Setelah Konsultan mempelajari Kerangka Acuan Kerja (KAK) pekerjaan Supervisi Rehabilitasi
Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) dengan seksama, ditambah dengan
penjelasan yang diberikan saat aanwijzing kantor maupun lapangan maka informasi yang kami pelajari telah
memadai dan telah dengan jelas disampaikan tujuan pekerjaan ini secara detail. Informasi permasalahan
dan tujuan pekerjaan ini sangat jelas, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan terhadap maksud dan tujuan
pekerjaan dapat dihindari.
Meskipun demikian, setelah mempelajari lebih lanjut mengenai maksud dan tujuan pekerjaan maka
kiranya perlu disampaikan beberapa hal yang merupakan pokok-pokok masalah yang menjadi perhatian
dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya adalah sebagai berikut:
A.4 Tanggapan dan Saran Terhadap Maksud, Tujuan dan Sasaran Pekerjaan
Dari isi Kerangka Acuan Kerja, khususnya mengenai maksud dan tujuan pelaksanaan pekerjaan Supervisi
Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) maka kami sebagai
calon Penyedia Jasa memahami betul maksud dan tujuan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai
berikut :
A. Maksud dan Tujuan
✓ Menjamin bahwa Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Waeapo System KAB BURU Prov
Maluku dilaksanakan sesuai rencana dengan menggunakan standart prosedur yang berlaku guna
tercapainya mutu pekerjaan fisik;
✓ Memperkenalkan pendekatan sistim mutu untuk pencapaian mutu pelaksanaan jasa konstruksi
B. Sasaran
✓ Membantu terselenggaranya proses manajemen yang baik didalam pelaksanaan paket-paket
pekerjaan di lingkungan Balai Wilayah Sungai Maluku, SNVT Pelaksana Jaringan Pemanfaatan
Air Provinsi Maluku dalam mencapai sasaran yang dituju;
✓ Meningkatkan mutu pelaksanaan dan mengendalikan pekerjaan-pekerjaan yang sedang berjalan
baik dari segi perencanaan teknis maupun fisik;
✓ Memberi laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan serta masalah-masalah yang sedang dihadapi
dalam pelaksanaanya sesuai dengan kebijaksanaan yang sedang dihadapi.
Dalam rangka untuk mendukung keberhasilan pekerjaan ini maka diperlukan beberapa hal dari pihak
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk mendukung konsultan agar dapat bekerja secara optimal.
Berdasarkan pengalaman dari konsultan, maka berikut ini tanggapan dan saran terhadap personil/fasilitas
pendukung dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Peralatan, material, personil dan fasilitas yang
disediakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen yang dapat digunakan dan harus dipelihara oleh penyedia jasa
PPK menyipkan ruang asistensi dan diskusi, PPK akan mengangkat petugas atau wakilnya yang bertindak
sebagai pengawas atau pendamping.
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » B.1
Bagian C. Apresiasi dan Inovasi
Bagian C
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.1
▪ Daerah tangkapan air danau adalah luasan lahan yang mengelilingi danau dan dibatasi oleh tepi
sempadan danau sampai dengan punggung bukit pemisah aliran air;
▪ Pos hidrologi adalah pos atau tempat yang berfungsi untuk memantau data hidrologi (meliputi data
curah hujan, iklim, tinggi muka air, muka air tanah) yang dilakukan secara otomatis maupun manual.
Pos hidrologi perlu dilengkapi dengan peralatan untuk pemantauan data hidrologi;
▪ Pos hujan biasa/manual adalah pos pengamatan yang difungsikan untuk pengamatan/pencatatan jumlah
curah hujan selama 24 jam;
▪ Pos hujan otomatis adalah pos pengamatan yang difungsikan untuk pengamatan/pencatatan parameter
hujan (jumlah, durasi dan intensitas) baik dengan cara digital maupun grafik;
▪ Pos klimatologi adalah pos pengamatan yang difungsikan untuk mengamati/pencatatan parameter iklim
baik manual, digital maupun grafik;
▪ Pos duga air manual adalah pos pengamatan yang difungsikan untuk mengamati tinggi muka air sungai
secara manual;
▪ Pos duga air otomatis adalah pos pengamatan yang difungsikan untuk mengamati tinggi muka air sungai
baik dengan cara digital maupun grafik;
▪ SOP adalah Standar Operasi Prosedur
C.2 Pertanian
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan
bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.
Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang
sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan
ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan
bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau
sekadar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun
pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang
tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang
sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di
berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia
menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari
total pendapatan domestik bruto.
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.2
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Karena
pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu
tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia, dan statistika juga dipelajari dalam pertanian. Usaha
tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan
dalam budidaya. "Petani" adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh
"petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut
sebagai peternak.
C.3 Irigasi
C.3.1 Pengertian Irigasi
Irigasi adalah pemberian air kepada tanah untuk menunjang curah hujan yang tidak cukup agar
tersedia lengas bagi pertumbuhan tanaman. (Linsley,Franzini,1992 )
Secara umum pengertian irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan
cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam- tanaman. (Hansen, dkk, 1990)
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Ps. 1, pengertian irigasi, bangunan irigasi, dan petak
irigasi telah dibakukan yaitu sebagai berikut :
a. Irigasi adalah usaha penyediaan dan penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.
b. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk
pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian pemberian dan
penggunaannya.
c. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
d. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.
Banjir disebabkan oleh banyak faktor: hujan deras, pasang tinggi, salju yang mencair, gelombang
tinggi yang tidak biasa, tsunami, atau kegagalan bendungan, tanggul, kolam retensi, atau struktur lain yang
mempertahankan air. Banjir dapat diperburuk oleh jumlah peningkatan permukaan tanah atau bencana alam
lainnya seperti kebakaran hutan, yang mengurangi pasokan vegetasi yang bisa menyerap hujan. Banjir
periodik terjadi pada banyak sungai, membentuk daerah sekitarnya dikenal sebagai dataran banjir. Selama
masa hujan, sebagian air bertahan dalam kolam atau tanah, sebagian diserap oleh rumput dan vegetasi,
sebagian menguap, dan sisanya dikirimkan melalui tanah sebagai limpasan permukaan. Banjir terjadi ketika
kolam, danau, dasar sungai, tanah, dan vegetasi tidak dapat menyerap semua air. Air kemudian mengalir ke
atas tanah dalam jumlah yang tidak dapat ditampung dalam saluran sungai atau tidak dapat bertahan di
kolam alam, danau, dan waduk buatan manusia. Sekitar 30 persen dari seluruh curah hujan menjadi
limpasan.[1] dan jumlah itu mungkin meningkat oleh air dari salju yang mencair. Sungai banjir sering
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.3
disebabkan oleh hujan deras, kadang-kadang meningkat seiring salju terus mencair. Banjir dapat meningkat
cepat dengan sedikit atau tanpa peringatan terlebih dahulu, disebut banjir bandang. Banjir bandang biasanya
terjadi akibat curah hujan yang tinggi di daerah yang relatif kecil, atau jika kawasan itu sudah jenuh dari
curah hujan sebelumnya.
C.3.2 Jenis – Jenis Irigasi
Seperti yang telah dijelaskan diatas irigasi adalah suatu tindakan memindahkan air dari sumbernya ke
lahan-lahan pertanian, adapun pemberiannya dapat dilakukan secara gravitasi atau dengan bantuan pompa
air.
Pada prakteknya ada 4 jenis irigasi ditinjau dari cara pemberian airnya :
a. Irigasi gravitasi (Gravitational Irrigation)
b. Irigasi bawah tanah (Sub Surface Irrigation)
c. Irigasi siraman (Sprinkler Irrigation)
d. Irigasi tetesan (Trickler Irrigation)
a. Irigasi gravitasi (Gravitational Irrigation)
Irigasi gravitasi adalah irigasi yang memanfaatkan gaya tarik gravitasi untuk mengalirkan air dari sumber
ke tempat yang membutuhkan, pada umumnya irigasi ini banyak digunakan di Indonesia, dan dapat dibagi
menjadi: irigasi genangan liar, irigasi genangan dari saluran, irigasi alur dan gelombang.
b. Irigasi bawah tanah (Sub Surface Irrigation)
Irigasi bawah tanah adalah irigasi yang menyuplai air langsung ke daerah akar tanaman yang
membutuhkannya melalui aliran air tanah. Dengan demikian tanaman yang diberi air lewat permukaan
tetapi dari bawah permukaan dengan mengatur muka air tanah.
c. Irigasi siraman (Sprinkler Irrigation)
Irigasi siraman adalah irigasi yang dilakukan dengan cara meniru air hujan dimana penyiramannya
dilakukan dengan cara pengaliran air lewat pipa dengan tekanan (4 –6 Atm) sehingga dapat membasahi
areal yang cukup luas.
Pemberian air dengan cara ini dapat menghemat dalam segi pengelolaan tanah karena dengan pengairan
ini tidak diperlukan permukaan tanah yang rata, juga dengan pengairan ini dapat mengurangi kehilangan
air disaluran karena air dikirim melalui saluran tertutup.
d. Irigasi tetesan (Trickler Irrigation)
Irigasi tetesan adalah irigasi yang prinsipnya mirip dengan irigasi siraman tetapi pipa tersiernya dibuat
melalui jalur pohon dan tekanannya lebih kecil karena hanya menetes saja. Keuntungan sistem ini yaitu
tidak ada aliran permukaan.
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.4
C.3.3 Klarifikasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat
dibedakan kedalam tiga jenis yaitu:
1.Irigasi sederhana (Non Teknis) 2.Irigasi
semi teknis
3.Irigasi teknis
Dalam suatu jaringan irigasi yang dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok yaitu :
1. Bangunan-bangunan utama (headworks) dimana air diambil dari sumbernya, umumnya sungai
atau waduk.
2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak- petak tersier.
3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif, air irigasi
dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam suatu system
pembuangan di dalam petak tersier.
4. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air lebih ke
sungai atau saluran-saluran alamiah.
Tabel Klasifikasi Jaringan Irigasi
Kemampuan
bangunan dalam
2 mengukur dan Baik Sedang Jelek
mengatur debit
Saluran irigasi Saluran irigasi dan Saluran irigasi
dan pembuang pembuang tidak dan pembuang
3 Jaringan saluran terpisah sepenuhnya terpisah jadi satu
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.5
Belum Belum ada
Dikembangkan dikembangkan atau jaringan terpisah
4 Petak tersier seluruhnya densitas bangunan yang
tesier jarang dikembangkan
5 Efesiensi secara 50 – 60 % 40 – 50 % < 40 %
keseluruhan
6 Ukuran Tak ada batasan Sampai 2000 ha < 500 ha
5. (Standar Perencanaan Irigasi KP-01, Dept. PU Dirjen Pengairan, 1986)
C.3.3.1 Irigasi Non Teknis (Sederhana)
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air,
sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas.
Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga
mudah untuk mengalirkan dan membagi air.
Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan karena menyangkut pemakai air dari latar belakang
sosial yang sama. Namun jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain, terjadi pemborosan
air karena banyak air yang terbuang, air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang
lebih subur, dan bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama.
C.3.3.2 Irigasi Semi Teknis
Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen. Bangunan
sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah
terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur
dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian
biasanya lebih rumit. Sistem pembagian airnya sama dengan jaringan sederhana, bahwa pengambilan
dipakai untuk mengairi daerah yang lebih luas daripada daerah layanan jaringan sederhana.
C.3.3.3 Irigasi Teknis
Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta bangunan bagi
mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan
pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier.Petak
tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah
sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar antara 50 – 100 ha, kadang-kadang sampai 150
ha.Petak tersier menerima air di suatu tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan
pembawa yang diatur oleh Dinas Pengairan. Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.6
pertanian, disusun suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier,
petak kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil.
C.3.3.3.1 Petak Tersier
Petak tersier menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (offtake) tersier yang
menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.
Petak tersier yang kelewat besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi tidak efisien. Faktor- faktor
lainnya adalah jumlah petani dalam satu petak, jenis tanaman dan topografi.
Di daerah- daerah yang ditanami padi, luas petak yang ideal antara 50-100 ha, kadang-kadang sampai 150
ha.
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang\lebih 8-15 hektar. Petak
tersier sebaiknya mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas
lainnya. Ukuran petaktersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air. Apabila kondisi topografi
memungkinkan, petak tersier sebaiknya berbentuk bujur sangkar atau segi empat. Hal ini akan
memudahkan dalam pengaturantata letak dan perabagian air yang efisien.
Petak tersier sebaiknya berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau saluran primer. Sedapat
mungkin dihindari petak tersier yang terletak tidak secara langsung di sepanjang jaringan saluran irigasi
utama, karena akan memerlukan saluran muka tersier yang mebatasi petak- petak tersier lainnya. Panjang
saluran tersier sebaiknya kurang dari 1500 m tetapi dalam kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini
mencapai 2500 m.
C.3.3.3.2 Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder.
Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder.
Batas-batas petak sekunder pada urnumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase.
Luas petak sekunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah yang bersangkutan.
Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di sisi kanan dan kiri saluran
tersebut sampai saluran drainase yang membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai
saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah.
C.3.3.3.3 Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari saluran primer. Petak
primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air biasanya
sungai.Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara
menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi daerah saluran
primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer.
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.7
Gambar Sket Saluran Sekunder
C.3.4 Bangunan Irigasi
Bangunan irigasi digunakan untuk keperluan dalam menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi,
sehingga air dapat mengalir dengan baik ke areal persawahan.
C.3.4.1 Bangunan Utama
Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai
atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi.
Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan serta mengukur banyaknya air
yang masuk.
Bangunan terdiri dari bangunan-bangunan pengelak dengan peredam energi, satu atau dua pengambilan
utama, pintu bilas, kolam olak, dan kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan-
bangunan pelengkap.
Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam sejumlah kategori, bergantung kepada perencanaannya.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa kategori, antara lain :
C.3.4.1.1 Bendung atau Bendung Gerak
Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk meninggikan muka air di sungai sampai pada
ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier. Ketinggian itu akan
menentukan luas daerah yang di airi (command area). Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi
pintu yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup apabila air kecil.
Di Indonesia, bendung adalah bangunan yang paling umum dipakai untuk membelokkan air sungai untuk
keperluan irigasi.
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.8
Gambar Bendung Gerak dan Bendung tetap
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.9
C.3.4.1.5 Banguan Pembawa
Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari sumbernya menuju petak irigasi.
Bangunan pembawa meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter.
Termasuk dalam bangunan.pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, dan got miring. Saluran
primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya.
a. Talang
Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran lainnya, saluran pembuang ilmiah atau
cekungan dan lembah-lembah. Aliran di dalam talang adalah aliran bebas. Talang dapat terbuat dari
pasangan, beton, baja atau kayu.
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.10
Gambar Bangunan Siphon
d. Got Miring
Di buat apabila trase saluran melewati ruas medan dengan kemiringan yang tajam dengan jumlah
perbedaan tinggi energi yang besar. Got miring berupa potongan saluran yang diberi pasangan (lining)
dengan aliran superkritis, dan umumnya mengikuti kemiringan medan alamiah.
Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak
sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi.
1. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke petak-petak
tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
2. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju petak-
petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.batas akhir dari saluran sekunder
adalah bangunan sadap terakhir.
3. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran sekunder menuju petak-
petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder
adalah bangunan boks tersier terkahir.
4. Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier menuju petak-petak
sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah
bangunan boks kuarter terkahir.
e. Bangunan Terjun
Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada
kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan semacam ini mempunyai empat bagian
fungsional, masing- masing memiliki sifat-sifat perencanaan yang khas.
1. Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian di mana aliran menjadi superkritis
2. Bagian di mana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah
3. Bagian tepat di sebelah hilir, yaitu tempat di mana energi diredam
4. Bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah erosi
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.11
1. Bangunan bagi terletak disaluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi
untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
2. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke saluran tersier
penerima
3. Bangunan bagi dan sadap digabungkan menjadi satu rangkaian bangunan
4. Boks-boks bagi disaluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebih (tersier, subtersier,
kuarter)
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.12
1. Konstruksi Tanah
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.13
Gambar Konstruksi Foresemen
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.14
2. Pilih/rancang kalender Anda. Tiap proyek tentunya memiliki penanggalan kalender yang berbeda-
beda. Ada yang jam kerjanya 08.00-17.00, shift malam, atau 24 jam. Untuk membuat /memilih kalender
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.15
4. Buat resource. Resource adalah sumber daya yang digunakan untuk mengerjakan proyek. Resource
dapat berupa peralatan, manusia, maupun biaya. Untuk mengisikan resource, klik menu View-
Resource Sheet.
5. Tetapkan resource mana saja yang digunakan di tiap task. Jika ada beberapa resource yang
dibutuhkan dalam 1 task, double klik task sehingga muncul task information, dan isikan resource di
tab resource dari task information
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.16
6. Tetapkan baseline. Baseline artinya perencanaan dasar. Untuk menetapkan baseline, klik Tools –
tracking –set the baseline. Segala hal yang ditetapkan setelah baseline ditetapkan disebut variance.
Untuk mengecek besarnya variance/simpangan, klik View-Gantt Chart, Table – Variance
7. Mulai mentrack proyek Anda. Klik View-Table-tracking. Di sana Anda dapat mengeset Actual
Start dan Finish, juga completion.
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.17
C.5 Review Desain
1. Meneliti dan memberi masukan tentang kesesuaian desain dengan keadaan lapangan kepada Pengguna
Jasa. Menyiapkan data pendukung (data ukur, data tanah, dan lain-lain) yang dibutuhkan dalam rangka
review desain sesuai kebutuhan lapangan.
2. Menyiapkan konsep review / penyesuaian desain sesuai dengan kebutuhan / kondisi lapangan
berkoordinasi dengan pengawas konsultan dan persetujuan direksi pekerjaan PPK Sungai dan Pantai I,
untuk diajukan sebagai perubahan desain ke Pengguna Jasa.
Suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan tetapi tidak tercakup di dalam perjanjian kontrak dinamakan
pekerjaan tambah. Kadang-kadang selama masa pelaksanaan konstruksi muncul pertimbangan untuk
meningkatkan atau mengurangi fungsi atau kinerja bangunan sehingga diperlukan perubahan perancangan.
Dengan sendirinya perubahan tersebut akan mempengaruhi jumlah sumber daya yang tidak lagi sama
dengan apa yang digambarkan dalam kontrak semula, sehingga disebut sebagai perubahan kontrak atau
perubahan pekerjaan. Dengan demikian pekerjaan tambah berkemungkinan akan merubah kesepakatan,
lingkup, rencana, spesifikasi atau metode kerja, dan terkait pula dengan perubahan dalam harga dan jadwal
waktu. Munculnya pekerjaan tambah antara lain dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Perubahan dalam perencanaan kontrak
2. Perubahan dalam spesifikasi teknis
3. Penyesuaian atau perubahan fungsi dan kinerja bangunan
4. Perencanaan yang tidak lengkap
5. Penyesuaian atau perubahan sesuai dengan kondisi lapangan
Untuk itulah pemberi tugas harus menetapkan prosedur perubahan pekerjaan agar para personil di lapangan
tidak dengan mudah menerbitkan perintah perubahan, apalagi terlanjur melakukan pembayaran. Apabila
demikian halnya akan mengakibatkan pedoman estimasi biaya dan rencana anggaran proyek menjadi tidak
berarti sama sekali.
Dari berbagai pengalaman pelaksanaan proyek menunjukkan selalu saja muncul pengajuan pekerjaan
tambah yang sebenarnya tidak perlu, bahkan terkesan sebagai suatu tindakan pemborosan. Secara umum
terdapat kecenderungan bahwa masih saja ada pihak yang mengupayakan tambahan pekerjaan, sehingga
secara cermat harus dikendalikan. Harap dicatat bahwa perubahan dan pekerjaan tambah cenderung
membuka peluang permasalahan. Pedoman atas beberapa hal berikut mungkin dapat digunakan dalam upaya
pengendalian :
a. Secara umum tidak boleh ada pekerjaan yang disusulkan dalam lingkup suatu kontrak sehingga
melebihi ketentuan batas anggaran yang telah ditetapkan, kecuali suatu usulan anggaran baru
disetujui oleh pihak-pihak yang berwenang.
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.18
b. Petugas yang berwenang dalam menerbitkan surat perintah dan persetujuan perubahan pekerjaan
harus ditetapkan sejak awal dan hal tersebut harus di informasikan secara resmi kepada pihak-pihak
yang terkait. Sehingga petugas yang tidak berwenang tidak dapat melakukannya. Perintah
perubahan yang melebihi batas anggaran tertentu harus disetujui dan ditanda tangani oleh kepala
eksekutif manajemen konstruksi.Prosedur perintah perubahan disusun secara jelas pada tahap awal
pekerjaan dan diinformasikan seluas-luasnya kepada pihak-pihak terkait termasuk kontraktor
pembangun.
c. Sebelum dilaksanakan setiap perubahan harus secara tertulis dan agar dihindarkan perintah
perubahan secara lisan.
d. Setiap usulan perubahan pekerjaan harus disertai penjelasan teknis mengenai kepentingannya dan
analisis manfaat pembiayaan. Lingkup pekerjaan setiap perubahan harus diidentifikasikan hasil
akhirnya secara jelas dan terinci, sehingga suatu perubahan dijamin tidak akan mengakibatkan
munculnya perubahan pekerjaan tidak akan mengakibatkan penundaan pekerjaan dan meningkatkan
pembiayaan proyek secara keseluruhan. Setiap perubahan harus didasarkan pada penawaran yang
jelas dari kontraktor dengan didukung estimasi detail.
e. Sikap kejujuran harus ditunjukkan kepada kontraktor dalam rangka memberi kesempatan untuk
mempertimbangkan dampak perubahan baginya, dan akan memberikan kompensasi berbentuk
legitimasi biaya tambahan dan penyesuaian waktu. Bagaimanapun hal tersebut jangan sampai
mewujudkan kerja sama secara tersembunyi dalam bentuk merugikan pihak lain.
Meskipun para pihak yang terlibat (seperti Konsultan Perencana), sebelum pelaksanaan fisik konstruksi,
telah bekerja secara maksimal. Seluruh dokumen perencanaan yang merupakan produk Konsultan
Perencana tersebut, akan teruji kebenarannya pada saat pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Apabila
didalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan perbedaan antara apa yang terdapat didalam dokumen
perencanaan (yang termuat didalam Dok.kontrak) dengan kondisi lapangan, maka dapat dilakukan
perubahan kontrak. Artinya perubahan kontrak dalam suatu proses pembangunan adalah hal yang
wajar, sepanjang memenuhi unsur-unsur kalimat yang terdapat pada Pasal 54 (1) Perpres No
16/2018, sebagai berikut :
Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan gambar dan/atau
spesifikasi teknis/KAK yang ditentukan dalam dokumen Kontrak, PPK Bersama Penyedia dapat
melakukan perubahan kontrak, yang meliputi :
a. menambah atau mengurangi volume yang tercantum dalam Kontrak;
b. menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan;
c. mengubah spesifikasi teknis sesuai dengan kondisi lapangan;dan /atau
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.19
d. mengubah jadwal pelaksanaan
Biasanya didalam SSUK (syarat-syarat umum kontrak), juga ditetapkan mengenai prosedur perubahan
kontrak. Sehubungan dengan belum didapatkannya dokumen tersebut karena masih dalam tahapan
pemilihan, maka pada saat ini kami hanya menyinggung Pasal 54 (1) Perpes no 16/2018, diatas.
Pasal 54 Ayat 1 Perpres No 16/2018 diatas, mempunyai beberapa unsur-unsur utama yang harus
dipahami oleh Pengguna Jasa, Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Konsultan Perencana.
Unsur-unsur utama tersebut adalah : perbedaan, kondisi lapangan, dan ketentuan. Artinya setiap
perubahan kontrak hanya mempunyai legalitas secara hukum untuk memulainya, apabila unsur-unsur
utama tersebut dipenuhi (selain unsur-unsur pendukung yang terdapat pada point a,b,c dan d).
Pada titik inilah, sangat dibutuhkan pemahaman Konsultan Supervisi terhadap pasal tersebut .
Karena Konsultan Supervisi akan ikut berkonstribusi didalam sebuah proses perubahan kontrak fisik
konstruksi, berbentuk analisis teknis (terkait perubahan kontrak menyangkut masalah teknis).
Sebagaimana yang tercantum didalam Pasal 54 Ayat 1 diatas,bahwa sebuah perubahan kontrak harus
didahului dengan ditemukannya perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan
dengan ketentuan yang tercantum dalam Dok.Kontrak dan dapat dilakukan penyesuaian yang
berdasarkan kepada kebutuhan kondisi lapangan. Sebuah Perubahan Kontrak merupakan hal yang
paling berpotensi untuk dikategorikan sebagai suatu peristiwa kelebihan bayar (penilaian BPK) atau
pelanggaran hukum pidana (penilaian aparat penegak hukum).
Oleh karena itulah, kami mencoba mengajukan usulan tahapan proses perubahan Kontrak, berdasarkan
pemahaman kami terhadap Pasal 54 Ayat 1 Perpres No 16/2018 dan SE Dirjen Binamarga No 02/2016.
Meskipun Surat Edaran tersebut dikeluarkan oleh Dirjen Bina Marga (bukan Dirjen Sumber Daya Air),
tetapi menurut kami tetap bisa dijadikan acuan karena SE tersebut berpedoman kepada Peraturan
Perundang-undangan, antara lain : Perpres No.54/2010, Kepres No.41/2015, Permen PU
No.04/PRT/M2009, Permen PU No.07/PRT/M2011, Permen PU No.15/PRT/M/2015 dan Permen PU
No.34/PRT/M2015.
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.20
diluar jangkauan untuk mengendalikannya. Asal muasal faktor ketidakpastian sangat luas kemungkinannya,
sejak dari keadaan alam seperti keadaan cuaca, sampai dengan bentuk ketergantungan pada perbuatan atau
jasa orang lain atau masyarakat beserta segenap lingkungannya. Selama masih di dalam jangkauan
kemampuan untuk memperhitungkannya, faktor-faktor ketidakpastian tersebut umumnya dihadapi dengan
pendekatan merubahnya menjadi bentuk hipotesa-hipotesa dan asumsi-asumsi. Semakin mampu seseorang
meredam faktor ketidakpastian dengan memperhitungkannya melalui hipotesa dan asumsi yang realistis,
dengan sendirinya akan tumbuh pula rasa percaya diri dan sikap optimis untuk mencapai tujuan. Akan tetapi,
apabila karena keterbatasan kemampuan tidak kuasa berhadapan dengan faktor-faktor ketidakpastian,
sesorang akan menjadi kehilangan akal dan biasanya bersikap berpasrah diri pada nasib.
Bahkan pada keadaan yang lebih buruk lagi, mungkin harus menjalani kehidupan selanjutnya dengan asal
hanyut saja tanpa bisa membuat perhitungan dan memperkirakan secara jelas. Dari pemaparan secara
ringkas fenomena perilaku individual di dalam tatanan kehidupan masyarakat seperti tersebut diatas, dapat
ditarik beberapa pelajaran. Pertama, bahwa kegiatan-kegiatan individual seseorang tidak akan pernah
terlepas dari pengaruh keadaan masyarakat dan alam lingkungannya, bahkan telah menjadikannya sebagai
wahana dan sarana yang akan menopang upaya tercapainya harapan-harapan dan tujuan yang diinginkan.
Karena terkait dengan berbagai kepentingan masyarakat luas, maka agar dapat mencapai tujuannya sudah
barang tentu kegiatan-kegiatan individual tersebut harus dikoordinasikan dengan baik melalui upaya-upaya
tertib aturan main. Kedua, dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan individualnya, baik disadari atau tidak,
seseorang banyak menggunakan hipotesa dan asumsi dalam rangka upaya memperhitungkan dan meredam
faktor-faktor ketidakpastian yang mengukungnya. Upaya untuk Menyusun hipotesa dan asumsi yang
realistis pada umumnya bukanlah merupakan sesuatu yang sulit selama kegiatan-kegiatannya selalu selaras
dan serasi, atau tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat luas dan alam lingkungannya. Bahkan
untuk kepentingan-kepentingan yang sama ataupun berkaitan, justru akan saling memperkuat untuk dapat
mencapai keberhasilannya. Ketiga, apabila berhasil melakukan upaya pembenahan secara sistematis atas
mekanisme kegiatan-kegiatan individual, pada hakekatnya seseorang sedang menyusun suatu konsep sistem
manajemen yang alamiah dan manusiawi.
C.6.1 Sistem Manajemen Proyek
Manajemen merupakan proses terpadu, dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan
untuk memelihara, mengembangkan, mengendalikan dan menjalankan program-program, yang kesemuanya
diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan dan berlangsung menerus seiring dengan berjalannya waktu.
Supaya proses manajemen dapat berlangsung maksimal diperlukan sistim dan strukur organisasi yang
memadai dengan program yang berorientasi pada tercapainya tujuan. Organisasi berfungsi sebagai wahana
untuk menuangkan konsep atau karya-karya manajerial dari individu-individu yang terlibat dalam
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.21
mengemban tanggung jawab. Manajemen dipandang sebagai suatu rangkaian beberapa tanggung jawab
fungsional yang berhubungan erat satu sama lain dan secara keseluruhan membentuk jaringan kerja yang
teratur serta sistematis. Jaringan kerja tersebut jangan sekali-kali ditafsirkan hanya sebagai gabungan
satuan-satuan atau tahapan kegiatan yang terpisah. Tetapi keseluruhannya merupakan suatu kesatuan
interaksi kegiatan-kegiatan. Untuk tujuan analisis atau menguraikannya, tentunya dapat saja dicuplik fungsi
tertentu dari kesatuan, tetapi harus dengan selalu mengingat bahwa sesuatu kegiatan pada fungsi tertentu
mempunyai hubungan dan berdampak terhadap satu atau lebih fungsi lainnya.
Pada umumnya yang ditetapkan sebagai fungsi-fungsi pokok dalam manajemen adalah merencanakan,
mengorganisasikan dan mengendalikan. Sedangkan fungsi-fungsi manajerial penting lainnya, yaitu :
memimpin, mengerahkan, mengarahkan, mengaktifkan, memberi contoh, membangun motivasi,
mengkoordinasikan, mengkomunikasikan dan yang tidak kalah penting adalah pengambilan keputusan.
Penekanan kepada mana yang lebih penting dari fungsi-fungsi tersebut amat tergantung pada permasalahan
spesifik yang dihadapi oleh para pihak dalam mengemban tugas-tugasnya.
Dari kesemua uraian diatas, dapatlah dipakai suatu penyederhanaan pemahaman bahwa manajemen
merupakan proses penggunaan sumber daya secara maksimal untuk mencapai sasaran atau tujuan
yang telah ditetapkan. Proyek dengan segala ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilibatkan di dalamnya
merupakan salah satu upaya manusia dalam rangka membangun kehidupannya. Sesuatu proyek merupakan
upaya dengan mengerahkan segala sumber daya yang tersedia. Proyek harus diselesaikan dalam jangka
waktu terbatas sesuai dengan kesepakatan. Sebuah proyek terdiri dari urutan dan rangkaian kegiatan
panjang dan dimulai sejak dituangkannya gagasan, direncanakan, dilaksanakan, sampai benar-benar
memberikan hasil yang sesuai dengan yang direncanakan. Sehingga pelaksanaan proyek pada umumnya
merupakan rangkaian mekanisme tugas dan kegiatan kompleks, membentuk saling ketergantungan
sekaligus mengundang berbagai permasalahan tersendiri. Dengan demikian rangkaian mekanisme kegiatan-
kegiatan didalam proyek akan membentuk suatu kesatuan manajemen. Semakin kompleks mekanismenya
kegiatan-kegiatan didalam proyek, sudah barang tentu semakin beraneka ragam pula permasalahan yang
harus dihadapi. Apabila tidak ditangani dengan benar, berbagai permasalahan tersebut akan mengakibatkan
munculnya berbagai dampak negatif yang pada akhirnya bermuara pada kegagalan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Pengertian sistem manajemen adalah sebagai suatu set yang terdiri dari atas susunan terpadu dari konsep-
konsep, dasar-dasar pengertian, atau teknik-teknik penanganan yang berkaitan dengan manajemen.
Sehingga konsep sistem manejemen proyek dapat diartikan sebagai penataan serta pengorganisasian
atas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan manajemen proyek. Sistem manajemen
proyek disusun dan dijabarkan menjadi seperangkat pengertian, pedoman, alat-alat, dan petunjuk tata cara
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.22
pelaksanaan, sehingga mampu menghubungkan kesenjangan persepsi, membangun kesamaan bahasa,
serta mampu mewujudkan suatu bentuk kerjasama dan koordinasi di antara satuan organisasi
pelaksanaannya. Mengingat kegiatan-kegiatan individu didalam proyek membentuk hubungan saling
ketergantungan yang kompleks, perlu selalu ditumbuhkan keserasian hubungan kerja yang maksimal
diantara pihak yang terlibat. Hal tersebut mengingat pula bahwa para pelaksana terdiri dari individu-
individu yang berasal dari berbagai satuan dan jenjang organisasi. Tingkat kekompakan, pengertian
dan kesadaran akan pentingnya penerapan konsep hubungan kerja yang serasi satu sama lain.
Sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan proyek, terutama pada jenjang para pengambil
keputusan (pejabat kunci).
Mereka juga harus dapat mewujudkan semangat kerja sama yang kokoh untuk mengkoordinasikan dan
mengendalikan pelaksanaan proyek, sehingga mampu memberikan landasan kuat bagi keberhasilan proyek.
Dengan demikian agar dapat menangani
pelaksanaan proyek dengan baik atau paling tidak dapat memperkecil peluang timbulnya
permasalahan, diperlukan pendekatan dengan menyusun suatu konsep sistim Manajemen Proyek yang
lengkap, kokoh dan terpadu.
C.6.1 Sistem Manajemen Konstruksi
Dikalangan masyarakat luas, masih saja selalu terjadi kerancuan dalam mengartikan kata “Konstruksi”.
Istilah konstruksi beton dan konstruksi kayu misalnya, seringkali masih digunakan untuk maksud
mengartikan struktur rangka beton dan struktur kayu. Munculnya kerancuan karena dimasa lalu kita pernah
menggunakannya sebagai padanan kata constructie (Bahasa Belanda, artinya : struktur) yang artinya
berlainan dengan kata construction (Bahasa Inggris, artinya : pembangunan). Sedang istilah Sistem
Manajemen Konstruksi, yang selama ini digunakan oleh kalangan luas adalah padanan dari istilah Bahasa
Inggris (construction management system) yang berarti sistim pengelolaan proses pembangunan sesuatu
bangunan.
Proses konstruksi sesuatu bangunan pada hakekatnya adalah merupakan rangkaian kegiatan –kegiatan yang
berdasarkan pada sistem rekaya (engineering system) konstruksi, yang bersifat unik atau khas untuk setiap
proyek. Dalam berhadapan dengan suatu sistem rekayasa sudah tentu tidak bisa dipandang dengan memakai
pengertian yang terpenggal-penggal atau sepotong demi sepotong, tetapi keseluruhannya merupakan suatu
kesatuan konsep sistem yang tidak terpisahkan. Upaya konstruksi yang dimaksud bukanlah ditekankan
hanya pada pelaksanaan pembangunan fisiknya saja misalnya, , akan tetapi mencakup konsep proses
konstruksi dalam artian yang lengkap dan utuh. Sejak dikemukakannya prakarsa pembangunan,
kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan survai, penyusunan perencanaan, perancangan detail dan
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.23
seterusnya, sampai bangunan benar-benar berhasil berdiri serta berfungsi sesuai dengan tujuan
fungsionalnya.
Apabila dicermati perubahannya dari masa ke masa, sejak dari awal pertumbuhannya, proses konstruksi
sepertinya cenderung tumbuh dan berkembang menjadi terpisah-pisah. Keadaan demikian tiada lain
bermula dari timbulnya tuntutan keahlian spesialisasi untuk pelaksanaan elemen-elemennya. Munculnya
tuntutan spesialisasi yang terutama berkaitan dengan kapasitas penguasaan atas ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang memperlihatkan laju perkembangan yang semakin pesat saja. Disamping itu juga, terjadi
pemisahan konstruksi melalui pentahapan kegiatan-kegiatannya berkaitan dengan keterbatasan dalam
penyediaan dana. Sehingga suatu proyek konstruksi harus ditopang oleh berbagai pelayanan banyak
pihak dari berbagai unsur profesi.
Struktur Keseluruhan tersusun membentuk sistem manajemen kompleks, lengkap dengan segenap sub
sistemnya. Namun hendaklan harus selalu diingat, meski cara pelaksanaan kegiatan-kegiatan terpaksa
dipisahkan satu sama lainnya sesuai dengan keahlian profesi dan tanggung jawabnya. Keseluruhan proses
konstruksi secara konseptual tetap harus berlaku sebagai suatu kesatuan sistem rekayasa (engineering
system). Setiap elemen kegiatan pada hakekatnya tidaklah berjalan sendiri-sendiri tetapi harus selalu
dikendalikan dalam rangka upaya mewujudkan kesatuan konsep. Sebagai suatu sistem rekayasa konstruksi,
keseluruhan mekanisme kegiatannya tetap selalu mewujudkan susunan hubungan konseptual yang saling
terikat, terkait, saling bergantung dan mempengaruhi. Sekali lagi, perlu dicatat bahwa seluruh kegiatan
dalam suatu sistem rekayasa tidak bisa dipisah-pisah ataupun dipotong-potong hanya berdasarkan pada
pemahaman yang sempit.
Sebagaimana layaknya pelaksanaan suatu operasi sistem, segala macam bentuk pemisahan kegiatan,
pemenggalan tahapan, ataupun pemisahan tanggung jawab keahlian profesi, hendanya justru harus dilandasi
dengan azaz-azaz dan ditujukan kepada kepentingan secara maksimal. Atau dengan kata lain, upaya
pemisahan kegiatan tetap dimungkinkan asal saja disertai pemahaman bahwa tujuan utamanya
adalah mencapai tingkat keberhasilan bersama semaksimal mungkin. Dengan sendirinya, jika
pelaksanaan justru mencapai hasil yang menyimpang, tentunya patut dipertanyakan kelaikan upaya tersebut.
Demikian pula seharusnya yang berlangsung dalam setiap proses konstruksi , baik proyek ukuran kecil
maupun besar yang sarat dengan teknologi canggih sekalipun. Sejak dikenal pertama kali sampai sekarang,
proses konstruksi pada hakekatnya merupakan kesatuan operasi sistem rekayasa yang penanganannya
memerlukan sistem manajemen konstruksi yang lengkap dan utuh. Apabila didalam perkembangannya
kemudian muncul banyak subsistem didalamnya, hal tersebut semata-mata mewujudkan konsekuensi dalam
mengantisipasi kemajuan teknologi konstruksi. Pola pengembangan melalui subsistem, seperti misalnya
penataan jenis kontrak menjadi : Lumpsum, Harga Satuan, Lumpum dan Harga Satuan serta kontrak payung
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.24
(seperti yang tertuang pada Pasal 27 Ayat 1 Perpres No 16/2018), lebih dimaksudkan sebagai penerapan
teknik-teknik dan strategi manajemen. Demikian pula halnya dalam penataan organisasi pelaksanaan yang
lebih terinci dengan mempertajam fungsi-fungsi dan upaya untuk lebih menekankan unsur-unsur, seperti :
Manajemen Proyek, Manajemen Konstruksi, Rekayasa Konstruksi, Akutansi Rekayasa, Rekayasa Nilai dan
sebagainya. Secara logis kesemua hal diatas seharusnya diterima sebagai wujud penerapan teknik-teknik
manajemen untuk suatu sistem rekayasa secara umum, yang memang berciri khas selalu menuntut berbagai
inovasi dalam pelaksanaannya. Seandainya didalam praktek lantas muncul pandangan bahwa
pengembangan subsistem hanya baik untuk diterapkan pada proyek-proyek tertentu, hal tersebut
berawal dari pemahaman yang kurang lengkap mengenai hakekat sistem rekayasa dan sistem
manajemen konstruksi. Sebenarnya untuk semua bentuk dan macam proyek, baik ukuran kecil maupun
besar, pada prinsipnya selalu memerlukan, meski dengan bobot perhatian dan penekanan yang berbeda.
Pengembangan subsistem melalui teknik- teknik dan strategi manajemen selalu ditujukan kepada upaya
pencapaian tujuan secara maksimal yang sama sekali tidak untuk merubah sistem utamanya, yaitu : Sistem
manajemen proyek yang berlandaskan pada sistem rekayasa konstruksi. Hanya pada pemahaman yang
tidak pada tempatnya, hendaknya jangan sampai mengakibatkan arah pembangunan menyimpang dari
tujuan semula.
Khususnya bagi kalangan masyarakat dunia konstruksi di Indonesia, meski sejarah telah membuktikan
kemampuan dibidangnya, akan tetapi penguasaan pengetahuan tentang analisis dan berbagai pengembangan
teknik manajemen konstruksi baru berlangsung belakangan. Sudah barang tentu setelah melalui alih
pengetahuan dari negara-negara lain sebagai bagian dari hasil penelitian dan pengembangan (research and
development). Secara umum datangnya berbagai macam pengetahuan dan informasi tersebut biasanya
disambut dan disikapi sebagai sesuatu hal yang baru. Kadang-kadang proses penyerapan dan
pemahamannya dapat dikuasai dengan benar, dalam arti secara proporsional sesuai dengan yang
dimaksudkan. Akan tetapi tidak jarang pula terjadi kesimpangsiuran dalam mencerna pengetahuan dan
informasi baru tersebut. Seringkali pengetahuan yang sebenarnya lebih dimaksudkan sebagai bentuk
analisis pendalaman untuk sebuah subsistem, tetapi diterima sebagai pola sistem baru yang harus
diterapkan dalam manajemen. Sebagai contoh dalam informasi mengenai analisis rekayasa nilai (value
engineering), analisis tentang sistem manajemen konstruksi (construction management system).
Kesemuanya itu sebenarnya merupakan informasi yang harus lebih diperhatikan agar pelaksanaan
konstruksi, baik skala kecil maupun besar, dapat meningkatkan kemampuan secara maksimal. Didalam
analisis biasanya ditekankan hal-hal apa saja yang harus dipahami, dikuasai dan diterapkan dalam praktek
manajemen konstruksi.
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.25
Kegiatan utama sebagai bagian yang harus dipertanggung jawabkan secara profesional di dalam proses
konstruksi merambah hampir menyusup ke seluruh aspek kehidupan. Hingga proses konstruksi pada
kenyataannya mampu tumbuh dan berkembang menjadi bentuk industri yang potensial. Akan tetapi harus
disadari bahwa pelaksanaan proses konstruksi berciri sangat berbeda dengan proses produksi industri pabrik
, terutama tata cara produksi dan penetapan harga jual. Pada industri pabrik, harga jual ditetapkan
setelah seluruh biaya produksi dikeluarkan dan atas pertimbangan harga pasar, sedangkan dalam
industri konstruksi penetapan harga jual ditetapkan sebelum penandatanganan kontrak
(penawaran), sedangkan proses produksi dimulai saat kontrak telah ditandatangani. Disamping itu,
pengaruh industri jasa konstruksi membias ke jangkauan matra pengetahuan yang sangat luas, sejak
rekayasa, teknologi, ekonomi sampai dengan masalah-masalah sumber daya, yang kesemuanya saling jalin-
menjalin dan mempengaruhi satu sama lain. Sudah seharusnya jika semua pihak yang terlibat dalam proses
menyadari bahwa sebagai landasan untuk terjun ke dalamnya adalah didasarkan pada azaz kepercayaan
(trustworthty). Dalam prakteknya, azaz tersebut dimasukkan dalam fungsi dari setiap unsur sebagai elemen
tanggung jawab professional yang harus ditegakkan sebagai citra kehormatan di atas kepercayaan yang
diterima.
Supervisi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Way apu ( Sub DI way lo,WayPamali,Way Leman ) Halaman » C.26