Anda di halaman 1dari 28

Sedimentasi II

PENGENDAP II TANPA MULTI SETTLER


(KONVENSIONAL)
PENCEGAHAN TERHADAP PENGGERUSAN
LUMPUR
1. Desain outlet harus benar
2. Desain panjang pelimpah didasarkan pada berat
partikel, semakin berat partikel semakin pendek
pelimpahnya.

JENIS FLOK BEBAN PELIMPAH


Ringan (turbidity rendah) 143 – 179 m2/hari
Berat (turbidity tinggi) 179 – 268 m2/hari
Pelunakan 268 – 322 m2/hari
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA
PENGENDAP II

1. Perencanaan Pengendap II dilakukan melalui kolom


test sehingga didapatkan kecepatan aliran v0
2. Dalam desain perlu diperhatikan faktor keamanan
karena dalam kenyataan yang ada proses
terpengaruh adanya perbedaan densitas, perbedaan
temperatur, angin dan Eddy Current
3. Bentuk pengendap horizontal relatif lebih efisien
dibandingkan dengan bentuk lainnya.
4.Pengendap yg baik apabila dpt mengendapkan
flok sebesar 95 % dan fleksibel thd kualitas dan
kuantitas air baku.
5. Sudut kemiringan ruang lumpur sebaiknya
berkisar antara 45 – 60o, untuk menjaga supaya
lumpur dapat mengalir secara gravitasi ke Sludge
Hopper
6. Jenis Horizontal – circulair kurang sesuai karena
proses pengendapan sulit dicapai dengan baik,
dan bilangan Reynold yang dihasilkan selalu >
2000 (tidak laminer sehingga flok sulit
mengendap).
7. Kelebihan bak pengendap Horizontal dengan Upflow
adalah :
a. Fleksibel terhadap perubahan kualitas dan
kuantitas
b. Kinerjanya dapat diperkirakan
c. Hasil rancangan baik dengan menggunakan pilot
plant
d. Sesuai untuk kekeruhan tinggi
e. Biaya konstruksi relatif rendah
f. Biaya O & M relatif murah dan mudah
pelaksanaannya
8. Surface area atau over flow rate merupakan
faktor penting dalam pengendap II
9. Tangki ideal OFR = kecep pengendapan
10. Waktu detensi (td): 1,25 – 1,75 & umum-nya 2 – 4
jam (utk alum/pelunakan)
11. Kecepatan aliran horizontal 2,54 x 10-3 – 7,62 x 10-
3 m/detik.

12. Utk mencegah aliran pendek, maka per-


bandingan L (pjg bak) : W (lebar bak) > 3
13. Supaya laminer : rasio L / W > 7
14. Diperlukan perforasi pada setiap sekat inlet utk
meratakan aliran shg bilangan Reynold < 2000
15. PENGATURAN INLET
- Aliran pd inlet harus laminer spt contohnya dg
memasang sekat berlubang atau perforasi
- Kriteria utk sekat berlubang : Kecepatan melalui
lubang berkisar antara : 0,2 – 0,3 m/ detik atau 4 x
kecepatan horizontal atau vertikal.
- Utk mencegah flok pecah: G pd lubang perforasi = G
pd kompartemen terakhir
- Kecepatan di saluran inlet berkisar antara 0,15- 0,61
m/ detik (0,5 – 2 fps)
- Kecepatan pada inlet tidak boleh turbulen
16. PENGATURAN OUTLET
Utk mencegah terjadinya penggerusan
lumpur di dasar bak maka aliran air
diarahkan melalui pelimpah/ weir (bergerigi
atau weir model Thompson)/ pipa berlubang
di zona outlet

Panjang weir = L = 0,2 Q/(H x vS)

Dimana :
L : panjang weir
Q : Debit (m3/hari)
H : Kedalaman bak (m)
vS : Kecepatan pengendapan (m/hari)
17. PENGERUKAN LUMPUR
Pengerukan lumpur dpt dilakukan secara manual
dan diperlukan 2 unit yg mana 1 unit digunakan sbg
cadangan
Pengerukan dg mekanis, kecepatan peng-erukan
maksimum 0,3 m/ menit
Dan utk flok yg ringan diperlukan penyedot vakum
Frekuensi pengurasan tergantung :
1. Kapasitas ruang lumpur
2. Kekeruhan air baku
3. Debit aliran
18. RUANG LUMPUR
Kedalaman ruang lumpur di inlet ± 2 m, dan di
dekat outlet ± 0,3 m
19. Minimum slope dari inlet menuju ke outlet : 5 - 8 %,
slope dari dinding ketengah bak : 10 %
20. PENDEKATAN PERENCANAAN :
1. Perlu diketahui debit maksimum pe-mompaan air
baku ke sedimentasi II (pada saat permukaan
sungai maksimum dan kekeruhan/ SS air baku
tertinggi
2. Desain jumlah bak tergantung pada: debit total
perencanaan, fleksibilitas operasi, skala ekonomi
dlm perencanaan
FAKTOR2 YG PERLU DITINJAU PADA
PERENCANAAN PENGENDAP II
KONVENSIONAL :
1. BENTUK BAK
2. DIMENSI BAK
3. JUMLAH BAK
4. ARAH ALIRAN (HORIZONTAL/VERTIKAL
5. DEBIT DAN KECEPATAN ALIRAN
6. WAKTU DETENSI & PEMBEBANAN
ALIRAN
7. RUANG/ VOLUME LUMPUR
8. METODE PEMBUANGAN LUMPUR
9. PENGATURAN INLET/ OUTLET
SEDIMENTASI DENGAN ALIRAN
HORIZONTAL
inlet
outlet

Zona Settling

Ruang lumpur

POTONGAN MEMANJANG PENGENDAP II


KE SLUDGE
TREATMENT
MANHOLE

SLUDGE HOPER

DENAH PENGENDAP II ALIRAN HORIZONTAL


SEDIMENTASI ALIRAN VERTIKAL

Q
v=
Ac
where
v = overflow rate (m/s)
Q = water flow (m3/s)
Ac = surface area (m2)
CIRCULAR CLARIFIERS

CIRCULAR CLARIFIERS
CIRCULAR CLARIFIERS

OUTLET
Inlet Ke Filter

Tube settler

Ke pembuangan sludge blanket


Dari
lumpur Prasedimentasi

Model Clearator
PLATE SETTLER
Plate settler

PLATE
PLATE SETTLER

PLATE
TUBE SETTLER DENGAN V NOTCH

Tube Settler

V NOTCH

TUBE
OUTLET BERBENTUK V NOTCH

V NOTCH
Sedimentasi dengan tube/plate settler
W

C B

v0

α H

W S0

α
A

PLATE SETTLER
 Desainsistem inlet dan outlet → Sistem inlet
harus dapat meratakan aliran dan dala
keadaan laminer (Re). Penggerusan dasar
dicegah melalui desain sistem outlet yg
tepat
 Perubahan kuantitas/ kualitas air baku
 Pencucian tube settler
KRITERIA PERENCANAAN
BANGUNAN SEDIMENTASI II

1. Kecepatan pengendapan : ≤ 0,25 cm/detik (PLATE SETTLER)


2. Kemiringan plate : 20o – 60o
3. Kecepatan pengendapan : 0,017 – 0,051 cm/ detik
4. Jarak antar plate : 2,5 – 10 cm
5. Tebal plate : 3 - 10 mm
6. Beban permukaan : ≤ 250 m3/ m2. hari
7. Bilangan Reynold (NRe) : < 1000
8. Bilangan Freude (NFr) : > 10-5
RUMUS – RUMUS YANG DIGUNAKAN
1. AC = H/Sinα + W/Sinα = v0 x t
2. CD = W/Cosα = S0 x t
3. S0/v0 = [(W/Cosα )x 1/t]/[(H/Sinα + W/tgα) x (1/t)]
= W x 1/Cosα
= H/Sinα + W/(Sinα x Cosα)
= (W x Sinα)/ H Cosα + W Cos2α
4. v0 = Q/(A x Sinα)
S0 = [Q/(A Sinα)] x [(WSinα)/ (H Cosα + WCos2α)]
= (QW)/[A(H Cosα + W Cos2α)]

Anda mungkin juga menyukai