PENDAHULUAN
kebutuhan langsung seperti air baku, air industri, sanitasi maupun keperluan
salah satu alternatif yang dilakukan dalam dunia konstruksi dalam hal
sangat penting. Oleh karena itu potensi air yang melimpah di Indonesia harus
mendatang.
1
Dalam hal pemenuhan tenaga-tenaga professional dalam dunia
Dengan bekal ilmu yang dimiliki oleh mahasiswa diharapkan dapat dijadikan
timbul di lapangan.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami selaku Mahasiswa Politeknik
Sulawesi Selatan“.
Politeknik Negeri Ujung Pandang. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini
adalah:
Teknik Sipil khususnya pada konstruksi bangunan air dalam hal ini
bendungan;
2
2. Mengetahui teori – teori praktis yang dilaksanakan di lapangan sehingga
pelaksanaan proyek
ini:
1. Pekerjaan Persiapan
7. Pekerjaan Instrumentasi
8. Pekerjaan Hidromekanikal
3
12. Pekerjaan Peralatan Penunjang O&P
berikut.
a. Metode Identifikasi
non-teknis.
4
Metode data dan literatur yaitu pengumpulan data, foto, dan gambar
Bendungan Karalloe.
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini disusun dalam tiga bagian,
yang terdiri dari bagian awal, bagian pokok, dan bagian akhir. Bagian awal
meliputi halaman judul, lembar pengesahan, kata pengantar dan daftar isi.
BAB I PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
5
Menjelaskan tentang uraian umum yang terdiri dari latar belakang
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
BAB II
Datara Kec. Tompobulu dan Desa Taring, Desa Tonririta, Kec. Biringbulu
Kab. Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan yang berjarak ± 137 km dari Kota
5’30’47.6’’ lintang selatan. Memiliki luas DAS sebesar 183,75 km2 dan data
daerah aliran sungai terletak di Kab. Gowa sedangkan untuk daerah jaringan
dan tersier. Bendung Kelara yang dibangun pada tahun 1970 dan Bendung
Suplesi Karalloe yang dibangun pada tahun 1982 dengan jumlah seluruh
7
Berikut peta lokasi pembangunan Bendungan Karalloe yang disajikan
LOKASI
PEMB.
BENDUNGAN
KARALLOE
8
Proyek pembangunan bendungan karalloe dimaksudkan sebagai upaya
Sungai Kelara mempunyai anak sungai yang besar yaitu Sungai Karalloe
280 km2. Potensi aliran tahunan rata-rata 300 juta m3. Potensi tersebut
termanfaatkan baru sekitar 50% untuk air irigasi D.I Kelara Karalloe seluas ±
7.004 Ha. Sisa potensinya masih cukup besar yang selama ini tidak
maupun daerah pada saat ini. Dengan proyek ini diharapkan provinsi
9
Berikut Site Plan proyek Pembangunan Bendungan Karalloe disajikan
Sulawesi Selatan
10
2.2. Data Proyek
Kab.Gowa
Karalloe
(Multiyears)
Pompengan Jeneberang
Pompengan Jeneberang
11
11. Konsultan Supervisi : PT. Widya Graha Asana, KSO
Pratama
1. Hidrologi
(QPMF)
2. Genangan
(PMF)
Genangan
Operasional
Maksimum (Bruto)
12
Volume Waduk Bersih : 29,50 juta m3
3. Terowongan Pengelak
banjir rencana
Panjang : 583 m
Permukaan Beton
Pondasi
13
Permukaan
5. Bangunan Pelimpah
(Chute)
Lebar Saluran : 15 m
Pelimpah
Panjang Terowongan : 60 m
14
Dinding Terowongan : Beton Lining dengan tebal 0.3 m
7. Pengeluaran Darurat
maksimum ke elevasi
terendah (MOL)
Panjang : 7.0 km
Panjang : 3 km
Perkerasan : Sirtu
15
2.3. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Proyek serta Struktur Organisasinya
oleh setiap instansi dan merupakan salah satu fungsi manajemen dalam
Dengan kata lain struktur organisasi dapat tergambar secara jelas tugas,
semua unsur sumber daya yang dimiliki proyek (5 M) yaitu Man, Material,
Machine, Methods, Money dalam satu gerak dan arah untuk mewujudkan
tujuan proyek.
16
Balai Besar Wilayah
Sungai Pompengan
Jeneberang
diatas secara umum terdapat 3 pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan
pembangunan bendungan. Pihak pertama yakni Owner, dalam hal ini yang
BBWS Pompengan Jeneberang, (PPK dan Tim Teknis meeupakan bagian dari
Owner). Pihak kedua yang terlibat dalam pelaksanaan ialah Kontraktor, yaitu
17
perusahaan PT. Nindya Karya (Persero). Dan pihak terakhir terakhir yang
pembangunan bendungan Karalloe PT. Widya Graha Asana, PT. Tata Guna
Patria, PT. Catur Bina dan PT. Bintang Tirta Pratama melakukan Kerjasama
2.3.1. Owner
pekerjaan kontraktor.
berwenang.
18
6. Membayar fee/imbalan pada perencana, pengawas dan pelaksana
Bendahara SPM
PPK Bendungan I
Pengawas Pengawas
Lapangan Lapangan
19
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Owner
Selatan
20
pelaksanaan kegiatan dan pencapaian keluaran/output yang
telah ditetapkan.
penyedia barang/jasa.
21
k. Bertanggung jawab atas kebenaran material setiap Perintah
Bidang terkait.
layanan pengadaan.
22
d. Menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan barang dan
Kerja.
23
akan dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa maupun rencana
barang/pekerjaan.
secara swakelola.
persediaan.
24
u. Menyusun laporan seluruh kegiatan yang dilakukan sesuai
4. Pelaksana Teknik
pelaksanaan teknis.
penyedia barang/jasa.
25
e. Menyusun laporan hasil kegiatan pembinaan pelaksanaan
pekerjaan.
26
g. Menyelenggarakan administrasi kepegawaian.
Komitmen.
6. Direksi
Kerja.
27
2.3.2. Kontraktor
(pemberi pekerjaan).
28
Berikut struktur organisasi Kontraktor:
Manajer Proyek
DPM
Cost Control
Quality Safety
Control Officer
Surveyor
Pelaksana
Spillway
Metode /
Schedule
Administrasi
29
Berikut uraian tugas dari struktur organisasi Kontraktor:
1. Manajer Proyek
diberikanowner
proyek.
sudah berjalan.
pekerjaan.
sesuai rencana.
30
2. Deputy Manajer Proyek
diberikanOwner
proyek.
sudah berjalan
pekerjaan.
31
j. Mengevaluasi terhadap biaya, mutu dan waktu pelaksanaan
3. Manajer Administrasi
diberikan Owner
sesuai rencana.
4. Site Manajer
monitoringnya.
32
c. Aktif dalam rapat yang diadakan oleh Konsultan, Pemberi Tugas
penagihan.
dilaksanakan.
para Subkontraktor.
33
o. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan proyek dalam
ditetapkan.
5. Ahli Bendungan
34
f. Melakukan analisis pemodelan jaringan drainase yang berkaitan
6. Pelaksana
optimal.
35
h. Terlaksananya kegiatan suatu pekerjaan yang menjadi tanggung
petunjuk kerja.
kelancaran pekerjaan.
36
i. Selalu berkoordinasi dengan Direksi dalam hal kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.
dilingkungan proyek.
(quality cost).
8. Quantity Surveyor
37
d. Menjaga sistem / daftar induk dari arsip – arsip dari dokumen –
memerlukan.
Pengawas Mutu.
38
9. Ahli Geodesi
direksi pekerjaan.
39
c. Membuat laporan lengkap hasil pekerjaan (progress proyek)
12. Drafter
jawabnya.
40
13. Juru Ledak
aman.
pengwasan agar proyek yang dibangun hasilnya sesuai dengan apa yang
direncanakan.
rancana.
41
Berikut struktur organisasi konsultan pengawas:
PT. Tataguna Patria PT. Bintang Tirta Pratama PT. Caturbina Guna Persada
Assistant Engineer
Tenaga Ahli
Team Leader / Ketua
Tim Ass. Engineer (Supervisi Kom
DAM Engineer S. DAM -1)
Structural Engineer
Ass. Engineer (Konstruksi
Struktur)
Geologist/Grouting Eng.
Ass. Engineer (Quantity
Tunnel Engineer Surveyor)
Sekertaris
Operator Komputer
Tenaga Ahli
Office Boy
Security
42
Berikut uraian tugas dari struktur organisasi konsultan pengawas:
1. Ketua Tim
3. Struktur Engineer
43
c. Monitoring pengecoran tambahan dan solusi perbaikan (repair)
Bendungan Karalloe
4. Tunnel Engineer
44
5. Ass. Engineer supervisi konstruksi dam
g. Supervisi pengecoran
45
8. Ass. Engineer Supervisi Konstruksi Beton
g. Supervisi pengecoran
46
b. Inspection material beton
tanah biasa
kontraktor
12. Surveyor-1
47
c. Menghitung volume estimasi pengecoran
13. Surveyor-2
48
d. Supervisi pengecoran
d. Supervisi pengecoran
d. Supervisi pengecoran
f. Supervisi pengecoran
49
20. Inspektor - 5 Pelimpah
f. Supervisi pengecoran
f. Supervisi pengecoran
50
BAB III
beserta instalasinya yang berfungsi untuk mengalirkan debit banjir yang masuk ke
kelengkapan utama pada bendung, embung, kantong lahar, dan lain-lain. Dengan
adanya pelimpah, elevasi muka air di hulu didesain tidak akan melampaui batas
bangunan pelimpah harus terbuat dari beton dengan penempatan pada lokasi yang
mempunyai daya dukung kuat, kemiringan yang lebih curam, jarak dengan alur
sungai lebih pendek serta aliran yang searah dengan aliran downstream sungai
51
3.2. Lingkup Pekerjaan
Kaki
Lantai Kerja Lantai &
Bendung Dinding Dinding
Struktur & Backfill Pelindung
(Weir) (Wall (Wall)
Concrete Permukaan
Footing)
Saluran Masuk (Inlet
K -100 K -175 K -225 K -225 K -225
Portion)
Ambang Pelimpah
K-100 K -225
(Weir)
Bendung
K -100 K -225
(Weir Crest)
Saluran Samping
K -100 K -225 K -225
(Side Channel)
Saluran Pengarah
K -100 K -225 K-225
(Guide Channel)
Luncuran
(Chute) K-100 K-225 K-225
Peredam Energi
K-100 K-225 K-225
(Disspater)
Saluran Penghubung
K-100 K-225 K-225
(Connection Channel)
52
3.4. Alat dan Perlengkapan yang Digunakan
Kapasitas : 30 M2/Jam
Jumlah : 1 Unit
berbagai material diantaranya air, pasir, semen, agregat kasar, agregat halus,
53
3.4.2. Semen Silo
Kapasitas : 50 Ton
Jumlah : 2 Unit
54
Kapasitas : 3 M3
Jumlah : 1 Unit
Loader adalah alat berat yang digunakan didunia konstruksi untuk memuat
Kapasitas : 5 M3
Jumlah : 5 Unit
Mobil molen ialah alat berat yang berfungsi mengangkut campuran beton
55
3.4.5. Dump Truck 10 Ton
Kapasitas : 10 M3
Jumlah : 4 Unit
Dump truck ialah alat berat yang berfungsi mengakut berbagai jenis material
56
Kapasitas : 6 M3
Jumlah : 6 Unit
Mempunyai fungsi yang sama dengan dump truck 10 ton namun dengan
3.4.7. Excavator
Jumlah : 1 Unit
57
3.4.8. Concrete Pump Truck
Jumlah : 1 Unit
Concrete pump truck merupakan alat berupa pompa hidrolic yang diletakan
58
3.4.9. Hi-Frequency Vibrator
Kapasitas : 12 Rpm
Jumlah : 4 Unit
Kapasitas : 12 Rpm
59
Jumlah : 2 Unit
Kapasitas : 3”
Jumlah : 3 Unit
Water pump / pompa air ialah mesin yang digunakan untuk memindahkan
air.
60
3.4.12. Compressor
Jumlah : 1 Unit
yang digunakan dalam pembersihan area pekerjaan dari debu maupun sampah
kebersihan area.
3.4.13. Bor
61
Jumlah : 1
Bor ialah alat yang digunakan untuk membuat lubang pada area yang telah
direncanakan.
yaitu:
Mulai
persetujuan
Ya - Buat Request
Pelaksanaan
pengecoran
selesai
62
1. Pembersihan Permukaan Batuan
titik – titik yang sudah ditentukan pada desain gambar, dan dikerjakan secara
bertahap. ukuran angkur yang digunakan besi D22 dengan panjang 1,5 meter,
63
Lokasi Angkur
Lokasi Underdrain
kotoran, dan pengecoran lantai kerja dilakukan pembuatan acuan lantai kerja
secara memanjang dengan ukuran 5-10 cm beberapa jalur dengan jarak sesuai
64
dengan panjang antara jalur satu dengan yang lainnya. Pada pembuatan lantai
kerja tersebut, elevasi harus dimonitor dengan alat ukur dan ketinggian elevasi
Mulai
Pemasangan Tulangan
Pasang Material
Under drain
persetujuan
Pengecoran pada
Under drain
Pelaksanaan
pengecoran
selesai
65
1. Pembersihan Permukaan Batuan
2. Pembesian
besi ulir (D-form) yang dibuat oleh pabrik yang sudah disetujui oleh konsultan
dan direksi, Gambar – gambar detail penulangan akan dibuat lengkap dengan
detail jarak antar tulangan dan permukaan beton, detail kait, bengkokan, overlap,
dan angker. Gambar – gambar tersebut harus disetujui oleh direksi sebelum
harus diperiksa oleh direksi untuk memenuhi persyaratan untuk ukuran, bentuk,
Baja tulangan harus dilindungi oleh ketebalan selimut beton seperti yang
ditunjukan pada gambar. Dimana jika tidak ditampilkan, penutup beton minimum
menggunakan bekisting.
66
b. Tidak kurang dari 5 cm untuk baja tulangan lebih besar dari 16 mm dan jarak
c. Tidak kurang dari 2 cm untuk lantai dan dinding yang tidak terkena tanah
atau cuaca.
d. Tidak kurang dari 7 cm dalam struktur yang terkena aliran air kecepatan
tinggi, atau
e. Tidak kurang dari 3 cm untuk balok, balok penopang dan kolom yang tidak
Pemasangan pembesian pada struktur posisinya harus benar dan kuat sesuai
dengan gambar yang sudah disetujui dan disepakati oleh konsultan untuk
pengecoran dilaksanakan. Penempatan dan jarak antar besi tulangan harus terjaga
seperti yang ditegaskan dalam gambar kontruksi, kecuali ada intruksi dari
67
3. Waterstop, Join Filler dan Weep Hole
Waterstop, Join Filler dan Weep Hole posisi pemasangannya harus benar
sesuai dengan gambar yang sudah disetujui dan pemasangannya harus kuat untuk
pembetonan dilaksanakan.
4. Pemasangan Bekisting
berhubungan dengan beton harus bersih, kaku, dan kokoh untuk mencegah
dipersyaratakan lain:
Bekisting F1 dibuat dari baja dan lapisan selubung kayu, bebas dari
b. Bekisting F2:
Bekisting F2 dibuat dari kayu biasa, papan serat, kayu lapis, atau selubung
68
c. Bekisting F3 :
Bekisting F3 ditentukan, dibuat dari kayu kelas I (satu), Papan serat tahan
tekan, kayu lapis, atau selubung baja plat tidak kurang dari 1.5 mm tebal, dengan
permukaan halus. Digunakan pada pekerjaan yang berbentuk lingkaran, oval atau
sebagainya.
d. Bekisting F4:
plywood,atau baja selubung dengan tebal plat tidak kurang dari 2mm, dengan
permukaan yang sangat halus dan seragam. Digunakan pada bentuk yang
terowongan.
Pemasangan dan posisi bekisting harus dipasang pada posisi yang benar dan
lurus agar diperoleh hasil pengecoran yang benar sesuai yang diperlihatkan dalam
gambar yang sudah disetujui oleh direksi dan pemasangannya harus kuat dengan
mengunakan angkur penarik, form tie sebagai pengunci, pipa sebagai rangka dan
saat pengecoran dilaksanakan. Panel-panel bekisting terbuat dari rangka kayu dan
lembaran plywood.
69
Gambar 3.21 Pemasangan Bekisting Dinding Spillway
diperlukan diberi kayu penyangga sebagai alat bantu. Permukaan semua bekisting
yang berhubungan dengan beton harus bersih, kaku, dan kokoh untuk mencegah
inchi dipasang diarea bawah lantai dan dinding spillway dengan panjang sesuai
gambar desain dan dilapisi geotextil disekitar pipa PVC agar nantinya tidak
menggunakan material gravel/ kerikil ukuran Ø5-40, dan dipasang plastik bening
70
diatas pipa PVC tersebut kemudian ditutup dengan plaster campuran semen +
pasir 1:3 tebal 5 cm, underdrain sendiri nantinya berfungsi untuk mengalirkan air
yang masuk dari bawah lantai spillway agar bisa masuk melalui pipa underdrain
tersebut, agar beton pada spillway tidak rusak karena pengaruh air yang dari
Cara dan alat yang dipakai untuk mengangkut dan mengecor beton dan
8. Pelaksanaan Pengecoran
Suhu waktu pengecoran tidak boleh melebihi 30˚ C. Oleh karena itu
yang berlebihan. Jika memang harus dilakukan pada suhu yang terik harus dipakai
71
cara yang efektif untuk pendinginan agregat, mendinginkan air pencampur,
sehingga tidak menyebabkan benturan keras yang dapat mengenai besi tulangan
dan bekisting yang sudah dirakit, tinggi jatuh beton tidak melebihi 1,5 meter.
Peralatan
SDM laboratorium
ke lokasi pengecoran.
dengan hati-hati agar tidak merubah formasi besi yang sudah terpasang sesuai
dengan desain dan tidak merusak bekisting akibat desakan material beton
ketika dipompa.
placing untuk cycle time (doken) dan quality control (penambahan bahan
72
f. Material pengecoran dikonsolidasikan dengan mengunakan vibrator setelah
g. Hal - hal yang harus selalu diperhatikan ketika material beton dituang dan
ruang yang tidak terisi material beton, sehingga area di sekitar waterstop
9. Pemadatan (konsolidasi)
dan tertutup dengan rapi semua permukaan bekisting dan material yang
berdekatan.
73
Secara garis besar, beton harus dikonsolidasi dengan tenaga listrik atau
campuran dapat di buka minimal 4 jam setelah beton dicor. Namun untuk
berumur 12 jam.
74
Gambar 3.25 Pelepasan Bekisting
Mulai
Selesai
Beton harus dilindungi dari benda – benda yang bisa merusak atau
pembebanan mendadak atau karena vibrasi. Sampai beton betul – betul keras
75
Semua beton harus dibasahi dengan cara “pembasahan langsung dengan air”
atau “ pembasahan dengan diberi karung spoil basah” sesuai dengan persyaratan
spesifikasi.
1. Curing Compound
konsultan
2. Pengelolaan Air
a. Air yang diperoleh dari Sungai Karalloe, sumur bor atau mata air di sekitar
b. Digunakan mesin pompa dan selang air untuk mengalirkan mata air tersebut
ke area lokasi pekerjaan atau dengan mengunakan mobil tanki air (water tank
a. Air yang diperoleh dari Sungai Karalloe, sumur bor atau mata air disekitar
permukaan beton.
76
b. Karung goni yang sudah kosong digelar diatas permukaan beton dengan area
c. Pekerja petugas curing sering meyiramkan air pada karung goni yang sudah
4. Pelindung (Protection)
a. Beton yang belum cukup umur atau belum mengeras harus diproteksi dari
hujan keras, aliran-aliran air, cahaya sinar matahari langsung maupun angin.
b. Beton yang belum cukup umur atau belum mengeras harus ditutup dengan
77
Gambar 3.28 Penggunaan Geotextil untuk Proses Curing
Control (QC) dalam satu divisi. Meskipun sama tentang kualitas tetapi QA dan
QC adalah dua pekerjaan dalam bidang yang berbeda, dimana QA itu prosedur
mutu akan dipenuhi. Atau dengan kata lain, QA membuat sistem mutu sedangkan
persyaratan.
mutu pekerjaan yang baik akan menghasilkan kualitas pekerjaan yang baik pula.
78
Hal yang dilakukan dalam pelaksanaan quality control proyek antara lain:
a. Setelah beton agak mengering, pasang adukan pada sekeliling beton lantai
c. Aliri/ genangi permukaan beton lantai dengan air kerja menggunakan pompa
teratur
f. Jika terjadi hujan maka tidak perlu diadakan pekerjaan penyiraman beton
lantai.
79
2. Slump Test
a. Basahi cetakan dan letakkan di atas permukaan datar, lembab, tidak menyerap
air dan kaku. Cetakan harus ditahan secara kokoh di tempat selama pengisian,
oleh operator yang berdiri di atas bagian injakan. Dari contoh beton yang
diperoleh segera isi cetakan dalam tiga lapis, setiap lapis sekitar sepertiga dari
volume cetakan.
lapisan bawah akan ini akan membutuhkan penusukan secara miring dan
membuat sekitar setengah dari jumlah tusukan dekat ke batas pinggir cetakan,
dan kemudian lanjutkan penusukan vertikal secara spiral pada sekitar pusat
80
c. Dalam pengisian dan pemadatan lapisan atas, lebihkan adukan beton di atas
turun dibawah ujung atas cetakan, tambahkan adukan beton untuk tetap
menjaga adanya kelebihan beton pada bagian atas dari cetakan. Setelah
lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan beton pada bagian atas
segera cetakan dari beton dengan cara mengangkat ke arah vertikal secara
dari awal pengisian hingga pelepasan cetakan tanpa gangguan, dalam waktu
Melepas Cetakan
dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian atas cetakan dan bagian
pusat permukaan atas beton. Bila terjadi keruntuhan atau keruntuhan geser
beton pada satu sisi atau sebagian massa beton (Catatan 4), abaikan pengujian
tersebut dan buat pengujian baru dengan porsi lain dari contoh
81
Gambar 3.32 Mengukur Beda Tinggi Hasil Pengujian dan Cetakan
pengecoran dilapangan.
b. Setelah itu ambil sampel di lapangan, rendam untuk umur 3 hari, 7 hari, 28
82
d. Timbang sampel.
merupakan suatu kegiatan yang memiliki tugas dan tangung jawab pokok terkait
dengan jaminan kualitas. Yaitu memastikan produk atau jasa memenuhi standar
antara lain:
1. Audit
jadwal dan dilakukan oleh personel yang kompeten. Audit mutu yang sistematik
2. Catatan Mutu
kontrak.
3. Pengendalian Penyimpangan
Tindakan segera diambil untuk mengidentifikasi hal – hal / jasa yang tidak
sesuai dengan persyaratan tertentu. Hal – hal / jasa yang tidak sesuai dilaporkan
83
oleh QAM kepada manajer proyek dan tindakan perbaikan termasuk didalam
laporan tersebut.
mengisi form tindakan perbaikan. Form permintaan tindakan perbaikan diisi dan
Pihak – pihak yang terkait, tim proyek dan sub kontraktor harus mengetahui
kontrol yang efektif dan terkoordinasi. Semua surat menyurat, laporan, rapat harus
7. Kontrol Sub-Kontraktor
84
a. Pengalaman sebelumnya yang berhubungan, terutama proyek yang pernah
ditangani.
b. Sistem mutu yang memadai dan disetujui terhadap bagian yang berhubungan
3.7.1. Supervisi
berupa badan usaha atau perorangan. perlu sumber daya manusia yang ahli
listrik dan lain-lain sehingga sebuah bangunan dapat dibangun dengan baik dalam
kerja.
proyek.
pemilik proyek.
85
5. Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan
dibuat sebelumnya.
proyek.
Instruction)
besar seperti gedung bertingkat tinggi, bagian ini bisa merangkap dalam hal
86
proyek saja. dalam kondisi nyata dilapangan diperlukan kerjasama yang baik
antara konsultan pengawas dengan kontraktor agar bisa saling melengkapi dalam
kontraktor dibatasi oleh waktu dalam melaksanakan pekerjaan jadi akan sangat
terpengaruh dari proses aproval material atau shop drawing dari konsultan
pengawas
3.7.2. Spesifikasi
disusun secara lengkap dan jelas mengenai suatu barang, metode atau hasil akhir
pekerjaan yang dapat dibeli, dibangun atau dikembangkan oleh pihak lain
sehingga dapat memenuhi keinginan semua pihak yang terkait. Spesifikasi adalah
(owner).
dipergunakan.
87
2. Sebagai pedoman bagi pelaksana / kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan.
oleh kontraktor.
K3 atau kesehatan dan keselamatan kerja adalah bidang yang terkait dengan
maupun proyek.
pihak terkait :
a. Kepolisian setempat;
d. Pemilik pekerjaan
88
c. Menara pengawasan yang dilengkapi dengan Tanda emergency / keadaan
darurat
Masker (minimal sama dengan APAR nya dan diletakkan pada kotak
APAR).
Perlengkapan P3K (kotak obat, tandu, tabung oksigen, bidai, alat bantu
pernapasan, dll).
2 titik hydrant).
2. Tujuan/Sasaran K3
a. Menjamin agar pada pelaksanaan proyek tidak terjadi kecelakaan & penyakit
akibat kerja.
89
3. Program K3
a. Accident
Target untuk kecelakaan yang ingin dicapai adalah tidak ada fatality dalam
b. Safety induction
sub kontraktor serta mandor yang terlibat dalam proyek ini untuk partisipasi dan
lapangan kepada pekerja mengenai daerah bahaya, penanggulangan dan hal lainya
yang berkaitan yang akan diadakan setiap kamis pagi sebelum bekerja.
terhadap keselamatan kerja dari semua top management setiap 1 kali sebulan tiap
hari kamis.
90
e. Safety inspection
f. Safety patrol
g. Fogging
ditimbulkan oleh serangga dan sejenisnya sebagai salah satu kepedulian terhadap
kesehatan pekerja.
seluruh sub kontraktor di lapangan untuk menciptakan lapangan kerja yang selalu
4. Safety Training
a. Safety awarenees
b. Fire handling
upaya pencegahannya.
91
c. First aid
untuk kecelakaan kecelakaan kecil yang sifatnya umum dan tidak berat yang dapat
a. Kebersihan
b. Kesehatan
Jamsostek
92
6. Contoh Penggunaan APD
Helm Proyek
Kacamata Pelindung
Masker
Ear Plug
Tali Dagu
Sarung Tangan
Safety Belt
Safety Shoes
1. Sistem Manajemen
dilakukan.
93
c. Untuk tingkat dampak lingkungan yang tinggi atau signifikan dibuat
lingkungan atau disebut UKL dengan konsisten sesuai rencana dan standar
serta peraturan yang berlaku baik secara teknis maupun non teknis.
dampak / pencemaran lingkungan (udara, tanah dan air) seperti uji emisi,
pengukuran air limbah dan kebisingan, dan lain – lain sesuai UPL dan kondisi
yang terjadi.
dan apa yang telah menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan dan
pemantauan dan pengukuran kembali sampai pada tingkat yang memedai dan
94
Antara lain dengan :
Menghemat penggunaan sumber daya alam (air, kayu, energi listrik dan
BBM)
o Penggunaan air roof tank agar hemat dalam penggunaan air bersih.
direksi keet.
95
o Pada pekerjaan bekisting diusahakan menggunakan steel formwork
pengangkatan barang-barang.
96
BAB IV
4.1. Umum
Hal ini dikarenakan waktu pengerjaan lebih rendah komulatifnya dari yang tertera
besarnya perbedaan deviasi ini adalah karena adanya konflik pembebasan lahan
Menurut kontrak awal pekerjaan dimulai pada Bulan Desember 2013 dan
pekerjaan sudah dinyatakan tepat setelah pekerjaan dimulai pada bagian realisasi
dirubah sama sekali hingga adanya adendum baru pada april 2017(adendum IV).
volume pekerjaan yang sedang berlangsung pada saat itu, selanjutnya setelah
jadwal ditinjau lagi diadakan adendum baru yaitu adendum VIII yang membahas
Dalam pekerjaan pada awal proyek hingga pada bulan april 2017 progres
baru mencapai 15,45% dari total yang harus dikerjakan 93,55%. Ini arti deviasi
pada pelaksanaan bernilai -78,10%, menurut kami deviasi yang terjadi sangat
97
besar dan perlu dilakukan penanganan untuk menanggapi deviasi yang nilainya
sangat besar tersebut. Menurut keterangan pelaksana proyek hal ini terjadi karena
adanya masalah proses pembebasan lahan. Pada awal pekerjaan ada beberapa
warga yang menolak diadakannya proyek ini, karena lahan merekalah yang
wilyah pemukiman yang akan tergenang waduk jika bendungan telah mulai
bagian hilir bendung atau pada bagian yang tidak akan terpengaruh oleh
tampungan air.
98
Perkiraan Daerah
Pemukiman yang
Akan Tergenang
Lokasi Bendungan
Utama
Daerah Relokasi
tenggelam
Setelah relokasi selesai tetap saja masih ada konflik yang memnyebabkan
penyedia jasa, uang ganti rugi untuk lahan sudah dapat diperoleh dipengadilan.
Namun penyedia jasa berpendapat bahwa dari pihak para pemilik lahan tidak ada
99
telah selesai masih ada saja warga yang masih menuntut tentang uang pembebasan
lahan.
sehingga kuantitas pekerjaan menjadi rendah dan deviasi yang terjadi sangat
besar. Karena alasan besarnya deviasi dapat diterima, maka penyedia jasa dan
dalam schedule muncul pula adendum VIII yang memaparkan tentang rencana
jadwal kedepannya. Menurut jadwal, realisasi proses pekerjaan dari bulan april
2017 sampai dengan juni 2018 berjalan lancar. Dengan rencana 46,03 dan realisasi
53,92 yang menandakan deviasi sebesar +7,89. Hal ini menandakan bahwa
dan inlet bangunan pengelak masih belum selesai. Untuk mengatasi masalah ini
penyedia jasa semaksimal mungkin menambah jam kerja pada pekerjaan tersebut.
1. Membuat shift kerja untuk pekerjaan antara lain dari jam 07.30 – 17.00 untuk
berkurang.
100
Dari usaha untuk mengejar keterlambatan tersebut, pekerjaan pengelakan
101
4.2. Dampak Keterlambatan Pekerjaan Struktur Inlet dan Outlet Terhadap
Bangunan Pelimpah
Untuk pekerjaan galian pekerjaan tidak berdampak sama sekali, karena
Namun dilokasi pekerjaan pada bulan agustus hanya 1 tim yang bekeja untuk
2. Tim yang bekerja dichute hanya mengerjakan 1 segmen dinding dengan jarak
102
Gambar 4.3 Kondisi Pekerjaan di Chute
103
4.3. Kondisi pada pekerjaan galian bangunan pelimpah / Spillway
Pada pekerjaan galian, terdapat satu titik yang menjadi fokus
pengamatan kami. Titik tersebut berada di area puncak Spillway. Selama proses
pekerjaannya, terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh penyedia jasa terkait
1. Banyaknya alat yang mengalami kerusakan berat. Ini terjadi pada alat – alat
puncak Spillway.
3. Kondisi tanah di area tersebut terdiri dari tanah batuan yang keras.
pekerjaan galian pada area puncak. Dikarenakan pekerjaan galian pada puncak
Spillway ditargetkan selesai pada Bulan November 2018. Berbagai tindakan pun
dilakukan untuk membuat pekerjaan galian dapat selesai sesuai target. Berikut
yang ditugaskan untuk memperbaiki alat – alat yang rusak. Alhasil, ada beberapa
104
wilayah subkontraktor. Sehingga pihak kontraktor memberikan target yang
apabila subkontraktor tidak dapat memenuhi target tersebut maka kontraktor akan
keras. Daerah di kawasan proyek Bendungan Karalloe memang terdiri dari batuan
yang sangat keras. Menggunakan alat excavator saja tidak cukup untuk melakukan
menanggulangi masalah ini, yaitu dengan metode mekanis dan metode blasting
(peledakan).
Metode mekanis merupakan sebuah metode dalam sebuah konstruksi yang
segala aktivitas seluruhnya dilakukan oleh alat berat. Pada pekerjaan galian, alat –
alat yang digunakan terdiri dari breaker, excavator, bulldozer, dan dumptruck.
Adapun untuk urutan sederhananya dalam pekerjaan ini yaitu alat breacker
diambil oleh excavator untuk dituangkan keatas dumptruck. Sedangkan untuk alat
bulldozer sendiri hanya digunakan untuk menggusur hasil galian ke area yang
105
Mulai
Dumptruck membawa
material ke disposal area
Dumptruck kembali
ke area galian
selesai
Gambar 4.4. Flow chart pekerjaan galian metode mekanis
Metode blasting (peledakan) merupakan metode dalam sebuah konstruksi
yang dimana pekerjaan galiannya dilakukan dengan cara diledakkan. Pekerjaan ini
dilakukan apabila kondisi tanah yang didapatkan terdiri dari tanah batuan yang
sangat keras. Adapun alat yang digunakan pada metode ini yaitu CRD (Core Rock
maksimum 6 meter. Hasil dari pengeboran CRD ini yang kemudian akan
106
Mulai
Penanaman dynamite
Mengulangi tahapan hingga selesai
Peledakan / Blasting
Dumptruck kembali
ke area galian
selesai
Gambar 4.5. Flowchart pekerjaan galian metode blasting
Dari kedua metode di atas kami telah melakukan analisa untuk
memperkirakan apakah pekerjaan galian puncak spillway ini dapat selesai sesuai
target yang direncanakan. Pekerjaan ini ditargetkan selesai pada Bulan November
2018.
Adapun analisa yang kami lakukan dengan melakukan perhitungan
terhadap produktivitas harian alat – alat berat seperti breacker, CRD, excavator,
Tabel 4.1. Hasil pengamatan alat berat yang bekerja di Puncak Spillway
No Alat Produktivitas
1. Excavator 50 m3/jam
2. Dump Truck 60 m3/jam
3. Breacker 50 m3/jam 107
Pada tabel di atas dapat kita lihat bahwa produktivitas excavator 50
m3/jam. Adapun jumlah jam kerja pada proyek ini yaitu 11 jam (8 jam normal + 3
jam lembur). Sehingga bila dikalikan antara produktivitas alat per jam dengan jam
3
Produktivitas excavator=50 ×11 Produktivitas excavator=550 m
seluruh alat yang beroperasi per hari pada tabel berikut ini.
sisa hari yang sebelum waktu yang ditargetkan. Adapun jarak antara waktu kami
melakukan analisa dengan waktu yang ditargetkan yaitu 60 hari dengan sisa
volume galian sebesar 100.000 m3. Berikut tabel hasil perhitungan untuk 60 hari
yang tersisa.
Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Produktivitas Keseluruhan
Produktivitas
No Alat Sisa hari Hasil
harian
1 Excavator 2.200 m3 60 132.000 m3
2 Dump Truck 5.280 m3 316.800 m3
108
3 Breacker 1.650 m3 99.000 m3
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya alat breacker yang tidak dapat
mencapai target volume 100.000 m3. Dalam pekerjaan galian tanah keras ini
produktivitas alat breacker sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai.
Sehingga jika dilihat dari hasil perhitungan aktual untuk 60 hari normal maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pekerjaan galian ini tidak dapat memenuhi target
yang ditetapkan.
Selanjutnya, hasil perhitungan breacker di atas akan dibandingkan dengan
produktivitas dari metode blasting dengan menggunakan alat CRD. Berikut tabel
dengan kedalaman 4 m/jam. Jika dikalikan dengan jumlah alat yang digunakan
maka akan diperoleh kedalaman 8 meter. Adapun target untuk alat CRD ini yaitu
dengan kedalaman minimal 2 meter dan jumlah titik pengeboran minimal 100
titik. Sehingga jika dilihat dari produktivitas aktualnya alat ini dapat
menghasilkan 4 titik dengan kedalaman 2 meter per jam nya. Berikut tabel
109
Pada tabel di atas diperoleh data untuk mendapatkan 100 titik diperlukan
waktu selama 2,2 hari kerja. Kemudian setelah pengeboran selesai selanjutnya
dilakukan penanaman bahan peledak di 100 titik tadi dengan waktu ± 6 jam.
Adapun hasil ledakan yang diperoleh untuk 100 titik adalah 300 m3. Jadi efektif
kerja untuk metode blasting ini yaitu 3 hari dengan produktivitas 300 m3.
Jika dalam 3 hari metode blasting menghasilkan 300 m3, maka jika
dihitung selama 60 hari yang tersisa dapat diperoleh produktivitas sebagai berikut.
Jumlah peledakan=sisahari / efektif kerja blasting Jumlah peledakan=60/3
Hal ini menunjukkan bahwa metode ini juga tidak dapat mencapai target.
Melihat kondisi tersebut, maka ada beberapa hal yang mungkin sebaiknya
dilakukan oleh pihak kontraktor dalam menangani masalah ini, antara lain:
minimal 2 buah.
galian.
110
4.4. Tanggapan Terhadap Time Schedule
lampiran), maka ada beberapa poin yang dapat kami simpulkan, antara lain:
1. Menurut kontrak awal pekerjaan dimulai pada Bulan Desember 2013 dan
2. Dalam pekerjaan pada awal proyek hingga pada bulan april 2017 progres baru
mencapai 15,45% dari total yang harus dikerjakan 93,55%. Ini arti deviasi
hal ini terjadi karena adanya masalah proses pembebasan lahan. Pada awal
pekerjaan ada beberapa warga yang menolak diadakannya proyek ini, karena
111
lahan merekalah yang digunakan untuk proyek pembangunan. Bahkan
sehingga kuantitas pekerjaan menjadi rendah dan deviasi yang terjadi sangat
besar. Karena alasan besarnya deviasi dapat diterima, maka penyedia jasa dan
kedepannya. Menurut jadwal, realisasi proses pekerjaan dari bulan april 2017
sampai dengan juni 2018 berjalan lancar. Dengan rencana 46,03 dan realisasi
53,92 yang menandakan deviasi sebesar +7,89. Hal ini menandakan bahwa
5. Menurut jadwal pengelakan harus dilakukan pada bulan agustus. Namun pada
7. Selain itu juga penyedia jasa dalam hal ini kontraktor juga menggunakan
112
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
diamati, item pekerjaan yang dibahas dalam laporan praktek kerja lapangan ini
113
1. Proyek ini dilaksanakan berdasarkan sistem jaringan kepercayaan antara
pengguna jasa / pemilik proyek (owner) dan pihak penyedia jasa (konsultan
dan kontraktor).
4. Komunikasi yang baik antara pihak – pihak yang terlibat dalam proyek sangat
5. Pemilihan alat berat yang sesuai dengan kondisi lapangan dan memiliki
produktivitas yang baik sangat diperlukan dalam sebuah proyek besar seperti
6. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang sangat penting
dalam sebuah proyek. Dengan adanya K3 ini akan memberikan rasa aman dan
nyaman para pekerja dalam bekerja dan mengurangi segala kecelakaan kerja
7. Beberapa teori yang diterapkan pada proyek ini khususnya yang berkaitan
5.2. Saran
114
Dari pengetahuaan yang kami dapatkan selama melaksanakan kegiatan
Kabupaten Gowa. Beberapa hal yang kami dapat sarankan antara lain :
3. Upaya pemeliharaan alat – alat yang akan digunakan sangat perlu guna
4. Perlunya kesadaran dan peran aktif oleh pihak – pihak yang terlibat pada
proyek dalam hal pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja guna
5. Perlunya menjaga komunikasi yang baik antara pihak – pihak yang terlibat
dalam proyek.
agar dapat memberikan kesempatan lebih lama kepada mahasiswa untuk lebih
115
116