A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor: 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air;
b. Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan;
c. Undang-Undang no. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah;
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2008 tentang pengelolaan
Sumber Daya Air;
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota;
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 29/PRT/M/2015
Tentang Rawa;
h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 30/PRT/M/2015
Tentang Pengembangan da Pengelolaan Sistem Irigasi;
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 11/PRT/M/2015
Tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Jaringan Rawa Pasang
Surut;
j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 12/PRT/M/2015
Tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi;
k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 14/PRT/M/2015
Tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi;
l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan No. 33/PRT/M/2015 Tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
m. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 11/PRT/M/2017
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No. 15/PRT/M/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Menteri
Pekerjaan Umum Yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan dilaksanakan
Melalui Dekosentrasi dan Tugas Pembantuan;
n. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 10 Tahun 2021
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
2. Gambaran Umum
Sesuai dengan Undang-undang Nomor : 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air,
Pelaksanaan Pemeliharaan dan Pemeliharaan sistem Irigasi primer dan sekunder menjadi
wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya. Kewenangan dan tanggung jawab tersebut diatur dalam penjelasan pasal 41
ayat (2) : Pembagian Tanggung Jawab Pengelolaan Irigasi Selain Berdasarkan Keberadaan
lokasi jaringan irigasi juga berdasarkan luasannya, yaitu oleh:
1. Pemerintah untuk daerah irigasi dengan luasan areal lebih dari 3.000 Ha atau lintas
provinsi;
2. Pemerintah Provinsi untuk daerah irigasi dengan luasan areal 1.000 Ha sampai dengan
3.000 Ha;
3. Pemerintah Kabupaten untuk daerah irigasi dengan luasan areal di bawah 1.000 Ha.
Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan melaksanakan tugas dan fungsi mendukung
visi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, yaitu Terwujudnya Kemanfaatan Sumber Daya
Air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dari rumusan tersebut
terkandung makna bahwa air sebagai salah satu unsur utama bagi kehidupan dan
penghidupan masyarakat harus dikelola secara berkelanjutan.
Pengelolaan dan Pemanfaatan sumber daya air harus dilaksanakan secara adil dan
merata sehingga setiap individu dalam masyarakat dapat terpenuhi kebutuhannya secara
memadai, baik untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya maupun untuk meningkatkan
ekonominya.
Pengelolaan pemanfaatan sumber daya air dilakukan dengan menggunakan sarana dan
prasarana sumber daya air yang harus di jaga, dioperasikan, dan dipelihara fungsinya agar
dapat dipergunakan secara efektif dan efisien untuk terpenuhinya kecukupan air bagi
sebagian besar masyarakat denga prioritas utama untuk kebutuhan pokok masyarakat dan
pertanian rakyat.
Pembangunan infrastruktur bidang irigasi yang selama ini telah dilaksanakan tidak akan
bertahan lama tanpa didukung oleh kegiatan pemeliharaan yang berkesinambungan.
Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi/Rawa merupakan implementasi Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2019 tentang pengairan, yang bertujuan untuk mengkoordinasikan dan mensinergikan
seluruh komponen kegiatan yang berkaitan dengan pertanian pada umumnya dan irigasi
pada khususnya, sehingga tujuan peningkatan pendapatan petani serta peningkatan produksi
pertanian dalam rangka program ketahanan pangan dapat tercapai.
Namun pada kenyataannya kondisi dan fungsi sarana/prasarana pendukung pertanian
dari tahun ke tahun semakin menurun akibat dari banyaknya kerusakan pada bangunan dan
jaringan irigasi/rawa yang tidak terpelihara dengan baik. Di samping itu, kurangnya peran
serta dan rasa memiliki dari masyarakat petani ataupun masyarakat sekitar terhadap
bangunan dan jaringan irigasi/rawa. Dengan melihat kondisi demikian, maka bangunan dan
jaringan irigasi/rawa perlu dipelihara secara rutin dan berkesinambungan agar fungsi dan
kondisi bangunan dan jaringan dapat bekerja dengan optimal.
B. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
Meningkatkan pemahaman tentang operasi dan pemeliharaan sumber daya air kepada
masyarakat pada umumnya, khususnya kepada para aparat di lingkungan Ditjend. Sumber
Daya Air dan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Menyelesaikan secara tuntas produk dan rancangan produk hukum bidang OP SDA hingga
dapat di pakai acuan BWS/BBWS/SKPD dan masyarakat umum.
Meningkatkan pemahaman strategi pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air
yang efektif, efisien dan akuntabel.
1 2 3 4 5 6
A Pemeliharaan Rutin Jaringan Daerah 260.000.000,- 260.000.000,-
Irigasi Batang Alai; Kalimantan
Selatan; Kab.Hulu Sungai Tengah; 8
km; 230 hektar; F; S; SYC
Total 260.000.000,-
F. PENUTUP
Demikian kerangka acuan kerja ini disusun untuk dilaksanakan pada Tahun Anggaran 202 3
dan akan digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan Pemeliharaan Rutin
Jaringan Daerah Irigasi Batang Alai.
Mengetahui Menyetujui
Kepala Satuan Kerja Pejabat Pembuat Komitmen
Operasi dan Pemeliharaan SDA Kalimantan III Operasi dan Pemeliharaan SDA III