanki air (water tank

truck) kapasitas 5000 liter.

3. Karung Basah (Mat Wet)

a. Air yang diperoleh dari Sungai Karalloe, sumur bor atau mata air disekitar

proyek. Digunakan untuk menyiram karung yang sudah digelar di atas

permukaan beton.

76
b. Karung goni yang sudah kosong digelar diatas permukaan beton dengan area

sekitar 1 m x 6 m untuk curing

c. Pekerja petugas curing sering meyiramkan air pada karung goni yang sudah

digelar agar karung goni tersebut tidak kering.

Gambar 3.27 Penggunaan Karung Goni pada Proses Curing

4. Pelindung (Protection)

a. Beton yang belum cukup umur atau belum mengeras harus diproteksi dari

hujan keras, aliran-aliran air, cahaya sinar matahari langsung maupun angin.

b. Beton yang belum cukup umur atau belum mengeras harus ditutup dengan

lembaran plastik sampai betul-betul mengeras.

77
Gambar 3.28 Penggunaan Geotextil untuk Proses Curing

3.6. Quality Control dan Quality Assurance

Banyak perusahaan yang memakai Quality Assurance (QA) dan Quality

Control (QC) dalam satu divisi. Meskipun sama tentang kualitas tetapi QA dan

QC adalah dua pekerjaan dalam bidang yang berbeda, dimana QA itu prosedur

untuk pencapaian mutu dan QC adalah aktivitasnya (pelaksanaan dari prosedur

tersebut). Jadi jika diterjemahkan secara singkat QC terfokus pada pemenuhan

persyaratan mutu sedangkan QA terfokus pada pemberian jaminan persyaratan

mutu akan dipenuhi. Atau dengan kata lain, QA membuat sistem mutu sedangkan

QC memastikan output dari sistem itu memang benar-benar memenuhi

persyaratan.

3.6.1. Quality Control

Quality control atau biasa disingkat QC yang berarti pengendalian mutu,

sangatlah diperlukan dalam dunia konstruksi. Hal ini dikarenakan QC dapat

menetukan kualitas dari hasil dari pelaksanaan pekerjaan. Pengawasan terhadap

mutu pekerjaan yang baik akan menghasilkan kualitas pekerjaan yang baik pula.

78
Hal yang dilakukan dalam pelaksanaan quality control proyek antara lain:

1. Perawatan Beton (Curing)

Gambar 3.29 Perawatan Beton (Curing)

Berikut tahap-tahap perawatan beton/curing:

a. Setelah beton agak mengering, pasang adukan pada sekeliling beton lantai

yang akan digenangi air dengan tinggi adukan +/- 5 cm.

b. Biarkan adukan sampai kering/ keras.

c. Aliri/ genangi permukaan beton lantai dengan air kerja menggunakan pompa

dan slang air.

d. Lakukan penyiraman atau penggenangan permukaan lantai beton secara

teratur

e. Kontrol genangan air jangan sampai kering.

f. Jika terjadi hujan maka tidak perlu diadakan pekerjaan penyiraman beton

lantai.

79
2. Slump Test

Berikut tahap-tahap pengujian slump test:

a. Basahi cetakan dan letakkan di atas permukaan datar, lembab, tidak menyerap

air dan kaku. Cetakan harus ditahan secara kokoh di tempat selama pengisian,

oleh operator yang berdiri di atas bagian injakan. Dari contoh beton yang

diperoleh segera isi cetakan dalam tiga lapis, setiap lapis sekitar sepertiga dari

volume cetakan.

b. Padatkan setiap lapisan dengan 25 tusukan menggunakan batang pemadat.

Sebarkan penusukan secara merata di atas permukaan setiap lapisan. Untuk

lapisan bawah akan ini akan membutuhkan penusukan secara miring dan

membuat sekitar setengah dari jumlah tusukan dekat ke batas pinggir cetakan,

dan kemudian lanjutkan penusukan vertikal secara spiral pada sekitar pusat

permukaan. Padatkan lapisan bawah seluruhnya hingga kedalamannya.

Hindari batang penusuk mengenai pelat dasar cetakan. Padatkan lapisan

kedua dan lapisan atas seluruhnya hingga kedalamannya, sehingga penusukan

menembus batas lapisan di bawahnya.

Gambar 3.30 Pemadatan Campuran Beton dengan Batang Pemadat

80
c. Dalam pengisian dan pemadatan lapisan atas, lebihkan adukan beton di atas

cetakan sebelum pemadatan dimulai. Bila pemadatan menghasilkan beton

turun dibawah ujung atas cetakan, tambahkan adukan beton untuk tetap

menjaga adanya kelebihan beton pada bagian atas dari cetakan. Setelah

lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan beton pada bagian atas

cetakan dengan cara menggelindingkan batang penusuk di atasnya. Lepaskan

segera cetakan dari beton dengan cara mengangkat ke arah vertikal secara

hati-hati. Angkat cetakan dengan jarak 300 mm dalam waktu 5 ± 2 detik

tanpa gerakan lateral atau torsional. Selesaikan seluruh pekerjaan pengujian

dari awal pengisian hingga pelepasan cetakan tanpa gangguan, dalam waktu

tidak lebih dari 2 ½ menit.

Gambar 3.31 Memadatkan dan Meratakan Campuran di Atas Cetakan, lalu

Melepas Cetakan

d. Setelah beton menunjukkan penurunan pada permukaan, ukur segera slump

dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian atas cetakan dan bagian

pusat permukaan atas beton. Bila terjadi keruntuhan atau keruntuhan geser

beton pada satu sisi atau sebagian massa beton (Catatan 4), abaikan pengujian

tersebut dan buat pengujian baru dengan porsi lain dari contoh

81
Gambar 3.32 Mengukur Beda Tinggi Hasil Pengujian dan Cetakan

3. Pengujian Kuat Tekan Beton

Gambar 3.33 Pengujian Kuat Tekan Beton

Berikut tahap-tahap pengujian mutu beton (quality control concrete).

a. Diamkan sampel + 24 jam (satu hari) ketempat perendaman setelah

pengecoran dilapangan.

b. Setelah itu ambil sampel di lapangan, rendam untuk umur 3 hari, 7 hari, 28

hari, dan 56 hari.

c. Angkat sampel yang akan ditekan satu hari sebelum pengujian.

82
d. Timbang sampel.

e. Lakukan pengujian kuat tekan.

3.6.2 Quality Assurance

Quality Assurance atau biasa disingkat QA yang berarti penjaminan kualitas

merupakan suatu kegiatan yang memiliki tugas dan tangung jawab pokok terkait

dengan jaminan kualitas. Yaitu memastikan produk atau jasa memenuhi standar

yang ditetapkan termasuk kegunaan, kinerja dan standar kualitas.

Hal – hal yang dilakukan dalam pelaksanaan quality assurance proyek

antara lain:

1. Audit

Serangkaian rencana audit terhadap aktivitas proyek dibuat berdasarkan

jadwal dan dilakukan oleh personel yang kompeten. Audit mutu yang sistematik

terhadap vendor/subkontraktor yang memberikan jasa dan barang dilakukan untuk

memastikan bahwa sistem manajemen sesuai dilaksanakan berdasarkan rencana

mutu yang disetujui.

2. Catatan Mutu

Catatan mutu dipelihara oleh personel proyek yang berhubungan. Catatan

dipersiapkan, diorganisasikan, dipelihara dan dikendalikan untuk memudahkan

penelusuran dan disimpan untuk referensi yang sesuai dengan persyaratan

kontrak.

3. Pengendalian Penyimpangan

Tindakan segera diambil untuk mengidentifikasi hal – hal / jasa yang tidak

sesuai dengan persyaratan tertentu. Hal – hal / jasa yang tidak sesuai dilaporkan

83
oleh QAM kepada manajer proyek dan tindakan perbaikan termasuk didalam

laporan tersebut.

4. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

Penyimpangan hendaknya selalu dilaporkan dan ditindaklanjuti dengan

mengisi form tindakan perbaikan. Form permintaan tindakan perbaikan diisi dan

didalamnya dinyatakan tindakan yang perlu diambil dan tanggal penyimpangan

akan ditutup. Permintaan tindakan pencegahan dibuat dalam rangka untuk

memulai tindakan yang diambil untuk mencegah kemungkinan terjadinya

kesalahan yang sama.

5. Kontrol dengan Pihak – Pihak yang Terkait

Pihak – pihak yang terkait, tim proyek dan sub kontraktor harus mengetahui

prosedur yang berhubungan dengan rencana mutu proyek untuk memastikan

kontrol yang efektif dan terkoordinasi. Semua surat menyurat, laporan, rapat harus

terdaftar dan didokumentasikan melalui pusat pengendalian dokumen (DCC).

6. Ijin Perubahan Kontrak

Ijin perubahan kontrak diketahui, didokumentasikan secara resmi dan

diajukan untuk persetujuan. Proses perubahan kontrak harus sesuai dengan

prosedur yang telah disetujui oleh kontraktor / klien.

7. Kontrol Sub-Kontraktor

Sub Kontraktor ditetapkan berdasarkan proses lelang yang resmi dan

evaluasi penawaran dimana harus berdasarkan sistem mutu yang digunakan

kontraktror. Sub kontraktor harus mempunyai :

84
a. Pengalaman sebelumnya yang berhubungan, terutama proyek yang pernah

ditangani.

b. Sistem mutu yang memadai dan disetujui terhadap bagian yang berhubungan

dengan kontraktor / klien dan permintaan perusahaan.

c. Organisasi yang memadai, sumber dan fasilitas untuk melakukan pekerjaan.

3.7. Manajemen Supervisi dan Spesifikasi

3.7.1. Supervisi

Konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek

(owner) untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas dapat

berupa badan usaha atau perorangan. perlu sumber daya manusia yang ahli

dibidangnya masing-masing seperti teknik sipil, arsitektur, mekanikal elektrikal,

listrik dan lain-lain sehingga sebuah bangunan dapat dibangun dengan baik dalam

waktu cepat dan efisien.

Konsultan pengawas dalam suatu proyek mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak

kerja.

2. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan

proyek.

3. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh

pemilik proyek.

4. Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik

proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.

85
5. Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan

kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.

6. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang

diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek

namun tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah

dibuat sebelumnya.

Konsultan pengawas juga memiliki wewenang sebagai berikut:

1. Memperingatkan atau menegur pihak peleksana pekerjaan jika terjadi

penyimpangan terhadap kontrak kerja.

2. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak tidak

memperhatikan peringatan yang diberikan.

3. Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek.

4. Konsultan pengawas berhak memeriksa gambar shopdrawing pelaksana

proyek.

5. Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan ( site

Instruction)

6. Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai

dengan kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.

Konsultan pengawas biasa diadakan pada proyek bangunan dengan skala

besar seperti gedung bertingkat tinggi, bagian ini bisa merangkap dalam hal

management konstruksi atau MK namun perbedaanya adalah MK mengelola

jalanya proyek dari mulai perencanaan,pelaksanaan sampai berakhirnya proyek

sedangkan konsultan pengawas hanya bertugas mengawasi jalanya pelaksanaan

86
proyek saja. dalam kondisi nyata dilapangan diperlukan kerjasama yang baik

antara konsultan pengawas dengan kontraktor agar bisa saling melengkapi dalam

pelaksanaan pembangunan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan misalnya

kontraktor dibatasi oleh waktu dalam melaksanakan pekerjaan jadi akan sangat

terpengaruh dari proses aproval material atau shop drawing dari konsultan

pengawas

3.7.2. Spesifikasi

Spesifikasi teknik adalah suatu uraian atau ketentuan-ketentuan yang

disusun secara lengkap dan jelas mengenai suatu barang, metode atau hasil akhir

pekerjaan yang dapat dibeli, dibangun atau dikembangkan oleh pihak lain

sehingga dapat memenuhi keinginan semua pihak yang terkait. Spesifikasi adalah

bagian dari Dokumen Lelang proyek konstruksi yang menjelaskan persyaratan

teknik pekerjaan yang dilelangkan. Tujuan spesifikasi yaitu untuk tercapainya

produk akhir Pekerjaan yang memenuhi keinginan dari pemilik pekerjaan

(owner).

Persyaratan teknik tersebut mencakup antara lain:

1. Persyaratan Bahan Baku.

2. Persyaratan Bahan Olahan.

3. Cara Pelaksanaan Pekerjaan, termasuk persyaratan teknik peralatan yang

dipergunakan.

4. Persyaratan teknik produk akhir Pekerjaan yang harus dicapai.

Maksud Spesifikasi diantaranya:

1. Sebagai pedoman bagi peserta pelelangan dalam mengajukan penawaran.

87
2. Sebagai pedoman bagi pelaksana / kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan.

3. Sebagai pedoman bagi pengawas dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan

oleh kontraktor.

4. Sebagai pedoman bagi Pimpro yang mewakili pemilik pekerjaan, dalam

mempertanggungjawabkan proyek secara keseluruhan.

3.8. Sistem Manajemen K3 dan Lingkungan

3.8.1. Sistem Manajemen K3

K3 atau kesehatan dan keselamatan kerja adalah bidang yang terkait dengan

kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja dalam institusi

maupun proyek.

1. Sarana dan Prasarana k3

Persiapan penanggulangan keadaan darurat dikoordinasikan dengan pihak -

pihak terkait :

a. Kepolisian setempat;

b. Rumah sakit / puskesmas terdekat;

c. Pemerintah daerah setempat;

d. Pemilik pekerjaan

Perlengkapan siaga tanggap darurat, seperti :

a. Pembuatan sistem komunikasi keadaan darurat dan kejadian K3 :

b. Pos keamanan pintu masuk / keluar, untuk memeriksa :

 Karyawan, staf / pekerja (sesuai dengan kartu identitasnya)

 Tamu dan sub kontraktor serta kendaraannya.

88
c. Menara pengawasan yang dilengkapi dengan Tanda emergency / keadaan

darurat

d. Pengeras suara untuk pemberitahuan.

 Denah evakuasi dan tempat titik aman berkumpul.

 Tanda atau label bahaya kebakaran.

 APAR + dudukan dan kotaknya (APAR tersedia dengan jarak jangkauan

maks. 14 m’ dengan cara pemasangan tinggi bagian paling atasnya /

puncak APAR maks. 125 cm dari lantai).

 Masker (minimal sama dengan APAR nya dan diletakkan pada kotak

APAR).

 Perlengkapan P3K (kotak obat, tandu, tabung oksigen, bidai, alat bantu

pernapasan, dll).

 Pakaian tahan api + sarung tangannya (2 bh / set).

 Topi / tanda pengenal tim STD (sebanyak tim inti STD)

 Sistem hydrant internal / umum (dengan persyaratan bangunan 1000 m2

2 titik hydrant).

2. Tujuan/Sasaran K3

a. Menjamin agar pada pelaksanaan proyek tidak terjadi kecelakaan & penyakit

akibat kerja.

b. Menjamin produktifitas tidak terganggu.

c. Menuju kondisi nol kecelakaan (zero accident)

89
3. Program K3

a. Accident

Target untuk kecelakaan yang ingin dicapai adalah tidak ada fatality dalam

setiap kegiatan proyeknya.

b. Safety induction

Pemberian pengenalan peraturan safety proyek kepada setiap karyawan dan

sub kontraktor serta mandor yang terlibat dalam proyek ini untuk partisipasi dan

tanggung jawab terhadap keselamatan kerja oleh semua pihak.

c. Tool box meeting

Memberikan penjelasan mengenai pentingnya keselamatan kerja dalam

bekerja pada bidang konstruksi bangunan dan memberikan informasi–informasi

lapangan kepada pekerja mengenai daerah bahaya, penanggulangan dan hal lainya

yang berkaitan yang akan diadakan setiap kamis pagi sebelum bekerja.

d. Safety monthly meeting

Mempersentasikan hasil yang telah dicapai setiap bulannya kepada top

management perusahaan dan sub kontraktor dan untuk menarik dukungan

terhadap keselamatan kerja dari semua top management setiap 1 kali sebulan tiap

hari kamis.

90
e. Safety inspection

Melakukan inspeksi pada setiap kegiatan, lingkungan dan peralatan yang

memungkinkan untuk terjadinya kecelakaan dan melakukan tindakan

pencegahannya secara langsung serta membuat sistem pelaporan.

f. Safety patrol

Melakukan patroli tiap senin siang bersama semua top management ke

lapangan untuk mengetahui permasalahan keselamatan kerja di lapangan.

g. Fogging

Penyemprotan nyamuk di lapangan untuk mencegah penyakit yang dapat

ditimbulkan oleh serangga dan sejenisnya sebagai salah satu kepedulian terhadap

kesehatan pekerja.

h. General cleaning and house kepping

Melakukan pembersihan secara massal yang melibatkan seluruh pekerja dan

seluruh sub kontraktor di lapangan untuk menciptakan lapangan kerja yang selalu

bersih dan rapi setiap sabtu siang.

4. Safety Training

a. Safety awarenees

Untuk meningkatkan kepedulian dari pelaksana lapangan dan sub kontraktor

diberikan pelatihan keselamatan kerja yang berkaitan dengan kegiatan lapangan

yang akan berlangsung.

b. Fire handling

Memberikan pelatihan tentang dasar fire safety, cara penanggulangan dan

upaya pencegahannya.

91
c. First aid

Memberikan pelatihan tentang pertolongan pertama pada korban kecelakaan

untuk kecelakaan kecelakaan kecil yang sifatnya umum dan tidak berat yang dapat

dilakukan di klinik proyek.

5. Kebersihan dan Kesehatan

a. Kebersihan

 Untuk menjaga kebersihan lingkungan proyek disediakan tenaga

kebersihan yang jumlahnya di sesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

 Untuk fasilitas sanitari disediakan sarana MCK di lapangan.

b. Kesehatan

 Jamsostek

 Penyediaan fasilitas clinic on site

 Fogging / penyemprotan nyamuk setiap satu minggu sekali untuk

mencegah penyakit yang dapat ditimbulkannya.

92
6. Contoh Penggunaan APD

Helm Proyek
Kacamata Pelindung

Masker

Ear Plug

Tali Dagu

Sarung Tangan

Safety Belt

Safety Shoes

Gambar 3.34 Penggunaan APD

3.8.2. Sistem Manajemen Lingkungan

1. Sistem Manajemen

Dalam proyek ini di tetapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 :

2004, yaitu dengan:

a. Melakukan identifikasi aspek lingkungan (yang berpotensi dampak /

mencemari lingkungan) dari segala kegiatan kerja konstruksi yang akan

dilakukan.

b. Mengevaluasi aspek lingkungan dan menetapkan tingkat dampak dari

aspek lingkungan yang akan terjadi.

93
c. Untuk tingkat dampak lingkungan yang tinggi atau signifikan dibuat

program mitigasi dan pencegahannya atau biasa disebut Upaya Kelola

Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).

d. Menerapkan program mitigasi dan atau pencegahan pencemaran

lingkungan atau disebut UKL dengan konsisten sesuai rencana dan standar

serta peraturan yang berlaku baik secara teknis maupun non teknis.

e. Melaksanakan pengawasan dan pengukuran untuk tempat kerja dan

peralatan konstruksi yang digunakan yang diidentifikasi dapat menghasilkan

dampak / pencemaran lingkungan (udara, tanah dan air) seperti uji emisi,

pengukuran air limbah dan kebisingan, dan lain – lain sesuai UPL dan kondisi

yang terjadi.

f. Melakukan evaluasi atas hasil penerapan sistem manajemen lingkungan

dan apa yang telah menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan dan

tidak memenuhi persyaratan standar dan peraturan berlaku.

g. Melaksanakan upaya perbaikan teknis maupun non teknis atas penyebab

yang telah menimbulkan dampak pencemaran yang terjadi dan dilakukan

pemantauan dan pengukuran kembali sampai pada tingkat yang memedai dan

memenuhi persyaratan peraturan yang berlaku.

h. Membuat laporan sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Safety, Health and Environmental Policy

a. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat & mempertimbangkan dampak

lingkungan dalam setiap kegiatan kerja

b. Menerapkan sistem manajemen K3L

94
Antara lain dengan :

 Mengendalikan pencemaran air

o Mengendalikan pencemaran air dengan membuat sumur resapan agar

limbah air proyek tidak menganggu saluran existing.

o Pada pekerjaan dewatering dibuatkan recharge well.

o Pada pekerjaan bored pile dibuatkan saluran sementara dengan filter

dan sumpit, agar air lumpur tidak mengotori saluran existing.

 Mengendalikan pencemaran udara

o Melestarikan vegetasi yang ada di area proyek dan mengadakan

penghijauan di area proyek.

o Mengurangi debu, asap dan uap beracun selama pelaksanaan proyek.

 Mengendalikan pencemaran sampah dan limbah B3

o Penghematan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dan

pengurangan limbah B3.

o Penyimpanan bahan-bahan B3 dan beracun di tempat yang bersih

dan disusun secara rapi.

o Memisahkan sampah B3 dan bahan beracun di wadah tersendiri.

 Menghemat penggunaan sumber daya alam (air, kayu, energi listrik dan

BBM)

o Penggunaan air roof tank agar hemat dalam penggunaan air bersih.

o Mengurangi penggunaan kayu dan triplek dalam pembuatan direksi

keet, dengan menggunakan container yang dimodifikasi sebagai

direksi keet.

95
o Pada pekerjaan bekisting diusahakan menggunakan steel formwork

untuk mengurangi pemakaian kayu dan triplek.

o Melakukan penghematan energi dalam kegiatan alat-alat berat dan

pengangkatan barang-barang.

o Melakukan efisiensi penggunaan kendaraan dalam transport dan

mengurangi polusi gas CO₂.

 Mengurangi produk waste

o Memanfaatkan sisa besi untuk pekerjaan safety dan house keeping.

o Sisa beton digunakan untuk pembuatan beton deking, saluran beton,

jalan kerja, kanstin, dan paving blok.

o Menghitung ulang jumlah kebutuhan bahan yang akan terpakai

untuk menghindari sisa bahan yang tidak terpakai.

96
BAB IV

MASALAH YANG TIMBUL DALAM PROYEK

4.1. Umum

Dalam Proyek Bendungan Karalloe sempat terjadi beberapakali adendum.

Hal ini dikarenakan waktu pengerjaan lebih rendah komulatifnya dari yang tertera

di perencanaan. Menurut pengawas lapangan, hal utama yang menyebabkan

besarnya perbedaan deviasi ini adalah karena adanya konflik pembebasan lahan

dengan masyarakat di sekitar proyek, sehingga waktu pekerjaan terhambat seiring

dengan berjalannya konflik.

Menurut kontrak awal pekerjaan dimulai pada Bulan Desember 2013 dan

harus selesai pada Bulan Desember 2017.

Dalam schedule pekerjaan tertera bahwa adendum mengenai jadwal

pekerjaan sudah dinyatakan tepat setelah pekerjaan dimulai pada bagian realisasi

pekerjaan (adendum IV desember 2013-april 2017), namun mengenai jadwal tidak

dirubah sama sekali hingga adanya adendum baru pada april 2017(adendum IV).

Menurut perkiraan kami adendum empat hanya membahas tentang perubahan

volume pekerjaan yang sedang berlangsung pada saat itu, selanjutnya setelah

jadwal ditinjau lagi diadakan adendum baru yaitu adendum VIII yang membahas

tentang jadwal pelaksanaan kedepannya.

Dalam pekerjaan pada awal proyek hingga pada bulan april 2017 progres

baru mencapai 15,45% dari total yang harus dikerjakan 93,55%. Ini arti deviasi

pada pelaksanaan bernilai -78,10%, menurut kami deviasi yang terjadi sangat

97
besar dan perlu dilakukan penanganan untuk menanggapi deviasi yang nilainya

sangat besar tersebut. Menurut keterangan pelaksana proyek hal ini terjadi karena

adanya masalah proses pembebasan lahan. Pada awal pekerjaan ada beberapa

warga yang menolak diadakannya proyek ini, karena lahan merekalah yang

digunakan untuk proyek pembangunan. Bahkan menurut rencana ada beberapa

wilyah pemukiman yang akan tergenang waduk jika bendungan telah mulai

beroperasi. Untuk menangani masalah tersebut pemerintah melakukan relokasi di

bagian hilir bendung atau pada bagian yang tidak akan terpengaruh oleh

tampungan air.

98
Perkiraan Daerah
Pemukiman yang
Akan Tergenang

Lokasi Bendungan
Utama

Daerah Relokasi

Gambar 4.1 Daerah Relokasi dan Daerah yang Diperkirakan Akan

tenggelam

Setelah relokasi selesai tetap saja masih ada konflik yang memnyebabkan

terganggunya proses pekerjaan untuk pembebasan lahan. Menurut keterangan

penyedia jasa, uang ganti rugi untuk lahan sudah dapat diperoleh dipengadilan.

Namun penyedia jasa berpendapat bahwa dari pihak para pemilik lahan tidak ada

yang mengetui langkah-langkahnya, karena pada saat proses pembebasan lahan

99
telah selesai masih ada saja warga yang masih menuntut tentang uang pembebasan

lahan.

Karena masalah pembebasan ini pekerjaan tidak bisa berjalan maksimal,

sehingga kuantitas pekerjaan menjadi rendah dan deviasi yang terjadi sangat

besar. Karena alasan besarnya deviasi dapat diterima, maka penyedia jasa dan

pengguna saja sepakat untuk mengadakan adendum(adendum IV) yang

membahas menganai pekerjaan yang telah selesai dikerjakan.

Setelah adendum IV yang membahas memaparkan volume perkerjaan

dalam schedule muncul pula adendum VIII yang memaparkan tentang rencana

jadwal kedepannya. Menurut jadwal, realisasi proses pekerjaan dari bulan april

2017 sampai dengan juni 2018 berjalan lancar. Dengan rencana 46,03 dan realisasi

53,92 yang menandakan deviasi sebesar +7,89. Hal ini menandakan bahwa

progres pekerjaan berjalan lebih maju dari apa yang direncanakan.

Menurut jadwal pengelakan harus dilakukan pada bulan agustus. Namun

pada kenyataanya di lapangan hingga bulan agustus pengecoran struktur outlet

dan inlet bangunan pengelak masih belum selesai. Untuk mengatasi masalah ini

penyedia jasa semaksimal mungkin menambah jam kerja pada pekerjaan tersebut.

Beberapa upaya pengejaran keterlambatan antara lain:

1. Membuat shift kerja untuk pekerjaan antara lain dari jam 07.30 – 17.00 untuk

shift pertama dan 18.00-selesai untuk shift kedua.

2. Menggunakan bahan tambah pada campuran beton agar waktu pengikatan

berkurang.

100
Dari usaha untuk mengejar keterlambatan tersebut, pekerjaan pengelakan

dapat diselesaikan pada bulan oktober 2018.

Gambar 4.2 Pembagian Shift Pekerjaan Struktur Inlet dan Outlet

101
4.2. Dampak Keterlambatan Pekerjaan Struktur Inlet dan Outlet Terhadap

Bangunan Pelimpah
Untuk pekerjaan galian pekerjaan tidak berdampak sama sekali, karena

galian pelimpah menggunakan alat berat. sedangkan untuk pekerjaan chute

terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Pada pekerjaan chute spillway/pelimpah terdapat 2 tim yang melakukan

pekerjaan baik pembesian maupun pengecoran. Kedua tim tersebut

bertanggung jawab masing-masing untuk membuat dinding struktur chute.

Namun dilokasi pekerjaan pada bulan agustus hanya 1 tim yang bekeja untuk

pembuatan dinding strutur chute. Tim lainnya dipindahkan pada pekerjaan

struktur inlet dan outlet untuk membantu mengejar proses keterlambatan.

2. Tim yang bekerja dichute hanya mengerjakan 1 segmen dinding dengan jarak

10m, setelah pekerjaan selesai seluruh tim dipindahkan untuk bekerja di

outlet dan inlet.

3. Pekerjaan di chute baru dapat berjalan normal lagi pada september.

102
Gambar 4.3 Kondisi Pekerjaan di Chute

103
4.3. Kondisi pada pekerjaan galian bangunan pelimpah / Spillway
Pada pekerjaan galian, terdapat satu titik yang menjadi fokus

pengamatan kami. Titik tersebut berada di area puncak Spillway. Selama proses

pekerjaannya, terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh penyedia jasa terkait

pekerjaan galian Spillway, antara lain:

1. Banyaknya alat yang mengalami kerusakan berat. Ini terjadi pada alat – alat

yang dimiliki oleh subkontraktor. Sedangkan wilayah pekerjaan galian yang

diterima subkontraktor merupakan setengah dari wilayah keseluruhan bagian

puncak Spillway.

2. Terlambatnya pembebasan lahan pada sebagian area puncak.

3. Kondisi tanah di area tersebut terdiri dari tanah batuan yang keras.

Kondisi – kondisi diatas membuat penyedia jasa sangat memerhatikan

pekerjaan galian pada area puncak. Dikarenakan pekerjaan galian pada puncak

Spillway ditargetkan selesai pada Bulan November 2018. Berbagai tindakan pun

dilakukan untuk membuat pekerjaan galian dapat selesai sesuai target. Berikut

akan kami jelaskan tindakan – tindakan yang penyedia jasa lakukan.


Pertama yaitu penanganan masalah banyak alat yang rusak. Dari pihak

kontraktor sendiri sudah menekankan kepada subkontraktor untuk menyelesaikan

masalah ini. Sehingga pihak subkontraktor berusaha mendatangkan ahli mekanik

yang ditugaskan untuk memperbaiki alat – alat yang rusak. Alhasil, ada beberapa

alat yang dapat digunakan kembali.


Walaupun demikian, tambahan dari alat – alat yang sudah diperbaiki ini

masih belum cukup untuk mengejar keterlambatan progress pekerjaan galian di

104
wilayah subkontraktor. Sehingga pihak kontraktor memberikan target yang

apabila subkontraktor tidak dapat memenuhi target tersebut maka kontraktor akan

mengambil alih sebagian wilayah pekerjaan subkontraktor.


Kedua ialah pembebasan lahan untuk sebagian wilayah pada puncak

Spillway. Pihak kontraktor sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengurus

pembebasan lahan ini. Walaupun masalah pembebasan lahan ini memang

merupakan hal utama yang menyebabkan keterlambatan dalam proyek ini.

Sehingga kontraktor baru dapat menyelesaikan pembebasan lahan di keseluruhan

area puncak pada Bulan September 2018.


Ketiga ialah masalah kondisi tanah yang terdiri dari tanah batuan yang

keras. Daerah di kawasan proyek Bendungan Karalloe memang terdiri dari batuan

yang sangat keras. Menggunakan alat excavator saja tidak cukup untuk melakukan

aktivitas galian. Jadi pihak kontraktor menggunakan 2 (dua) metode untuk

menanggulangi masalah ini, yaitu dengan metode mekanis dan metode blasting

(peledakan).
Metode mekanis merupakan sebuah metode dalam sebuah konstruksi yang

segala aktivitas seluruhnya dilakukan oleh alat berat. Pada pekerjaan galian, alat –

alat yang digunakan terdiri dari breaker, excavator, bulldozer, dan dumptruck.

Adapun untuk urutan sederhananya dalam pekerjaan ini yaitu alat breacker

melakukan pengeboran untuk tanah yang keras kemudian hasil pengeborannya

diambil oleh excavator untuk dituangkan keatas dumptruck. Sedangkan untuk alat

bulldozer sendiri hanya digunakan untuk menggusur hasil galian ke area yang

dapat dijangkau oleh dumptruck.

105
Mulai

Pengeboran dengan breaker


Bulldozer menggusur
material hasil
Excavator mengambil Medan tidak
pengeboran
Mengulangi tahapan hingga selesai

material hasil dijangkau oleh


pengeboran dumptruck

Excavator memasukkan Excavator mengambil


material kedalam dumptruck material hasil gusuran
bulldozer

Dumptruck membawa
material ke disposal area

Dumptruck kembali
ke area galian

selesai
Gambar 4.4. Flow chart pekerjaan galian metode mekanis
Metode blasting (peledakan) merupakan metode dalam sebuah konstruksi

yang dimana pekerjaan galiannya dilakukan dengan cara diledakkan. Pekerjaan ini

dilakukan apabila kondisi tanah yang didapatkan terdiri dari tanah batuan yang

sangat keras. Adapun alat yang digunakan pada metode ini yaitu CRD (Core Rock

Drill). Alat ini digunakan untuk melakukan pengeboran dengan kedalaman

maksimum 6 meter. Hasil dari pengeboran CRD ini yang kemudian akan

dimasukkan dynamite / bahan peledak.

106
Mulai

Pengeboran dengan CRD

Penanaman dynamite
Mengulangi tahapan hingga selesai

pada lubang hasil


pengeboran

Peledakan / Blasting

Excavator mengambil material hasil Bulldozer menggusur material


ledakan dan dimasukkan kedalam hasil pengeboran
dumptruck

Excavator mengambil material


Dumptruck membawa
hasil gusuran bulldozer
material ke disposal area

Dumptruck kembali
ke area galian

selesai
Gambar 4.5. Flowchart pekerjaan galian metode blasting
Dari kedua metode di atas kami telah melakukan analisa untuk

memperkirakan apakah pekerjaan galian puncak spillway ini dapat selesai sesuai

target yang direncanakan. Pekerjaan ini ditargetkan selesai pada Bulan November

2018.
Adapun analisa yang kami lakukan dengan melakukan perhitungan

terhadap produktivitas harian alat – alat berat seperti breacker, CRD, excavator,

dan dumptruck dengan melakukan pengamatan lapangan.

Tabel 4.1. Hasil pengamatan alat berat yang bekerja di Puncak Spillway

No Alat Produktivitas
1. Excavator 50 m3/jam
2. Dump Truck 60 m3/jam
3. Breacker 50 m3/jam 107
Pada tabel di atas dapat kita lihat bahwa produktivitas excavator 50

m3/jam. Adapun jumlah jam kerja pada proyek ini yaitu 11 jam (8 jam normal + 3

jam lembur). Sehingga bila dikalikan antara produktivitas alat per jam dengan jam

kerja akan mendapatkan hasil sebagai berikut.

Produktivitas harian= produktivitas alat perjam × jam kerja

3
Produktivitas excavator=50 ×11 Produktivitas excavator=550 m

Setelah mendapatkan produktivitas alat perhari selanjutnya dikalikan lagi

dengan jumlah alat yang beroperasi. Sehingga dapat diperoleh produktivitas

seluruh alat yang beroperasi per hari pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Produktivitas Harian

Produktivitas Jam Kerja Jumlah Total


No Alat
(A) (B) (C) (AxBxC)
1 Excavator 50 m3/jam 4 2.200 m3
2 Dump Truck 60 m3/jam 11 8 5.280 m3
3 Breacker 50 m3/jam 3 1.650 m3

Setelah diperoleh produktivitas hariannya kemudian dikalikan lagi dengan

sisa hari yang sebelum waktu yang ditargetkan. Adapun jarak antara waktu kami

melakukan analisa dengan waktu yang ditargetkan yaitu 60 hari dengan sisa

volume galian sebesar 100.000 m3. Berikut tabel hasil perhitungan untuk 60 hari

yang tersisa.
Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Produktivitas Keseluruhan

Produktivitas
No Alat Sisa hari Hasil
harian
1 Excavator 2.200 m3 60 132.000 m3
2 Dump Truck 5.280 m3 316.800 m3

108
3 Breacker 1.650 m3 99.000 m3

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya alat breacker yang tidak dapat

mencapai target volume 100.000 m3. Dalam pekerjaan galian tanah keras ini

produktivitas alat breacker sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai.

Sehingga jika dilihat dari hasil perhitungan aktual untuk 60 hari normal maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa pekerjaan galian ini tidak dapat memenuhi target

yang ditetapkan.
Selanjutnya, hasil perhitungan breacker di atas akan dibandingkan dengan

produktivitas dari metode blasting dengan menggunakan alat CRD. Berikut tabel

hasil pengamatan kami terhadap alat CRD.


Tabel 4.4. Hasil Pengamatan alat CRD di Puncak Spillway

Pada tabel di atas alat


No Alat Produktivitas Jumlah
CRD hanya dapat
1. CRD 4 m/jam 2
melakukan pengeboran

dengan kedalaman 4 m/jam. Jika dikalikan dengan jumlah alat yang digunakan

maka akan diperoleh kedalaman 8 meter. Adapun target untuk alat CRD ini yaitu

dengan kedalaman minimal 2 meter dan jumlah titik pengeboran minimal 100

titik. Sehingga jika dilihat dari produktivitas aktualnya alat ini dapat

menghasilkan 4 titik dengan kedalaman 2 meter per jam nya. Berikut tabel

perhitungan alat CRD.


Tabel 4.5. Hasil Perhitungan alat CRD untuk 100 titik

Jumlah Target Waktu untuk


No Alat Titik/jam titik mencapai 100 titik Jumlah hari
(A) (B) (B/A)
1. CRD 4 100 25 jam 2,2

109
Pada tabel di atas diperoleh data untuk mendapatkan 100 titik diperlukan

waktu selama 2,2 hari kerja. Kemudian setelah pengeboran selesai selanjutnya

dilakukan penanaman bahan peledak di 100 titik tadi dengan waktu ± 6 jam.

Adapun hasil ledakan yang diperoleh untuk 100 titik adalah 300 m3. Jadi efektif

kerja untuk metode blasting ini yaitu 3 hari dengan produktivitas 300 m3.
Jika dalam 3 hari metode blasting menghasilkan 300 m3, maka jika

dihitung selama 60 hari yang tersisa dapat diperoleh produktivitas sebagai berikut.
Jumlah peledakan=sisahari / efektif kerja blasting Jumlah peledakan=60/3

Jumlah peledakan=20 kali


Dari hasil perhitungan di atas untuk metode blasting dalam 60 hari hanya

20 kali peledakan yang bisa dilakukan. Sehingga jika dikalikan dengan

produktivitas blasting sebear 300 m3 maka diperoleh volume sebesar 6.000 m 3.

Hal ini menunjukkan bahwa metode ini juga tidak dapat mencapai target.

Melihat kondisi tersebut, maka ada beberapa hal yang mungkin sebaiknya

dilakukan oleh pihak kontraktor dalam menangani masalah ini, antara lain:

1. Menambah alat berat breacker untuk meningkatkan produktivitas hariannya

minimal 2 buah.

2. Menggabungkan antara metode mekanis dan metode blasting pada pekerjaan

galian.

110
4.4. Tanggapan Terhadap Time Schedule

Berdasarkan pengamatan kami terhadap time schedule proyek (lihat

lampiran), maka ada beberapa poin yang dapat kami simpulkan, antara lain:

1. Menurut kontrak awal pekerjaan dimulai pada Bulan Desember 2013 dan

harus selesai pada Bulan Desember 2017.

2. Dalam pekerjaan pada awal proyek hingga pada bulan april 2017 progres baru

mencapai 15,45% dari total yang harus dikerjakan 93,55%. Ini arti deviasi

pada pelaksanaan bernilai -78,10%. Menurut keterangan pelaksana proyek

hal ini terjadi karena adanya masalah proses pembebasan lahan. Pada awal

pekerjaan ada beberapa warga yang menolak diadakannya proyek ini, karena

111
lahan merekalah yang digunakan untuk proyek pembangunan. Bahkan

menurut rencana ada beberapa wilyah pemukiman yang akan tergenang

waduk jika bendungan telah mulai beroperasi.

3. Karena masalah pembebasan ini pekerjaan tidak bisa berjalan maksimal,

sehingga kuantitas pekerjaan menjadi rendah dan deviasi yang terjadi sangat

besar. Karena alasan besarnya deviasi dapat diterima, maka penyedia jasa dan

pengguna saja sepakat untuk mengadakan adendum(adendum IV) yang

membahas menganai pekerjaan yang telah selesai dikerjakan.


4. Setelah adendum IV yang membahas volume perkerjaan dalam schedule

muncul pula adendum VIII yang memaparkan tentang rencana jadwal

kedepannya. Menurut jadwal, realisasi proses pekerjaan dari bulan april 2017

sampai dengan juni 2018 berjalan lancar. Dengan rencana 46,03 dan realisasi

53,92 yang menandakan deviasi sebesar +7,89. Hal ini menandakan bahwa

progres pekerjaan berjalan lebih maju dari apa yang direncanakan.

5. Menurut jadwal pengelakan harus dilakukan pada bulan agustus. Namun pada

kenyataanya di lapangan hingga bulan agustus pengecoran struktur outlet dan

inlet bangunan pengelak masih belum selesai.

6. Untuk mengatasi keterlambatan tersebut, seluruh pekerja yang bekerja di

pengecoran spilway di pindahkan area kerjanya di struktur outlet atau inlet.

7. Selain itu juga penyedia jasa dalam hal ini kontraktor juga menggunakan

bahan tambah pada campuran semen untuk mempercepat waktu pengikatan.

112
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada Proyek Pembangunan

Bendungan Karalloe Kabupaten Gowa. Hal ini meliputi kegiatan pengamatan

dan peninjauan pekerjaan langsung di lapangan. Dari keseluruhan pekerjaan yang

diamati, item pekerjaan yang dibahas dalam laporan praktek kerja lapangan ini

yaitu mengenai pekerjaan bangunan pelimpah (Spillway).

Selama pelaksanaan praktek kerja lapangan, secara umum dapat kami

simpulkan dalam poin – poin sebagai berikut.

113
1. Proyek ini dilaksanakan berdasarkan sistem jaringan kepercayaan antara

pengguna jasa / pemilik proyek (owner) dan pihak penyedia jasa (konsultan

dan kontraktor).

2. Metode pelaksanaan yang sesuai dengan kondisi asli di lapangan sangat

membantu dalam melaksanakan pekerjaan dalam proyek.

3. Penyebab utama terjadinya keterlambatan dalam proyek ini adalah akibat

konflik pembebasan lahan yang berlangsung dalam waktu yang lama.

4. Komunikasi yang baik antara pihak – pihak yang terlibat dalam proyek sangat

menentukan keberhasilan dan kelancaran pekerjaan proyek.

5. Pemilihan alat berat yang sesuai dengan kondisi lapangan dan memiliki

produktivitas yang baik sangat diperlukan dalam sebuah proyek besar seperti

Proyek Bendungan Karalloe.

6. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang sangat penting

dalam sebuah proyek. Dengan adanya K3 ini akan memberikan rasa aman dan

nyaman para pekerja dalam bekerja dan mengurangi segala kecelakaan kerja

yang dapat mengganggu pelaksanaan proyek.

7. Beberapa teori yang diterapkan pada proyek ini khususnya yang berkaitan

dengan metode pelaksanaan proyek memberikan wawasan dan pengetahuan

baru kepada kami sehingga kami dapat membandingkan dengan pengetahuan

yang diperoleh dibangku perkuliahan.

5.2. Saran

114
Dari pengetahuaan yang kami dapatkan selama melaksanakan kegiatan

praktek kerja lapangan di Proyek Pembangunan Bendungan Karalloe

Kabupaten Gowa. Beberapa hal yang kami dapat sarankan antara lain :

1. Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan dalam proyek ha

2. Dalam melaksanakan suatu pekerjaan harus selalu mengikuti spesifikasi yang

telah ditetapkan sesuai dengan kondisi lapangan.

3. Upaya pemeliharaan alat – alat yang akan digunakan sangat perlu guna

tercapainya hasil yang maksimal setiap pekerjaan dalam proyek.

4. Perlunya kesadaran dan peran aktif oleh pihak – pihak yang terlibat pada

proyek dalam hal pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja guna

tercapainya zero accident dalam proyek.

5. Perlunya menjaga komunikasi yang baik antara pihak – pihak yang terlibat

dalam proyek.

6. Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebaiknya dapat ditambah

agar dapat memberikan kesempatan lebih lama kepada mahasiswa untuk lebih

banyak mempelajari hal-hal kompleks yang terjadi dalam sebuah proyek.

7. Diharapkan partisipasi aktif dari pihak mahasiswa sendiri, sehingga

pengalaman yang didapatkan maksimal sesuai yang diharapkan dan dapat

menjadi bekal kedepannya dalam dunia kerja.

115
116

Anda mungkin juga menyukai