SULAWESI TENGAH
Dosen :
Ro’du Dhuha A., ST., MT
Disusun oleh :
MAHENDRA PURWANTO
09.2020.1.90193
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PDAM biasanya melakukan pengolahan secara fisika dan kimiawi dalam proses
penyediaan air bersih. Secara umum, terdapat tiga bagian penting dalam sistem
pengolahannya (Karnia, 2009).
2.1.1 Intake
Bangunan intake berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Pada umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih, diambil dari
sungai. Pada bangunan intake terdapat bar screen yang berfungsi untuk menyaring
benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air akan masuk ke dalam
sebuah bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya, yaitu Water
Treatment Plant (WTP).
2.1.2 Water Treatment Plant
Water Treatment Plant (WTP) adalah bangunan utama pengolahan air bersih.
Biasanya bagunan ini terdiri dari empat bagian, yaitu: bak koagulasi, bak
flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi.
a. Koagulasi
Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi. Pada proses
koagulasi dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada
dasarnya air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan
berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel
koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun
dilakukan secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis
(terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang
pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan dengan cara hidrolis berupa
hydrolic jump. Lamanya proses adalah 30-90 detik.
b. Flokulasi
Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit
flokulasi. Unit ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok.
Teknisnya adalah dengan dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).
c. Sedimentasi
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi
dan unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit
sedimentasi. Unit ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid
yang sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan
prinsip berat jenis. Berat jenis partikel koloid (biasanya berupa lumpur)
akan lebih besar daripada berat jenis air. Dalam bak sedimentasi, akan
terpisah antara air dan lumpur.
d. Filtrasi
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi, dilakukan
secara gravitasi. Unit filtrasi ini, sesuai dengan namanya, adalah untuk
menyaring dengan media berbutir. Media berbutir ini biasanya terdiri dari
antrasit, pasir silica, dan kerikil silica dengan ketebalan berbeda. Untuk
proses tambahan, dilakukan disinfeksi berupa penambahan chlor, ozonisasi,
UV, pemabasan, dan lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yaitu
reservoir.
Gambar 2.2 Ilustrasi proses pengolahan air (Karnia, 2009)
2.1.3 Reservoir setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan, air
masuk ke dalam reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan
sementara air bersih sebelum diteruskan melalui p i p a distribusi. Untuk
menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake, WTP, dan Reservoir dibangun
dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak
diperlukan pumping station dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk
menyalurkan air dari WTP ke reservoir. Dari reservoir air bersih siap untuk
didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah
distribusi.
2.3. Profil Hidrolis
Profil hidrolis merupakan titik letak penanaman pipa air limbah yang akan
dipasang pada jalan. Dengan adanya profl hidrolis, dapat diketahui kedalaman
penanaman yang harus di gali pada saat konstruksi dan peletakan serta kebutuhan
bangunan pelengkap.
Profil Hidrolis adalah gambaran yang merupakan faktor penting dalam
proses pengaliran air pada instalasi. Proses pengaliran air ini tergantung terhadap
head loss yang dimiliki dalam tinggi kolom air yang tersedia bagi pengaliran.
Menurut SNI, profil hidrolis menggambarkan elevasi muka air pada setiap unit
pengolahan ketika kinerja unit sedang beroperasi. Sehingga, profil hidrolis sangat
tergantung pada nilai head loss atau kehilangan energi yang didapatkan.
Dibawah ini merupakan nilai head loss yang didapatkan berdasarkan data
yang dimiliki untuk setiap unit dan struktur influent serta effluent.
2.7.Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses ini menggunakan prinsip berat jenis, yang
bertujuan untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi
oleh proses sebelumnya yaitu flokulasi. Pada masa kini proses koagulasi, flokulasi
dan sedimentasi dalam suatu Waste Treatment Plant (WTP) ada yang dibuat
tergabung menjadi sebuah proses yang disebut aselator.
Sedimentasi adalah pemisahan padatan dan cairan dengan menggunakan
pengendapan secara gravitasi untuk memisahkan partikel tersuspensi yang terdapat
dalam cairan tersebut. Proses ini sangat umum digunakan pada instalasi pengolahan
air minum. Aplikasi utama dari sedimentasi pada instalasi pengolahan air minum
adalah:
1. Pengendapan awal dari air permukaan sebelum pengolahan oleh unit saringan
pasir cepat.
2. Pengendapan air yang telah melalui proses prasedimentasi sebelum memasuki
unit saringan cepat.
3. Pengendapan air yang telah melalui proses penyemprotan desinfektan pada
instalasi yang menggunakan pipa dosing oleh alum, soda, Nacl, dan chlorine.
4. Pengendapan air pada instalasi pemisahan besi dan mangan.
Pengendapan yang terjadi pada bak sedimentasi dibagi menjadi empat kelas.
Pembagian ini didasarkan pada konsentrasi dari partikel dan kemampuan dari
partikel tersebut untuk berinteraksi. Keempat kelas itu adalah:
a. Pengendapan Tipe I (Free Settling)
b. Pengendapan Tipe II (Flocculent Settling)
c. Pengendapan Tipe III (Zone/Hindered Settling)
d. Pengendapan Tipe IV (Compression Settling
2.8. Desinfeksi
Disinfeksi adalah suatu proses yang bertujuan untuk mendestruksi sebagian
besar mikroorganisme yang bersifat patogenik pada suatu instrumen dengan
menggunakan cara fisik (pemanasan) maupun cara kimiawi (penambahan bahan
kimia). Instrumen yang digunakanuntuk proses disinfeksi adalah desinfektan.
Desinfektan dapat didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, dan juga untuk membunuh atau mengurangijumlah
mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. (Azhar, 2012).
Klorinasi merupakan proses pemberian klorin kedalam air yang telah
menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses
penjernihan air. (Sofia, 2015). Desinfektan yang umum digunakan adalah senyawa
yang mengandung klorin karena stabil dan ekonomis. Klorin bertujuan untuk
membunuh bakteri yang masuk selama pendistribusian air minum kepada masyarakat.
Jika klorin dalam sistem distribusi air terlalu rendah, bakteri dapat berkembang
dalam air dan mengakibatkan waterborne diseasespada masyarakat. Kadar klorin
yang terlalu tinggi akan menyebabkan bau kaporit yang tajam dan membahayakan
kesehatan manusia jika terkonsumsi. Salah satu efek samping dari proses klorinasi
adalah Trihalomethane (THM) yaitu produk sisa klorinasi yang bersifat karsinogenik
(Afrianita, 2016).
BAB III
GAMBARAN UMUM DAERAH PELAYANAN
Jumlah sarana dan prasarana ekonomi menurut desa/kelurahan di Kecamatan Batui tahun
2020
Pertokoan/ Restoran / Hotel /
Desa/Kelurahan Pasar
Swalayan rumah makan Losmen
Kayowa 0 0 4 0
Nonong 0 0 0 0
Sisipan 4 0 3 0
Ondo-Ondolu 0 0 1 0
Ondo-Ondalu 0 0 1 0
Tolando 36 0 6 0
Batui 19 0 6 2
Bugis 12 0 0 0
Balantang 7 1 9 0
Lamo 0 0 0 0
Honbola 9 0 1 0
Uso 11 0 3 0
Bakung 1 0 0 0
JUMLAH 99 1 34 2
Sumber : BPS Kabupaten Banggai - Kecamatan Batui dalam angka 2021
BAB IV
PROYEKSI PENDUDUK DAN KEBUTUHAN AIR
Gambar diatas merupakan diagram alir proses pengolahan yang digunakan merupakan
unit proses secara konvensional yang umum digunakan dalam pengolahan air minum
yang menggunakan air baku dari sungai. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum
(IPAM) di Kecamatan Tulangan dengan data karakteristik air yang didapat memiliki
tingkat kekeruhan sebesar 170 NTU dan kandungan zat organic sebesar 70 mg / L. Hal
tersebut bila dilihat telah melampaui baku mutu yang telah diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan no. 492 / menkes/IV/2010 yaitu nilai kekeruhan 5 NTU dan zat
organic 10 mg/L.
b. Bangunan Pra-sedimentasi
Bangunan Prasedimentasi direncanakan berbentuk persegi panjang sebanyak 2
bak dengan data sebagai berikut :
1. Debit air (Q) = 51,97 lt/detik = 0,05197 m3/detik
2. Waktu detensi (td) = 1 jam = 3600 detik
3. Kedalaman = 2 meter
4. Dimensi bak Panjang : Lebar = 2 : 1
A=PXL
46,77 = 2L x L
L = 4,8 m
P = 2 L = 9,6 m
Jadi bangunan pra-sedimentasi sebanyak 2 bak memiliki luas lahan total sebesar
46,77 m2. Dimensi tiap bak memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran
panjang dan lebar masing – masing bak yaitu 4,8 meter dan 9,6 meter serta
kedalaman 2 meter.
c. Bangunan Koagulasi
Bangunan koagulasi direncanakan berbentuk persegi sebanyak 1 unit dengan data
sebagai berikut :
1. Debit air (Q) = 51,97 lt/detik = 0,05197 m3/detik
2. Periode Pengadukan (td) = 60 detik
Volume (V) = Q x td
= 0,05197 m3/detik x 60 detik = 3,12 m3
Unit koagulasi berbentuk persegi dan rasio kedalaman antara kedalaman dan lebar
adalah 1,25 sehingga perbandingan ukuran dimensi yaitu P x L x H = 2 : 1 : 1,25
Volume (V) = P x L x H
= L x L x 1,25 L
3,12 = 1,25 L3
L = 1,36 m
P = 1,36 m
H = 1,7 m
d. Bangunan Flokulasi
Bangunan flokulasi direncanakan sebanyak 1 unit dengan dengan jenis flokulator
jenis baffle channel yang dibagi dalam 3 kompartemen, perhitungan dimensi
bangunan sebagai berikut :
1. Kompartemen I : G = 60 dt-1
td = 10 menit = 600 detik
2. Kompartemen II : G = 40 dt-1
td = 10 menit = 600 detik
3. Kompartemen III : G = 20 dt-1
td = 10 menit = 600 detik
4. Kedalaman (H) = 2 m
5. Debit air (Q) = 51,97 lt/detik = 0,05197 m3/detik
Perhitungan :
td total = td komp.I + td komp.II + td komp.III
= 600 dt + 600 dt + 600 dt = 1800 dt
Jadi bangunan flokulasi memiliki luas lahan total sebesar 93,55 m3 dengan 3
kompartemen flokulator dimana masing – masing bak mempunyai panjang 3,42 m
; lebar 6,84 m dan kedalaman 2 m.
e. Bangunan Sedimentasi
Bangunan sedimentasi direncanakan sebanyak 2 unit dengan data sebagai berikut :
1. Debit air (Q) = 51,97 lt/detik = 0,05197 m3/detik
2. Waktu detensi (td) = 1 jam = 3600 detik
3. Tinggi sumur = 2 meter
Perhitungan :
Q tiap bak = ¿ {0,05197 ¿ ¿ {2} = 0,026 m3 / detik
A = Panjang x Lebar
46,77 m2 = 2 L x L
L = √46,77 / 2
L = 4,84 m
P = 2 L = 9,68 m
Jadi bangunan sedimentasi sebanyak 2 bak memiliki luas lahan total sebesar 46,77
m2. Dimensi tiap bak memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran Panjang
dan lebar masing – masing bak yaitu 4,84 m dan 9,68 m serta kedalaman 2 m.
f. Bangunan Filtrasi
Bangunan filtrasi direncanakan dengan data sebagai berikut :
Debit air (Q) = 51,97 lt/detik = 0,05197 m3/detik
Jumlah unit filter
N = 12 x Q0,5
N = 12 x √0,05197
N = 2,74 ~ 6 unit
A = Panjang x Lebar
3,95 = 2L x L
L = √3,95 / 2
L = 1, 4 m
P = 2 L = 2,8 m
g. Bangunan Desinfeksi
Bangunan desinfeksi direncanakan dengan data sebagai berikut :
1. Waktu kontak (t) = 900 detik
2. Kedalaman bak (H) = 3 meter
3. Debit air (Q) = 51,97 lt/detik = 0,05197 m3/detik
Perhitungan :
A = ¿ {Q ¿ ¿ }{H } = ¿ {0,05197 ¿ ¿ }{3 } = 15,59 m2
Dimensi Bak
A=PxLxH
15,59 = 2L2 x 3
2,6 = L2
L = 1,6 m
P = 2 L = 2 x 1,6 = 3,2 m
BAB V
UNIT INTAKE
Unit Intake adalah konstruksi yang dibangun di sumber air baku (danau,
sungai, kolam, dll) untuk mengambil sejumlah air yang direncanakan. Dalam perencanaan
lokasi intake ada beberapa factor serta kriteria yang harus dipertimbangkan agar intae
berfungsi secara efektif. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam peletakan intake,
sebagai berikut :
a. Ketinggian tanah berhubungan dengan sistem pengaliran air baku;
b. Sedekat mungkin dengan daerah pelayanan;
c. Dibangun pada tempat yang aman, arus aliran tidak terlalu besar, dan pada daerah
sungai yang landai dan lurus;
d. Tanah di sekitar intake harus stabil;
e. Mempertimbangkan peningkatan debit di masa mendatang; posisi inlet harus benar-
benar tepat dimana titik penyadapan dapat optimum;
f. Jauh dari sumber kontaminan; dan dilengkapi dengan screening.
g. Intake harus kedap air sehingga tidak terjadi kebocoran
h. Intake harus didesain untuk menghadapi keadaan darurat
i. Aspek belokan sungai : bagian sungai harus merupakan pilihan terbaik
Bangunan intake yang berfungsi sebagai penyadap atau penangkap air baku
yang berasal dari sumbernya, dalam hal ini adalah sungai. Bangunan intak memiliki tipe
yang bermacam – macam, diantaranya adalah :
1. Direct Intake : Intake jenis ini mungkin dibangun jika sumber air memiliki
kedalaman yang besar seperti sungai dan danau, dan apabila tanggul tahan
terhadap erosi dan sedimentasi. Tipe ini digunakan untuk sumber air baku dengan
kedalaman yang cukup tinggi.
2. Indirect Intake :
a. River intake merupakan intake untuk menyadap air baku yang berasal dari
sungai atau danau. Tipe ini biasanya dilengkapi dengan screen dan bak
penampung dengan pintu air. River intake dapat diterapkan pada sungai
relatif dangkal dengan memodifikasi bangunan penampungnya.
b. Canal Intake : igunakan untuk air yang berasal dari kananl. Dinding chamber
sebagian terbuka kea rah kanal dang dilengkapi dengan pipa pengolahan
selanjutnya.
c. Reservoir Intake : digunakan untuk air yang berasal dari DAM dan dengan
udah menggunakan menara intak. Menara intake dengan DAM dibuat terpisah
dan diletakkan dibagian hulu. Untuk mengatasi fluktuasi level muka air maka
inet dengan beberapa level diletakkan pada Menara Pada bangunan intake
terdiri dari bebrapa komponen, yaitu :
1. Bangunan sadap, berfungsi untuk mengefektifkan air masuk menuju sumpur
pengumpul.
2. Sumur pengumpul (Sump well)
3. Screen
Jenis screen dibagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan bukaan atau jarak
antar bar, yaitu :
a. Saringan kasar (coarse screen), digunakan untuk menjaga alat-alat dan
biasanya digunakan pada pengolahan pertama. Tipenya secara umum adalah
bar rack (bar screen), coarse weir, screen, dan kominutor.
b. Saringan halus (fine screen) Bukaan berkisar antara 2,3–6 mm, bahkan
untuk instalasi tertentu bisa lebih kecil dari 2,3 mm. Biasanya digunakan
untuk primary treatment atau pre treatment. Pembersihannya dapat
dilakukan secara manual untuk coarse screen dan mekanis untuk fine screen.
c. Kriteria desain untuk bar screen adalah:
1. Lebar batang, w = 0,8 – 1 inchi
2. Jarak antar batang, b = 1 – 2 inchi
3. Kemiringan batang, θ = 30° - 60°
4. Kecepatan aliran sebelum melalui batang, v = 0,3 – 0,75 m/s
5. Head loss maksimum, hL = 6 inchi
Maka :
- Luas Celah (A bukaan) = ¿ {Q ¿ ¿ {v } = ¿ {0,05197 ¿ ¿ {0,4 } = 0,13 m2
- Lebar saluran celah = (n celah x lebar celah) + (jumlah bar x lebar bar)
= (3 x 0,08) + (2 x 0,08)
= 0,4 m
Diasumsikan bahwa freeboard dapat mengatasi luapan air saat clogging 50% sehingga
pada saat clogging luas bar screen berkurang 50%. Persamaan luas bukaan bar screen saat
clogging (A50), sebagai berikut :
- A50 = 50% x A = 50% x 0,13 = 0,065 m2
- Vbar = Q/A50 = 0,05197/0,065 = 0,8 m
Maka : Q = A x Vs
0,05197 = ¼ π d2 x 1,2
0,05197 = 0,942 d2
d2 = 0,055
d = 0,23
BAB VI
UNIT PRASEDIMENTASI
6.2.Kriteria Desain
Berikut merupakan kriteria desain dari unit prasedimentasi :
- Waktu pengendapan : 1-3 jam
- Kedalaman ruang pengendapan (1-3) m
- Kecepatan pengendapatan partikel diperoleh dari analisa kolom test di
laboratorium
- Performance atau kinerja pengendap berdasarkan pada grafik performance
- Bilangan Reynold (Nre) < 2000 dan nilai Froude (Nfr) aliran >10-5
a. Secara Difuser
- Difuser koagulan, menggunakan power berisi koagulan, sehingga terjadi
proses pengadukan cepat.
- Pneumatic diffuser, menggunakan blower udara dan koagulan dibubuhkan
secara terpisah.
Dari ketiga alernatif di atas, maka yang akan dipilih untuk digunakan dalam
perencanaan ini adalah pengadukan secara mekanis. Alasan pemilihan alternatif ini,
karena lebih praktis dan lebih mudah untuk digunakan. Selain itu, pengadukan
secara mekanis lebih ekonomis dari segi konstruksi, dimana pengadukan secara
hidrolis memerlukan ketinggian tertentu untuk menghasilkan pengadukan dengan
nilai G yang diinginkan.
Mekanis
- Bilah (Blade), pedal (paddle)
Instalasi pengolahan air
- Flotasi
1–5
Perhitungan
7.3.1 Unit Pengaduk
Dimensi Unit Pengaduk (bentuk persegi)
Volume = Q x td
= 0,05197 x 30
= 1,56 m3/dt
Bentuk persegi (P:L:H) = (1:1:1,25)
Volume = p x l x h
1,56 = 1 x 1 x 1,25
1,56 = 1,25 L3
L = 1,1 m
Lebar (
Lebar (B) = 2,6 m
Panjang (L) = 2,6 m
Kedalaman + freeboard = 2,6 m + 0,5 m = 3,1 m