Anda di halaman 1dari 31

MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan pesatnya laju perkembangan pembangunan konstruksi di Indonesia,
maka peranan pengendalian resiko kecelakaan kerja dirasakan menjadi semakin
penting. Namun pada kenyataannya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara umum masih sering terabaikan. Hal ini
ditunjukan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja yang terjadi. Proyek
konstruksi memiliki sifat yang khas, antara lain tempat kerjanya di ruang terbuka
yang dipengaruhi cuaca, jangka waktu pekerjaan terbatas, menggunakan pekerja
yang belum terlatih, menggunakan peralatan kerja yang membahayakan
keselamatan dan kesehataan kerja dan pekerjaan yang banyak mengeluarkan
tenaga.

Berdasarkan sifat-sifat unik itu pula, maka sektor jasa kontruksi mempunyai resiko
biaya kecelakaan fatal. Untuk mencegah kecelakaan kerja, diperlukan suatu Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang mengatur dan dapat
menjadi acuan bagi konsultan, kontraktor dan para pekerja kontruksi. SMK3
merupakan bagian yang tidak terpisah dari sistem perlindungan tenaga kerja dan
bagi pekerjaan jasa konstruksi dapat meminimalisasi dan menghindarkan diri dari
resiko kerugian moral maupun material, kehilangan jam kerja, maupun
keselamatan manusia dan lingkungan sekitarnya yang nantinya dapat menunjang
peningkatan kinerja yang efektif dan efisien dalam proses pembangunan.

Proyek pembangunan konstruksi di Provinsi Banten merupakan salah satu proyek


konstruksi yang memiliki resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Salah satu
penyebabnya penggunaan alat-alat berat dan mesin-mesin canggih yang
memerlukan keahlian untuk menggunakannya dengan benar. Oleh sebab itu perlu
diadakan penelitian tentang evaluasi penerapan SMK3 pada proyek tersebut
sehingga kecelakaan kerja bisa dapat dikurangi atau ditekan sekecil-kecilnya.

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan dengan sebaik-


baiknya diharapkan akan memberi iklim keamanan dan ketenangan kerja, sehingga
sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Pelaksanaan Kegiatan Monitrong Penyelenggaran Jasa Konstruksi Pada Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Di Provinsi Banten
sebagai wujud pembinaan Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang kepada Badan Usaha Jasa Konstruksi sesuai dengan
yang di amanatkan Undang-undang Nomor 02 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi , Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Pembinaan
Penyelenggaraan jasa Konstruksi dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi serta melaksanakan tugas pokok
seksi Pengawasan Jasa Konstruksi yang dilaksanakan dengan baik, handal,
terpercaya dan berkelanjutan. Adapun Maksud dari kegiatan Monitoring ini
adalah sebagai berikut :
a. Monitoring terhadap penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
proyek konstruksi di Provinsi Banten.
b. Memberikan dasar objektif bagi pemerintah Daerah dalam menetapkan
program ataupun kebijakan strategis yang bermanfaat bagi masyarakat Jasa
Konstruksi.
c. Menjalankan Tugas dan Wewenang seksi Pengawasan Jasa Konstruksi yang
tergabung dalam Tim Monitoring secara sinergi mewujudkan pembinaan
terhadap penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK 3) pada proyek konstruksi di Provinsi Banten.
1.2.2 Tujuan
Dengan melaksanakan Monitoring Penyelenggaran Jasa Konstruksi Pada
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Di
Provinsi Banten pada proyek konstruksi dapat meningkatkan Pembinaan terhadap
pelaksanaan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

(SMK3) pada proyek konstruksi di Provinsi Banten dalam upaya meminimalkan


resiko kecelakaan kerja konstruksi dengan menganalisa penerapan pedoman
pengendalian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
1.3 Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah menganalisa bagaimana penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Provinsi Banten serta pedoman
pengendalian penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
melalui identifikasi, inventarisasi dan klasifikasi data dan informasi mengenai
kinerja penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Proyek Konstruksi di Provinsi Banten sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
1.4 Dasar Hukum
Adapun dasar hukum kegiatan Monitoring Penyelenggaraan Jasa Konstruksi pada
penarapan SMK3 ini adalah :
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, (Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
2. Undang-undang RI Nomor 02 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 11, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6018);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang / Jasa
Pemerintah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang- Undang Nomor 2 Tahun 20l7 Tentang Jasa Konstruksi.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksana
Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 02 Tahun 2017 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang No 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6494);

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

7. Permen PUPR No.10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem


Manajemen Keselamatan Konstruksi.
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum
9. Peraturan Pemerintah No 5 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 09 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
11. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum KEP.
174 MEN 1986 No 104 KPTS 1986 Tentang K3 di Tempat Kegiatan Konstruksi.
12. Permenakertrans No 1 Tahun 1980 Tentang K3 pada Konstruksi Bangunan.
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2015 tentang
organisasi dan tata kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 16).
14. Peraturaan Daerah Provinsi Banten Nomor 03 Tahun 2021
Pengelolaan Keuangan Daerah;
15. Peraturan Daerah Provinsi Banten No 04 Tahun 2011 tentang Pembinaan Jasa
Konstruksi;
16. Peraturan Gubernur Nomor 03 Tahun 2021 Pedoman Penerapan Standar
Pelayanan Minimal.
17. Peraturan Gubernur Banten Nomor 8 Tahun 2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Gubernur Banten Nomor 1 Tahun 2021 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Banten Tahun
Anggaran 2021
1.5 Ruang Lingkup kegiatan
1. Membantu dalam hal penyusun laporan kegiatan atau laporan
penyelenggaraan kegiatan Monitrong Penyelenggaran Jasa Konstruksi pada
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Di
Provinsi Banten.

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

2. Membantu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penyelenggaraan


kegiatan monitoring bidang konstruksi melalui perapan SMK3.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3)


2.1.1 Definisi K3
Menurut (Depnakes: 2005), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala
daya upaya pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah, menanggulangi
dan mengurangi terjadinya kecelakan dan dampak melalui langkah-langkah
identifikasi, analisis dan pengendalian bahaya dengan menerapkan pengendalian
bahaya secara tepat dan melaksanakan perundangundangan tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut Prawirosentono Suyadi (2002:91)
adalah ”menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang menjamin kesehatan dan
keselamatan karyawan agar tugas pekerjaan di wilayah kerja perusahaan dapat
berjalan lancar”. Menurut Bangun Wilson (2012:386), secara khusus sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) terdapat pada peraturan
menteri tenaga kerja nomor PER. 05/MEN/1996 PASAL 1, sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan guna tercapainya tempat kerja yang aman, efisien, dan
produktif.
Menurut Desles, dalam (Sibarani Mutiara, 2012:115), mengemukakan bahwa ada
tiga penyebab umum kecelakaan, yaitu secara kebetulan (chance occurance),

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

kondisi tidak aman (unsafe condition), dan sikap yang tidak diinginkan (unsafe acts
on the part of employee). Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain:
1. Alat pengaman yang tidak sempurna
2. Peralatan yang rusak
3. Prosedur yang berbahaya di dalam, di atas atau disekitar peralatan dan mesin.
4. Tempat penyimpanan yang tidak aman.
5. Kurangnya pencahayaan.
6. Tidak berfungsinya ventilasi udara.
2.1.2 Tujuan Penerapan K3
Adapun tujuan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ialah sebagai
berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan baik
secara fisik, sosial dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
dengan seefektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. (Luckyta,
2012).
2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.2.1 Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Sebagaimana kita ketahui dalam suatu perusahaan yang bergerak di bidang
konstruksi memiliki organisasi yang terstruktur secara utuh dan menyeluruh akan
terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi baik secara fisik seperti halnya
pimpinan, pelaksana pekerjaan, ahli, material / bahan, dana, informasi,
pemasaran dan pasar itu sendiri. Mereka saling bahu-membahu melaksanakan
berbagai macam kegiatan yang dilakukan dalam suatu proses pekerjaan yang

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

saling berhubungan karena adanya interaksi dan ketergantungan, segala aktivitas


dalam sebuah perusahaan menunjukan adanya sistem didalamnya. Dengan
demikian disimpulkan, bahwa pengertian tentang sistem adalah suatu proses dari
gabungan berbagai komponen / unsur / bagian / elemen yang saling
berhubungan, saling berinteraksi dan saling ketergantungan satu sama lain yang
dipengaruhi oleh aspek lingkungan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai
(Tarore dan Mandagi, 2006).
Manajemen merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin
organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengendalian terhadap sumber-sumbar daya yang terbatas dalam usaha
mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien(Abrar Husein, 2008). Secara
sistematis fungsi manajemen menggunakan sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien untuk itu perlu diterapkan fungsi-fungsi dalam manaje-men itu sendiri
seperti perencanaan ( planning), pengorganisasian ( organizing), pelaksanaan
( actuating) dan pengawasan dan pengendalian ( controlling). Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) ditinjau dari segi keilmuan dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang disebut SMK3 (Soemaryanto, 2002).
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) adalah suatu
struktur, tanggung jawab, praktek dan suatu prosedur sumber daya perusahaan
untuk menerapkan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (ILO, 1998).
Menurut PP No. 50 tahun 2012 SMK3 adalah sistem manajemen perusahaan
secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Pemahaman tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
yang benar dari semua aspek sangat berguna untuk pencegahan kecelakaan
dalam kegiatan konstruksi dimana diharapkan produksi meningkat dengan
meminimalkan atau mengurangi kecelakaan bahkan meniadakan kecelakaan.
2.2.2 Tujuan SMK3

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

Sistem Manajemen K3 merupakan sistem manajemen yang memiliki tujuan utama


yaitu memberikan perlindungan pada pekerja, bagaimanapun pekerja adalah
asset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya (Suardi, 2007).
Tujuan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
menurut PP No. 50 tahun 2012 (pasal 2) :
1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
yang terencana, terstruktur dan terintegrasi.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja / buruh, dan atau serikat pekerja /
serikat buruh.
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong
produktifitas.

Tujuan dari penerapan SMK3 dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) menjadi alat
ukur pencapain kinerja K3 serta untuk mengetahui sejauh mana penerapan K3
diberlakukan di suatu organisasi. Cara yang digunakan yaitu dengan
membandingkan pencapaian K3 dengan beberapa persyaratan yang telah
ditetapkan. Pengukuran dapat diketahui oleh suatu organisasi jika organisasi
telah melakukan audit internal maupun eksternal. Persyaratan SMK3 yang
diberlakukan di Indonesia yaitu SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012.
2. Sebagai sertifikasi
SMK3 dapat digunakan untuk sertifikasi penerapan manajemen K3. Sertifikat
biasanya diberikan oleh lembaga sertifikasi yang telah terakreditasi, organisasi
yang sudah mendapatkan sertifikat dinyatakan sudah baik dalam menerapkan
SMK3 di organisasinya.
3. Sebagai dasar pemberian penghargaan (awards)
SMK3 seringkali dijadikan tolak ukur dalam memberikan penghargaan pada
suatu organisasi, penghargaan biasanya diberikan oleh pemerintah atau
lembaga lain sebagai suatu bentuk penghargaan terhadap pencapaian kinerja

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

K3 yang baik. Organisasi yang mendapatkan penghargaan akan mendapatkan


citra baik di mata masyarakat dianggap telah mengutamakan aspek
keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya.

4. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi


SMK3 menjadi acuan dalam mengimplementasikan K3, dan dasar dalam
mengembangkan manajemen K3 diorganisasi karena sudah dianggap
terstandar di dunia (Ramli, 2010).
2.2.3 Manfaat SMK3
Manfaat dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
sebagai berikut :
1. Perlindungan Karyawan
Karyawan atau pekerja merupakan asset yang sangat perlu dijaga sehingga
sangat penting bagi perusahaan untuk dapat melindungi setiap pekerjanya.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) sangat
memberikan dampak positif terhadap angka kecelakaan kerja. Pekerja yang
terjamin aspek keselamatan dan kesehatannya akan memberikan kinerja yang
optimal, memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas terhadap
perusahaan.
2. Memperlihatkan Kepatuhan pada Peraturan dan Undang-Undang
Akibat yang di timbulkan dari ketidak patuhan perusahaan terhadap
perundang undangan yang berlaku dalam suatu negara seperti citra buruk,
adanya tuntutan hukum dari badan pemerintahan dan permasalahan tenaga
kerja. Penerapan SMK3 pada suatu perusahaan menunjukan adanya niat baik
perusahaan untuk mencegah kecelakaan.
3. Mengurangi Biaya
Keuntungan dari penerapan SMK3 adalah dapat mengurangi biaya akibat
kecelakaan, meskipun dalam proses audit SMK3 akan mengeluarkan biaya
besar tetapi akan lebih efisien dibandingkan dengan pengeluaran biaya akibat
kecelakaan. SMK3 sebagai salah satu upaya dalam mencegah pengeluaran

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

biaya yang tidak terduga akibat kecelakaan. Salah satu biaya yang dapat
dikurangi oleh SMK3 adalah biaya premi asuransi banyak perusahaan yang
biaya premi asuransinya lebih kecil setelah menerapkan SMK3.

4. Membuat Sistem Manajemen yang Efektif


Banyak variabel yang membantu dalam kesuksesan sistem manajemen yang
efektif, diataranya mutu, lingkungan, keuangan, tekologi informasi dan K3.
Bentuk nyata penerapan SMK3 adalah dengan adanya prosedur yang
terdokumentasi, dengan adanya prosedur segala aktifitasi yang terjadi dapat
terorganisir dengan baik. Persyaratan perencanaan, evaluasi dan tindak lanjut
merupakan bentuk suatu manajemen yang baik dan bagian penting
pengendalian dan pemantauan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi
organisasi. Sistem dapat meningkatkan kemampuan personel dalam
mengetahui potensi ketidaksesuaian. Sehingga organisasi dapat
berkonsentrasi dalam melakukan peningkatan dibandingkan melakukan
perbaikan atas permasalahan- permasalahan yang terjadi.
5. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan
Pekerja yang merasakan keamanan dalam menjalankan perkerjaan akan
menghasilkan kinerja yang optimal sehingga akan berdampak pada produk
yang dihasilkan. Penerapan SMK3 dapat menimbulkan citra baik pada
perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan (Suardi, 2007).
2.2.4 Proses SMK3
Terdapat dua unsur pokok dalam Sistem Manajemen K3 yaitu terletak pada
proses manajemen dan elemen-elemen implementasi. Proses SMK3 menjelaskan
bagaimana suatu manajemen itu dijalankan. Elemen SMK3 sebagai komponen-
komponen yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan. Elemen-elemen
SMK3 tersebut antara lain tanggung jawab, wewenang, hubungan antar fungsi,
aktivitas, proses, praktis, prosedur dan sumber daya. Seringkali dalam
menentukan suatu kebijakan K3, perencanaan, objektif dan program biasanya
dipertimbangkan melalui elemen-elemen SMK3 (Ramli, 2010).

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

Pendekatan yang digunakan dalam proses manajemen K3 adalah pendekatan


PDCA (plan-do-check-action). Langkah awal dalam menetapkan Sistem
manajemen K3 dari tahap perencanaan, suatu kegiatan tidak akan berjalan
dengan efektif dan efisien tanpa perencanaan yang matang. Perencanaan di awali
dengan suatu komitmen kuat dari pihak manajemen (Ramli, 2010). Menurut
Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 proses SMK3, terdapat beberapa
langkah yang dilakukan dalam proses SMK3 dan sifatnya memiliki kesinambungan
saling keterkaitan antar bagian. Berikut proses penerapan SMK3 dalam PP No. 50
tahun 2012 :
1. Penetapan kebijakan K3
2. Perencanaan K3
3. Pelaksanaan Rencana K3
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dan
5. Peninjauan ulang dan peningkatan kinerja SMK3 (Indonesia, 2012).

Pendekatan yang digunakan untuk menerapkan SMK3 adalah menggunakan siklus


Plan-Do-Check-Act (PDCA). Plan, Do, Check and Action (PDCA) merupakan suatu
proses perbaikan secara terus menerus dan berkelanjutan yang biasanya
digunakan untuk mengendalikan kualitas yang bukan hanya sebagai alat pemecah
masalah (Sokovic, 2010, hal. 477-478).

Plan yang dilakukan berupa penetapan sasaran dan proses yang diperlukan untuk
menacapai hasil dengan kebijakan K3 organisasi. Do melaksanakan proses yang
telah direncanakan. Check berupa pemantauan dan pengukuran terhadap proses
berdasarkan kebijakan, sasaran, peraturan perundang-undangan dan persyaratan
K3 lainnya serta melaporkan hasilnya. Act mengambil tindakan untuk perbaikan
kinerja K3 secara berkelanjutan (Susihono dan Rini, 2013).

2.2.5 SMK3 Menurut OHSAS 18001


OHSAS 18001:2007 (Occupational Health and Safety Assessment Series)
merupakan standar untuk sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) yang berlaku di dunia. SMK3 merupakan bagian dari sistem manajemen
perusahaan yang digunakan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

kebijakan K3 dan mengelola risiko. OHSAS secara resmi dipublikasikan tahun 2007
dengan menggunakan pendekatan kesisteman mulai dari perencanaan,
penerapan, pemantauan dan tindakan perbaikan yang mengikuti siklus PDCA (P
dan Atuti, 2013).
Standar ini dapat diterapkan pada setiap organisasi yang memiliki tekad untuk
meminimalkan risiko yang mengancam pekerja. OHSAS dapat dipadukan dengan
sistem yang sudah ada di organisasi untuk saling melengkapi. Organisasi yang
mengimplementasikan OHSAS 18001 memiliki struktur manajemen yang
terorganisir dengan wewenang dan tanggung jawab yang tegas, sasaran yang
jelas, hasil pencapaian yang di ukur dan pendekatan yang terstruktur untuk
menilai risiko (P danAtuti, 2013). Dalam menerapkan OHSAS 18001 terdapat
beberapa klausul yang harus dipenuhi oleh organisasi yang ingin menerapkan
SMK3.
2.2.6 SMK3 Menurut PP No. 50 Tahun 2012
Sama halnya dengan sistem manajemen lainnya tentu terdapat beberapa tahapan
dan elemen yang terkandung dalam SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012.
SMK3 berdasarkan PP No. 50 tahun 2012 dianggap sebagai pedoman bagi setiap
perusahaan di Indonesia dalam menerapkan SMK3, akan tetapi sama dengan
OHSAS 18001:2007 bahwa sistem ini dapat disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan perusahaan masing-masing sehingga bukanlah sistem yang mutlak.
Perusahaan yang wajib menerapkan yaitu perusahaan yang mempekerjakan
sedikitnya 100 orang pekerja atau mempunyai tingkat risiko bahaya yang tinggi
(Indonesia, 2012). Tahapan manajemen dalam SMK3 berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 50 tahun 2012 yaitu meliputi :
1. Penetapan kebijakan K3
Tahap penetapan kebijakan K3 adalah merupakan tahap awal dalam
penerapan SMK3. Kebijakan K3 yang disusun sebaiknya berdasarkan tinjauan
terhadap aspek K3 diperusahaan awal yang dikonsultasikan kepada pekerja.
Kebijakan yang telah disusun sebaiknya ditetapkan oleh top manajemen yang
secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3 selalu dikomunikasikan kepada
pekerja atau pihak terkait lainnya, dan selalu dijamin ketersediaannya dan

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

terpelihara. Kebijakan sebaiknya kebijakan K3 yang selalu relevan dan selalu


diperbaharui. Penempatan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan
keputusan perusahaan akan dapat mempermudah jalannya SMK3
diperusahaan, serta didukung dengan penyediaan anggaran, tenaga kerja dan
sarana yang memadai. Pimpinan perusahaan harus menunjukkan bentuk
komitmennya dalam menerapkan sistem ini agar pelaksanaan SMK3 selalu
mendapatkan dukungan dari pimpinan.
2. Perencanaan K3
Tahap perencanaan merupakan tahap yang cukup penting dalam SMK3. Tahap
perencanaan harus disusun pengusaha berdasarkan data kongkrit dari kondisi
perusahaan seperti hasil penelaahan awal, identifikasi potensi bahaya,
penilaian dan pengendalian risiko. Perencanaan disusun juga berdasarkan
peraturan perundang- undangan dan persyaratan lainnya, akan tetapi harus
dipertimbangkan dari sisi sumber daya yang ada. Poin yang sebaiknya
dimasukkan dalam tahap perencanaan yaitu tujuan dan sasaran, skala
prioritas berdasarkan risiko tertinggi, upaya pengendalian bahaya, penetapan
sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian dan sistem
pertanggung jawaban yang dikomunikasikan.
3. Pelaksanaan rencana K3
Tahap pelaksanaan akan sangat berkaitan dengan sumber daya manusia dan
sarana dan prasarana. Sumber daya yang digunakan harus memiliki kualifikasi
dan sarana prasarana harus memadai sehingga dapat menunjang jalannya
SMK3 di perusahaan.
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam pemantauan dan evaluasi kinerja
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Audit internal SMK3 secara berkala
dapat mengetahui pecapaian kinerja SMK3 sehigga perusahaan dapat
mengetahui kekurangan dan perbaikan yang perlu dilakukan.
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3
Menjamin kesesuaian dan keefektifan SMK3 dapat dilakukan melalui tahap
peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 agar proses SMK3 selalu

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

berkesinambungan sehingga dapat mencapai tujuan. Tinjauan yang dilakukan


harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap semua unsur perusahaan.

2.3 Monitoring ( Pemantauan ) dan Evaluasi


2.3.1 Definisi
Monitor/pemantuan : adalah salah satu cara pengawasan yang dapat
menggambarkan kondisi berjalannya suatu sistim manajemen k3 pada waktu
tertentu.
Evaluasi : adalah melakukan pengukuran terhadap aktivitas, yang akan digunakan
untuk tindak lanjut berikutnya.
Monitoring Evaluasi adalah kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja
penyelenggaraan k3 konstruksi, yang meliputi pengumpulan data, analisa dan
kesimpulan dan rekomendasi perbaikan penerapan K3 konstruksi. ( PERMEN PU
NO.05/PRT/M-2014).
2.3.2 Manfaat monitoring K3
1) Identifikasi
• Potensial problem.
• Defesiensi equipment.
• Kekeliruan dalam tindakan/ pelaksanaan kerja.
• Efek perubahan (effect of changes).
• kekurangan dalam tindakan perbaikan (remedial action).
• Positive performance dan quality result
2) Demonstrasi komitmen pada OHS dan mempererat (strengthens) sistem
tanggung jawab internal secara menyeluruh.
3) Melatih kepekaan, perilaku, kesadaran, tinfakan, meningkatkan moralitas,
akutanilitas dan membangun budaya K3.

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Lokasi Kegiatan


Lokasi Pekerjaan untuk pekerjaan Monitoring Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
pada penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Provinsi
Banten adalah Proyek Pekerjaan Konstruksi di Provinsi Banten.
3.2 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Tahap dan prosedur kegiatan monitoring ini dilakukan secara sistematis. Adapun
tahap dan prosedur pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Pelaksanaan monitoring diawali dengan survey lokasi untuk meninjau kejadian
atau kasus yang terjadi di proyek, selanjutnya merumuskan latar belakang,
masalah dan tujuan kegiatan monitoring penerapan SMK3 Konstruksi pada
kegiatan Proyek Konstruksi di Provinsi Banten. Kemudian melakukan studi
kepustakaan yang digunakan sebagai bahan dan pedoman untuk kegiatan ini.
2. Tahap Pengumpulan Data
a. Survey lokasi untuk mengamati apakah proyek telah memenuhi syarat
untuk dijadikan lokasi kegiatan serta melakukan proses perijinan kepada
pelaksana atau pemilik proyek.
b. Melakukan wawancara kepada pihak yang bertanggung jawab dalam
penerapan SMK3 di lokasi proyek untuk mendapatkan keterangan yang
mendukung dalam penelitian ini.
c. Mengumpulkan data dan dokumen mengenai pedoman/standar dan
peraturan-peraturan mengenai SMK3 yang diterapkan di lokasi proyek serta
mengadakan studi kepustakaan sebagai data pendukung.
3. Tahap Analisis Data

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

Metode analisis data dilakukan dengan cara menyusun, membahas dan


mengevaluasi data-data dan hasil wawancara/observasi mengenai SMK3 di
lokasi proyek. Selanjutnya diadakan studi kepustakaan yang digunakan sebagai
data pendukung.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
a) Data Primer
Data Primer adalah data yang di dapatkan dari hasil observasi, wawancara,
serta dokumentasi selama pengamatan. Objek dari pengumpulan data
primer ini bisa di dapatkan dari staff, pekerja, dan masyarakat
sekitar proyek . Berikut adalah cara pengumpulan data :
1) Metode Studi Literatur
Adalah suatu metode dalam mengambil keputusan
dan pengumpulan data berdasarkan jurnal, buku-buku atau bahan-
bahan dan media internet dari berbagai sumber yang terpercaya,
serta data teknis di lapangan dalam memberikan gambaran
secara umum maupun khusus mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2) Metode Wawancara
Melakukan wawancara secara langsung ataupun secara tidak langsung
guna mencari informasi kepada pihak Kontraktor dan staff divisi K3
maupun para pekerja yang terlibat pada pembangunan proyek dan
narasumber yang memberikan data-data.
3) Metode Observasi
Melakukan observasi terhadap penerapan aspek SMK3 pada
pelaksanaan proyek.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang di dapatkan dari perusahaan
berupa dokumen-dokumen ataupun data hasil penelitian sebelumnya.
Data Sekunder berupa struktur organisasi, standar/prosedur dan peraturan
mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), dan
daftar Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan di lokasi proyek.

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

3.4 Metode Pelaksanaan Pekerjaan


Pelaksanaan monitoring dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan Nasional dengan
mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 yaitu mengenai Prinsip
dasar SMK3 diantaranya :
1. Penetapan kebijakan K3,
Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012, penyusunan kebijakan
K3 dilakukan melalui tinjauan awal kondisi K3 dan proses konsultasi antara
pengurus dan wakil pekerja/buruh.
2. Perencanaan K3
Perusahaan harus merencanakan untuk memenuhi kebijakan, sasaran,
dan tujuan K3 yang telah ditetapkan, yang harus dipertimbangkan dalam
menyusun rencana K3.
3. Pelaksanaan Rencana K3
Agar penerapan berjalan secara efektif, maka perusahaan harus
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung untuk mencapai
kebijakan, tujuan dan sasaran K3.
3.4.1 Persiapan monitoring
1. Membuat perencanaan inspeksi
 Menentukan jenis monitoring yang akan dilakukan
 Mempelajari kegiatan yang akan dimonitor
 Membuat daftar periksa dan format laporan
 Membuat rute perjalanan untuk kegiatan lapangan
Langkah perencanaan dalam rangka persiapan monitoring dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1) Menentukan kriteria perusahaan
2) Menentukan jenis proyek
3) Mencatat dan memastikan tanggal monitor
4) Mencatat kondisi proyek
5) Mengurutkan jenis kegiatan berdasarkan scope pekerjaan

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

6) Membuat cek list sesuai dengan urutan SMK3 konstruksi, sesuai 5 pilar
7) Mempersiapkan alat kerja
8) Konfirmasi kegiatan kepada penyedia jasa yang akan dilakukan monitor
2. Perlengkapan inspeksi
1) Menggunakan pakaian yang cocok
2) Alat pelindung diri
3) Senter
4) Alat ukur/ meteran
5) Kamera
6) P3K secukupnya
3.4.2 Proses Monitoring
1. Meninjau kembali laporan inspeksi sebelumnya ( jika ada).
 Berusaha menemukan hal – hal yang belum tuntas akar permasalahnya
(basic causes).
 Menemukan lokasi atau equipment yang belum diinspeksi.
 Menemukan item – item yang terbatas dan masih dapat dikembangkan.
 Menganalisa corrective action ( langkah perbaikan ) yang mungkin tidak
tepat atau masih bisa dikembangkan.
2. Mendapatkan informasi mengenai hasil kegiatan inspeksi lapangan
Tujuan dari inspeksi lapangan adalah :
- Sebagai upaya menemukan kondisi dan perilaku yang non standard
- Upaya menemukan ketidak sesuaian yang bersifat teknis
- Fokus pada kegiatan proyek unit kerja.
3. Survey K3
- Pengujian kritis atas satu aktivitas lapangan yang lebih sempit,
misalnya : survey terhadap alat proteksi kebakaran atau kebisingan
pada lokasi kegiatan.
4. Tour K3
- Pemeriksaan tidak terjadwal terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
manajeman atau P2K3.
5. Membuat laporan kinerja K3

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

6. Membuat laporan hasil investigasi kecelakaan kerja


7. Membuat skala penilaian
Skala penilaian yang akan digunakan pada kegiatan monitoring ini
adalah skala penilaian berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012 dengan perincian
sebagai berikut :
Tabel 3.1 Skoring/ penilaian Tingkat penerapan SMK3
Tingkat Penerapan Kebijakan
Skor Uraian Persentase Keterangan
Tingkat penerapan
3 85% - 100% Sangat baik
Kebijakan ( Memuaskan )
Tingkat penerapan
2 60% - 84% Cukup baik
Kebijakan (Baik )
Tingkat penerapan
1 0% - 59% Kurang Baik
Kebijakan (Kurang)
Sumber : PP No.50 Tahun 2012

Nilai 3 akan diberikan jika semua standar yang ada diterapkan dengan
sangat baik tanpa terkecuali. Nilai 2 akan diberikan jika sudah
menerapkan standar, namun masih ada kekurangan dalam
penerapannya. Nilai 1 akan diberikan, jika hanya sedikit saja bagian dari
standar yang diterapkan. Setelah dilakukan penilaian, akan dilakukan
perhitungan presentase untuk mengetahui seberapa besar tahapan yang
telah dilakukan dengan tanpa terkecuali.
3.4.3 Evaluasi
Berdasarkan hasil monitoring, kemudian melakukan evaluasi dan berkesimpulan
sesuai dengan peraturan dan perundangan dengan hasil sbb :
1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen
2. Strategi pendokumentasian, dll
Kesimpulan monitor dapat mengindentifikasikan kebutuhan koreksi, pencegahan
dan peningkatan oleh penyedia jasa/pengguna jasa penyelesaian tindak lanjut dari
evaluasi harus diverifikasi serta hasil dari verifikasi tersebut dapat merupakan
proses evaluasi.

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

4.1 BAB IV
MONITORING PENERAPAN
SMK3 KONSTRUKSI
Penetapan Kebijakan SMK3
Penetapan kebijakan K3 sendiri menurut PP No. 50 Tahun 2012 harus disahkan
oleh pimpinan perusahaan, ditandatangani oleh pimpinan perusahaan, secara
jelas menyatakan tujuan dan sasaran, disebar luaskan dan terdokumentasi
dengan baik, serta ditinjau ulang secaha berkala. Dibawah ini adalah uraian
kegiatan yang akan dimonitor yang merupakan tinjauan penetapan kebijakan pada
proyek konstruksi.
Tabel 4.1 Monitoring penetapan kebijakan K3

KEBIJAKAN K3
PENERAPAN
NO URAIAN BUKTI DOKUMEN SKOR
YA TIDAK
Kebijakan disahkan oleh
1.1
pimpinan perusahaan
Kebijakan tertulis, tertanggal,
1.2
dan ditanda tangani
Kebijakan jelas menyatakan
1.3
tujuan dan sasaran K3
Kebijakan dijelaskan dan
1.4
disebar luaskan
Kebijakan terdokumentasikan
1.5
dan terpelihara dengan baik
Kebijakan ditinjau ulang secara
1.6
berkala
Persentase
Sumber : Hasil pengolahan

4.2 Perencanaan K3
Menurut PP. No 50 Tahun 2012 dijelaskan bahwa penerapan perencanaan K3
mencakup upaya pengendalian bahaya, penetapan sumber daya,
perencanaan waktu pelaksanaan, sistem pertanggung jawaban ( mempunyai
prosedur pertanggung jawaban, dan pendokumentasian ). Dibawah ini

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

merupakan uraian kegiatan yang akan dimonitor bagaimana penerapan


perencanaan K3 pada proyek konstruksi yang sedang berlangsung.
Tabel 4.2 Monitoring Perencanaan K3

PERENCANAAN K3
PENERAPAN BUKTI
NO URAIAN SKOR
YA TIDAK DOKUMEN
Adanya Penanggung Jawab
2.1
dibidang K3
Struktur Organisasi
Proyek
2.2 Membuat struktur Organisasi
Struktur Organisasi
K3
Prosedur tanggap
darurat
Prosedur
Membuat Prosedur penanganan
2.3
Kecelakaan kecelakaan kerja
Prosedur
Penanganan
kebakaran
Adanya Safety Plan
2.4

Pendataan proyek
2.5 Adanya jaminan kecelakaan Adanya Kontrak
Kerjasama dengan
Rumah Sakit dll.
Rencana Kebutuhan
Membuat rencana rambu-rambu
2.6
perlengkapan kerja Rencana Kebutuhan
APD
2.7 Legalisasi Proyek
Persyaratan lainnya (SPK,
2.8
SPPL, UKL-UPL dll )
Persentase
Sumber : Hasil pengolahan

4.3 Pelaksanaan K3
Pelaksanaan K3 sendiri menurut PP. No 50 Tahun 2012 mencakup;
menyediakan sumber daya yang terkualifikasi yaitu dengan cara mengikut
sertakan pekerja pada pelatihan-pelatihan umum K3 ataupun dengan cara
melakukan pelatihan dan simulasi pada pekerja, yang kedua adalah
menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Dalam penyediaan sarana

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

dan prasarana suatu proyek harus menyediakan anggaran guna memenuhi


sarana dan prasarana K3 seperti penyediaan alat, APD, APAR, dan sarana
pendukung promosi K3. Dibawah ini merupakan uraian kegiatan yang akan
dimonitor bagaimana penerapan pelaksanaan K3 pada proyek konstruksi yang
sedang berlangsung.
Tabel 4.3 Monitoring Pelaksanaan K3

PELAKSANAAN K3
PENERAPAN BUKTI
NO URAIAN SKOR
YA TIDAK DOKUMEN
Penanganan risiko
bahaya
Menyediakan APD,
APAR dan Rambu-
rambu
Toolbox Meeting
Safety Meeting
3.1 Kegiatan K3
Pengawasan
Pelaksanaan Program
K3
Pertolongan pertama
pada kecelakaan (P3K)
Penyelidikan dan
analisa kecelakaan
Penggunaan APD
3.2 Penggunaan APD
untuk tukang
Helm
Safety Shoes
3.3 Ketersediaan APD Body Harness
Sarung Tangan
Masker
Sign Board K3
Slogan-slogan K3
3.4 Promosi Program K3
Spanduk K3
Buku Panduan K3
Pos Satpam
Direksi Kit
Gudang
3.5 Pemadam Api
Bedeng
Area Merokok 1
Area Merokok 2
3.6 Memiliki Kompetensi

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

kerja yang dibuktikan


dengan sertifikat
Pelatihan tanggap
darurat (APAR, P3K,
3.7
gempa bumi,
kebakaran, dll)
Pendokumentasian
3.8
berupa foto rekaman
Pelaporan (Harian,
3.9 Mingguan dan
Bulanan )
3.10 Pengadaan APD
Pelatihan simulasi
3.11
evakuasi
3.12 Penerapan HIRAC
Melakukan
pengelompokkan
3.13
limbah sesuai dengan
jenis dan bahaya
Pemasangan rambu,
3.14
safety net dan railing
Persentase
Sumber : Hasil pengolahan

4.4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3


Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sendiri adalah memeriksa, menguji,
dan mengukur kinerja K3. Biasanya pada proyek untuk pemantauan dan
evaluasi kinerja K3 dilakukan dengan cara audit internal dari pihak perusahaan
kontraktor dan audit eksternal dari pihak owner. Berikut ini merupakan rangkuman
tinjauan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 pada proyek yang akan
dimonitoring.
Tabel 4.4 Monitoring pemantauan dan evaluasi kinerja K3

PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA K3


PENERAPAN
NO URAIAN BUKTI DOKUMEN SKOR
YA TIDAK
4.1 Audit Internal
4.2 Audit Eksternal
4.3 Monitoring
4.4 Inspeksi harian
4.5 Inspeksi Mingguan

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

4.6 Inspeksi Bulanan


Peningkatan kesadaran pekerja
4.7
tentang pentingnya K3
4.8 Pemahaman tanggap darurat
Persentase
Sumber : Hasil pengolahan

4.5 Pemantauan dan Peningkatan Kinerja K3


Untuk menjamin kesesuaian dan ke efektifan yang berkesinambungan guna
pencapaian tujuan SMK3 adalah perusahaan harus melakukan tinjauan ulang
terhadap penerapan SMK3 secara berkala dan memperhatikan bagaimana
manajemen K3 yang ada di dalam proyek tersebut. Berikut merupakan
rangkuman bentuk penijauan dan peningkatan kinerja K3 pada konstruksi
yang akan dilakukan monitoring.
Tabel 4.5 Monitoring pemantauan dan peningkatan kinerja K3

PEMANTAUAN DAN PENINGKATAN KINERJA K3


PENERAPAN
NO URAIAN BUKTI DOKUMEN SKOR
YA TIDAK
5.1 Evaluasi penerapan K3
Evaluasi kebutuhan K3 untuk
5.2
peningkatan K3
5.3 Tinjauan, sasaran dan kinerja K3
5.4 Melakukan Evaluasi K3
Persentase
Sumber : Hasil pengolahan

4.6 Hasil tinjauan keseluruhan


Setelah di dapatkan presentase 5 (lima) aspek penerapan SMK3 proyek
konstruksi yang akan ditinjau, maka di dapatkan presentase keseluruhan
penerapan SMK3 pada proyek tersebut sebagai berikut :
Tabel 4.6 Hasil Monitoring SMK3

MONITORING PENERAPAN SMK3


JUMLAH
NO URAIAN NILAI KETERANGAN
(%)
5.1 Kebijakan K3
5.2 Perencanaan K3
5.3 Pelaksanaan K3

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

5.4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3


5.5 Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3
Persentase
Sumber : Hasil pengolahan

Hasil rekapitulasi penerapan SMK3 pada proyek yang sedang ditinjau/monitor


didapatkan dari jumlah rata-rata persentase dan nilai yang dihasilkan dari masing-
masing aspek SMK3. Maka berdasarkan indikator penilaian PP. 50 Tahun 2012
penerapan SMK3 pada proyek dengan menggunakan skala penilaian (scoring)
yang telah ditentukan dapat dikatakan KURANG BAIK jika memiliki skor 1 atau
persentase 0% - 59%, CUKUP BAIK jika mendapatkan skor 2 dan persentasi 60% -
84% dan SANGAT BAIK jika memiliki skor 3 dan persentase yang didapatkan
mencapai 85% -100%.

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

5.1 BAB V
RENCANA KERJA
Umum
Rencana kerja dan organisasi pelaksana pekerjaan disusun sebagai strategi
konsultan dalam upaya menyelesaikan pekerjaan Monitoring Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi pada Penerapan SMK3 di Provinsi Banten yang akan ditugaskan kepada
konsultan. Rencana kerja dan organisasi pelaksana pekerjaan yang disusun
berkaitan erat dengan metodologi dan pendekatan konsultan dalam menangani
pekerjaan tersebut diatas, yang telah diuraikan secara detail pada bab sebelumnya.
Waktu pelaksanaan yang tersedia sesuai dengan KAK yang diterima oleh konsultan
untuk menyelesaikan pekerjaan adalah 5 ( Lima ) bulan terhitung sejak tanggal
kontrak. Rencana kerja konsultan dalam melaksanakan pekerjaan ini akan
diuraikan sebagai berikut :
A) Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi kegiatan penyusunan rencana kerja dan metode
pendekatan studi yang akan dilaksanakan , serta pengumpulan data-data
dasar.
B) Tahap Survey, Identifikasi dan Inventarisasi Data
Mengadakan konsultasi dengan direksi/pemberi kerja untuk mendapatkan
konfirmasi mengenai pihak/lembaga yang menjadi objek pekerjaan serta
informasi lainnya serta para pihak yang terkait dalam penyelenggaraan jasa
konstruksi. Hal yang diperlukan dalam melaksanakan Survey, Identifikasi dan
inventarisasi data, diantaranya :
1) Membawa surat keterangan tugas;
2) Mendalami pekerjaan/tugas yang akan dilakukan dengan mengikuti
penjelasan- penjelasan sebelumnya.
3) Asitensi dan melaporkan hasil survey dengan direksi (pemberi kerja)

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

Dalam pekerjaan ini, survey, indentifikasi dan inventarisasi data


merupakan pekerjaan utama pertama yang bertujuan untuk mendapatkan
data dan informasi. Survey dan Identifikasi merupakan Tahapan awal untuk
mengenali objek penelitian terkait data dan informasi yang dibutuhkan untuk
menjadi bahan analisis. Sedangkan Inventarisasi Data berupa inventarisasi
dan verifikasi data kepada pihak yang berkaitan.
C) Tahap Analisis dan Penyusunan Data dan Informasi
Dalam pekerjaan utama ini, data-data yang didapat diolah direpresentasikan
sebagai data/bahan penyusunan data dan informasi paket pekerjaan.
5.2 Diagram alir pekerjaan
Diagram alir pekerjaan Monitoring Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Pada
Penerapan SMK3 di Provinsi Banten tahun 2022 adalah sebagai berikut:

INPUT PROSES OUTPUT

Kajian Kebijakan Pedoman


1. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 Tentang 1. Pengumpulan Data:
- Penyiapan form survey
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Laporan Pendahuluan
- Survey
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 2 - Identifikasi Laporan Bulanan
- Observasi Laporan Akhir
Tahun 20l7 Tentang Jasa Konstruksi.
2. Inventarisasi Database
2. Permen PUPR No.10 Tahun 2021 tentang Pedoman 3. Analisis data
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 5 Tahun 2014 tentang Alat Pengolahan/metode:
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan 1. Perangkat lunak
2. Perangkat Keras komputer
Kerja Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum 3. Survey Lapangan
4. Peraturan Pemerintah No 5 Tahun 2012 Tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
5.
Data dan Informasi mengenai Proyek Konstruksi di Provinsi
Banten

Gambar 5.1 Diagram alir Pekerjaan

5.3 Organisasi pelaksanaan pekerjaan


Pada dasarnya organisasi sangat beragam bentuk dan strukturnya, namun secara
umum dapat diartikan sebagai kelompok yang terdiri dari manusia-manusia yang
secara bersama-sama membentuk struktur sistematis yang mengatur perilaku
anggotanya dalam mencapai tujuan tertentu. Tujuan dari setiap organisasi harus
dinyatakan secara jelas agar dapat diketahui oleh seluruh anggota dan dapat diukur

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

tigkat keberhasilannya. Adapun tujuan utama dibentuknya organisasi pekerjaan ini


adalah :
- Menyelesaikan pekerjaan yang sesuai dengan persyaratan dan dapat
memuaskan pihak pemberi tugas,
- Menyelesaikan pekerjaan dalam keterbatasan biaya,
- Menyelesaikan pekerjaan dalam keterbatasan waktu,
- Menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standard,
- Melindungi keselamatan dan kesehatan manusia yang terlibat dalam pekerjaan.
Untuk mencapai efektifitas dan efesiensi penyelenggaraan pekerjaan ini, maka
organisasi pelaksanaan proyek ini akan dilaksanakan oleh Konsultan yang dijalankan
oleh Ketua Team yang merupakan personil inti yang mengkoordinir seluruh staf ahli
dan juga mengkoorintansiikan pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dan
memantau pekerjaan secara kontinyu, yang dibantu oleh Tenaga Ahli Profesional
dan saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan serta dibantu pula oleh
tenaga penunjang lainnya.

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG


PROVINSI BANTEN
BIDANG JASA KONSTRUKSI

TIM PELAKSANA
PEJABAT PEMBUAT ADMINISTRASI DAN
KOMITMEN TEKNIS

KETERANGAN

Garis Koordinasi KONSULTAN


Garis Perintah

Gambar 5.2 Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan

5.4 Jadwal pelaksanaan pekerjaan


Untuk mencapai suatu hasil pekerjaan selesai tepat pada waktunya Tim Konsultan
yang terlibat baik dalam pelaksanaan pekerjaan ditekankan harus berpegang teguh
kepada time schedule /manning schedule yang telah di sepakati bersama. Jadwal ini
disusun berdasarkan pemahaman konsultan terhadap keseluruhan pekerjaan yang
dituangkan dalam Rencana Kerja. Konsultan mempertimbangkan optimalitas waktu

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

dan tingkat keterkaitan antar pekerjaan. Untuk menggambarkan proses kegiatan


Pekerjaan updating data base sanitasi ditunjukan dalam Jadwal Rencana
Pelaksanaan Pekerjaan dari awal sampai selesainya pekerjaan.

LAPORAN PENDAHULUAN
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

Tabel 5.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Keterangan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5


No
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

a). Pemahaman KAK


b).elakukan telaah/kajian materi penyelenggaraan kegiatan
Monitrong Penyelenggaran Jasa Konstruksi Pada
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (SMK 3) Di Provinsi Banten
c).
Menyusun kerangka kerja langkah-langkah penanganan
tugas secara keseluruhan dan pentahapan pelaporan
2 Koordinasi dengan Kementerian terkait

3 Menyiapkan materi

4 Melaksanakan kegiatan pembahasan atau rapat

5 Observasi lapangan
a). Pelaksanaan survey dan pengumpulan data
b). Identifikasi permasalahan-permasalahan

c). Analisis atas permasalahan

6 Pelaporan

LAPORAN PENDAHULUAN 30
MONITORING PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
PADA PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PROVINSI BANTEN

LAPORAN PENDAHULUAN

Anda mungkin juga menyukai