A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan kegiatan ini adalah :
1. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2019, tentang Sumber Daya Air;
2. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2011, tentang Pengelolaan Pinjaman dan
Hibah Luar Negeri;
3. Perpres No. 12 Tahun 2021, tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
4. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang “Pengelolaan Sumber Daya
Air”;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006, tentang Irigasi;
6. Permen PUPR No. 30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan
Sistem Irigasi;
7. Permen PUPR Nomor 14/PRT/M/2015 tentang Penetapan Status Daerah
Irigasi yang Pengelolaannya Menjadi Wewenang dan Tanggung Jawab
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kab/Kota;
I-1
8. Permen PUPR Nomor 21/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi Tambak;
9. Permen PUPR No. 31/PRT/M/2015 “Standar dan Pedoman Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi”;
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.02/2015 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.02/2015 Tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran;
2. Gambaran Umum
Lokasi Tambak Penyaring berdasarkan wilayah administratif berada di Desa
Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara
Barat, sedangkan berdasarkan letak geografis terletak di koordinat X= 551518 dan
Y = 9068294.
Berdasarkan hasil kajian dan studi yang pernah dilaksanakan di Tambak Penyaring,
luas lahan Tambak Penyaring yang menjadi konsentrasi dalam penanganan adalah
seluas 277 Ha. Kondisi Tambak Penyaring saat ini di operasikan oleh masyarakat
dengan sistem tradisional. Oleh sebab itu, sebagai upaya dalam meningkatkan
produktivitas Tambak Penyaring, perlu dilakukan peningkatan dari tambak
tradisional menjadi tambak semi intensif.
I-2
Kondisi tambak penyaring saat ini dari sisi infrastruktur adalah sebagai berikut :
a. Tambak Penyaring masih tergolong dalam tambak tradisional;
b. Saluran suplay (pengambilan) dan saluran pembuang masih dijadikan satu
sistem dan tidak memiliki pola operasi;
c. Penanganan sungai untuk tambak pada saat banjir belum optimal, sehingga di
periode tertentu tambak menjadi lahan yang terdampak akibat banjir;
d. Kondisi jaringan eksisting terdiri atas pasangan batu dan saluran tanah, dan saat
ini mengalami kerusakan dan pendangkalan.
Sebagai upaya untuk menjadikan Tambak Penyaring menjadi semi intensif perlu
dilakukan kegiatan konstruksi berupa Pembangunan Tambak Penyaring.
B. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah masyarakat petani tambak yang memiliki
tambak di Tambak Penyaring, Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten
Sumbawa dengan luas tambak sebesar 277 Ha.
I-3
• Normalisasi Sungai Pengalih
Normalisasi sungai menuju muara merupakan kegiatan yang didalamnya terdiri atas
kegiatan pelebaran dan pendalaman penampang sungai eksisting. Hal ini
dimaksudkan agar berfungsi secara teknis sebagai sungai pengalih dari sungai Moyo
menuju muara, karena sungai Moyo direncanakan sebagai ruas pencampuran untuk
air tawar dan air asin sesuai kebutuhan tambak.
• Saluran Pembuang
Saluran pembuang merupakan saluran hasil buangan masing-masing tambak yang
dilakukan secara rutin setiap 2 mingguan pada fase operasi tambak dan dilakukan
pada pengosongan/kuras tambak periode tertentu yaitu saat dilakukan panen
tambak.
I-4
E. WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN
Kegiatan ini rencananya akan dilaksanakan dengan jangka waktu 240 (Dua Ratus Empat
Puluh) hari, terhitung sejak tanggal mulai kerja yang tercantum dalam Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK).
I-5
I-6