Anda di halaman 1dari 35

KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Ni SERTA

RESUSPENSI BATUBARA DI PERAIRAN SEKITAR MUARA


SUNGAI CIMANDIRI TELUK PALABUHANRATU

RIAS KAESSARI MAGENTA

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kandungan Logam Berat
Pb dan Ni serta Resuspensi Batubara di Perairan Sekitar Muara Sungai Cimandiri
Teluk Palabuhanratu adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi
Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2017

Rias Kaessari Magenta


NIM C54130097
ABSTRAK
RIAS KAESSARI MAGENTA. Kandungan Logam Berat Pb dan Ni serta
Resuspensi Batubara di Perairan Sekitar Muara Sungai Cimandiri Teluk
Palabuhanratu. Dibimbing oleh TRI PRARTONO dan MOCHAMMAD TRI
HARTANTO.

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dibangun di wilayah perairan sekitar


muara Sungai Cimandiri yang terletak di Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat sejak
tahun 2008 dan aktif beroperasi sejak tahun 2014. Keberadaan PLTU ini
menyebabkan terjadinya ceceran batubara ke kolom perairan laut akibat proses
bongkar muat bahan bakar. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kandungan
logam berat timbal (Pb) dan Nikel (Ni) pada fase air terlarut, padatan tersuspensi,
dan sedimen di perairan sekitar muara Sungai Cimandiri, serta menguji potensi
kandungan logam berat Pb dan Ni yang larut dari batubara ke kolom air melalui
percobaan resuspensi sebagai simulasi ceceran batubara dari aktivitas bongkar
muat bahan bakar PLTU. Pengambilan sampel dilakukan di wilayah bongkar
muat batubara, antrian kapal tongkang, dan perairan Sungai Cimandiri.
Resuspensi batubara dilakukan dengan pelarutan 10 gram batubara pada 300 ml
air laut dengan kecepatan 10 cm/s, 20 cm/s, dan 50 cm/s. Pendeteksian logam
menggunakan Flame Atomic Absorbtion Spectrofotometer (FAAS). Hasil
penelitian terukur kandungan Ni dan Pb pada fase terlarut dengan kisaran 1.07 -
2.89 μg/l dan 2.73 - 3.00 μg/l, fase tersuspensi 1.06 - 3.16 mg/kg dan 0.95 - 1.50
mg/kg, fase sedimen 26.70 - 30.35 mg/kg dan 24.40 -35.55 mg/kg. Percobaan
resuspensi batubara terukur kandungan Ni yang larut 4.29 μg/l, 5.70 μg/l, dan 5.83
μg/l serta Pb yang larut 7.45 μg/l, 7.20 μg/l, dan 2.66 μg/l. Perairan sekitar muara
Sungai Cimandiri Teluk Palabuhanratu memiliki konsentrasi logam Ni dan Pb
yang relatif normal, namun hasil uji resuspensi batubara menunjukan bahwa
batubara berpotensi meningkatkan konsentrasi Ni dan Pb di lingkungan perairan.

Kata Kunci : Batubara, Logam berat, Palabuhanratu, PLTU, Resuspensi


ABSTRACT
RIAS KAESSARI MAGENTA. Heavy Metal Pb and Ni Concentration also Coal
Resuspension in Estuary Water around Cimandiri River, Palabuhanratu Bay.
Suppervised by TRI PRARTONO and MOCHAMMAD TRI HARTANTO.

The coal power plant was built at estuary water around Cimandiri River
located in Palabuhanratu Bay, West Java since 2008 and actively operating since
2014. A number of coals falls into the sea water due to the existence of coal
power plant. The purposes of this research is to test heavy metals Lead (Pb) and
Nickel (Ni) concentration in dissolved sea water, suspended solid, and sediment at
estuary water around Cimandiri River, and also to test the solubility of Pb and Ni
from the coal resuspension as simulation of heavy metal release. Sampling was
held on coal cargo area, shift entry of bulk carrier area, and Cimandiri River. Coal
resuspension simulated using 10 gram of coal which dissolved into 300 ml of sea
water. Heavy metal content is analyzed using Flame Atomic Absorption
Spectrometer (FAAS). The result of heavy metals concentration Ni and Pb in
dissolved water was 1.07 - 2.89 μg/l and 2.73 - 3.00 μg/l, suspended solid was
1.06 - 3.16 mg/kg and 0.95 - 1.50 mg/kg, sediment was 26.70 - 30.35 mg/kg and
24.40 -35.55 mg/kg. Simulation of coal resuspention shows dissolved Ni was 4.29
μg/l, 5.70 μg/l, and 5.83 μg/l also dissolved Pb 7.45 μg/l, 7.20 μg/l, and 2.66 μg/l.
Estuary water around Cimandiri River Palabuhanratu Bay is considered to have
normal concentration of Pb and Ni, however coal release could possibly increase
the concentration of Ni and Pb at sea water environment.

Keywords : Coal, Heavy metals, Palabuhanratu, Powerplant, Resuspension


KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Ni SERTA
RESUSPENSI BATUBARA DI PERAIRAN SEKITAR MUARA
SUNGAI CIMANDIRI TELUK PALABUHANRATU

RIAS KAESSARI MAGENTA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat yang diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
“Kandungan Logam Berat Pb dan Ni serta Resuspensi Batubara di Perairan
Muara Sungai Cimandiri Teluk Palabuhanratu”. Proposal ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Tri Prartono, MSc
selaku dosen pembimbing I, juga kepada Bapak M. Tri Hartanto, S Pi MSi selaku
dosen pembimbing II yang telah memberikan saran dan kritiknya dalam
penyelesaian proposal ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
kedua orang tua beserta keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa,
kemudian juga kepada semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya
proposal ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2017

Rias Kaessari Magenta


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii


DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan Penelitian....................................................................................... 2
METODE ................................................................................................................ 2
Waktu , Lokasi, dan Penentuan Stasiun .................................................... 2
Alat dan Bahan .......................................................................................... 3
Pengambilan dan Preparasi Sampel .......................................................... 4
Simulasi Resuspensi Logam Berat ............................................................ 4
Analisis Laboratorium ............................................................................... 5
Prosedur Analisis Data .............................................................................. 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 9
Kondisi Lingkungan Fisik dan Kimia Lokasi Penelitian .......................... 9
Konsentrasi Logam Berat ........................................................................ 10
Resuspensi Batubara ............................................................................... 13
Perkiraan Sumber Logam Berat .............................................................. 15
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 18
Simpulan ................................................................................................. 18
Saran ........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 18
LAMPIRAN .......................................................................................................... 21
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ 23
DAFTAR TABEL

1 Alat-alat dalam pengambilan dan analisis sampel ............................................... 3


2 Bahan-bahan dalam pengambilan dan analisis sampel…………………………. 4
3 Nilai parameter fisik dan kimia lokasi penelitian .............................................. 10

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi pengambilan sampel air dan sedimen....................................................... 2


2 Konsentrasi Ni dan Pb Terlarut (μg/l) berdasarkan stasiun……………………. 11
3 Konsentrasi Ni dan Pb Tersuspensi (mg/kg) berdasarkan stasiun...................... 12
4 Konsentrasi Ni dan Pb sedimen (mg/kg) berdasarkan stasiun ........................... 13
5 Konsentrasi Ni hasil simulasi resuspensi batubara menurut kecepatan……. .... 14
6 Konsentrasi Pb hasil simulasi resuspensi batubara menurut kecepatan ............. 14
7 Komposisi konsentrasi logam Ni pada beberapa fase materi ………………… 17
8 Komposisi konsentrasi logam Pb pada beberapa fase materi ............................ 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Karakteristik fraksi dan tipe sedimen ................................................................. 21


2 Jenis sedimen tiap stasiun pengamatan berdasarkan persentase fraksi ……… . 21
3 Karakteristik arus Teluk Palabuhanratu ............................................................. 21
4 Frekuensi arah dan kecepatan arus di perairan Teluk Palabuhanratu................. 22
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat merupakan perairan pantai


selatan yang memiliki panjang pantai mencapai 105 km dengan karakteristik
oseanografi yang dipengaruhi oleh Samudera Hindia (Nugraha dan Surbakti
2009). Beberapa sungai seperti Sungai Cibareno, Sungai Cisolok, Sungai Cimaja,
Sungai Citepus, Sungai Cipalabuhan, Sungai Cipangairan, Sungai Cidadap, dan
yang terbesar adalah Sungai Cimandiri bermuara di perairan tersebut. Disamping
itu, terdapat berbagai kegiatan seperti penangkapan ikan, industri perikanan,
aktivitas pelabuhan, dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di perairan
Teluk Palabuhanratu.
PLTU dibangun di pesisir Teluk Palabuhanratu sejak tahun 2008 dan
beroperasi sejak tahun 2014 dengan kapasitas 350 MW menggunakan bahan bakar
berupa batubara sebagai pembangkit. Hal ini mengakibatkan peningkatan lalu
lintas angkutan batubara dan berbagai aktivitas pendukung terhadap operasional
PLTU. Batubara diangkut dengan kapal tongkang (bulk carrier) dengan kapasitas
beragam sesuai jenis dan muatan kapal tongkang. Kapal tongkang berisi batubara
tersebut akan melewati jetty dan berhenti pada pelabuhan PLTU tempat bongkar
muat (unloading) batubara sebelum digunakan sebagai kebutuhan pembangkit.
Proses transportasi dan transfer batubara tersebut mengalami ketidaksempurnaan
mekanisme yang menyebabkan terjatuhnya partikel-partikel batubara ke dalam
kolom perairan laut dari kapal tongkang.
Menurut Jaffrennou et al. (2007) batubara mengandung elemen kimia major
terdiri dari As, B, Cd, Hg, Mo, Pb, Se, S, serta minor yang terdiri dari Cr, Cu, Ni,
V, Zn, F, dan Cl. Tumpahan atau ceceran batubara ke perairan wilayah bongkar
muat mengakibatkan terjadinya pelepasan kandungan logam berat. Menurut Lucas
dan Planner (2012) karakteristik dari mekanisme pelepasan logam berat pada
batubara ke dalam perairan dipengaruhi oleh ukuran partikel, jenis logam berat
yang terkandung, dan asosiasi mineralogi. Penelitian yang dilakukan Ohki et al.
(2004) mengenai resuspensi batubara, menyatakan bahwa logam yang larut ke
perairan dalam jumlah besar adalah Ca, Mg, Mn, kemudian logam yang larut
dalam jumlah sedang adalah logam Cu, Pb, Mo, Se, dan S, serta logam yang larut
dalam jumlah sedikit adalah logam Cr, Cu, Ni, V, Zn, F, dan Cl.
Keberadaan logam berat dalam perairan dengan jumlah berlebih mampu
menyebabkan pencemaran perairan karena dapat merubah kualitas dari perairan
tersebut. Menurut Hutagalung (1994), logam berat (densitas > 5 gram/cm3) tidak
mudah terdekomposisi dan dapat larut dan masuk ke dalam rantai makanan biota
(ikan), kemudian mengkontaminasi dan berbahaya jika dikonsumsi manusia.
Logam berat memiliki residence time yang berbeda-beda sebelum terdeposisi
dalam sedimen, sehingga logam berat dapat terus berada pada kolom air atau
terdesorpsi pada partikel tersuspensi. Logam berat yang telah terdeposisi dalam
sedimen dapat mengalami resuspensi oleh karena kondisi oseanografi seperti
turbulensi, pengadukan, lalu lintas kapal, dan pengerukan. Peristiwa resuspensi
tersebut dapat mengakibatkan pencemaran kedua pada perairan tersebut.
2

Penelitian ini dilakukan untuk menguji nilai kandungan logam berat Pb yang
berupa unsur non essential dan logam Ni berupa essential pada fase air terlarut,
padatan tersuspensi, dan sedimen pada lima titik sampling yang berada di sekitar
PLTU Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Percobaan resuspensi batubara
skala laboratorium juga dilaksanakan untuk menguji kenaikan atau penurunan
kelarutan logam berat dalam kolom air oleh pengaruh turbulensi arus sebagai
simulasi aktivitas bongkar muat batubara di PLTU Teluk Palabuhanratu.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji konsentrasi logam berat Pb dan Ni


pada air terlarut, padatan tersuspensi, dan sedimen di Teluk Palabuhanratu serta
potensi konsentrasi logam berat Pb dan Ni yang larut dari batubara ke kolom air
melalui percobaan resuspensi sebagai simulasi ceceran batubara dari aktivitas
bongkar muat bahan bakar PLTU.

METODE
Waktu, Lokasi, dan Penentuan Stasiun

Pengambilan sampel air, sedimen, dan batubara dilaksanakan pada tanggal 5-6
Juni 2016 di lima stasiun yaitu R1, R2, R3, R4, dan R5 (Gambar 1) di perairan
sekitar muara Sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

Gambar 1 Lokasi pengambilan sampel air dan sedimen Stasiun R1 merupakan

Stasiun R1 merupakan perwakilan dari lokasi jalur transportasi kapal tongkang


sebelum menuju wilayah bongkar muat batubara. Stasiun R2 merupakan
perwakilan dari wilayah bongkar muat batubara dari kapal tongkang ke PLTU.
Stasiun 3 mewakili wilayah paling dekat dengan muara Sungai Cimandiri dan
3

berada di selatan lokasi jetty, sedangkan Stasiun 4 mewakili wilayah utara lokasi
jetty, serta wilayah antrean kapal tongkang sebelum masuk ke wilayah bongkar
muat. Stasiun 5 mewakili wilayah Sungai Cimandiri. Analisis laboratorium
dilakukan di Laboratorium Oseanografi Kimia, Laboratorium Produktivitas
Lingkungan Perairan (Proling) dan Laboratorium Ilmu Tanah, IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Van Dorn Sampler, Petersen
grab, Conductivity Temperature and Depth (CTD), Electromagnetic Current Meter
(ECM), Power of Hydrogen (pH) meter, Dissolved Oxygen (DO) meter, botol
sampel High Density Poly Ethylene (HDPE) 1000 ml, jar sampel HDPE 250 ml,
corong pisah, oven, gelas beker, gelas erlenmeyer, pipet volumetrik, bulb,
pemanas, timbangan analitik, vacum pump, nalgen, gelas ukur 1000 ml, cawan uap,
shaker, dan Flame Atomic Absorbtion Spectrofotometer (FAAS) Pin Aacle 900 H.
Tabulasi alat tersebut ditampilkan pada Tabel 1 beserta kegunaannya. Bahan yang
digunakan dalam penelitian adalah larutan HNO3, larutan HCLO4, larutan Metil Iso
Butil Keton (MIBK), larutan Amonium Pirolidin Ditio Carbamat (APDC), larutan
akuades, larutan H2O2, dan kertas saring. Bahan yang digunakan tersebut
ditampilkan pada Tabel 2 beserta kegunaannya.

Tabel 1 Alat-alat dalam pengambilan dan analisis sampel


No Alat Kegunaan
1 Van Dorn Sampler Mengambil sampel air
2 Petersen grab Mengambil sampel sedimen
3 CTD Mengukur suhu, salinitas, dan kedalaman
4 ECM Alat untuk mengukur kecepatan arus perairan
5 pH meter Mengukur parameter pH
6 DO meter Alat untuk mengukur nilai DO di perairan
7 Botol HDPE Wadah penyimpanan sampel air
8 Jar HDPE Wadah penyimpanan sampel sedimen
9 Corong Pisah Ekstraksi logam berat air terlarut
10 Oven Mengeringkan sampel sedimen
11 Gelas beker Wadah sampel untuk enstraksi logam
12 Gelas erlenmeyer Wadah percobaan resuspensi pada air laut
13 Pipet volumetrik Mengambil larutan
14 Bulb Mengatur udara pada pipet volumetrik
15 Pemanas Memekatkan sampel air terlarut
16 Timbangan analitik Menimbang sampel sedimen kering
17 Vacuum pump Menghisap udara pada tabung nalgeen
18 Nalgen Wadah dalam penyaringan TSS
19 Gelas ukur Wadah dalam melakukan metode pipet
20 Cawan uap Wadah air hasil metode pipet
21 Shaker Alat untuk percobaan resuspensi batubara
22 FAAS Pendeteksian konsentrasi logam berat sampel
dengan deteksi limit 0.001 mg/l
4

Tabel 2 Bahan-bahan dalam pengambilan dan analisis sampel


No Alat Kegunaan
1 Larutan HNO3 Melarutkan ikatan kompleks logam berat
2 Larutan HCLO4 Oksidator kuat pengikat ion logam
3 Larutan APDC Memisahan logam berat dari fasa air dan
sebagai pengikat ion logam
4 Larutan MIBK Memisahkan logam yang telah terikat dengan
APDC dari fase air
5 Larutan Akuades Mengencerkan larutan reaksi dan antiseptik
6 Larutan H2O2 Memisahkan sedimen dari zat kapur dan
menghambat laju dekomposisi
7 Kertas Saring Menyaring partikel 0.45 μm dalam sampel air

Pengambilan dan Preparasi Sampel

Pengambilan dan preparasi sampel pada penelitian ini mengikuti prosedur


APHA (2012). Sampel air laut diambil sebanyak 2000 ml dengan menggunakan
van dorn. Sampel air tersebut disimpan ke dalam wadah botol HDPE ukuran 1000
ml sebanyak 2 buah yang sebelumnya telah dibilas dengan HNO3. Sampel air
sebanyak 150 ml digunakan untuk analisis logam berat suspensi dalam air,
kemudian yang digunakan untuk analisis logam berat terlarut dalam air sebanyak
1800 ml. Sampel air untuk analisis logam disaring dengan menggunakan kertas
saring berbahan nitrat selulosa berpori 0,45 μm. Air yang telah disaring
ditambahkan dengan larutan HNO3 sebanyak 4 ml untuk mengubah pH air menjadi
1-2 sebagai tahap preservasi. Sampel sedimen diambil sebanyak 250 gram dengan
menggunakan Petersen grab. Sampel sedimen tersebut disimpan kedalam wadah
jar HDPE ukuran 250 ml, setelah itu sampel dikeringkan dengan suhu 80 °C.

Simulasi Resuspensi Logam Berat

Percobaann resuspensi batubara ke kolom air dilakukan dengan simulasi


kecepatan 10 cm/s, 20 cm/s, dan 50 cm/s. Batubara sebanyak 10 gram dimasukan
kedalam gelas erlenmeyer kemudian ditambahkan air laut sebanyak 300 ml (yang
telah disaring menggunakan kertas saring berbahan nitrat selulosa berpori 0,45 μm
untuk menyaring partikulat suspensi dalam air). Resuspensi disimulasikan pada
pengaduk (shaker) dengan masing-masing kecepatan yang telah ditentukan selama
5 menit, setelah itu air terlarut hasil resuspensi dimasukan ke dalam wadah botol
HDPE. Air hasil resuspensi disaring menggunakan kertas saring berbahan nitrat
selulosa berpori 0,45 μm untuk menyaring partikel batubara, kemudian
ditambahkan HNO3 pekat hingga pH < 2. Pemekatan air 300 ml dilakukan menjadi
100 ml dan dilakukan ekstraksi (metode ekstraksi sama seperti metode penentuan
logam berat terlarut dalam air). Konsentrasi logam berat dianalisis dengan
menggunakan FAAS Pin Aacle 900 H dengan deteksi limit 0.001 mg/l.
5

Persamaan (1) adalah persamaan untuk mengkonversi kecepatan linear


menjadi kecepatan angular yang tertera pada pengaduk dalam satuan RPM
mengacu pada Guo dan Baruah (2015). Simulasi kecepatan linear 10 cm/s, 20 cm/s,
dan 50 cm/s setelah dikonversi menjadi kecepatan angular adalah 31 RPM, 62
RPM, dan 155 RPM.

RPM = V ………..……………………………………….(1)
R x 0.10472
Keterangan
RPM : Kecepatan angular (Rounds per Minute)
V : Kecepatan linear (cm/s)
r : Radius wadah gelas erlenmeyer (cm)

Persamaan (2) adalah persamaan untuk menghitung jumlah terlepasnya logam


berat (release) dari sedimen ke dalam kolom air setelah dilakukan simulasi
resuspensi

Krelease = b – a …………………………………………………….…(2)
Keterangan
Krelease : Konsentrasi release logam berat (mg/l)
b : Konsentrasi logam berat tanpa simulasi kecepatan (mg/l)
a : Konsentrasi logam berat setelah simulasi kecepatan (mg/l)

Analisis Laboratorium

Logam Berat Suspensi dalam Air

Analisis logam berat suspensi dalam air pada penelitian ini mengikuti prosedur
APHA (2012). Sampel air yang digunakan untuk analisis logam berat tersuspensi
sebanyak 150 ml. Sampel air disaring menggunakan kertas saring berbahan nitrat
selulosa berpori 0,45 μm untuk menyaring partikulat suspensi dalam air. Kertas
saring yang telah menampung partikulat suspensi dimasukan ke dalam gelas beker,
kemudian didestruksi dengan melakukan penambahan 5 ml HNO3 pekat. Larutan
dipanaskan dengan menggunakan pemanas hingga volume larutan menjadi 2 ml.
Sampel didinginkan dan ditambahkan HNO3 pekat sebanyak 10 ml dan HCLO4
sebanyak 10 ml. Larutan diaduk dan dipanaskan kembali hingga volume larutan
menjadi 2 ml. Larutan diencerkan dengan menambahkan larutan akuades hingga
volume larutan menjadi 50 ml. Tahap ekstraksi dilakukan dengan penyaringan
larutan menggunakan kertas saring berpori 0,45 μm, dan sampel air hasil ekstraksi
dimasukan ke dalam wadah botol HDPE. Konsentrasi logam berat dianalisis
dengan menggunakan FAAS Pin Aacle 900 H dengan deteksi limit 0.001 mg/l.

Logam Berat Terlarut dalam Air

Analisis logam berat terlarut dalam air pada penelitian ini mengikuti prosedur
APHA (2012). Pemekatan sampel air sebanyak 1800 ml dilakukan dengan
melakukan pemanasan menggunakan pemanas dengan suhu 80 °C hingga volume
6

sampel air menjadi 400 ml. Air yang digunakan untuk tahap ekstraksi adalah
sebanyak 150 ml, sedangkan sisanya disimpan sebagai cadangan. Tahap ekstraksi
dilakukan pada air 150 ml dengan penambahan APDC sebanyak 1.5 ml dan
penambahan MIBK sebanyak 15 ml di dalam corong pisah. Larutan dikocok
sebanyak 30 kali kemudian ditunggu beberapa saat hingga larutan terpisah menjadi
lapisan atas berupa ikatan kompleks organik dan lapisan bawah berupa ikatan
anorganik. Air yang berupa lapisan organik selanjutnya ditempatkan dalam wadah
tabung reaksi kemudian konsentrasi logam berat dianalisis dengan menggunakan
FAAS Pin Aacle 900 H dengan deteksi limit 0.001 mg/l.

Logam Berat dalam Sedimen

Analisis logam berat dalam sedimen pada penelitian ini mengikuti prosedur
APHA (2012). Sedimen kering diambil sebanyak 1 gram kemudian didestruksi
dengan melakukan penambahan 5 ml HNO3 pekat. Larutan dipanaskan dengan
menggunakan pemanas hingga volume larutan menjadi 2 ml. Sampel didinginkan
dan ditambahkan HNO3 pekat sebanyak 10 ml dan HCLO4 sebanyak 10 ml. Larutan
diaduk dan dipanaskan kembali hingga volume larutan menjadi 2 ml. Larutan
diencerkan dengan menambahkan larutan akuades hingga volume larutan menjadi
50 ml. Tahap ekstraksi dilakukan dengan penyaringan larutan menggunakan kertas
saring berpori 0,45 μm, dan sampel hasil ekstraksi dimasukan ke dalam wadah
botol HDPE. Konsentrasi logam berat dianalisis dengan menggunakan FAAS Pin
Aacle 900 H dengan deteksi limit 0.001 mg/l.

Fraksinasi Sedimen

Fraksinasi sedimen dilakukan untuk mengetahui jenis substrat sedimen dasar


perairan berdasarkan ukuran partikel sedimen dengan acuan klasifikasi skala
Wenworth (U.S Army Corps of Engineers) (USACE 2003) dengan pengukuran 10
fraksi sedimen. Sampel sedimen pada 5 fraksi pertama, yaitu pasir (kasar sekali –
halus sekali), dianalisis menggunakan metode ayak kering pada saringan bertingkat
(sieve analysis), kemudian persentase fraksi dihitung menggunakan persamaan (3)
untuk menentukan jenis sedimen pasir kasar sekali, pasir kasar, pasir sedang, pasir
halus, dan pasir halus sekali.
Analisis ukuran butir sedimen sesuai dengan ayakan American Society for
Testing and Materials (ASTM) (Setiawan 2013). Analisis metode pipet digunakan
untuk menentukan ukuran debu dan liat pada 5 fraksi berikutnya (debu kasar – liat
halus) (Haywick 2004). Tahap awal memulai metode pipet dengan mengeringkan
sedimen basah hingga didapat sedimen kering sebanyak 10 gram. Sedimen tersebut
kemudian diayak menggunakan saringan bertingkat selama 10 menit. Sedimen
yang tersaring pada ayakan ukuran 1 mm, ukuran 0.5 mm, ukuran 0.25, ukuran
0.125, dan ukuran 0.063 ditimbang bobotnya untuk kemudian dihitung persentase
partisi untuk menentukan jenis sedimen yang sesuai pada Lampiran 1.
Sedimen residu ditimbang beratnya sebagai bobot awal kemudian dilakukan
analisis metode pipet. Cawan uap yang akan digunakan sebelumnya dikeringkan
terlebih dahulu dengan suhu 80 °C selama 30 menit dan ditimbang bobot awal
cawan uap seluruhnya. Sedimen residu dimasukan ke dalam gelas ukur ukuran
1000 ml kemudian ditambahkan larutan H2O2 10 % sebanyak 25 ml lalu ditera
7

hingga 100 ml menggunakan larutan akuades dan diamkan selama 24 jam. Larutan
H2O2 30 % ditambahkan kedalam larutan yang telah didiamkan selama 24 jam
sebanyak 25 ml, kemudian larutan ditera hingga 500 ml dengan larutan akuades.
Larutan dikocok sebanyak 10 kali secara vertikal, lalu ditunggu selama 45
detik dan larutan diambil sebanyak 25 ml dengan pipet volumetrik dengan jarak 10
cm dari permukaan, lalu diletakan pada cawan uap kosong yang telah timbang
bobot kering awalnya. Cawan beserta larutan pipet sebanyak 25 ml dikeringkan
menggunakan oven dengan suhu 80 °C, lalu ditimbang sebagai bobot akhir dan
dilakukan perhitungan menggunakan persamaan (4) dan persamaan (5) untuk dapat
menentukan jenis sedimen debu kasar. Larutan dikocok kembali sebanyak 10 kali
secara vertikal, lalu ditunggu selama 30 menit, 1 jam, 5 jam, dan 24 jam dan
dilakukan pengulangan penimbangan bobot cawan uap dengan larutan hasil pipet
sebanyak 20 ml. Hasil bobot tahap pipet yang ditunggu 30 menit, 1 jam, 5 jam, dan
24 jam tersebut dihitung menggunakan persamaan (4) dan persamaan (5) untuk
dapat menentukan jenis sedimen debu sedang, debu halus, liat kasar, dan liat halus.

% Partisi Pasir = SF x 100%.............................................................(3)


ST
Keterangan
% Partisi Pasir : Persentase fraksi jenis pasir dari seluruh jenis sedimen
SF : Bobot sedimen tiap ukuran fraksi pasir (g)
ST : Bobot total sedimen (g)

% partisi Debu dan Liat = (W2 - W1) x Fp x 100%..........................................(4)


ST
Keterangan
W1 : Bobot cawan kering kosong (g)
W2 : Bobot cawan kering akhir (g)
ST :Bobot sedimen total (g)

Adapun Fp adalah faktor pengencer yang dijelaskan pada persamaan (5) Vp


untuk jenis sedimen debu kasar adalah sebesar 25 ml, sedangkan untuk jenis
sedimen debu sedang, debu halus, liat kasar, dan liat halus adalah sebesar 20 ml.

Fp = Vt…………...………………………………….. (5)
Vp
Keterangan
Fp : Faktor pengencer
Vp : Volume larutan yang dipipet (ml)
Vt : Volume larutan sisa dalam gelas ukur (ml)

Total Suspended Solid (TSS)

Pengukuran TSS dilakukan dengan metode gravimetri dengan sampel air


diambil dengan pada Van Dorn Sampler kedalaman 2 meter yang kemudian
sebanyak 150 ml disaring menggunakan kertas saring jenis nitrat selulosa berpori
0,45 μm. Kertas saring yang digunakan sebelumnya dikeringkan menggunakan
oven dengan suhu 80 °C selama 30 menit dihitung bobot kertas tersebut sebagai
8

berat awal. Kertas saring yang telah digunakan untuk menyaring partikel suspensi
kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 80 °C selama 30 menit
kemudian dihitung bobot kertas tersebut sebagai berat akhir. Nilai TSS diperoleh
dengan menggunakan persamaan (6) untuk pengkonversian satuan mg/l
berdasarkan APHA (2012) mengenai Total Suspended Solids Analytical Method.

TSS = (W2 - W1 ) x 1000……………….………………………...(6)


V
Keterangan
TSS : Partikulat tersuspensi ukuran lebih dari 0,45 μm dalam air (mg/l)
W1 : Berat kertas saring awal (g)
W2 : Berat kertas saring akhir (g)
V : Volume air yang digunakan untuk menyaring (l)

Data Penunjang

Data penunjang yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan parameter


fisik dan kimia berupa kedalaman, arus perairan, suhu, pH, dan DO. Pengukuran
kedalaman dan suhu dilakukan dengan menggunakan alat CTD dengan cara, alat
ditenggelamkan hingga ke dasar perairan, kemudian data suhu dan kedalaman yang
didapat kemudian tersimpan dalam memory digital yang selanjutnya
divisualisasikan personal computer. Pengukuran pH dan DO masing-masing
dilakukan dengan menggunakan pH meter dan DO meter secara insitu. Stik DO
meter dicelupkan pada sampel air yang diambil, kemudian data akan terlihat pada
monitor DO meter. Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan alat ECM
secara mooring dibagan apung selama 1 hari dengan interval pengukuran tiap 30
detik. Data arus tersimpan dalam memory digital yang selanjutnya divisualisasikan
pada personal computer.

Prosedur Analisis Data

Data parameter TSS, suhu, pH, DO, kedalaman, serta kandungan logam berat
pada air terlarut, padatan tersuspensi, dan sedimen ditabulasi dengan menggunakan
Ms. Excel, selanjutnya hasil kandungan logam berat di visualisasikan menjadi
diagram batang dengan Ms. Excel. Data parameter fisik berupa kecepatan arus
diolah menggunakan World Tide World Current (WTWC) MATLAB, sedangkan
data fraksinasi sedimen ditabulasi menggunakan Ms Excel. Komposisi konsentrasi
logam Ni dan Pb pada seluruh fase materi, di tiap stasiun pengamatan
divisualisasikan secara bersamaan dengan diagram batang menggunakan
perangkat lunak MATLAB. Hasil percobaan resuspensi divisualisasikan dengan
diagram batang menggunakan Ms. Excel. Diagram tersebut menampilkan
kandungan logam berat Ni dan Pb yang larut dari batubara ke dalam kolom air
berdasarkan kecepatan 10 cm/s, 20 cm/s, dan 50 cm/s.
9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Lingkungan Fisik dan Kimia Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel berada pada stasiun R1, R2, R3, R4, dan R5
(Gambar 1) pada kedalaman yang berbeda memiliki karakteristik fisik dan kimia
berbeda-beda pula, antara lain berupa Total Suspended Solid (TSS), Suhu, pH,
dan Dissolved Oxygen (DO) yang dicantumkan pada Tabel 3. Kedalaman stasiun
pengambilan sampel adalah kisaran 5.8 sampai 8.8 meter pada stasiun R1-R4
perairan laut, sedangkan stasiun R5 memiliki kedalaman 3.0 meter di perairan
sungai.
Kisaran suhu hasil pengukuran di lapang adalah 28.90 sampai 30.9°C relatif
sama dengan hasil pengukuran yang dilakukan Santoso (2015) pada bulan Juni
dengan kisaran 29.35 - 30.13°C. Stasiun R3 dan R4 memiliki suhu yang lebih
tinggi dari stasiun R1 dan R2 oleh karena kedalaman perairannya lebih rendah,
penetrasi cahaya matahari lebih dalam, sehingga membuat suhu di stasiun tersebut
lebih tinggi. Stasiun R5 memiliki nilai suhu paling rendah yaitu 28.90°C
dikarenakan kondisi perairan sungai yang dangkal dan limpasan air tawar
sehingga suhu mudah berfluktuasi (Mony 2004), serta pengaruh waktu
pengambilan sampel yang dilakukan pada sore hari. Menurut Wulandari et al.
(2009) dalam aktivitas logam berat, parameter suhu yang sangat tinggi mampu
mempengaruhi peningkatan dalam pembentukan ion logam berat.
Nilai pH memiliki kisaran 7.83-7.94 dengan rata-rata 7.87 yang tergolong
stabil pada tiap stasiunnya dan tidak jauh berbeda dengan pengukuran yang
dilakukan Anindita (2002) yaitu 7.97-8.01. Menurut Atkinson et al. (2007)
parameter pH mempengaruhi aktivitas oksidasi logam serta pengikatan logam
terhadap ligan. pH yang sangat rendah akan menyebabkan tingginya oksidasi
logam, sehingga akan terjadinya peningkatan desorpsi logam ke kolom perairan.
Nilai DO memiliki kisaran 6.29 - 8.11 mg/l dengan rata-rata 6.90 mg/l relatif
normal karena pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Sanusi (2004) hasil
pengukuran DO memiliki kisaran 6.10 - 7.00 mg/l. Nilai DO pada pengukuran di
tiap stasiun cenderung seragam kecuali pada stasiun R5 memiliki nilai paling
besar yaitu 8.11 mg/l. Hal itu masih tergolong normal dikarenakan pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan Santoso (2015), hasil pengukuran di sungai juga
memiliki nilai yang lebih tinggi daripada pengukuran DO di laut lepas. Nilai DO
di sungai lebih tinggi dikarenakan perairan sungai memiliki perbedaan
karakteristik dengan perairan laut. Reaerasi oksigen yang terjadi di perairan
sungai terjadi secara intens oleh karena arus yang mengalir, serta nilai salinitas di
sungai yang lebih rendah menyebabkan ikatan H2O lebih mudah mengikat
oksigen, sehingga nilai DO di sungai akan lebih tinggi dibanding perairan laut.
Hasil analisis Total Suspended Solid (TSS) yang didapat dari tiap stasiun
pengamatan memiliki kisaran 46 - 80 mg/l. Kisaran tersebut tergolong tinggi oleh
karena stasiun pengamatan tersebar di perairan sekitar muara sungai dan stasiun
R4 merupakan nilai TSS yang paling tinggi yaitu 80 mg/l. Salah satu faktor yang
mempengaruhi keberadaan TSS di perairan Teluk Palabuhanratu khususnya
perairan sekitar muara Sungai Cimandiri adalah kecepatan arus yang dalam
pengukuran lapang menunjukan kisaran 0.11 - 17.42 cm/s dengan frekuensi arus
terbanyak pada kecepatan 4.00 - 8.00 cm/s dengan persentase 18.47 % ke arah
10

barat daya (Lampiran 3 dan 4). Kondisi tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sanusi (2004) pada musim timur bahwa arus menyebarkan TSS
dari Sungai Cimandiri ke arah tengah teluk, ke arah selatan, dan kearah barat daya
dan mampu menyebabkan TSS hingga 660 mg/l.
Arus Teluk Palabuhanratu juga dipengaruhi oleh karakteristik oseanografi
Samudera Hindia dan juga dipengaruhi pola pasang surut. Pasang surut di Teluk
Palabuhanratu merupakan katagori campuran cenderung ganda dimana dalam satu
hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang
berbeda. Menurut Seri (2014) Teluk Palabuhanratu memiliki tipe pasang surut
cenderung ganda dengan tunggang pasut 1.54 m.
Pasang surut berpengaruh terhadap sebaran dan distribusi material tersuspensi
di perairan. Pasang surut jenis semidiurnal cenderung mendistribusikan material
tersuspensi yang berasal dari input source dan resuspensi sedimen lebih lemah
dibanding pasang surut ganda ataupun tunggal. Menurut Siswanto dan Nugraha
(2004), sedimen teraduk akibat adanya kombinasi pengaruh arus yang terbentuk
karena pasang surut maupun arus kompleks lainnya. Kondisi ini akan
mempengaruhi fluktuasi TSS. Menurut Darlan dan Kamiludin (2008) pasang surut
merupakan salah satu parameter yang mengontrol dinamika lingkungan perairan.

Tabel 3 Nilai parameter fisik dan kimia lokasi penelitian


Stasiun
Parameter
R1 R2 R3 R4 R5
TSS (mg/l) 60 60 53 80 46
Suhu (°C) 29.5 29.0 30.9 30.7 28.9
pH 7.87 7.90 7.83 7.94 7.81
DO (mg/l) 6.71 6.76 6.29 6.63 8.11
Kedalaman (m) 8.5 8.8 5.8 8.3 3.0
Kecepatan arus (cm/s) 0.11-17.42

Hasil pengukuran tiap parameter menunjukan nilai yang relatif sama dengan
penelitian yang dilakukan sebelumnya, yaitu Anindita (2002), Sanusi (2004), dan
Santoso (2015). Hasil pengukuran parameter antar stasiun cenderung seragam
kecuali pada stasiun R5 yang merupakan wilayah perairan sungai menghasilkan
nilai yang berbeda dengan hasil pengukuran di stasiun lainnya yang berupa
perairan laut, dikarenakan karakteristik sungai yang memiliki perbedaan dengan
karakteristik laut. Kondisi kimia dan fisik perairan sekitar muara Sungai
Cimandiri Teluk Palabuhanratu secara keseluruhan merupakan perairan yang
masih dalam kondisi baik dan normal.

Konsentrasi Logam Berat

Hasil analisis logam berat Ni pada air terlarut ditunjukan pada Gambar 2,
yaitu menunjukan kisaran 1.07 hingga 2.89 μg/l, sedangkan hasil analisis logam
berat Pb pada air terlarut menunjukan kisaran 2.73 hingga 3.00 μg/l. Logam Ni
terlarut menunjukan perbedaan konsentrasi yang cukup signifikan di tiap stasiun
pengamatannya. Hal itu disebabkan perbedaan kecepatan arus dan sumber
11

masukan logam di tiap stasiun pengamatan serta didukung kemampuan removal


logam Ni yang rendah pada air terlarut. Menurut Saeedi et al. (2011) logam Ni
pada air terlarut memiliki kemampuan removal yang rendah, sehingga keberadaan
ion logam mampu bertahan dalam air terlarut pada waktu yang lama. Lain hal
dengan logam Ni, logam Pb tidak menunjukan perbedaan yang signifikan dan
cenderung seragam pada tiap stasiun pengamatan di kolom air. Logam Pb
menyebar secara merata dikarenakan kemampuan removal Pb dalam kolom air
terus terjadi dan semakin meningkat seiring berjalannya waktu, sehingga logam
Pb lebih banyak terkandung pada partikulat tersuspensi ataupun sedimen
dibanding pada fase terlarut. Menurut Saleh dan Gupta (2012) removal dari logam
Pb dalam air meningkat seiring meningkatnya waktu kontak logam dengan air.
Konsentrasi logam Ni dan Pb terlarut tersebut masih dalam kondisi yang
aman dan belum terkontaminasi jika dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan di wilayah lain dengan sumber pencemar sejenis maupun lainnya.
Penelitian Gowd dan Govil (2008) di perairan India yang berada di sekitar
wilayah industri terukur logam Ni terlarut dengan kisaran 1.6 – 147.0 μg/l,
sedangkan logam Pb terlarut terukur dengan kisaran yang lebih besar yaitu 6.4 -
2,034.4 μg/l, kemudian di perairan Teluk Jakarta yang dipengaruhi oleh 13 sungai
dan limbah penduduk serta pencemaran industri terukur logam Ni terlarut berkisar
antara 111-119 μg/l dan logam Pb terlarut berkisar antara 1 - 5 μg/l. Penelitian
Beltrame et al. (2009) di pesisir perairan Samudera Atlantik yang diasumsikan
masih minim akan pencemar, terukur logam Ni terlarut dengan kisaran < 0.81 -
79.84 μg/l dan logam Pb terlarut dengan kisaran < 0.38 - 850 μg/l.
3.5
3.0
Konsentrasi Logam Terlarut (μg/l)

2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
R1 R2 R3 R4 R5
Ni 1.14 1.53 2.21 2.90 1.07
Pb 2.92 3.01 2.89 3.07 2.74

Gambar 2 Konsentrasi Ni dan Pb Terlarut (μg/l) berdasarkan stasiun

Hasil analisis kisaran logam Ni tersuspensi memiliki kisaran yaitu 1.06 hingga
3.16 mg/kg, sedangkan Pb memiliki kisaran 0.95 hingga 1.50 mg/kg (Gambar 3).
Logam Pb tersuspensi pada tiap stasiun menunjukan nilai yang relatif seragam,
sedangkan logam Ni tersuspensi menunjukan nilai yang fluktuatif. Konsentrasi
TSS di seluruh stasiun pengamatan memiliki kisaran 53 hingga 80 mg/l (Tabel 1),
nilai TSS tersebut memberikan kontribusi pada keberadaan logam Pb maupun Ni
dalam tersuspensi.
12

Konsentrasi logam Ni dan Pb tersuspensi di perairan sekitar muara Sungai


Cimandiri masih dalam kisaran yang normal jika dibandingkan dengan penelitian
Song et al. (2010) Ni tersuspensi 21.98 - 281.76 mg/kg dan Pb tersuspensi 6.66 -
699.68 mg/kg di perairan China, kemudian berdasarkan penelitian Kusuma et al
(2014) di perairan Teluk Jakarta Pb terusupensi mencapai kisaran hingga 301.58
mg/kg. Hasil konsentrasi pada stasiun pengamatan juga masih dalam kisaran
konsentrasi di wilayah perairan alami yaitu Samudera Atlantik Ni tersuspensi <
0.81 - 16,327.91 mg/kg dan Pb tersuspensi < 0.38 - 345.84 mg/kg (Beltrame et al.
2009).
Kandungan logam berat Ni dan Pb tersuspensi memiliki nilai yang lebih
tinggi dibanding kandungan logam berat Ni dan Pb terlarut di kolom perairan.
Menurut Sanusi (2006) partikulat berukuran 0.2 hingga 20 μm mampu melakukan
adsorpsi dan transfer sejumlah 80% Ni yang berada pada kolom air ke
permukaannya. Logam Pb pada kolom air akan membentuk ikatan kompleks
dengan ligan organik maupun ligan nonorganik seperti fosfat dan sulfida dalam
bentuk partikulat maupun sedimen. Menurut Woosley dan Millero (2013) logam
Pb didominasi dua ligan dapat berupa klorida dan karbonat di perairan pada
umumnya.

3.0
Konsentrasi Logam Tersuspensi (mg/kg)

2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
R1 R2 R3 R4 R5
Ni 1.28 3.17 1.06 1.29 1.93
Pb 1.50 1.33 1.44 0.96 1.50

Gambar 3 Konsentrasi Ni dan Pb Tersuspensi (mg/kg) berdasarkan stasiun

Pengukuran logam dalam sedimen menunjukan kandungan yang lebih besar


dibanding pada fase terlarut dan tersuspensi baik pada logam Pb maupun logam
Ni. Logam Ni memiliki kisaran 26.70 hingga 30.35 mg/kg dan logam Pb memiliki
kisaran 24.40 hingga 35.55 mg/kg yang ditunjukan pada Gambar 4. Kisaran
logam Ni dan Pb pada sedimen yang terukur pada penelitian ini sedikit lebih besar
bila dibandingkan pada penelitian terdahulu Anindita (2002) di Teluk
Palabuhanratu yang terukur logam berat pada sedimen di wilayah kolam
pelabuhan yaitu logam Ni 4.56 - 9.18 mg/kg dan logam Pb 7.72 - 28.89 mg/kg,
namun peningkatannya masih tergolong aman dan normal jika dibandingkan
dengan wilayah perairan dari berbagai sumber pencemar dan wilayah perairan
yang masih alami.
Menurut penelitian Cuong et al. (2008) di perairan Singapura yang
merupakan wilayah padat jalur lalu lintas perkapalan dunia, terukur logam Ni dan
13

Pb pada sedimen dengan kisaran yang tidak jauh berbeda dengan yang terukur
pada penelitian ini, yaitu Ni 13.27 - 26.59 mg/kg dan Pb 24.14 - 37.27 mg/kg.
Penelitian logam Ni dan Pb pada sedimen yang dilakukan Kusuma (2015) di
Teluk Jakarta memiliki kisaran yang lebih tinggi dibanding pada penelitian ini
yaitu terukur logam Ni 33.18 - 49.39 mg/kg dan Pb 38.62 - 99.43 mg/kg. Kisaran
konsentrasi logam Ni dan Pb pada sedimen di perairan sekitar muara Sungai
Cimandiri masih normal bila dibandingkan dengan konsentrasi di wilayah alami
yaitu Samudera Atlantik Ni 79 mg/kg dan logam Pb 45 mg/kg, lalu sedimen di
perairan Samudera Pasifik Ni 293 mg/kg dan logam Pb 162 mg/kg (Chester dan
Jikells 2012).

40.0
Konsentrasi Logam Sedimen (mg/kg)

35.0
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
R1 R2 R3 R4 R5
Ni 29.15 30.35 27.45 27.85 26.70
Pb 35.55 33.95 34.35 27.35 24.40

Gambar 4 Konsentrasi Ni dan Pb sedimen (mg/kg) berdasarkan stasiun

Resuspensi Batubara

Arus pada perairan Teluk Palabuhanratu mempengaruhi proses larutnya


batubara ke dalam perairan. Kecepatan arus di Teluk Palabuhanratu hasil
pengukuran lapang menunjukan kisaran 0.11-17.42 cm/s (Tabel 3) dengan
frekuensi arus terbanyak pada kecepatan 4.00-8.00 cm/s persentase 18.47 % ke
arah barat daya. Besar kecepatan arus mempengaruhi terjadinya pengadukan
alami atau resuspensi batubara yang larut ke kolom air maupun batubara yang
telah mengalami deposisi pada substrat dasar.
Simulasi resuspensi batubara dilakukan dalam skala laboratorium pada
sampel air laut. Batubara yang digunakan pada simulasi ini memiliki kandungan
logam Ni sebesar 2.1 mg/kg dan logam Pb 3.0 mg/kg, diketahui pula bahwa
kandungan logam Ni dan Pb rata-rata pada batubara di seluruh dunia adalah 2 - 22
mg/kg dan < 1 - 22 mg/Kg (Lucas dan Planner 2012). Simulasi resuspensi pada
kecepatan 10 cm/s, 20 cm/s, dan 50 cm/s yang dilakukan menunjukan hasil
berbeda pada kelarutan logam Ni dan Pb (Gambar 5 dan 6). Logam Ni yang larut
pada simulasi resuspensi menghasilkan konsentrasi yang semakin tinggi secara
signifikan seiring bertambahnya kecepatan, yaitu 4.29 μg/l, 5.70 μg/l, dan 5.83
μg/l (Gambar 5), sedangkan logam Pb yang larut pada simulasi resuspensi
menghasilkan konsentrasi yang semakin menurun seiring bertambahnya
kecepatan, yaitu 7.45 μg/l, 7.20 μg/l, dan 2.66 μg/l (Gambar 6).
14

Pelepasan logam Pb dan Ni yang terjadi ke kolom disebabkan oleh


pengadukan arus yang membuat partikel tiap batubara saling bertabrakan dan
menyebabkan desorpsi logam ke kolom air. Desorpsi logam tersebut akan terjadi
secara kontinu dalam kolom perairan yang terus terbaharui oleh dinamika
pergerakan air. Perbandingan antara jumlah logam Ni dan logam Pb menunjukan
bahwa konsentrasi logam Pb yang larut cenderung lebih besar dibanding dengan
logam Ni. Hal itu sesuai dengan penelitian Ohki et al. (2004) mengenai percobaan
resuspensi batubara, logam Pb larut dalam jumlah yang lebih besar dibanding
logam Ni.
Peningkatan konsentrasi logam Ni yang terdesorpsi dari ikatan partikel
batubara ke kolom air ditunjukan pada Gambar 5. Peningkatan konsentrasi
tersebut disebabkan oleh daya larut logam Ni yang baik dengan didukungnya
turbulensi yang disebabkan oleh pergerakan dari arus yang semakin cepat. Dalam
penelitian Karbassi et al. (2008) logam Ni menunjukan kemampuan removal dan
berflokulasi yang rendah dibanding logam Pb.

10.0
Konsentrasi Ni (μg/l)

9.0
8.0
7.0 5.71 5.84
6.0 4.30
5.0
4.0
3.0
2.0
10 20 50
Kecepatan (cm/s)
Gambar 5 Konsentrasi Ni hasil simulasi resuspensi batubara menurut kecepatan

10.0
Konsentrasi Pb (μg/l)

9.0 7.45
8.0 7.21
7.0
6.0
5.0
4.0 2.66
3.0
2.0
10 20 50
Kecepatan (cm/s)
Gambar 6 Konsentrasi Pb hasil simulasi resuspensi batubara menurut kecepatan

Konsentrasi logam Pb yang mula-mula tinggi kemudian mengalami


penurunan konsentrasi ditunjukan pada Gambar 6. Peristiwa tersebut disebabkan
logam Pb memiliki kemampuan removal yang tinggi pada fase air, sehingga
logam Pb cepat teradsorpsi pada partikulat tersuspensi, yang pada percobaan ini
15

teradsoprsi kembali oleh partikel batubara. Hal itu sesuai menurut Woosley dan
Millero (2013) yang menyatakan bahwa logam Pb berikatan dengan ligan klorida
dan karbonat di perairan pada umumnya yang menjadikan daya larut Pb air
rendah.
Menurut penelitian resuspensi batubara yang dilakukan Cabon et al. (2007)
mengalami hal yang sama yaitu penurunan konsentrasi kelarutan Pb dari batubara
seiring bertambahnya waktu yang digunakan dalam pengadukan. Menurut Saleh
dan Gupta (2012) kemampuan removal logam Pb yang rendah tidak hanya
disebabkan oleh waktu kontak logam dengan air tetapi juga disebabkan kecepatan
agitasi dan keberadaan scavenger pada lingkungan.
Konsentrasi logam berat yang larut dari batubara ke dalam kolom perairan
laut tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah jenis batubara,
konsentrasi logam yang terkandung pada batubara dan pada wilayah perairan itu
sendiri. Menurut Ohki (2004), yang mempengaruhi pelepasan logam berat dari
batubara ke kolom air adalah ukuran partikel batubara dan konten logam berat.
Menurut Cabon et al. (2007), faktor komponen batubara, sistem fisik dan kimia
dari batubara, jumlah massa batubara, durasi resuspensi, serta agitasi saat proses
pengadukan batubara dalam air yang akan menentukan jumlah konsentrasi logam
yang larut dari batubara.

Perkiraan Sumber Logam Berat

Logam berat pada seluruh stasiun pengamatan pada air terlarut, tersusupensi,
dan sedimen telah terdeteksi, adapun beberapa kegiatan di perairan sekitar muara
Sungai Cimandiri Teluk Palabuhanratu yang berkontribusi pada kandungan logam
berat yang terdeteksi yaitu berasal dari luar sistem laut itu sendiri (aloton) dan
juga dari dalam sistem laut (autoton) (Sanusi 2006). Sumber autoton di perairan
sekitar muara Sungai Cimandiri adalah konsentrasi alami yang terakumulasi di
wilayah perairan sungai. Menurut Alif (2011) substrat Sungai Cimandiri berasal
dari endapan sedimentasi aktivitas vulkanik di masa lampau dan erosi lahan yang
terjadi di sekitarnya. Logam Ni dan Pb secara alami juga dihasilkan dari peristiwa
geologis seperti erosi dan pelapukan batuan daratan dan sungai yang kemudian
mengalami pengenceran (diosolusi) lalu terbawa ke perairan laut (Kusuma 2015).
Sumber aloton di perairan sekitar muara Sungai Cimandiri antara lain lalu
lintas kapal tongkang pembawa batubara dan aktivitas bongkar muat bahan bakar
batubara PLTU. Lalu lintas kapal tongkang yang menggunakan bahan bakar
berupa Bahan Bakar Minyak (BBM), memiliki kandungan alami berupa logam
Ni. Logam Pb sengaja ditambahkan dalam BBM untuk meningkatkan mutu oktan,
sehingga dalam aktivitas kapal di perairan dapat menyebabkan pencemaran logam
ke kolom air. Berdasarkan penelitian Echeandia et al. (2008) logam yang
terkandung dalam minyak bumi yang tertinggi salah satunya adalah logam Ni.
Menurut Putri et al. (2015) logam Pb ditambahkan dalam penggunaan BBM
karena mampu meningkatkan mutu BBM, anti letup, pencegah korosi, diafaktor
logam, dan zat pewarna. Aktivitas PLTU juga berperan dalam distibusi
kandungan logam Ni dan Pb di perairan, menurut Jafrennou et al. (2007) batubara
yang digunakan sebagai bahan bakar mengandung unsur major yang salah satunya
adalah logam Pb dan unsur minor salah satunya logam Ni.
16

Peningkatan secara signifikan kandungan logam Ni terlarut dari stasiun


pengamatan R1 hingga R4 ditunjukan pada Gambar 7, terlihat pula konsentrasi
terkecil pada stasiun pengamatan R5 yaitu 1.07 μg/l dikarenakan wilayah sungai
tersebut jauh dari aktivitas sumber masukan logam (point source). Stasiun R4
merupakan logam Ni terlarut paling besar yaitu 2.89 μg/l, namun masih lebih
kecil dibanding di wilayah kontrol yaitu 3.46 μg/l oleh karena itu distribusi
konsentrasi Ni terlarut masih tergolong normal. Konsentrasi Ni tersuspensi
didominasi pada stasiun R2 dan R5, stasiun R2 ini juga mendominasi konsentrasi
Ni sedimen yang tinggi bersamaan dengan stasiun R1 (Gambar 7). Wilayah
stasiun pengamatan R1 dan R2 terdapat sumber masukan logam dari aktivitas
bongkar muat batubara, serta berdasarkan simulasi resuspensi yang telah
dilakukan, batubara melarutkan logam Ni sehingga memungkinkan kontribusi
logam yang larut dari batubara teradsorpsi pada partikulat maupun sinking ke
dasar perairan yang kemudian terakumulasi.
Karakteristik logam Pb pada fase terlarut dan tersuspensi memiliki pola yang
homogen dalam peningkatan dan penurunan konsentrasi logam tiap stasiun
pengamatan, yang ditunjukan pada Gambar 8. Logam Pb terlarut pada stasiun R4
merupakan konsentrasi yang paling besar yaitu 3.07 μg/l, namun lebih kecil
dibanding di wilayah kontrol yaitu 3.11 μg/l oleh karena itu distribusi konsentrasi
Pb terlarut masih tergolong normal. Konsentrasi sedimen paling besar didominasi
oleh stasiun R1, R2, dan R3 (Gambar 8). Stasiun R3 merupakan wilayah muara
sungai yang memungkinkan terakumulasinya logam dari sungai maupun laut,
kemudian untuk stasiun R1 dan R2 berwilayah pada aktivitas bongkar muat
batubara. Berdasarkan percobaan resuspensi yang telah dilakukan, batubara
melarutkan logam Pb, hal ini memungkinkan konsentrasi sedimen yang tinggi di
stasiun R1 dan R2 adalah kontribusi dari ceceran batubara akibat aktivitas
bongkar muat PLTU
Stasiun R1 dan R2 memiliki konsentrasi logam Ni dan Pb yang lebih dominan
dibanding stasiun pengamatan lain pada fase sedimen. Wilayahnya merupakan
tempat aktivitas bongkar muat batubara terjadi, serta wilayahnya yang terlindung
jetty membuat arusnya sangat kecil. Konsentrasi TSS pada stasiun ini menunjukan
nilai 60 mg/l, yang apabila di wilayah tersebut arusnya tenang, maka partikulat
akan cepat terdeposisi ke dasar. Menurut Sachoemar et al. (2007) terdapatnya
padatan tersuspensi sebesar 29 - 29.6 mg/l maka akan berpotensi sebagai penyerap
(scavanger) logam berat terlarut yang kemudian akan sinking ke dasar perairan.
Kecepatan arus yang semakin kecil menurut (Susanti 2015) akan membuat
partikulat yang mengandung logam semakin cepat terdeposit.
Jenis fraksi sedimen pada stasiun R1 dan R2 merupakan pasir halus sekali,
begitu pun dengan stasiun R4 (Lampiran 2). Menurut Ahmad (2013) logam berat
cenderung terkonsentrasi pada sedimen dengan butir-butir permukaan yang lebih
halus. Menurut Huang et al. (2012) semakin kecil partikel sedimen maka semakin
besar kemampuan dalam mengadsorpsi logam berat, terlebih jika arus pada
perairan tersebut kecil.
Stasiun R5 yang terletak pada wilayah sungai terukur konsentrasi logam Pb
tersuspensi terbesar dan logam Ni tersuspensi yang juga cukup besar dibanding
stasiun pengamatan lain, namun memiliki konsentrasi logam pada fase terlarut
maupun sedimen yang kecil. Hal itu disebabkan konsentrasi logam di perairan
Sungai Cimandiri berasal hanya dari pelapukan alami (litogenik) dan aktivitas
17

manusia yang belum meningkatkan konsentrasi logam secara signifikan, namun


resuspensi alami intens terjadi yang menyebabkan logam pada fase tersuspensi
tinggi. Menurut Nasehi et al. (2013) ion logam pada perairan sungai, teradsorpsi
oleh sejumlah partikulat suspensi yang mengalir sepanjang sungai. Menurut
Karbassi et al. (2007) ketika terjadi pencampuran di perairan, logam terlarut
teradsorpsi pada fase partikulat sesuai dengan proses flokulasi.

Gambar 7 Komposisi konsentrasi logam Ni pada beberapa fase materi

Gambar 8 Komposisi konsentrasi logam Pb pada beberapa fase materi


18

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Konsentrasi logam berat Ni dan Pb pada fase terlarut, padatan tersuspensi,


dan sedimen di perairan sekitar muara Sungai Cimandiri Teluk Palabuhanratu
masih dalam kisaran yang normal. Hasil uji resuspensi batubara menunjukan
bahwa batubara memiliki potensi menyumbang konsentrasi Ni dan Pb apabila
batubara tersebut masuk ke lingkungan perairan.

Saran

Perlu dilakukannya analisis komposisi logam berat baik elemen major


maupun minor dalam batubara serta simulasi resuspensi batubara berdasarkan
variasi ukuran partikel batubara, durasi waktu, dan kecepatan pengadukan.
Analisis konsentrasi logam berat dari limbah PLTU yang dilepas ke atmosfer dan
perairan secara langsung juga perlu dilakukan dalam rangka kajian lebih dalam
mengenai aktivitas PLTU batubara di perairan sekitar muara Sungai Cimandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad F. 2013. Distribusi dan prediksi tingkat pencemaran logam berat (Pb, Cd,
Cu, Zn, dan Ni) dalam sedimen di perairan Pulau Bangka menggunakan
indeks beban pencemaran dan indeks geoakumulasi. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis. 5(1): 170-181
Alif SA. 2011. Geologi sejarah daerah Sukabumi-Pelabuhan Ratu. Bulletin of
Scientific Contribution. 9(1): 42-48
Anindita. 2002. Kandungan Logam Berat Cd, Cu, Ni, Pb dan Zn Terlarut dalam
Badan Air dan Sedimen pada Perairan Sekitar Pelabuhan Perikanan
Pelabuhan Ratu, Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[APHA] American Public Health Association. 2012. Standard Methods for the
Examination of Water and Wastewater 22nd ed. Washington (US):
APHA, AWWA, WEF.
Atkinson CA, Jolley DF, Simpson SL. 2007. Effect of overlying water pH,
dissolved oxygen, salinity and sediment disturbances on metal release
and sequestration from metal contaminated marine sediments.
Chemosphere. 69: 1428-1437.
Beltrame MO, Marco SGD, Marcovecchio JE. 2009. Dissolved and particulate
heavy metals distribution in coastal lagoons: A case study from Mar
Chiquita Lagoon, Argentina. Estuarine, Coastal, and Shelf Science. 85:
45–56.
Cabon JY, Burel L, Jaffrennou C, Giamarchi P, Bautin F. 2007. Study of trace
metal leaching from coals into seawater. Chemosphere. 69: 1100-1110.
19

Chester R, Jickells T. 2012. Marine Geochemistry Third Edition. Liverpool(UK):


Willey-Blackwell. p 325.
Cuong DT, Karruppiah S, Obboard JP.2008. Distribution of heavy metals in the
dissolved and suspended phase of the sea-surface microlayer, seawater
column and in sediments of Singapore’s coastal environment.
Environmental Monitoring Assessment. 138:255–272.
Darlan Y, Kamiludin U. 2008. Penenelitian lingkungan pantai dan logam berat
perairan pariaman-padang-bungkus teluk kabung sumatera barat. Jurnal
Geologi Kelautan. 6(1): 12-22.
Echeandia JS, Prego R, Garcia AC. 2008. Influence of the heavy fuel spill from
the prestige tanker wreckage in the overlying seawater column levels of
copper, nickel and vanadium (NE Atlantic ocean). Journal of Marine
Systems. 72: 350–357.
Gowd SS, Govil PK. 2008. Distribution of heavy metals in surface water of
Ranipet industrial area in Tamil Nadu, India. Environmental Monitoring
Assessment. 136:197–207.
Guo Z, Baruah SK. 2015.Uniprocessor EDF Scheduling of AVR Task Systems.
Haywick DW. 2004. Pipette and Sieve Grain Size Analysis: Procedures Guide
Third Ed.
Huang JZ, Ge XF, Yang XF, Zheng B, Wang DS. 2012. Remobilization of heavy
metals during the resuspension of liangshui river sediment using an
annular flume. Chinese Science Bulletin. 57(27):3567-3572.
Hutagalung HP. 1994. Kandungan Logam Berat dalam Sedimen di Kolam
Pelabuhan Tanjung Priok [catatan penelitian]. Jakarta (ID): LIPI.
Jaffrennou C, Giamarchi, P, Cabon JY, Stephan L, Burel DL, Bautin F, Thomas
A, Dumont J, Floch LS. 2007. Simulations of accidental coal immersion.
Marine Pollution Bulletin. 54:1932–1939.
Karbassi AR, Nouri J, Mehrdadi N, Ayaz GO. 2008. Flocculation of heavy Metals
during mixing of freshwater with caspian sea water. Environment
Geology. 53:1811–1816
Kusuma AH, Prartono T, Atmadipoera AS, Arifin T. 2014. Sebaran Polutan
Logam Berat Terlarut dan Sedimen di Perairan Teluk Jakarta. Poernomo
A, Sulistyo B, Wirasantosa S, Brodjonegoro IS, editor. Dinamika Teluk
Jakarta : Analisis Prediksi Dampak Pembangunan Tanggul Laut Jakarta
(Jakarta Giant Sea Wall). Bogor (ID): IPB Press.
Kusuma AH. 2015. Variabilitas Senyawa Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn)
Terlarut dan Sedimen di Perairan Teluk Jakarta [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Lucas SA, Planner J. 2012. Grounded or Submerged Bulk Carrier: The potential for
leaching of coal trace elements to seawater. Marine Pollution Bulletin.
64:1012-1017.
Mony A. 2004. Analisis Kondisi Lingkungan Perairan Muara Sungai Cimandiri
Teluk Pelabuhan Ratu Sukabumi Jawa Barat [tesis]. Bogor(ID): Institut
Pertanian Bogor.
Nugraha RBA, Surbakti H. 2009. Simulasi pola arus dua dimensi di perairan teluk
Pelabuhan Ratu pada bulan September 2004. Jurnal Kelautan Nasional.
4(1):48-55.
Ohki A, Nakajima T, Yamashita H, Iwasshita A, Takanashi H. 2004. Leaching of
20

various metals from coal into aqueous solutions containing an acid or a


chelating Agent. Fuel Proccesing Technology. 85:1089-1102.
Putri AWE, Bengen AG, Prartono T, Riani E. 2015. Konsentrasi logam berat (Cu
dan Pb) di Sungai Musi Bagian Hilir. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis. 7(2): 453-463
Nasehi F, Hassani AH, Monavvari M, Karbassi AR, Khorasani N. 2013.
Evaluating the metallic pollution of riverine water and sediments: a Case
study of Aras River. Environ Monit Assess. 185:197–203
Sachoemar SI, Kristijono A, Yanagi T. 2007. Oceanographic chracteristics of
Klabat Bay, Bangka island, Indonesia. Marine Research Indonesia.
32(2):49 -54
Saeedi M, Hosseinzadeh M, Rajabzadeh M. 2011. Competitive heavy metals
adsorption on natural bed sediments of Jajrood River, Iran. Environment
Earth Science. 62:519–527
Saleh TA, Gupta VK. 2012. Column with CNT/magnesium oxide composite for
lead(II) removal from water. Environment Science Pollutant Research.
19:1224–1228
Sanusi HS. 2004. Karakteristik Kimiawi dan Kesuburan Perairan Teluk Pelabuhan
Ratu pada Musim Barat dan Timur. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan
Perikanan Indonesia. 11(2): 93-100.
Sanusi HS. 2006. Kimia Laut, Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan
Lingkungan. Bogor : Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 88 hlm.
Seri DS. 2014. Analisis Harmonik Gelombang Pasang Surut dan Gelombang
Permukaan di Teluk Palabuhanratu [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Setiawan I. 2013. Studi pendahuluan klasifikasi ukuran butir sedimen di Danau
Laut Tawar, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Jurnal
Ilmu Kelautan. 2(2): 92-96
Siswanto AD, Nugraha WA. 2014. Studi parameter oseanografi di perairan selat
madura kabupaten bangkalan. Jurnal Kelautan. 7 (1): 45-49
Susanti S.2015. Resuspensi Logam Berat Cu, Pb, Cd dan Zn di Perairan Selat Rupat
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Santoso. 2015. Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Potensial Menggunakan
Model Hidrodinamika-Ekosistem (Studi Kasus Teluk Palabuhanratu dan
Sekitarnya) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Song Y, Ji J, Mao C, Yang Z, Yuan X, Ayoko GA, Frost RL. 2010. Heavy metal
contamination in suspended solids of Changjiang River-Enviromental
Implications. Geoderma. 159: 286–295.
[USACE] U.S. Army Corps of Engineers. 2003. Coastal Sediment Process Part
III. Washington DC. Department of The Army, U.S. Army Corps of
Engineers.
Woosley RJ, Millero FJ. 2013. Pitzer model for the speciation of lead chloride and
carbonate complexes in natural waters. Marine Chemistry. 149: 1–7
Wulandari SY, Yulianto B, Santosa GW, Suwartimah K. 2009.Kandungan Logam
Berat Hg dan Cd dalam Air,Sedimen dan Kerang Darah (Anadara
granossa) dengan Menggunakan Metode Analisis Pengaktifan Neutron
(APN). Jurnal Ilmu Kelautan. 14 (3): 170 -175
21

LAMPIRAN
Lampiran 1 Karakteristik fraksi dan tipe sedimen

Fraksi Besar Butir Tipe Sedimen


1 2–1 Pasir Kasar Sekali
2 1 - 0.5 Pasir Kasar
3 0.5 - 0.25 Pasir Sedang
4 0.25 - 0.125 Pasir Halus
5 0.125 - 0.063 Pasir Halus Sekali
6 0.063 - 0.020 Debu Kasar
7 0.020 - 0.005 Debu Sedang
8 0.005 - 0.002 Debu Halus
9 0.002 - 0.0005 Liat Kasar
10 < 0.0005 Liat Halus

Lampiran 2 Jenis sedimen tiap stasiun pengamatan berdasarkan persentase fraksi

Jenis Sedimen Persentase tiap ukuran fraksi


R1 R2 R3 R4 R5
Pasir Kasar sekali 6.96 3.06 6.31 2.68 1.63
Pasir Kasar 23.98 6.54 28.18 17.21 11.90
Pasir Sedang 17.29 10.08 14.00 16.48 36.23
Pasir Halus 17.92 29.89 14.23 20.53 35.89
Pasir Halus Sekali 27.75 40.19 25.55 31.58 9.00
Debu Kasar 0.20 1.60 5.19 4.79 1.80
Debu Sedang 1.42 0.47 1.90 2.13 0.24
Debu Halus 2.27 1.36 0.68 0.91 0.45
Liat Kasar 0.65 1.96 1.09 1.95 0.43
Liat Halus 1.24 1.87 3.31 3.11 0.83

Lampiran 3 Karakteristik arus Teluk Palabuhanratu


22

Lampiran 4 Frekuensi arah dan kecepatan arus di perairan Teluk Palabuhanratu

Arah Kecepatan arus Total


0-4 4-8 8 - 12 12 - 16 16 - 20 >= 20 (%)
U 1.89 4.83 2.83 0.21 0 0 9.76
TL 0.73 0.84 0.42 0.21 0 0 2.20
T 0.63 0.00 0.10 0 0 0 0.73
TG 0.73 0.10 0.10 0.10 0 0 1.05
S 1.15 5.56 4.41 0.31 0 0 11.44
BD 7.66 18.47 7.66 0.42 0 0 34.21
B 10.18 8.39 1.26 0.21 0.31 0 20.36
BL 5.56 8.92 4.72 1.05 0 0 20.25
Sub-Total 28.54 47.11 21.51 2.52 0.31 0 100

Total 100
23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Juli 1995


sebagai anak satu-satunya di keluarga dari orangtua
bernama Syswardoyo dan Herawati. Penulis lulus dari
Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Jakarta Selatan pada
tahun 2010, dan dari Sekolah Menengah Atas Negeri 70
Jakarta Selatan pada tahun 2013. Penulis melanjutkan
pendidikan kuliahnya di Institut Pertanian Bogor, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan
Teknologi Kelautan melalui jalur Ujian Tulis Mandiri dan
memperoleh beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun 2016-2017
Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor penulis pernah menjadi asisten
Mata Kuliah Oseanografi Umum tahun ajaran 2015/2016, asisten Biologi Laut
tahun ajaran 2015/2016, asisten Akustik Kelautan tahun ajaran 2015/2016, dan
asisten Oseanografi Kimia tahun ajaran 2016/2017. Penulis juga aktif dalam
organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan
(HIMITEKA-IPB) dalam Divisi Eksternal periode 2014/2015, dan Divisi
Kaderisasi dan Kebijakan periode 2015/2016.
Selama kepengurusannya, penulis terlibat dalam beberapa program kerja
seperti Konservasi Mangrove pada tahun 2015, Seminar National Marine Event
2016, dan Ekspedisi Himiteka III pada bidang Oseanografi. Penulis juga menjabat
sebagai reporter pada Majalah Oceanic dan Ketua Koordinator Kebijakan Isu
Kelautan Himiteka 2016.
Penulis tergabung dalam Leadership and Enterpreneurship School (LES)
generasi ke-8 pada tahun 2014 dan tergabung pula dalam Scuba Schools
International sebagai Scientific Diver pada level A1. Penulis pernah menjuarai
kompetisi Roboboat Penghalang Rintang tingkat departemen sebagai juara 1 pada
tahun 2015 dan kompetisi vocal group tingkat fakultas sebagai juara 3 pada tahun
2016.
Dalam rangka penyelesaian studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Kandungan Logam Berat Pb dan
Ni serta Resuspensi Batubara di Perairan Sekitar Muara Sungai Cimandiri Teluk
Palabuhanratu”.

Anda mungkin juga menyukai