Pekerjaan:
Rehabilitasi Jaringan Pasut D.I.R Karang Agung Tengah
Kab. Musi Banyuasin
Tahun Anggaran:
2021-2022
ACUAN KERJA
Kementerian/Lembaga : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Eselon I : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Satker : Pengelolaan Pemanfaatan Jaringan Air Sumatera VIII
Program : Pengelolaan Sumber Daya Air (033.06.10)
Hasil : Meningkatnya Kinerja Pengelolaan Sumber Daya Air
Perihal : Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa
dan Jaringan Pengairan Lainnya
Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah luas Jaringan Irigasi yang dibangun/ditingkatkan
Jenis Keluaran : Jaringan Irigasi yang dibangun/ditingkatkan (5036.001)
Sub Komponen/Paket :.Rehabilitasi Jaringan Pasut D.I.R Karang Agung Tengah
Kab. Musi Banyuasin
Outcome : 882 Ha
Output : 41,55 Km'
A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
a) Undang-Undang Nomor : 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
b) Undang-Undang Nomor : 28 Tahun 1999 tentang Penyelengaraan Negara yang bersih
dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
c) Undang-Undang Nomor : 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
d) Undang-Undang Nomor : 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara.
e) Undang-Undang Nomor : 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengolahan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
f) Peraturan Pemerintah Nomor : 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
g) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : 4 Tahun 2015 tentang Peubahan
Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor : 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan barang /
jasa Pemerintah.
h) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 27 Tahun 1991 tentang Rawa.
i) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenangan
Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri.
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 31/PRT/M/2015
tentang Perubahan Ketiga Peraturan Menter Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011
tentang Standar dan Pendoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi.
k) Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 99/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan
dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
2. Gambaran Umum
Daerah Rawa Karang Agung Tengah adalah salah satu daerah reklamasi rawa. Daerah
ini secara geomorfologis merupakan wilayah dataran rawa-rawa masih dipengaruhi
pasang surut. Menurut wilayah administrasinya, Daerah Rawa Karang Agung Tengah
termasuk di wilayah Kecamatan Pulau Rimau dan Lalan Kabupaten Banyuasin dan
Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Gambaran umum daerah kajian
dan lokasi pekerjaan dijelaskan sebagai berikut. Untuk daerah Karang Agung Tengah
mulai rehab tahun 2012 dengan luasan 10.140 Ha (P.1, P.2,P.3, P.4, P.5, P.6, P.7, P.8,
P.9, P.10 dan P.16), kemudian pada tahun 2014 dilakukan kembali untuk rehab P.13, P.14
dan P.15 dengan luasan 2.500 Ha. Total Luasan Daerah pengembangan untuk Kabupaten
Banyuasin tahun 1986 – 1987 dengan luasan 4.001 Ha, sedangkan untuk Kabupaten
Musi Banyuasin tahun 1986 – 1987 dengan luasan 17.000 Ha.
Gambar 1. Peta Lokasi Pekerjaan
Kegiatan Pengembangan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi, Air Tanah, Rawa dan Tambak
yang dilaksanakan oleh SNVT PJPA BBWS Sumatera VIII bertujuan untuk mendukung
sasaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam mendukung
kebutuhan pertanian dalam rangka mempertahankan swasembada pangan serta kebutuhan
sektor-sektor untuk meningkatkan produktivitas sektor produksi melalui
pembangunan/peningkatan/rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan bendungan,
waduk/embung/bangunan penampung air lainnya serta prasarana penyediaan air baku,
jaringan irigasi dan jaringan rawa.
Guna meningkatkan produktifitas budidaya pertanian dan guna meningkatkan hasil
pertanian tanaman pangan terutama tanaman padi diperlukan sistem jaringan dan pintu air
yang mendukung akan ketersediaan air sepanjang tahun maka dilakukan pekerjaan
rehabilitasi jaringan rawa di provinsi Sumatera Selatan melalui SNVT PJPA BBWS
Sumatera VIII pada kegiatan Irigasi dan Rawa.
Pekerjaan pembuatan saluran atau galian tanah biasa dilakukan dengan step-step
yang sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi kerusakan ekologi tanah setempat,
dan perlu diperhatikan dari segi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, serta dijaga
terhadap lingkungan.
Galian tanah untuk rehabilitasi saluran diklasifikasikan dalam beberapa tipe galian
sesuai dengan jenis saluran, kondisi dan lokasi daerah penggalian serta alat yang
digunakan sebagai berikut:
1. Rehabilitasi Saluran primer;
a. Galian tanah type A dan perapihan hasil galian, yaitu galian tanah pada
saluran primer yang dikerjakan dengan menggunakan 1 set peralatan
excavator long arm (menggali) di atas ponton dan excavator long arm
(jangkar).
b. Galian tanah type B dan perapihan hasil galian, yaitu galian tanah pada
saluran primer (saluran primer yang sama pada 1.a di atas) yang dikerjakan
dengan dengan menggunakan excavator long arm;
2. Rehabilitasi Saluran Sekunder;
Galian tanah dan perapihan hasil galian, yaitu galian tanah pada saluran
sekunder yang dikerjakan dengan menggunakan excavator standar arm.
3. Rehabilitasi Saluran Kolektor;
Galian tanah dan perapihan hasil galian, yaitu galian tanah pada saluran
kolektor dengan menggunakan excavator standar arm.
Semua peralatan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus disediakan dalam
penggunaannya dan dalam kondisi operasi yang baik dan Sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan.
Penyedia jasa menentukan batas daerah galian (survei dan marking koordinat serta
elevasi). Perencanaan yang matang untuk mengkorelasikan antara schedule per
blok galian dengan jumlah alat berat yang harus disediakan serta kapasitasnya.
1. Penyedia jasa harus meneliti keadaan lapangan terhadap kemungkinan adanya
pipa-pipa air, kabel listrik, bangunan dan fasilitas lainnya, sehingga ketika alat
berat akan bekerja tidak akan terhambat karena akan merelokasi dari hal
tersebut diatas.
2. Sebelum melaksakan pekerjaan galian penyedia jasa harus mengajukan request
pekerjaan kepada pengawas dan disetujui oleh direksi Pekerjaan.
a. Jenis Pekerjaan Galian.
b. Metode atau skema Pekerjaan.
c. Jenis Peralatan dan personil yang digunakan.
d. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.
e. Lokasi pekerjaan Pembuangan galian.
1.2.1.1 Galian tanah type A dan perapihan hasil galian (dengan alat excavator long
arm dan long arm di atas ponton)
Pekerjaan yang akan dilaksanakan disini menggunakan galian secara mekanis
dengan cara melakukan normalisasi pada kondisi pekerjaan pada bagian tengah
saluran primer, pekerjaan galian dilakukan secara terus menerus sampai dengan
dimensi dan elevasi yang sudah ditentukan pada gambar kerja, seluruh material
tanah sampah, tanaman apung, rumput/ semak belukar, tunggul, batang pohon
dan yang mengganggu aliran air didalam saluran yang yang berada dalam batas
areal pekerjaan harus dibersihkan dan dibuang keluar areal lokasi pekerjaan.
Peralatan yang digunakan adalah excavator jenis hidraulik excavator jenis long
arm untuk menggali dengan menggunakan ponton apung sebagai landasan kerja
dan hidraulik excavator excavator long arm satunya berfungsi sebagai jangkar,
untuk pengaman juga perlu mempersiapkan bahan lainnya seperti kayu kelapa/
matting, rantai dan kuncian rantai untuk menjaga agar alat yang bekerja di atas
ponton tidak tergelincir dan aman pada saat pekerjaan pengalian sedang
berlangsung.
Hasil dari pekerjaan galian di buang sementara pada ditempat yang sudah di
tentukan pada bagian tepi saluran atau berm dengan jarak kurang lebih 5 meter,
selanjutnya menunggu hasil dari material galian tersebut mengalami proses
pengeringan.
selanjutnya alat excavator yang ada di atas saluran (alat berat galian type B)
memindahkan kembali tanah hasil galian tersebut ketempat tanggul pengaman
yang sudah, Semua tanah hasil galian dengan pengecualian tanah organik untuk
tanggul pengaman harus bebas atau dibersihkan dari sampah, tanaman apung,
rumput/ semak belukar, tunggul, batang pohon dan yang mengganggu aliran air
yang berada dalam batas areal pekerjaan harus dibersihkan dan dibuang keluar
areal lokasi pekerjaan. Perapihan tanah hasil galian tersebut di buat lurus sesuai
dengan gambar dan spesifikasi atau petunjuk dari direksi.
1.2.1.2 Galian tanah type B dan perapihan hasil galian (dengan alat excavator long
arm)
Pekerjaan ini juga dilaksanakan secara mekanis menggunakan alat berat jenis
hidraulik excavator long arm dari berm saluran. Penggalian tanah dilaksanakan
menggunakan excavator long arm dan termasuk untuk merapihkan hasil galian,
Sebelum melaksanakan penggalian Penyedia jasa harus melakukan pembersihan,
seluruh lapisan atas untuk berm dan tanggul pengaman atau areal dari pekerjaan
harus di garu sampai kedalaman 20 cm semua benda di permukaan seperti bekas
pohon, akar, tunggul serta rumput/semak dan lain-lain yang berada di dalam batas
daerah pekerjaan harus dibersihkan dan dibuang keluar areal lokasi pekerjaan,
kecuali untuk hal-hal tertentu yang tidak mengganggu sesuai dengan petunjuk
Pengawas atau Direksi Pekerjaan Teknis.
Pekerjaan galian tanah dilaksanakan dengan berpatokan pada gambar kerja dan
profil galian, sebelum pekerjaan galian tanah dimulai harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi /pengawas Pekerjaan. Selama proses pekerjaan galian
excavator long arm tempatkan diatas matting/ bantalan kerja yang disusun sebagai
tumpuan alat dalam bekerja untuk menjaga alat agar aman saat bekerja untuk di
daerah rawa karena daya dukung tanah yang rendah, selama proses pelaksanaan
pekerjaan untuk galian alat harus menjaga jarak aman dari saluran kurang lebih 2
meter dari bibir saluran. pekerjaan galian dilakukan secara terus menerus sampai
dengan dimensi dan elevasi yang sudah ditentukan pada gambar kerja, seluruh
material tanah sampah, tanaman apung, rumput/ semak belukar, tunggul, batang
pohon dan yang mengganggu aliran air didalam saluran harus dibersihkan dan
dibuang keluar areal lokasi pekerjaan yang sudah di tentukan pada gambar
pekerjaan.
Hasil dari pekerjaan galian tanah pada type B juga meliputi hasil dari Galian tanah
type A di buang sementara pada ditempat yang sudah di tentukan atau pada berm
saluran, jika kadar air terlalu basah tanah hasil dari galian tersebut harus dihampar
dan di anginkan agar dapat mengurangi kadar air pada tanah galian, setelah dirasa
cukup kadar airnya hasil galian tanah dipindahkan ke posisi tanggul pengaman
dengan cara ditumpukan dan dihamparkan secara lapis-perlapis sesuai dengan
gambar dan spesifikasi atau petunjuk dari direksi.
Pekerjaan galian tanah dan perapihan hasil galian Proses penggalian ini
dilaksanakan dengan berpatokan pada gambar kerja dan profil galian pekerjaan
yang sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari Direksi /pengawas Pekerjaan.
Selama proses pekerjaan galian excavator standar arm tempatkan diatas matting/
bantalan kerja yang disusun sebagai tumpuan alat dalam bekerja untuk menjaga
alat agar aman saat bekerja untuk di daerah rawa karena daya dukung tanah yang
rendah selama proses pelaksanaan pekerjaan untuk galian dan perapihan hasil
galian dilaksanakan dengan menjaga jarak dari saluran kurang lebih 2 meter dari
bibir saluran.
Hasil dari pekerjaan galian di buang sementara pada ditempat yang sudah di
tentukan atau pada berm, selanjutnya menunggu hasil dari material galian tersebut
mengalami proses pengeringan, selanjutnya alat excavator standar arm merapihkan
material galian hasil galian tersebut sesuai dengan gambar dan spesifikasi atau
petunjuk dari direksi.
Hasil dari pekerjaan galian selanjutnya tempatkan pada sisi kanan dan kiri saluran
sekunder untuk selanjutnya dirapihkan mengunakan excavator standar arm.
Pekerjaan galian tanah dan perapihan hasil galian Proses penggalian ini
dilaksanakan dengan berpatokan pada gambar kerja dan profil galian pekerjaan
yang sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari Direksi /pengawas Pekerjaan.
Selama proses pekerjaan galian excavator standar arm tempatkan diatas matting/
bantalan kerja yang disusun sebagai tumpuan alat dalam bekerja untuk menjaga
alat agar aman saat bekerja untuk di daerah rawa karena daya dukung tanah yang
rendah selama proses pelaksanaan pekerjaan untuk galian dan perapihan hasil
galian dilaksanakan dengan menjaga jarak dari saluran kurang lebih 2 meter dari
bibir saluran.
Hasil dari pekerjaan galian di buang sementara pada ditempat yang sudah di
tentukan atau pada berm, selanjutnya menunggu hasil dari material galian tersebut
mengalami proses pengeringan, selanjutnya alat excavator standar arm merapihkan
material galian hasil galian tersebut sesuai dengan gambar dan spesifikasi atau
petunjuk dari direksi.
Hasil dari pekerjaan galian selanjutnya tempatkan pada sisi kanan dan kiri saluran
Kolektor untuk selanjutnya dirapihkan mengunakan excavator standar arm.
bilamana pada dasar setiap galian masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-
bagian gembur, maka ini harus digali keluar sedang lubang-lubang tadi diisi
kembali dengan tanah urug, disiram dan dipadatkan sehingga mendapatkan
kembali dasar yang waterpas. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan
galian harus disingkirkan dari areal pekerjaan dan menyiapkan tempat pembuang
sisa galian tanah ke daerah yang tidak mengganggu kelancaran pekerjaan,
pekerjaan penggalian tanah ini sampai mencapai ukuran lebar dan kedalaman
sesuai gambar pekerjaan dan disetujui oleh Direksi dan Pengawas pekerjaan.
2.1.2 Timbunan Tanah
Urugan tanah dilakukan setelah pekerjaan beton dikerjakan dan beton pondasi
telah mencapai umurnya. Urugan tanah kembali dengan memanfaatkan tanah
bekas galian atau tanah setempat yang memenuhi spesifikasi untuk pekerjaan
timbunan. Adapun peralatan yang digunakan sama dengan pekerjaan galian tanah
sebelumnya, Urugan tanah dilaksanakan di badan bangunan pintu air sampai
dengan ketinggian yang sudah ditentukan Urugan tanah tersebut harus diratakan
secara lapis perlapis dan dipadatkan.
Bagian-bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan tanah yang bersih
bebas dari segala kotoran dan memenuhi syarat-syarat sebagai tanah urug.
Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan ketebalan tiap lapisan maksimal 30
cm sebelum dipadatkan dengan penimbrisan lubang-lubang galian yang terletak di
dalam garis bangunan harus diisi kembali dengan pasir urug yang diratakan dan
diairi serta dipadatkan atau sesuai dengan petunjuk direksi.
Puing Puing bekas pembongkaran harus dipindahkan keluar areal pekerjaan atau
ke tempat yang disetujui oleh Direksi atau Pengawas atas biaya penyedia jasa
sendiri.
Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian yang diakibatkan oleh air dari
dalam tanah maupun air dari permukaan tanah/hujan, baik pada waktu penggalian
maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disediakan pompa air atau pompa
lumpur yang jika diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari
tergenangnya air pada dasar galian.
2.7.2 Pembesian
Untuk menempatkan material besi supaya di tempatkan di tempat yang terlindung
agar tidak terpengaruh cuaca. Besi tulangan harus dipotong, ditekuk dan dibentuk
sesuai dengan ukuran/dimensi yang ditunjukkan pada gambar pembesian yang
telah disepakati. Besi tulangan harus dipasang pada lokasi dan posisi yang tepat
sesuai dengan gambar dan diikat kuat pada cetakan beton.
Besi tulangan harus menyatu dengan kuat antara satu dengan yang lain sebagai
suatu rangkaian yang kokoh yang tidak mudah berubah bentuk dan diikat dengan
kuat menggunakan kawat dengan posisi yang tepat dan tidak mudah bergeser
selama proses penuangan dan pemadatan beton. Semua ujung-ujung kawat
pengikat harus ditekuk ke arah dalam adukan beton. Batu tahu untuk membentuk
selimut beton, dibuat dari beton pra-cetak dengan kuat desak tidak kurang dari tipe
beton yang akan dituang, dengan tebal sesuai dengan desain tebal selimut beton
diikat kuat pada cetakan dengan kawat dan disiram air sesaat sebelum beton
dituang.
Sebelum penuangan beton dilaksanakan, seluruh besi tulangan harus dibersihkan
dari material lepas, debu, lumpur, kerak, oli atau sisa beton hasil pengecoran
sebelumnya yang menempel/mengeras dan bahan lainnya yang dapat melemahkan
ikatan dengan beton. Pekerjaan pembesian dilaksanakan secara fabrikasi sesuai
dengan jadwal dan urutan pekerjaan beton yang akan dilaksanakan.
2.7.5 Acian
Acian dapat dilaksanakan setelah permukaan plesteran sudah kering (cukup umur).
Permukaan plesteran sebelum di aci telebih dahulu disiram air. Untuk memperoleh
hasil acian yang halus, setelah plesteran diberi lapisan acian semen, permukaan
acian sebelum mengering digosok dengan menggunakan kertas gosok.
Tanah dasar dapat dibentuk dari timbunan biasa atau tanah asli di daerah galian,
bahan yang digunakan dalam setiap hal haruslah sesuai dengan yang diperintahkan
direksi pekerjaan, sifat dan bahan yang disyaratkan untuk bahan yang dihampar
dan membentuk tanah dasar.
pekerjaan penyiapan badan jalan dimulai dari Pembersihan lokasi pekerjaan dari
material yang dapat mengganggu pekerjaan seperti semak-semak, pepohonan, batu
besar, dan material lainnya. Selanjutnya Pekerjaan galian yang diperlukan baik
dengan menggunakan alat berat seperti motor grader untuk membentuk tanah dasar
sesuai Gambar atau sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan, dan Pemadatan
Tanah dasar dilakukan dengan menggunakan alat vibratory roller atau
menggunakan Combination Vibrator Roller pada kawasan pelebaran yg tidak
terlalu luas atau tidak memungkinkan pengunaan vibratory roller untuk daerah tepi
yang sulit di kerjakan oleh alat dapat di bantu dengan alat bantu manual sesuai
dengan petunjuk dan izin dari direksi pekerjaan.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemadatan Pemadatan
dilakukan segera setelah dilakukan penggalian, Pemadatan harus dilakukan dengan
menggunakan alat yang memadai agar kepadatan yang diinginkan dapat tercapai.
Apabila diperlukan, lakukan penyiraman terhadap material tanah dasar untuk
mencapai kadar air optimum sehingga didapatkan kepadatan yang sesuai dan
Kecepatan alat harus diperhatikan agar tidak membahayakan pengguna jalan
eksisting.
Penyedia Jasa harus mengirim berikut di bawah ini dalam bentuk tertulis kepada
Pengawas Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas pekerjaan dan sebelum
persetujuan diberikan untuk penghamparan bahan lain di atas Lapis Pondasi
Agregat:
1. Hasil pengujian kepadatan dan kadar air pada Lapis Pondasi Agregat seperti
yang disyaratkan.
2. ii) Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data hasil survei
pemeriksaan yang menyatakan bahwa toleransi yang disyaratkan terpenuhi.
Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapis Pondasi Agregat A, harus
disiapkan dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Pekerjaan
paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi penghamparan Lapis
Pondasi pada setiap saat. Untuk perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100
meter panjangnya, seluruh formasi itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis
Pondasi agregat A dihampar.
Lapis Pondasi Agregat A dimuat ke dump truk dengan menggunakan wheel loader
selanjutnya dibawa dengan penutup terpal ke badan jalan sebagai campuran yang
merata dan untuk Lapis Pondasi Agregat A harus dihampar pada kadar air dalam
rentang yang disyaratkan, Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
Setiap lapis harus dihampar pada suatu kegiatan dengan takaran yang merata agar
menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan.
Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus
diusahakan sama tebalnya. Lapis Pondasi Agregat A harus dihampar dan dibentuk
dengan menggunakan peralatan mekanis motor grader yang layak pakai mampu
menyebarkan bahan lapis pondasi agregat dengan lebar dan toleransi permukaan
yang di inginkan serta tidak menimbulkan segredasi pada partikel agregat kasar
dan halus, Bahan yang bersegredasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti
dengan bahan yang bergradasi baik.
Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh dengan alat pemadat dengan mesin gilas berpenggetar (vibratory
roller) sekitar 5-8 ton harus dilaksanakan sampai seluruh permukaan telah
mengalami penggilasan sebanyak enam lintasan dengan penggetar yang diaktifkan
atau sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Pengawas Pekerjaan
dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas beroda karet digunakan untuk
pemadatan akhir, bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan
kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat A. Kegiatan
penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke
arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber”superelevasi”,
penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi
sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Kegiatan penggilasan harus dilanjutkan sampai
seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan
timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.
Acuan dan alat pengendali elevasi (jenis kawat atau lainnya) harus dipasang
secukupnya di muka bagian perkerasan yang sedang dilaksanakan agar diperoleh
kinerja dan persetujuan atas semua kegiatan yang diperlukan pada atau berdekatan
dengan garis-garis acuan. Acuan harus dipasang pada tempatnya dengan
menggunakan sekurang-kurangnya 3 paku untuk setiap ruas sepanjang 3 m.
Sebuah paku harus diletakkan pada setiap ujung sambungan. Bagian-bagian acuan
harus kokoh dan tidak goyah. Perbedaan permukaan acuan dari garis yang
sebenarnya tidak boleh lebih dari 5 mm. Acuan harus dibuat sedemikian rupa
sehingga tahan, tanpa terlihat adanya lentingan atau penurunan, terhadap
benturan dan getaran dari peralatan pemadat dan penyelesaian. Acuan harus bersih
dan dilapisi pelumas sebelum beton dihamparkan. Ceceran beton yang tertumpah
pada permukaan beton yang telah selesai dihampar harus disingkirkan dengan cara
yang disetujui.
Alinyemen dan elevasi kelandaian acuan harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki
oleh Penyedia Jasa segera sebelum beton dicor. Bilamana acuan berubah posisinya
atau kelandaiannya tidak stabil, maka harus diperbaiki dan diperiksa ulang. Bagian
atas acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang dengan toleransi elevasi
tidak melampaui -10 mm sampai + 10 mm relatif terhadap rancangan elevasi
permukaan yang telah selesai, acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang
sedemikian hingga tidak ada satu titikpun pada ketebalan pelat beton yang setelah
pengecoran dan pemadatan akan kurang dari tebal rancangan.
Beton harus dipadatkan secara merata pada tepi dan sepanjang acuan, sepanjang
dan pada kedua sisi setiap sambungan, dengan menggunakan vibrator yang
dimasukkan ke dalam beton. Vibrator tidak boleh menyentuh langsung
perlengkapan sambungan atau sisi acuan. Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari
5 detik pada setiap tempat.
Sambungan antara anyaman kawat baja, kawat baja pertama dari anyaman kawat
baja harus berada pada anyaman kawat baja yang lengkap sebelumnya, dan bagian
yang tumpang tindih (overlap) tidak kurang dari 450 mm. Baja tulangan harus
bebas dari kotoran, minyak, cat, gemuk, dan karat yang akan mengganggu
kelekatan baja dengan beton.
Beton yang dipadatkan dengan balok vibrator harus digetar sampai level tertentu
sehingga setelah kandungan udara dibuang melalui pemadatan, permukaan beton
lebih tinggi daripada acuan samping. Beton harus dipadatkan dengan balok
pemadat dari baja atau dari kayu keras beralas baja. Balok diangkat dan digerakkan
maju sedikit demi sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar balok. Sebagai
alternatif, pemadat vibrasi berbalok ganda dengan daya yang sama dapat juga
digunakan. Bilamana ketebalan beton melebihi 200 mm, atau bila diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan, untuk menyempurnakan pemadatan dapat dilakukan
vibrasi internal tambahan pada seluruh lebar perkerasan. Setelah setiap 1,5 m
panjang perkerasan beton dipadatkan, balok vibrasi harus dikembalikan sejarak 1,5
m untuk mengulang lagi dengan pelan-pelan pada permukaan yang sudah
dipadatkan itu untuk memperhalus permukaan.
Permukaan beton kemudian harus diratakan dengan paling sedikit 2 kali lintasan
mistar lurus pengupas dengan panjang pisau tidak kurang dari 1,8 m. Bilamana
permukaan beton koyak karena mistar lurus (straight-edge), karena permukaan
tidak rata, balok vibrasi harus digunakan lagi, lalu diikuti lagi dengan mistar lurus
pengupas.
Penyetrika memanjang yang dijalankan manual dengan panjang tidak kurang dari
350 mm dan lebar tidak kurang dari 150 mm, dilengkapi dengan pengaku agar
tidak melentur atau melengkung. Penyetrika memanjang dijalankan dari atas
jembatan yang dipasang membentang di kedua sisi acuan tapi tanpa menyentuh
beton, digerakkan seperti gerakan menggergaji, sementara penyetrika selalu sejajar
dengan garis sumbu jalan (centreline), dan bergerak berangsur-angsur dari satu sisi
perkerasan ke sisi lain. Gerakan maju sepanjang garis sumbu jalan harus
berangsur-angsur dengan pergeseran tidak lebih dari setengah panjang penyetrika.
Setiap kelebihan air atau cairan harus dibuang ke luar sisi acuan pada setiap
lintasan. Setelah penyetrikaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton
masih plastis, bagian-bagian yang ambles harus segera diisi dengan beton baru,
dibentuk, dipadatkan dan diselesaikan (finishing) lagi. Lokasi yang menonjol harus
dipotong dan diselesaikan (finishing) lagi. Perhatian khusus harus diberikan untuk
memastikan bahwa permukaan sambungan memenuhi kerataan yang disyaratkan.
Perbaikan permukaan harus dilanjutkan sampai seluruh permukaan didapati bebas
dari perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton memenuhi kelandaian
dan penampang melintang yang diperlukan.
Setelah sambungan dan tepian selesai dikerjakan, dan sebelum bahan perawatan
pada permukaan perkerasan beton digunakan, permukaan beton harus dikasarkan
dengan disikat tegak lurus dengan garis sumbu (centreline) jalan.
Pengkasaran ini dilakukan dengan menggunakan sikat kawat dengan lebar tidak
kurang dari 450 mm. Sikat tersebut harus terdiri dari dua baris kawat dengan
panjang kawat 100 mm dan ukuran kawat per 32 gauge serta jarak kawat dari as ke
as adalah 25 mm. Kedua baris kawat harus mempunyai susunan berselang-seling
(zig-zag) sehingga jarak kawat pada baris kedua dengan kawat pada baris pertama
adalah 12,5 mm. Masing-masing baris harus mempunyai 14 kawat dan harus
diganti bila panjang kawat terpendek telah mencapai 90 mm. Kedalaman tekstur
rata-rata tidak boleh kurang dari 3 mm.
Permukaan Perkerasan Beton Semen yang terekspos harus segera dirawat dengan
penyemprotan bahan perawatan yang disetujui, Bahan perawatan harus dalam
bentuk lapisan yang menerus dan tak terputus, dan disemprotkan dengan merata
dalam 2 kali, Penutupan dengan lembaran plastik yang kedap sampai lapis
perkerasan berikutnya dihampar, tertambat kokoh terhadap tiupan pada permukaan
dan mempunyai sambungan tumpang tindih sekurang-kurangnya 300 mm dan
dipasang sedemikian hingga kadar air di bawahnya tidak menguap keluar.
acuan tidak boleh dibongkar dari beton yang baru dicor sebelum mencapai waktu
paling sedikit 12 jam. Acuan harus dibongkar dengan hati- hati agar tidak rusak
perkerasan beton. Setelah acuan dibongkar, bagian sisi perkerasan beton harus
dirawat (curing) Lokasi keropos yang kecil harus dibersihkan, dibasahi dan
ditambal dengan adukan semen kental dengan perbandingan 1 semen dan 2 agregat
halus. Penambalan tidak boleh dilakukan sampai lokasi yang keropos diperiksa dan
metoda penambalan disetujui Pengawas Pekerjaan.
D. Peralatan
Kapasitas/
No. Jenis Jumlah minimal Spesifikasi Kondisi
minimal
1 Excavator Long Arm 15 unit 0,6 m³ Baik
2 Excavator Standard Arm 1 unit 0,8 m³ Baik
3 Ponton 4 unit 80-100 ton Baik
4 Concrete Mixer 1 unit 500 Liter Baik
5 Motor Grader 1 unit 2,6 m Baik
6 Vibro Roller 1 unit 6-8 ton Baik
7 Wheel Loader 1 unit 1,5 m³ Baik
8 Dump Truck 1 unit 3,5-5 ton Baik
9 Tandem Roller 1 unit 8-10 ton Baik
E. Personil
F. Manajemen Resiko
SASARAN PROGRAM
URAIAN IDENTIFIKASI PENGENDALIAN
NO K3 SUMBER
PEKERJAAN BAHAYA RISIKO K3
PROYEK DAYA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengukuran, - Hewan buas/berbisa
Pengadaan, - Terkena peralatan tajam
dan - Terperosok ke saluran
Pemasangan
Patok
2. Pengadaan dan - Terkena peralatan tajam
Pemasangan - Tersengat listrik
Bar Screen - Terbakar
- Tertimpa material
3. Pekerjaan - Hanyut/tenggelam
Pengeringan - Tersengat listrik
- Hanyut/tenggelam
4. Dokumentasi - Hewan buas/berbisa
- Terperosok ke saluran
5. Mobilisasi / - Lalu lintas rawan terhadap
Demob kemacetan
Peralatan - Kecelakaan,tertabrak, terserempet
- Alat/material tercebur ke sungai
- Tertimpa material
- Tertimpa peralatan
6. Penyiapan - Terkena alat berat
Badan Jalan - Tertimpa material
7. Galian Tanah - Alat tercebur ke sungai
Saluran - Terkena alat berat
- Tertimbun tanah buangan
- Terperosok ke saluran
- Hanyut/Tenggelam
8. Pengadaan dan - Terkena peralatan berat/tajam
Pemasangan - Tertimpa material
Pintu Air
9. Pembongkar - Terkena peralatan tajam
an Pintu Air - Tertimpa material
- Hanyut/tenggelam
10. Pekerjaan - Tertimpa material
pemancangan - Tertimpa peralatan
- Terperosok ke saluran
- Terkena peralatan tajam
11. Pekerjaan - Tertimpa material
Pembesian - Tertimpa peralatan
- Terkena paku
- Terperosok ke saluran
- Hanyut
12. Timbunan - Terkena peralatan tajam
Tanah - Terperosok ke saluran
- Hewan buas/berbisa
13. Galian Tanah - Terkena peralatan tajam
- Hewan buas/berbisa
- Hanyut/tenggelam
14. Sand Cement - Tertimpa material
Bag - Terkena peralatan tajam
15. Pekerjaan - Tertimpa material
Beton - Tertimpa peralatan
- Terkena paku
- Terperosok ke saluran
H. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah lahan sawah dapat terlayani dengan baik karena
saluran berfungsi semaksimal mungkin, dengan tetap memperhatikan ketersediaan air dan
luasan lahan yang memungkinkan dikembangkan sebagai daerah rawa yang potensial
menjadi lahan yang produktif serta mempertahankan swasembada pangan.
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1,1 Papan nama pekerjaan
1,2 Mobilisasi dan Demobilisasi
Penyelengaraan Sistem Kesehatan,
1,3
Keselamatan dan Keamanan Kerja Konstruksi
1,4 Pengukuran, pengadaan dan pemasangan patok
1,5 Fasilitas
1,6 Penggambaran dan cetak uitzet
II. PEKERJAAN REHABILITASI SALURAN
2,1 Rehabilitasi Saluran Primer
2,1,1 Galian tanah type A dan perapihan hasil galian
(dengan alat excavator long arm dan excavator
long arm di atas ponton)
2,1,2 Galian tanah type B dan perapihan hasil galian
(dengan alat excavator long arm)
2,2 Rehabilitasi Saluran Sekunder
2,2,1 Galian tanah dan perapihan hasil galian
(dengan alat excavator standar arm)
2,3 Rehabilitasi Saluran Kolektor
2,3,1 Galian tanah dan perapihan hasil galian
(dengan alat excavator standar arm)
III. PEKERJAAN PINTU AIR SEKUNDER
3,1 Pekerjaan Tanah
3,1,1 Galian tanah (manual)
3,1,2 Timbunan tanah
3,1,3 Pembongkaran bangunan pintu air
3.2 Pekerjaan Pondasi dan Lantai Kerja
3,2,1 Urugan pasir
3,2,2 Lantai kerja (K40)
Pembuatan dan pemasangan sheet pile
3,2,3
ferrocement (K300)
3,3 Pekerjaan Kayu
Pengadaan dan pemancangan cerucuk gelam
3,3,1
Ø8-10
3,4 Pekerjaan Pengeringan
3,4,1 Sandbag
3,4,2 Pengoperasian pompa air
3,5 Pekerjaan Beton
3,5,1 Bekisting beton
3,5,2 Pembesian
3,5,3 Beton mutu (K225)
Plesteran (mutu PP tertentu setara dengan
3,5,4
campuran 1 PC:3 PP)
3,5,5 Acian
3,6 Pekerjaan Bar Screen
Pengadaan dan pemasangan bar screen tipe 3
3,6,3
(210 x 100)
Pengadaan dan pemasangan bar screen tipe 2
3,6,2
(240 x 60)
Pengadaan dan pemasangan bar screen tipe 1
3,6,1
(100 x 100)
3,7 Pekerjaan Pintu Sorong
Pengadaan dan pemasangan pintu sorong
3,7,1
galvanis
3,8 Pekerjaan Penutup
3,8,1 Pengecatan bangunan pintu air
IV. PEKERJAAN JALAN INSPEKSI
4,1 Pembuatan Badan Jalan Penghubung
4,1,1 Penyiapan Badan Jalan
4,2 Pekerjaan Perkerasan
4,2,1 Lapis Pondasi Agregat A
Pengadaan dan pemasangan bar screen tipe 3
3,6,3
(210 x 100)
V. PEKERJAAN LAIN-LAIN
As bulit drawing, copy dan jilid laporan harian,
5,1
mingguan dan bulanan
5,2 Dokumentasi
Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Pasut D.I.R Karang Agung Tengah Kab. Musi Banyuasin
dilaksanakan dalam jangka waktu 450 (empat ratus lima puluh) hari atau 15 (lima belas)
bulan pada Tahun Anggaran 2021-2022.
Total dana yang dibutuhkan untuk Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Pasut D.I.R Karang
Agung Tengah Kab. Musi Banyuasin adalah sebesar Rp 44.331.449.000,00 (Empat puluh
tiga miliar dua ratus delapan puluh Sembilan juta empat ratus ribu rupiah) dengan dana Asian
Development bank dan AIF yang dialokasikan pada DIPA Balai Wilayah Sungai Sumatera
VIII, Satker PJPA Sumatera VIII Tahun Anggaran 2021-2022.