Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
.............................

1.2 Perumusan Masalah


Melalui penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang
akan dibahas yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana penanganan yang dapat digunakan dalam pengelolaan air limbah domestik di
Perumahan Manunggal I Kab. Kapuas?
2. Apakah teknologi pengolahan ABR dan AF yang digunakan sudah dapat memenuhi baku
mutu effluent yang ditetapkan berdasarkan PermenLHK No. P.68/Menlhk-Setjen/2016?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:
1. Memperoleh desain rinci IPALD dengan proses Anaerobic Baffled Reactor dan Anaerobic
Filter serta sub sistem pengumpulan untuk Perumahan Manunggal I Kab. Kapuas.
2. Menghasilkan desain IPALD yang dapat memenuhi baku mutu effluent yang ditetapkan
berdasarkan PermenLHK No. P.68/Menlhk-Setjen/2016.

Manfaat dari pelaksanaan kegiatan dengan judul Perencanaan SPALD-T Perumahan


Manunggal I Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas ini adalah:
1. Membantu Pemerintah Kabupaten Kapuas dalam memberikan alternatif pengolahan air
limbah domestik yang efektif dan efisien untuk digunakan di lingkungan Komplek
Perumahan, khususnya Perumahan Manunggal I.
2. Membantu mengurangi pencemaran air tanah dan badan air di sekitar lingkungan
Perumahan Manunggal I Kab. Kapuas.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup kegiatan ini meliputi:
1. Wilayah perencanaan yaitu Perumahan Manunggal I Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas,
Kalimantan Tengah.
2. Perencanaan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) Skala
Permukiman dimulai dari perencanaan sub sistem pelayanan s/d sub sistem pengolahan.
3. Limbah yang diolah dalam perencanaan ini adalah air limbah domestik yang terdiri dari grey
water dan black water.
4. Baku mutu effluent mengacu pada PermenLHK No. P.68/Menlhk-Setjen/2016.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN


Perumahan Manunggal I berlokasi di Kelurahan Selat Dalam, Kecamatan Selat terletak
dibagian Utara wilayah Kota Kuala Kapuas. Kelurahan Selat Dalam merupakan salah satu
kelurahan yang ada di Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Kelurahan Selat Dalam memiliki jumlah penduduk yaitu 9.460 jiwa tahun 2019 dengan luas
wilayah 486 Ha sehingga kepadatan penduduk sebesar ≤ 19 jiwa/Ha, dimana hampir sebagian
besar masyarakat di Kelurahan Selat Dalam belum mempunyai infrastruktur sanitasi yang layak
dan tidak sedikit masyarakat Kelurahan Selat Dalam yang BABS di bantaran Sungai.
Secara Topografis Kelurahan Selat Dalam terletak pada ketinggian 0 – 5 m dari permukaan
laut yang mempunyai elevasi 0 – 8% (permukaan wilayah yang relatif datar) dan terdiri dari rawa –
rawa serta dipengaruhi oleh pasang surut dan merupakan daerah yang mempunyai
potensi banjir yang cukup besar (air laut/ pasang naik).

Gambar 2.1 Layout Daerah Perencanaan SPALDT Perumahan Manunggal I


Gambar On Progress

Gambar 2.2 Kondisi Eksisting Perumahan Manunggal I


2.2 .................................................................
2.3 .................................................................
2.4 ................................................................. dst
BAB 3
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

3.1 Permasalahan Teknis


Secara umum limbah domestik yang berasal dari rumah tangga yang tidak memiliki akses
terhadap bangunan pengolahan merupakan sumber pencemaran utama bagi lingkungan yang
dapat menimbulkan dampak yang serius karena dapat dengan mudah masuk ke badan air
ataupun meresap ke badan tanah. Fakta dilapangan menunjukkan, air limbah domestik ini
merupakan sumber utama pencemar badan air lingkungan terutama di daerah perkotaan.
Tanpa adanya sistem penataan dan pengelolaan yang baik terhadap air limbah maka akan
berdampak pada pencemaran dan menurunnya kualitas air lingkungan dalam jangka panjang,
mengakibatkan menurunnya kualitas air di badan penerima air, seperti sungai, waduk, situ dan
lainnya. Akan menyebabkan beberapa masalah,seperti kerusakan keseimbangan ekologi di aliran
sungai, masalah kesehatan penduduk yang memanfaatkan air sungai secara langsung sehingga
dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat dan meningkatkan angka kematian akibat
penyakit infeksi air (seperti disentri dan kolera).
Kondisi saat ini, Perumahan Manunggal I merupakan daerah permukiman atau komplek
perumahan yang terletak di Kecamatan Selat, Kelurahan Selat Dalam dengan angka pertambahan
rumah yang cukup tinggi. Perumahan Manunggal I masuk ke dalam Kelurahan Selat Dalam yang
merupakan daerah tingkat pencemaran BOD yang cukup tinggi dan daerah yang memiliki
kesediaan jamban yang cukup rendah (Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan
Kawasan Permukiman Kab. Kapuas, 2014), sehingga Perumahan Manunggal I perlu dilakukan
pengelolaan air limbah domestik untuk mengurangi pencemaran dan menurunkan kualitas
lingkungan, terutama air tanah dan air permukaan di lokasi tersebut.
Selain itu permasalahan secara teknis yang dihadapi adalah kondisi topografis Perumahan
Manunggal I terletak pada ketinggian 0 – 5 m dari permukaan laut dengan kondisi daerah berawa-
rawa dan permukaan wilayah yang relatif datar, oleh karena itu secara struktur dan perencanaan
desain untuk Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik (SPALD) di wilayah tersebut perlu
diperhatikan dan memerlukan konstruksi atau teknologi khusus untuk wilayah tersebut.

3.2 Permasalahan Non Teknis


Dalam peningkatan Sanitasi di Kabupaten Kapuas, khususnya di lokasi Perumahan
Manunggal I perlu adanya kesadaran masyarakat terhadap sanitasi dan peran semua stakeholder
dalam penanganannya untuk memenuhi target yang ingin dicapai. Pengelolaan limbah cair sangat
tergantung pada kebiasaan/ perilaku masyarakat. Pada saat ini masyarakat masih banyak yang
belum mengetahui pentingnya sanitasi karena kurangnya informasi kesehatan lingkungan.
Tipe Rumah di Kabupaten Kapuas umumnya merupakan tipe rumah panggung, saluran
pembuangan air limbah rumah tangga masih menyatu dengan saluran drainase bahkan air
greywater kebanyakannya langsung terbuang melalui celah lantai atau bawah rumah, hal ini juga
dipengaruhi oleh kondisi tanah rawa atau lempung yang berifat self purification ,sehingga
masyarakat masih terbiasa dengan tidak mengolah limbahnya secara benar. Penyadaran
masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah cair yang ada sangat penting, perubahan
pemahaman masyarakat tentunya harus ditingkatkan.
Kabupaten Kapuas sudah memiliki regulasi yang mengatur pengelolaan air limbah domestik
yang tertuang pada Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas No 4 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan
Air Limbah Domestik, namun masyarakat sampai saat ini masih banyak yang tidak mengetahui
regulasi tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi ke masyarakat.
Penegakan peraturan serta sanksi atau implementasi terhadap regulasi tersebut masih
minim, hal tersebut dapat terlihat dari masih banyaknya warga atau masyarakat yang memiliki
tangki septik yang tidak standar atau cubluk yang belum memenuhi standar kesehatan lingkungan
sehingga secara teknis fungsinya hampir tidak berbeda dengan jamban cubluk biasa. Selain itu
masih banyak terdapat perumahan-perumahan baru yang masih membangun tangki septik cubluk
padahal di dalam perda sudah ada keharusan atau kewajiban untuk pengelolaan air limbah
domestik baik secara sistem terpusat (off site) maupun sistem setempat (on site).
BAB 4
RENCANA TINDAK LANJUT

4.1 Perhitungan IPALD ABR & AF


Perumahan Manunggal I direncanakan menggunakan IPAL dengan sistem Anaerobic Baffle
Reactor (ABR) dan Anaerobic Filter (AF).
Diketahui:
Jumlah Penghuni 1 Blok Pelayanan = 102 Rumah x 5 Orang/Rumah = 510 Orang
Unit Konsumsi Air Bersih = 150 l/org/hari
QDesain = 80% x Jumlah Penghuni x Unit konsumsi air bersih
= 80% x 510 orang x 150 l/org/hari
= 61.200 liter/hari
= 61,2 m3/hari
= 2,55 m3/jam
Waktu Pengaliran = 13 Jam
Kapasitas Max/ Aliran Puncak = QDesain x Waktu Pengaliran
= 4,71 m/jam
BOD Influen (asumsi) = 300 mg/L
COD Influen (asumsi) = 600 mg/L
Kriteria Desain (Siswanto, dkk, 2016) dan Perencanaan Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
dengan Sistem Reaktor Anaerobik Bersekat (SRAB) (Badan Standarisasi Nasional, 2017) :
1. Zona Tangki Pengendap (Settler)
a. Periode pengurasan = 2-3 Tahun asumsi 3 tahun
b. Td tangki pengendap = 2-6 Jam asumsi 6 jam
c. SS/COD = 0,35-0,45 asumsi 0,42
d. Tinggi bak = 1,5 – 2 m asumsi 2 m
2. Zona Kompartemen (Baffle)
a. Organic Loading Rate (OLR) = <3 KgCOD/m3.hari
b. Hydraulic Retention Time (HRT) = 8-20 Jam
c. Kecepatan Aliran (Vup) = < 2 m/jam
d. Panjang Kompartemen = 50-60% kedalaman
e. Tinggi bak = 1,5 – 2 m
f. Temperatur = 25OC-30OC

Perhitungan:
1. Perencanaan Tangki Pengendap (Settler)
a. Presentase removal COD diketahui setelah mendapatkan faktor removal COD. Penentuan
faktor removal COD dengan cara menarik garis pada grafik removal COD terhadap HRT di
tangki pengendap (Gambar 4.1). Waktu tinggal direncanakan selama 6 jam, sehingga
didapatkan faktor removal COD sebesar 0,42. Direncanakan nilai rasio SS/COD sebesar
0,42.

Gambar 4.1 Faktor Removal COD di Tangki Pengendap (Settler)


b. Perkiraan presentase removal COD

Rasio SS /COD
x Faktor removal
0,6
Rasio SS/COD, diasumsikan = 0,42
Td Tangki Pengendap, diasumsikan = 6 jam
Faktor removal COD = 0,42
COD removal di Settler = Rasio SS /COD
x Faktor removal
0,6
0,42
= x 0,42
0,6
= 0,294
= 29%
c. Presentase removal BOD dapat ditentukan dengan mengetahui faktor removal BOD. Faktor
removal BOD didapat melalui grafik hubungan antara faktor removal BOD terhadap
removal COD (Gambar 4.2). Presentase removal COD diketahui sebesar 29%, maka
didapatkan faktor removal BOD adalah 1,06.

Gambar 4.2 Faktor Removal BOD Terhadap Removal COD


d. Perkiraan presentase removal BOD
= Faktor removal BOD × presentase removal COD
= 1,06 × 29%
= 31%
e. Perhitungan Dimensi Tangki Pengendap (Settler) mengacu pada literatur dan kriteria
desain.
f. Maka didapatkan dimensi dan persentase removal di Tangki Pengendap (Settler) yaitu :
 Dimensi Tangki Pengendap
Volume Tangki, (Td = 6 jam) = QDesain x 6 jam
= 2,55 m3/jam x 6 Jam
= 15,3 m3
Kedalaman = 2 meter
Panjang = 6 meter (asumsi)
Lebar = 0,5 x panjang
= 0,5 x 6
= 3 meter
Freeboard = 0,3 meter
Volume Tangki = Kedalaman x Panjang x Lebar
= 2mx6mx3m
= 36 m3
 Persentase Removal di Tangki Pengendap
Removal BOD = 31 %
Removal COD = 29 %
g. Kualitas effluen Tangki Pengendap (Settler)
BOD effluen = BOD influen x (1 – Removal BOD)
= 300 mg/L x (1 - 31%)
= 207 mg/L
COD effluen = COD influen x (1 – Removal COD)
= 600 mg/L x (1 - 29%)
= 424 mg/L
h. Mass Balance Tangki Pengendap (Settler)
QDesain = 61,2 m3/hari
MBOD = QDesain x BOD inf settler
= 61,2 m3/hari x (300 mg/L / 1000)
= 18,36 KgBOD/hari
MCOD = QDesain x COD inf settler
= 61,2 m3/hari x (600 mg/L / 1000)
= 36,72 KgBOD/hari

2. Perencanaan Kompartemen (Baffle)


a. Jumlah kompartemen diasumsikan sebanyak 5 buah.
b. Perhitungan efisiensi removal COD dipengaruhi oleh faktor OLR (Gambar 4.3), faktor COD
strength (Gambar 4.4), faktor temperatur (Gambar 4.5), dan faktor HRT (Gambar 4.6).
 Laju beban organik yang masuk kedalam ABR sebesar 0,81 Kg/m3.hari sehingga
diketahui nilai faktor OLR adalah 1.
 Konsentrasi COD yang masuk kedalam ABR sebesar 600 mg/L sehingga diketahui nilai
faktor COD strength adalah 0,91.
 Temperatur di dalam unit ABR ditetapkan sebesar 25⁰C sehingga diketahui nilai faktor
temperatur adalah 1,0.
 Lamanya waktu tinggal air limbah di dalam reaktor adalah 13 jam sehingga didapatkan
nilai faktor sebesar 0,83

Gambar 4.3 Faktor OLR Gambar 4.4 Faktor COD Strength

Gambar 4.5 Faktor Temperatur Gambar 4.6 Faktor HRT

c. Perhitungan efisiensi removal BOD dengan menggunakan grafik faktor removal BOD
terhadap removal COD di kompartemen (Gambar 4.7).

Gambar 4.7 Faktor Removal BOD Terhadap COD


Efisiensi removal BOD terhadap removal COD
= f OLR x f strength x f tempt x f HRT
= 1 x 0,91 x 1 x 0,83 = 0,76 = 76 %
Faktor removal COD/BOD = 1,12 (Gambar 4.7)
Removal COD = 76 %
Removal BOD = Removal COD x Faktor removal COD/BOD
= 76 % x 1,12
= 85 %
d. Perhitungan dimensi tangki kompartemen (baffle) mengacu pada literatur dan kriteria
desain.
e. Maka didapatkan dimensi dan persentase removal di Tangki Kompartemen (baffle) yaitu :
 Dimensi Tangki Kompartemen (baffle)
Tinggi (asumsi) = 2 meter
Panjang = 60% x kedalaman
= 0,6 x 2 meter
= 1,2 meter
Luas bak baffle = Aliran puncak per jam / kecepatan aliran
= 4,71 m/jam / 1,5 m/jam
= 3,14 m2 ≈ 3 m2
Lebar = Luas bak baffle / panjang bak
= 3 m2 / 1,2 m
= 2,5 meter
Freeboard = 0,3 meter
Kecepatan Aktual di baffle = Aliran puncak per jam / panjang/ lebar
= 4,71 m/jam / 1,2 m / 2,5 m
= 1,57 m/jam
Volume reaktor baffle = panjang x jumlah bak x kedalaman x lebar
= 1,2 m x 5 buah x 2 m x 2,5 m
= 30 m3
HRT Aktual = Volume reaktor baffle / (Q desain/24) x 105%
= 30 m3 / (61,2 m3/hari / 24) x105%
= 12,4 jam ≈ 12 jam.
 Persentase Removal di Tangki Kompartemen (baffle)
Removal BOD = 85%
Removal COD = 76%
f. Kualitas effluen tangki Kompartemen (baffle)
BOD effluen = BOD influen x (1 – Removal BOD)
= 32 mg/L
COD effluen = COD influen x (1 – Removal COD)
= 51 mg/L
g. Beban Organik BOD = BOD Influen x Aliran puncak per jam x 24 / Volume reaktor
baffle /1000
= 0,78 g/m3.hari
h. Biogas = (COD Influen- COD effluen) x QDesain x 0,35 / 1000 / 0,7 x 0,5
= 5,7 m3/hari
i. Mass Balance Tangki Kompartemen Baffle
QDesain = 61,2 m3/hari
MBOD = QDesain x BOD inf Baffle
= 61,2 m3/hari x (207 mg/L / 1000)
= 12,63 KgBOD/hari
MCOD = QDesain x COD inf Baffle
= 61,2 m3/hari x (424 mg/L / 1000)
= 25,92 KgBOD/hari

3. Perencanaan Anaerobic Filter (AF)


a. Perhitungan efisiensi removal COD dipengaruhi oleh faktor temperatur (Gambar 4.8), faktor
strength (Gambar 4.9), faktor surface (Gambar 4.10), dan faktor HRT (Gambar 4.11).
 F- temp (faktor-temperatur), yakni faktor yang menunjukkan hubungan antara CODrem
di Anaerobic filter dengan suhu pengolahan. Penentuan nilai f-temp berdasarkan pada
grafik f-temp seperti tertera pada Gambar 4.8. Dari grafik tersebut , dengan suhu
pengolahan di unit IPAL anaerobic filter adalah 25OC, maka nilai f-temp adalah 1.
 F-strength adalah nilai faktor yang menunjukkan hubungan antara CODrem di Anaerobic
filter dengan kekuatan atau konsentrasi COD pada air limbah. Penentuan nilai f-strength
berdasarkann pada grafik f-strength pada Gambar 4.9. Dari grafik f-strength tersebut
memasukkan nilai CODinf adalah sebesar 51 mg/L maka dapat diketahui nilai f-
strength adalah sebesar 0,87.
 F-surface adalah nilai faktor yang menunjukkan hubungan antara CODrem di Anaerobic
filter dengan luas permukaan media filter. Penentuan nilai f-surface berdasarkan pada
grafik f-surface pada Gambar 4.10. Dari grafik f-surface tersebut, dengan memasukkan
nilai luas spesifik media filter adalah sebesar 200 m 2/m3, maka dapat diketahui nilai f-
surface adalah sebesar 1,06.
 F-HRT adalah nilai faktor yang menunjukkan hubungan antara CODrem di Anaerobic
filter dengan lamanya waktu tinggal (Hydraulic Retention Time). Penentuan nilai f-HRT
ditentukan berdasarkann grafik pada Gambar 4.11. Dari grafik tersebut dengan
memasukkan nilai HRT pada anerobik filter selama 48 jam maka didapatkan nilai f-HRT
sebesar 0,71 atau 71%.
(1)

Gambar 4.8 Faktor Temperatur

(0,87
)

Gambar 4.9 Faktor Strength

Gambar 4.10 Faktor Surface

(0,71)

Gambar 4.11 Faktor HRT


Efisiensi penyisihan (% COD Penyisihan)
= f tempt x f strength x f surface x f HRT
= 1 x 0,87 x 1,06 x 0,71
= 0,6548
= 65,48 %
COD effluen AF = COD influen x (1 – % COD Penyisihan)
= 51 mg/L x (1 - 65,48 %)
= 17 mg/L
% COD Penyisihan Total = 1 – (COD effluen AF/ COD inf AF)
= 1 – (17 mg/L / 51 mg/L)
= 65,48 %
b. Faktor penyisihan BOD/COD = berdasarkan kurva rasio BODrem/CODrem, dengan
memasukkan nilai persentase CODrem sebesar 65,48 %, maka nilai faktor penyisihan
BOD/COD adalah sebesar 1,11.

Gambar 4.12 Faktor Removal BOD Terhadap COD

% BOD Penyisihan Total = % COD Penyisihan Total x Faktor penyisihan BOD/COD


= 65,48 % x 1,11 = 72,68%
BOD effluen AF = BOD influen x (1 – % BOD Penyisihan total)
= 32 mg/L x (1 - 72,68%) = 9 mg/L
c. Perhitungan dimensi AF mengacu pada literatur dan kriteria desain.
d. Maka didapatkan dimensi dan persentase removal di AF yaitu :
e. Dimensi Anaerobic Filter (AF)
Kedalaman = 2 meter
Panjang tiap bak = 2 x kedalaman
= 4 meter
Jumlah bak = 5 buah
Porositas media = 90%
Ruang di bawah media = 0,5 m
Ketinggian filter = Kedalaman AF – Ruang di bawah media – 0,4 – 0,05
= 1,1 m
Volume Tangki Filter = HRT x Qdesain / 24
= 48 jam x 61,2 m3/hari / 24
= 122, 4 m3
Lebar = Volume Tangki Filter / Jumlah Bak / ((1/4 x Kedalaman) +
(Panjang Tiap Bak x (Kedalaman – Ketinggian Filter x (1 –
Porositas Media))
= 122,4 m3 / 5 bak / ((1/4 x 2 meter) + (4 m x (2 m – 1,1 m x (1
– 0,9))
= 3 meter
Freeboard = 0,3 meter
f. Mass Balance AF
Q = 61,2 m3/hari
MBOD = Q x BOD inf AF
= 61,2 m3/hari x (32 mg/L / 1000)
= 1,95 KgBOD/hari
MCOD = Q x COD inf AF
= 61,2 m3/hari x (51 mg/L / 1000)
= 3,09 KgCOD/hari
g. Dengan asumsi perhitungan sebesar 70% dari COD yang tersisihkan menjadi gas CH4
(methane), setiap kg COD yang tersisihkan menghasilkan 350 Liter gas methane dan
sebesar 50% dari gas metana tersebut larut maka produksi biogas dari bak AF dapat
dihitung sebagai berikut:
Biogas = (COD Influen- COD effluen) x Q x 0,35 / 1000 / 0,7 x 0,5
= (51 mg/L- 17 mg/L) x 61,2 m3/hari x 0,35 / 1000 / 0,7 x 0,5
= 0,51 m3/hari

4.2 Perhitungan Dimensi Saluran Pipa


Contoh perhitungan debit air buangan untuk jalur M1-M2 :
 Jumlah SR = 7 SR
 Luas total area = 1400 m2 = 0,14 ha
 Jumlah penduduk = Jumlah SR x 5 Orang/Rumah = 35 orang
 Unit Konsumsi = 150 l/org/hari
 Qair bersih = 150 l/org/hari x 35 Orang
= 5.250 liter/hari
= 0,000061 m3/detik
 Qair limbah = 80% x Qair bersih
= 80% x 0,000061 m3/detik
= 0,000049 m3/detik
 Berdasarkan grafik ”Hydraulic Elements For Circular Sewers” didapatkan fpeak = 4
Qpeak = Qair limbah x fpeak
= 0,000049 m3/detik x 4
= 0,000194 m3/detik
 Berdasarkan metode Babbit (Direktorat Pengembangan PLP, 2018) didapatkan fpeak infiltrasi
PF = 5 / (J.Penduduk/1000)0,2)
= 5 / (35 orang/1000) 0,2
= 9,78
Qpeak infiltasi = Luas total area jalur M1-M2 x PF
= 0,14 ha x 9,78
= 1,369 m3/hari
= 0,000016 m3/detik
 Qpeak total = Qpeak + Qpeak infiltrasi
= 0,000194 m3/detik + 0,000016 m3/detik
= 0,000210 m3/detik

( ) xQair limbah
0,2
1 P
x
 Q minimum = 5 1000

5 (1000 )
0,2
1 25
x x 0 ,000049
= m3/detik
= 0,000005 m3/detik

Dan untuk menentukan besarnya nilai Qp/Qf dan d/D dapat dilihat pada grafik “Hidraulic Elements
for Circular Sewers”
 d/D = 0,8
 Qp/Qf = 0,975
 Qf = Qpeak total / Qp/Qf
= 0, 000210 m3/detik / 0,975
= 0,000216 m3/detik
 Kekasaran pipa (n) = 0,015
 Slope pipa (S) = 15%

( )
0,375
Qf x n
 Diameter pipa (D) = 1 /2
0,3117 x S

( 0,3117 x (15 %) )
0,375
0,000216 x 0,015
= 1/ 2
=0,02 m

Qf 0,000210
= =0 , 74 m/detik
 Vf = 1/4 π D 2
1 2
x 3,14 x (0,02)
4
 Vf (≥ 0,6; 2,5-3 m/detik) = Kecepatan OK
(Tabel Perhitungan Dimensi Saluran On Proses)

4.3 Penanaman Pipa


Contoh perhitungan untuk saluran M1-M2 :
 Diameter terpakai = 50 mm = 0,05 m
 Panjang pipa (L) = 50 m
 Slope pipa (S) = 15%
 HL =LxS
= 50 m x 15% = 7,5 m
 Kedalaman pipa awal = 1,00 m
 Kedalaman penanaman = Elevasi muka tanah akhir - Diameter terpakai
– Elevasi atas pipa akhir
= 50,00 m - 0,050 m - 41,500 m
= 8,450 m
 Elevasi muka tanah awal = 50,00 m
 Elevasi muka tanah akhir = 50,00 m
 Elevasi dasar pipa awal = Elevasi muka tanah awal – 1 - Diameter terpakai
= 50,00 m – 1 - 0,050 m = 48,950 m
 Elevasi dasar pipa akhir = Elevasi dasar pipa awal - HL
= 48,950 m – 7,5 m = 41,450 m
 Elevasi atas pipa awal = Elevasi dasar pipa awal + Diameter terpakai
= 48,950 m + 0,050 m = 49,00 m
 Elevasi atas pipa akhir = Elevasi dasar pipa akhir + Diameter terpakai
= 41,450 m + 0,050 m = 41,500 m
 Kebutuhan Pompa = Kedalaman penanaman > 7 meter

4.4 Tindak Lanjut Permasalahan Non Teknis


Dalam mengatasi permasalahan non teknis dalam pelaksanaan berkelanjutan untuk
pengelolaan air limbah domestik di Perumahan Manunggal I maka perlu dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
 Dalam tahap awal perencanaan dan persiapan pelaksanaan perlu dilakukan tahap
sosialisasi guna merubah mindset atau memberikan pemahaman dan penyadaran kepada
masyarakat akan pentingnya pengelolaan dan pengolahan air limbah untuk menghindari
pencemaran badan air atau sungai. Sosialisasi ini dapat dilakukan secara bertahap dari
tingkat kelurahan, RT maupun secara door to door atau sosialisasi langsung ke masyarakat.
Selain itu kolaborasi antar dinas terutama Dinas Kesehatan untuk melakukan sosialisasi
terhadap PHBS pelu dilakukan.
 Pemerintah perlu mendorong partisipasi swasta dalam penyediaan lahan (pengembang,
swasta dan masyarakat)
 Regulasi yang ada perlu dioptimalkan.

 Pemerintah perlu menegakkan peaturan serta sanksi secara maksimal dalam pelaksanaan
tentang IMB yang mengharuskan setiap rumah untuk wajib melakukan pengelolaan limbah
cair domestiknya baik secara sistem onsite maupun offsite. Penerapan aturan tersebut
tentunya harus disertai sosialisasi dan penjelasan pengelolaan limbah cair yang benar ke
masyarakat.
 ..............................................................................................
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis Perencanaan SPALD-T Perumahan Manunggal
I, Kelurahan Selat Dalam, Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas, maka didapatkan beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Penanganan yang dapat diaplikasikan di Perumahan Manunggal I adalah SPALD-T
kawasan permukiman dengan kapasitas pelayanan 95 KK.
2. Perhitungan teknis IPALD ABR + AF didapatkan efisiensi removal antara 29% hingga 85%
untuk mengolah parameter BOD dan COD serta sudah sesuai dengan baku mutu effluent
yang ditetapkan berdasarkan PermenLHK No. P.68/Menlhk-Setjen/2016 yaitu sebesar 9
mg/L untuk BOD dan 17 mg/L untuk COD.
3. ................................................................

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil kesimpulan tersebut diantaranya adalah:
1. Peran serta masyarakat sangat diharapkan untuk tercapai pengelolaan yang berkelanjutan
pada SPALD-T Perumahan Manunggal I.
2. Regulasi yang sudah ada perlu diimplementasikan dengan menerapkan sanksi / punishment
kepada masyarakat yang tidak mengelola air limbahnya dengan baik, hal ini tentunya harus
ada komitmen dari pemerintah daerah terkait.
3. Mengurangi konsentrasi minyak dan lemak dengan tidak membuang sisa minyak
penggorengan pada bak cuci piring.
4. Pembuatan unit penangkap minyak dan lemak pada masing-masing SR.
5. Pembuatan Standard Operational Procedure (SOP) pemeliharaan pada unit ABR dan AF.
6. Pemeriksaan dan pengurasan lumpur secara berkala pada kedua unit IPALD.
7. Pencucian/ penggantian media filter pada unit AF secara berkala.
8. ............................................................
DAFTAR PUSTAKA

..........................................................................................

Anda mungkin juga menyukai