Anda di halaman 1dari 59

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR

LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA


SURABAYA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua manusia pasti menghasilkan buangan, baik itu berupa cairan, padatan,
maupun gas. Buangan yang berupa cairan biasa disebut dengan air buangan atau air
limbah. Air buangan atau air limbah adalah air bekas pemakaian, baik rumah tangga
ataupun industri. Air limbah tidak dapat dibuang secara langsung ke lingkungan karena
mengandung zat-zat organik, beberapa logam berat, bakteri, virus, zat padat tersuspensi,
dan senyawa-senyawa lain yang bisa mencemari lingkungan. Oleh karena itu, air limbah
perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air.
Pada umumnya, pengolahan air limbah dilakukan di suatu tempat yang disebut
sebagai Bangunan Pengolahan Air Limbah (BPAL). Air limbah yang dialirkan menuju
memerlukan suatu saluran air limbah yang selanjutnya dikumpulkan dalam IPAL komunal,
begitu pula dengan limbah buangan (tinja) yang selanjutnya mengalami pengolahan dalam
instalasi pengelolaan lumpur tinja (IPLT). Dengan kata lain, sistem perencanaan
penyaluran air limbah bertujuan untuk mengalirkan air limbah dari suatu pemukiman atau
kawasan industri ke suatu tempat (BPAL) sehingga tidak akan menimbulkan bahaya atau
kerusakan bagi manusia dan lingkungan. Selain itu, dibutuhkan perencanaan bangunan
pengolahan air limbah setempat yang memenuhi syarat agar didapat effluen (hasil akhir)
yang memenuhi baku mutu. Pengolahan air limbah setempat (desentralisasi) biasa
digunakan di kota-kota yang ada di Indonesia (Parkinson dan Tayler, 2013).
Kecamatan Sukolilo, kota Surabaya merupakan salah satu contoh kecamatan yang
memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Kepadatan penduduk ini nantinya dapat
menimbulkan suatu permasalahan dalam sistem pengolahan air limbah jika bangunan
pengolahan yang digunakan tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Karena itu,
dibutuhkan suatu perencanaan bangunan pengolahan air limbah setempat agar tidak
menimbulkan permasalahan lingkungan di masa mendatang.

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 1


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud pembuatan perencanaan bangunan pengolahan air limbah setempat di


kecamatan Sukolilo ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menyalurkan air limbah yang berasal dari domestik maupun non domestik
menuju ke instalasi pengolahan air limbah sehingga air dapat diolah kembali
hingga mencapai standar baku mutu yang berlaku.
2. Mencegah terjadinya pencemaran air di kecamatan Sukolilo
3. Menciptakan kondisi lingkungan yang sehat dan menghindari terjangkitnya
penyakit menular karena air, terutama air buangan yang merupakan media tumbuh
dan berkembangnya bibit penyakit.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari perencanaan bangunan pengolahan air limbah kecamatan Sukolilo ini
adalah:
1. Bagian pertama perencanaan IPAL Komunal
a. Perencanaan SPAL
b. Perencanaan unit IPAL
2. Bagian kedua perencanaan IPLT
a. Pembuatan alternatif rangkaian unit-unit di IPLT
b. DED alternatif yang diipilih
3. DED IPAL Komunal dan IPLT
4. Lampiran berupa:
- Gambar denah
- Gambar potongan (2)
- Gambar detail
- Kelengkapan lain

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 2


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

BAB II
GAMBARAN UMUM

Perencanaan bangunan pengolahan air limbah ini berada di kecamatan Sukolilo,


kota Surabaya. Gambaran umum daerah perencanaan ini dibuat untuk mengetahui kondisi
di kecamatan tersebut. Sehingga data-data dalam gambaran umum ini nantinya dapat
menunjang perencanaan bangunan pengolahan air limbah setempat. Berikut adalah
gambaran umum kecamatan Sukolilo.

Gambar 2.1 Peta Pembagian Kecamatan di Kota Surabaya

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 3


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

2.1 Luas, Batas Wilayah, dan Administrasi


Perencanaan bangunan pengolahan air limbah setempat ini diperuntukkan untuk
Kecamatan Sukolilo. Berikut merupakan peta wilayah kecamatan Sukolilo.

Gambar 2.2 Peta Wilayah Kecamatan Sukolilo

Batas-batas administratif Kecamatan Sukolilo adalah sebagai berikut:


Utara : Kecamatan Bulak
Selatan : Kecamatan Rungkut
Barat : Kecamatan Gubeng
Timur : Selat Madura

Kecamatan seluas 23,69 km2 ini dibagi dalam beberapa kelurahan sebagai berikut:
- Kelurahan/Desa Keputih (Kodepos : 60111)
- Kelurahan/Desa Gebang Putih (Kodepos : 60117)
- Kelurahan/Desa Klampis Ngasem (Kodepos : 60117)
- Kelurahan/Desa Menur Pumpungan (Kodepos : 60118)
- Kelurahan/Desa Nginden Jangkungan (Kodepos : 60118)
- Kelurahan/Desa Medokan Semampir (Kodepos : 60119)
- Kelurahan/Desa Semolowaru (Kodepos : 60119)

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 4


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

2.2 Keadaan Demografi

Data kepadatan dan jumlah penduduk di kecamatan Sukolilo sebagai berikut:

Kepadatan Penduduk 4227 jiwa/km2

Jumlah Penduduk:

Laki-laki 51112

Perempuan 49036

Jumlah kelahiran dan kematian:

Jumlah Kelahiran
Laki-Laki 495 jiwa
Perempuan 465 jiwa
Jumlah Kematian
Laki-Laki 124 jiwa
Perempuan 90 jiwa
Sumber: Kantor Kecamatan Sukolilo

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 5


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

BAB III
DASAR PERENCANAAN AWAL

3.1 Rencana Lokasi IPAL


Untuk menentukan lokasi pembangunan IPAL harus memperhatikan beberapa hal,
diantaranya adalah elevasi muka tanah. Sebaiknya IPAL diletakkan di tempat yang
mempunyai kontur tanah yang lebih rendah dari daerah di sekitarnya. IPAL komunal
adalah lokasi terakhir dari suatu Sistem Penyaluran Air Limbah (SPAL) daerah. Selain itu,
penentuan lokasi IPAL juga disesuaikan dengan ketersediaan lahan dan kemudahan
aksesibilitas untuk menuju lokasi tersebut. Pembangunan IPAL dilakukan pada daerah di
sekitar apartemen Dian Regency, jalan Sukolilo Bahagia, dengan pertimbangan bahwa di
lokasi tersebut masih terdapat lahan yang cukup untuk pembangunan IPAL Komunal.

Gambar 3. 2 Peta Lokasi Pembangunan IPAL Komunal

Sumber : www.google.earth.com

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 6


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

3.2 Periode Perencanaan


Proses perencanaan suatu instalasi pengolahan air limbah ada dua yaitu:
a. Initial years adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan konstruksi bangunan
dan bangunan yang siap beroperasi.
b. Design years adalah tahun dimana bangunan mencapai 100 persen kapasitas yang
direncanakan.
Periode desain secara umum ditentukan berdasarkan faktor-faktor berikut:
 Kinerja fasilitas pengolahan selama initial years ketika dilakukan ekspansi dimensi
 Kegunaan instalasi pengolahan bagi masyarakat
 Suku bunga, biaya konstruksi sekarang dan yang akan datang, dan ketersediaan dana.
 Kemudahan dan kesulitan untuk perluasan area instalasi pengolahan
 Pertumbuhan penduduk mendatang (termasuk pergantian dalam komunitas), area
pelayanan, pertumbuhan faktor industri dan komersial, kebutuhan air dan karakteristik
air buangan.
Perencanaan bangunan pengolahan ini dilakukan langsung dalam satu tahapan.
Sedangkan initial years direncanakan selama kurang lebih 2 tahun termasuk waktu untuk
perencanaan, masa tender, dan waktu pembangunan instalasi.

3.3 Karakteristik Limbah


Berikut data karakteristik air limbah Kecamatan Sukolilo pada tahun 2015.

Tabel 3.1 Data Karakteristik Air Limbah

Limbah Konsentrasi

BOD 250 mg/l

TSS 200 mg/l

Sumber : Tugas Besar PBPAL 2015

3.4 Baku Mutu Air Limbah


Penentuan standar baku mutu yang dipersyaratkan agar air limbah dapat masuk ke
badan air penerima dalam perencanaan ini menggunakan Keputusan Gubernur Jawa Timur
No. 45 Tahun 2002 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Industri atau Kegiatan Usaha
Lainnya di Jawa Timur serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Penggunaan kedua

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 7


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

standar ini pada hakikatnya saling melengkapi dengan pertimbangan yang logis. Sebagai
contoh untuk parameter BOD, lebih dipilih baku mutu berdasarkan Keputusan Gubernur
Jawa Timur No. 45 Tahun 2002 dengan nilai sebesar 50 mg/l (untuk kelas II) daripada nilai
sebesar 3 mg/l (untuk kelas II) berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001. Hal tersebut
dikarenakan secara alamiah dalam badan air (dalam hal ini air sungai) telah terdapat bahan
organik, baik yang berasal dari sumbernya maupun dari lingkungan di sekitar sungai yang
larut dalam air. Jadi tanpa ada pencemaran pun, hampir tidak mungkin BOD air sungai
mencapai di bawah 3 mg/l.
Baku mutu yang digunakan adalah kelas II yang peruntukannya untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan air untuk
mengairi pertanaman. Berikut adalah tabel 4.2 yang menyajikan baku mutu air limbah:
Tabel 3. 1 Baku Mutu Air Limbah

Baku Mutu yang


Limbah Satuan
Digunakan
BOD mg/L 30
TSS mg/L 100
Sumber : Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 45 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 8


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

BAB IV
SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH

4.1 Kebutuhan Air Limbah

Untuk menentukan total kebutuhan air limbah, biasanya dihitung terlebih dahulu
kebutuhan air bersih dari daerah perencanaan tersebut. Beberapa ketetapan dalam
perhitungan kebutuhan air bersih adalah sebagai berikut:
 Debit air buangan biasanya bervariasi antara 50 sampai 100% dari kebutuhan air
bersih total (Reynold dan Richards, 1996). Besarnya air limbah diasumsikan
sebesar 80% dari debit air limbah. Hal ini dikarenakan sekitar 20% dari air bersih
tersebut digunakan untuk kegiatan operasional, penyiraman tanaman, serta akibat
penguapan.
 Jumlah jiwa/SR diasumsikan sebanyak 5 jiwa
 Diasumsikan persentase pelayanan seluruh daerah yang dilayani adalah 100%
karena dalam hal sistem penyaluran air limbah, total debit air limbah yang didapat
dari pemakaian air PDAM maupun bukan dari PDAM tetap dilayani.

Sistem penyaluran air limbah dalam perencanaan bangunan pengolahan air limbah
setempat ini dilakukan hanya untuk 90 KK (5 orang/KK) di kecamatan Sukolilo, kota
Surabaya. Perhitungan debit air limbah dilakukan dengan mengasumsikan bahwa 75% dari
air bersih adalah air limbah. Di dalam perencanaan ini, digunakan satu macam fasilitas
penyediaan bersih yaitu sambungan rumah (SR). Penempatan fasilitas ini dengan
mempertimbangkan pola tingkat sosial ekonomi masyarakat. Fasilitas sambungan rumah
ini langsung menuju ke pelanggan. Dengan memperhatikan SR, kota Surabaya termasuk
dalam kategori kota besar dengan unit konsumsinya sebesar 170 L/orang.hari. Perencanaan
SPAL dengan 90 KK di kecamatan Sukolilo ini direncanakan melayani daerah Dian
Regency di jalan Sukolilo Bahagia. Berikut merupakan gambar daerah pelayanan dan
rencana perpipaannya.

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 9


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Gambar 4.1 SPAL Kecamatan Sukolilo

Keterangan:
- Jalur pipa A-a melayani 25 KK
- Jalur pipa B-b melayani 25 KK
- Jalur pipa E-e melayani 40 KK
- Jalur pipa C-IPAL melayani 90 KK

Setelah diketahui rencana SPAL yang akan dibuat, selanjutnya dapat dilakukan
perhitungan debit limbah untuk masing-masing jalur pipa.

Contoh perhitungan debit air limbah untuk jalur A-B


Diasumsikan debit air limbah sebesar 127,5 L/orang.hari.
Q = 127,5 L/org.hari
= 0,000007 m3/s
1. Menentukan debit air limbah rata-rata (Qaverage), yaitu:
Q average air limbah = 0,000007 m3/s x 125 orang
= 0,001 m3/s

2. Menentukan faktor peak dengan menggunakan salah satu rumus berikut.


Babbit fp=5/p^0.2
Harmon fp=14/(4+p^0.5)
Fair &
Geyer fp = 18+(p)^0.5/(4+p)0.5
fp =
MMBW (2.25+(15*10^6)/P^1*414)^(1/6)
Dalam perencanaan ini digunakan rumus Babbit, sehingga didapatkan nilai fp
sebesar 1,904
3. Menentukan debit air limbah puncak (Qpeak)
Qpeak = fpeak x Qaverage
= 1,904 x 0,001 m3/s

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 10


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

= 0,002 m3/s

4. Menentukan faktor infiltrasi dengan menggunakan grafik average infiltration


rate allowance for new sewers pada gambar di bawah ini, dimana luas
wilayahnya diasumsikan sebesar 15,75 ha. Perhitungan untuk Fp tidak
dilakukan dengan mempertimbangkan luas daerah yang dilayani oleh 1 jalur
pipa, akan tetapi luas seluruh daerah pelayanan sebagai asumsi untuk catchment
area.

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Luas Wilayah dengan Faktor Infiltrasi
Dari gambar di atas, maka didapat nilai faktor infiltrasi = 8 m3/ha.hari

Faktor peak infiltrasi = 15 m3/ha.hari

5. Menentukan debit rata-rata infiltrasi


Qave inf = (fpeak inf / 86400s/hari) x Luas jalur A-B
= 0,0001875 m3/s

6. Menentukan debit rata-rata infiltrasi


Qpeak inf = Qave inf x Fp infiltrasi
= 0,0028125 m3/s

7. Menentukan total debit air limbah puncak

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 11


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Qpeak total = Qpeak + Qpeak inf


= 0,002 m3/s + 0,0028125 m3/s
= 0,004 m3/s
8. Menentukan debit minimum
0, 2
1  JumlahPenduduk 
Qminimum = x  xQ average
5  1000 

= 0,00012 m3/s

Dengan menggunakan cara yang sama, didapatkan debit air limbah untuk jalur
lainnya seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini.

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 12


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Tabel 4.1 Perhitungan Debit Air Limbah Kecamatan Sukolilo

faktor
Jalur Q peak Jumlah Q min Luas Fpeak Q ave Q peak Q total
Q ave Fpeak infiltra
Pipa (m3/s) Penduduk (m3/s) (ha) infiltrasi Infiltrasi Infiltrasi (m3/s)
si
A-B 0,001 1,904 0,002 125 0,00012 1,08 8 15 0,00018 0,00281 0,004
B-C 0,001 1,904 0,002 125 0,00012 0,6 8 15 0,00010 0,00156 0,003
C-E 0,002 1,657 0,003 250 0,00027 0,6 8 15 0,00010 0,00156 0,004
A-a 0,001 1,904 0,002 125 0,00012 0,3 8 15 5,28E-05 0,00078 0,002
B-b 0,001 1,904 0,002 125 0,00012 0,3 8 15 5,28E-05 0,000781 0,002
E-e 0,003 1,509 0,004 400 0,00047 0,48 8 15 8,33E-05 0,00125 0,005
C-IPAL 0,002 1,000 0,002 450 0,00030 0,4 8 15 6,94E-05 0,00104 0,003
Sumber: Hasil Perhitungan

4.2 Perhitungan Dimensi Pipa Air Limbah

Perhitungan dimensi pipa air limbah dilakukan berdasarkan pada pembebanan air
limbah pada masing-masing pipa. Dalam perhitungan dimensi pipa untuk saluran air
limbah, ada persyaratan yang harus diperhatikan, sebagai berikut:

- Direncanakan nilai d/D = 0,8 karena sebanyak 40% diameter pipa berisi udara.
- Penentuan besarnya nilai Qp/Qf dan d/D dapat dilihat pada gambar Hydraulics
Elements for Circular Sewers. Aliran dalam perpipaan air buangan terutama
untuk sistem konvensional harus memenuhi salah satu persyaratan yaitu self
cleansing. Hal ini bertujuan agara kecepatan alirannya tidak mengakibatkan
timbulnya gas Hidrogen sulfide (H2S) dan endapan.

Contoh perhitungan untuk pipa jalur a-b yaitu:


1. Panjang pipa (L) = 25 m
2. Elevasi medan awal = 3,4 m
3. Elevasi medan akhir = 3,2 m
Sehingga beda tingggi h = elevasi medan awal – elevasi medan akhir
= 3,4 – 3,2 = 0,2 m
h
4. Slope medan =
L
= 0,008
5. Debit puncak = 0,0045 m³/s
6. Jenis pipa yang dipakai adalah PE dengan koefisien n = 0,013

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 13


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

7. Direncanakan d/D = 0,8


Dari d/D = 0,8 kemudian dimasukkan ke dalam grafik Hydraulic Elements for
Circular Sewer yaitu gambar di bawah ini untuk mencari Qpeak/Qfull (garis merah).

Gambar 4. 1 Grafik Hydraulic Elements for Circular Sewer


Dari gambar di atas didapatkan nilai Qpeak/Qfull = 0,975 m³/s.

8. Mencari nilai debit maksimal (Qfull)


Q peak
Qfull  = 0,00459 m³/s
Q peak Q full

9. Mencari ukuran diameter pipa air limbah


0 , 375 0 , 375
 Q full .n   0,00459(0,013) 
D     0,11 m
 0,3117 .S 1 2   1
2 
   0,3117 (0,005 ) 
DHITUNG = 0,11 m = 110 mm

karena pipa dengan inner diameter 110 mm tidak tersedia di pasaran, maka dipilih

pipa dengan diameter 150 mm yang mendekati nilai diameter sebelumnya dan

tersedia di pasaran.

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 14


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

10. Mengecek debit maksimal dengan diameter baru yang dipakai

1
0,312 8
Q full check = . D  3 .S 2 . =0,01076 m³/s
n

11. Mengecek luas penampang pipa dengan diamaeter baru yang dipakai
1
A full check = . .D 2 = 0,0018 m2
4

12. Mengecek kecepatan maksimal dengan diamaeter baru yang dipakai


Q fullcheck
V full check = = 0,609 m/s
A fullcheck

13. Debit minimum (Q min) = 0,000115 m³/s


14. Mencari nilai perbandingan antara debit minimum dengan debit maksimal
Q min
 0,011
Qfullcek

Dimasukkan nilai perbandingan tersebut ke dalam grafik Hydraulic Elements for


Circular Sewer dan didapat nilai d/D = 0,2 serta Vmin/Vfull = 0,45.

15. Mencari nilai kecepatan minimum (Vmin)


Vmin = Vfull x Vmin/Vfull
= 0,274 m/s

Perhitungan dimensi pipa air limbah untuk jalur lainnya dapat dilihat pada tabel berikut.

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 15


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO
KOTA SURABAYA

Tabel 4.2 Perhitungan Dimensi Pipa Air Limbah Kecamatan Sukolilo

Q
Jalur Jenis L pipa elevasi medan slope slope Q peak Q full
No ∆h peak d/D
pipa Pipa medan rancang / Q full
(m) awal akhir (m³/s) m³/s
1 A-B Primer 25 3,4 3,2 0,2 0,00800 0,005 0,0045 0,8 0,975 0,00459
2 B-C Primer 29 3,2 3 0,2 0,00690 0,005 0,0032 0,8 0,975 0,00331
3 C-E Primer 101 3 2,6 0,4 0,00396 0,005 0,0045 0,8 0,975 0,00458
4 A-a Sekunder 237 3,4 2,7 0,7 0,00295 0,001 0,0024 0,8 0,975 0,00251
5 B-b Sekunder 237 3,2 2,7 0,5 0,00211 0,001 0,0024 0,8 0,975 0,00251
6 E-e Sekunder 344 2,6 2,4 0,2 0,00058 0,001 0,0055 0,8 0,975 0,00561
C-
7 Primer 88 3 2,8 2,2 0,02500 0,01 0,0028 0,8 0,975 0,00286
IPAL

Q full Q min/Qfull V min/V Q peak/Q


D D terpasang A full Vfull d/D V min d/D
n check Q Min check full check full check
cek cek
m mm m m³/s m² m/s m³/s m/s m/s m3/s
0,013 0,11 150 0,15 0,01076 0,018 0,609 0,000115 0,011 0,2 0,45 0,274 0,416 0,7
0,013 0,10 150 0,15 0,01076 0,018 0,609 0,000115 0,011 0,2 0,45 0,274 0,300 0,7
0,013 0,11 150 0,15 0,01076 0,018 0,609 0,000265 0,025 0,2 0,45 0,274 0,415 0,7
0,013 0,12 150 0,15 0,00481 0,018 0,273 0,000115 0,024 0,2 0,45 0,123 0,508 0,8
0,013 0,12 150 0,15 0,00481 0,018 0,273 0,000115 0,024 0,2 0,45 0,123 0,508 0,8
0,013 0,16 200 0,20 0,01037 0,031 0,330 0,000466 0,045 0,2 0,45 0,149 0,528 0,7
0,013 0,08 150 0,15 0,01522 0,018 0,862 0,000298 0,020 0,2 0,45 0,388 0,183 0,8

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 16


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

4.3 Perhitungan Kedalaman Penanaman Pipa Air Limbah

Kedalaman penanaman pipa mengikuti slope pipa yang telah ditetapkan


sebelumnya. Slope tersebut diusahakan sedapat mungkin mengikuti slope medan dan
diusahakan sedemikian rupa sehingga pemompaan tidak diperlukan. Pompa digunakan
apabila penanaman pipa telah mencapai atau lebih dari 7 meter. Berikut merupakan contoh
perhitungan untuk jalur A-B.

 Panjang pipa (L) = 25 m


 Slope pipa (s) = 0,005 m/m
 Headloss = L x Slope = 0,125 m
 Elevasi Atas Pipa
Keadaan awal = elevasi tanah awal - kedalaman awal pipa
= 3,4 m – 1 m = 2,4 m
Keadaan akhir = elevasi atas pipa keadaan awal - headloss
= 2,4 m - 0,125 m = 2,28 m
 Elevasi Bawah Pipa
Keadaan awal = elevasi atas pipa keadaan awal – diameter pipa
= 2,4 m – 0,150 m = 2,25 m
Keadaan akhir = elevasi atas pipa keadaan akhir - diameter pipa
= 2,28 m - 0,150 m = 2,13 m
 Kedalaman penanaman pipa
Keadaan awal = elevasi tanah awal – (elevasi bawah pipa keadaan
awal – pondasi pasir bawah pipa)
= 3,4 m – (2,25 m – 0,1 m) = 1,25 m
Keadaan akhir = elevasi tanah akhir – (elevasi bawah pipa akhir –
pondasi pasir bawah pipa)
= 3,2 m – (2,13 m – 0,1 m) = 1,175 m ≤ 7m, sehingga
tidak dilakukan pemasangan pompa.
Berikut merupakan tabel perhitungan kedalaman penanaman pipa untuk jalur
lainnya.

Tabel 4.3 Perhitungan Kedalaman Penanaman Pipa Air Limbah

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 17


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Pondasi
Kedalaman
Elevasi atas pipa (m) Elevasi bawah pipa (m) Pasir
Jalur Headloss Penanaman (m)
No Bawah
Pipa (m)
Pipa
Awal Akhir Awal Akhir
Awal Akhir (m)
1 A–B 0,125 2,4 2,28 2,25 2,13 0,1 1,250 1,175
2 B–C 0,145 2,2 2,06 2,05 1,91 0,1 1,250 1,195
3 C–E 0,505 2,0 1,50 1,85 1,35 0,1 1,250 1,355
4 A–a 0,237 2,4 2,16 2,25 2,01 0,1 1,250 0,787
5 B–b 0,237 2,2 1,96 2,05 1,81 0,1 1,250 0,987
6 E–e 0,344 1,6 1,26 1,40 1,06 0,1 1,300 1,444
7 C – IPAL 0,880 2,0 1,12 1,85 0,97 0,1 1,250 1,930
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 4.4 Perhitungan Jumlah Manhole yang Digunakan


Jarak
D
Panjang Antar Manhole yang digunakan
Jalur terpakai Jumlah
No Pipa Manhole
Pipa manhole
(m) (mm) (m) Lurus Belokan Pertigaan Perempatan

1 A-B 25 150 25 1 0 1 0 2
2 B-C 29 150 25 0 0 2 0 2
3 C-E 101 150 25 4 0 0 0 4
4 A-a 237 150 25 9 0 0 0 9
5 B-b 237 150 25 9 0 0 0 9
6 E-e 344 200 25 13 0 0 0 13
7 C-IPAL 88 150 25 3 0 0 0 3
Sumber: Hasil Perhitungan

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 18


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

BAB V
DETAIL ENGINEERING DESIGN
ANAEROBIC BAFFLED REACTOR (ABR)

5.1 Gambaran Umum Anaerob Baffled Reactor (ABR)

Dalam pengolahan air limbah, perlu direncanakan suatu unit pengolahan dan
pengelolaaan air limbah domestik sehingga effluen yang akan dibuang ke dalam badan air
sudah memenuhi baku mutu yang tersedia, seperti tercantum pada Lampiran Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik.
Unit IPAL yang direncanakan adalah Anaerobic Baffled Reactor (ABR). Pada
dasarnya, ABR merupakan pengembangan dari reaktor upflow anaerobic sludge blanket
(UASB). Menurut McCarty dan Bachmann (1992), dalam Barber dan Stuckey, 1999, ABR
adalah reaktor yang menggunakan serangkaian dinding (baffle) untuk membuat air limbah
yang mengandung polutan organik untuk mengalir di bawah dan ke atas (melalui) dinding
dari inlet menuju outlet. Pengolahan limbah cair secara biologi anaerob memiliki
keuntungan antara lain tidak memerlukan oksigen, sederhana dalam konstruksi dan
operasionalnya, bangunan kompak, produksi lumpur lebih sedikit, tingkat efisiensi
pengolahan lebih tinggi, biaya operasi dan pemeliharaan rendah dan mampu menghasilkan
biogas (Hermana, 2008). Selain itu juga sesuai untuk beban organik tinggi, kemampuan
penyisihan patogen tinggi dan konsumsi energi rendah (Noykova, 2002).
ABR terdiri dari beberapa zona antara lain:
1. Zona settling
2. Zona stabilisasi
3. Zona lumpur

5.2 Kriteria Desain Anaerob Baffled Reactor (ABR)

Adapun kriteria desain ABR berdasarkan Sasse (1998) adalah sebagai berikut.
 Rasio SS/COD : 0,35 – 0,45
 HRT di bak pengendap : 2 jam

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 19


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

 Velocity uplow : 1,4 – 2 m/jam


 Panjang kompartemen : <50% - 60% dari tingginya
 Organic loading : <3 kg COD/m3.hari
 HRT : ≥ 8 jam
 Volume lumpur pada bak pengendap ≥ 4 L/m 3 BOD5 dan pada tangki pertama ≥
1,4 L/m3 BODrem

5.3 Perhitungan Unit Anaerob Baffled Reactor (ABR)


Diketahui :
Jumlah Penduduk = 450 jiwa (total 3 ABR)
BODinf = 250
BOD/COD = 0,69
TSS = 200 mg/L
CODinf = 362,32 mg/L

Direncanakan :
 Waktu Pengaliran = 24 jam
 Waktu Pengurasan Lumpur = 18 bulan
 Jumlah ABR = 3 unit
 H ABR =3m

Dihitung
 CODout bak pengendap = CODinf x (1-% CODpenyisihan)
= 362,32 x (1-0,25)
= 271 mg/L
 BODout bak pengendap = BODinf x (1-% BODpenyisihan)
= 250 x (1-0,25)
= 187,5 mg/L
 CODout ABR = CODout di bak pengendap x (1-% CODpenyisihan )
= 271 x (1-0,75)
= 67,9 mg/L

 BODout ABR = BODout di bak pengendap x (1-% BODpenyisihan)


= 187,5 x (1-0,7)

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 20


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

= 56,25 mg/L
Perhitungan dimensi bak pengendap:
Zona Settling
Q =127,5 L/orang.hari

Jumlah penduduk (P) = 150 jiwa

Td limbah tercampur = 1.5 – 0.3 log P x Q

= 1.5 – 0.3 log (150x127,5)


= 0,22 hari

fp = [(18  ( p ^0.5)]
 ( 4  p)^ 0.25

= 2,44

Volume settling = Q x td x fp

= 127,5 x 0,22 x 2,44


= 10,05 m3
Ditetapkan H = 1,5 m dengan perbandingan p:l yaitu 2:1
As = Volume
 H

= 10,05 m3/1,5 m
= 6,69 m
Lebar = As
 2

= 1,49 m

Panjang = 2 x lebar

= 2,99 m
Zona Stabilisasi

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 21


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Volume stabilisasi = Rs x P

= 0,0425 x 150
= 6,375 m3

Hst = Volume
 As

= 0,95 m

Zona Lumpur
Volume lumpur =SxNxP

= 9 m3
HL = Volume
 As

= 1,34 m
Total
Htotal = Hs + Hst +HL

= 3,8 m
Hinlet = Htotal + H fb

= 4,1 m

Perhitungan kompartemen:
Jumlah kompartemen
Lebar kompartemen = 1,49 m

Houtlet = 4,4 m

Panjang kompartemen = 0,5 H

= 2,20 m

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 22


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Volume kompartemen =pxlxh


= 14,43 m3
Jumlah kompartemen (n) = (Vol ABR – Vol settling)/ Vkompartemen

= 3 buah
Dimensi Outlet kompartemen:
Kecepatan outflow = 0,8 m/jam

Debit =PxQ

= 127,5 L/orang. hari x 150 orang x 86400/1000


= 0,00021 m3/detik
A outlet = Q/v outflow

= (0,00021 m3/detik) / (0,00022 m2)


= 0,9960 m2
Tinggi bukaan outlet = Aoutlet/W outlet

= 0,9960 m2/ 2 m
= 0,498 m
H celah = Aoutlet/Panjang kompartemen

= 0,67 m
Cd = 0,3

K = 1[{Cd (2g)0.5) Aoutlet)2]

= 0,57
Hf = kQ2

= 0,000000028 m
Dimensi Pipa Outlet:

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 23


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Kekasaran pipa (n) = 0,013



Slope pipa (n) = 0,005

Dimensi pipa = [(Qxn)/(3.14 x s0.5 x R2/3)]0.5

= 5 cm

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 24


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

BAB VI
ALTERNATIF PENGOLAHAN
INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA

6.1 Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

Pengolahan air limbah dengan menggunakan sistem setempat memerlukan


pengurasan yang dilakukan secara berkala. Pengurasan lumpur di dalam tangki dilakukan
dengan menggunakan truk tinja untuk selanjutnya dibawa ke instalasi pengolahan lumpur
tinja (IPLT).
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) adalah instalasi pengolahan air limbah
yang dirancang hanya menerima dan mengolah lumpur tinja melalui mobil (truk tinja).
Pengolahan lumpur tinja di IPLT merupakan pengolahan lanjutan karena lumpur tinja yang
telah diolah pada sistem IPAL Komunal sebelumnya belum layak dibuang ke lingkungan.
Lumpur tinja yang terakumulasi di cubluk dan tangki septik yang secara reguler dikuras
atau dikosongkan kemudian diangkut ke IPLT. Lumpur akan diolah sehingga menjadi
lumpur kering yang disebut dengan cake dan air olahan yang sudah aman untuk dibuang
ataupun dimanfaatkan kembali. IPLT merupakan salah satu upaya terencana untuk
meningkatkan pengolahan dan pembuangan limbah yang memenuhi baku mutu yang telah
ditetapkan.
Pengolahan lumpur tinja dilakukan dengan dua tujuan utama yaitu:
1. Menurunkan kandungan zat organik dari dalam lumpur tinja.
2. Menghilangkan atau menurunkan kandungan mikroorganisme patogen (bakteri,
virus, jamur dan lain sebagainya)

Dalam perencanaan ini, IPLT direncanakan melayani 100% penduduk di kota


Surabaya, bukan hanya di kecamatan Sukolilo saja. Hal ini dilakukan dengan
mempertimbangkan kapasitas truk tinja (5m3) yang dianggap cukup untuk melayani satu
kota. IPLT harus terus beroperasi, karenanya satu buah IPLT sebaiknya melayani satu kota

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 25


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

dengan sistem pengurasan lumpur yang beragam agar IPLT dapat beroperasi terus-menerus
setiap harinya. Dalam perencanaan ini, IPLT diletakkan berdekatan dengan lokasi IPAL
komunal untuk memudahkan perpindahan lumpur tinja dari ABR ke lokasi IPLT.
Berdasarkan data Tugas Besar Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah Setempat
Kota Surabaya, IPLT direncanakan melayani 130.000 orang. Karakteristik lumpur yang
masuk ke IPLT (berdasarkan sumber materi diseminasi Bintek PLP tahun 2012) adalah
sebagai berikut:
- Laju/kapasitas lumpur tinja sebesar 0,5 L/orang/hari
- BOD = 5.000 mg/L
- TS = 40.000 mg/L
- TVS = 2.500 mg/L
- TSS = 15.000 mg/L

6.2 Alternatif Pengolahan


Dengan memperhatikan karakteristik dan standar kualitas air limbah, serta
mempelajari alternatif pengolahan yang ada maka selanjutnya dapat dibuat tiga alternatif
pengolahan yang dapat digunakan pada perencanaan ini. Berikut adalah beberapa macam
rangkaian proses pengolahan yang direncanakan.

Alternatif Pengolahan I

SSC Kolam Anaerobik I Kolam Anaerobik II

Kolam Maturasi Kolam Fakultatif II Kolam Fakultatif I

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 26


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Alternatif Pengolahan II

SSC Kolam Anaerobik I Kolam Fakultatif I

Kolam Maturasi Kolam Fakultatif II

Alternatif Pengolahan III

SSC Kolam Anaerobik I Kolam Anaerobik II

Kolam Maturasi Kolam Fakultatif I

Berdasarkan perencanaan diagram alir di atas, maka dapat ditentukan hasil


perhitungan removal tiap-tiap alternatif. Tabel berikut ini menyajikan hasil removal di tiap
bangunan.

Tabel 6.1 Perhitungan Removal Alternatif I


% Bod BOD inlet BOD Outlet % TSS TSS Inlet TSS outlet
Bangunan
Removal (mg/l) (mg/l) removal (mg/l) (mg/l)
SSC 0 5000 5000 85 15000 2250
Kolam Anaerobik I 75 5000 1250 60 2250 900
Kolam Anaerobik II 75 1250 312,5 60 900 360
Kolam Fakultatif I 80 480 96 60 960 192
Kolam Fakultatif II 80 96 19,2 80 192 38,4
Kolam Maturasi 80 19,2 3,84 0 38,4 38,4
Sumber: Hasil Perhitungan

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 27


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Tabel 6.2 Perhitungan Removal Alternatif II

% Bod BOD inlet BOD Outlet % TSS TSS Inlet TSS outlet
Bangunan
Removal (mg/l) (mg/l) removal (mg/l) (mg/l)
SSC 0 5000 5000 85 15000 2250
Kolam Anaerobik I 60 5000 2000 60 2250 900
Kolam Fakultatif I 80 1200 480 60 2400 960
Kolam Fakultatif II 80 480 96 80 960 192
Kolam Maturasi 80 96 19,2 0 192 192
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 6.3 Perhitungan Removal Alternatif III

% Bod BOD inlet BOD Outlet % TSS TSS Inlet TSS outlet
Bangunan
Removal (mg/l) (mg/l) removal (mg/l) (mg/l)
SSC 0 5000 5000 85 15000 2250
Kolam Anaerobik I 75 5000 1250 60 2250 900
Kolam Anaerobik II 75 1250 312,5 60 900 360
Kolam Fakultatif I 80 312,5 62,5 80 360 72
Kolam Maturasi 70 62,5 18,75 0 72 72
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan hasil perhitungan removal tiap alternatif diatas, dapat diketahui bahwa
alternatif II tidak memenuhi baku mutu. Sedangkan alternatif I dan III memenuhi baku
mutu dengan nilai BOD outlet sebesar 19,2 mg/l untuk alternatif I dan 18,75 mg/l untuk
alternatif III, TSS outlet sebesar 38,4 mg/l untuk alternatif I dan 72 mg/l untuk alternatif
III. Dalam perencanaan ini dipilih alternatif III karena effluen yang dihasilkan sudah
memenuhi baku mutu dan alternatif III menghabiskan biaya yang lebih sedikit daripada
alternatif I yang menggunakan 2 buah kolam anaerobik dan 2 buah kolam fakultatif.

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 28


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

BAB VII
DETAIL ENGINEERING DESIGN
INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA

7.1 Solid Separation Chamber (SSC)


Unit Solid Separation Chamber (pemisah lumpur) berfungsi untuk menampung
endapan lumpur. Unit ini biasa digunakan dalam proses pengolahan di IPLT secara
konvensional. SSC terdiri dari beberapa lapisan yaitu pasir, gravel dan perforated wall.
Pasir berfungsi sebagai media penyaring untuk memisahkan cairan dan padatan pada
lumpur. Supernatan (cairan yang telah terpisah dari padatan) hasil proses pengeringan
lumpur ditampung pada saluran drainase yang berada di bawah bak pemisah lumpur untuk
selanjutnya disalurkan menuju ke kolam anaerobik.
Selanjutnya, hasil cake yang terbentuk dari unit pengolahan ini disalurkan ke SDB
(bila solid 10 – 20%) dan dibawa ke dumping area (bila solid >20%). Dalam perencanaan
ini tidak digunakan SDB karena lumpur yang terbentuk hanya sedikit, sehingga dilakukan
pengolahan kembali dalam SSC dengan proses resirkulasi. SSC dapat meremove
kekeruhan antara 50-90% (Metcalf & Eddy,1993).
- Kriteria Perencanaan SSC
H lumpur tinja = 0,3 m
Freeboard = 0,5 m
Solid content = 20%
H Pasir = 0,2 m
H gravel = 0,2 m
Waktu pengisian = 5 hari
P:L =2:1
TS = 40000 mg/l
Q = 65 m3/hari
- Perhitungan
Dry solid product = TS x Q

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 29


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

= 2600 kg/hari
Vol solid product= 2063,49 l = 2,1 m3/hari
Vol cake product = (2,1 m3/hari x 100) : 20%
= 10,3 m3/hari
Volume cake 5 hari = 5 x 10,3 m3/hari
= 52 m3/hari
As = Vol / h
= 172 m2
P:L =2:1
L = 9,3 m
P = 18,5 m
H total = 1,2 m
Volume total = Vol cake/20%
= 51,5873 m3
Volume air = Vol total – vol cake
= 41 m3

7.2 Kolam Anaerobik


Kolam anaerobik berfungsi untuk menguraikan kandungan zat organik (BOD) dan
padatan tersuspensi (SS) dengan cara anaerobik atau tanpa oksigen. Kolam dapat
dikondisikan menjadi anaerobik dengan cara menambahkan beban BOD yang melebihi
kemampuan fotosintesis secara alami dalam memproduksi oksigen (Benefield & Randall.
1980). Kolam anaerobik biasanya digunakan sebagai pengolahan pendahuluan dan cocok
untuk air limbah dengan konsentrasi BOD yang tinggi. Kolam anaerobik diletakkan
sebelum kolam fakultatif karena kolam ini berfungsi sebagai pengolahan
awal/pendahuluan. Selain itu, reaksi penguraian (degradasi) yang terjadi di dalam kolam
anaerobik lebih cepat terjadi pada wilayah panas. Oleh karena itu, kolam anaerobik cocok
diaplikasikan di Indonesia engingat temperatur yang tinggi dan relatif konstan setiap tahun.
Lumpur tinja tergolong high strength wastewater yang cocok diolah dengan
menggunakan kolam anaerobik. Penurunan konsentrasi material organik terjadi seiring
dengan meningkatnya aktivitas mikroba yang memproduksi biogas dan lumpur. Lumpur

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 30


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

yang terbentuk merupakan hasil dari pemisahan padatan yang terlarut dalam influen yang
kemudian akan mengendap pada bagian dasar kolam. Selanjutnya, material organik yang
masih tersisa akan diuraikan lebih lanjut.
Kelebihan dari kolam anaerobik diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dapat membantu memperkecil dimensi/ukuran kolam fakultatif dan maturasi
2. Dapat mengurangi penumpukan lumpur pada unit pengolahan berikutnya
3. Biaya operasional murah
4. Mampu menerima limbah dengan konsentrasi yang tinggi
Kekurangan dari kolam anaerobik diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menimbulkan bau yang dapat mengganggu
2. Proses degradasi berjalan lambat
3. Memerlukan lahan yang luas
Berdasarkan hasil perhitungan pada bab sebelumnya, dalam perencanaan ini akan
digunakan 2 buah kolam anaerobik agar dapat mendegradasi kontaminan sehingga
menghasilkan kualitas efluen yang sesuai dengan baku mutu. Berikut merupakan kriteria
perencanaan dan tahapan perhitungan kolam anaerobik.

Tabel 7.1 Acuan Kriteria Perencanaan Kolam Anaerobik

- Kriteria Perencanaan Kolam Anaerobik I


H kolam =5m
Freeboard = 0,4 m

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 31


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

P:L =2:1
OLR = 500 gBOD/m3.hari
BOD removal = 75%
Q = 65 m3/hari
- Perhitungan
As = Q x BV / h
= 65 m3/hari x 5000:500 / 5 m
= 130 m2
P:L =2:1
L =8m
P = 16 m
Volume = 16 m x 8 m x 5 m
= 650 m3
Waktu detensi = Vol / Q
= 10 hari
BOD yang tersisa = (100-75)% x 5000
= 1250 mg/l

- Kriteria Perencanaan Kolam Anaerobik II


H kolam =5m
Freeboard = 0,4 m
P:L =2:1
OLR = 500 gBOD/m3.hari
BOD removal = 75%
BOD in = 1250 mg/l
Q = 65 m3/hari
- Perhitungan
As = Q x BV / h
= 65 m3/hari x 1250:500 / 5 m
= 33 m2
P:L =2:1

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 32


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

L =4m
P =8m
Volume =8mx4mx5m
= 163 m3
Waktu detensi = Vol / Q
= 2,5 hari

7.3 Kolam Fakultatif


Kolam fakultatif berfungsi untuk menguraikan dan menurunkan konsentrasi bahan
organik yang ada di dalam limbah yang telah diolah pada kolam anaerobik. Proses yang
terjadi pada kolam fakultatif adalah campuran antara proses anaerob dan aerob. Secara
umum, kolam fakultatif dibagi menjadi tiga zona atau lapisan yang memiliki kondisi dan
proses degradasi yang berbeda. Lapisan paling atas disebut dengan zona aerobik karena
pada bagian atas kolam ini kaya akan oksigen. Kedalaman zona aerobik ini sangat
bergantung pada beban yang diberikan pada kolam, iklim, banyaknya sinar matahari, angin
dan jumlah algae yang berkembang didalamnya. Oksigen yang berlimpah berasal dari
udara di permukaan kolam, proses fotosintesis algae dan adanya agitasi atau pengadukan
akibat tiupan angin. Zona aerobik juga berfungsi sebagai penghalang bau hasil produksi
gas dari aktivitas mikroba pada zona dibawahnya.
Zona tengah kolam disebut dengan zona fakultatif atau zona aerobik-anaerobik.
Pada zona ini, kondisi aerob dan anaerob ditemukan bergantung pada jenis mikroba yang
tumbuh.Zona paling bawah disebut dengan zona anaerobik dimana oksigen sudah tidak
ditemukan lagi. Pada zona ini ditemukan lapisan lumpur yang terbentuk dari padatan yang
terpisahkan dan mengendap pada dasar kolam. Proses degradasi material organik dilakukan
oleh bakteri dan organisme mikroskopis (protozoa, cacing dan lain sebagainya).
Kelebihan dari kolam fakultatif diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sangat efektif menurunkan jumlah atau konsentrasi bakteri patogen hingga (60-
99%)
2. Mampu menghadapi beban yang berfluktuasi
3. Operasi dan perawatan mudah sehingga tidak memerlukan keahlian tinggi
4. Biaya operasi dan perawatan murah

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 33


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Kekurangan dari kolam fakultatif diantaranya adalah sebagai berikut:


1. Memerlukan luas lahan yang besar
2. Waktu tinggal yang lama
3. Jika tidak dirawat dengan baik kolam bisa menjadi sarang serangga seperti
nyamuk
4. Berpotensi mengeluarkan bau
5. Memerlukan pengolahan lanjutan terutama akibat pertumbuhan algae pada
kolam
Berikut merupakan kriteria perencanaan dan tahapan perhitungan kolam fakultatif.

Tabel 7.2 Acuan Kriteria Perencanaan Kolam Fakultatif

- Kriteria Perencanaan Kolam Fakultatif


H kolam =2m
Freeboard = 0,4 m
P:L =2:1
OLR = 40 gBOD/m3.hari
BOD removal = 80%
BOD in = 312,5 mg/l (<400 mg/l)
Q = 65 m3/hari
- Perhitungan

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 34


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Td = 11,7 hari
Volume = Q x td
= 65 m3/hari x 11,7 hari
= 762 m3
As = Vol / h
= 762 m3/hari / 5 m
= 381 m2
P:L =2:1
L = 13,8 m
P = 28 m
BOD remove = 80% x BOD in
= 250 mg/l
BOD yang tersisa = 63 mg/l

7.4 Kolam Maturasi


Kolam maturasi digunakan untuk mengolah limbah yang berasal dari kolam
fakultatif dan biasanya disebut sebagai kolam pematangan. Kolam ini merupakan
rangkaian akhir dari proses pengolahan air limbah sehingga dapat menurunkan konsentrasi
padatan tersuspensi (SS) dan BOD yang masih tersisa didalamnya. Fungsi utama kolam
maturasi adalah untuk menghilangkan mikroba patogen yang terdapat didalam limbah
melalui perubahan kondisi yang berlangsung dengan cepat serta pH yang tinggi. Proses
degradasi terjadi secara aerobik melalui kerjasama antara mikroba aerobik dan algae. Alga
melakukan fotosintesis membantu meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air olahan
yang digunakan oleh mikroba aerob. Kolam maturasi dirancang untuk mengolah limbah
dengan konsentrasi yang jauh lebih rendah dibandingkan konsentrasi limbah awal saat
masuk ke IPLT.
Kelebihan dari kolam maturasi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Biaya operasi rendah karena tidak menggunakan aerator
2. Mampu menyisihkan nitrogen hingga 80%
3. Mampu menyisihkan mikroba patogen
Kekurangan dari kolam maturasi diantaranya adalah sebagai berikut:

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 35


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

1. Hanya mampu menyisihkan BOD dengan konsentrasi relatif kecil


Berikut merupakan kriteria perencanaan dan tahapan perhitungan kolam fakultatif.

Tabel 7.3 Acuan Kriteria Perencanaan Kolam Maturasi

- Kriteria Perencanaan Kolam Maturasi


H kolam = 1,25 m
Freeboard = 0,3 m
P:L =2:1
OLR = 40 gBOD/m3.hari
BOD removal = 70%
Q = 65 m3/hari
- Perhitungan
Td = 0,2 hari
Volume = Q x td
= 65 m3/hari x 0,2 hari
= 10 m3
As = Vol / h
= 10 m3/hari / 1,25 m
= 8 m2

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 36


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

P:L =2:1
L =2m
P =4m
H total = 1,6 m
BOD remove = 70% x BOD in
= 44 mg/l
BOD yang tersisa = 19 mg/l

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 37


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

BAB VIII
BILL OF QUANTITY (BOQ)

BOQ atau Bill of Quantity merupakan perincian dari seluruh peralatan dan
pekerjaan yang dibutuhkan di dalam perencanaan bangunan pengolahan air limbah
setempat Kota Surabaya

8.1 BOQ SPAL


8.1.1 BOQ Perpipaan
Dalam perencanaan ini digunakan pipa PVC. Setiap batang pipa PVC memiliki
panjang 4 m. Berikut merupakan rincian perpipaan yang digunakan dalam perencanaan ini.

Tabel 8.1 Perhitungan Panjang Tiap Segmen Pipa


L pipa Jumlah
Jalur Jenis
No D (m) L pipa tiap Pipa
pipa Pipa (m) batang (m) (buah)
1 A-B Primer 25 0,15 4 6
2 B-C Primer 29 0,15 4 7
3 C-E Primer 101 0,15 4 25
4 A-a Sekunder 237 0,15 4 59
5 B-b Sekunder 237 0,15 4 59
6 E-e Sekunder 344 0,20 4 86
7 C-IPAL Primer 88 0,15 4 22

Sumber: Hasil Perhitungan

8.1.2 BOQ penggalian pipa normal


Penggalian pipa direncanakan pada keadaan tanah stabil (normal) seperti gambar
8.1. Penanaman pipa dari muka tanah direncanakan sesuai dengan diameter pipa yang
dapat dilihat pada gambar berikut.

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 38


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Gambar 8. 1 Galian Normal Pipa Penyalur Air Limbah

Adapun nilai a,b,c,d dan w telah diatur dalam standar Departemen Pekerjaan
Umum yang dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 8.2 Standar Urugan Galian yang Diperkenankan

D Abcd W a b C
(mm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
50-100 100-115 55-60 65-75 15 15
150-200 120-125 65-70 75 15 15
250-300 130-135 75-80 75 15 15
350-400 140-150 85-95 75 15 15
500-600 160-170 100-110 75 15 15
600-700 180-190 120-130 75 15 15
700-900 190-200 140-150 75 15 15
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum

Tabel 8.3 Dimensi Saluran yang Direncanakan

D a b c

(mm) (m) (m) (m)

100-350 1 0,15 0,15

350-500 1,2 0,15 0,15

500-1000 1,5 0,2 0,2

Sumber : Departemen Pekerjaan Umum

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 39


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Tabel 8.4 Dimensi Saluran yang Terpakai

Jalur D
No a (m) b (m) c (m)
pipa (mm)
1 A-B 150 1 0,15 0,15
2 B-C 150 1 0,15 0,15
3 C-E 150 1 0,15 0,15
4 A-a 150 1 0,15 0,15
5 B-b 150 1 0,15 0,15
6 E-e 200 1 0,15 0,15
7 C-IPAL 150 1 0,15 0,15
Sumber : Hasil Perhitungan

Gambar 8. 2 Bentuk Galian yang direncanakan Sepanjang Saluran

Perhitungan BOQ untuk galian pipa adalah sebagai berikut:



D = diameter pipa.

h = kedalaman penanaman pipa.

h1 = kedalaman penanaman pipa awal.

h2 = kedalaman penanaman pipa akhir.

y = kedalaman galian = h + D + c.

y1 = kedalaman galian awal.

y2 = kedalaman galian akhir.

x = y2 - y1, z = ( (y12) + (L pipa2) )1/2

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 40


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA


Volume galian I =   0,3  2   D   y1  Ld


Volume galian II = 1
2
  0,3  2  D  x  Ld

Volume galian total = Volume galian I + Volume galian II
1

Volume pipa = D 2  Ld
4

Volume urugan pasir = [D + (0,3 x 2)] x (b + D + c) x Ld – Volume pipa.

Volume Sisa Tanah Galian = Volume galian total – Volume urugan pasir

Contoh perhitungan BOQ galian pipa pada saluran A-B adalah sebagai berikut:

1. D = 150 mm = 0,15 m
2. Panjang saluran = L pipa = 25 m
3. h1 = 1,25 m, h2 = 1,175 m
4. y1 = h1 + D + c = 1,25 + 0,15 + 0,15 = 1,55 m
5. y2 = h2 + D + c = 1,175 + 0,15 + 0,15 = 1,475 m
6. x = y2 – y1 = 0,075 m
7. z = 25,048 m
8. Volume galian I =   0,3  2  D   y1  Z

= 29,063 m3

1
2
  0,3  2  D  x  Ld
9. Volume galian II =

= 0,7 m3

10 Volume galian total = Volume galian I + Volume galian II


= 329,766 m3
1
D 2  Psaluran
11. Volume pipa = 4
= 0,44 m3

12. Volume urugan pasir


= [(D + (0,3 x 2)) x (b + D + c) x Ld] – Volume Pipa
= [(0,15+ (0,3 x 2)) x (0,15 + 0,15 + 0,15) x 25] – (0,44)
= 8,438 m3
13. Volume Sisa Tanah Galian = Volume galian total – Volume urugan pasir
= 21,328 m3

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 41


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Untuk perhitungan BOQ galian dan urugan pipa pada saluran selanjutnya dapat
dilihat pada tabel berikut.

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 42


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO
KOTA SURABAYA

Tabel 8.4 BOQ Galian dan Urugan Pipa

Volume galian Volume Volume


Kedalaman Kedalaman Galian Volume Volume
Jalur Panjang (m³) pipa sisa tanah
No D (m) X Z galian urugan
pipa Pipa (m) Awal h1 Akhir h2 Awal y1 Akhir y2 galian
I II total (m³) (m³) pasir (m³)
(m) (m) (m) (m) (m³)
1 A-B 25 0,15 1,250 1,175 1,550 1,475 0,075 25,048 29,063 0,703 29,766 0,442 8,438 21,328
2 B-C 29 0,15 1,250 1,195 1,550 1,495 0,055 29,041 33,713 0,598 34,311 0,512 9,788 24,523
3 C-E 101 0,15 1,250 1,355 1,550 1,655 0,105 101,012 117,413 3,977 121,389 1,784 34,088 87,302
4 A-a 237 0,15 1,250 0,787 1,550 1,087 0,463 237,005 275,513 41,149 316,662 4,186 79,988 236,674
5 B-b 237 0,15 1,250 0,987 1,550 1,287 0,263 237,005 275,513 23,374 298,887 4,186 79,988 218,899
6 E-e 344,4 0,20 1,300 1,444 1,650 1,794 0,144 344,404 454,608 19,893 474,501 10,814 137,760 336,741
7 C-IPAL 88 0,15 1,250 1,930 1,550 2,230 0,680 88,014 102,300 22,440 124,740 1,554 29,700 95,040
Sumber: Hasil Perhitungan

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 43


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

8.1.3 Bill Of Quantity Tenaga Kerja Dan Peralatan


Volume pekerjaan dihitung berdasarkan pada kemampuan pekerja dalam
menyelesaikan pekaerjaannya dalam satuan per meter. Penggalian lahan dan pembuatan
saluran diperlukan tenaga kerja dengan ketentuan sebagai berikut.

Tabel 8. 5 Ketentuan Jumlah Pekerja

No Bidang indeks satuan (oh)

1 Penggalian tanah
kuli / tenaga lapangan 0,75
mandor / tenaga pengawas 0,025
2 pengurugan pasir
kuli / tenaga lapangan 0,3
mandor / tenaga pengawas 0,01
3 pembuangan sisa tanah galian
kuli / tenaga lapangan 0,33
mandor / tenaga pengawas 0,03
4 truk / buah 10 m³

Sumber : SNI DT 91 0006 200

Contoh perhitungan BOQ galian pipa pada saluran A-B adalah sebagai berikut:

Volume Galian Total = 29,766 m3

Volume Urugan pasir = 8,438 m3

Volume Sisa Tanah Galian = 21,328 m3

Panjang Pipa = 25 m
BOQ Tenaga Kerja untuk Galian dan Urugan Pipa

a. Untuk penggalian tanah


 Tenaga lapangan atau Kuli = 29,766 m3 x 0,75 oh = 22 oh
 Mandor atau Tenaga Pengawas = 29,766 m3 x 0,025 oh = 1 oh
b. Untuk pengurugan pasir
 Tenaga lapangan atau Kuli = 8,438 m3 x 0,3 oh = 3 oh
 Mandor atau Tenaga Pengawas = 8,438 m3 x 0,01 oh = 1 oh
c. Untuk pembuangan sisa galian tanah

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 44


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

 Tenaga lapangan atau Kuli = 21,328 m3 x 0,330 oh = 7 oh


 Mandor atau Tenaga Pengawas = 21,328 m3 x 0,01 oh = 1 oh
BOQ Peralatan untuk Galian dan Urugan Pipa

a.Jumlah unit Truk = 2 buah


Perhitungan volume pekerjaan dan peralatan selanjutnya dapat dilihat pada tabel
berikut.

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 45


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO
KOTA SURABAYA

Tabel 8.6 BOQ Tenaga Kerja dan Peralatan untuk Galian dan Urugan Pipa

Volume
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Panjang Volume Volume sisa
Jalur tenaga tenaga tenaga tenaga tenaga tenaga truk
No pipa galian total urugan tanah
pipa lapangan pengawas lapangan pengawas lapangan pengawas
(m) (m³) pasir (m³) galian
(oh) (oh) (oh) (oh) (oh) (oh) unit
(m³)
1 A-B 25 29,766 22 1 8,438 2,53125 1 21,328 7 1 2
2 B-C 29 34,311 26 1 9,788 2,93625 1 24,523 8 1 2
3 C-E 101 121,389 91 3 34,088 10,22625 1 87,302 29 1 9
4 A-a 237 316,662 237 8 79,988 23,99625 1 236,674 78 2 24
5 B-b 237 298,887 224 7 79,988 23,99625 1 218,899 72 2 22
6 E-e 344,4 474,501 356 12 137,760 41,328 2 336,741 111 4 34
C-
7 88 124,740 94 3 29,700 8,91 1 95,040 31 1 10
IPAL
Sumber: Hasil Perhitungan

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 46


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

8.2 BOQ IPAL Komunal


Dalam perencanaan ini, ABR berjumlah 3 buah. Berikut merupakan hasil
perhitungan BOQ ABR tiap-tiap unitnya meliputi penggalian tanah, urugan pasir dan tanah
dan pembetonan yaitu:


Dimensi ABR
Panjang = 5,9 m
Lebar = 2,9 m
Kedalaman =3m
Freeboard = 0,3 m
Volume = 56,463 m3

Volume galian tanah ABR
P = Panjang + 2 m + 10 m
= 17,9 m
L = Lebar + 2 m + 10 m
= 14,9 m
H = Kedalaman + 2 m + 10 m
= 15,3 m
Volume penggalian 1 ABR = 4080,663 m3

Pekerjaan Urugan Pasir



A1 = 5,9 m + 2 m + 10 m = 17,9 m

A2 = 2,9 m + 2 m + 10 m =14,9 m

Tebal urugan pasir =1m
Volume urugan pasir 1 ABR = 266,71 m3 - 56,463 m3
= 210,247 m3
Pekerjaan Beton Lantai Kerja

Tebal lantai kerja = 0,3 m

Luas dasar ABR = 17,11 m2
Volume beton lantai kerja 1 ABR = 5,133 m3

Pekerjaan Urugan Tanah



Volume galian tanah = 4080,663 m3

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 47


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA


Volume ABR = 56,463 m3

Volume beton lantai kerja 1 ABR = 5,133 m3

Volume urugan pasir 1 ABR = 210,247 m3

Volume tanah urugan pasir 1 ABR
= Vol galian tanah – (Vol ABR + Vol beton lantai kerja + Vol urugan pasir)
= 3808,82 m3

Pekerjaan Tanah Buangan



Volume urugan pasir 1 ABR = 210,247 m3

Volume beton lantai kerja 1 ABR = 5,133 m3

Volume tanah dibuang = 215,38 m3

Pekerjaan Beton Lantai ABR



Tebal lantai 1 ABR =1m

Luas dasar 1 ABR = 17,11 m2

Volume beton lantai 1 ABR = 17,11 m3

Pekerjaan Beton Spesi Dinding



Tebal dinding =1m

Luas dinding 1 ABR = (2 x 5,9 x 2,9) + (2 x 2,9 x 3,3)
= 52,78 m2

Volume spesi dinding 1 ABR = 52,78 m3

Pekerjaan Beton Atap ABR



Tebal atap = 0,15 m

Luas atap 1 ABR = 17,11 m2

Volume beton atap 1 ABR = 2,56 m3

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 48


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Pekerjaan Pembesian
Berat Besi Lantai
Berat besi lantai adalah berat besi yang ada pada beton ABR, dengan asumsi bahwa
pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka diperoleh:


Berat besi lantai = Volume beton lantai x 150 kg/m3
= 17,11 m3 x 150 kg/m3
= 2566,5 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 2566,5 kg : 200 kg
= 12,8

Berat Besi Dinding


Berat besi dinding adalah berat besi yang ada pada beton dinding ABR, dengan
asumsi bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka
diperoleh:


Berat besi dinding = Volume beton dinding x 150 kg/m3
= 52,78 m3 x 150 kg/m3
= 7917 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 7917 kg : 200 kg
= 39,5

Berat Besi Atap


Berat besi dinding adalah berat besi yang ada pada beton atap ABR, dengan asumsi
bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka diperoleh:


Berat besi atap = Volume beton atap x 150 kg/m3
= 2,56 m3 x 150 kg/m3
= 384 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 384 kg : 200 kg

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 49


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

= 1,92

Hasil perhitungan BOQ ABR dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8.7 Hasil Perhitungan BOQ ABR

No Uraian pekerjaan Material Satuan Jumlah


A Pekerjaan galian
1 Penggalian tanah biasa m3 4080,663
2 Urugan tanah tanah m3 3808,82
3 Urugan pasir pasir m3 210,247
4 Pegangkutan tanah sejauh 30 m

tanah dibuang m3 215,38

B
Pekerjaan Lantai

1
Pek dan bhn beton lantai kerja beton 1:3:5 m3 5,133

2 Pek dan bhn beton lantai ABR beton 1:3:5 m3 17,11


3 Pek dan bhn pembesian besi/200kg kg 12,8
Pekerjaan dinding dan sekat
C
dinding
1 Pek dan bhn beton dinding beton 1:3:5 m3 52,78
2 Pek dan bhn pembesian besi/200kg kg 39,5
D Pekerjaan atap
1 Pek dan bhn beton atap beton 1:3:5 m3 2,56
2 Pek dan bhn pembesian besi/200kg kg 1,92
Sumber: Hasil Perhitungan

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 50


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

8.3 BOQ IPLT


Berikut merupakan hasil perhitungan BOQ tiap-tiap unitnya meliputi penggalian
tanah, urugan pasir dan tanah dan pembetonan.

Pekerjaan Galian

SSC
Panjang 18,54 m
Lebar 9,27 m
Kedalaman +
1,20 m
Free Board
Tebal Dinding 0,2 m

Jenis Pekerjaan Volume (m3) Luas(m2)


Pekerjaan Galian SC
Pekerjaan Galian Tanah 619,047619 -
Pekerjaan Tanah Buangan 619,047619 -
Pekerjaan beton SC
Pekerjaan Beton Lantai 103,1746032 -
Pekerjaan Beton Spesi Dinding 11,03697281 -
Pekerjaan Beton atap 96,44441949 -
Pekerjaan Bekisting SC
Volume Bekisting Lantai (25%) 20,63492063 -
Volume Bekisting untuk Dinding
8,829578244 -
(80%)
Volume Bekisting Atap (100%) 96,44441949 -
Sumber: Hasil Perhitungan

Pekerjaan Pembesian
Berat Besi Lantai
Berat besi lantai adalah berat besi yang ada pada beton kolam, dengan asumsi
bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka diperoleh:


Berat besi lantai = Volume beton lantai x 150 kg/m3
= 103,17 m3 x 150 kg/m3
= 15476,19 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 51


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

= 15476,19 kg : 200 kg
= 72,3
Berat Besi Dinding
Berat besi dinding adalah berat besi yang ada pada beton dinding kolam, dengan
asumsi bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka
diperoleh:

Berat besi dinding = Volume beton dinding x 150 kg/m3
= 11,03 m3 x 150 kg/m3
= 1655,54 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 1655,54 kg : 200 kg
= 8,3
Berat Besi Atap
Berat besi dinding adalah berat besi yang ada pada beton atap kolam, dengan
asumsi bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka
diperoleh:

Berat besi atap = Volume beton atap x 150 kg/m3
= 96,44 m3 x 150 kg/m3
= 14466,66 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 14466,66 kg : 200 kg
= 77,4
Pekerjaan Galian

Kolam Anaerobik I
Panjang 16 m
Lebar 8 m
Kedalaman
+ Free 5,4 m
Board
Tebal
0,2 m
Dinding

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 52


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Jenis Pekerjaan Volume (m3) Luas(m2)


Pekerjaan Galian SC
Pekerjaan Galian Tanah 4212 -
Pekerjaan Tanah Buangan 4212 -
Pekerjaan beton SC
Pekerjaan Beton Lantai 156 -
Pekerjaan Beton Spesi Dinding 100,4369767 -
Pekerjaan Beton atap 144,2823488 -
Pekerjaan Bekisting SC
Volume Bekisting Lantai (25%) 31,2 -
Volume Bekisting untuk Dinding
80,34958136 -
(80%)
Volume Bekisting Atap (100%) 144,2823488 -
Sumber: Hasil Perhitungan

Pekerjaan Pembesian
Berat Besi Lantai
Berat besi lantai adalah berat besi yang ada pada beton SSC, dengan asumsi bahwa
pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka diperoleh:


Berat besi lantai = Volume beton lantai x 150 kg/m3
= 156 m3 x 150 kg/m3
= 23400 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 23400 kg : 200 kg
= 108,2

Berat Besi Dinding


Berat besi dinding adalah berat besi yang ada pada beton dinding SSC, dengan
asumsi bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka
diperoleh:


Berat besi dinding = Volume beton dinding x 150 kg/m3
= 100,43 m3 x 150 kg/m3
= 15065,54 kg

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 53


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA


Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 15065,54 kg : 200 kg
= 75,3
Berat Besi Atap
Berat besi dinding adalah berat besi yang ada pada beton atap SSC, dengan asumsi
bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka diperoleh:

Berat besi atap = Volume beton atap x 150 kg/m3
= 144,28 m3 x 150 kg/m3
= 21642,35 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 21642,35 kg : 200 kg
= 117
Pekerjaan Galian

Kolam Anaerobik II
Panjang 8 m
Lebar 4,031129 m
Kedalaman
+ Free 5,4 m
Board
Tebal
0,2 m
Dinding

Jenis Pekerjaan Volume (m3) Luas(m2)


Pekerjaan Galian SC
Pekerjaan Galian Tanah 1053 -
Pekerjaan Tanah Buangan 1053 -
Pekerjaan beton SC
Pekerjaan Beton Lantai 39 -
Pekerjaan Beton Spesi Dinding 50,12848835 -
Pekerjaan Beton atap 33,08717442 -
Pekerjaan Bekisting SC
Volume Bekisting Lantai (25%) 7,8 -
Volume Bekisting untuk Dinding
40,10279068 -
(80%)
Volume Bekisting Atap (100%) 33,08717442 -
Sumber: Hasil Perhitungan

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 54


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Pekerjaan Pembesian
Berat Besi Lantai
Berat besi lantai adalah berat besi yang ada pada beton kolam, dengan asumsi
bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka diperoleh:


Berat besi lantai = Volume beton lantai x 150 kg/m3
= 39 m3 x 150 kg/m3
= 5850 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 5850 kg : 200 kg
= 24,8

Berat Besi Dinding


Berat besi dinding adalah berat besi yang ada pada beton dinding kolam, dengan
asumsi bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka
diperoleh:


Berat besi dinding = Volume beton dinding x 150 kg/m3
= 50,12 m3 x 150 kg/m3
= 7519,27 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 7519,27 kg : 200 kg
= 37,6

Berat Besi Atap


Berat besi dinding adalah berat besi yang ada pada beton atap kolam, dengan
asumsi bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka
diperoleh:


Berat besi atap = Volume beton atap x 150 kg/m3
= 33,08 m3 x 150 kg/m3
= 4963,07 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 55


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

= 4963,07 kg : 200 kg
= 29,3
Pekerjaan Penggalian

Kolam Fakultatif
Panjang 27,61 m
Lebar 13,80 m
Kedalaman
+ Free 2,40 m
Board
Tebal
0,2 m
Dinding

Jenis Pekerjaan Volume (m3) Luas(m2)


Pekerjaan Galian SC
Pekerjaan Galian Tanah 2743,951934 -
Pekerjaan Tanah Buangan 2743,951934 -
Pekerjaan beton SC
Pekerjaan Beton Lantai 228,6626611 -
Pekerjaan Beton Spesi Dinding 36,35273228 -
Pekerjaan Beton atap 218,6697342 -
Pekerjaan Bekisting SC
Volume Bekisting Lantai (25%) 45,73253223 -
Volume Bekisting untuk Dinding
29,08218582 -
(80%)
Volume Bekisting Atap (100%) 218,6697342 -
Sumber: Hasil Perhitungan

Pekerjaan Pembesian
Berat Besi Lantai
Berat besi lantai adalah berat besi yang ada pada beton kolam, dengan asumsi
bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka diperoleh:


Berat besi lantai = Volume beton lantai x 150 kg/m3
= 228,66 m3 x 150 kg/m3
= 34299,39 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 34299,39 kg : 200 kg
= 164

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 56


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Berat Besi Dinding


Berat besi dinding adalah berat besi yang ada pada beton dinding kolam, dengan
asumsi bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka
diperoleh:


Berat besi dinding = Volume beton dinding x 150 kg/m3
= 36,35 m3 x 150 kg/m3
= 5452,9 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 5452,9 kg : 200 kg
= 27,3

Berat Besi Atap


Berat besi dinding adalah berat besi yang ada pada beton atap kolam, dengan
asumsi bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka
diperoleh:


Berat besi atap = Volume beton atap x 150 kg/m3
= 218,66 m3 x 150 kg/m3
= 32800,46 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 32800,46 kg : 200 kg
= 171,5

Pekerjaan Penggalian

Kolam Maturasi
Panjang 4,05 m
Lebar 2,02 m
Kedalaman
+ Free 1,55 m
Board
Tebal
0,2 m
Dinding

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 57


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

Jenis Pekerjaan Volume (m3) Luas(m2)


Pekerjaan Galian SC
Pekerjaan Galian Tanah 38,10571544 -
Pekerjaan Tanah Buangan 38,10571544 -
Pekerjaan beton SC
Pekerjaan Beton Lantai 4,916866508 -
Pekerjaan Beton Spesi Dinding 3,189205247 -
Pekerjaan Beton atap 3,405441954 -
Pekerjaan Bekisting SC
Volume Bekisting Lantai (25%) 0,983373302 -
Volume Bekisting untuk Dinding
2,551364198 -
(80%)
Volume Bekisting Atap (100%) 3,405441954 -
Sumber: Hasil Perhitungan

Pekerjaan Pembesian
Berat Besi Lantai
Berat besi lantai adalah berat besi yang ada pada beton kolam, dengan asumsi
bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka diperoleh:


Berat besi lantai = Volume beton lantai x 150 kg/m3
= 4,9 m3 x 150 kg/m3
= 737,52 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 737,52 kg : 200 kg
= 2,6

Berat Besi Dinding


Berat besi dinding adalah berat besi yang ada pada beton dinding kolam, dengan
asumsi bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka
diperoleh:


Berat besi dinding = Volume beton dinding x 150 kg/m3
= 3,18 m3 x 150 kg/m3
= 478,38 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 478,38 kg : 200 kg

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 58


PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH SETEMPAT KECAMATAN SUKOLILO KOTA
SURABAYA

= 2,4

Berat Besi Atap


Berat besi dinding adalah berat besi yang ada pada beton atap kolam, dengan
asumsi bahwa pada setiap 1 m3 beton mempunyai berat besi sebesar 150 kg. Maka
diperoleh:


Berat besi atap = Volume beton atap x 150 kg/m3
= 3,4 m3 x 150 kg/m3
= 510,8 kg

Karena pekerjaan pembesian dihitung setiap 200 kg, maka
= 510,8 kg : 200 kg
= 3,7

NINDYASARI HECA SAVITRI |3312100073 59

Anda mungkin juga menyukai