Anda di halaman 1dari 25

SPESIFIKASI TEKNIS

MODERNISASI JARINGAN IRIGASI D.I RENTANG

(SI SINDUPRAJA)

Kementerian : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Unit Eselon : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Balai Besar Wilaya Sungai Cimanuk Cisanggarung

Program : Program Pengelolaan Sumber Daya Air

Hasil (outcome) : 10 Ha

Kegiatan : Pengendalian Banjir, Lahar, Pengelolaan Drainase Utama Per


Kabupaten dan Pengamanan pantai

Indikator Kinerja Kegiatan : Berkurangnya Luas Kawasan yang terkena dampak Banjir dan
sumber air baku bagi keperluan rumah tangga maupun industri.

Jenis Keluaran (output) : Kanal Banjir yng dibangun / ditingkatkan

Volume Keluaran (output) : 15 Km

1. Judul Pekerjaan

Modernisasi Jaringan Irigasi D.I Rentang ( SI Sindupraja)

2. Latar Belakang

a. Dasar Hukum

Pelaksana Kegiatan :

1) Peraturan Presiden Republik Indonesia No.4 Tahun 2015, Tentang Perubahan keempat atas
Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah.

2) Peraturan Pemerintah No. 43/PRT/M/2007, tentang Standart & Pedoman Jasa Konstruksi.

3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat nomor : 31/PRT/M/2015, Tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 Tentang
Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi.

4) Undang – Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.

5) Peraturan Pemerintah Perencanaan Pembangunan Nasional, Kepala BAPPENAS No. 01 Tahun


2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pembangunan Nasional 2010 – 2014.

b. Spesifikasi Teknik

Standar dan pedoman yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan:

1) KP-01 Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi;

2) KP-02 Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama;


3) KP-03 Kriteria Perencanaan Bagian Saluran;

4) KP-04 Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan;

5) KP-05 Kriteria Perencanaan Bagian Petak Tersier;

6) KP-06 Kriteria Perencanaan Bagian Parameter Bangunan;

7) KP-07 Kriteria Perencanaan Bagian Standar Penggambaran;

8) KP-08 Kriteria Perencanaan Bagian Standar Pintu Pengatur Air Irigasi - Perencanaan,
pemasangan, operasi dan pemeliharaan

9) KP-09 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi – Spesifikasi teknis

10) PT-01 Persyaratan Teknis Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi;

11) PT -02 Pengukuran Topografi, Standar Perencanaan Irigasi, Ditjen Air 1986;

12) PT-03 Persyaratan Teknis Bagian Penyelidikan Geoteknik;

13) Standar Nasional Indonesia dan Pedoman Teknis terkait lainnya yang masih berlaku

c. Gambaran Umum

Uraian Singkat

Salah satu pekerjaan rehabilitasi daerah irigasi skala besar yang dilakukan oleh Kementerian
PUPR adalah modernisasi Jaringan Irigasi Rentang di Jawa Barat yang mengairi areal pertanian
seluas 87.840 Ha di tiga kabupaten yakni Kab. Majalengka seluas 1.094 Ha, Kab. Cirebon
seluas 20.571 Ha dan di Kab. Indramayu seluas 66.175 Ha dengan memanfaatkan debit
Sungai Cimanuk yang besar.

Modernisasi Jaringan Irigasi Rentang dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)
Cimanuk Cisanggarung. program modernisasi mendesak dilakukan karena usia sistem irigasi di
wilayah tersebut sudah puluhan tahun sehingga efektivitas pelayanan airnya tidak lagi optimal.

"Modernisasi mencakup sistem pelayanan pintu-pintu air yang nantinya akan menggunakan
mekanikal elektrikal yang dikaitkan dengan sistem telemetri

Pada tahun 2015 Kementerian PUPR telah menyelesaikan pembangunan Bendungan


Jatigede yang mampu menampung aliran Sungai Cimanuk dengan kapasitas 979,5 juta m3.
Sebelum ada Bendungan Jatigede, Sistem Irigasi Rentang mengandalkan pasokan air hujan
yang masuk dari aliran Sungai Cimanuk (river runoff) sehingga pada musim kemarau selalu
defisit air irigasi yang mengakibatkan kekeringan dan puso sawah-sawah produktif.

Selain irigasi, air Sungai Cimanuk juga dimanfaatkan sebagai sumber air baku bagi keperluan
rumah tangga maupun industri. Defisit air pada musim kemarau berpotensi menimbulkan
konflik sosial.

Bendung ini kemudian membagi aliran air Sungai Cimanuk menjadi dua ke Sistem Irigasi
Sindupraja (Intake Kanan) dan Sistem Irigasi Cipelang (Intake Kiri).

Modernisasi yang dilakukan saat ini masih difokuskan pada Sistem Irigasi Sindupraja (Intake
kanan). Pekerjaan perbaikan saluran irigasi yang masif ini diantaranya berupa pembangunan
pintu air, perbaikan syphon bunker, pengerukan saluran, pembangunan turap, peningkatan
jalan inspeksi di sisi saluran sekunder sepanjang 201 km, penyiapan sistem informasi telemetri
dan pembangunan bangunan GP3A (Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air).

3. Relevansi RPJMN/ Renstra/ RKP/ K/L

Kegiatan Meningkatkan dukungan untuk kedaulatan pengan dan ketahanan energi RPJMN yaitu:

Mendukung upaya pencapaian target nasional yang diemban Kementerian PUPR berdasarkan PP
Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja serta amanat RPJMN
Tahap Ketiga, dimana salah satunya adalah mempercepat pembangunan infrastruktur sumber
daya air termasuk sumber daya air domestik untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan
dan kedaulatan energi, guna menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik dalam rangka
kemandirian ekonomi.

Terkait dengan RPJMN yaitu untuk menjamin kedaulatan pangan dan ketahanan energi untuk
mendukung ketahanan nasional yaitu : sasaran meningkatnya kinerja layanan irigasi, peningkatan
layanan jaringan irigasi, pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi permukaan rawa dan
tambak.

4. Maksud dan Tujuan Pekerjaan

Maksud dari pekerjaan adalah Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Rentang sebagai satu sistem utuh
yang meliputi 1 buah bendung, beserta jaringan utama dan bangunan pelengkapnya.

Tujuan dari pekerjaan ini adalah dapat mendistribusikan (penyediaan, pengambilan, pembagian
dan pemberian) air irigasi sesuai kebutuhannya pada petak sawah dan menjamin ketersediaan air
untuk mengairi areal sawah 3.600 Ha. Dengan dibangunnyaJaringan Irigasi D.I. Rentang ini dapat
meningkatkan pola tanam 3x dalam setahun (%).

5. Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen

Nama Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) : ....................................

Satuan Kerja : SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Cimanuk Cisanggarung

6. Ruang Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan ini terdiri atas:

a. Pekerjaan Persiapan

b. Pekerjaan Saluran Pembawa (Sekunder)

c. Pekerjaan Bangunan Bagi & Sadap

d. Pekerjaan Bangunan Pelengkap

e. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Kontruksi

7. Indikator Pencapaian Pekerjaan

a. Indikator output

- 15

b. Indikator outcome

- 10 Ha
8. Lokasi Pelaksanaan Pekerjaan

Lokasi pekerjaan pekerjaan terletak di desa RentangJawa Barat

9. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan :

Pekerjaan Dilaksanakan Selama 10 (Sepuluh) bulan atau 300 (tiga ratus) Hari Kelender terhitung
sejak tanggal mulai kerja yang tercantum dalam SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) sampai dengan
tanggal penyerahan pertama pekerjaan. Adapun Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Adalah Sebagai
Berikut :

Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Rentang D.I (SI Sindupraja)


Nama Pekerjaan TA - 2020

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan Saluran
Sekunder

Pekerjaan Bangunan Bagi


& Sadap

Pekerjaan Bangunan
Pelengkap

Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Kontruksi

10. Rencana Anggaran Biaya :

Biaya pekerjaan ini bersumber dari APBN TA. 2020 dengan nilai Sebesar Rp. 43.465.200.000,00
(Empat Puluh Tiga Milyar Empat Ratus Enam Puluh Lima Juta Dua Ratus Ribu Rupiah)

Apabila dalam dokumen anggaran yang disahkan (DIPA Tahun Anggaran 2020) dananya
tidak tersedia atau tidak cukup tersedia yang akan mengakibatkan dilampauinya batas
anggaran yang tersedia untuk kegiatan tersebut maka; surat perjanjian kerja yang telah
dilaksanakan batal demi hokum dan penyedia baran/jasa tidak dapat menuntut ganti rugi
dalam bentuk apapun.
11. Tata Cara Pembayaran

Pembayaran dilakukan sistem Termin dari hasil pengukuran bersama atas realisasi volume
pekerjaan dan nilai akhir kontrak ditetapkan setelah seluruh pekerjaan diselesaikan, dan jenis
kontrak harga satuan.

12. Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (RK3) Konstruksi

No Jenis / Tipe Pekerjaan Identifikasi Bahaya

 Pekerja tertimbun hasil galian dan


1 Galian Tanah Biasa
terjepit

 Kecelakaan Akibat operasional alat


berat dilokasi pemadatan
2 Timbunan Tanah Biasa dipadatkan
 Gagguan kesehatan akibat debu yang
timbul saat penyiraman

 Kecelakaan Akibat pengaturan lalu


lintas kurang baik

Timbunan Tanah (Borrow) Material  Kecelakaan akibat operasional alat


3
dipadatkan berat di lokasi pemadatan

 Gangguan kesehatan akibat debu yang


timbul saat penyiraman

 Terjatuh

 Terpukul
4 Lining (beton mutu F’c = 14,5 Mpa)
 Tergelincir

 Terkena batu

5 Pasangan Batu kali 1 Pc : 4 Psr  Pekerja Tertimpa Batu

13. Persyaratan Badan Usaha

a. Kualitas menengah

b. Klasifikasi Bangunan Sipil

c. Subklafisikasi Jasa Pelaksana Kontruksi Saluran Air, Pelabuhan, DAM dan Prasarana Sumber
Daya Air Lainnya (SI001
14. Lingkup Pekerjaan Utama :

a. Galian Tanah Biasa

b. Timbunan tanah biasa dipadatkan

c. Timbunan tanah (Borrow Material) dipadatkan

d. Lining(Beton Mutu f’c = 14,5 Mpa)

e. Pasangan batu kali 1 Pc : 4 Psr

15. Lingkup Pekerjaan yang Disubkonkan

a. Siaran 1 Pc : 2 Psr

b. Plesteran 1 Pc : 3 Psr

c. Pembesian

d. Bekisting

e. Pekerjaan Beton f'c = 19,3 Mpa

16. Spesifikasi Bahan Bangunan Konstruksi

a. Semen

Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen portland yang memenuhi
SNI 2049-2015 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Apabila menggunakan bahan tambahan yang
dapat menghasilkan gelembung udara, maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh
lebih dari 5%, dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Adapun semen
yang di gunakan adalah Semen Portland (ASTM C150M)

b. Air

Air (ASTM C1602M) yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula
atau organis. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI
03-6817-2002 Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan. Jika timbul keraguan atas
mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus
diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir dengan memakai air
yang diusulkan dan dengan memakai air suling. Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat
tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan
mortar dengan air suling pada periode perawatan yang sama. Adapun Air yang di gunakan
harus memenuhi Uji Sample Mutu Beton Mutu f'c = 19,3 MPa, Slump (12±2) cm, w/c = 0,58

c. Agregat

1) Ketentuan Agradasi Agregat (SNI 2816-2014)

 Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan, tetapi
bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut harus diuji dan harus
memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan.

 Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat terbesar tidak
lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan
dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor.
2) Sifat-sifat Agregat

 Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari pemecahan
batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir
sungai.

 Agregat harus bebas dari bahan organik.

Adapun yang digunakan adalah agregat normal (ASTM C33M) untuh ukuran maksimal
nominal agregat kasar harus tidak melebihi :

a. 1/5 jarak terkecil antara sisi cetakan

b. 1/3 ketebalan slab

c. 3/4 jarak bersih minimal antara tulangan atau kawat, bundel tulangan, atau tendon
prategang, atau selongsong

d. Besi Beton

Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :

 Ketentuan untuk nilai f’c harus didasarkan pada uji silinder yang dibuat dan diuji
sebagaimana yang di persyaratkan

 Tulangan Polos untuk tulangan Spiral harus memenuhi ASTM A615M, A706M, A955M,
atau A1035M

 Kawat polos untuk tulangan spiral harus memenuhi ASTM A1064M, kecuali untuk kawat
dengan fy melebihi 420 MPa, kuat lelehnya harus diambil sebesar tegangan yang
berhubungan dengan regangan sebesar 0.35 persen

e. Beton

Adapun beton yang digunakan dalam pembuatan plat pelayanan pada pekerjaan
bangunan bagi & sadap dan bangunan pelengkap adalah Beton dengan Mutu f’c = 19,3
Mpa sedangkan beton yang digunakan dalam pembuatan linning pada pekerjaan saluran
pembawa (sekunder) adalah beton dengan mutu f’c = 14,5 Mpa.

Bahan pembuat beton harus dipilih dan dengan proporsi sedemikian rupa sehingga
menghasilkan beton yang kuat, padat, dan tahan terhadap pelapukan dan abrasi.

f. Bangunan Pintu dan Pintu Sorong

1. Bangunan Pintu :

a. Pintu harus dibuat dengan konstruksi las yang sempurna. Daun pintu untuk bagian (sisi)
hulu harus dipotong tepat ukuran. Palang sisi dan horizontal harus diklem kuat pada
permukaan plat sedemikian hingga pada waktu selesai mengelas jarak antara plat dan
batang tidak lebih dari 1 mm. Bagian batang atau palang yang dilas pada daun pintu,
las harus menerus didua sisi, sedemikian hingga tidak ada air yang bocor diantara
bagian bagian tersebut.
b. Pintu harus diserahkan komplit dengan segala kelengkapannya, plat dinding, rangka,
ambang, tangki ulir gear dan material lain yang dibutuhkan. Semua bagian daripada
pintu harus cocok dengan gambar disain.

c. Setelah pemasangan rangka, semua harus ditambat kuat pada bangunan dengan
baut berjangkar, dan semua rongga yang ada antara rangka dan bangunan harus diisi
mortar 1 PC : 3 PS sampai Direksi menganggap cukup.

d. d. Semua pembuatan konstruksi harus sedemikian sehingga pintu bebas dari puntiran,
bengkok dan deformasi lain menurut anggapan Direksi.

e. Pemakaian karet atau bahan lain untuk seals guna perapat pada pintu pintu harus
sesuai dengan yang diijinkan yang mempunyai effectivitas, keawetan sesuai cuaca
Indonesia dan terendam dalam air secara kontinu, dan keterbukaan pada sinar
matahari dimungkinkan pemakaian bahan karet sintetik atau plastik yang memenuhi
persyaratan. Bahan perapat diatas harus sedemikian sehingga mudah dipasang atau
diganti, dan baut baut dipakai harus tahan terhadap korosi.

f. Semua bagian harus dibuat secara presisi sesuai standar Industri untuk memudahkan
perakitan, pemasangan dan pemindahan. Semua dimensi yang ada digambar adalah
minimum. Dalam pembuatan harus dilebihi (ukurannya) secukupnya, sedemikian
hingga tidak ada dimensi yang kurang.

2. Pintu Sorong

a. Pintu sorong dapat dioperasikan dan harus diserahkan lengkap termasuk tangkai, dan
kunci, gear, serta kopling dan lain-lain.

b. Tarikan yang dibutuhkan tidak boleh lebih keras dari 10 kg untuk membuka atau
menutup pintu dan las roda setang harus pada elevasi 0.90 m diatas bangunan atau
platform dimana operator akan berdiri.

c. Tangkai ulir dan gear harus dibuat presisi sangat tepat.

d. Gear harus dari besi tulang atau selubung atau rangka las dilengkapi tutup untuk
pemberian pelumas dari gear

g. Bekisting Beton

a. Bekisting atau cetakan harus digunakan untuk membatasi adukan beton dan
membentuk adukan menurut garis dan permukaan yang diinginkan. Bekisting harus
menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran, batas-batas seperti yang
ditunjukkan dalam gambar kerja.

b. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab penuh atas perencanaan yang memadai
untuk seluruh bekisting. Namun demikian, bila pada bekisting yang menurut Direksi
Pengawas membahayakan atau tidak memadai, maka bekisting tersebut dapat ditolak
oleh Direksi/Pengawas, Penyedia Jasa harus segera membongkar dan memindahkan
bekisting yang ditolak itu dari pekerjaan menggantinya dengan biaya Penyedia Jasa.
c. Konstruksi cetakan harus diperhitungkan terutama untuk konstruksi-konstruksi yang berat,
sehingga cetakan tersebut kuat dan memenuhi syarat untuk bisa menahan bahan yang
diterima.

d. Toleransi yang diizinkan adalah kurang lebih 3 mm untuk garis dan permukaan setelah
penyetelan bekisting yang harus demikian kuat dan kaku terhadap beban adukan
beton yang masih basah dan getaran, terhadap beban konstruksi dan angin, bekisting
harus tetap menurut garis dan permukaan sebelum pelaksanaan pengecoran.

Bahan yang digunakan untuk pekerjaan bakesting menggunakan kayu balok 5x10 cm
sebagai rangka utama dan kayu 5x5 cm sebagai kayu rangka pendukung, untuk penutup
sisi bakesting menggunakan tripleks (multipleks) 9 mm agar saat memasukan beton pada
bakesting tidak mengalami cembung pada sisi bakesting bertujuan agar permukaan
pekerjaan kontruksi memilki kualitas yang lebih rapih dan sempurna.

17. Spesifikasi Peralatan Konstruksi

Nama Merk Status


No Kapasitas Jumlah Kondisi Keterangan
Peralatan dan Tipe Kepemilikan

Milik / Sewa
1 Excavator 130 - 133 Hp 5 Baik dengan perjanjia
beli / Sewa beli

Milik / Sewa
2 Excavator 130 - 150 Hp 2 Baik dengan perjanjia
beli / Sewa beli

Milik / Sewa
3 Vibrator Roller 7,1 ton 2 Baik dengan perjanjia
beli / Sewa beli

Milik / Sewa
4 Dump Truck 3,5 m3 15 Baik dengan perjanjia
beli / Sewa beli

Milik / Sewa
5 Concrete Mixer 0,33 m3 10 Baik dengan perjanjia
beli / Sewa beli

Milik / Sewa
Concrete
6 5,5 Hp 2 Baik dengan perjanjia
Vibrator
beli / Sewa beli

Milik / Sewa
7 Stamper 0,3 ton 2 Baik dengan perjanjia
beli / Sewa beli

Milik / Sewa
Pompa Air dia
8 10 Hp 2 Baik dengan perjanjia
4’
beli / Sewa beli

Milik / Sewa
9 Water Tanker 3000 - 4500 5 Baik dengan perjanjia
beli / Sewa beli
Nama Merk Status
No Kapasitas Jumlah Kondisi Keterangan
Peralatan dan Tipe Kepemilikan

Milik / Sewa
10 Generator Set 100 Kva 2 Baik dengan perjanjia
beli / Sewa beli

Milik / Sewa
11 Mesin Las 300 Amp 1 Baik dengan perjanjia
beli / Sewa beli

18. Spesifikasi Metode Pelaksanaan

A. Pekerjaan Persiapan

1. Mobilisasi dan Demobilisasi Alat

Mobilisasi Alat atau Tenaga dilakukan pada saat kondisi lapangan baik Administrasi maupun
Lokasi sudah memerlukanya sehingga pada saat Alat sudah sampai dilapangan tidak
terjadi kesesuaian yang akan menimbulkan effisiensi, sedangkan untuk Demobilisasi
dilakukan sebaliknya.

2. Bangunan Fasilitas Pekerjaan

Kantor Direksi/Konsultan & Kontraktor, Gudang, Bengkel, Barak Kerja dan Kelengkapanya Untuk
Menjamin kelancaran, ketenangan dan kenyamanan Operasional Pekerjaan maka
Pembuatan kantor Kontraktor, kantor Direksi / Konsultan, Gudang, Bengkel dan Barak
dilakukan pada awal pekerjaan dimulai dengan luas disesuaikan dengan kebutuhan serta
penempatan disesuaikan dengan Site Planning yang telah disepakati.

3. Administrasi Pekerjaan, Dokumentasi, dan lain-lain

 Administrasi pembuatan kontrak, shop drawing dan kelengkapan administrasi lainya


menyangkut pekerjaan yang bersangkutan.

 Dokumentasi pekerjaan menyangkut foto pelaksanaan yang diambil pada kondisi


pelaksanaan sebelum dikerjakan (0%), saat pekerjaan dilaksanakan (±50%) dan setelah
pekerjaan selesai (100%) atau sesuai petunjuk dari Direksi/Pengawas Pekerjaan.

4. Pompanisasi

Untuk mendapatkan kondisi kering tersebut maka diperlukan Pompanisasi atau pengeringan
dengan sistem gravitasi,dimana jumlah pompa akan disesuaikan dengan luas area yang
dikerjakan secara bertahap,Mengingat pelaksanaan konstruksi setelah galian juga dilakukan
secara parsial atau persegmen, sehingga waktu efektif kerja juga akan maksimal
B. Pekerjaan Saluran Pembawa (Sekunder)

1. Pembersihan dan Striping/Kosrekan

Di awal pekerjaan untuk saluran Pembawa akan dilakukan pembersihan lapangan kerja
dari semua tumbuhan, sampah, termasuk pohon/kayu dan semak-semak yang menutupi
rencana trase saluran.

a. Sebelum pelaksanaan land clearing dilakukan pengukuran existing (MC 0%)

b. Pembersihan lahan atau land clearing menggunakan alat Bulldozer.

c. Bulldozer membersihkan semak-semak serta pohon yang boleh ditebang beserta


akar-akarnya.

d. Mengumpulkan hasil pembersihan yang berupa semak dan pohon di tempat yang
sudah ditentukan pihak Direksi, Konsultan.

e. Setelah dilakukan land clearing dilakukan kembali pengukuran untuk menentukan


leveling

Pengupasan (Stripping) terdiri dari pembongkaran dan pembersihan dari semua bahan
organik seperti rumput, lapisan tanah permukaan dan akar-akar tumbuhan dari semua
tonggak pada rencana pembuatan dasar tanggul atau pada lokasi yang akan ditimbun.

a. Sebelum pelaksanaan Stripping dilakukan pengukuran existing (MC 0%)

b. Stripping dilakukan dengan menggunakan alat Bulldozer.

c. Stripping 10-20 cm tanah humus bila diperlukan.

d. Hasil kupasan diangkut ke satu tempat lain yang sudah ditentukan

e. Pengupasan terdiri dari pembongkaran dan pembersihan dari semua bahan organik
seperti misalnya lapisan tanah permukaan dan akar-akar tumbuhan

f. Mengumpulkan hasil pembersihan yang berupa semua bahan organik seperti


misalnya lapisan tanah permukaan dan akar-akar tumbuhan di tempat yang sudah
ditentukan.

2. Galian Tanah Biasa

a. Pengukuran dan pembuatan profil sementara yang terbuat dari papan harus
dilakukan sebelum pekerjaan galian dilaksanakan.

b. Selama pekerjaan galian berlangsung di lokasi-lokasi yang rawan terhadap


genangan air perlu dibuatkan saluran pembuang atau proses dewatering untuk
membebaskan daerah galian dari gangguan air.

c. Pekerjaan galian dilaksanakan hingga mencapai level yang sudah ditentukan


mengacu dari gambar kerja yang sudah disetujui.

d. Pekerjaan galian akan dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara Excavator


untuk menggali dan Dump truck untuk mengangkut hasil galian ke tempat lokasi
pembuangan (disposal area= sekitar area pekerjaan) atau tempat timbunan jika
tanah hasil galian dapat dipakai sebagai bahan timbun sesuai spesifikasi dan
sepengetahuan direksi

3. Timbunan Tanah Biasa Dipadatkan

Selama proses penggalian, tanah dipisahkan langsung dan ditumpuk pada suatu tempat .
material yang layak / bisa dipakai untuk timbunan dan material yang tidak layak. Material
yang layak selanjutnya akan dipakai untuk timbunan.

a. Excavator memuat ke dalam Dump Truck

b. Dump Truck mengangkut ke lapangan

c. Material dihampar dengan menggunakan BullDozer

d. Hamparan material disiram air dengan Watertank (sebelum pelaksanaan


pemadatan) dan dipadatkan dengan menggunakan Vibrator Roller

4. Timbunan Tanah (Borrow Material) di Padatkan

Bila material dari bahan galian tidak mencukupi dan / atau kualitas bahan dari galian tidak
memenuhi syarat teknis untuk timbunan maka diupayakan mengambil bahan timbunan dari
borrow.

• Material yang didatangkan dari borrow area dihampar dengan menggunakan Buldozer

• Hamparan material disiram air dengan Water Tank Truck (sebelum pelaksanaan
pemadatan)

• dan dipadatkan dengan menggunakan Vibro Roller

5. Gembalan Rumput

• Material gebalan rumput harus sesuai dengan spesifikasi dalam dokumen lelang.

• Permukaan yang akan dipasang gebalan rumput dirapikan kemudian disiram dengan
air

• Selanjutnya dilakukan pemasangan gebalan rumput pada lokasi pekerjaan dengan


tenaga manusia.

• Pada tebing saluran gebalan rumput dipasang dengan bantuan cerucut bambu agar
supaya posisi gebalan rumput stabil.

6. Lining (Beton Mutu f’c = 14,5 Mpa)

Metode pelaksanaan pengecoran linning beton 1Pc : 2Kr : 3Psr dengan sistim papan catur,
Pelaksanaan pengecoran dimulai dari pekerjaan pengecoran lantai dasar secara
memanjang, sedangkan pekerjaan dinding dikerjakan secara selang – seling / papan catur
dengan ukuran segmen sesuai gambar kerja, dengan ketebalan pengecoran adalah
10cm. Pelaksanaan diselesaikan dengan tuntas dalam satu hari, sehingga tidak ada
pekerjaan linning yang tidak selesai tiap segmennya.
7. Pasangan Batu Kali 1 Pc : 4 Psr

• Lakukan dan periksa perataan yang meliputl penyediaan batu, pasir dan air di Iokasi
kerja, kelengkapan peralatan dan alat bantu seperti kotak penampung adukan,
penampung air, plastik pelindung hujan, tukang batu dan buruh pembantu, tenaga dan
sarana pengangkutan adukan

• Dalam kotak dan hamparkan, serta ratakan pasir setebal 5-10 cm sebagai lantai kerja.

• Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan dari lumpur atau tanah yang melekat serta
basahi dengan air agar ikatan dengan adukan menjadi kuat

• Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan adukan setebal 3 -


5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan dengan jarak 2-3 cm (tidak
bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar terikat kuat dengan adukan.

8. Siaran 1 Pc : 2 Psr

• Sebelum pekerjaan siaran dimulai semua bidang sambungan diantara batu muka
harus dikorek sebelum ditutup dengan adukan. Permukaan harus dibersihkan.

• Adukan spesi untuk siaran harus memakai adukan 1 PC : 2 PSR

• Kemudian ditambahkan air yang cukup untuk satu campuran yang baik dan
pencampuran berlanjut selama 5-10 menit sampai didapatkan satu adukan dan
kekentalan yang diminta.

• Adukan harus diproduksi dalam volume yang cukup untuk pemakaian segera dan
tambahan dapat diberikan (di dalam jangka waktu 30 menit dari waktu pencampuran).
Akan tetapi adukan yang tidak digunakan di dalam 45 menit sesudah pencampuran
harus dibuang.

Penempatan (pemasangan)

• Permukaan yang menerima adukan harus dibersihkan dari setiap bahan lepas, lumpur
atau benda-benda lain yang harus dibuang dan kemudian dibasahi dengan air
sebelum adukan tersebut dipasang.

• Bilamana digunakan sebagai permukaan jadi (selesai) adukan tersebut harus dipasang
di atas permukaan yang basah dan bersih dalam ketebalan yang cukup untuk
menyediakan satu lapisan pelindung permukaan setebal 1,5 cm dan harus dikulir
sampai satu permukaan yang halus dan rata.

9. Plesteran 1 Pc : 3 Psr

• Material yang dipakai adalah pasir, semen, dan air. Pasir dibersihkan dari semua kotoran,
air yang dipakai adalah air dari sumber air tanah.

• Pekerja menyiapkan spesi dengan perbandingan 1 semen : 3 pasir, spesi diaduk


dengan molen untuk mendapatkan hasil yang homogen.

• Spesi dibawa ke tempat pasang plesteran dimana tukang dan pembantu tukang sudah
siap ditempat.
• Sebelum plesteran dipasang terlebih dahulu semua permukaan yang akan diplester
dibersihkan. Apabila bidang yang akan diplester terlalu kering maka terlebih dahulu
permukaan dibasahi menggunakan air bersih untuk mendapatkan ikatan yang kuat
antara spesi lama dengan spesi baru.

• Pekerjaan plesteran dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan dihaluskan
dengan air semen.

• Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran yang sudah selesai
karena susut0020pengerasan, maka permukaan plesteran yang sudah selesai harus
dibasahi dengan air selama 7 hari berturut-turut.

• Plesteran dibentuk sesuai gambar kerja atau sesuai petunjuk Direksi pekerjaan dan
dirapikan sehingga terlihat bagus. Semua spesi yang jatuh atau tidak menempel
dibersihkan dan dibuang.

10. Jalan Inspeksi

Jalan inspeksi dibuat selain untuk jalur inspeksi juga akan berfungsi sebagai jalan umum
sehingga kekuatan dari jalan ini juga harus benar-benar sesuai dengan kekuatan yang
direncanakan. Pekerjaan utama pada konstruksi untuk jalan inspeksi pada umumnya
adalah sebagai berikut :

• Timbunan untuk badan jalan

• Lapis tanah dasar

• Lapisan pondasi Sub base klas C

C. PEKERJAAN BANGUNAN BAGI & SADAP

1. Galian Tanah Biasa

• Pengukuran dan pembuatan profil sementara yang terbuat dari papan harus
dilakukan sebelum pekerjaan galian dilaksanakan.

• Selama pekerjaan galian berlangsung di lokasi-lokasi yang rawan terhadap


genangan air perlu dibuatkan saluran pembuang atau proses dewatering untuk
membebaskan daerah galian dari gangguan air.

• Pekerjaan galian dilaksanakan hingga mencapai level yang sudah ditentukan


mengacu dari gambar kerja yang sudah disetujui.

• Pekerjaan galian akan dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara Excavator


untuk menggali dan Dump truck untuk mengangkut hasil galian ke tempat lokasi

pembuangan (disposal area= sekitar area pekerjaan) atau tempat timbunan jika tanah hasil
galian dapat dipakai sebagai bahan timbun sesuai spesifikasi dan sepengetahuan direksi
2. Timbunan Tanah Biasa Dipadatkan

Selama proses penggalian tanah ( deposit ) dipisahkan langsung dan ditumpuk pada
suatu tempat . material yang layak / bisa dipakai untuk timbunan dan material yang tidak
layak. Material yang layak selanjutnya akan dipakai untuk timbunan.

3. Timbunan Tanah (Borrow Material) Dipadatkan

Bila material dari bahan galian tidak mencukupi dan / atau kualitas bahan dari galian
tidak memenuhi syarat teknis untuk timbunan maka diupayakan mengambil bahan
timbunan dari borrow.

• Material yang didatangkan dari borrow area dihampar dengan menggunakan


Buldozer

• Hamparan material disiram air dengan Water Tank Truck (sebelum pelaksanaan
pemadatan)

• Dan dipadatkan dengan menggunakan Vibro Roller.

4. Pasangan Batu 1 PC : 4 Psr

• Sebelum Pasangan Batu dilaksanakan, pastikan Batu harus bersih dari kotoran.

• Pasangan batu harus mengikuti bouplank yang telah disiapkan.

• Material diaduk dekat dengan lokasi pemasangan.

• Campuran spesi diisi pada rongga-rongga pasangan batu

• Alat yang digunakan dalam pekerjaan ini antara lain concrete mixer dan alat bantu
manual

5. Siaran 1 Pc : 2 Psr

• Sebelum pekerjaan siaran dimulai semua bidang sambungan diantara batu muka
harus dikorek sebelum ditutup dengan adukan. Permukaan harus dibersihkan.

• Adukan spesi untuk siaran harus memakai adukan 1 PC : 2 PSR

• Kemudian ditambahkan air yang cukup untuk satu campuran yang baik dan
pencampuran berlanjut selama 5-10 menit sampai didapatkan satu adukan dan
kekentalan yang diminta.

• Adukan harus diproduksi dalam volume yang cukup untuk pemakaian segera dan
tambahan dapat diberikan (di dalam jangka waktu 30 menit dari waktu
pencampuran). Akan tetapi adukan yang tidak digunakan di dalam 45 menit sesudah
pencampuran harus dibuang.

Penempatan (pemasangan)

• Permukaan yang menerima adukan harus dibersihkan dari setiap bahan lepas, lumpur
atau benda-benda lain yang harus dibuang dan kemudian dibasahi dengan air
sebelum adukan tersebut dipasang.
• Bilamana digunakan sebagai permukaan jadi (selesai) adukan tersebut harus
dipasang di atas permukaan yang basah dan bersih dalam ketebalan yang cukup
untuk menyediakan satu lapisan pelindung permukaan setebal 1,5 cm dan harus
dikulir sampai satu permukaan yang halus dan rata.

6. Plesteran 1 Pc : 3 Psr

• aterial yang dipakai adalah pasir, semen, dan air. Pasir dibersihkan dari semua
kotoran, air yang dipakai adalah air dari sumber air tanah.

• Pekerja menyiapkan spesi dengan perbandingan 1 semen : 3 pasir, spesi diaduk


dengan molen untuk mendapatkan hasil yang homogen.

• Spesi dibawa ke tempat pasang plesteran dimana tukang dan pembantu tukang
sudah siap ditempat.

• Sebelum plesteran dipasang terlebih dahulu semua permukaan yang akan diplester
dibersihkan. Apabila bidang yang akan diplester terlalu kering maka terlebih dahulu
permukaan dibasahi menggunakan air bersih untuk mendapatkan ikatan yang kuat
antara spesi lama dengan spesi baru.

• Pekerjaan plesteran dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan


dihaluskan dengan air semen.

• Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran yang sudah selesai
karena susut, maka permukaan plesteran yang sudah selesai harus dibasahi dengan
air selama 7 hari berturut-turut.

• Plesteran dibentuk sesuai gambar kerja atau sesuai petunjuk Direksi pekerjaan dan
dirapikan sehingga terlihat bagus. Semua spesi yang jatuh atau tidak menempel
dibersihkan dan dibuang.

7. Beton Mutu f’c 19,3 Mpa

Pekerjaan Beton Bertulang f’c = 19.3 Mpa,adalah beton yang dicor pada lokasi bangunan
dengan dimensi sesuai pada gambar. Pekerjaan beton dilakukan insitu dengan
menggunakan bekisting kayu. Pengadaan beton akan diproduksi di tempat dimana
konstruksi akan dikerjakan. Pengecoran dilakukan dengan concrete mixer, sedangkan
pemadatan adukan dengan vibrator beton.

8. Bekisting/Cetakan Untuk Beton

• bekisting harus didesain cukup kuat menahan beban yang akan terjadi termasuk
beban pada waktu pengecoran dan beban hidup orang yang bekerja diatasnya.

• Bahan pembuat bekisting dipilih dari bahan yang tahan terhadap pengaruh material
beton dan getaran sehingga mempunyai keawetan.

• Menentukan As dan elevasi yang ditentukan dala gamber kerja.

• membuat panel bekisting, membuat dan memotong bahan bekisting berupa


papan, balok dan multipleks.
• Memasang perancah pada jalur As

• Memasang panel bekisting sesuai gambar kerja

• Mengecek kelurusan panel bekisting.

9. Pembesian Beton

Besi beton untuk pekerjaan beton dilaksanakan dengan urut-urutan sebagai berikut :

1. Sebelum penggunaan besi beton untuk penulangan pada konstruksi maka harus
dilakukan :

• Pengajuan persetujuan penggunaan besi beton

• Pengajuan jadwal pengadaan besi beton

• Pengajuan rencana stock pile besi beton

• Persiapan alat bar bender dan bar cutter

• Gambar kerja dan bestaag (bar list)

2. Setelah mendapat persetujuan dari Direksi selanjutnya dilakukan pemesanan besi beton
kepada supplier.

3. Pengangkutan besi dari gudang supplier menuju lokasi dilakukan dengan trailer.
Diperhatikan tata cara pemuatan dan pengikatan agar tidak mengganggu peraturan
lalu-lintas.

4. Besi disimpan di stock area dengan memperhatikan tata cara perlindungan besi beton
terhadap pengaruh cuaca dan lingkungan.

5. Setelah mendapat persetujuan Direksi, berdasarkan gambar kerja, besi beton difabrikasi
di stock yard.

6. Pengangkutan hasil fabrikasi dilakukan dengan dump truck dengan bak belakang tinggi

7. Pemasangan besi beton pada lokasi kerja harus memperhatikan :

• Kesesuaian ukuran dan bentuk besi beton dengan bar-list

• Kesiapan bekisting

• Kebersihan lokasi

• Gambar kerja yang telah disetujui

• Tata cara potong bengkok dan ikatan.

8. Pengajuan pemeriksaan kepada Direksi hasil penulangan (pemasangan besi beton)


untuk mendapat persetujuan dari Direksi hingga penulangan dinyatakan memuaskan.
10. Pintu Sorong

Daun pintu untuk bagian (sisi) hulu harus dipotong tepat ukuran. Palang sisi dan horizontal
harus di lem kuat pada permukaan plat sedemikian hingga pada waktu selesai mengelas
jarak antara plat dan batang tidak lebih dari 1 mm. Bagian batang/palang yang dilas pada
daun pintu, las harus menerus didua sisi, sedemikian hingga tidak ada air yang bocor
diantara bagian-bagian tersebut.

Pintu harus diserahkan komplit dengan segala kelengkapannya, plat dinding, rangka,
ambang, tangkai ulir gear dan alaterial lain yang dibutuhkan. Semua bagian dari pada pintu
harus cocok dengan gambar kontrak/standar.

Setelah pemasangan rangka, semua harus ditambat kuat pada bangunan dengan baut
berjangkar dari semua rongga yang ada antara rangka dan bangunan harus diisi mortar
dengan spesi 1 PC : 3 Psr.

Semua pembuatan konstruksi pintu harus sesuai dengan rencana sedemikian sehingga
pintu bebas dari puntiran, bengkok dan deformasi lain.

Pengadaan pintu termasuk pelumasan pada bagian-bagian pintu yang harus diberi
pelumasan, agar operasional pintu sesuai dengan fungsinya

11. Peilschaal

Setelah bangunan telah selesai di kerjakan, maka dilanjutkan dengan pemasangan


peilschaal (Papan Duga) untuk mengetahui ketinggian air. Pekerjaan pemasangan
peilschaal akan dilakukan di titik-titik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

12. Nomenklatur Bangunan

Nomenklatur bangunan dipasang sebagai penanda nama bangunan disesuaikan dengan


lokasi dan fungsi bangunan. Metode pelaksanaan;

• omenklatur dibuat shop drawing-nya dan disetujui oleh Direksi.

• Nomenklatur dicetak sesuai dengan nama bangunan, fungsi bangunan, disertai


dengan logo pemilik pekerjaan.

• Nomenklatur dipasang di bangunan yang sudah jadi. Pemasangan nomenklatur


harus sesuai dengan lokasi bangunan pada skema jaringan nomenklatur.

• Setelah nomenklatur terpasang diberi finishing cat pada nomenklatur bangunan.


D. PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP

1. Galian Tanah Biasa

a. Pengukuran dan pembuatan profil sementara yang terbuat dari papan harus
dilakukan sebelum pekerjaan galian dilaksanakan.

b. Selama pekerjaan galian berlangsung di lokasi-lokasi yang rawan terhadap


genangan air perlu dibuatkan saluran pembuang atau proses dewatering untuk
membebaskan daerah galian dari gangguan air.

c. Pekerjaan galian dilaksanakan hingga mencapai level yang sudah ditentukan


mengacu dari gambar kerja yang sudah disetujui.

d. Pekerjaan galian akan dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara Excavator


untuk menggali dan Dump truck untuk mengangkut hasil galian ke tempat lokasi

2. Timbunan Tanah Biasa Dipadatkan

Selama proses penggalian tanah ( deposit ) dipisahkan langsung dan ditumpuk pada suatu
tempat. material yang layak/bisa dipakai untuk timbunan dan material yang tidak layak.
Material yang layak selanjutnya akan dipakai untuk timbunan.

a. Excavator memuat ke dalam Dump Truck

b. Dump Truck mengangkut ke lapangan

c. Material dihampar dengan menggunakan BullDozer

d. Hamparan material disiram air dengan Watertank Truck (sebelum pelaksanaan


pemadatan) dan dipadatkan dengan menggunakan Vibro Roller

3. Pasangan Batu 1 Pc : 4 Psr

a. Sebelum Pasangan Batu dilaksanakan, pastikan Batu harus bersih dari kotoran.

b. Pasangan batu harus mengikuti bouplank yang telah disiapkan.

c. Material diaduk dekat dengan lokasi pemasangan.

d. Campuran spesi diisi pada rongga-rongga pasangan batu

e. Alat yang digunakan dalam pekerjaan ini antara lain concrete mixer dan alat bantu
manual.

4. Plestran 1 PC : 3 Psr

a. Adukan spesi untuk siaran harus memakai adukan 1 PC : 3 Psr.

b. Tambahkan air saat mengaduk campuran.

c. Permukaan yang menerima adukan harus dibersihkan.

d. Pekerjaan plesteran dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan


dihaluskan dengan air semen.
e. Plesteran dibentuk sesuai gambar kerja atau sesuai petunjuk Direksi pekerjaan dan
dirapikan sehingga terlihat bagus.

f. Semua spesi yang jatuh atau tidak menempel dibersihkan dan dibuang.

g. Pekerjaan plesteran menggunakan alat bantu manual

5. Pembesian Beton

Besi beton untuk pekerjaan beton dilaksanakan dengan urut-urutan sebagai berikut :

1. Sebelum penggunaan besi beton untuk penulangan pada konstruksi maka harus
dilakukan :

a. Pengajuan persetujuan penggunaan besi beton

b. Pengajuan jadwal pengadaan besi beton

c. Pengajuan rencana stock pile besi beton

d. Persiapan alat bar bender dan bar cutter

e. Gambar kerja dan bestaag (bar list)

2. Setelah mendapat persetujuan dari Direksi selanjutnya dilakukan pemesanan besi beton
kepada supplier.

3. Pengangkutan besi dari gudang supplier menuju lokasi dilakukan dengan trailer.
Diperhatikan tata cara pemuatan dan pengikatan agar tidak mengganggu peraturan
lalu-lintas.

4. Besi disimpan di stock area dengan memperhatikan tata cara perlindungan besi beton
terhadap pengaruh cuaca dan lingkungan.

5. Setelah mendapat persetujuan Direksi, berdasarkan gambar kerja, besi beton difabrikasi
di stock yard.

6. Pengangkutan hasil fabrikasi dilakukan dengan dump truck dengan bak belakang tinggi

7. Pemasangan besi beton pada lokasi kerja harus memperhatikan :

a. Kesesuaian ukuran dan bentuk besi beton dengan bar-list

b. Kesiapan bekisting

c. Kebersihan lokasi

d. Gambar kerja yang telah disetujui

e. Tata cara potong bengkok dan ikatan.

8. Pengajuan pemeriksaan kepada Direksi hasil penulangan (pemasangan besi beton)


untuk mendapat persetujuan dari Direksi hingga penulangan dinyatakan memuaskan
6. Beton Mutu f’c 19,3 Mpa

Pekerjaan Beton Bertulang f’c = 19.3 Mpa,adalah beton yang dicor pada lokasi bangunan
dengan dimensi sesuai pada gambar. Pekerjaan beton dilakukan insitu dengan
menggunakan bekisting kayu. Pengadaan beton akan diproduksi di tempat dimana
konstruksi akan dikerjakan. Pengecoran dilakukan dengan concrete mixer, sedangkan
pemadatan adukan dengan vibrator beton.

7. Bekisting/Cetakan Untuk Beton

1. bekisting harus didesain cukup kuat menahan beban yang akan terjadi termasuk beban
pada waktu pengecoran dan beban hidup orang yang bekerja diatasnya.

2. Bahan pembuat bekisting dipilih dari bahan yang tahan terhadap pengaruh material
beton dan getaran sehingga mempunyai keawetan.

3. Menentukan As dan elevasi yang ditentukan dala gamber kerja.

4. membuat panel bekisting, membuat dan memotong bahan bekisting berupa papan,
balok dan multipleks.

5. Memasang perancah pada jalur As

6. Memasang panel bekisting sesuai gambar kerja

7. mengecek kelurusan panel bekisting.

8. Pembesian Beton

Besi beton untuk pekerjaan beton dilaksanakan dengan urut-urutan sebagai berikut :

1. Sebelum penggunaan besi beton untuk penulangan pada konstruksi maka harus
dilakukan :

• Pengajuan persetujuan penggunaan besi beton

• Pengajuan jadwal pengadaan besi beton

• Pengajuan rencana stock pile besi beton

• Persiapan alat bar bender dan bar cutter

• Gambar kerja dan bestaag (bar list)

2. Setelah mendapat persetujuan dari Direksi selanjutnya dilakukan pemesanan besi beton
kepada supplier.

3. Pengangkutan besi dari gudang supplier menuju lokasi dilakukan dengan trailer.
Diperhatikan tata cara pemuatan dan pengikatan agar tidak mengganggu peraturan
lalu-lintas.

4. Besi disimpan di stock area dengan memperhatikan tata cara perlindungan besi beton
terhadap pengaruh cuaca dan lingkungan.
5. Setelah mendapat persetujuan Direksi, berdasarkan gambar kerja, besi beton difabrikasi di
stock yard.

6. Pengangkutan hasil fabrikasi dilakukan dengan dump truck dengan bak belakang tinggi

7. Pemasangan besi beton pada lokasi kerja harus memperhatikan :

• Kesesuaian ukuran dan bentuk besi beton dengan bar-list

• Kesiapan bekisting

• Kebersihan lokasi

• Gambar kerja yang telah disetujui

• Tata cara potong bengkok dan ikatan.

8. Pengajuan pemeriksaan kepada Direksi hasil penulangan (pemasangan besi beton)


untuk mendapat persetujuan dari Direksi hingga penulangan dinyatakan memuaskan

9. Peilschaal

Setelah bangunan telah selesai di kerjakan, maka dilanjutkan dengan pemasangan


peilschaal (Papan Duga) untuk mengetahui ketinggian air. Pekerjaan pemasangan
peilschaal akan dilakukan di titik-titik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

10. Nomenklatur Bangunan

Nomenklatur bangunan dipasang sebagai penanda nama bangunan disesuaikan dengan


lokasi dan fungsi bangunan. Metode pelaksanaan;

• Nomenklatur dibuat shop drawing-nya dan disetujui oleh Direksi.

• Nomenklatur dicetak sesuai dengan nama bangunan, fungsi bangunan, disertai


dengan logo pemilik pekerjaan.

• Nomenklatur dipasang di bangunan yang sudah jadi. Pemasangan nomenklatur


harus sesuai dengan lokasi bangunan pada skema jaringan nomenklatur.

• Setelah nomenklatur terpasang diberi finishing cat pada nomenklatur bangunan.


E. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONTRUKSI

K3 Konstruksi diawali dengan melakukan analisis HIRARC (identifikasi bahaya yang mungkin
timbul) yang terdiri dari analisa nilai resiko, maupun merencanakan cara pengendaliannya
sehingga resiko terjadinya kecelakaan semakin diperkecil. Beberapa hal yang dilakukan
sebagai kontrol terhadap upaya tersebut antara lain :

Mewajibkan pekerja menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) standar dalam bekerja, yaitu

• Wajib menggunakan helm pengaman kepala

• Wajib menggunakan sarung tangan

• Wajib menggunakan sepatu safety

• Wajib menggunakan kacamata pengaman untuk pekerjaan las

• Wajib menggunakan sabuk pengaman (safety belt) untuk pekerja di ketinggian

• Memasang rambu-rambu peringatan pada tempat-tempat tertentu untuk mengingatkan


kepada

19. Spesifikasi Jabatan Kerja

Tingkat Pengalaman Sertifikat


Jabatan dalam Kode Jumlah
No Pendidikan / Kerja Sesuai Kompetensi
pekerjaan ini SKA Personil
Ijazah Jabatan (thn) Kerja

SKA Ahli Madya


S1 Teknik
1 Manager Proyek 5 Tahun Manajemen 602 1
Sipil
Proyek

S1 Teknik SKA Ahli Muda


2 Manager Teknik 3 Tahun 211 1
Sipil Teknik SDA

3 Manager Keuangan S1 Ekonomi 3 Tahun - - 1

S1 Teknik SKA Ahli Muda


4 Ahli K3 3 Tahun 603 1
Sipil K3 Kontruksi

20. DOKUMEN STUDI KELAYAKAN PEKERJAAN (DSKP)

1. Kajian Teknis

Paket Pekerjaan ini merupakan upaya untuk meningkatkan kembali produksi padi menjadi 2x
tanam dalam setahun serta pengembalian fungsi saluran Irigasi D.I Rentang (3.600 Ha)..
Sungai Rentangtermasuk dalam kewenangan Balai Wilayah Sungai dan telah dimanfaatkan
sebagai sumber air irigasi untuk masyarakat petani disekitar daerah irigasi D.I Rentang.

Faktor teknis yang mendukung pelaksanaan pekerjaan antara lain :

• Akses mudah

• Ketersediaan tenaga

• Kondisi topografi yang ideal

Kajian desain atau studi yang pernah dilakukan antara lain:

1. Review Desain D.I Rentang (Pumlanga-Patlean) 4.603 Ha Kab. Halmahera Timur (Tahun
2018)

2. Revisi AMDAL Bendung Dan Jaringan Irigasi D.I Rentang 3.600 Ha (Tahun 2018)

2. Kajian Potensi Pemanfaatan

kajian pemanfaatan hasil dari pembangunan pekerjaan diutamakan untuk memenuhi


kebutuhan masyarakat akan air serta untuk meningkatkan produksi tanaman pangan,
dengan dilaksanakannya pekerjaan ini maka kegiatan produktif dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi diharapkan berjalan dengan lancar.

3. Kajian Lingkungan dan sosial

Untuk menyampaikan dampak pembangunan pekerjaan secara langsung dan


penanganan dampak yang terjadi.

Kegiatan ini memiliki dampak lingkungan dan sosial serta upaya penanganannya sebagai
berikut:

Dampak positif:

• Meningkatkan taraf hidup masyarakat;

• Memperbaiki kondisi lingkungan.

Dampak Negatif :

• Kerusakan jalan umum akibat mobilisasi peralatan pekerjaan, dapat ditangani dengan
perbaikan jalan pasca konstruksi dan sosialisasi mayarakat pada saat pra konstruksi

• Suara kebisingan saat pelaksanaan konstruksi, dapat ditangani dengan mengatur jadwal
pelaksanaan item pekerjaan tertentu sesuai jam rutinitas masyarakat.

• Kerusakan tanaman di sekitar lokasi pekerjaan, dapat ditangani dengan penanaman


kembali saat masa pasca konstruksi.

4. Kajian Resiko

Kajian resiko dilakukan dengan menganalisa kemungkinan faktor-faktor yang dapat


menghambat pelaksanaan pekerjaan beserta dengan upaya penanganannya. Beberapa
faktor yang menjadi resiko dalam pelaksanaan pekerjaan, antara lain:
• Penerimaan masyarakat setempat terhadap pelaksanaan pekerjaan. Alternatif
penanganannya dilakukan Pertemuan Konsultasi Masyarakat dengan melibatkan seluruh
tokoh masyarakat.

• Resiko teknis, misalnya keterlambatan ketersediaan alat berat dan material, ketersediaan
tenaga kerja, kerusakan alat, dll. Alternatif penanganannya dengan menyusun jadwal
pekerjaan dengan rinci dan melakukan kesepakatan dengan penyedia alat dan material
(supplier).

5. Kesiapan Lahan :

Status kesiapan lahan pada D.I Rentang tidak mengalami kendala atau tidak bermasalah.

................, 19 Desember 2019

Penanggung Jawab Usulan

SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Cimanuk


Cisanggarung

........................................................

NIP. .......................

Anda mungkin juga menyukai