KERANGKA ACUAN
KERJA
REHABILITASI DAN PENINGKATAN JARINGAN IRIGASI
RAWA WILAYAH KERJA BLOK D DIT SEI TERAS
KABUPATEN KAPUAS
1. Referensi Hukum
Referensi hukum untuk pelaksanaan pekerjaan ini meliputi, tetapi tidak terbatas pada :
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;
b. Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;
c. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2010 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21 Tahun 2015 tentang
Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tambak;
g. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/daerah;
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28 tahun 2016 tentang
Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum;
j. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 71 tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut;
k. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 897 tahun 2017 tentang
Standar Remunerasi Minimal Tenaga Kerja Konstruksi Pada Jenjang Jabatan Ahli Untuk
Layanan Jasa Konsultansi Konstruksi;
l. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
m. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Perpres No 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah;
n. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21
Tahun 2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi;
o. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 11 tahun 2019
tentang Petunjuk Teknis Biaya Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi;
p. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15 tahun 2019
tentang Tata Cara Penjaminan Mutu dan Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
q. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 21 tahun 2019
tentang Standar Susunan Tenaga Ahli untuk Pengawasan Pekerjaan Konstruksi melalui
Penyedia Jasa;
r. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
s. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 tahun 2020 tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia.
2. Latar Belakang
Indonesia mempunyai tradisi budidaya perikanan air payau yang telah cukup lama. Budidaya
tradisional ikan dan udang dalam tambak ini telah dilakukan sejak beberapa abad silam. Anak-
anak ikan jenis ikan air payau ditangkap di perairan pantai dan dibiakkan di tambak-tambak
sepanjang pantai. Sedangkan pengisian air kedalam tambak sesuai dengan pasang-surut air laut.
Pada saat ini cara seperti ini masih diterapkan di sebagian besar daerah tambak. Akhir-akhir ini
jenis ikan tambak yang menarik yaitu jenis bandeng yang mampu bertahan hidup dengan
perubahan kandungan garam yang cukup besar serta tetap dapat berkembang dengan baik dalam
kandungan garam dengan kisaran cukup tinggi (0-5 s/d 30-35 ppt). Jenis lainnya yang juga cukup
menarik dan semakin berkembang adalah belanak, kakap, serta mujair. Hasil perikanan tambak
lainnya yang cukup penting adalah udang putih (penaeus merguiensis) dan udang api-api
(penaeus semisulcatus).
Pengembangan budidaya tambak selama akhir dekade ini adalah produksi udang untuk diekspor,
misalnya udang windu (penaeus monodon). Pada mulanya pembiakan udang hanya sebagai
sampingan dari budidaya bandeng. Karena permintaan pasar dunia untuk udang ini terus-
menerus meningkat dan sektor perikanan tidak dapat mencukupi sisi permintaan, maka harga
udang menjadi semakin tinggi dan budidaya udang menjadi bisnis yang sangat menguntungkan.
Pada saat ini udang merupakan sumber pendapatan yang cukup penting untuk beberapa negara
di Asia, terutama untuk di ekspor ke Jepang. Di Indonesia budidaya udang juga mengalami
peningkatan dan berbagai upaya pengembangan selalu dilakukan oleh pemerintah. Berbeda
dengan budidaya bandeng, budidaya udang memerlukan kestabilan tingkat salinitas dan untuk
beberapa jenis udang memerlukan kisaran salinitas yang tidak terlalu jauh. Kebutuhan air untuk
mencampur air laut akan meningkat apabila salinitas mencapai tingkatan yang cukup tinggi,
demikian juga untuk penggelontoran.
Kendala utama upaya pengembangan tambak budidaya (ikan dan udang) adalah tidak
terpenuhinya kebutuhan air asin dan air tawar baik secara kualitas dan kuantitas disepanjang
tahun, kurangnya prasarana budidaya tambak, kurangnya bantuan kredit untuk petani kecil, dan
kurangnya pengetahuan teknologi modern pembiakan udang windu dikalangan petani kecil.
Sampai saat ini, salah satu permasalahan utama pembangunan budidaya tambak adalah masih
terbatasnya ketersediaan prasarana budidaya tambak sesuai dengan keperluan budidaya udang.
Daerah irigasi tambak (DIT) Sei Teras dengan sistem jaringan irigasi tambak eksisting lebih lanjut
perlu ditingkatkan dan direhabilitasi dengan melengkapi dan meningkatkan keandalan sistem
pengelolaan air yang ada guna memenuhi kebutuhan air di perikanan budidaya DIT Sei Teras
Yang berada di Kabupaten Kapuas. Secara keseluruhan potensi yang ada di DIT Sei Teras adalah
3.279 Ha.
4. Sasaran
Terlaksananya pekerjaan konstruksi paket Rehabilitasi dan Peningkatan Jaringan Irigasi Rawa
Wilayah Kerja Blok D DIT Sei Teras Kabupaten Kapuas dengan kualitas hasil konstruksi sesuai
spesifikasi teknik yang dipersyaratkan.
5. Lokasi kegiatan
Lokasi Pekerjaan Rehabilitasi dan Peningkatan Jaringan Irigasi Rawa Wilayah Kerja Blok D DIT
Sei Teras Kabupaten Kapuas berada di DIT Sei Teras dengan luas potensial 3.279 Ha. Untuk
menuju ke lokasi wilayah tambak DIT Sei Teras ini dapat dicapai melalui transportasi darat dan
dilanjutkan dengan transportasi air. Lokasi DIT. Sei Teras dari Kota Palangka Raya dapat
dijangkau dengan jarak 152 km dengan waktu tempuh ± 2,5 jam melalui jalan darat menuju ke
Kuala Kapuas dan dilanjutkan dari Kuala Kapuas menuju DIT. Sei Teras dengan menggunakan
perahu bermesin dengan jarak 57 km dengan waktu tempuh ± 40 menit.
Gambar 2. Peta layout lokasi Wilayah Kerja Blok D
6. Sumber pendanaan
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBN TA. 2022.
No Paket Pekerjaan TA. 2022 Total Dana
(Rupiah)
I. Konstruksi
Rehabilitasi dan Peningkatan Jaringan Irigasi Rawa Wilayah Kerja Blok 7.125.000.000,-
D DIT Sei Teras Kabupaten Kapuas
7. Rencana Pengadaan
Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan dengan cara Pelelangan Umum, Kontrak
Tahun Tunggal (SYC) dengan Kontrak Harga Satuan.
13. Keluaran
Dengan penyelesaian Pekerjaan Rehabilitasi dan Peningkatan Jaringan Irigasi Rawa Wilayah
Kerja Blok D DIT Sei Teras Kabupaten Kapuas ini diharapkan :
a. Memenuhi kebutuhan air tambak seluas 534 Ha di DIT Sei Teras Kab. Kapuas
b. Perluasan areal lahan tambak dan areal panen kawasan budidaya.
c. Intensitas panen tambak menjadi 2x panen dengan rata-rata 9,5 ton/ha/1x panen
14. Peralatan, Material, Personil dan Fasilitas
Peralatan, material, personil dan fasilitas yang harus tersedia :
a. Laporan dan Data.
• Studi terdahulu dan data pendukung lainnya yang ada di Balai Wilayah Sungai
Kalimantan II Palangkaraya apabila tersedia akan disiapkan oleh PPK
b. Akomodasi dan ruang kantor.
• Disiapkan oleh Pihak Penyedia Jasa.
c. Staf Pengawas/Pendamping
• Pejabat Pembuat Komitmen akan menunjuk pejabat / petugas selaku Direksi dan
Supervisi.
• Direksi akan mendampingi dan mengawasi secara langsung pelaksanaan pekerjaan
konstruksi.
d. Peralatan dan Material dari Penyedia Pekerjaan Konstruksi
• Penyedia Jasa menyediakan peralatan dan material pengukuran maupun
peralatan/instrumen lain yang memenuhi standar ketelitian untuk menunjang
pelaksanaan pekerjaan. Peralatan dan material tersebut harus sesuai dengan yang
tercantum dalam Dokumen Penawaran, serta harus disetujui dan direkomendasikan
oleh Direksi Pekerjaan.
b. Peralatan
Jumlah peralatan minimal:
No. Jenis Alat Kondisi (Umur ≤ 5 Jumlah (Unit)
Tahun)
1. Excavator Standar (Kapasitas V 0,8) Pw ≥ 138
Baik 3 (*)
HP
2. Excavator Long Arm Amphibi (kapasitas V ≤
Baik 2
0,5 m3) Pw ≥ 157 HP
(*) Catatan : disaat proses pelaksanaan pekerjaan penyedia jasa wajib menyediakan peralatan excavator standar kondisi baik
sesuai spesifikasi yang dipersyaratkan sebanyak 5 unit
1 Galian Tanah dan Perapian Hasil Terjatuh / terpleset ke dalam saluran dan
Galian dengan Alat Excavator tenggelam
19. Laporan Hasil Pekerjaan
Penyedia harus membuat laporan harian atas kegiatan harian, laporan mingguan untuk progres
fisik dan bahan serta peralatan, serta membuat laporan bulanan fisik, tenaga kerja dan cuaca.
Semua laporan harus diperiksa oleh Pengawas Lapangan sebelum diserahkan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen.