BAB I
PENDAHULUAN
Semua manusia pasti menghasilkan buangan, baik itu berupa cairan, padatan,
maupun gas. Buangan yang berupa cairan biasa disebut dengan air buangan atau air
limbah. Air buangan atau air limbah adalah air bekas pemakaian, baik rumah tangga
ataupun industri. Air limbah tidak dapat dibuang secara langsung ke lingkungan karena
mengandung zat-zat organik, beberapa logam berat, bakteri, virus, zat padat tersuspensi,
dan senyawa-senyawa lain yang bisa mencemari lingkungan. Oleh karena itu, air limbah
perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air.
Pada umumnya, pengolahan air limbah dilakukan di suatu tempat yang disebut
sebagai Bangunan Pengolahan Air Limbah (BPAL). Air limbah yang dialirkan menuju
memerlukan suatu saluran air limbah yang selanjutnya dikumpulkan dalam IPAL komunal,
begitu pula dengan limbah buangan (tinja) yang selanjutnya mengalami pengolahan dalam
instalasi pengelolaan lumpur tinja (IPLT). Dengan kata lain, sistem perencanaan
penyaluran air limbah bertujuan untuk mengalirkan air limbah dari suatu pemukiman atau
kawasan industri ke suatu tempat (BPAL) sehingga tidak akan menimbulkan bahaya atau
kerusakan bagi manusia dan lingkungan. Selain itu, dibutuhkan perencanaan bangunan
pengolahan air limbah setempat yang memenuhi syarat agar didapat effluen (hasil akhir)
yang memenuhi baku mutu. Pengolahan air limbah setempat (desentralisasi) biasa
digunakan di kota-kota yang ada di Indonesia (Parkinson dan Tayler, 2013).
Kecamatan Sukolilo, kota Surabaya merupakan salah satu contoh kecamatan yang
memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Kepadatan penduduk ini nantinya dapat
menimbulkan suatu permasalahan dalam sistem pengolahan air limbah jika bangunan
pengolahan yang digunakan tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Karena itu,
dibutuhkan suatu perencanaan bangunan pengolahan air limbah setempat agar tidak
menimbulkan permasalahan lingkungan di masa mendatang.
Ruang lingkup dari perencanaan bangunan pengolahan air limbah kecamatan Sukolilo ini
adalah:
1. Bagian pertama perencanaan IPAL Komunal
a. Perencanaan SPAL
b. Perencanaan unit IPAL
2. Bagian kedua perencanaan IPLT
a. Pembuatan alternatif rangkaian unit-unit di IPLT
b. DED alternatif yang diipilih
3. DED IPAL Komunal dan IPLT
4. Lampiran berupa:
- Gambar denah
- Gambar potongan (2)
- Gambar detail
- Kelengkapan lain
BAB II
GAMBARAN UMUM
Kecamatan seluas 23,69 km2 ini dibagi dalam beberapa kelurahan sebagai berikut:
- Kelurahan/Desa Keputih (Kodepos : 60111)
- Kelurahan/Desa Gebang Putih (Kodepos : 60117)
- Kelurahan/Desa Klampis Ngasem (Kodepos : 60117)
- Kelurahan/Desa Menur Pumpungan (Kodepos : 60118)
- Kelurahan/Desa Nginden Jangkungan (Kodepos : 60118)
- Kelurahan/Desa Medokan Semampir (Kodepos : 60119)
- Kelurahan/Desa Semolowaru (Kodepos : 60119)
Jumlah Penduduk:
Laki-laki 51112
Perempuan 49036
Jumlah Kelahiran
Laki-Laki 495 jiwa
Perempuan 465 jiwa
Jumlah Kematian
Laki-Laki 124 jiwa
Perempuan 90 jiwa
Sumber: Kantor Kecamatan Sukolilo
BAB III
DASAR PERENCANAAN AWAL
Sumber : www.google.earth.com
Limbah Konsentrasi
standar ini pada hakikatnya saling melengkapi dengan pertimbangan yang logis. Sebagai
contoh untuk parameter BOD, lebih dipilih baku mutu berdasarkan Keputusan Gubernur
Jawa Timur No. 45 Tahun 2002 dengan nilai sebesar 50 mg/l (untuk kelas II) daripada nilai
sebesar 3 mg/l (untuk kelas II) berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001. Hal tersebut
dikarenakan secara alamiah dalam badan air (dalam hal ini air sungai) telah terdapat bahan
organik, baik yang berasal dari sumbernya maupun dari lingkungan di sekitar sungai yang
larut dalam air. Jadi tanpa ada pencemaran pun, hampir tidak mungkin BOD air sungai
mencapai di bawah 3 mg/l.
Baku mutu yang digunakan adalah kelas II yang peruntukannya untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan air untuk
mengairi pertanaman. Berikut adalah tabel 4.2 yang menyajikan baku mutu air limbah:
Tabel 3. 1 Baku Mutu Air Limbah
BAB IV
SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH
Untuk menentukan total kebutuhan air limbah, biasanya dihitung terlebih dahulu
kebutuhan air bersih dari daerah perencanaan tersebut. Beberapa ketetapan dalam
perhitungan kebutuhan air bersih adalah sebagai berikut:
Debit air buangan biasanya bervariasi antara 50 sampai 100% dari kebutuhan air
bersih total (Reynold dan Richards, 1996). Besarnya air limbah diasumsikan
sebesar 80% dari debit air limbah. Hal ini dikarenakan sekitar 20% dari air bersih
tersebut digunakan untuk kegiatan operasional, penyiraman tanaman, serta akibat
penguapan.
Jumlah jiwa/SR diasumsikan sebanyak 5 jiwa
Diasumsikan persentase pelayanan seluruh daerah yang dilayani adalah 100%
karena dalam hal sistem penyaluran air limbah, total debit air limbah yang didapat
dari pemakaian air PDAM maupun bukan dari PDAM tetap dilayani.
Sistem penyaluran air limbah dalam perencanaan bangunan pengolahan air limbah
setempat ini dilakukan hanya untuk 90 KK (5 orang/KK) di kecamatan Sukolilo, kota
Surabaya. Perhitungan debit air limbah dilakukan dengan mengasumsikan bahwa 75% dari
air bersih adalah air limbah. Di dalam perencanaan ini, digunakan satu macam fasilitas
penyediaan bersih yaitu sambungan rumah (SR). Penempatan fasilitas ini dengan
mempertimbangkan pola tingkat sosial ekonomi masyarakat. Fasilitas sambungan rumah
ini langsung menuju ke pelanggan. Dengan memperhatikan SR, kota Surabaya termasuk
dalam kategori kota besar dengan unit konsumsinya sebesar 170 L/orang.hari. Perencanaan
SPAL dengan 90 KK di kecamatan Sukolilo ini direncanakan melayani daerah Dian
Regency di jalan Sukolilo Bahagia. Berikut merupakan gambar daerah pelayanan dan
rencana perpipaannya.
Keterangan:
- Jalur pipa A-a melayani 25 KK
- Jalur pipa B-b melayani 25 KK
- Jalur pipa E-e melayani 40 KK
- Jalur pipa C-IPAL melayani 90 KK
Setelah diketahui rencana SPAL yang akan dibuat, selanjutnya dapat dilakukan
perhitungan debit limbah untuk masing-masing jalur pipa.
= 0,002 m3/s
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Luas Wilayah dengan Faktor Infiltrasi
Dari gambar di atas, maka didapat nilai faktor infiltrasi = 8 m3/ha.hari
= 0,00012 m3/s
Dengan menggunakan cara yang sama, didapatkan debit air limbah untuk jalur
lainnya seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini.
faktor
Jalur Q peak Jumlah Q min Luas Fpeak Q ave Q peak Q total
Q ave Fpeak infiltra
Pipa (m3/s) Penduduk (m3/s) (ha) infiltrasi Infiltrasi Infiltrasi (m3/s)
si
A-B 0,001 1,904 0,002 125 0,00012 1,08 8 15 0,00018 0,00281 0,004
B-C 0,001 1,904 0,002 125 0,00012 0,6 8 15 0,00010 0,00156 0,003
C-E 0,002 1,657 0,003 250 0,00027 0,6 8 15 0,00010 0,00156 0,004
A-a 0,001 1,904 0,002 125 0,00012 0,3 8 15 5,28E-05 0,00078 0,002
B-b 0,001 1,904 0,002 125 0,00012 0,3 8 15 5,28E-05 0,000781 0,002
E-e 0,003 1,509 0,004 400 0,00047 0,48 8 15 8,33E-05 0,00125 0,005
C-IPAL 0,002 1,000 0,002 450 0,00030 0,4 8 15 6,94E-05 0,00104 0,003
Sumber: Hasil Perhitungan
Perhitungan dimensi pipa air limbah dilakukan berdasarkan pada pembebanan air
limbah pada masing-masing pipa. Dalam perhitungan dimensi pipa untuk saluran air
limbah, ada persyaratan yang harus diperhatikan, sebagai berikut:
- Direncanakan nilai d/D = 0,8 karena sebanyak 40% diameter pipa berisi udara.
- Penentuan besarnya nilai Qp/Qf dan d/D dapat dilihat pada gambar Hydraulics
Elements for Circular Sewers. Aliran dalam perpipaan air buangan terutama
untuk sistem konvensional harus memenuhi salah satu persyaratan yaitu self
cleansing. Hal ini bertujuan agara kecepatan alirannya tidak mengakibatkan
timbulnya gas Hidrogen sulfide (H2S) dan endapan.
karena pipa dengan inner diameter 110 mm tidak tersedia di pasaran, maka dipilih
pipa dengan diameter 150 mm yang mendekati nilai diameter sebelumnya dan
tersedia di pasaran.
1
0,312 8
Q full check = . D 3 .S 2 . =0,01076 m³/s
n
11. Mengecek luas penampang pipa dengan diamaeter baru yang dipakai
1
A full check = . .D 2 = 0,0018 m2
4
Perhitungan dimensi pipa air limbah untuk jalur lainnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Q
Jalur Jenis L pipa elevasi medan slope slope Q peak Q full
No ∆h peak d/D
pipa Pipa medan rancang / Q full
(m) awal akhir (m³/s) m³/s
1 A-B Primer 25 3,4 3,2 0,2 0,00800 0,005 0,0045 0,8 0,975 0,00459
2 B-C Primer 29 3,2 3 0,2 0,00690 0,005 0,0032 0,8 0,975 0,00331
3 C-E Primer 101 3 2,6 0,4 0,00396 0,005 0,0045 0,8 0,975 0,00458
4 A-a Sekunder 237 3,4 2,7 0,7 0,00295 0,001 0,0024 0,8 0,975 0,00251
5 B-b Sekunder 237 3,2 2,7 0,5 0,00211 0,001 0,0024 0,8 0,975 0,00251
6 E-e Sekunder 344 2,6 2,4 0,2 0,00058 0,001 0,0055 0,8 0,975 0,00561
C-
7 Primer 88 3 2,8 2,2 0,02500 0,01 0,0028 0,8 0,975 0,00286
IPAL
Pondasi
Kedalaman
Elevasi atas pipa (m) Elevasi bawah pipa (m) Pasir
Jalur Headloss Penanaman (m)
No Bawah
Pipa (m)
Pipa
Awal Akhir Awal Akhir
Awal Akhir (m)
1 A–B 0,125 2,4 2,28 2,25 2,13 0,1 1,250 1,175
2 B–C 0,145 2,2 2,06 2,05 1,91 0,1 1,250 1,195
3 C–E 0,505 2,0 1,50 1,85 1,35 0,1 1,250 1,355
4 A–a 0,237 2,4 2,16 2,25 2,01 0,1 1,250 0,787
5 B–b 0,237 2,2 1,96 2,05 1,81 0,1 1,250 0,987
6 E–e 0,344 1,6 1,26 1,40 1,06 0,1 1,300 1,444
7 C – IPAL 0,880 2,0 1,12 1,85 0,97 0,1 1,250 1,930
Sumber: Hasil Perhitungan
1 A-B 25 150 25 1 0 1 0 2
2 B-C 29 150 25 0 0 2 0 2
3 C-E 101 150 25 4 0 0 0 4
4 A-a 237 150 25 9 0 0 0 9
5 B-b 237 150 25 9 0 0 0 9
6 E-e 344 200 25 13 0 0 0 13
7 C-IPAL 88 150 25 3 0 0 0 3
Sumber: Hasil Perhitungan
BAB V
DETAIL ENGINEERING DESIGN
ANAEROBIC BAFFLED REACTOR (ABR)
Dalam pengolahan air limbah, perlu direncanakan suatu unit pengolahan dan
pengelolaaan air limbah domestik sehingga effluen yang akan dibuang ke dalam badan air
sudah memenuhi baku mutu yang tersedia, seperti tercantum pada Lampiran Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik.
Unit IPAL yang direncanakan adalah Anaerobic Baffled Reactor (ABR). Pada
dasarnya, ABR merupakan pengembangan dari reaktor upflow anaerobic sludge blanket
(UASB). Menurut McCarty dan Bachmann (1992), dalam Barber dan Stuckey, 1999, ABR
adalah reaktor yang menggunakan serangkaian dinding (baffle) untuk membuat air limbah
yang mengandung polutan organik untuk mengalir di bawah dan ke atas (melalui) dinding
dari inlet menuju outlet. Pengolahan limbah cair secara biologi anaerob memiliki
keuntungan antara lain tidak memerlukan oksigen, sederhana dalam konstruksi dan
operasionalnya, bangunan kompak, produksi lumpur lebih sedikit, tingkat efisiensi
pengolahan lebih tinggi, biaya operasi dan pemeliharaan rendah dan mampu menghasilkan
biogas (Hermana, 2008). Selain itu juga sesuai untuk beban organik tinggi, kemampuan
penyisihan patogen tinggi dan konsumsi energi rendah (Noykova, 2002).
ABR terdiri dari beberapa zona antara lain:
1. Zona settling
2. Zona stabilisasi
3. Zona lumpur
Adapun kriteria desain ABR berdasarkan Sasse (1998) adalah sebagai berikut.
Rasio SS/COD : 0,35 – 0,45
HRT di bak pengendap : 2 jam
Direncanakan :
Waktu Pengaliran = 24 jam
Waktu Pengurasan Lumpur = 18 bulan
Jumlah ABR = 3 unit
H ABR =3m
Dihitung
CODout bak pengendap = CODinf x (1-% CODpenyisihan)
= 362,32 x (1-0,25)
= 271 mg/L
BODout bak pengendap = BODinf x (1-% BODpenyisihan)
= 250 x (1-0,25)
= 187,5 mg/L
CODout ABR = CODout di bak pengendap x (1-% CODpenyisihan )
= 271 x (1-0,75)
= 67,9 mg/L
= 56,25 mg/L
Perhitungan dimensi bak pengendap:
Zona Settling
Q =127,5 L/orang.hari
Jumlah penduduk (P) = 150 jiwa
Td limbah tercampur = 1.5 – 0.3 log P x Q
fp = [(18 ( p ^0.5)]
( 4 p)^ 0.25
= 2,44
Volume settling = Q x td x fp
= 10,05 m3/1,5 m
= 6,69 m
Lebar = As
2
= 1,49 m
Panjang = 2 x lebar
= 2,99 m
Zona Stabilisasi
Volume stabilisasi = Rs x P
= 0,0425 x 150
= 6,375 m3
Hst = Volume
As
= 0,95 m
Zona Lumpur
Volume lumpur =SxNxP
= 9 m3
HL = Volume
As
= 1,34 m
Total
Htotal = Hs + Hst +HL
= 3,8 m
Hinlet = Htotal + H fb
= 4,1 m
Perhitungan kompartemen:
Jumlah kompartemen
Lebar kompartemen = 1,49 m
Houtlet = 4,4 m
Panjang kompartemen = 0,5 H
= 2,20 m
= 14,43 m3
Jumlah kompartemen (n) = (Vol ABR – Vol settling)/ Vkompartemen
= 3 buah
Dimensi Outlet kompartemen:
Kecepatan outflow = 0,8 m/jam
Debit =PxQ
= 0,9960 m2/ 2 m
= 0,498 m
H celah = Aoutlet/Panjang kompartemen
= 0,67 m
Cd = 0,3
K = 1[{Cd (2g)0.5) Aoutlet)2]
= 0,57
Hf = kQ2
= 0,000000028 m
Dimensi Pipa Outlet:
= 5 cm
BAB VI
ALTERNATIF PENGOLAHAN
INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA
dengan sistem pengurasan lumpur yang beragam agar IPLT dapat beroperasi terus-menerus
setiap harinya. Dalam perencanaan ini, IPLT diletakkan berdekatan dengan lokasi IPAL
komunal untuk memudahkan perpindahan lumpur tinja dari ABR ke lokasi IPLT.
Berdasarkan data Tugas Besar Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah Setempat
Kota Surabaya, IPLT direncanakan melayani 130.000 orang. Karakteristik lumpur yang
masuk ke IPLT (berdasarkan sumber materi diseminasi Bintek PLP tahun 2012) adalah
sebagai berikut:
- Laju/kapasitas lumpur tinja sebesar 0,5 L/orang/hari
- BOD = 5.000 mg/L
- TS = 40.000 mg/L
- TVS = 2.500 mg/L
- TSS = 15.000 mg/L
Alternatif Pengolahan I
Alternatif Pengolahan II
% Bod BOD inlet BOD Outlet % TSS TSS Inlet TSS outlet
Bangunan
Removal (mg/l) (mg/l) removal (mg/l) (mg/l)
SSC 0 5000 5000 85 15000 2250
Kolam Anaerobik I 60 5000 2000 60 2250 900
Kolam Fakultatif I 80 1200 480 60 2400 960
Kolam Fakultatif II 80 480 96 80 960 192
Kolam Maturasi 80 96 19,2 0 192 192
Sumber: Hasil Perhitungan
% Bod BOD inlet BOD Outlet % TSS TSS Inlet TSS outlet
Bangunan
Removal (mg/l) (mg/l) removal (mg/l) (mg/l)
SSC 0 5000 5000 85 15000 2250
Kolam Anaerobik I 75 5000 1250 60 2250 900
Kolam Anaerobik II 75 1250 312,5 60 900 360
Kolam Fakultatif I 80 312,5 62,5 80 360 72
Kolam Maturasi 70 62,5 18,75 0 72 72
Sumber: Hasil Perhitungan
Berdasarkan hasil perhitungan removal tiap alternatif diatas, dapat diketahui bahwa
alternatif II tidak memenuhi baku mutu. Sedangkan alternatif I dan III memenuhi baku
mutu dengan nilai BOD outlet sebesar 19,2 mg/l untuk alternatif I dan 18,75 mg/l untuk
alternatif III, TSS outlet sebesar 38,4 mg/l untuk alternatif I dan 72 mg/l untuk alternatif
III. Dalam perencanaan ini dipilih alternatif III karena effluen yang dihasilkan sudah
memenuhi baku mutu dan alternatif III menghabiskan biaya yang lebih sedikit daripada
alternatif I yang menggunakan 2 buah kolam anaerobik dan 2 buah kolam fakultatif.
BAB VII
DETAIL ENGINEERING DESIGN
INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA
= 2600 kg/hari
Vol solid product= 2063,49 l = 2,1 m3/hari
Vol cake product = (2,1 m3/hari x 100) : 20%
= 10,3 m3/hari
Volume cake 5 hari = 5 x 10,3 m3/hari
= 52 m3/hari
As = Vol / h
= 172 m2
P:L =2:1
L = 9,3 m
P = 18,5 m
H total = 1,2 m
Volume total = Vol cake/20%
= 51,5873 m3
Volume air = Vol total – vol cake
= 41 m3
yang terbentuk merupakan hasil dari pemisahan padatan yang terlarut dalam influen yang
kemudian akan mengendap pada bagian dasar kolam. Selanjutnya, material organik yang
masih tersisa akan diuraikan lebih lanjut.
Kelebihan dari kolam anaerobik diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dapat membantu memperkecil dimensi/ukuran kolam fakultatif dan maturasi
2. Dapat mengurangi penumpukan lumpur pada unit pengolahan berikutnya
3. Biaya operasional murah
4. Mampu menerima limbah dengan konsentrasi yang tinggi
Kekurangan dari kolam anaerobik diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menimbulkan bau yang dapat mengganggu
2. Proses degradasi berjalan lambat
3. Memerlukan lahan yang luas
Berdasarkan hasil perhitungan pada bab sebelumnya, dalam perencanaan ini akan
digunakan 2 buah kolam anaerobik agar dapat mendegradasi kontaminan sehingga
menghasilkan kualitas efluen yang sesuai dengan baku mutu. Berikut merupakan kriteria
perencanaan dan tahapan perhitungan kolam anaerobik.
P:L =2:1
OLR = 500 gBOD/m3.hari
BOD removal = 75%
Q = 65 m3/hari
- Perhitungan
As = Q x BV / h
= 65 m3/hari x 5000:500 / 5 m
= 130 m2
P:L =2:1
L =8m
P = 16 m
Volume = 16 m x 8 m x 5 m
= 650 m3
Waktu detensi = Vol / Q
= 10 hari
BOD yang tersisa = (100-75)% x 5000
= 1250 mg/l
L =4m
P =8m
Volume =8mx4mx5m
= 163 m3
Waktu detensi = Vol / Q
= 2,5 hari
Td = 11,7 hari
Volume = Q x td
= 65 m3/hari x 11,7 hari
= 762 m3
As = Vol / h
= 762 m3/hari / 5 m
= 381 m2
P:L =2:1
L = 13,8 m
P = 28 m
BOD remove = 80% x BOD in
= 250 mg/l
BOD yang tersisa = 63 mg/l
P:L =2:1
L =2m
P =4m
H total = 1,6 m
BOD remove = 70% x BOD in
= 44 mg/l
BOD yang tersisa = 19 mg/l
BAB VIII
BILL OF QUANTITY (BOQ)
BOQ atau Bill of Quantity merupakan perincian dari seluruh peralatan dan
pekerjaan yang dibutuhkan di dalam perencanaan bangunan pengolahan air limbah
setempat Kota Surabaya
Adapun nilai a,b,c,d dan w telah diatur dalam standar Departemen Pekerjaan
Umum yang dapat dilihat melalui tabel berikut.
D Abcd W a b C
(mm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
50-100 100-115 55-60 65-75 15 15
150-200 120-125 65-70 75 15 15
250-300 130-135 75-80 75 15 15
350-400 140-150 85-95 75 15 15
500-600 160-170 100-110 75 15 15
600-700 180-190 120-130 75 15 15
700-900 190-200 140-150 75 15 15
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum
D a b c
Jalur D
No a (m) b (m) c (m)
pipa (mm)
1 A-B 150 1 0,15 0,15
2 B-C 150 1 0,15 0,15
3 C-E 150 1 0,15 0,15
4 A-a 150 1 0,15 0,15
5 B-b 150 1 0,15 0,15
6 E-e 200 1 0,15 0,15
7 C-IPAL 150 1 0,15 0,15
Sumber : Hasil Perhitungan
Volume galian I = 0,3 2 D y1 Ld
Volume galian II = 1
2
0,3 2 D x Ld
Volume galian total = Volume galian I + Volume galian II
1
Volume pipa = D 2 Ld
4
Volume urugan pasir = [D + (0,3 x 2)] x (b + D + c) x Ld – Volume pipa.
Volume Sisa Tanah Galian = Volume galian total – Volume urugan pasir
Contoh perhitungan BOQ galian pipa pada saluran A-B adalah sebagai berikut:
1. D = 150 mm = 0,15 m
2. Panjang saluran = L pipa = 25 m
3. h1 = 1,25 m, h2 = 1,175 m
4. y1 = h1 + D + c = 1,25 + 0,15 + 0,15 = 1,55 m
5. y2 = h2 + D + c = 1,175 + 0,15 + 0,15 = 1,475 m
6. x = y2 – y1 = 0,075 m
7. z = 25,048 m
8. Volume galian I = 0,3 2 D y1 Z
= 29,063 m3
1
2
0,3 2 D x Ld
9. Volume galian II =
= 0,7 m3
Untuk perhitungan BOQ galian dan urugan pipa pada saluran selanjutnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
1 Penggalian tanah
kuli / tenaga lapangan 0,75
mandor / tenaga pengawas 0,025
2 pengurugan pasir
kuli / tenaga lapangan 0,3
mandor / tenaga pengawas 0,01
3 pembuangan sisa tanah galian
kuli / tenaga lapangan 0,33
mandor / tenaga pengawas 0,03
4 truk / buah 10 m³
Contoh perhitungan BOQ galian pipa pada saluran A-B adalah sebagai berikut:
Volume Galian Total = 29,766 m3
Volume Urugan pasir = 8,438 m3
Volume Sisa Tanah Galian = 21,328 m3
Panjang Pipa = 25 m
BOQ Tenaga Kerja untuk Galian dan Urugan Pipa
Tabel 8.6 BOQ Tenaga Kerja dan Peralatan untuk Galian dan Urugan Pipa
Volume
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Panjang Volume Volume sisa
Jalur tenaga tenaga tenaga tenaga tenaga tenaga truk
No pipa galian total urugan tanah
pipa lapangan pengawas lapangan pengawas lapangan pengawas
(m) (m³) pasir (m³) galian
(oh) (oh) (oh) (oh) (oh) (oh) unit
(m³)
1 A-B 25 29,766 22 1 8,438 2,53125 1 21,328 7 1 2
2 B-C 29 34,311 26 1 9,788 2,93625 1 24,523 8 1 2
3 C-E 101 121,389 91 3 34,088 10,22625 1 87,302 29 1 9
4 A-a 237 316,662 237 8 79,988 23,99625 1 236,674 78 2 24
5 B-b 237 298,887 224 7 79,988 23,99625 1 218,899 72 2 22
6 E-e 344,4 474,501 356 12 137,760 41,328 2 336,741 111 4 34
C-
7 88 124,740 94 3 29,700 8,91 1 95,040 31 1 10
IPAL
Sumber: Hasil Perhitungan
Dimensi ABR
Panjang = 5,9 m
Lebar = 2,9 m
Kedalaman =3m
Freeboard = 0,3 m
Volume = 56,463 m3
Volume galian tanah ABR
P = Panjang + 2 m + 10 m
= 17,9 m
L = Lebar + 2 m + 10 m
= 14,9 m
H = Kedalaman + 2 m + 10 m
= 15,3 m
Volume penggalian 1 ABR = 4080,663 m3
Volume ABR = 56,463 m3
Volume beton lantai kerja 1 ABR = 5,133 m3
Volume urugan pasir 1 ABR = 210,247 m3
Volume tanah urugan pasir 1 ABR
= Vol galian tanah – (Vol ABR + Vol beton lantai kerja + Vol urugan pasir)
= 3808,82 m3
Pekerjaan Pembesian
Berat Besi Lantai
Berat besi lantai adalah berat besi yang ada pada beton ABR, dengan asumsi bahwa
pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka diperoleh:
Berat besi lantai = Volume beton lantai x 150 kg/m3
= 17,11 m3 x 150 kg/m3
= 2566,5 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 2566,5 kg : 200 kg
= 12,8
Berat besi dinding = Volume beton dinding x 150 kg/m3
= 52,78 m3 x 150 kg/m3
= 7917 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 7917 kg : 200 kg
= 39,5
Berat besi atap = Volume beton atap x 150 kg/m3
= 2,56 m3 x 150 kg/m3
= 384 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 384 kg : 200 kg
= 1,92
B
Pekerjaan Lantai
1
Pek dan bhn beton lantai kerja beton 1:3:5 m3 5,133
Pekerjaan Galian
SSC
Panjang 18,54 m
Lebar 9,27 m
Kedalaman +
1,20 m
Free Board
Tebal Dinding 0,2 m
Pekerjaan Pembesian
Berat Besi Lantai
Berat besi lantai adalah berat besi yang ada pada beton kolam, dengan asumsi
bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka diperoleh:
Berat besi lantai = Volume beton lantai x 150 kg/m3
= 103,17 m3 x 150 kg/m3
= 15476,19 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 15476,19 kg : 200 kg
= 72,3
Berat Besi Dinding
Berat besi dinding adalah berat besi yang ada pada beton dinding kolam, dengan
asumsi bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka
diperoleh:
Berat besi dinding = Volume beton dinding x 150 kg/m3
= 11,03 m3 x 150 kg/m3
= 1655,54 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 1655,54 kg : 200 kg
= 8,3
Berat Besi Atap
Berat besi dinding adalah berat besi yang ada pada beton atap kolam, dengan
asumsi bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka
diperoleh:
Berat besi atap = Volume beton atap x 150 kg/m3
= 96,44 m3 x 150 kg/m3
= 14466,66 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 14466,66 kg : 200 kg
= 77,4
Pekerjaan Galian
Kolam Anaerobik I
Panjang 16 m
Lebar 8 m
Kedalaman
+ Free 5,4 m
Board
Tebal
0,2 m
Dinding
Pekerjaan Pembesian
Berat Besi Lantai
Berat besi lantai adalah berat besi yang ada pada beton SSC, dengan asumsi bahwa
pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka diperoleh:
Berat besi lantai = Volume beton lantai x 150 kg/m3
= 156 m3 x 150 kg/m3
= 23400 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 23400 kg : 200 kg
= 108,2
Berat besi dinding = Volume beton dinding x 150 kg/m3
= 100,43 m3 x 150 kg/m3
= 15065,54 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 15065,54 kg : 200 kg
= 75,3
Berat Besi Atap
Berat besi dinding adalah berat besi yang ada pada beton atap SSC, dengan asumsi
bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka diperoleh:
Berat besi atap = Volume beton atap x 150 kg/m3
= 144,28 m3 x 150 kg/m3
= 21642,35 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 21642,35 kg : 200 kg
= 117
Pekerjaan Galian
Kolam Anaerobik II
Panjang 8 m
Lebar 4,031129 m
Kedalaman
+ Free 5,4 m
Board
Tebal
0,2 m
Dinding
Pekerjaan Pembesian
Berat Besi Lantai
Berat besi lantai adalah berat besi yang ada pada beton kolam, dengan asumsi
bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka diperoleh:
Berat besi lantai = Volume beton lantai x 150 kg/m3
= 39 m3 x 150 kg/m3
= 5850 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 5850 kg : 200 kg
= 24,8
Berat besi dinding = Volume beton dinding x 150 kg/m3
= 50,12 m3 x 150 kg/m3
= 7519,27 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 7519,27 kg : 200 kg
= 37,6
Berat besi atap = Volume beton atap x 150 kg/m3
= 33,08 m3 x 150 kg/m3
= 4963,07 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 4963,07 kg : 200 kg
= 29,3
Pekerjaan Penggalian
Kolam Fakultatif
Panjang 27,61 m
Lebar 13,80 m
Kedalaman
+ Free 2,40 m
Board
Tebal
0,2 m
Dinding
Pekerjaan Pembesian
Berat Besi Lantai
Berat besi lantai adalah berat besi yang ada pada beton kolam, dengan asumsi
bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka diperoleh:
Berat besi lantai = Volume beton lantai x 150 kg/m3
= 228,66 m3 x 150 kg/m3
= 34299,39 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 34299,39 kg : 200 kg
= 164
Berat besi dinding = Volume beton dinding x 150 kg/m3
= 36,35 m3 x 150 kg/m3
= 5452,9 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 5452,9 kg : 200 kg
= 27,3
Berat besi atap = Volume beton atap x 150 kg/m3
= 218,66 m3 x 150 kg/m3
= 32800,46 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 32800,46 kg : 200 kg
= 171,5
Pekerjaan Penggalian
Kolam Maturasi
Panjang 4,05 m
Lebar 2,02 m
Kedalaman
+ Free 1,55 m
Board
Tebal
0,2 m
Dinding
Pekerjaan Pembesian
Berat Besi Lantai
Berat besi lantai adalah berat besi yang ada pada beton kolam, dengan asumsi
bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka diperoleh:
Berat besi lantai = Volume beton lantai x 150 kg/m3
= 4,9 m3 x 150 kg/m3
= 737,52 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 737,52 kg : 200 kg
= 2,6
Berat besi dinding = Volume beton dinding x 150 kg/m3
= 3,18 m3 x 150 kg/m3
= 478,38 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 478,38 kg : 200 kg
= 2,4
Berat besi atap = Volume beton atap x 150 kg/m3
= 3,4 m3 x 150 kg/m3
= 510,8 kg
Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 510,8 kg : 200 kg
= 3,7