PEKERJAAN KAJIAN TEKNIS EMBUNG ALUE MEEH KAB. PIDIE JAYA (MIGAS ACEH)
1. LATAR BELAKANG
Provinsi Aceh merupakan provinsi yang mempunyai potensi pengembangan areal pertanian dan
air baku. Usaha pengembangan areal pertanian memerlukan perbaikan, peningkatan dan
perluasan sarana irigasi dan penyediaan air baku. Menyadari atas pentingnya air untuk berbagai
kebutuhan, maka pemerintah berupaya untuk memberikan prioritas dalam membangun sarana
dan prasarana pengairan.
Pemerintah yang dalam hal ini Dinas Pengairan Aceh selama beberapa tahun telah berupaya
untuk memperbaiki ataupun membuat sarana dan prasarana baru di bidang pertanian dan
penyediaan air baku. Embung merupakan salah satu bangunan yang dapat menyediakan air untuk
berbagai kebutuhan. Bangunan ini dapat menampung kelebihan air saat musim hujan, sehingga
dapat digunakan di musim kemarau.
Embung Alue Meeh terletak di Desa Alue Meeh, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya
yang dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan masyarakat. Kondisi sekarang embung
mengalami kerusakan yang sangat parah sehingga perlu dilakukan perbaikan. Agar pelaksanaan
perbaikan dapat sesuai sasaran, maka perlu dilakukan kajian secara mendalam sehingga akan
diperoleh suatu gambar detail desain yang mantap.
Berdasarkan uraian diatas, Dinas Pengairan melalui Kegiatan Perencanaan Pembangunan
Reservoir Tahun Anggaran 2014 memprogramkan pekerjaan Kajian Teknis Embung Alue Meeh di
Kabupaten Pidie Jaya.
3. SASARAN KEGIATAN
Sasaran utama kegiatan ini adalah tersedianya laporan dan gambar desain Embung Alue Meeh
sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan/rehabilitasi maupun
peningkatan.
4. LOKASI KEGIATAN
Lokasi pekerjaan Kajian Teknis Embung Alue Meeh terletak di Desa Alue Meeh Kec. Bandar Dua
Kab. Pidie Jaya Provinsi Aceh, untuk mencapai lokasi pekerjaan dapat ditempuh dengan
kendaraan roda empat kira-kira selama 3 jam dari Kota Banda Aceh.
5. SUMBER DANA
Untuk pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan biaya sebesar 150.000.000,- (Seratus Lima Puluh Juta
Rupiah ) termasuk PPN yang bersumber dari DPA APBA Tahun Anggaran 2014.
8. STANDAR TEKNIS
Perencanaan yang dilakukan berpedoman pada standar teknis dan kriteria perencanaan yang
ditetapkan yaitu:
a. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010 Tentang Bendungan.
b. SNI No. 1731-1989-F Tata Cara Keamanan Bendungan.
c. Tata cara perencanaan umum bendungan, SNI 03-2401-1991;
d. Standar Spesifikasi Bahan Indonesia A-SNI-2919-1991;
9. STUDI-STUDI TERDAHULU
Pengumpulan data yang diperlukan dalam perencanaan ini dapat diperoleh di Dinas Pengairan
dan instansi terkait lainnya, yaitu berupa data-data studi terdahulu yang terkait dan yang pernah
dilakukan untuk keperluan kegiatan pendahuluan yang akan dilakukan.
2. Dasar Survey
a) Catatan khusus
b) Data untuk kontrol horizontal dan vertikal juga ditunjukkan dalam catatan khusus
c) Koordinat-koordinat dari stasiun teriangulasi yang ada
d) Sistim grid yang digunakan ialah proyeksi UTM.
3. Umum
a. Semua data penting yang digunakan untuk menentukan koordinat bench mark
diperoleh dengan cara pengukuran langsung dilapangan.
b. Semua alat ukur yang digunakan harus dalam keadaan baik dan memenuhi syarat
ketelitian yang diminta.
c. Sebelum pekerjaan dimulai pelaksana pekerjaan harus menyerahkan program kerja
yang berisi jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan, daftar personil, daftar peralatan dan
rencana keberangkatan untuk dibahas bersama Direksi.
Pelaksanaan pekerjaan harus disesuaikan dengan program kerja dan waktu
pelaksanaan sesuai dengan jangka waktu yang tersedia.
4. Survey
a. Kerangka acuan berikut ini adalah untuk membimbing konsultan dalam pelaksanaan
pengukuran untuk pembuatan peta situasi yang akan digunakan untuk pembuatan
layout sistem jaringan air baku dan detail desain.
b. Lokasi Bench Mark dan CP harus ditunjukkan/digambar pada skala 1 : 2.000 dalam
setiap lembar peta lengkap dengan koordinat (X, Y, Z).
Hasil pengukuran digambar pada kertas kalkir berukuran A1 (uk 90/95 gr) sesuai
denganpetunjuk Buku Standar Perencanaan Irigasi dengan interval grid setiap 10 cm
(200 m).
Kontrol Horizontal
Pengukuran kontrol horizontal dilakukan dengan cara poligon, poligon harus
tertutup dan melingkupi daerah yang dipetakan, jika daerahnya cukup luas
poligon utama dibagi dalam beberapa kring tertutup. Usahakan sisi poligon sama
panjangnya, poligon cabang harus terikat kepada poligon utama dan titik
referensi yang digunakan harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Usahakan jalur poligon baik cabang atau utama melalui rencana atau saluran
yang sudah ada demikian juga jalur inspeksi atau drainage.
Bench Mark & CP dipasang ditempat yang aman dari gangguan manusia atau
binatang, BM dipasang setiap 250 ha dan perpotongan jalur poligon diikat pada
atau dekat bangunan permanen. Setiap BM harus dibuat diskripsinya dan diberi
nomor urut yang teratur.
Titik poligon lainnya selain benchmark adalah patok kayu berukuran 5 cm x 5 cm
x 60 cm. Patok ini harus dicat warna merah untuk memudahkan identifikasi.
Azimuth untuk kontrol maupun untuk sudut jurusan awal dicari dengan
pengamatan azimut matahari. Pengamatan dilakukan setiap jarak 2,50 km dan
untuk target pengamatan dipasang BM kecil.
Sudut diukur doubel seri dan digunakan Theodolit T-2, perbedaan B dan LB
harus lebih kecil dari 5” dan ketelitian sudut harus lebih kecil dari 10n. Poligon
utama & cabang harus diukur dengan EDM dengan ketelitian linier poligon
utama harus lebih kecil atau sama dengan 1:10.000 sedangkan poligon cabang
harus lebih kecil atau sama dengan 1:5.000.
Kontrol Vertikal
Semua titik poligon harus diukur ketinggiannya, titik referensi untuk kontrol
vertikal harus persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Pengukuran kontrol vertikal
dilakukan pulang pergi, alat yang digunakan alat ukur otomatis (N1.2,NAK atau
yang sejenis), sebelum dan sesudah pengukuran alat ukur harus diperiksa
ketelitian garis bidiknya, jumlah jarak belakang diusahakan sama dengan jumlah
jarak muka dan jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih > dari 60 m sedangkan
alat terdekat dari alat ke rambu tidak boleh lebih < dari 5 m.
Ketelitian pengukuran waterpass utama tidak lebih dari 10D dan waterpas
utama tidak lebih 30D, dimana D adalah jumlah jarak dalam satuan kilometer.
Semua benchmark dan patok poligon harus ditunjukkan pada peta situasi yang
berskala 1 : 2.000. Nama benchmark dan elevasinya harus dicantumkan dengan
jelas, elevasi tanah ditunjukkan sebagai pusat ketinggian. Untuk patok poligon,
hanya nama/nomor dan elevasi tanah asli yang dicantumkan.
Simbol/nomenklatur dari BM tersebut terbuat dari marmer dan harus mendapat
persetujuan dari Direksi. Cat BM & CP warna biru.
c. Pengukuran Situasi
Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang telah
dipasang, dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran didalam daerah
survei. Bila perlu jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka utama dan cabang
untuk mengisi detail planimetris, berikut spot height yang cukup, sehingga diperoleh
penggambaran kontur yang lebih akurat sehingga menghasilkan informasi ketinggian
yang memadai. Titik-titik spot height terlihat tidak lebih dari interval 10 cm pada peta
skala 1 : 2.000. Interval ini ekuivalen dengan jarak 20 m tiap penambahan satu titik
spot height atau 8-10 titik spot height untuk tiap 1 hektar diatas tanah.
Beberapa titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman dan
ketidakteraturan terrain. Kerapatan titik-titik spot height yang dibutuhkan dalam
daerah pengukuran tidak hanya daerah sawah, tetapi juga kampung, kebun, jalan
setapak, tanaman sepanjang jalan,alur dan sungai dan lain-lain, akan tetapi dengan
kerapatan yang berbeda.
Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tacheometry menggunakan theodolith
T.0 atau T.2. Jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih dari 100 meter.
Kontur digambar apa adanya dan harus teliti, dan bagian luar daerah sawah kontur
diplot hanya berdasarkan titik-titik spot height - efek artistik tidak diperlukan. Interval
garis kontur sebagai berikut :
b. Sondir
Peralatan ini dipergunakan untuk mengukur tahan penetrasi dengan cara
menembus lapisan tanah dengan konus yang ujungnya berbentuk kerucut
dengan kemiringan 60⁰ dan luasnya 10 cm² dengan kecepatan konstan 1,5
– 2 cm/detik perlapisan tanah dan variasi kedalaman pada lapisan yang
cukup keras.
Dengan menggunakan jenis konus ganda didapat besarnya lekatan.
Pembacaan pada setiap interval kedalaman 20 cm dan hasil pengujiannya
diplot dalam grafik dimana tekanan sebagai absis dan kedalaman sebagai
ordinatnya. Hasil sondir dapat digunakan untuk memperkirakan konsisitensi
kepadatan dan berdasarkan grafik hasil penyondiran, maka dapat
diperkirakan letak bidang logsoran yang dinyatakan dengan nilai tahanan
konus yang paling kecil dan untuk penentuan bidang longsoran sebaiknya
dilakukan pembacaan tiap interval 5 cm dengan konus tunggal.
Penyelidikan Sondir/Cone Penetration test (CPT) Dutch Cone dengan
Biconus type Begemann. Pembacaan tekanannya dilakukan dengan 2 (dua)
buah Manometer masing-masing dengan skala bacaan 200 Kg/Cm2, mata
sondir yang digunakan adalah Biconus sehingga akan diperoleh hasil dari
perlawanan konus dan nilai letaknya (local friction). Pengujian tersebut
dilakukan pada setiap interval 20 cm melalui pembacaan tekanan konus
dan tekanan total yaitu tekanan konus ditambah gaya gesek selimut konus.
Pekerjaan sondir tersebut dilakukan pada 6 (enam) titik yang
pelaksanaannya akan diajukan pada Direksi pekerjaan. Selama kegiatan
sondir tersebut berlangsung didokumentasikan dan hasil sondir tersebut
menghasilkan gambar berupa data dan grafik sondir.
11.6 Penggambaran
Gambar-gambar hasil pengukuran dan perencanaan dibuat dengan format Digitalisasi
AutoCAD, diformat pada kertas A1 kemudian diplot/dicetak pada kertas kalkir ukuran A1
dan kertas A3 (ukuran kertas kalkir A1 adalah 59,4 cm x 84,1 cm dengan type kertas
90/95 gr/m2), untuk print out pada kertas A1 merupakan format standard sesuai dengan
skala dan print out pada kertas A3 merupakan hasil penyesuaian dari format A1.
Perencanaan potongan memanjang dan potongan melintang diplot pada gambar hasil
pengukuran lapangan.
Untuk penggambaran bangunan dipakai skala sebagai berikut :
Denah 1 : 100, potongan-potongan 1 : 50, Detail 1 : 10 dan 1 : 20 atau semua gambar
disesuaikan skalanya. Ukuran-ukuran garis, legenda, penulisan angka ukuran,
penomoran, arsiran dan keterangan-keterangan lainnya yang digunakan pada
penggambaran mengacu pada ketentuan yang berlaku (Standar Perencanaan
Bangunan Air yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian
Pekerjaan Umum) dengan tidak mengabaikan faktor artistiknya.
12. KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah Rekomendasi Desain Embung
Alue Meeh .
17. PERSONIL
Tenaga ahli yang diperlukan dalam pekerjaan Kajian Teknis Embung Alue Meeh Kab. Pidie Jaya
(Migas Aceh) yaitu :
1. Tenaga Ahli
1.1 Ketua Tim/Ahli Bendungan
Seorang Sarjana Teknik Sipil/Pengairan (S1 )mempunyai sertifikat keahlian SKA Ahli
Bendungan Besar/ Sumber Daya Air yang dikeluarkan oleh KNIBB atau HATHI/LPJK,
ketua tim disyaratkan minimal sarjana teknik sipil/pengairan (S1) lulusan perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi, berpengalaman sekurang-
kurangnya 7 (Tujuh) tahun dalam pelaksanaan pekerjaan dibidang perencanaan bangunan
air. Team Leader mempunyai tugas utama memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan
anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai jadwal secara penuh sampai
dengan pekerjaan selesai dengan volume lama kerja adalah 2,5 (dua koma lima) Orang
Bulan
.
1.2 Tenaga Ahli Geoteknik
Seorang Ahli Geoteknik harus mempunyai Sertifikat Keahlian Ahli Geoteknik/Sumber Daya
Air yang dikeluarkan oleh asosiasi profesi Himpunan Ahli Teknik Tanah
Indonesia/Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi( HATTI/LPJK), seorang Ahli
Geoteknik disyaratkan minimal berpendidikan Sarjana Teknik Geologi atau Teknik Sipil
(Geoteknik) Strata Satu (S1) lulusan Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi
Swasta yang telah terakreditasi, tenaga ahli harus mempunyai pengalaman sekurang –
kurangnya 5 (lima) tahun. Bertanggung jawab terhadap perhitungan analisa geologi pada
bendungan / embung dengan volume lama kerja adalah 1 (Satu) Orang Bulan.
2. Tenaga Pendukung
2.1 Chief Surveyori
Tenaga yang disyaratkan adalah Diploma Teknik Sipil/D3 yang berpengalaman dalam
mengkoordinasi tim survey topografi agar pekerjaan efisien dan efektif, menguasai teknik
pengukuran, perhitungan dan penggambaran yang digunakan dalam pemetaan.
Berpengalaman dalam pengukuran/pemetaan topografi dibidang keairan sekurang-
kurangnya 5 tahun yang bersangkutan sebanyak 1 orang dengan volume 0,5 Orang Bulan.
Waktu
No TENAGA PROFESIONAL Penugasan
(Bulan)
A. TENAGA AHLI
1. Ketua Tim 2,5
2. Ahli Geoteknik 1,0
B TENAGA PENDUKUNG
1. Chief Surveyor 0,5
2. Estimate Engineer 1,0
3. Surveyor Topografi 0,5
4. TenagaLokalTopografi 1,5
5. Cad Operator 1,5
6. Operator Komputer 2,5
19 LAPORAN
Jenis laporan yang diserahkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang
adalah sebagai berikut:
1. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah Rekomendasi Desain
Embung Alue Meeh.
2. Laporan
Sesuai kerangka acuan kerja, dalam pekerjaan Kajian Teknis Embung Alue Meeh di
Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh konsultan menyusun beberapa laporan yang akan
diserahkan kepada pemilik pekerjaan. Laporan-laporan tersebut adalah sebagai berikut :
2.8 Deskripsi BM & CP, Buku Data Ukur, Lap. Pengukuran Topografi.
Data-data x,y,z BM/CP lengkap gambar situasi BM/CP, data-data ukur topografi (situasi
dan cross section) dan perhitungan dalam jumlah 2 (dua) buku.
Catatan : A1 = Kertas HVS A1, A3 = Kertas HVS A3, A4 = Kertas HVS A4, K = Kertas Kalkir A1, Alb = Album
Foto
.6
Ir. AMRI. Sp
Pembina Tk.I
NIP. 19651231 199301 1 003