Anda di halaman 1dari 25

SPESIFIKASI TEKNIS

PELAKSANAAN KEGIATAN
PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN JARINGAN IRIGASI D.I. TILOPE (TAHAP II)
TAHUN ANGGARAN 2023

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


PPK. IRIGASI DAN RAWA II

SNVT. PELAKSANAAN JARINGAN PEMANFAATAN AIR MALUKU

PROVINSI MALUKU UTARA


BALAI WILAYAH SUNGAI MALUKU UTARA
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN DAN PENINGKATAN JARINGAN IRIGASI D.I. TILOPE (TAHAP II)

INFORMASI PELAKSANAAN KEGIATAN ( Readiness Criteria)


Kementerian : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Unit Eselon I/II : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air / Balai Wilayah
Sungai Maluku Utara
Satuan Kerja : SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Maluku
Provinsi Maluku Utara
Pejabat Pembuat Komitmen : Irigasi dan Rawa II
Program : Kehatanan Sumber Daya Air.
Hasil : Meningkatkan Layanan Air Irigasi Seluas 321 Ha
Kegiatan : Pengembangan Jaringan Irigasi Permukaan, Rawa dan
Non Padi.
Indikator Kinerja Kegiatan : Luas Layanan Jaringan Irigasi Yang Dibangun
Jenis Keluaran : Jaringan Irigasi Permukaan Kewenangan Pusat yang
dibangun
Volume : 4,53 Km
Waktu Pelaksnaan : 240 Hari Kalender
Lokasi : Kecamatan Weda Selatan, Kab, Halmahera Tengah
Nilai Usulan Proyek : Rp. 19.000.000.000,- (Sembilan Belas Miliyar Rupiah)

1. Latar Belakang
Kabupaten Halmahera Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Maluku Utara.
Ibukota Provinsi ini terletak di Weda. Secara astronomis, Kabupaten Halmahera Tengah
terletak pada posisi 0°45’LU - 0°15’ LS, serta 127°45’ BT. Luas wilayah sebesar 8.381,48
kilometer persegi, yang terdiri dari luas daratan 2.276,83 kilometer persegi (27%) dan
luas lautan 6.104,65 kilometer persegi (73 %). Dengan adanya Pembangunan Dan
Peningkatan Jaringan Irigasi D.I Tilope (Tahap II) dapat Peningkatan Luas Layanan
Jaringan Irigasi sebagai pemenuhan ketersediaan infrastruktur untuk mendukung
tercapainya Program Pembangunan Jaringan Irigasi Baru 1 Juta Hektar yang merupakan
salah satu agenda Prioritas Kedaulatan Pangan. Dengan upaya tersebut maka pemerintah
antara lain melakukan perluasan lahan yang berpotensi untuk produksi pertanian dengan
jalan melaksanakan kegiatan pembangunan/ peningkatan jaringan irigasi baru agar dapat
meningkatkan produksi pertanian terutama padi dan palawija dengan sistem irigasi teknis
serta penyebaran penduduk dibidang ketransmigrasian.
2. Maksud dan Tujuan Pekerjaan
Maksud dari pekerjaan adalah Pembangunan Dan Peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Tilope
(Tahap II) sebagai satu system utuh yang meliputi jaringan utama Primer dan sekuder,
dan bangunan pelengkapnya.
Tujuan dari pekerjaan ini adalah dapat mendistribusikan (penyediaan, pengambilan,
pembagian dan pemberian) air irigasi sesuai kebutuhannya pada petak sawah dan
menjamin ketersediaan air untuk mengairi areal sawah. Dengan dibangunnya Jaringan
Irigasi D.I. Tilope ini dapat meningkatkan pola tanam 2 kali dalam setahun.
3. Sasaran
Peran petani pemakai air akan lebih ditingkatkan, khususnya dalam pengelolaan jaringan
irigasi pertanian. Bahkan nantinya petani akan lebih berperan dalam membangun
jaringan irigasi.
4. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan proyek terletak di desa Tilope Kecamatan Weda Selatan di Kabupaten
Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara Dan secara geografis lokasi pekerjaan berada
di antara : 127° 52' 57.402" E 0° 13' 35.259" N (dilihat pada gambar 1.1.).

D.I Tilope

5. Sumber Pendanaan
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBN Tahun Anggaran 2023 sejumlah
Rp. 19.000.000.000,- (Sembilan Belas Miliyar Rupiah). sesuai dengan Rencana Anggaran
Biaya (RAB terlampir)
Nilai HPS sebesar Rp. 19.000.000.000,- (Sembilan Belas Miliyar Rupiah),
“Apabila dalam dokumen anggaran yang disahkan (DIPA Tahun Anggaran
2023) dananya tidak tersedia atau tidak cukup tersedia yang akan
mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk kegiatan
tersebut maka; surat perjanjian kerja yang telah dilaksanakan batal demi
hukum dan penyedia barang/jasa tidak dapat menuntut ganti rugi dalam
bentuk apapun.”

6. Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen


Satuan Kerja : SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan
Air Maluku Provinsi Maluku Utara
Nama Pejabat : Irvan Hamid, ST., MT.
Pembuat Komitmen (PPK) : PPK Irigasi dan Rawa II
7. Standar Teknis
Standar dan pedoman yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan:
a. KP-01 Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi;
b. KP-02 Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama;
c. KP-03 Kriteria Perencanaan Bagian Saluran;
d. KP-04 Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan;
e. KP-05 Kriteria Perencanaan Bagian Petak Tersier;
f. KP-06 Kriteria Perencanaan Bagian Parameter Bangunan;
g. KP-07 Kriteria Perencanaan Bagian Standar Penggambaran;
h. KP-08 Kriteria Perencanaan Bagian Standar Pintu Pengatur Air Irigasi - Perencanaan,
pemasangan, operasi dan pemeliharaan
i. KP-09 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi – Spesifikasi teknis
j. PT-01 Persyaratan Teknis Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi;
k. PT -02 Pengukuran Topografi, Standar Perencanaan Irigasi, Ditjen Air 1986;
l. PT-03 Persyaratan Teknis Bagian Penyelidikan Geoteknik;
m. Standar Nasional Indonesia dan Pedoman Teknis terkait lainnya yang masih berlaku.

8. Referensi Hukum
Pelaksana Kegiatan :
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang
– Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang – Undang
Nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
3. Undang – Undang 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air.
4. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia.
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2020 Tentang Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air.
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Sistem Keselamatan
konstruksi;
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 08 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemenuhan Setifikat Standar
Jasa Kontsruksi Dalam Rangka Mendungkung Kemudahan Perizinan Berusaha Bagi
Pelaku Usaha Jasa Kontruksi.
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 6 Tahun 2021
Tentang Standar Kegiatan Usaha Dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko Sektor Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
12. Surat Edaran Menteri PUPR No. 18/SE/M/2021 Tentang Tentang Pedoman
Operasional Tertib Penyelenggaraan Persiapan Pemilihan untuk Pengadaan Jasa
Konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 19/PRT/M/2014 Tentang Pembagian Subklasifikasi dan Subkualifikasi Jasa
Konstruksi
14. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 19/SE/M/2021
Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Tertib Evaluasi Kewajaran Harga pada
Tender Pekerjaan Konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
15. Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Kontruksi Nomor 12.1/KPTS/Dk/2022
Tentang Penetapan Jabatan Kerja Dan Konvesi Jabatan Kerja Eksisting Serta Jenjang
Kualifikasi Bidang Jasa Konstruksi

9. Ruang Lingkup Pekerjaan


Ruang lingkup pekerjaan ini terdiri atas:
I. Pekerjaan Persiapan
II. Pekerjaan Saluran Pembawa (Primer)
III. Pekerjaan Saluran Pembawa (Sekunder)
IV. Pekerjaan Bangunan Bagi & Sadap
V. Pekerjaan Bangunan Pelengkap
VI. Sistem Manajemen Keselamatan Kontruksi (SMKK)

10. Lingkup Pekerjaan Utama


a. Pasangan Batu Kali 1 Pc : 4 Psr
b. Galian Tanah Biasa
c. Timbunan Tanah Biasa Dipadatkan

11. Indikator Pencapaian Pekerjaan


a. Indikator output
 Saluran Sekunder = 4.53 Km
b. Indikator outcome
 Melayani daerah Irigasi seluas = 321 Ha.

12. Spesifikasi Bahan Bangunan Konstruksi


a. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen portland yang
memenuhi SNI 2847-2015 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Apabila menggunakan
bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka gelembung
udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5%, dan harus mendapatkan persetujuan
dari Direksi Pekerjaan. Adapun bahan semen yang di gunakan adalah Semen Portland
(ASTM C150M) produksi dalam negeri yaitu bahan semen Tonasa atau semen
Bosowa.
b. Air
Air (ASTM C1602M) yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam,
asam, basa, gula atau organis. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi
ketentuan dalam 03-6817-2002 Air yang diketahui dapat diminum dapat
digunakan. Jika timbul keraguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air
seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan
pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir dengan memakai air yang
diusulkan dan dengan memakai air suling. Air yang diusulkan dapat digunakan jika
kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari
minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling pada periode perawatan yang
sama.
c. Agregat
1) Ketentuan Agradasi Agregat (SNI 03 2816 2014)
- Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut
harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan.
- Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat
terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan atau
antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana
beton harus dicor.
2) Sifat-sifat Agregat
- Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian (jika
perlu) kerikil dan pasir sungai.
- Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 2816-2014 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya bila contoh-
contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur yang berhubungan.
Adapun yang digunakan adalah agregat normal (ASTM C33M) untuh ukuran
maksimal nominal agregat kasar harus tidak melebihi :
a. 1/5 jarak terkecil antara sisi cetakan
b. 1/3 ketebalan slab
c. ¾ jarak bersih minimal antara tulangan atau kawat, bundel tulangan, atau
tendon prategang, atau selongsong

d. Pembesian/ Tulangan Beton


Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :
- Ketentuan untuk nilai f’c harus didasarkan pada uji silinder yang dibuat dan diuji
sebagaimana yang di persyaratkan dan sesuai dengan SNI.
- Besi yang digunakan adalah tulangan Polos untuk tulangan Spiral harus
memenuhi ASTM A615M, A706M, A955M, atau A1035M
- Kawat polos untuk tulangan spiral harus memenuhi ASTM A1064M, kecuali untuk
kawat dengan fy melebihi 420 MPa, kuat lelehnya harus diambil sebesar tegangan
yang berhubungan dengan regangan sebesar 0.35 persen.
e. Beton
Adapun beton yang digunakan dalam pembuatan plat pelayanan pada pekerjaan
bangunan bagi & sadap dan bangunan pelengkap adalah Beton dengan Mutu f’c =
19,3 Mpa sedangkan beton yang digunakan dalam pembuatan linning pada pekerjaan
saluran pembawa (sekunder) adalah beton dengan mutu f’c = 14,5 Mpa.
Bahan pembuat beton harus dipilih dan dengan proporsi sedemikian rupa sehingga
menghasilkan beton yang kuat, padat, dan tahan terhadap pelapukan dan abrasi.
f. Bekisting/Cetakan Beton
a) Bekisting atau cetakan beton harus digunakan untuk membatasi adukan beton dan
membentuk adukan menurut garis dan permukaan yang diinginkan. Bekisting harus
menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran, batas-batas
seperti yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
b) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab penuh atas perencanaan yang memadai
untuk seluruh bekisting. Namun demikian, bila pada bekisting yang menurut Direksi
Pengawas membahayakan atau tidak memadai, maka bekisting tersebut dapat
ditolak oleh Direksi/Pengawas, Penyedia Jasa harus segera membongkar dan
memindahkan bekisting yang ditolak itu dari pekerjaan menggantinya dengan biaya
Penyedia Jasa.
c) Konstruksi cetakan harus diperhitungkan terutama untuk konstruksi-konstruksi yang
berat, sehingga cetakan tersebut kuat dan memenuhi syarat untuk bisa menahan
bahan yang diterima.
d) Toleransi yang diizinkan adalah kurang lebih 3 mm untuk garis dan permukaan
setelah penyetelan bekisting yang harus demikian kuat dan kaku terhadap beban
adukan beton yang masih basah dan getaran, terhadap beban konstruksi dan
angin, bekisting harus tetap menurut garis dan permukaan sebelum pelaksanaan
pengecoran.
e) Bahan yang digunakan untuk pekerjaan bakesting menggunakan kayu balok 5x10
cm sebagai rangka utama dan kayu 5x5 cm sebagai kayu rangka pendukung, untuk
penutup sisi bakesting menggunakan tripleks (multipleks) 9 mm agar saat
memasukan beton pada bakesting tidak mengalami cembung pada sisi bakesting
bertujuan agar permukaan pekerjaan kontruksi memilki kualitas yang lebih rapih
dan sempurna.
g. Bangunan Pintu dan Pintu Sorong
1. Istilah Dan Definisi :
a. Pintu Air Type A :
adalah pintu air dengan daun pintu dari bahan plat dan alat putar transmisi
doble stang, digunakan untuk pintu lebar antara > 2,00 m s/d 3,00 m, dan atau
ditentukan sesuai dengan gambar disain
b. Pintu Air Type B :
adalah pintu air dengan daun pintu dari bahan plat dan alat putar transmisi satu
stang, digunakan untuk pintu lebar antara > 1,00 m s/d 2,00 m, dan atau
ditentukan sesuai dengan gambar disain
c. Pintu Air Type C2 :
adalah pintu air dengan daun pintu dari bahan plat dan alat putar biasa satu
stang,
digunakan untuk pintu lebar antara > 0,70 m s/d 1,00 m, dan atau ditentukan
sesuai dengan gambar disain
d. Pintu Air Type C3 :
adalah pintu air dengan daun pintu dari bahan plat dan alat putar biasa satu
stang,
digunakan untuk pintu lebar antara > 0,50 m s/d 0,70 m, dan atau ditentukan
sesuai dengan gambar disain
e. Pintu Air Type C5 :
adalah pintu air angkat dengan daun pintu dari bahan plat, digunakan untuk
pintu
lebar antara 0,30 m s/d 0,50 m, dan atau ditentukan sesuai dengan gambar
desain
2. Persyaratan Bahan
 Baja konstruksi (plat dan profil) harus baik, baru, dari pabrik yang resmi dan
setaraf dengan S.t. (DIN 17100 1966).
 Tangki dan ulir untuk gate/pintu harus setaraf dengan S.t. 60 (DIN 17100
1966).
 Besi tuang harus bebas cacat/retak; perbaikan retak retak dengan las atau
lainnya tidak diperkenankan.
 Baut, keling dan washers harus dari pabrik resmi dan harus setaraf U.st. 36 1
(DIN 1711 1968). Baut dan keling yang tersentuh air harus digalvanisir.
 Las harus dikerjakan dengan halus, rapi, penuh dan bersih, kelihatan jelek
atau las yang tidak sempurna dan sebagainya akan ditolak.
 Kawat las yang dipakai adalah "Unimatic" 6000 (AC DC) dengan kekuatan tarik
4.760 kg/cm2 atau type yang sama.
 Pipa besi untuk sandaran harus ukuran standar pipa dengan "heavy duty
galvanized coating".
13. Spesifikasi Metode Pelaksanaan
I. Pekerjaan Persiapan
1. Mobilisasi dan Demobilisasi
Mobilisasi Alat atau Tenaga dilakukan pada saat kondisi lokasi pekerjaan baik
Administrasi maupun Lokasi sudah memerlukanya sehingga pada saat Alat sudah
sampai dilokasi pekerjaan tidak terjadi kesesuaian yang akan menimbulkan
effisiensi, sedangkan untuk Demobilisasi dilakukan sebaliknya.
2. Bangunan /Fasilitas Proyek
Untuk Menjamin kelancaran, ketenangan dan kenyamanan Operasional Pekerjaan
maka Pembuatan kantor Kontraktor, kantor Direksi / Konsultan, Gudang, Bengkel
dan Barak dilakukan pada awal pekerjaan dimulai dengan luas disesuaikan dengan
kebutuhan serta penempatan disesuaikan dengan Site Planning yang telah
disepakati.
3. Administrasi Pekerjaan, Dokumentasi, dan lain-lain
- Administrasi pembuatan kontrak, shop drawing dan kelengkapan administrasi
lainya menyangkut Pekerjaan yang bersangkutan.
- Dokumentasi Pekerjaan menyangkut foto pelaksanaan yang diambil pada
kondisi pelaksanaan sebelum dikerjakan (0%), saat pekerjaan dilaksanakan
(±50%) dan setelah pekerjaan selesai (100%) atau sesuai petunjuk dari
Direksi/Pengawas Pekerjaan.
4. Pompanisasi
- Pompanisasi menggunakan alat pompa air.
- Pompanisasi bertujuan untuk mengeringkan lokasi galian yang nantinya
dilakukan pekerjaan konstruksi.
II. Pekerjaan Saluran Pembawa (Primer)
1. Galian Tanah Biasa
Urutan Kerja
1. Pengukuran dan pembuatan profil sementara yang terbuat dari papan harus
dilakukan sebelum pekerjaan galian dilaksanakan.
2. Selama pekerjaan galian berlangsung di lokasi-lokasi yang rawan terhadap
genangan air perlu dibuatkan saluran pembuang atau proses dewatering untuk
membebaskan daerah galian dari gangguan air.
3. Pekerjaan galian dilaksanakan hingga mencapai level yang sudah ditentukan
mengacu dari gambar kerja yang sudah disetujui.
4. Pekerjaan galian akan dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara
Excavator untuk menggali dan Dump truck untuk mengangkut hasil galian ke
tempat lokasi pembuangan (disposal area= sekitar area Pekerjaan) atau tempat
timbunan jika tanah hasil galian dapat dipakai sebagai bahan timbun sesuai
spesifikasi dan sepengetahuan direksi.
2. Pasangan Batu kali 1 Pc : 4 Psr
a. Lakukan dan periksa perataan yang meliputl penyediaan batu, pasir dan air di
Iokasi kerja, kelengkapan peralatan dan alat bantu seperti kotak penampung
adukan, penampung air, plastik pelindung hujan, tukang batu dan buruh
pembantu, tenaga dan sarana pengangkutan adukan
b. Dalam kotak dan hamparkan, serta ratakan pasir setebal 5-10 cm sebagai lantai
kerja.
c. Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan dari lumpur atau tanah yang melekat
serta basahi dengan air agar ikatan dengan adukan menjadi kuat
d. Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan adukan setebal
3 - 5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan dengan jarak 2-3 cm (tidak
bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar terikat kuat dengan
adukan.
e. Bila memerlukan suling-suling resapan atau wheep hole sesuai design/kontrak.
Suling dari pipa paralon yang dibungkus ijuk di ujung pipa bagian dalam dipasang
bersamaan dengan pasangan batu
f. Letak wheep hole merupakan barisan dalam arah horizontal dengan jarak tertentu
sesuai gambar kontrak. Baris wheep holevberikutnya (diatasnya) dipasang
berselang-seling arah vertikal.
g. Apabila hujan atau setelah selesai, pasangan ditutup plastik agar pasangan yang
masib baru tersebut tidak rusak karena air hujan
3. Plesteran, Camp, 1 Pc : 3 Psr
1. Material yang dipakai adalah pasir, semen, dan air. Pasir dibersihkan dari semua
kotoran, air yang dipakai adalah air dari sumber air tanah.
2. Pekerja menyiapkan spesi dengan perbandingan 1 semen : 3 pasir, spesi diaduk
dengan molen untuk mendapatkan hasil yang homogen.
3. Spesi dibawa ke tempat pasang plesteran dimana tukang dan pembantu tukang
sudah siap ditempat.
4. Sebelum plesteran dipasang terlebih dahulu semua permukaan yang akan
diplester dibersihkan. Apabila bidang yang akan diplester terlalu kering maka
terlebih dahulu permukaan dibasahi menggunakan air bersih untuk mendapatkan
ikatan yang kuat antara spesi lama dengan spesi baru.
5. Pekerjaan plesteran dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan
dihaluskan dengan air semen.
6. Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran yang sudah
selesai karena susut pengerasan, maka permukaan plesteran yang sudah selesai
harus dibasahi dengan air selama 7 hari berturut-turut.
7. Plesteran dibentuk sesuai gambar kerja atau sesuai petunjuk Direksi pekerjaan
dan dirapikan sehingga terlihat bagus. Semua spesi yang jatuh atau tidak
menempel dibersihkan dan dibuang.
III. Pekerjaan Saluran Pembawa (Sekunder)
1. Pembersihan dan Striping/Kosrekan
Di awal pekerjaan untuk saluran Pembawa akan dilakukan pembersihan lokasi
pekerjaan kerja dari semua tumbuhan, sampah, termasuk pohon/kayu dan semak-
semak yang menutupi rencana trase saluran.
1. Sebelum pelaksanaan land clearing dilakukan pengukuran existing (MC 0%)
2. Pembersihan lahan atau land clearing menggunakan alat Bulldozer.
3. Bulldozer membersihkan semak-semak serta pohon yang boleh ditebang beserta
akar-akarnya.
4. Mengumpulkan hasil pembersihan yang berupa semak dan pohon di tempat yang
sudah ditentukan pihak Direksi, Konsultan.
5. Setelah dilakukan land clearing dilakukan kembali pengukuran untuk menentukan
levelling Pengupasan (Stripping) terdiri dari pembongkaran dan pembersihan dari
semua bahan organik seperti rumput, lapisan tanah permukaan dan akar-akar
tumbuhan dari semua tonggak pada rencana pembuatan dasar tanggul atau pada
lokasi yang akan ditimbun.
a) Sebelum pelaksanaan Stripping dilakukan pengukuran existing (MC 0%)
b) Stripping dilakukan dengan menggunakan alat Bulldozer.
c) Stripping 10-20 cm tanah humus bila diperlukan.
d) Hasil kupasan diangkut ke satu tempat lain yang sudah ditentukan
e) Pengupasan terdiri dari pembongkaran dan pembersihan dari semua bahan
organic seperti misalnya lapisan tanah permukaan dan akar-akar tumbuhan
f) Mengumpulkan hasil pembersihan yang berupa semua bahan organik seperti
misalnya lapisan tanah permukaan dan akar-akar tumbuhan di tempat yang sudah
ditentukan.
2. Galian Tanah Biasa
1. Pengukuran dan pembuatan profil sementara yang terbuat dari papan harus
dilakukan sebelum pekerjaan galian dilaksanakan.
2. Selama pekerjaan galian berlangsung di lokasi-lokasi yang rawan terhadap
genangan air perlu dibuatkan saluran pembuang atau proses dewatering untuk
membebaskan daerah galian dari gangguan air.
3. Pekerjaan galian dilaksanakan hingga mencapai level yang sudah ditentukan
mengacu dari gambar kerja yang sudah disetujui.
4. Pekerjaan galian akan dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara
Excavator untuk menggali dan Dump truck untuk mengangkut hasil galian ke
tempat lokasi pembuangan (disposal area= sekitar area Pekerjaan) atau tempat
timbunan jika tanah hasil galian dapat dipakai sebagai bahan timbun sesuai
spesifikasi dan sepengetahuan direksi.
3. Timbunan Tanah Biasa Dipadatkan
Selama proses penggalian, tanah dipisahkan langsung dan ditumpuk pada suatu
tempat. material yang layak / bisa dipakai untuk timbunan dan material yang tidak
layak dibuang menggunakan dump truck ke lokasi yang telah ditentukan.
Urutan Kerja :
1. Excavator memuat ke dalam Dump Truck
2. Dump Truck mengangkut ke lokasi pekerjaan
3. Material dihampar dengan menggunakan BullDozer
4. Hamparan material disiram air dengan Watertank (sebelum pelaksanaan
pemadatan) dan dipadatkan dengan menggunakan Vibrator Roller
4. Timbunan Tanah (Borrow Material ) dipadatkan
1. Material yang didatangkan dari borrow area dihampar dengan menggunakan
Buldozer
2. Hamparan material disiram air dengan Water Tank Truck (sebelum pelaksanaan
pemadatan) dan dipadatkan dengan menggunakan Vibro Roller.
- Pendatangan material timbunan Pengangkutan material timbunan ke lokasi
timbunan.
- Penghamparan material timbunan Penghamparan material timbunan dengan
ketebalan masing-masing lapisan material timbunan sama tebalnya.
5. Gebalan Rumput
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengadaan, pengangkutan dan memasang rumput
dilokasi pada Tebing sebelah luar/dalam saluran agar tidak terjadi erosi. Gebalan
rumput yang digunakan harus sesuai dengan yang disyaratkan dalam spesifikasi
teknis. Gebalan rumput harus ditana dalam jajaran bersambung dan segera
disiram. Agar gebalan rumput tidak tergelincir, maka harus dipasang crucut bambu
sedalam Kurang lebih 10 cm.
6. Jalan Inspeksi
Jalan inspeksi dibuat selain untuk jalur inspeksi juga akan berfungsi sebagai jalan
umum sehingga kekuatan dari jalan ini juga harus benar-benar sesuai dengan
kekuatan yang direncanakan. Pekerjaan utama pada konstruksi untuk jalan inspeksi
pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Timbunan untuk badan jalan
2. Lapis tanah dasar
3. Lapisan pondasi Sub base klas C
IV. Pekerjaan Bangunan Bagi & Sadap
1. Galian Tanah Biasa
1. Pengukuran dan pembuatan profil sementara yang terbuat dari papan harus
dilakukan sebelum pekerjaan galian dilaksanakan.
2. Selama pekerjaan galian berlangsung di lokasi-lokasi yang rawan terhadap
genangan air perlu dibuatkan saluran pembuang atau proses dewatering untuk
membebaskan daerah galian dari gangguan air.
3. Pekerjaan galian dilaksanakan hingga mencapai level yang sudah ditentukan
mengacu dari gambar kerja yang sudah disetujui.
4. Pekerjaan galian akan dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara Excavator
untuk menggali dan Dump truck untuk mengangkut hasil galian ke tempat lokasi
5. pembuangan (disposal area= sekitar area pekerjaan) atau tempat timbunan jika
tanah hasil galian dapat dipakai sebagai bahan timbun sesuai spesifikasi dan
sepengetahuan direksi
2. Timbunan Tanah Biasa Dipadatkan
Selama proses penggalian tanah ( deposit ) dipisahkan langsung dan ditumpuk pada
suatu tempat . material yang layak / bisa dipakai untuk timbunan dan material yang
tidak layak. Material yang layak selanjutnya akan dipakai untuk timbunan.
Urutan Kerja :
a. Excavator memuat ke dalam Dump Truck
b. Dump Truck mengangkut ke lokasi pekerjaan
c. Material dihampar dengan menggunakan BullDozer
d. Hamparan material disiram air dengan Watertank Truck (sebelum pelaksanaan
pemadatan) dan dipadatkan dengan menggunakan Vibro Roller
3. Pasangan Batu 1 Pc : 4 Psr
a. Lakukan dan periksa perataan yang meliputl penyediaan batu, pasir dan air di
Iokasi kerja, kelengkapan peralatan dan alat bantu seperti kotak penampung
adukan, penampung air, plastik pelindung hujan, tukang batu dan buruh pembantu,
tenaga dan sarana pengangkutan adukan
b. Dalam kotak dan hamparkan, serta ratakan pasir setebal 5-10 cm sebagai lantai
kerja.
c. Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan dari lumpur atau tanah yang melekat
serta basahi dengan air agar ikatan dengan adukan menjadi kuat
d. Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan adukan setebal 3
- 5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan dengan jarak 2-3 cm (tidak
bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar terikat kuat dengan
adukan.
e. Bila memerlukan suling-suling resapan atau wheep hole sesuai design/kontrak.
Suling dari pipa paralon yang dibungkus ijuk di ujung pipa bagian dalam dipasang
bersamaan dengan pasangan batu
f. Letak wheep hole merupakan barisan dalam arah horizontal dengan jarak tertentu
sesuai gambar kontrak. Baris wheep holevberikutnya (diatasnya) dipasang
berselang-seling arah vertikal.
g. Apabila hujan atau setelah selesai, pasangan ditutup plastik agar pasangan yang
masib baru tersebut tidak rusak karena air hujan
4. Plesteran, Camp, 1 Pc : 3 Psr
a. Material yang dipakai adalah pasir, semen, dan air. Pasir dibersihkan dari semua
kotoran, air yang dipakai adalah air dari sumber air tanah.
b. Pekerja menyiapkan spesi dengan perbandingan 1 semen : 3 pasir, spesi diaduk
dengan molen untuk mendapatkan hasil yang homogen.
c. Spesi dibawa ke tempat pasang plesteran dimana tukang dan pembantu tukang
sudah siap ditempat.
d. Sebelum plesteran dipasang terlebih dahulu semua permukaan yang akan
diplester dibersihkan. Apabila bidang yang akan diplester terlalu kering maka
terlebih dahulu permukaan dibasahi menggunakan air bersih untuk mendapatkan
ikatan yang kuat antara spesi lama dengan spesi baru.
Pekerjaan plesteran dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan
dihaluskan dengan air semen.
e. Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran yang sudah
selesai karena permukaan plesteran yang sudah selesai harus dibasahi dengan air
selama 7 hari berturut-turut.
f. Plesteran dibentuk sesuai gambar kerja atau sesuai petunjuk Direksi pekerjaan
dan dirapikan sehingga terlihat bagus. Semua spesi yang jatuh atau tidak
menempel dibersihkan dan dibuang.
5. Beton Mutu f'c = 19,3 MPa (plat Pelayanan)
1. Pekerjaan ini akan terdiri dari pembuatan semua struktur beton termasuk beton tak
bertulang, beton bertulang, sesuai dengan spesifikasi ini. Garis, ketinggian,
kelandaian dan ukuran yang tampak pada gambar atau sebagaimana diarahkan oleh
Direksi.
2. Kelas beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian pekerjaan harus
sebagaimana dikehendaki dalam gambar atau seksi-seksi yang relevan dari
spesifikasi ini atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi.
6. Bekisting/Cetakan Untuk Beton
a. bekisting harus didesain cukup kuat menahan beban yang akan terjadi termasuk
beban pada waktu pengecoran dan beban hidup orang yang bekerja diatasnya.
b. Bahan pembuat bekisting dipilih dari bahan yang tahan terhadap pengaruh material
beton dan getaran sehingga mempunyai keawetan.
c. Menentukan As dan elevasi yang ditentukan dala gamber kerja.
d. membuat panel bekisting, membuat dan memotong bahan bekisting berupa papan,
balok dan multipleks.
e. Memasang perancah pada jalur As
f. Memasang panel bekisting sesuai gambar kerja
g. Mengecek kelurusan panel bekisting.
7. Pembesian/ Tulangan Beton
Besi beton untuk pekerjaan beton dilaksanakan dengan urut-urutan sebagai berikut :
a. Sebelum penggunaan besi beton untuk penulangan pada konstruksi maka harus
dilakukan
 Pengajuan persetujuan penggunaan besi beton
 Pengajuan jadwal pengadaan besi beton
 Pengajuan rencana stock pile besi beton
 Persiapan alat bar bender dan bar cutter
 Gambar kerja dan bestaag (bar list)
b. Setelah mendapat persetujuan dari Direksi selanjutnya dilakukan pemesanan besi
beton kepada supplier.
c. Pengangkutan besi dari gudang supplier menuju lokasi dilakukan dengan trailer.
Diperhatikan tata cara pemuatan dan pengikatan agar tidak mengganggu
peraturan lalu-lintas.
d. Besi disimpan di stock area dengan memperhatikan tata cara perlindungan besi
beton terhadap pengaruh cuaca dan lingkungan.
e. Setelah mendapat persetujuan Direksi, berdasarkan gambar kerja, besi beton
difabrikasi di stock yard.
f. Pengangkutan hasil fabrikasi dilakukan dengan dump truck dengan bak belakang
tinggi
g. Pemasangan besi beton pada lokasi kerja harus memperhatikan :
- Kesesuaian ukuran dan bentuk besi beton dengan bar-list
a. Kesiapan bekisting
b. Kebersihan lokasi
c. Gambar kerja yang telah disetujui
d. Tata cara potong bengkok dan ikatan.
e. Pengajuan pemeriksaan kepada Direksi hasil penulangan (pemasangan besi
beton) untukmendapat persetujuan dari Direksi hingga penulangan dinyatakan
memuaskan.
8. Pintu Sorong Baja
• Pintu sorong dapat dioperasikan dan harus diserahkan lengkap termasuk tangkai,
dan kunci, gear, serta kopling dan lain-lain.
• Tarikan yang dibutuhkan tidak boleh lebih keras dari 10 kg untuk membuka atau
menutup pintu dan las roda setang harus pada elevasi 0.90 m diatas bangunan
atau platform dimana operator akan berdiri.
• Tangkai ulir dan gear harus dibuat presisi sangat tepat.
• Gear harus dari besi tulang atau selubung atau rangka las dilengkapi tutup untuk
pemberian pelumas dari gear.
• Pintu sorong harus seluruhnya shop assembled (rakitan pabrik) ukuran plat dan
profil pintu harus sesuai dengan gambar.
Pemasangan :
a. Penyedia Jasa harus memasang semua bagian dari pekerjaan seperti pada
gambar disain yang disetujui atau atas petunjuk Direksi ditempat pekerjaan,
termasuk semua alat alat pelengkap seperti baut jangkar, penahan, seal
(penguat) dan sebagainya.
b. Semua bagian yang ditanam harus ditumpu kuat (rigid) dan diteliti/tepat
sebelum dan selama pemasangan. Dinding plat, sandaran dan ambang harus
diperkuat seperti ditunjukkan dalam gambaR atau atas petunjuk Direksi.
c. Pada penyelesaian pekerjaan semua bagian harus dibersihkan dan dirapikan
oleh Penyedia Jasa Penyedia Jasa harus memindahkan semua kelebihan bahan
bahan dari tempat pekerjaan atau seperti ditunjukkan Direksi. Semua gear
reducer tertutup harus diisi secukupnya dengan minyak pelumas, sesuai syarat
dari pembuat/pabrik. Gear Reducer terbuka harus diberi gemuk kwalitas baik
pada giginya (graphite grease). Semua pelumas dan zat pencuci harus
disediakan Penyedia Jasa tanpa tambahan biaya.
d. Penyedia Jasa harus menyediakan persediaan pelumas yang cukup untuk
jangka waktu pemeliharaan untuk semua bagian pekerjaan dari Kontrak ini
9. Peil Schaal Bangunan
Peil schaal bangunan yaitu skala ukur yang dipasang untuk mengukur tinggi muka
air pada bangunan air dan dibuat /diproduksi oleh pabrik dengan spesifikasi yang
telah disetujui oleh Direksi.
Langkah –langkah pekerjaan peil schaal;
a. Proses pekerjaan peil schaal terhitung mulai dari pemesanan peil schaal ke
pabrik.
b. Setelah peil schaal dilanjutkan dengan proses mobilisasi dari pabrik
menuju ke pelabuhan untuk selanjutnya diangkut dengan kapal menuju ke
pelabuhan terdekat dengan lokasi pekerjaan. Kemudian diangkut dengan
kendaraan darat menuju ke lokasi pekerjaan.
c. Setelah tiba di lokasi, pel schaal kemudian dipasang dengan menggunakan
tenaga manusia.
d. Sebelum dipasang terlebih dahulu dilakukan pengecekan elevasi dan
pengukuran kembali untuk akurasi pengukuran ketinggian elevasi muka air.
10. Nomenklatur Bangunan
Nomenklatur bangunan dipasang sebagai penanda nama bangunan disesuaikan
dengan lokasi dan fungsi bangunan. Metode pelaksanaan;
a. Nomenklatur dibuat shop drawing-nya dan disetujui oleh Direksi.
b. Nomenklatur dicetak sesuai dengan nama bangunan, fungsi bangunan,
disertai dengan logo pemilik pekerjaan.
c. Nomenklatur dipasang di bangunan yang sudah jadi. Pemasangan
nomenklatur harus sesuai dengan lokasi bangunan pada skema jaringan
nomenklatur.
d. Setelah nomenklatur terpasang diberi finishing cat pada nomenklatur
bangunan.
V. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP
1. Galian Tanah Biasa
1. Pengukuran dan pembuatan bowplank sementara yang terbuat dari papan harus
dilakukan sebelum pekerjaan galian dilaksanakan.
2. Selama pekerjaan galian berlangsung di lokasi-lokasi yang rawan terhadap
genangan air perlu dibuatkan saluran pembuang atau proses dewatering untuk
membebaskan daerah galian dari gangguan air.
3. Pekerjaan galian dilaksanakan hingga mencapai level yang sudah ditentukan
mengacu dari gambar kerja yang sudah disetujui.
4. Pekerjaan galian akan dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara Excavator
untuk menggali dan Dump truck untuk mengangkut hasil galian ke tempat lokasi
5. pembuangan (disposal area= sekitar area Pekerjaan) atau tempat timbunan jika
tanah hasil galian dapat dipakai sebagai bahan timbun sesuai spesifikasi dan
sepengetahuan direksi
2. Timbunan Tanah Biasa Dipadatkan
1. Excavator memuat ke dalam Dump Truck
2. Dump Truck mengangkut ke lokasi pekerjaan
3. Material dihampar dengan menggunakan BullDozer
4. Hamparan material disiram air dengan Watertank Truck (sebelum pelaksanaan
pemadatan) dan dipadatkan dengan menggunakan Vibro Roller
3. Pasangan Batu 1 Pc : 4 Psr
a. Lakukan dan periksa perataan yang meliputl penyediaan batu, pasir dan air di
Iokasi kerja, kelengkapan peralatan dan alat bantu seperti kotak penampung
adukan, penampung air, plastik pelindung hujan, tukang batu dan buruh
pembantu, tenaga dan sarana pengangkutan adukan
b. Dalam kotak dan hamparkan, serta ratakan pasir setebal 5-10 cm sebagai lantai
kerja.
c. Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan dari lumpur atau tanah yang melekat
serta basahi dengan air agar ikatan dengan adukan menjadi kuat
d. Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan adukan setebal
3 - 5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan dengan jarak 2-3 cm (tidak
bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar terikat kuat dengan
adukan.
e. Bila memerlukan suling-suling resapan atau wheep hole sesuai design/kontrak.
Suling dari pipa paralon yang dibungkus ijuk di ujung pipa bagian dalam dipasang
bersamaan dengan pasangan batu
f. Letak wheep hole merupakan barisan dalam arah horizontal dengan jarak tertentu
sesuai gambar kontrak. Baris wheep holevberikutnya (diatasnya) dipasang
berselang-seling arah vertikal.
g. Apabila hujan atau setelah selesai, pasangan ditutup plastik agar pasangan yang
masib baru tersebut tidak rusak karena air hujan.
4. Plesteran 1 Pc : 3 Psr
a. Material yang dipakai adalah pasir, semen, dan air. Pasir dibersihkan dari semua
kotoran, air yang dipakai adalah air dari sumber air tanah.
b. Pekerja menyiapkan spesi dengan perbandingan 1 semen : 3 pasir, spesi diaduk
dengan molen untuk mendapatkan hasil yang homogen.
c. Spesi dibawa ke tempat pasang plesteran dimana tukang dan pembantu tukang
sudah siap ditempat.
d. Sebelum plesteran dipasang terlebih dahulu semua permukaan yang akan diplester
dibersihkan. Apabila bidang yang akan diplester terlalu kering maka terlebih dahulu
permukaan dibasahi menggunakan air bersih untuk mendapatkan ikatan yang kuat
antara spesi lama dengan spesi baru. Pekerjaan plesteran dikerjakan 1 lapis sampai
jumlah ketebalan 1,5 cm dan dihaluskan dengan air semen.
e. Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran yang sudah
selesai karena permukaan plesteran yang sudah selesai harus dibasahi dengan air
selama 7 hari berturut-turut.
f. Plesteran dibentuk sesuai gambar kerja atau sesuai petunjuk Direksi pekerjaan dan
dirapikan sehingga terlihat bagus. Semua spesi yang jatuh atau tidak menempel
dibersihkan dan dibuang.
5. Beton Mutu f'c = 19,3 MPa
a. Pekerjaan ini akan terdiri dari pembuatan semua struktur beton termasuk beton tak
bertulang, beton bertulang, sesuai dengan spesifikasi ini. Garis, ketinggian,
kelandaian dan ukuran yang tampak pada gambar atau sebagaimana diarahkan
oleh Direksi.
b. Kelas beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian pekerjaan harus
sebagaimana dikehendaki dalam gambar atau seksi-seksi yang relevan dari
spesifikasi ini atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi.
6. Bekisting/Cetakan Untuk Beton
Uraian Kerja :
1. bekisting harus didesain cukup kuat menahan beban yang akan terjadi termasuk
beban pada waktu pengecoran dan beban hidup orang yang bekerja diatasnya.
2. Bahan pembuat bekisting dipilih dari bahan yang tahan terhadap pengaruh
material beton dan getaran sehingga mempunyai keawetan.
3. Menentukan As dan elevasi yang ditentukan dala gamber kerja.
4. membuat panel bekisting, membuat dan memotong bahan bekisting berupa
papan, balok dan multipleks.
5. Memasang perancah pada jalur As
6. Memasang panel bekisting sesuai gambar kerja
7. Mengecek kelurusan panel bekisting.
7. Pembesian/ Tulangan Beton
Besi beton untuk pekerjaan beton dilaksanakan dengan urut-urutan sebagai berikut :
a. Sebelum penggunaan besi beton untuk penulangan pada konstruksi maka harus
dilakukan
 Pengajuan persetujuan penggunaan besi beton
 Pengajuan jadwal pengadaan besi beton
 Pengajuan rencana stock pile besi beton
 Persiapan alat bar bender dan bar cutter
 Gambar kerja dan bestaag (bar list)
b. Setelah mendapat persetujuan dari Direksi selanjutnya dilakukan pemesanan
besi beton kepada supplier.
c. Pengangkutan besi dari gudang supplier menuju lokasi dilakukan dengan trailer.
Diperhatikan tata cara pemuatan dan pengikatan agar tidak mengganggu
peraturan lalu-lintas.
d. Besi disimpan di stock area dengan memperhatikan tata cara perlindungan besi
beton terhadap pengaruh cuaca dan lingkungan.
e. Setelah mendapat persetujuan Direksi, berdasarkan gambar kerja, besi beton
difabrikasi di stock yard.
f. Pengangkutan hasil fabrikasi dilakukan dengan dump truck dengan bak belakang
tinggi
g. Pemasangan besi beton pada lokasi kerja harus memperhatikan :
Kesesuaian ukuran dan bentuk besi beton dengan bar-list
- Kesiapan bekisting
- Kebersihan lokasi
- Gambar kerja yang telah disetujui
- Tata cara potong bengkok dan ikatan.
- Pengajuan pemeriksaan kepada Direksi hasil penulangan (pemasangan besi
beton) untukmendapat persetujuan dari Direksi hingga penulangan dinyatakan
memuaskan.
8. Nomenklatur Bangunan
Nomenklatur bangunan dipasang sebagai penanda nama bangunan disesuaikan
dengan lokasi dan fungsi bangunan. Metode pelaksanaan;
a. Nomenklatur dibuat shop drawing-nya dan disetujui oleh Direksi.
b. Nomenklatur dicetak sesuai dengan nama bangunan, fungsi bangunan, disertai
dengan logo pemilik pekerjaan.
c. Nomenklatur dipasang di bangunan yang sudah jadi. Pemasangan nomenklatur
harus sesuai dengan lokasi bangunan pada skema jaringan nomenklatur.
d. Setelah nomenklatur terpasang diberi finishing cat pada nomenklatur bangunan
VI. Sistem Manajemen Keselamatan Kontruksi (SMKK)
Sistem Manajemen Keselamatan Kontruksi (SMKK) diawali dengan melakukan analisis
HIRARC (identifikasi bahaya yang mungkin timbul) yang terdiri dari analisa nilai resiko,
maupun merencanakan cara pengendaliannya sehingga resiko terjadinya kecelakaan
semakin diperkecil. Beberapa hal yang dilakukan sebagai kontrol terhadap upaya
tersebut antara lain :
Mewajibkan pekerja menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) standar dalam bekerja,
yaitu
• Wajib menggunakan helm pengaman kepala
• Wajib menggunakan sarung tangan
• Wajib menggunakan sepatu safety
• Wajib menggunakan kacamata pengaman untuk pekerjaan las
• Wajib menggunakan sabuk pengaman (safety belt) untuk pekerja di ketinggian
 Memasang rambu-rambu peringatan pada tempat-tempat tertentu untuk
mengingatkan kepada seluruh pekerja maupun orang lain yang berada di sekitar
tempat pekerjaan
Tabel Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) :

No. Jenis/Tipe Pekerjaan Identifikasi Bahaya Tingkat Resiko

1. Pasangan Batu Kali 1 Pc : 4 Psr Tertimpa batu Sedang

14. Spesifikasi Jabatan Kerja

Tingkat
No Posisi Keahlian Pengalaman Jumlah
Pendidikan

Ahli Madya Manajemen Proyek (602)


1 Manajemen S1 Teknik Sipil Atau Ahli Madya Manajemen Proyek 4 Tahun 1
Proyek
Kontruksi ( MPK.02.005.8)
Ahli Madya Teknik Sumber Daya Air
Manager
2 S1 Teknik Sipil (211) Atau
Teknik 4 Tahun 1
Ahli Madya Bidang Keahlian Teknik
Sumber Daya Air ( SIP.10.002.8)

3 Manager S1 Ekonomi - 3 Tahun 1


Keuangan

Ahli Muda K3 Konstruksi (603) atau


4 Keselamatan S1 Teknik Sipil Ahli Muda K3 Kontruksi ( 3 Tahun 1
Konstruksi
MPK.01.001.7)

Keterangan : bahwa daftar personil untuk persyaratan bartender, untuk persyaratan


berkontrak dapat dilihat pada syarat-syarat khusus kontrak (SSKK)
15. Spesifikasi Peralatan Konstruksi

Nama Status
No Kapasitas Jumlah Kondisi
Peralatan Kepemilikan

1 Excavator
0.9 M3 3 Baik Sewa/Sewa Beli/Milik
(130 - 150 HP)
2 Bulldozer 100 - 215 HP 1 Baik Sewa/Sewa Beli/Milik

3 Vibrator Roller 7 - 10 Ton 1 Baik Sewa/Sewa Beli/Milik

4 Dump Truck 3 – 4 M3 3 Baik Sewa/Sewa Beli/Milik

5 Concrete Mixer 0.3 – 0.6 M3 3 Baik Sewa/Sewa Beli/Milik

6 Water Tank
3000 – 4500 Ltr 1 Baik Sewa/Sewa Beli/Milik
Truck
Keterangan : Semua kapasitas peralatan adalah kapasitas minimal dan maksimal yang
disyaratkan sudah sesuai dengan kebutuhan pada saat pelaksanaan di
lapangan.

16. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan :


Pekerjaan dilaksanakan selama 8 (Delapan) bulan 240 (Dua Ratus Empat Puluh) hari
kelender terhitung sejak di keluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh Satuan
Kerja SNVT. Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Maluku Provinsi Maluku Utara pada
Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi dan Rawa dengan tahapan kontrak (SYC). Adapun
jadwal pelaksanaan pekerjaan adalah sebagai berikut :

Pembangunan dan Peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Tilope


No. Nama Pekerjaan (Tahap II)
1 2 3 4 5 6 7 8

I. Pekerjaan
1 Persiapan x x

Pekerjaan Saluran Pembawa


II. 2 x x x x x x x x
(Primer)
Pekerjaan Saluran Pembawa
III. 3
(Sekunder)
x x x x x x x x

IV. Pekerjaan
4 Bangunan Bagi & Sadap x x x x x x

V. Pekerjaan
5 Bangunan Pelengkap x x x x x
Sistem Manajemen Keselamatan
VI. 6
Kontruksi (SMKK)
x x x x x x x x
17. Tata Cara Pengukuran & Pembayaran
a. Jenis Kontrak Harga Satuan
b. Mata Uang yang digunakan Rupiah
c. Pembayaran dilakukan sistem Termin dari hasil pengukuran bersama atas realisasi
volume pekerjaan
18. Persyaratan Badan Usaha
a. Kualifikasi : Usaha Menengah
b. Klasifikasi : Bangunan Sipil
c. Subklafisikasi :
Kode SBU : SI001
Sub Bidang SBU : Jasa Pelaksana Konstruksi Saluran Air, Pelabuhan, Dam, dan
Prasarana Sumber Daya Air Lainnya
Atau yang telah dikonversi :
Kode SBU : BS004
Sub Bidang SBU : Kontruksi Jaringan Irigasi dan Drainase
KBLI : 42201

19. Kesiapan Lahan :


Status kesiapan lahan pada D.I. Tilope tidak mengalami kendala atau tidak
bermasalah.

Ternate, 17 Januari 2023


PPK Irigasi dan Rawa II
SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Maluku
Provinsi Maluku Utara

Irvan Hamid, ST.,MT.


NIP. 19780524 2009111001

Anda mungkin juga menyukai