Anda di halaman 1dari 34

Bagian A

Bagian A. Tanggapan & Saran Terhadap KAK

Setelah Konsultan mempelajari Kerangka Acuan Kerja (KAK) pekerjaan Supervisi Rehabilitasi
Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) dengan seksama, ditambah dengan
penjelasan yang diberikan saat aanwijzing kantor maupun lapangan maka informasi yang kami pelajari telah
memadai dan telah dengan jelas disampaikan tujuan pekerjaan ini secara detail. Informasi permasalahan
dan tujuan pekerjaan ini sangat jelas, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan terhadap maksud dan tujuan
pekerjaan dapat dihindari.
Meskipun demikian, setelah mempelajari lebih lanjut mengenai maksud dan tujuan pekerjaan maka
kiranya perlu disampaikan beberapa hal yang merupakan pokok-pokok masalah yang menjadi perhatian
dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya adalah sebagai berikut:

A.1 Tanggapan dan Saran Terhadap Judul Pekerjaan


Judul pekerjaan adalah Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way
lo,WayPamali,Way Leman ) yang mengindikasikan bahwa Balai Wilayah Sungai Maluku membangun
konstruksi Jaringan Irigasi Way apu System Kabupaten Buru, untuk mendukung pengawasan
konstruksi dan menjamin mutu pekerjaan tersebut sesuai dengan rencana kerja, biaya waktu pelaksanaan
yang telah ditetapkan dalam jasa konsultasi, maka diperlukan tim yang berperan dengan disiplin ilmu yang
memadaisebagai calon Penyedia

A.2 Tanggapan dan Saran Terhadap Gambaran Umum


1. Dasar Hukum
Dasar Hukum pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Sektor
a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
b. Undang – Undang No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
c. Undang – Undang No. 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air
d. Kepres No. 55 tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk
Kepentingan Umum.
e. Peraturan Pemerintah No. 121/2015 Tentang Pengusahaan SDA
f. Perpres No. 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
g. Perlem No. 09 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,Way


Pamali,Way Leman) Halaman » A.1
Penyedia
h. Peraturan Menteri PUPR No. 04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Pentapan Wilayah Sungai
i. Peraturan Menteri PUPR No. 06/PRT/M/2015 Tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air
dan Bangunan Pengairan
j. Peraturan Menteri PUPR No. 08/PRT/M/2015 Tentang Penetapan Garis Sempadan Jaringan
Irigasi
k. Peraturan Menteri PUPR No. 09/PRT/M/2015 Tentang Penggunaan SDA
l. Peraturan Menteri PUPR No. 10/PRT/M/2015 Tentang Rencana dan Rencana Teknis
m. Peraturan Menteri PUPR No. 12/PRT/M/2015 Tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi
n. Peraturan Menteri PUPR No. 14/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah
Irigasi
o. Peraturan Menteri PUPR No. 17/PRT/M/2015 Tentang Komisi Irigasi
p. Peraturan Menteri PUPR No. 18/PRT/M/2015 Tentang Iuran Eksploitasi dan Pemeliharaan
Bangunan Pengairan
q. Peraturan Menteri PUPR No. 23/PRT/M/2015 Tentang Pengelolaan Aset Irigasi
r. Peraturan Menteri PUPR No. 30/PRT/M/2015 Tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem
Irigasi
s. Peraturan Menteri PUPR No. 01/PRT/M/2016 Tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan SDA
dan Penggunaan SDA
t. Peraturan Menteri PUPR No. 13 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
u. Peraturan Menteri PUPR Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi Melalui Penyedia
Pelaksana Tugas
a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 1/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Pekerjaan Umum
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan
Wilayah Sungai
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/PRT/M/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai Wilayah Sungai
d. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,Way


Pamali,Way Leman) Halaman » A.2
Pada BAB ini pada sub bab Hukum Tugas dan Fungsi/ kebijakan Didalamnya dicantumkan banyak
sekali peraturan perundang-undangan, yang akan dipakai sebagai dasar hukum pelaksanaan pekerjaan, kami
sebagai calon penyedia jasa konsultan akan mempelajari dan menjadi sebagai dasar hukum dalam
pelaksanaan Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ).

A.3 Tanggapan Terhadap Latar Belakang


Daerah Irigasi Waeapo System Kab Prov Maluku berada di Kecamatan Lolongguba dan Kecamatan
Wae Lata, dengan luas baku sebesar 4.500 Ha. Penduduk Transmigarasi dari pulau Jawa telah menempati
daerah transmigrasi sejak tahun 1990. Mata pencarian utama penduduk setempat adalah bercocok tanam,
sehingga sangat memerlukan sistem irigasi yang baik. Dimana dengan sistem irigasi tersebut secara tidak
langsung akan meningkatkan produktifitas tanam yang demikian secara tidak langsung akan berdampak
pada meningkatnya kesejahteraan petani tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah
Jaringan Irigasi Way apu System Kab. Buru Prov. Maluku

A.4 Tanggapan dan Saran Terhadap Maksud, Tujuan dan Sasaran Pekerjaan
Dari isi Kerangka Acuan Kerja, khususnya mengenai maksud dan tujuan pelaksanaan pekerjaan Supervisi
Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) maka kami sebagai
calon Penyedia Jasa memahami betul maksud dan tujuan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai
berikut :
A. Maksud dan Tujuan
✓ Menjamin bahwa Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Waeapo System KAB BURU Prov
Maluku dilaksanakan sesuai rencana dengan menggunakan standart prosedur yang berlaku guna
tercapainya mutu pekerjaan fisik;
✓ Memperkenalkan pendekatan sistim mutu untuk pencapaian mutu pelaksanaan jasa konstruksi
B. Sasaran
✓ Membantu terselenggaranya proses manajemen yang baik didalam pelaksanaan paket-paket
pekerjaan di lingkungan Balai Wilayah Sungai Maluku, SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaatan
Air Provinsi Maluku dalam mencapai sasaran yang dituju;
✓ Meningkatkan mutu pelaksanaan dan mengendalikan pekerjaan-pekerjaan yang sedang berjalan
baik dari segi perencanaan teknis maupun fisik;
✓ Memberi laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan serta masalah-masalah yang sedang dihadapi
dalam pelaksanaanya sesuai dengan kebijaksanaan yang sedang dihadapi.

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,Way


Pamali,Way Leman) Halaman » A.3
A.5 Tanggapan Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way
lo,WayPamali,Way Leman ) dilaksanakan selama 9 (sembilan) bulan atau 270 (dua ratus tujuh puluh) hari
kalender sejak Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan.
Secara umum jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ini dapat dicapai sesuai waktu yang telah
direncanakan dengan mempertimbangkan lingkupan kegiatan yang ada. Walaupun nantinya
keterbatasan jangka waktu dirasa dapat menjadi kendala. Karenanya perlu disikapi dengan penyiapan
rencana kerja yang lebih matang, dimana beberapa kegiatan langsung dapat dilakukan secara paralel
dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada. Diharapkan waktu pelaksanaan ini merupakan waktu
yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan ini selesai tepat pada waktunya, selama tidak ada hal-hal
eksternal yang dapat menunda pekerjaan seperti bencana alam, huru-hara dan sebagainya.

A.6 Tanggapan Terhadap Lokasi Pekerjaan


Lokasi Kegiatan berada di DI Way apu System, Pulau Buru Kabupaten Buru Provinsi Maluku.

A.7 Tanggapan Terhadap Sumber Pendanaan


Dana untuk pelaksanaan kegiatan ini Besarnya Anggaran Biaya yang diperlukan untuk pembangunan
jaringan irigasi tersebut adalah : Supervisi sebesar Rp. 1.350.700.000,- (Satu Milyar Tiga ratus Lima
Puluh Juta Tujuh Ratus rupiah).

A.8 Tanggapan dan Saran Terhadap Data Dasar


Seluruh laporan/ data dasar yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah data program
Tahun Anggaran 2022.

A.9 Tanggapan dan Saran Terhadap Standar Teknis


Standar dan pedoman yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan :
a. Kriteria Perencanaan Irigasi 1 – 9;
b. PT-01 Persyaratan Teknis Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi;
c. PT-02 Pengukuran Topografi, Standar Perencanaan Irigasi, Ditjen Air 1986;
d. PT-03 Persyaratan Teknis Bagian Penyelidikan Geoteknik;
e. Pd T-02-2005-A Analisis Daya Dukung tanah Pondasi Dangkal pd Bang. Air
f. Pd T-03.1 -2005-A Penyelidikan Geoteknik utk Pondasi Bang. Air Vol. 1

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,Way


Pamali,Way Leman) Halaman » A.4
g. Pd T-03.2-2005-A Penyelidikan Geoteknik utk Pondasi Bang. Air Vol. 2
h. Pd T-03.3-2005-A Penyelidikan Geoteknik utk Pondasi Bang. Air. Vol.3
i. Permen PU No. 603/PRT/M/2005 tentang Pedoman umum sistem pengendalian manajemen
(sisdalmen) penyelenggaraan pembangunan prasaranan dan sarana bidang Pekerjaan Umum;
j. Permen PU No. 34/PRT/M/2006 tentang Pedoman pelaksanaan sistem pengendalian
manajemen (sisdalmen) penyelenggaraan kontrak jasa konstruksi (pemborongan) di
lingkungan Departemen Pekerjaan Umum;
k. Permen PU No. 6/PRT/M/2008 tentang pedoman pengawasan penyelenggaraan dan
pelaksanaan pemeriksaan konstruksi di lingkungan Departemen pekerjaan Umum;
l. Permen PU No. 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Jaminan Mutu;
m. Standar pedoman lain yang Terkait.
Didalam KAK pada sub bab standar teknis diantaranya peraturan – peratuan terkait pekerjaan, kami
sebagai penyedia jasa konsultan akan kami jadi acuan dalam pelaksanaanya

A.10 Tanggapan dan Saran Terhadap Lingkup Pekerjaan


Bagian Pelaksana Kegiatan Irigasi dan Rawa I, SNVT PJPA Prov. Maluku, Balai Wilayah Sungai
Maluku, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
akan menggunakan layanan jasa Konsultan Nasional untuk membantu PPK Irigasi dan Rawa I dalam
pengawasan/supervisi pelaksanaan konstruksi pekerjaan Pembanguna Jaringan Irigasi, yang meliputi tapi
tidak terbatas pada aspek pengendalian waktu, biaya dan mutu konstruksi. Untuk itu Konsultan harus
menyiapkan tim ahli dan tenaga pendukung yang bekerja secara penuh dan berada di lokasi pekerjaan
selama pelaksanaan konstruksi.
Pekerjaan pelaksanaan yang menjadi ruang lingkup pengawasan dari konsultan supervisi antara lain :
1. Mambantu Pejabat Pembuat Komitmen dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam
mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan dapat dikerjakan sesuai dengan desain,
persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak serta jadwal
waktu yang di tetapkan.
2. Mambantu Pejabat Pembuat Komitmen dalam memahami dan melaksanakan ketentuan-
ketentuan hukum yang tercantum dalam dokumen kontrak, terutama sehubungan dengan
pemenuhan kewajiban dan tugas kontraktor.
3. Menyiapkan rekomendasi sehubungan dengan : “contract change order” dan Addendum”,
sehingga perubahan-perubahan kontrak yang diperlukan dapat dibuat secara optimal.
4. Melaksanakan pengumpulan data lapangan yang diperlukan secara terinci untuk mendukung
kajian ulang perencanaan (review desing), menyusun perhitungan desain, membuat gambar

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,Way


Pamali,Way Leman) Halaman » A.5
desain dan menyiapkan perintah-perintah kepada kontraktor, sehingga perubahan tersebut
dapat dilaksanakan.
5. Melaksanakan pengecekan secara cermat semua pengukuran dan perhiungan volume pekerjaan
yang akan dipakai sebagai dasar pembayaran, sehingga semua pengukuran pekerjaan,
perhitungan volume dan pembayaran didasarkan kepada ketentuan yang tercantum dalam
dokumen kontrak.
6. Melaksanakan monitoring dan pengecekan serta terus menerus sehubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan termasuk keterlambatan pencapaian target fisik, serta usaha-usaha
penanggulangan dan tindak turun tangan yang diperlukan dengan terlebih dahulu
mengkonsultasikan kepada PPK Irigasi dan Rawa I (Pulau Buru).
7. Melakukan monitoring dan pengecekan secara terus menerus sehubungan dengan pengendalian
mutu dan volume pekerjaan serta menandatangani “Monthly Certificate (MC)” apabila mutu
dan volume pelaksanaan pekerjaan telah memenuhi semua ketentuan dan persyaratan yang
ditentukan

A.11 Tanggapan dan Saran Terhadap Keluaran


Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah terwujudnya pengawasan supervise
Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,Way Pamali,Way Leman ) Kab. Buru Prov Maluku
6 Km dan 892 Ha yang tepat mutu, tepat waktu dan tepat guna, berdasarkan ketentuan yang ada didalam
kontrak proyek fisik dan mengacu kepada spesifikasi teknis.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, sasaran pengelolaan proyek disamping biaya dan jadwal
adalah pemenuhan persyaratan mutu.Dengan demikian pekerjaan tersebut mampu memberikan ouput yang
memuaskan. Dan untuk mencapai hal tersebut secara efektif dan efisien tidak hanya diperlukan pemeriksaan
pada tahap penyerahan pertama (PHO) maupun pada saat penyerahan kedua (FHO). Tetapi juga diperlukan
serangkaian tindakan sepanjang siklus proyek mulai dari penyusunan porgram, perencanaan, pengawasan,
pemeriksaan dan pengendalian mutu.

A.12 Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultasi


Penyedia Jasa menyediakan peralatan dan material pengukuran maupun peralatan/instrumen lain yang
memenuhi standar ketelitian untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan. Peralatan dan material tersebut harus
disetujui dan direkomendasikan oleh Direksi Pekerjaan.
Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan peralatan yang digunakan untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan, seperti :
✓ Mobil (sewa)

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,Way


Pamali,Way Leman) Halaman » A.6
✓ Sepeda motor (sewa)
✓ Komputer (sewa)

A.13 Tanggapan Terhadap Perlibatan Personil Pekerjaan


Personil pelaksana kegiatan yang terdiri dari personil profesional/tenaga ahli sudah dapat dimengerti dan
dipahami oleh Konsultan baik mengenai kualifikasi keahlian maupun pengalaman yang sesuai untuk posisi
yang diperlukan. Maka dari itu Konsultan akan menyediakan tenaga ahli yang dimilikinya untuk
ditempatkan dalam posisi tersebut. Mengacu kepada Kerangka Acuan Kerja (KAK), tenaga ahli yang
diperlukan dalam pekerjaan ini adalah:
1. Team Leader (1 orang, 9 bulan masa penugasan)
2. Quality Engineer (1 orang, 9 bulan masa penugasan)
3. HSE Engineer (1 orang, 9 bulan masa penugasan)
4. Tenaga Pendukung :
a. Inspector (1 orang, 9 bulan masa penugasan)
b. Surveyor Topografi (1 orang, 9 bulan masa penugasan)
c. Drafman cad (1 orang, 9 bulan masa penugasan)
d. Administrasi (1 orang, 9 bulan masa penugasan)
e. Operator Komputer (1 orang, 9 bulan masa penugasan)

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,Way


Pamali,Way Leman) Halaman » A.7
Bagian B
Bagian B. Tanggapan & Saran Terhadap Personil/Fasilitas dari PPK

Dalam rangka untuk mendukung keberhasilan pekerjaan ini maka diperlukan beberapa hal dari pihak
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk mendukung konsultan agar dapat bekerja secara optimal.
Berdasarkan pengalaman dari konsultan, maka berikut ini tanggapan dan saran terhadap personil/fasilitas
pendukung dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Peralatan, material, personil dan fasilitas yang
disediakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen yang dapat digunakan dan harus dipelihara oleh penyedia jasa
PPK menyipkan ruang asistensi dan diskusi, PPK akan mengangkat petugas atau wakilnya yang bertindak
sebagai pengawas atau pendamping.

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » B.1
Bagian C. Apresiasi dan Inovasi

Bagian C

C.1 Tanggapan dan Saran Terhadap Apresiasi dan Inovasi


Untuk dapat mencapai hasil maksimal dan pemahaman dari materi pekerjaan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK), maka diperlukan pemahaman kajian literatur yang
digunakan sebagai dasar dalam menelaah kebijakan pemerintah yang berkaitan bidang sumber daya air.
Adapun kajian literatur tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
C.1.1 Definisi Terkait Bidang Sumber Daya Air
▪ Air adalah semua air yang terdapat pada diatas maupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini adalah air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang dimanfaatkan di darat;
▪ Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah
aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 (dua ribu)
km2;
▪ Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di
dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan;
▪ Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya
rusak air;
▪ Pengelola sumber daya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan pengelolaan
sumber daya air;
▪ Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai
dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas dilaut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan;
▪ Banjir adalah peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai;
▪ Bantaran sungai adalah ruang antara tepi palung sungai dan kaki tanggul sebelah dalam yang terletak di
kiri dan/atau kanan palung sungai;
▪ Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas
perlindungan sungai;

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.1
▪ Daerah tangkapan air danau adalah luasan lahan yang mengelilingi danau dan dibatasi oleh tepi
sempadan danau sampai dengan punggung bukit pemisah aliran air;
▪ Pos hidrologi adalah pos atau tempat yang berfungsi untuk memantau data hidrologi (meliputi data
curah hujan, iklim, tinggi muka air, muka air tanah) yang dilakukan secara otomatis maupun manual.
Pos hidrologi perlu dilengkapi dengan peralatan untuk pemantauan data hidrologi;
▪ Pos hujan biasa/manual adalah pos pengamatan yang difungsikan untuk pengamatan/pencatatan jumlah
curah hujan selama 24 jam;
▪ Pos hujan otomatis adalah pos pengamatan yang difungsikan untuk pengamatan/pencatatan parameter
hujan (jumlah, durasi dan intensitas) baik dengan cara digital maupun grafik;
▪ Pos klimatologi adalah pos pengamatan yang difungsikan untuk mengamati/pencatatan parameter iklim
baik manual, digital maupun grafik;
▪ Pos duga air manual adalah pos pengamatan yang difungsikan untuk mengamati tinggi muka air sungai
secara manual;
▪ Pos duga air otomatis adalah pos pengamatan yang difungsikan untuk mengamati tinggi muka air sungai
baik dengan cara digital maupun grafik;
▪ SOP adalah Standar Operasi Prosedur

C.2 Pertanian
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan
bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.
Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang
sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan
ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan
bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau
sekadar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun
pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang
tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang
sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di
berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia
menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari
total pendapatan domestik bruto.

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.2
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Karena
pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu
tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia, dan statistika juga dipelajari dalam pertanian. Usaha
tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan
dalam budidaya. "Petani" adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh
"petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut
sebagai peternak.

C.3 Irigasi
C.3.1 Pengertian Irigasi
Irigasi adalah pemberian air kepada tanah untuk menunjang curah hujan yang tidak cukup agar
tersedia lengas bagi pertumbuhan tanaman. (Linsley,Franzini,1992 )
Secara umum pengertian irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan
cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam- tanaman. (Hansen, dkk, 1990)
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Ps. 1, pengertian irigasi, bangunan irigasi, dan petak
irigasi telah dibakukan yaitu sebagai berikut :
a. Irigasi adalah usaha penyediaan dan penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.
b. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk
pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian pemberian dan
penggunaannya.
c. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
d. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.
Banjir disebabkan oleh banyak faktor: hujan deras, pasang tinggi, salju yang mencair, gelombang
tinggi yang tidak biasa, tsunami, atau kegagalan bendungan, tanggul, kolam retensi, atau struktur lain yang
mempertahankan air. Banjir dapat diperburuk oleh jumlah peningkatan permukaan tanah atau bencana alam
lainnya seperti kebakaran hutan, yang mengurangi pasokan vegetasi yang bisa menyerap hujan. Banjir
periodik terjadi pada banyak sungai, membentuk daerah sekitarnya dikenal sebagai dataran banjir. Selama
masa hujan, sebagian air bertahan dalam kolam atau tanah, sebagian diserap oleh rumput dan vegetasi,
sebagian menguap, dan sisanya dikirimkan melalui tanah sebagai limpasan permukaan. Banjir terjadi ketika
kolam, danau, dasar sungai, tanah, dan vegetasi tidak dapat menyerap semua air. Air kemudian mengalir ke
atas tanah dalam jumlah yang tidak dapat ditampung dalam saluran sungai atau tidak dapat bertahan di
kolam alam, danau, dan waduk buatan manusia. Sekitar 30 persen dari seluruh curah hujan menjadi
limpasan.[1] dan jumlah itu mungkin meningkat oleh air dari salju yang mencair. Sungai banjir sering

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.3
disebabkan oleh hujan deras, kadang-kadang meningkat seiring salju terus mencair. Banjir dapat meningkat
cepat dengan sedikit atau tanpa peringatan terlebih dahulu, disebut banjir bandang. Banjir bandang biasanya
terjadi akibat curah hujan yang tinggi di daerah yang relatif kecil, atau jika kawasan itu sudah jenuh dari
curah hujan sebelumnya.
C.3.2 Jenis – Jenis Irigasi
Seperti yang telah dijelaskan diatas irigasi adalah suatu tindakan memindahkan air dari sumbernya ke
lahan-lahan pertanian, adapun pemberiannya dapat dilakukan secara gravitasi atau dengan bantuan pompa
air.
Pada prakteknya ada 4 jenis irigasi ditinjau dari cara pemberian airnya :
a. Irigasi gravitasi (Gravitational Irrigation)
b. Irigasi bawah tanah (Sub Surface Irrigation)
c. Irigasi siraman (Sprinkler Irrigation)
d. Irigasi tetesan (Trickler Irrigation)
a. Irigasi gravitasi (Gravitational Irrigation)
Irigasi gravitasi adalah irigasi yang memanfaatkan gaya tarik gravitasi untuk mengalirkan air dari sumber
ke tempat yang membutuhkan, pada umumnya irigasi ini banyak digunakan di Indonesia, dan dapat dibagi
menjadi: irigasi genangan liar, irigasi genangan dari saluran, irigasi alur dan gelombang.
b. Irigasi bawah tanah (Sub Surface Irrigation)
Irigasi bawah tanah adalah irigasi yang menyuplai air langsung ke daerah akar tanaman yang
membutuhkannya melalui aliran air tanah. Dengan demikian tanaman yang diberi air lewat permukaan
tetapi dari bawah permukaan dengan mengatur muka air tanah.
c. Irigasi siraman (Sprinkler Irrigation)
Irigasi siraman adalah irigasi yang dilakukan dengan cara meniru air hujan dimana penyiramannya
dilakukan dengan cara pengaliran air lewat pipa dengan tekanan (4 –6 Atm) sehingga dapat membasahi
areal yang cukup luas.
Pemberian air dengan cara ini dapat menghemat dalam segi pengelolaan tanah karena dengan pengairan
ini tidak diperlukan permukaan tanah yang rata, juga dengan pengairan ini dapat mengurangi kehilangan
air disaluran karena air dikirim melalui saluran tertutup.
d. Irigasi tetesan (Trickler Irrigation)
Irigasi tetesan adalah irigasi yang prinsipnya mirip dengan irigasi siraman tetapi pipa tersiernya dibuat
melalui jalur pohon dan tekanannya lebih kecil karena hanya menetes saja. Keuntungan sistem ini yaitu
tidak ada aliran permukaan.

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.4
C.3.3 Klarifikasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat
dibedakan kedalam tiga jenis yaitu:
1.Irigasi sederhana (Non Teknis) 2.Irigasi
semi teknis
3.Irigasi teknis
Dalam suatu jaringan irigasi yang dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok yaitu :
1. Bangunan-bangunan utama (headworks) dimana air diambil dari sumbernya, umumnya sungai
atau waduk.
2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak- petak tersier.
3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif, air irigasi
dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam suatu system
pembuangan di dalam petak tersier.
4. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air lebih ke
sungai atau saluran-saluran alamiah.
Tabel Klasifikasi Jaringan Irigasi

Klasifikasi Jaringan Irigasi


Teknis Semi Teknis Sederhana
Bangunan Bangunan Bangunan permanen Bangunan
1 Utama permanen atau semi permanen sederhana

Kemampuan
bangunan dalam
2 mengukur dan Baik Sedang Jelek
mengatur debit
Saluran irigasi Saluran irigasi dan Saluran irigasi
dan pembuang pembuang tidak dan pembuang
3 Jaringan saluran terpisah sepenuhnya terpisah jadi satu

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.5
Belum Belum ada
Dikembangkan dikembangkan atau jaringan terpisah
4 Petak tersier seluruhnya densitas bangunan yang
tesier jarang dikembangkan
5 Efesiensi secara 50 – 60 % 40 – 50 % < 40 %
keseluruhan
6 Ukuran Tak ada batasan Sampai 2000 ha < 500 ha
5. (Standar Perencanaan Irigasi KP-01, Dept. PU Dirjen Pengairan, 1986)
C.3.3.1 Irigasi Non Teknis (Sederhana)
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air,
sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas.
Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga
mudah untuk mengalirkan dan membagi air.
Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan karena menyangkut pemakai air dari latar belakang
sosial yang sama. Namun jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain, terjadi pemborosan
air karena banyak air yang terbuang, air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang
lebih subur, dan bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama.
C.3.3.2 Irigasi Semi Teknis
Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen. Bangunan
sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah
terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur
dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian
biasanya lebih rumit. Sistem pembagian airnya sama dengan jaringan sederhana, bahwa pengambilan
dipakai untuk mengairi daerah yang lebih luas daripada daerah layanan jaringan sederhana.
C.3.3.3 Irigasi Teknis
Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta bangunan bagi
mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan
pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier.Petak
tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah
sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar antara 50 – 100 ha, kadang-kadang sampai 150
ha.Petak tersier menerima air di suatu tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan
pembawa yang diatur oleh Dinas Pengairan. Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.6
pertanian, disusun suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier,
petak kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil.
C.3.3.3.1 Petak Tersier
Petak tersier menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (offtake) tersier yang
menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.
Petak tersier yang kelewat besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi tidak efisien. Faktor- faktor
lainnya adalah jumlah petani dalam satu petak, jenis tanaman dan topografi.
Di daerah- daerah yang ditanami padi, luas petak yang ideal antara 50-100 ha, kadang-kadang sampai 150
ha.
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang\lebih 8-15 hektar. Petak
tersier sebaiknya mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas
lainnya. Ukuran petaktersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air. Apabila kondisi topografi
memungkinkan, petak tersier sebaiknya berbentuk bujur sangkar atau segi empat. Hal ini akan
memudahkan dalam pengaturantata letak dan perabagian air yang efisien.
Petak tersier sebaiknya berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau saluran primer. Sedapat
mungkin dihindari petak tersier yang terletak tidak secara langsung di sepanjang jaringan saluran irigasi
utama, karena akan memerlukan saluran muka tersier yang mebatasi petak- petak tersier lainnya. Panjang
saluran tersier sebaiknya kurang dari 1500 m tetapi dalam kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini
mencapai 2500 m.
C.3.3.3.2 Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder.
Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder.
Batas-batas petak sekunder pada urnumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase.
Luas petak sekunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah yang bersangkutan.
Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di sisi kanan dan kiri saluran
tersebut sampai saluran drainase yang membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai
saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah.
C.3.3.3.3 Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari saluran primer. Petak
primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air biasanya
sungai.Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara
menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi daerah saluran
primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer.

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.7
Gambar Sket Saluran Sekunder
C.3.4 Bangunan Irigasi
Bangunan irigasi digunakan untuk keperluan dalam menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi,
sehingga air dapat mengalir dengan baik ke areal persawahan.
C.3.4.1 Bangunan Utama
Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai
atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi.
Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan serta mengukur banyaknya air
yang masuk.
Bangunan terdiri dari bangunan-bangunan pengelak dengan peredam energi, satu atau dua pengambilan
utama, pintu bilas, kolam olak, dan kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan-
bangunan pelengkap.
Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam sejumlah kategori, bergantung kepada perencanaannya.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa kategori, antara lain :
C.3.4.1.1 Bendung atau Bendung Gerak
Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk meninggikan muka air di sungai sampai pada
ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier. Ketinggian itu akan
menentukan luas daerah yang di airi (command area). Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi
pintu yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup apabila air kecil.
Di Indonesia, bendung adalah bangunan yang paling umum dipakai untuk membelokkan air sungai untuk
keperluan irigasi.

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.8
Gambar Bendung Gerak dan Bendung tetap

C.3.4.1.2 Pengambil Bebas


Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai yang mengalirkan air sungai ke dalam
jaringan irigasi tanpa mengatur tinggi muka air sungai. Dalam keadaan demikian, jelas bahwa muka air
disungai harus lebih tinggi dari daerah yang diairi dan jumlah air yang dibelokkan harus dapat dijamin
cukup.
C.3.4.1.3 Pengambil Dari Waduk
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu terjadi surplus air disungai agar
dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi kekurangan air. Jadi, fungsi utama waduk adalah untuk mengatur
aliran sungai. Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyak fungsi seperti untuk keperluan
irigasi, tenaga air pembangkit listrik, pengendali banjir, perikanan dan sebagainya. Waduk yang berukuran
kecil dipakai untuk irigasi saja.
C.3.4.1.4 Stasiun Pompa
Irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara gravitasi ternyata tidak layak
dilihat dari segi teknis maupun ekonomis. Pada mulanya irigasi pompa hanya memerlukan modal kecil,
tetapi biaya eksploitasnya mahal.

Gambar Stasiun Pompanisasi

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.9
C.3.4.1.5 Banguan Pembawa
Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari sumbernya menuju petak irigasi.
Bangunan pembawa meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter.
Termasuk dalam bangunan.pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, dan got miring. Saluran
primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya.
a. Talang
Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran lainnya, saluran pembuang ilmiah atau
cekungan dan lembah-lembah. Aliran di dalam talang adalah aliran bebas. Talang dapat terbuat dari
pasangan, beton, baja atau kayu.

Gambar Bangunan Talang


b. Gorong - Gorong
Bangunan yang digunakan untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah
jalan air lainnya (biasanya saluran), di bawah jalan, atau jalan kereta api.

Gambar Bangunan Gorong –Gorong


c. Siphon
Untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan gravitasi di bawah saluran pembuang, cekungan,
anak sungai atau sungai. Siphon juga dipakai untuk melewatkan air di bawah jalan, jalan kereta api,
atau bangunan-bangunan yang lain.

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.10
Gambar Bangunan Siphon
d. Got Miring
Di buat apabila trase saluran melewati ruas medan dengan kemiringan yang tajam dengan jumlah
perbedaan tinggi energi yang besar. Got miring berupa potongan saluran yang diberi pasangan (lining)
dengan aliran superkritis, dan umumnya mengikuti kemiringan medan alamiah.
Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak
sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi.
1. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke petak-petak
tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
2. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju petak-
petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.batas akhir dari saluran sekunder
adalah bangunan sadap terakhir.
3. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran sekunder menuju petak-
petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder
adalah bangunan boks tersier terkahir.
4. Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier menuju petak-petak
sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah
bangunan boks kuarter terkahir.
e. Bangunan Terjun
Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada
kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan semacam ini mempunyai empat bagian
fungsional, masing- masing memiliki sifat-sifat perencanaan yang khas.
1. Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian di mana aliran menjadi superkritis
2. Bagian di mana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah
3. Bagian tepat di sebelah hilir, yaitu tempat di mana energi diredam
4. Bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah erosi

Gambar Bangunan Terjun


f. Bangunan Bagi san Sadap

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.11
1. Bangunan bagi terletak disaluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi
untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
2. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke saluran tersier
penerima
3. Bangunan bagi dan sadap digabungkan menjadi satu rangkaian bangunan
4. Boks-boks bagi disaluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebih (tersier, subtersier,
kuarter)

Gambar Bangunan Bagi Sadap

g. Bangunan Pengatur dan Pengukur


Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan pengaturan dan
pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluranprimer), cabang saluran jaringan primer serta
bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat
mengatur muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan
dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat
memberi informasi mengenai besar aliran yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga
berfungsi sebagai bangunan pengatur. Peralatan ukur dapat dibedakan menjadi alat ukur aliran-atas
bebas (free overflow) dan alat ukur aliran bawah (underflow). Beberapa dari alat pengukur dapat juga
dipakai untuk mengatur aliran air.
C.3.4.2 Konstruksi Bangunan Irigasi
Konstruksi bangunan irigasi antara lain :

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.12
1. Konstruksi Tanah

Gambar Konstruksi Tanah


2. Konstruksi Pasangan Batu

Gambar Konstruksi Pasangan Batu


3. Konstruksi Insitu
4. Kontruksi Pracast

Gambar Konstruksi Pracast


5. Konstruksi Ferosemen

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.13
Gambar Konstruksi Foresemen

C.4 Gagasan Baru


Didalam pelaksanaan pekerjaan nantinya kami akan menyampaikan beberapa gagasan yang sepanjang
pengetahuan kami jarang dan mungkin belum pernah dilakukan selama ini, sebagai berikut :
1. Mengusulkan skenario terkait pekerjaan konstruksi yang berada di pusat keramaian dan padat penduduk,
baik itu masalah sosial, lingkungan dan teknik
2. Melakukan perhitungan ulang kembali volume pekerjaan konstruksi dan membandingkannya dengan
daftar kuantitas dan harga Kontrak Konstruksi serta mempersiapkan skenario perubahan kontrak,
sebagaimana yang kami detailkan pada metodologi.
3. Dalam pengendalian waktu terkait pekerjaan Dalam penjadwalan waktu pekerjaan kemungkinan terjadi
keterlambatan dalam perhitungan MC 0%, dimana MC 0% merupakan acuan awal untuk memulai
pekerjaan yang berhubungan dengan biaya pekerjaan, sehingga kami sebagai calon penyedia jasa
konsultan supervisi menegaskan kepada penyedia jasa konstruksi untuk menyelesaikan MC 0% secepat
mungkin, dan kami juga sebagai calon penyedia jasa konsultan supervisi siap membantu mengontrol
perhitungan MC 0% demi kelancaran pekerajaan yang sesuai dalam dokumen kontrak.untuk mengontrol
waktu pekerjaan kami sebagai calon penyedia jasa konsulatn supervisi menawarkan metode dengan
menggunakan MS.Projec.
Microsoft Project adalah produk perangkat lunak manajemen proyek, dikembangkan dan dijual oleh
Microsoft. Ini dirancang untuk membantu manajer proyek dalam mengembangkan jadwal, menetapkan
sumber daya untuk tugas-tugas, melacak kemajuan, mengelola anggaran, dan menganalisis beban kerja.
Microsoft Project adalah aplikasi Microsoft Windows ketiga perusahaan. Dalam beberapa tahun
setelah diluncurkan, itu menjadi perangkat lunak manajemen proyek berbasis PC yang dominan.
Itu adalah bagian dari keluarga Microsoft Office, tetapi belum pernah dimasukkan dalam suite Office.
Ini tersedia saat ini dalam dua edisi, Standar dan Profesional. Format file milik Microsoft Project adalah
.mpp.
Berikut adalah langkah-langkah mudah dalam menggunakan Ms Office Project:
1. Tentukan tanggal proyek Anda. Hal ini dapat dilakukan dengan mengklik menu Project – Project
Information. Gunakan Schedule From Start Date jika Anda memilih perhitungan maju. Sebaliknya, jika
Anda memilih perhitungan mundur, gunakan Schedule From Finish Date.

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.14
2. Pilih/rancang kalender Anda. Tiap proyek tentunya memiliki penanggalan kalender yang berbeda-
beda. Ada yang jam kerjanya 08.00-17.00, shift malam, atau 24 jam. Untuk membuat /memilih kalender

ini, klik Tools – Change Working Time


3. Buat Task di gant table entry. Task adalah pekerjaan yang akan dilakukan di proyek. Dalam
View-Gantt Chart – table Entry, Anda dapat mengisikan nama task, durasi, tanggal mulai, dan
tanggal selesainya task. Anda juga dapat menggunakan Predecessor untuk task yang mendahului
task lain.

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.15
4. Buat resource. Resource adalah sumber daya yang digunakan untuk mengerjakan proyek. Resource
dapat berupa peralatan, manusia, maupun biaya. Untuk mengisikan resource, klik menu View-
Resource Sheet.

5. Tetapkan resource mana saja yang digunakan di tiap task. Jika ada beberapa resource yang
dibutuhkan dalam 1 task, double klik task sehingga muncul task information, dan isikan resource di
tab resource dari task information

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.16
6. Tetapkan baseline. Baseline artinya perencanaan dasar. Untuk menetapkan baseline, klik Tools –
tracking –set the baseline. Segala hal yang ditetapkan setelah baseline ditetapkan disebut variance.
Untuk mengecek besarnya variance/simpangan, klik View-Gantt Chart, Table – Variance
7. Mulai mentrack proyek Anda. Klik View-Table-tracking. Di sana Anda dapat mengeset Actual
Start dan Finish, juga completion.

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.17
C.5 Review Desain
1. Meneliti dan memberi masukan tentang kesesuaian desain dengan keadaan lapangan kepada Pengguna
Jasa. Menyiapkan data pendukung (data ukur, data tanah, dan lain-lain) yang dibutuhkan dalam rangka
review desain sesuai kebutuhan lapangan.
2. Menyiapkan konsep review / penyesuaian desain sesuai dengan kebutuhan / kondisi lapangan
berkoordinasi dengan pengawas konsultan dan persetujuan direksi pekerjaan PPK Sungai dan Pantai I,
untuk diajukan sebagai perubahan desain ke Pengguna Jasa.
Suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan tetapi tidak tercakup di dalam perjanjian kontrak dinamakan
pekerjaan tambah. Kadang-kadang selama masa pelaksanaan konstruksi muncul pertimbangan untuk
meningkatkan atau mengurangi fungsi atau kinerja bangunan sehingga diperlukan perubahan perancangan.
Dengan sendirinya perubahan tersebut akan mempengaruhi jumlah sumber daya yang tidak lagi sama
dengan apa yang digambarkan dalam kontrak semula, sehingga disebut sebagai perubahan kontrak atau
perubahan pekerjaan. Dengan demikian pekerjaan tambah berkemungkinan akan merubah kesepakatan,
lingkup, rencana, spesifikasi atau metode kerja, dan terkait pula dengan perubahan dalam harga dan jadwal
waktu. Munculnya pekerjaan tambah antara lain dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Perubahan dalam perencanaan kontrak
2. Perubahan dalam spesifikasi teknis
3. Penyesuaian atau perubahan fungsi dan kinerja bangunan
4. Perencanaan yang tidak lengkap
5. Penyesuaian atau perubahan sesuai dengan kondisi lapangan
Untuk itulah pemberi tugas harus menetapkan prosedur perubahan pekerjaan agar para personil di lapangan
tidak dengan mudah menerbitkan perintah perubahan, apalagi terlanjur melakukan pembayaran. Apabila
demikian halnya akan mengakibatkan pedoman estimasi biaya dan rencana anggaran proyek menjadi tidak
berarti sama sekali.
Dari berbagai pengalaman pelaksanaan proyek menunjukkan selalu saja muncul pengajuan pekerjaan
tambah yang sebenarnya tidak perlu, bahkan terkesan sebagai suatu tindakan pemborosan. Secara umum
terdapat kecenderungan bahwa masih saja ada pihak yang mengupayakan tambahan pekerjaan, sehingga
secara cermat harus dikendalikan. Harap dicatat bahwa perubahan dan pekerjaan tambah cenderung
membuka peluang permasalahan. Pedoman atas beberapa hal berikut mungkin dapat digunakan dalam upaya
pengendalian :
a. Secara umum tidak boleh ada pekerjaan yang disusulkan dalam lingkup suatu kontrak sehingga
melebihi ketentuan batas anggaran yang telah ditetapkan, kecuali suatu usulan anggaran baru
disetujui oleh pihak-pihak yang berwenang.

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.18
b. Petugas yang berwenang dalam menerbitkan surat perintah dan persetujuan perubahan pekerjaan
harus ditetapkan sejak awal dan hal tersebut harus di informasikan secara resmi kepada pihak-pihak
yang terkait. Sehingga petugas yang tidak berwenang tidak dapat melakukannya. Perintah
perubahan yang melebihi batas anggaran tertentu harus disetujui dan ditanda tangani oleh kepala
eksekutif manajemen konstruksi.Prosedur perintah perubahan disusun secara jelas pada tahap awal
pekerjaan dan diinformasikan seluas-luasnya kepada pihak-pihak terkait termasuk kontraktor
pembangun.
c. Sebelum dilaksanakan setiap perubahan harus secara tertulis dan agar dihindarkan perintah
perubahan secara lisan.
d. Setiap usulan perubahan pekerjaan harus disertai penjelasan teknis mengenai kepentingannya dan
analisis manfaat pembiayaan. Lingkup pekerjaan setiap perubahan harus diidentifikasikan hasil
akhirnya secara jelas dan terinci, sehingga suatu perubahan dijamin tidak akan mengakibatkan
munculnya perubahan pekerjaan tidak akan mengakibatkan penundaan pekerjaan dan meningkatkan
pembiayaan proyek secara keseluruhan. Setiap perubahan harus didasarkan pada penawaran yang
jelas dari kontraktor dengan didukung estimasi detail.
e. Sikap kejujuran harus ditunjukkan kepada kontraktor dalam rangka memberi kesempatan untuk
mempertimbangkan dampak perubahan baginya, dan akan memberikan kompensasi berbentuk
legitimasi biaya tambahan dan penyesuaian waktu. Bagaimanapun hal tersebut jangan sampai
mewujudkan kerja sama secara tersembunyi dalam bentuk merugikan pihak lain.
Meskipun para pihak yang terlibat (seperti Konsultan Perencana), sebelum pelaksanaan fisik konstruksi,
telah bekerja secara maksimal. Seluruh dokumen perencanaan yang merupakan produk Konsultan
Perencana tersebut, akan teruji kebenarannya pada saat pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Apabila
didalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan perbedaan antara apa yang terdapat didalam dokumen
perencanaan (yang termuat didalam Dok.kontrak) dengan kondisi lapangan, maka dapat dilakukan
perubahan kontrak. Artinya perubahan kontrak dalam suatu proses pembangunan adalah hal yang
wajar, sepanjang memenuhi unsur-unsur kalimat yang terdapat pada Pasal 54 (1) Perpres No
16/2018, sebagai berikut :
Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan gambar dan/atau
spesifikasi teknis/KAK yang ditentukan dalam dokumen Kontrak, PPK Bersama Penyedia dapat
melakukan perubahan kontrak, yang meliputi :
a. menambah atau mengurangi volume yang tercantum dalam Kontrak;
b. menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan;
c. mengubah spesifikasi teknis sesuai dengan kondisi lapangan;dan /atau

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.19
d. mengubah jadwal pelaksanaan
Biasanya didalam SSUK (syarat-syarat umum kontrak), juga ditetapkan mengenai prosedur perubahan
kontrak. Sehubungan dengan belum didapatkannya dokumen tersebut karena masih dalam tahapan
pemilihan, maka pada saat ini kami hanya menyinggung Pasal 54 (1) Perpes no 16/2018, diatas.
Pasal 54 Ayat 1 Perpres No 16/2018 diatas, mempunyai beberapa unsur-unsur utama yang harus
dipahami oleh Pengguna Jasa, Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Konsultan Perencana.
Unsur-unsur utama tersebut adalah : perbedaan, kondisi lapangan, dan ketentuan. Artinya setiap
perubahan kontrak hanya mempunyai legalitas secara hukum untuk memulainya, apabila unsur-unsur
utama tersebut dipenuhi (selain unsur-unsur pendukung yang terdapat pada point a,b,c dan d).
Pada titik inilah, sangat dibutuhkan pemahaman Konsultan Supervisi terhadap pasal tersebut .
Karena Konsultan Supervisi akan ikut berkonstribusi didalam sebuah proses perubahan kontrak fisik
konstruksi, berbentuk analisis teknis (terkait perubahan kontrak menyangkut masalah teknis).
Sebagaimana yang tercantum didalam Pasal 54 Ayat 1 diatas,bahwa sebuah perubahan kontrak harus
didahului dengan ditemukannya perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan
dengan ketentuan yang tercantum dalam Dok.Kontrak dan dapat dilakukan penyesuaian yang
berdasarkan kepada kebutuhan kondisi lapangan. Sebuah Perubahan Kontrak merupakan hal yang
paling berpotensi untuk dikategorikan sebagai suatu peristiwa kelebihan bayar (penilaian BPK) atau
pelanggaran hukum pidana (penilaian aparat penegak hukum).
Oleh karena itulah, kami mencoba mengajukan usulan tahapan proses perubahan Kontrak, berdasarkan
pemahaman kami terhadap Pasal 54 Ayat 1 Perpres No 16/2018 dan SE Dirjen Binamarga No 02/2016.
Meskipun Surat Edaran tersebut dikeluarkan oleh Dirjen Bina Marga (bukan Dirjen Sumber Daya Air),
tetapi menurut kami tetap bisa dijadikan acuan karena SE tersebut berpedoman kepada Peraturan
Perundang-undangan, antara lain : Perpres No.54/2010, Kepres No.41/2015, Permen PU
No.04/PRT/M2009, Permen PU No.07/PRT/M2011, Permen PU No.15/PRT/M/2015 dan Permen PU
No.34/PRT/M2015.

C.6 Makna Tugas dan Fungsi Konsultan Supervisi


Mungkin tidak ada hal yang lebih penting bagi seseorang di dalam menempuh kehidupan, selain mengelola
segenap kegiatan-kegiatan individualnya semaksimal mungkin didasarkan pada seluruh potensi yang
dimilikinya. Berlangsungya kegiatan-kegiatan individual tersebut sudah tentu berkat dorongan motivasi
kuat, yaitu demi tercapainya setumpuk harapan, tujuan ataupun cita-cita.
Sementara itu, dalam melakukan kegiatan apapun selalu masih saja disertai dan terkait dengan faktor-faktor
ketidakpastian, yaitu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan tercapainya harapan atau tujuan tetapi

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.20
diluar jangkauan untuk mengendalikannya. Asal muasal faktor ketidakpastian sangat luas kemungkinannya,
sejak dari keadaan alam seperti keadaan cuaca, sampai dengan bentuk ketergantungan pada perbuatan atau
jasa orang lain atau masyarakat beserta segenap lingkungannya. Selama masih di dalam jangkauan
kemampuan untuk memperhitungkannya, faktor-faktor ketidakpastian tersebut umumnya dihadapi dengan
pendekatan merubahnya menjadi bentuk hipotesa-hipotesa dan asumsi-asumsi. Semakin mampu seseorang
meredam faktor ketidakpastian dengan memperhitungkannya melalui hipotesa dan asumsi yang realistis,
dengan sendirinya akan tumbuh pula rasa percaya diri dan sikap optimis untuk mencapai tujuan. Akan tetapi,
apabila karena keterbatasan kemampuan tidak kuasa berhadapan dengan faktor-faktor ketidakpastian,
sesorang akan menjadi kehilangan akal dan biasanya bersikap berpasrah diri pada nasib.
Bahkan pada keadaan yang lebih buruk lagi, mungkin harus menjalani kehidupan selanjutnya dengan asal
hanyut saja tanpa bisa membuat perhitungan dan memperkirakan secara jelas. Dari pemaparan secara
ringkas fenomena perilaku individual di dalam tatanan kehidupan masyarakat seperti tersebut diatas, dapat
ditarik beberapa pelajaran. Pertama, bahwa kegiatan-kegiatan individual seseorang tidak akan pernah
terlepas dari pengaruh keadaan masyarakat dan alam lingkungannya, bahkan telah menjadikannya sebagai
wahana dan sarana yang akan menopang upaya tercapainya harapan-harapan dan tujuan yang diinginkan.
Karena terkait dengan berbagai kepentingan masyarakat luas, maka agar dapat mencapai tujuannya sudah
barang tentu kegiatan-kegiatan individual tersebut harus dikoordinasikan dengan baik melalui upaya-upaya
tertib aturan main. Kedua, dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan individualnya, baik disadari atau tidak,
seseorang banyak menggunakan hipotesa dan asumsi dalam rangka upaya memperhitungkan dan meredam
faktor-faktor ketidakpastian yang mengukungnya. Upaya untuk Menyusun hipotesa dan asumsi yang
realistis pada umumnya bukanlah merupakan sesuatu yang sulit selama kegiatan-kegiatannya selalu selaras
dan serasi, atau tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat luas dan alam lingkungannya. Bahkan
untuk kepentingan-kepentingan yang sama ataupun berkaitan, justru akan saling memperkuat untuk dapat
mencapai keberhasilannya. Ketiga, apabila berhasil melakukan upaya pembenahan secara sistematis atas
mekanisme kegiatan-kegiatan individual, pada hakekatnya seseorang sedang menyusun suatu konsep sistem
manajemen yang alamiah dan manusiawi.
C.6.1 Sistem Manajemen Proyek
Manajemen merupakan proses terpadu, dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan
untuk memelihara, mengembangkan, mengendalikan dan menjalankan program-program, yang kesemuanya
diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan dan berlangsung menerus seiring dengan berjalannya waktu.
Supaya proses manajemen dapat berlangsung maksimal diperlukan sistim dan strukur organisasi yang
memadai dengan program yang berorientasi pada tercapainya tujuan. Organisasi berfungsi sebagai wahana
untuk menuangkan konsep atau karya-karya manajerial dari individu-individu yang terlibat dalam

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.21
mengemban tanggung jawab. Manajemen dipandang sebagai suatu rangkaian beberapa tanggung jawab
fungsional yang berhubungan erat satu sama lain dan secara keseluruhan membentuk jaringan kerja yang
teratur serta sistematis. Jaringan kerja tersebut jangan sekali-kali ditafsirkan hanya sebagai gabungan
satuan-satuan atau tahapan kegiatan yang terpisah. Tetapi keseluruhannya merupakan suatu kesatuan
interaksi kegiatan-kegiatan. Untuk tujuan analisis atau menguraikannya, tentunya dapat saja dicuplik fungsi
tertentu dari kesatuan, tetapi harus dengan selalu mengingat bahwa sesuatu kegiatan pada fungsi tertentu
mempunyai hubungan dan berdampak terhadap satu atau lebih fungsi lainnya.
Pada umumnya yang ditetapkan sebagai fungsi-fungsi pokok dalam manajemen adalah merencanakan,
mengorganisasikan dan mengendalikan. Sedangkan fungsi-fungsi manajerial penting lainnya, yaitu :
memimpin, mengerahkan, mengarahkan, mengaktifkan, memberi contoh, membangun motivasi,
mengkoordinasikan, mengkomunikasikan dan yang tidak kalah penting adalah pengambilan keputusan.
Penekanan kepada mana yang lebih penting dari fungsi-fungsi tersebut amat tergantung pada permasalahan
spesifik yang dihadapi oleh para pihak dalam mengemban tugas-tugasnya.
Dari kesemua uraian diatas, dapatlah dipakai suatu penyederhanaan pemahaman bahwa manajemen
merupakan proses penggunaan sumber daya secara maksimal untuk mencapai sasaran atau tujuan
yang telah ditetapkan. Proyek dengan segala ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilibatkan di dalamnya
merupakan salah satu upaya manusia dalam rangka membangun kehidupannya. Sesuatu proyek merupakan
upaya dengan mengerahkan segala sumber daya yang tersedia. Proyek harus diselesaikan dalam jangka
waktu terbatas sesuai dengan kesepakatan. Sebuah proyek terdiri dari urutan dan rangkaian kegiatan
panjang dan dimulai sejak dituangkannya gagasan, direncanakan, dilaksanakan, sampai benar-benar
memberikan hasil yang sesuai dengan yang direncanakan. Sehingga pelaksanaan proyek pada umumnya
merupakan rangkaian mekanisme tugas dan kegiatan kompleks, membentuk saling ketergantungan
sekaligus mengundang berbagai permasalahan tersendiri. Dengan demikian rangkaian mekanisme kegiatan-
kegiatan didalam proyek akan membentuk suatu kesatuan manajemen. Semakin kompleks mekanismenya
kegiatan-kegiatan didalam proyek, sudah barang tentu semakin beraneka ragam pula permasalahan yang
harus dihadapi. Apabila tidak ditangani dengan benar, berbagai permasalahan tersebut akan mengakibatkan
munculnya berbagai dampak negatif yang pada akhirnya bermuara pada kegagalan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Pengertian sistem manajemen adalah sebagai suatu set yang terdiri dari atas susunan terpadu dari konsep-
konsep, dasar-dasar pengertian, atau teknik-teknik penanganan yang berkaitan dengan manajemen.
Sehingga konsep sistem manejemen proyek dapat diartikan sebagai penataan serta pengorganisasian
atas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan manajemen proyek. Sistem manajemen
proyek disusun dan dijabarkan menjadi seperangkat pengertian, pedoman, alat-alat, dan petunjuk tata cara

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.22
pelaksanaan, sehingga mampu menghubungkan kesenjangan persepsi, membangun kesamaan bahasa,
serta mampu mewujudkan suatu bentuk kerjasama dan koordinasi di antara satuan organisasi
pelaksanaannya. Mengingat kegiatan-kegiatan individu didalam proyek membentuk hubungan saling
ketergantungan yang kompleks, perlu selalu ditumbuhkan keserasian hubungan kerja yang maksimal
diantara pihak yang terlibat. Hal tersebut mengingat pula bahwa para pelaksana terdiri dari individu-
individu yang berasal dari berbagai satuan dan jenjang organisasi. Tingkat kekompakan, pengertian
dan kesadaran akan pentingnya penerapan konsep hubungan kerja yang serasi satu sama lain.
Sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan proyek, terutama pada jenjang para pengambil
keputusan (pejabat kunci).
Mereka juga harus dapat mewujudkan semangat kerja sama yang kokoh untuk mengkoordinasikan dan
mengendalikan pelaksanaan proyek, sehingga mampu memberikan landasan kuat bagi keberhasilan proyek.
Dengan demikian agar dapat menangani
pelaksanaan proyek dengan baik atau paling tidak dapat memperkecil peluang timbulnya
permasalahan, diperlukan pendekatan dengan menyusun suatu konsep sistim Manajemen Proyek yang
lengkap, kokoh dan terpadu.
C.6.1 Sistem Manajemen Konstruksi
Dikalangan masyarakat luas, masih saja selalu terjadi kerancuan dalam mengartikan kata “Konstruksi”.
Istilah konstruksi beton dan konstruksi kayu misalnya, seringkali masih digunakan untuk maksud
mengartikan struktur rangka beton dan struktur kayu. Munculnya kerancuan karena dimasa lalu kita pernah
menggunakannya sebagai padanan kata constructie (Bahasa Belanda, artinya : struktur) yang artinya
berlainan dengan kata construction (Bahasa Inggris, artinya : pembangunan). Sedang istilah Sistem
Manajemen Konstruksi, yang selama ini digunakan oleh kalangan luas adalah padanan dari istilah Bahasa
Inggris (construction management system) yang berarti sistim pengelolaan proses pembangunan sesuatu
bangunan.
Proses konstruksi sesuatu bangunan pada hakekatnya adalah merupakan rangkaian kegiatan –kegiatan yang
berdasarkan pada sistem rekaya (engineering system) konstruksi, yang bersifat unik atau khas untuk setiap
proyek. Dalam berhadapan dengan suatu sistem rekayasa sudah tentu tidak bisa dipandang dengan memakai
pengertian yang terpenggal-penggal atau sepotong demi sepotong, tetapi keseluruhannya merupakan suatu
kesatuan konsep sistem yang tidak terpisahkan. Upaya konstruksi yang dimaksud bukanlah ditekankan
hanya pada pelaksanaan pembangunan fisiknya saja misalnya, , akan tetapi mencakup konsep proses
konstruksi dalam artian yang lengkap dan utuh. Sejak dikemukakannya prakarsa pembangunan,
kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan survai, penyusunan perencanaan, perancangan detail dan

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.23
seterusnya, sampai bangunan benar-benar berhasil berdiri serta berfungsi sesuai dengan tujuan
fungsionalnya.
Apabila dicermati perubahannya dari masa ke masa, sejak dari awal pertumbuhannya, proses konstruksi
sepertinya cenderung tumbuh dan berkembang menjadi terpisah-pisah. Keadaan demikian tiada lain
bermula dari timbulnya tuntutan keahlian spesialisasi untuk pelaksanaan elemen-elemennya. Munculnya
tuntutan spesialisasi yang terutama berkaitan dengan kapasitas penguasaan atas ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang memperlihatkan laju perkembangan yang semakin pesat saja. Disamping itu juga, terjadi
pemisahan konstruksi melalui pentahapan kegiatan-kegiatannya berkaitan dengan keterbatasan dalam
penyediaan dana. Sehingga suatu proyek konstruksi harus ditopang oleh berbagai pelayanan banyak
pihak dari berbagai unsur profesi.
Struktur Keseluruhan tersusun membentuk sistem manajemen kompleks, lengkap dengan segenap sub
sistemnya. Namun hendaklan harus selalu diingat, meski cara pelaksanaan kegiatan-kegiatan terpaksa
dipisahkan satu sama lainnya sesuai dengan keahlian profesi dan tanggung jawabnya. Keseluruhan proses
konstruksi secara konseptual tetap harus berlaku sebagai suatu kesatuan sistem rekayasa (engineering
system). Setiap elemen kegiatan pada hakekatnya tidaklah berjalan sendiri-sendiri tetapi harus selalu
dikendalikan dalam rangka upaya mewujudkan kesatuan konsep. Sebagai suatu sistem rekayasa konstruksi,
keseluruhan mekanisme kegiatannya tetap selalu mewujudkan susunan hubungan konseptual yang saling
terikat, terkait, saling bergantung dan mempengaruhi. Sekali lagi, perlu dicatat bahwa seluruh kegiatan
dalam suatu sistem rekayasa tidak bisa dipisah-pisah ataupun dipotong-potong hanya berdasarkan pada
pemahaman yang sempit.
Sebagaimana layaknya pelaksanaan suatu operasi sistem, segala macam bentuk pemisahan kegiatan,
pemenggalan tahapan, ataupun pemisahan tanggung jawab keahlian profesi, hendanya justru harus dilandasi
dengan azaz-azaz dan ditujukan kepada kepentingan secara maksimal. Atau dengan kata lain, upaya
pemisahan kegiatan tetap dimungkinkan asal saja disertai pemahaman bahwa tujuan utamanya
adalah mencapai tingkat keberhasilan bersama semaksimal mungkin. Dengan sendirinya, jika
pelaksanaan justru mencapai hasil yang menyimpang, tentunya patut dipertanyakan kelaikan upaya tersebut.
Demikian pula seharusnya yang berlangsung dalam setiap proses konstruksi , baik proyek ukuran kecil
maupun besar yang sarat dengan teknologi canggih sekalipun. Sejak dikenal pertama kali sampai sekarang,
proses konstruksi pada hakekatnya merupakan kesatuan operasi sistem rekayasa yang penanganannya
memerlukan sistem manajemen konstruksi yang lengkap dan utuh. Apabila didalam perkembangannya
kemudian muncul banyak subsistem didalamnya, hal tersebut semata-mata mewujudkan konsekuensi dalam
mengantisipasi kemajuan teknologi konstruksi. Pola pengembangan melalui subsistem, seperti misalnya
penataan jenis kontrak menjadi : Lumpsum, Harga Satuan, Lumpum dan Harga Satuan serta kontrak payung

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.24
(seperti yang tertuang pada Pasal 27 Ayat 1 Perpres No 16/2018), lebih dimaksudkan sebagai penerapan
teknik-teknik dan strategi manajemen. Demikian pula halnya dalam penataan organisasi pelaksanaan yang
lebih terinci dengan mempertajam fungsi-fungsi dan upaya untuk lebih menekankan unsur-unsur, seperti :
Manajemen Proyek, Manajemen Konstruksi, Rekayasa Konstruksi, Akutansi Rekayasa, Rekayasa Nilai dan
sebagainya. Secara logis kesemua hal diatas seharusnya diterima sebagai wujud penerapan teknik-teknik
manajemen untuk suatu sistem rekayasa secara umum, yang memang berciri khas selalu menuntut berbagai
inovasi dalam pelaksanaannya. Seandainya didalam praktek lantas muncul pandangan bahwa
pengembangan subsistem hanya baik untuk diterapkan pada proyek-proyek tertentu, hal tersebut
berawal dari pemahaman yang kurang lengkap mengenai hakekat sistem rekayasa dan sistem
manajemen konstruksi. Sebenarnya untuk semua bentuk dan macam proyek, baik ukuran kecil maupun
besar, pada prinsipnya selalu memerlukan, meski dengan bobot perhatian dan penekanan yang berbeda.
Pengembangan subsistem melalui teknik- teknik dan strategi manajemen selalu ditujukan kepada upaya
pencapaian tujuan secara maksimal yang sama sekali tidak untuk merubah sistem utamanya, yaitu : Sistem
manajemen proyek yang berlandaskan pada sistem rekayasa konstruksi. Hanya pada pemahaman yang
tidak pada tempatnya, hendaknya jangan sampai mengakibatkan arah pembangunan menyimpang dari
tujuan semula.
Khususnya bagi kalangan masyarakat dunia konstruksi di Indonesia, meski sejarah telah membuktikan
kemampuan dibidangnya, akan tetapi penguasaan pengetahuan tentang analisis dan berbagai pengembangan
teknik manajemen konstruksi baru berlangsung belakangan. Sudah barang tentu setelah melalui alih
pengetahuan dari negara-negara lain sebagai bagian dari hasil penelitian dan pengembangan (research and
development). Secara umum datangnya berbagai macam pengetahuan dan informasi tersebut biasanya
disambut dan disikapi sebagai sesuatu hal yang baru. Kadang-kadang proses penyerapan dan
pemahamannya dapat dikuasai dengan benar, dalam arti secara proporsional sesuai dengan yang
dimaksudkan. Akan tetapi tidak jarang pula terjadi kesimpangsiuran dalam mencerna pengetahuan dan
informasi baru tersebut. Seringkali pengetahuan yang sebenarnya lebih dimaksudkan sebagai bentuk
analisis pendalaman untuk sebuah subsistem, tetapi diterima sebagai pola sistem baru yang harus
diterapkan dalam manajemen. Sebagai contoh dalam informasi mengenai analisis rekayasa nilai (value
engineering), analisis tentang sistem manajemen konstruksi (construction management system).
Kesemuanya itu sebenarnya merupakan informasi yang harus lebih diperhatikan agar pelaksanaan
konstruksi, baik skala kecil maupun besar, dapat meningkatkan kemampuan secara maksimal. Didalam
analisis biasanya ditekankan hal-hal apa saja yang harus dipahami, dikuasai dan diterapkan dalam praktek
manajemen konstruksi.

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.25
Kegiatan utama sebagai bagian yang harus dipertanggung jawabkan secara profesional di dalam proses
konstruksi merambah hampir menyusup ke seluruh aspek kehidupan. Hingga proses konstruksi pada
kenyataannya mampu tumbuh dan berkembang menjadi bentuk industri yang potensial. Akan tetapi harus
disadari bahwa pelaksanaan proses konstruksi berciri sangat berbeda dengan proses produksi industri pabrik
, terutama tata cara produksi dan penetapan harga jual. Pada industri pabrik, harga jual ditetapkan
setelah seluruh biaya produksi dikeluarkan dan atas pertimbangan harga pasar, sedangkan dalam
industri konstruksi penetapan harga jual ditetapkan sebelum penandatanganan kontrak
(penawaran), sedangkan proses produksi dimulai saat kontrak telah ditandatangani. Disamping itu,
pengaruh industri jasa konstruksi membias ke jangkauan matra pengetahuan yang sangat luas, sejak
rekayasa, teknologi, ekonomi sampai dengan masalah-masalah sumber daya, yang kesemuanya saling jalin-
menjalin dan mempengaruhi satu sama lain. Sudah seharusnya jika semua pihak yang terlibat dalam proses
menyadari bahwa sebagai landasan untuk terjun ke dalamnya adalah didasarkan pada azaz kepercayaan
(trustworthty). Dalam prakteknya, azaz tersebut dimasukkan dalam fungsi dari setiap unsur sebagai elemen
tanggung jawab professional yang harus ditegakkan sebagai citra kehormatan di atas kepercayaan yang
diterima.

Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.26

Anda mungkin juga menyukai