BAB I
PENDAHULUAN
5. Penyedia Jasa
Nama : PT. Eka Dwi Satya
Alamat : Jl. Taman Graha Asri Selatan Blok J4 No.9 -
Sayabulu Kota Serang Provinsi Banten
BAB II
RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
Salah satu kebutuhan yang paling fundamental dalam kegiatan pengembangan dan
pengelolaan sumber daya air adalah ketersediaan air. Air sangat penting bagi kehidupan dan
merupakan faktor utama yang sangat dibutuhkan. Dalam rangka untuk menjaga
ketersediaan air dan mengurangi dampak banjir, pemerintah daerah berupaya melaksanakan
pembangunan embung. Terkait dengan permasalahan yang timbul, diperlukan serangkaian
upaya untuk melindungi, mengendalikan, mengembangkan, dan memanfaatkan potensi
Sumber Daya Air yang ada, khususnya di Kota Cilegon. Selain upaya konservasi untuk
memperbaiki kondisi disepanjang daerah tersebut, pembangunan embung merupakan salah
satu solusi alternatif untuk menahan aliran permukaan pada musim hujan dan dapat
menambah ketersediaan air pada musim kemarau.
2.3.2 Jarak Lokasi Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Dengan Fasilitas Umum
Secara eksisting lokasi Rencana Kegiatan Pembangunan Embung Ciputri memiliki jarak
dengan fasilitas umum yaitu :
1. Exit Tol Cilegon Timur : 8,45 Km
Secara waktu lokasi diatas dapat ditempuh dengan waktu 10 - 40 menit dengan
menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Dengan jarak tersebut Kegiatan
Pembangunan Embung Ciputri tidak Mengganggu Kegiatan Pertahanan Negara maupun
kegiatan vital lainnya di Kota Cilegon, Provinsi Banten.
8. Hasil galian tanah sedapat mungkin bisa dimanfaatkan untuk bahan urugan (bila
embung dari urugan), pondasi embung dan tanah rendah
9. Lokasi dekat dengan desa yang memerlukan air sehingga jaringan distribusi tidak
begitu panjang dan tidak banyak kehilangan energi
10. Lokasi dekat jalan atau mudah pencapaiannya
11. Adanya kesediaan masyarakat setempat untuk tidak menuntut ganti rugi tanaman dan
tanah yang terkena pembangunan embung atau adanya jaminan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam hal penyediaan lahan untuk bangunan embung dan jaringan air
bakunya.
Untuk menjamin fungsi dan keamanannya, maka bangunan embung mempunyai beberapa
bagian, yaitu :
1. Tubuh embung, berfungsi menutup lembah atau cekungan (depresi) sehingga air dapat
tertahan di hulunya
2. Kolam embung, selain berfungsi untuk menampung air baik base flow atau air hujan
untuk keperluan pemenuhan kebutuhan air yang akan digunakan oleh rencana
pemakai, juga berfungsi sebagai dead storage dan tampungan banjir.
3. Alat sadap, berfungsi mengeluarkan air kolam untuk beberapa keperluan baik air
minum, air ternak dan kebutuhan air kebun/irigasi (jika memungkinkan).
4. Jaringan transmisi, berupa rangkaian pipa berfungsi membawa air dari kolam ke bak
tandon air harian di atau dekat pemukiman secara gravitasi dan bertekanan, sehingga
pemberian air tidak menerus/kontinyu
5. Pelimpah, berfungsi mengalirkan banjir dari kolam ke lembah untuk mengamankan
tubuh embung atau dinding kolam terhadap peluapan.
Faktor-faktor yang penting adalah dalam pemilihan tipe/jenis embung antara lain adalah
tujuan pembangunan, keadaan klimatologi, hidrologi, geologi dan topografi setempat,
keadaan di daerah genangan, tersedianya bahan bangunan, hubungan dengan bangunan
pelengkap dan pembantu, keperluan untuk operasi waduk, keadaan lingkungan setempat,
biaya proyek dan gempa bumi.
Tubuh embung bertipe urungan (homogen dan majemuk) dapat dibangun pada fondasi
tanah atau batu, sedangkan tipe pasangan batu atau beton hanya dapat dibangun pada
fondasi batu. Disamping itu tipe pasangan batu atau beton karena mahal hanya disarankan
bila lembah sempit (bentuk V) dimana kedua tebingnya curam dan terdiri dari material
batu. Bilamana lembah panjang/lebar dan terdiri dari material batu maka tubuh embung
akan lebih murah bilamana dipilih tipe komposit.
Tubuh embung dapat didesain sebagai urugan homogen, dimana bahan urugan
seluruhnya atau sebagian besar hanya menggunakan satu macam material saja yaitu
lempung atau tanah berlempung, dengan harga permeabilitas (K) antara 10-4 - 10-6.
Tubuh embung yang didesain dengan tipe ini harus memperhatikan kemiringan lereng
dan muka garis preatik atau rembesan. Kemiringan lereng umumnya cukup landai
terutama untuk menghindari terjadinya longsoran di lereng hulu pada kondisi surut
cepat serta menjaga stabilitas lereng hilir urungan pada kondisi rembesan langgeng.
2. Urugan Majemuk
Tubuh embung dapat didesain sebagai urugan majemuk apabila tersedia material
urugan lebih dari satu macam. Urugan terdiri dari urugan kedap air, urugan semi
kedap air (transisi) dan urugan lulus air. Urugan kedap air atau inti kedap air
umumnya dari lempung atau tanah berlempung, dan di tempatkan vertikal didesain
dibagian tengah. Tanah bahan urugan inti harus mengandung lempung minimal 25%
(perbandingan berat). Bagian inti tanah ini dilindungi dengan urugan semi kedap air di
bagian hulu dan hilirnya. Sedangkan bagian paling luar terdiri dari urugan lulus air.
Dengan susunan seperti itu koefisien kelulusan air dan gradasi material berubah secara
bertahap, makin ke luar makin besar. Untuk mencegah terangkutnya butiran halus
material urugan inti ke dalam urugan paling luar yang lulus air oleh aliran rembesan,
maka urugan semi kedap air di hulu dan di hilir inti kedap air harus dapat berfungsi
sebagai filter dan transisi. Apabila tanah bahan inti tidak dapat diperoleh di tempat,
maka inti dapat dibuat dari bahan substitusi, misal beton atau semen tanah. Bila bahan
substitusi dipakai maka inti menjadi relatif tipis, tebal minimal 0,60m, dan disebut
dinding diafragma.
3. Pasangan Batu/Beton
Apabila fondasi tubuh embung terdiri dari satuan batu, maka tubuh embung dapat
dibuat dari pasangan batu atau beton. Pada lembah yang sempit dan curam, berbentuk
V, tubuh embung tipe ini umumnya didesain menjadi satu dengan bangunan pelimpah
yang terbuat dari material yang sama. Agar keamanan terhadap stabilitas dapat
terpenuhi maka tubuh embung didesain berbentuk gravity, sehingga stabilitasnya
dapat diperoleh dari berat strukturnya sendiri. Tubuh embung bagian hilir didesain
dengan kemiringan tidak lebih curam dari IH : IV dan tidak terlalu tinggi, hal ini
karena pertimbangan kestabilan tubuh embung itu sendiri. Bangunan pelimpah yang
menjadi satu dengan tubuh embung dapat berbentuk ogee, bulat atau ambang lebar
dengan peredam energi kolam loncatan USBR atau lainnya.
4. Komposit
Tipe komposit dibangun pada fondasi yang terdiri dari satuan batu, dengan lembah
yang cukup panjang. Bangunan pelimpah dibangun menjadi satu dengan tubuh
embung. Bangunan pelimpah didesain sebagai pelimpah dari pasangan batu atau
beton, sedang tubuh embung dibangun di kiri atau kanan pelimpah yang dapat
didesain sebagai urugan homogen atau urugan majemuk. Yang perlu diperhatikan
disini yaitu hubungan antara pelimpah dengan urugan tubuh embung, karena bagian
kontak ini merupakan tempat yang kritis terhadap rembesan. Dibidang kontak antara
pasangan batu/beton dengan urugan ini perlu diberi tanah lempung yang sangat plastik
dan dipadatkan dalam keadaan basah.
Secara umum pondasi suatu embung harus memenuhi 3 (tiga) persyaratan terpenting
sebagai berikut:
1. Mempunyai daya dukung yang mampu menahan bahan dasar dari tubuh embung
dalam berbagai kondisi.
2. Mempunyai kemampuan penghambat aliran filltrasi yang memadai sesuai dengan
fungsinya sebagai penahan air.
3. Mempunyai ketahanan terhadap gejala-gejala sufosi (piping) dan sembulan (boiling)
yang disebabkan oleh aliran filtrrasi yang melalui lapisan-lapisan pondasi tersebut.
Volume total waduk terdiri dari volume waduk aktif (active storage), volume waduk tidak
aktif (inactive storage) dan volume waduk mati (dead storage). Dalam pemilihan metode
dalam penentuan volume total waduk akan dipertimbangkan data-data dan hasil analisis
yang ada. Penentuaannya didasarkan 3 (tiga) faktor, yaitu berdasar data topografi (Vp),
berdasar debit aliran masuk embung (Vb) dan berdasarkan kebutuhan (Vu).
Dari ketiga besaran tersebut di atas (Vu, Vb dan Vp) dipilih yang terkecil sebagai
volume/kapasitas tampung desain embung (Vd). Bila Vb atau Vp yang menentukan, maka
kemampuan embung melayani berbagai keperluan akan berkurang yaitu tidak sebesar yang
diperlukan (Vu), tetapi hal ini bisa dilakukan dengan cara mengoptimalkan potensi air
(debit andalan) yang ada atau dengan sistem golongan dan rotasi. Dan untuk keperluan air
baku penduduk tetap diprioritaskan, bahkan bila debit yang tersedia atau topografi yang ada
tidak cukup untuk kebutuhan air baku. Berdasarkan formula perhitungan hidrolika dan
perencanaan, data teknis Embung Ciputri dapat dijelaskan sebagai berikut dibawah ini.
Direncanakan :
Embung
Bendungan
Pelimpah
Lebar Pelimpah = 19 m
Jalur Air
Fasilitas Pemantauan
Tipe = Submerged
akan digunakan untuk pembangunan embung Ciputri dengan total luas lahan ±8.600 m2
dan lahan untuk material quary ±700.000 m2 adalah lahan milik perhutani juga milik
warga setempat. Lahan ini akan ditata mulai dari elevasi 157 mdpl sampai ke elevasi 115
mdpl dengan sistim single blok. Lahan ini merupakan lahan dengan sertifikat hak milik
(sebagaimana terlampir). Adapun fungsi dan luasan lahan yang digunakan tersebut tediri
dari bangunan utama embung, bangunan intake, bangunan Instalasi Pengolahan Air Baku,
Bangunan bak penampung (reservoar), Rumah Pompa transmisi, bangunan gudang,
rumah genset dan ruang serba guna. Sedangkan penggunaan lahan penunjang operasional
quarry adalah ±700.000 m2. Secara rinci penggunaan lahan untuk pembangunan Lahan
Perumahan fasilitas penunjang kegiatan tahap operasional sebagai berikut:
a) Bangunan utama/embung
b) Instalasi Pengolahan Air Baku
c) Rumah Pompa transmisi
d) Rumah Genset
e) Gudang
f) Ruang Serba Guna
3) Dari desain bangunan embung Ciputri dan data teknis dimana debit
optimum yang dimanfaatkan yaitu 27,16 liter per detik mampu melayani 4
(empat) kelurahan: Cikerai, Bulakan, Kalitimbang dan Karangasem yang
mana pengelolalaannya dilaksanakan oleh PDAM Kota Cilegon.
4) Kegiatan ini masih tahap awal sehingga perlu ditindaklanjuti dengan
pekerjaan lanjutan yaitu Kajian Lingkungan dan Studi Larap untuk
pembebasan lahan.
5) Dampak-dampak terhadap lingkungan akan dikelola sesuai dengan tahapan
kegiatan yang sedang dilakukan.
6) Warga masyarakat minta pembebasan lahan harga tanah sesuai dengan
harga pasaran.
7) Kegiatan Pembebasan tanah akan selalu berpedoman pada peraturan-
peraturan yang berlaku.
3. Pengurusan Perizinan
Kegiatan pengurusan perizinan ini dimaksudkan untuk memenuhi semua
perizinan yang wajib dimiliki terkait pelaksanakan rencana kegiatan
pembangunan embung Ciputri. Dalam kegiatan pengurusan perizinan ini,
DPUPR Provinsi Banten akan melakukan koordinasi dengan instansi-instansi
terkait.
Dalam kegiatan pengurusan perizinan salah satunya yaitu penyusunan dokumen
UKL-UPL untuk mendapatkan rekomendasi dokumen lingkungan yang
selanjutnya akan digunakan untuk mendapatkan izin lingkungan. Isi dari Izin
lingkungan meliputi ketentuan-ketentuan terkait kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh pemegang izin Pembangunan Embung Ciputri di Kelurahan
Cikerai, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon. Dengan dimilikinya Izin lingkungan
tersebut, selanjutnya dapat melakukan pengurusan perizinan lain terkait
pelaksanaan rencana kegiatan pembangunan embung Ciputri. Adapun jenis
perizinan yang belum dan wajib dimiliki terkait rencana kegiatan Pembangunan
Embung Ciputri akan dilakukan terhadap instansi-instansi terkait di wilayah
kewenangan daerah setempat.
4. Pembebasan Tanah
Kegiatan pembebasan tanah ada yang meliputi daerah genangan, site dan
pelimpah, untuk itu diperlukan adanya penyusunan dokumen pengadaan tanah
melalui koordinasi dan kerjasama antar aparat pemerintahan kelurahan Cikerai
dengan warga yang tanahnya terdampak rencana pembangunan Embung Ciputri.
Kegiatan mobilisasi peralatan akan dilakukan pada awal dan akhir pekerjaan
tahap konstruksi, sedangkan mobilisasi material akan dilaksanakan sepanjang
kegiatan konstruksi tersebut berlangsung. Mobilisasi peralatan maupun
bahan/material akan dilakukan melalui akses jalan yang ada. Dengan demikian,
maka kegiatan tersebut akan sangat tergantung pada kondisi lalu lintas yang ada,
prasarana jalan dan jembatan yang dilalui serta jenis alat angkut yang digunakan.
Dalam kegiatan mobilisasi peralatan dan material pada tahap konstruksi dapat
saja mempergunakan kendaraan transportasi besar dan alat berat, dengan
frekuensi sesuai dengan jenis peralatan yang akan diangkut dan volume material
yang dibutuhkan.
1) Peralatan Konstruksi
Mobilisasi peralatan berupa alat berat (excavator) 2 unit dilakukan dengan
menggunakan trailer, untuk kendaraan pengangkut berupa mobil tanki dan
dump truck dapat dibawa secara langsung ke lokasi tanpa menggunakan
trailer. Semua peralatan didatangkan dari luar ke lokasi Pembangunan
Embung Ciputri.
(a) Peralatan Utama Konstruksi
Peralatan utama yang digunakan dalam tahap konstruksi terdiri dari
alat berat berupa 2 unit excavator, dump truck 12 unit, mobil tangki 1
unit, mobil pick up 2 unit, mixer molen 4 unit, truck mixer ready mix 3
unit dan vibro roller 1 unit. Rincian peralatan dan fungsi peralatan
yang digunakan dalam tahap konstruksi dapat dibaca pada Tabel
berikut.
Tabel 2. 2. Estimasi Rencana Penggunaan Peralatan Utama Tahap Konstruksi
Jumlah Tenaga
No Jenis Alat Kapasitas Fungsi Dampak Yang Ditimbulkan
(Unit) Penggerak
Penggalian
1. Penurunan kualitas udara
(excavatioan) dan
1 Excavator PC 200 2 Mesin Diesel 2. Peningkatan kebisingan
Pemuatan material
3. Timbulan limbah B3
(loading)
1. Penurunan kualitas udara
2. Peningkatan kebisingan
Pengangkutan 3. Timbulan limbah B3
2 Dump Truck 5 m3 12 Mesin Diesel
(Hauling) material 4. Gangguan kelancaran lalu lintas
5. Terjadinya kecelakaan lalu lintas
6. Terjadinya kerusakan jalan
1. Penurunan kualitas udara
Memindahkkan dan
3 Dozer D85ESS 1 Mesin Diesel 2. Peningkatan kebisingan
menyebarkan material
3. Timbulan limbah B3
1. Penurunan kualitas udara
Memadatkan material
4 Vibro Roller 4 ton 1 Mesin Diesel 2. Peningkatan kebisingan
yang ditata
3. Timbulan limbah B3
1. Penurunan kualitas udara
Penyiraman jalan dan 2. Peningkatan kebisingan
5 Mobil Tangki 5.000 liter pembersih roda 1 Mesin Diesel 3. Timbulan limbah B3
kendaraan pengangkut 4. Gangguan kelancaran lalu lintas
5. Terjadinya kecelakaan lalu lintas
1. Penurunan kualitas udara
2. Peningkatan kebisingan
Mobil Pick Pengangkutan bahan
6 2 m3 2 Mesin Diesel 3. Timbulan limbah B3
Up keperluan konstruksi
4. Gangguan kelancaran lalu lintas
5. Terjadinya kecelakaan lalu lintas
Jumlah Tenaga
No Jenis Alat Kapasitas Fungsi Dampak Yang Ditimbulkan
(Unit) Penggerak
1. Penurunan kualitas udara
2. Peningkatan kebisingan
Mencampur bahan 3. Timbulan limbah B3
7 Mixer Molen 0,8 m3 4 Mesin Diesel
material konstruksi 4. Gangguan kelancaran lalu lintas
5. Terjadinya kecelakaan lalu lintas
6. Terjadinya kerusakan jalan
1. Penurunan kualitas udara
2. Peningkatan kebisingan
Truck Mixer Membawa bahan 3. Timbulan limbah B3
8 5-7 m3 3 Mesin Diesel
Ready Mix material konstruksi 4. Gangguan kelancaran lalu lintas
5. Terjadinya kecelakaan lalu lintas
6. Terjadinya kerusakan jalan
Rencana lahan yang akan dilakukan pembersihan lahan dan pematangan lahan di
lokasi kegiatan adalah seluas ± 426 m2 .
1) Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan merupakan pekerjaan yang terdiri dari pembersihan
lahan dari semua pohon, halangan-halangan, semak-semak, sampah, dan
bahan lainnya yang tidak dikehendaki atau mengganggu keberadaannya.
Pepohonan dan semak-semak dibersihkan dengan menggunakan alat
excavator. Selain itu pemotongan pohon juga dapat dilakukan dengan alat
penunjang seperti parang/gergaji. Semua tunggul dan akar sisa pemotongan
harus dicabut dengan excavator dan ditampung pada TPS limbah domestik.
Kemudian setelah itu akan dibuang ke lokasi TPA terdekat yaitu TPA
Bagendung dengan menggunakan dump truck.
Gambar 2. 10. Bagan Alir Ringkasan Kegiatan Pembersihan Lahan dan Pematangan
Lahan
Gambar 2. 12. Ilustrasi Rencana Pekerjaan Kusen dan Pemasangan Pintu Serta
Jendela
e. Pembersihan Akhir dan Kegiatan Pertamanan
BAB III
Dampak lingkungan yang akan terjadi dengan adanya kegiatan pembangunan Embung
Ciputri yang berlokasi di Kelurahan Cikerai Kecamatan Cibeber Kota Cilegon Provinsi
Banten, ditetapkan melalui proses pelingkupan (scoping), dengan mempertimbangkan
kondisi lingkungan sekitar lokasi kegiatan. Proses penetapannya diawali dengan melakukan
identifikasi komponen lingkungan dan rencana kegiatan guna memperoleh dampak
potensial yang muncul, dampak inilah yang akan dikelola dan dipantau perkembangannya.
Secara umum, pelingkupan dampak pada semua kegiatan yang dilakukan, digunakan
metode matriks. Dengan memperhatikan dampak yang ditimbulkan apakah primer,
sekunder atau tersier, maka digunakan dengan metode bagan alir . Dampak yang
ditimbulkan dari kegiatan pembangunan Embung Ciputri yang berlokasi di Kelurahan
Cikerai Kecamatan Cibeber Kota Cilegon Provinsi Banten akan dilakukan pengelolaan
dengan menggunakan salah satu atau beberapa pendekatan pengelolaan seperti : pendekatan
teknologi, pendekatan sosial ekonomi maupun pendekatan institusional. pendekatan yang
dimaksudkan diuraikan sebagai berikut :
1. Pendekatan teknologi
Pendekatan teknologi sebagai salah satu alternatif pengelolaan lingkungan hidup yang
merupakan suatu pendekatan dengan menggunakan cara atau teknologi untuk mengelola
dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Lingkup teknologi yang
dipertimbangkan adalah teknologi yang tersedia baik, mudah didapatkan, tidak memiliki
nilai ekonomi dan operasional yang tinggi tapi memiliki efektifitas pengelolaan yang
maksimal.
2. Pendekatan sosial ekonomi
Pendekatan sosial ekonomi sebagai salah satu alternatif pengelolaan lingkungan hidup yang
merupakan suatu pendekatan dalam memanfaatkan instrumen sosial ekonomi, berupa
interaksi sosial dan ekonomi serta peran pemerintah. Dalam penyusunan rencana
pengelolaan lingkungan hidup, pendekatan sosial ekonomi dengan mempertimbangkan
kondisi sosial ekonomi masyarakat yang akan terkena dampak serta peluang
pengembangannya. Instrumen pengelolaannya akan mempertimbangkan pendekatan
ekonomi, partisipasi, pendidikan, kesehatan, informasi dan penyelesaian konflik.
3. Pendekatan institusional
Pendekatan institusional sebagai salah satu alternatif pengelolaan lingkungan hidup yang
merupakan suatu pendekatan dengan melibatkan institusi kelembagaan dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Pendekatan ini digunakan dengan maksud mempertimbangkan fungsi
pelayanan kelembagaan formal maupun informal. Prinsip penting yang dikembangkan
dalam pendekatan ini adalah keterpaduan dalam pengelolaan lingkungan hidup antara unsur
pemerintah, pemrakarsa, masyarakat dan pihak lain yang terkait.
Pemantauan akan dilakukan secara terus menerus dengan cara mengamati komponen
lingkungan bagi yang terkena dampak. Hasil pemantauan akan dilakukan pelaporan secara
berkala kepada instansi terkait guna memberikan laporan kondisi lingkungan yang terkena
dampak akibat kegiatan yang dilakukan. Kegiatan pemantauan selain dilakukan oleh pihak
pengelola operasi dan pemeliharaan embung Ciputri juga akan dilakukan oleh instansi
terkait seperti Badan Lingkungan Hidup serta beberapa instansi lainnya yang
berkepentingan. Komponen lingkungan yang akan dipantau adalah komponen lingkungan
yang mengalami tekanan akibat kegiatan yang dilakukan.
1. Lingkungan Geofisika-Kimia
A. Meteorologi
Data temperature yang dikaji terdiri dari parameter iklim, curah hujan dan hari hujan,
suhu udara dan kelembaban.
a) Iklim
Kota Cilegon mempunyai iklim tropis dengan suhu rata-rata 22˚C - 33˚C, curah
hujan maksimum terjadi pada bulan Desember - Februari dan minimum pada
bulan Juli-September. Curah hujan bulanan sekitar 17 mm per tahun dan
kelembaban relatif sebesar 82%. Menurut klasifikasi iklim Koppen, pada
awalnya iklim di Kota Cilegon termasuk dalam Iklim Hutan Basah Tropis tetapi
semakin dengan pesatnya perkembangan Kota Cilegon jumlah tutupan Hijau di
Kota ini menjadi sangat berkurang sehingga mengubah jenis tutupan permukaan
di wilayah Kota Cilegon. Sumber : Kota Cilegon Dalam Angka 2018.
b) Temperatur udara
Temperatur udara minimum di Wilayah Kota Cilegon terjadi pada Bulan
September yaitu 24C dan temperature maksimum pada Bulan April sebesar
32,90C. Nilai rata-rata suhu udara terendah terjadi pada Bulan Agustus yaitu
27,10C dan yang tertinggi terjadi pada Bulan Januari yaitu 28,10C. Nilai
temperatur udara di Kota Cilegon dapat dilihat pada dibawah ini.
Sumber : Kota Cilegon dalam Angka Tahun 2022
c) Kelembaban Relatif
Kelembaban relatif rata-rata tertinggi di Kota Cilegon adalah 85% pada bulan
Februari dan Maret.
Sumber : Kota Cilegon dalam Angka Tahun 2022
B. Topografi
Morfologi dataran pada umumnya terdapat di wilayah timur kota dan wilayah pantai
barat. Morfolgi perbukitan landai sedang terdapat di wilayah tengah kota. Sedangkan
morfologi perbukitan terjal terdapat di sebagian wilayah utara dan sebagian kecil di
wilayah selatan kota.
Kecamatan Cibeber memiliki luas wilayah ± 2.149 Ha, secara geografis terletak di
bagian barat berbatasan langsung dengan Kecamatan Cilegon, di bagian selatan
Kabupaten Serang, di bagian Timur Kabupaten Serang dan Kabupaten Serang di
bagian utara. Dengan topografi wilayah yang merupakan dataran rendah dengan
ketinggian kurang dari 20 - 75 mdpl. Kecamatan Pulo Merak memiliki luas wilayah ±
2.149 Ha, secara geografis terletak di bagian barat berbatasan langsung dengan Selat
Sunda, di bagian selatan Kabupaten Serang, di bagianTimur Kabupaten Serang dan di
bagian utara Selat Sunda. Dengan topografi wilayah yang merupakan dataran rendah
dengan ketinggian kurang dari 5 - 25 mdpl.
C. Penggunaan lahan
D. Hidrologi
E. Kegempaan
a) Beban gempa rencana dan kategori bangunan
b) Jenis tanah
c) Wilayah gempa
d) Pengaruh gempa vertical
2. Komponen Biologi
a) Flora
Informasi jenis flora dan fauna di lokasi jalur Saluran Pembawa Air Baku Ciputri
didapat data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait. Berdasarkan hasil survei di
lapangan, penggunaan lahan di sepanjang jalur Saluran Pembawa Air Baku Ciputri
(Cikerai) sepanjang ± 4,14 km terdiri dari ekosistem persawahan, semak belukar dan
pekarangan. Jenis tanaman yang dibudidayakan masyarakat yaitu kelapa (Cocos
nucifera), padi (Oryza sativa) kacang tanah (Arachis hypogaea) dan jagung (Zea
mays). Sedangkan jenis tanaman yang ditanam di pekarangan umumnya merupakan
tanaman buah, seperti mangga (Mangifera indica), srikaya (Annona muricata), jeruk
(Citrus sp.) dan jambu Air (Syzygium aqueum).
b) Fauna
Informasi jenis fauna di dapat dari studi literatur, jenis fauna yang ditemukan di
sekitar rencana lokasi proyek pada umumnya merupakan hewan budidaya, seperti
sapi, kambing, anjing dan ayam. Sedangkan jenis fauna liar umumnya dari jenis
burung, diantaranya Tekukur Biasa (Spilopelia chinensis), Cekakak Sungai
(Todiramphus chloris), Burung Gereja (Passer montanus), Bondol Jawa (Lonchura
leucogastroides) dan Walet Sapi (Collocalia esculenta).
Komponen Kegiatan
Komponen Lingkungan
Penentuan Lokasi
Mobilisasi Tenaga
Pembuatan Jalan
Pekerjaan Galian
Tubuh Embung
Mobilisasi Alat
dan Bangunan
Masuk /Akses
Pengoprasian
pengoprasian
Pemeliharaan
Pembuatan /
Pembebasan
Pembuatan
Base camp
Pelengkap
dan Trase
Berat dan
Material
Embung
Embung
Embung
Tanah
Tanah
Kerja
Kualitas Udara - - - -
Bising - - - -
Fisik-Kimia
Hidrologi
Kualitas Air - -
Aksesibilitas - -
Limbah Padat - -
Biota Darat
Biologi
Biota Perairan - -
Kesempatan Kerja dan +
berusaha
Sosekbud &
Kesmas
Pendapatan + +
Persepsi + + +
Keresahan -
A Mobilisasi Tenaga Mobilisasi Alat Pembuatan Jln Pemb / pengopr Pekerjaan Pembuatan Tubuh Embung
Kerja Berat & Material Masuk Base camp Galian Tanah dan Bangunan Pelengkap
B Kesempata Kerja
dan Berusaha Aksesibilitas Limbah Padat Kualitas Udara Bising
Persepsi Keresahan
D Masyarakat Masyarakat
Keterangan:
A=Kegiatan
B=Dampak Primer
C=Dampak Sekunder
D=Dampak Tersier
Gambar 3.1. Bagan Alir Dampak Kegiatan Pembangunan Embung Lagundi
4. Komponen Kegiatan
A. Tahap Prakonstruksi
1. Penentuan lokasi dan trase embung
a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan
1) Sumber dampak
o Penentuan lokasi dan trase embung
2) Jenis dampak
• Persepsi positif masyarakat
3) Besaran dampak
• Dukungan masyarakat sekitar rencana pembangunan Embung
Ciputri
b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup
1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Mengumpulkan informasi dari masyarakat sekitar rencana
pembangunan embung Ciputri.
2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Areal sekitar wilayah rencana pembangunan embung Ciputri.
3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Hanya dilakukan pada saat survei penentuan lokasi dan trase
embung.
c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup
1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
• Memberikan informasi kepada masyarakat sekitar rencana
pembangunan embung Ciputri.
2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
• Areal sekitar wilayah rencana pembangunan embung Ciputri
3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup
• Selama survei penentuan lokasi dan trase embung dilakukan
d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup
1) Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan
hidup
• Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau Ciujung Cidurian
• Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Banten
• Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Cilegon
• PDAM Kota Cilegon
2) Institusi pengawas
• Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon
• Pemerintah Kelurahan Cikerai dan kecamatan Cibeber.
3) Institusi penerima laporan
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilitas peralatan dan material bangunan
a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan
1) Sumber dampak
• Kualitas udara
Penurunan kualitas udara bersumber dari emisi gas kendaraan dan
alat berat yang dimungkinkan keluar masuk lokasi kegiatan
pembangunan embung Ciputri yang mengakibatkan munculnya
partikel debu.
• Kebisingan
Peningkatan kebisingan dapat bersumber dari suara kendaraan
pengangkut material bahan pembangunan embung lagundi yang
keluar masuk dari dalam lokasi kegiatan
• Aksesibilitas
Gangguan lalu lintas pada saat mobilitas material bahan dan juga
dimungkinkan adanya kecelakaan lalulintas yang bersumber dari
kendaraan yang keluar masuk dari dalam lokasi kegiatan.
• Persepsi
Munculnya dampak terhadap persepsi negatif masyarakat
bersumber dari gangguan lalulintas kendaraan yang keluar masuk
dari lokasi kegiatan.
• Keresahan
Dampak keresahan dapat muncul yang merupakan dampak turunan
dari adanya gangguan lalulintas sekitar lokasi kegiatan
pembagunan embung Lagundi.
• Kesehatan masyarakat
Kesehatan masyarakat, khusunya masyarakat sekitar lokasi
pembagunan embung Lagundi yang disebabkan dan bersumber
bila terjadi penurunan kualitas udara.
2) Jenis dampak
• Kualitas Udara
Jenis dampak yang dapat ditimbulkan bila terjadi peningkatan
konsentrasi SOx, NOx, CO, Pb disekitar pembagunan embung
Lagundi dan partikel debu jalan menuju lokasi kegiatan.
• Kebisingan
Jenis dampak yang ditimbulkan adalah meningkatnya kebisingan
disekitar lokasi akibat aktifitas didalam lokasi kegiatan
pembagunan embung Ciputri.
• Aksesibilitas
Jenis dampak yang muncul adalah terjadinya gangguan lalulintas
di laut dan didarat sekitar lokasi kegiatan.
• Persepsi
Jenis dampak yang muncul adalah adanya persepsi negatif
dilingkungan sosial masyarakat sekitar lokasi kegiatan
pembangunan embung Ciputri.
• Keresahan
Jenis dampaknya adalah ketidak nyamanan masyarakat yang
terkena dampak akibat kegiatan pembangunan embung Ciputri.
o Kesehatan masyarakat
Jenis dampaknya yang muncul adalah terjadinya gangguan
kesehatan seperti iritasi mata dan batuk akibat meningkatnya
partikel debu di sekitar lokasi kegiatan.
3) Besaran dampak
• Kualitas udara
Besaran dampak peningkatan konsentrasi partikel debu bersumber
dari material konstruksi yang terjadi disekitar lokasi kegiatan, dan
material yang terlindas dari mobilitas kendaraan masuk dan keluar
pada lokasi kegiatan yang dapat menimbulkan partikel debu
diudara.
• Kebisingan
Suara kebisingan dapat bersumber dari kendaraan yang melakukan
pengangkutan material bahan pembangunan Embung Ciputri dan
selama kegiatan konstruksi berlangsung.
• Aksesibilitas
Jumlah material yang digunakan selama konstruksi bangunan tidak
terlalu banyak sehingga intensitas pengangkutan tidak berlangsung
tiap hari. Peralatan yang dimobilisasi hanya dilakukan pada saat
pekerjaan akan dilaksanakan dan setelah pekerjaan selesai.
• Persepsi
Terhadap persepsi dan pandangan masyarakat hasil observasi yang
dilakukan dengan memperoleh informasi langsung, dari hasil
observasi terhadap masyarakat yang berprofesi sebagai petani
mendukung pembanguan embung lagundi, demikian juga terhadap
3) Besaran dampak
• Parameter kualitas udara ambient berdasarkan Baku Mutu
Peraturan Daerah Provinsi Banten.
• Jumlah Gangguan Lalulintas
• Jumlah pengaduan gangguan kesehatan oleh masyarakat
b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup.
1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Kendaraan yang digunakan harus menggunakan filter emisi untuk
penetrasi kebisingan pada knalpot
• Melakukan penyiraman dilokasi pembuatan jalan masuk jika
dimungkinkan.
• Menempatkan petugas serta rambu-rambu jalan untuk mengatur
lalulintas di pintu jalan masuk dan keluar.
2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Sekitar area jalan masuk/akses pembangunan embung Ciputri
3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Selama pengerjaan dan pembuatan jalan akses pembangunan
embung Ciputri.
c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup
1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
• Melakukan pemantauan udara ambient berdasarkan Baku Mutu
Peraturan Daerah Provinsi Banten
• Melakukan pemantauan gangguan lalulintas
• Melakukan pemantauan terjadianya pengaduan kesehatan
masyarakat
2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
• Di areal sekitar pembuatan jalan akses ke Embung Ciputri
3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup
• Minimal sekali selama kegiatan pembuatan jalan akses
d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup
1) Pelaksana pengelola dan pemantauan lingkungan hidup
Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau Ciujung Cidurian
DPUPR Kota Cilegon
PDAM kota Cilegon
2) Institusi pengawas
• Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon
• Pemerintah Kelurahan Cikerai dan Kecamatan Cibeber.
3) Institusi penerima laporan.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon.
BAB IV
JUMLAH DAN IZIN-IZIN PPLH YANG DIBUTUHKAN
Adapun Izin PPLH yang dibutuhkan dalam pembangunan Embung lCIPUTRI adalah Izin
Lingkungan dan Rekomendasi Lingkungan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon.