Anda di halaman 1dari 163

Pemerintah Provinsi Banten

Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

BAB II
PELINGKUPAN

2.1. Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang akan Dikaji


2.1.1. Status Studi AMDAL
Status studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Rencana
Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Banten
yang berlokasi di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang seluas
107.591,46 m2 (10,76 Ha) dilaksanakan setelah penyusunan Feasibility Study (FS)
dan bersamaan dengan penyusunan Detailed Engineering Design (DED). Dengan
demikian data yang digunakan dalam penyusunan studi AMDAL rencana usaha
dan/atau kegiatan ini mengacu pada seluruh data Feasibility Study (FS).

2.1.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang


A. Letak Menurut Wilayah Administratif dan Geografik
Secara administratif lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan
Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Banten berada di Desa
Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang seluas 107.591,46 m2 (10,76
Ha). Peta lokasi rencana kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Banten yang


berlokasi di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang seluas
107.591,46 m2 (10,76 Ha) didirikan pada tapak lokasi dengan titik koordinat
6°19'21.3" S 106°23'44.3"E.
.
Kecamatan Kopo secara administratif bagian dari wilayah Kabupaten Serang,
secara geografis terletak di bagian timur Kabupaten Serang, terdiri atas 10 desa
dan berjarak 45 km dari pusat kota Kabupaten Serang, dengan bentuk topografi
pada umumnya merupakan dataran yang memiliki ketinggian rata-rata 42,8
meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan desa tertinggi yaitu Desa
Mekarbaru sementara terendah adalah Desa Kopo. Kecamatan Kopo dengan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 1
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

luas wilayah 39,48 km2, atau sekitar 3 persen dari luas wilayah Kabupaten
Serang yang merupakan wilayah potensial untuk perkebunan dan pertanian.
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Kopo sebagai berikut: sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan Cisoka Kabupaten Tangerang, sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Jawilan Kabupaten Serang, sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Cikande Kabupaten Serang, Sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Maja Kabupaten Lebak. Kecamatan Kopo
berada di antara perbatasan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Tangerang

B. Peruntukan Lahan/Ruang
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 10 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serang Tahun 2011– 2031
paragraf 8 Kawasan Pemukiman pasal 45 ayat (2) dan ayat (3) menjelaskan
bahwa kawasan pemukiman pedesaan dan perkotaan dimana salah satunya
berada di Kecamatan Kopo. Mengacu pada Rencana Struktur Ruang, Rencana
Pola Ruang dan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Peraturan Daerah
Kabupaten Serang Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Serang Tahun 2011 - 2031 dan sesuai dengan Surat Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Serang Nomor:
050/138/TR/DPUPR/2018 Perihal Informasi Rencana Tata Ruang tanggal 05
September 2018 bahwa pada lokasi rencana kegiatan ditetapkan untuk kawasan
pemukiman dengan ketentuan diperbolehkan untuk kegiatan perdagangan dan
jasa. Mencermati hal tersebut, Kegiatan Pusat Distribusi Provinsi (PDP)
Wilayah Provinsi Banten yang berlokasi di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo,
Kabupaten Serang seluas 107.591,46 m2 (10,76 Ha) telah sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serang.

C. Akses dan Jalan di Sekitar


Kedudukan Kopo dalam konteks wilayah yang lebih luas, cukup strategis yakni
berdampingan langsung dengan Kabupaten Tangerang, dan seperti halnya
Kecamatan Maja dekat dengan kawasan Bodetabek (Bogor, Depok, Jakarta dan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 2
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Bekasi). Kedekatan lokasi ini menjadi keuntungan tersendiri teutama karena


dalam beberapa tahun ke depan, dimana beberapa area Bodetabek yang saat ini
menjadi penyangga kota Jakarta untuk beberapa tahun yang akan datang akan
menjadi sangat padat. Perjalanan Jakarta – Kecamatan Kopo bisa ditempuh
selama satu jam dengan jarak 60 kilometer. Selain itu, akses perjalanan juga
mudah dilintasi angkutan darat, seperti kereta api maupun kendaraan umum.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 3
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Gambar 2.1. Peta Lokasi Pusat Distribusi Provinsi

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 4
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Gambar 2.2. Lay out Pusat Distribusi Provinsi

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 5
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

2.2. Skala Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


Mengacu pada Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru
Pengembangan Sistem Logistik Nasional, disampaikan bahwa keberadaan PDP
memegang fungsi yang penting, karena merupakan salah satu kondisi logistik
yang ingin dicapai adalah terwujudnya suatu sistem logistik dengan komoditas
penggerak utama (key commodities) yang mampu meningkatkan daya saing
produk nasional baik di pasar domestik, pasar regional, maupun di pasar global.
Selain itu sistem logistik komoditas penggerak utama ini ditujukan untuk
menjamin ketersediaan bahan pokok, kemudahan mendapatkan bahan pokok
dengan harga yang terjangkau dan stabil, serta mempersempit disparitas harga
antar wilayah.

Lahan yang digunakan untuk Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP)


Wilayah Provinsi Banten adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Luas Lahan yang dibutuhkan untuk Pembangunan Pusat


Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Banten di Desa
Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang

Sebelum Pendataan Awal Setelah Pendataan Awal


Kecamatan Desa Kampung
Jumlah Luas Tanah ± Jumlah Luas Tanah
Bidang (m2) (Ha) Bidang ± (m2) (Ha)
Mekarbaru 103.327,58 107.591,46
Kopo Mekarbaru 57 57
Blok 4 (10,33 Ha) (10,76 Ha)
103.327,58 107.591,46
Total 57 57
(10,33 Ha) (10,76 Ha)
Sumber: Pemrakarsa, 2019

Kebutuhan lahan untuk Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah


Provinsi Banten di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang sampai
saat ini masih dalam tahap pembebasan yang mengacu pada:
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 6
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

2. Peraturan Presiden RI Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan


Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden RI
Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden
Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
3. Peraturan Gubernur Banten Nomor 11 Tahun 2018 Tentang Pedoman Tahapan
Persiapan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
dan Pelaksanaan Pengadaan Tanah Skala Kecil di Provinsi Banten.

(a)

(b)
Gambar 2.3. (a) Proses Pengumuman Rencana Pengadaan Tanah Kegiatan
Pendirian Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Banten dan (b)
konsultasi publik rencana pengadaan tanah untuk PDP Banten di
kantor kepala Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten
Serang, 4 Desember 2018

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 7
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Rincian penggunaan lahan rencana kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi


Provinsi Banten dicantumkan pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2. Penggunaan Lahan Pusat Distribusi Provinsi Banten


Luas Lahan
No. Jenis Penggunaan
m2 %
1. Pusat Beras 9.257 8,60
2. Pusat Sayur 9.257 8,60
3. Pusat Buah 9.257 8,60
4. Pusat Daging 9.257 8,60
5. Pusat Ikan 3.471 3,23
6. Kantor Pengelola 3.471 3,23
7. Pos Security 578 0,54
8. ATM Center 694 0,64
9. Gudang 1.736 1,61
10. Mesjid 5.786 5,38
11. Restoran 3.472 3,23
12. Toilet 868 0,81
13. TPS Sampah Domestik 578 0,54
14. TPS Limbah B3 293 0,27
15. Forklift/Palet 579 0,54
16. Parkir 16.200 15,06
17. IPAL 1.736 1,61
18. Lahan Kosong dan RTH 26.360,46 24,51
19. Jalan Area 4.741 4,41
Total 107.591,46 100,00
Sumber: Pemrakarsa, 2019

2.3. Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Berpotensi Menimbulkan


Dampak Lingkungan

Rangkaian rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi


Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Banten di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo,
Kabupaten Serang secara umum dapat diuraikan dengan tahapan kegiatan sebagai
berikut:

A. Kegiatan Tahap Pra Konstruksi meliputi:


1. Penyusunan DED
2. Pengurusan Perizinan
3. Pembebasan Lahan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 8
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

B. Kegiatan Tahap Konstruksi meliputi:


1. Penerimaan Tenaga Kerja
2. Pengangkutan Alat dan Material
3. Pematangan Lahan
4. Konstruksi Bangunan Utama dan Utilitas Pendukung
C. Kegiatan Tahap Operasional meliputi:
1. Penerimaan Tenaga Kerja
2. Operasional Pusat Distribusi Provinsi
3. Operasional Utilitas Pendukung
4. Transportasi dan Perparkiran
5. Pemeliharaan Gedung dan Prasarana

Kegiatan-kegiatan dalam Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah


Provinsi Banten di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang
merupakan satu urutan pekerjaan yang tidak bisa dipisahkan. Pelaksanaan di
lapangan dilakukan secara sinergis dan bersamaan sesuai petunjuk dan
pertimbangan teknis yang telah direncanakan dengan acuan SOP pelaksanaan
pekerjaan konstruksi.

A. Tahap Pra Konstruksi


1. Penyusunan DED
Tujuan dari Perencanaan Teknis (DED) dilakukan untuk merencanakan
baik geometrik, struktur bangunan, struktur prasarana pendukung,
landscape sampai dengan penyiapan dokumen pelelangan, sehingga
menghasilkan suatu perencanaan yang sempurna (detail), ekonomis serta
ramah terhadap lingkungan.
Penyusunan Desain Teknis (DED) ini meliputi kegiatan:
1) Soil investigation/sondir test yang bertujuan untuk mengetahui daya
dukung tanah pada setiap lapisan serta untuk mengetahui kedalaman
lapisan pendukung yaitu lapisan tanah keras.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 9
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

2) Merencanakan geometrik bangunan gedung dan prasarana pendukung


dengan memperhatikan kondisi lahan yang ada.
3) Merencanakan arsitektur bangunan gedung dan prasarana pendukung
dengan memperhatikan kondisi lahan yang ada.
4) Merencanakan dengan baik jalan-jalan dalam komplek Pembangunan
Pusat Distribusi Provinsi (PDP).
5) Merencanakan jenis bahan dan material bangunan.
6) Menyiapkan dokumen lelang.

Pada kegiatan ini diprakirakan akan menimbulkan dampak potensial


terhadap sikap dan persepsi masyarakat.

2. Pengurusan Perizinan
Perizinan berkaitan dengan kepentingan yang diinginkan oleh masyarakat
dan lembaga untuk melakukan aktivitas tertentu dengan mendapat
persetujuan atau legalitas dari pejabat negara sebagai alat administrasi
didalam pemerintahan suatu negara. Prinsip izin yang berlaku terkait dalam
hukum publik oleh karena berkaitan dengan perundang-undangan. Secara
garis besar hukum perizinan adalah hukum yang mengatur hubungan
masyarakat atau lembaga dengan Negara. Izin merupakan perbuatan
Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang diaplikasikan dalam
peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ketentuan
perundang-undangan.

Pada kegiatan pengurusan perizinan ini diprakirakan dampak yang timbul


adalah sikap dan persepsi masyarakat.

3. Pembebasan Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk rencana Pembangunan Pusat Distribusi
Provinsi (PDP) merupakan lahan milik masyarakat. Saat ini rencana lahan
Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) merupakan Kawasan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 10
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Pertanian Lahan Kering dan Kebun Campuran Masyarakat. Lahan yang


akan dibebaskan untuk rencana Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi
(PDP) adalah seluas 107.591,46 m2 (10,76 Ha).

Dalam kegiatan pembebasan lahan ini, masyarakat akan terlibat langsung,


khususnya masyarakat yang lahannya akan digunakan untuk usaha/kegiatan
Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP). Dalam pembebasan lahan
ini, kegiatan yang dilakukan adalah menentukan kesepakatan pemberian
ganti rugi terhadap pemilik lahan. Kegiatan pembebasan lahan meliputi
Inventarisasi dan Identifikasi, Penetapan Penilai, Musyawarah Penetapan
Bentuk Ganti Kerugian dan Pelepasan Objek Pengadaan Tanah
dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serang. Selain
itu juga diperkirakan akan menyebabkan timbulnya keluhan masyarakat,
khususnya yang kurang puas atas pelaksanaan ganti rugi.

Kegiatan pembebasan lahan ini akan berdampak terhadap sikap dan


persepsi masyarakat.

B. Tahap Konstruksi
a. Penerimaan Tenaga Kerja
Untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi Pembangunan Pusat Distribusi
Provinsi (PDP) akan diborongkan kepada kontraktor (rekanan). Kontraktor
pelaksana bertanggungjawab mengerjakan proyek mulai dari tahap awal
sampai akhir. Kontraktor pelaksana akan merekrut tenaga kerja baik yang
memiliki keahlian maupun tenaga kerja tidak ahli. Tenaga kerja
diutamakan dari masyarakat setempat sesuai dengan kualifikasi yang
tersedia, terutama dari desa yang berada dekat dengan lokasi kegiatan yaitu
Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang. Setiap tenaga kerjaakan diberikan
upah dengan besaran minimum sebesar Upah Minimum Kabupaten
Serang dan setiap tenaga kerjaakan dimasukkan keprogram BPJS

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 11
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan serta perusahaan kontraktor


diharuskan mempunyai sistem Manajemen K3.

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan konstruksi dapat


dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.3. Jumlah Tenaga Kerja untuk Kegiatan Konstruksi


No. Posisi Jumlah (orang) Pendidikan
1. Manager Proyek 1 S1 Teknik
Sipil/Arsitektur
2. Site Manager 2 S1 Teknik Sipil
3. Pelaksana 4 S1 Teknik
Sipil/Arsitektur
4. Mandor 8 D3 atau S1
5. Tenaga Medis 2 Dokter dan Perawat
6 Operator Alat Berat 3 STM/SMA
7. Pengemudi 2 STM/SMA
8. Adm/Sekretariat 2 D3/SMA
9. Security 10 STM/SMA
10. Kepala Tukang 5 STM/SMA
11. Tukang Kayu 5 STM/SMA
12. Tukang Cat 20 STM/SMA
13. Tukang Batu 20 STM/SMA
14. Tukang Las/Bubut 6 STM/SMA
15. Tukang Keramik 10 STM/SMA
16. Instalasi Listrik 10 STM/SMA
17. Instalasi Air 10 STM/SMA
18. Pembantu Tukang 40 SLTP/STM/SMA
Jumlah 160
Sumber: Pemrakarsa, 2019

Kegiatan penerimaan tenaga kerja diprakirakan akan menimbulkan dampak


potensial kesempatan kerja dan peluang berusaha, peningkatan pendapatan
masyarakat, sikap dan persepsi masyarakat.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 12
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

b. Pengangkutan Alat dan Material


Dalam pelaksanaan konstruksi dibutuhkan berbagai peralatan, khususnya
alat-alat berat seperti dumptruck, excavator, bulldozer, mollentruck, static
crane. Selanjutnya untuk setiap bangunan membutuhkan material-material
bangunan seperti: pasir, batu, kerikil, besi, semen, aspal, serta bahan-bahan
lain yang dibutuhkan selama tahap konstruksi. Material pasir, batu, kerikil,
serta quary diperoleh dari pihak yang telah memperoleh izin dari
pemerintah. Pengangkutan peralatan dan material yang berasal dari
Kabupaten Serang dilakukan melalui jalan darat ke lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan.
Pengangkutan peralatan dengan bobot yang sangat berat diangkut oleh
trailer, sedangkan pengangkutan material berupa pasir, batu, kerikil, besi
dan semen digunakan dumptruck dan pick up.

Tabel 2.4. Jenis Peralatan yang dibutuhkan pada


Tahap Konstruksi
No. Jenis Peralatan Jumlah Unit
1. Excavator 2
2. Vibration Roller 2
3. Dump Truck 2
4. Buldozer 1
5. Tendem Roller 1
6. Asphalt Finisher 1
7. Double Drum Roller 1
8. Peneumatic Roller 1
9. Truck Mixer 10
10. Concrete Pump Car 2
11. Air Compressor 2
12. Wheel Loader 2
13. Theodolith 2
14. Bak Ukur 1
15. Scafolding
- Vertical Frame 170 500
- Vertical Frame 90 200
- Cross Trace 220 500
- Cross Trace 193 200
- Jack Base 60 700
- U-Head 60 700
- Pipa Scafold 3 ¼ m 350
150
- Pipa Scafold 6 m
350
Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 13
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

No. Jenis Peralatan Jumlah Unit


- Clamp 1000
- Joint Be
Sumber: Pemrakarsa, 2019

Sementara bahan material yang dibutuhkan untuk kegiatan konstruksi dapat


diambil dari daerah terdekat dengan lokasi kegiatan, misalnya dari daerah
sekitar Kabupaten Serang dan wilayah lainnya. Jenis bahan dan material
yang akan digunakan disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.5. Jenis Material yang dibutuhkan pada Tahap Konstruksi


Nama Perkiraan Sistem
No Unit
Bahan/Material Kebutuhan Pengangkutan
1 Semen (PC) 1.000 ton Truk
2 Pasir beton 25.000 m3 Truk
3 Pasir pasang 6.000 m3 Truk
4 Pasir urug 8.000 m3 Truk
5 Batu pecah/split 3.000 m3 Truk
6 Besi 300 ton Truk
7 Plywood& Kayu 150 m3 Truk
8 Paralon 500 batang Truk
9 Cat kayu & Tembok 10.500 kg Truk
Sumber: Pemrakarsa, 2019

Pengangkutan peralatan dan material konstruksi menggunakan alat-alat


berat berpotensi menimbulkan dampak berupa penurunan kualitas udara,
peningkatan kebisingan, sikap dan persepsi masyarakat, pola penyakit,
keselamatan dan kesehatan kerja dan bangkitan lalu lintas.

c. Pematangan Lahan
Lahan tapak rencana usaha berupa Kawasan Pertanian Lahan Kering dan
Kebun Campuran Masyarakat. Sebelum dilakukan pekerjaan konstruksi
dilakukan pemagaran di tapak rencana usaha dan/atau kegiatan. Pemagaran
lokasi ini berguna untuk mengurangi dampak lingkungan akibat debu saat
dilakukan konstruksi serta faktor keamanan pekerja dan masyarakat yang
beraktivitas di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 14
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Kegiatan pematangan lahan ini juga akan dilakukan pekerjaan tanah dan
galian yaitu pekerjaan mendatarkan permukaan tanah sebagai tapak
pondasi. Dalam pelaksanaannya digunakan metode dewatering, sehingga
muka air tanah sekitar dapat dipertahankan ketinggiannya. Proses
penggalian tanah dilakukan menggunakan alat-alat berat seperti excavator.
Selanjutnya tanah tersebut digunakan sebagai tanah timbun di beberapa
bagian lokasi kegiatan yang membutuhkan.
Kegiatan pematangan lahan diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak
penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, air larian (run off),
estetika (timbulan limbah padat domestik dan limbah padat material),
gangguan biota darat, sikap dan persepsi masyarakat, pola penyakit,
keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Konstruksi Bangunan Utama dan Utilitas Pendukung


Pada dasarnya kegiatan pembangunan fisik terbagi atas 2 (dua) pekerjaan
yaitu pekerjaan struktur bawah (sub structure) dan struktur atas (upper
structure).
– Pekerjaan struktur bawah (sub structure) meliputi pemasangan struktur
pondasi bangunan, sloof dan saluran drainase, SPAH, STP dan lain-
lain.
– Khusus pekerjaan struktur atas (upper structure) terdiri atas
pemasangan kolom dan balok, konstruksi dinding bangunan, konstruksi
atap, pemasangan genteng dan lain-lain.

Pembangunan fisik konstruksi bangunan rencana usaha dan/atau kegiatan


Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) akan membangun 48 unit
ruko dan 1.400 unit kios/lapak dan juga akan dibangun gudang, ruang
perkantoran, tangga dan tempat parkir.

Pekerjaan utilitas pendukung terdiri atas beberapa bagian pekerjaan, antara


lain:

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 15
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

a.Penerangan
Untuk keperluan penerangan dalam kegiatan konstruksi bangunan baik
interior maupun luar gedung menggunakan sumber energi listrik dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Genset sebagai cadangan pada
saat listrik dari PLN tidak menyala.
b. Penyediaan Air Bersih
Untuk kebutuhan air bersih di PDP diperkirakan dengan mengacu pada
jumlah pedagang dan kunjungan di Pasar Induk Kramatjati yaitu
tercatat terdapat sekitar 4.500 pedagang resmi dan 20.000 pengunjung
pasar yang terdata untuk jumlah harian serta rata-rata sampah per hari
sampai 20 ton. (Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul
"Berapa Banyak Sampah Dihasilkan Pasar Kramatjati Per Hari",
https://megapolitan.kompas.com/read/2014/07/10/2481031/Berapa.Ban
yak.Sampah.Dihasilkan.Pasar.Kramatjati.Per.Hari.), maka :

 Pedagang = 4.500 orang


 Pengunjung = 20.000 orang per hari
 Karyawan = 438 orang
Jumlah = 24.938 orang per hari

Kebutuhan air bersih:


10,76 hektar x 12.000 liter/hektar/hari (12.000 liter/hektar/hari, Kriteria
Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996 untuk Sektor Pasar)
= 129.120 liter/hari atau 129,12 m3/hari.

c.Pengelolaan Limbah Cair


Air yang menjadi limbah diasumsikan sebesar 80% dari total
pemakaian air bersih yaitu 129,12 m3/hari x 80% = 103,30 m3/hari.
(Sumber: Morimura dan Sofyan). Grey water akan dialirkan ke IPAL
untuk diolah, sedangkan black water akan dialirkan ke septic tank.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 16
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Bagan alir pengolahan limbah cair disajikan dalam Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Bagan Alir Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PDP

d. TPS Limbah Padat Domestik


Dengan asumsi setiap orang menghasilkan timbulan limbah
padat/sampah yang dihasilkan per orang di dalam suatu kota besar
tercatat rata – rata 0,350-0,400 kg/orang/hari mengacu pada LPM ITB
dan Puslitbang Pemukiman Dep.PU tahun 1991 dan untuk konversi 1
kg = 0.0042 m3. Maka pada saat kondisi beban maksimum prediksi,
timbulan limbah padat yang dihasilkan sejumlah:

Tabel 2.6. Estimasi Timbulan Sampah Pada Saat Kegiatan


Operasional
Timbulan
Jumlah Timbulan sampah sampah yang
Sumber limbah
Orang (kg/org/hari) dihasilkan
(kg/hari)
Tenaga Kerja 438 0,4 175
Pengunjung 20.000 0,4 8.000
Pedagang 4.500 0,4 1.800

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 17
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Timbulan
Jumlah Timbulan sampah sampah yang
Sumber limbah
Orang (kg/org/hari) dihasilkan
(kg/hari)
Sisa Dagangan - - 50.000
Total Timbulan Sampah 59.975
Sumber: Pemrakarsa, 2019

Untuk pengelolaan limbah padat ini, akan dibangun Tempat


Penampungan Sementara (TPS) yang berukuran 10 m x 10 m x 2,5 m
yang berfungsi untuk menampung limbah padat domestik. Sekitar 70%
sebenarnya adalah sampah organik yang akan diproses menjadi pupuk
kompos. Sedang sisanya yang tidak bisa diproses menjadi pupuk
kompos, pemrakarsa akan mengangkutnya ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA).

Kegiatan ini akan berpotensi menimbulkan dampak terhadap penurunan


kualitas udara, peningkatan kebisingan, estetika (timbulan limbah padat
domestik dan material), sikap dan persepsi masyarakat, pola penyakit,
keselamatan dan kesehatan kerja.

C. Tahap Operasional
Komponen kegiatan tahap operasional yang diperkirakan menimbulkan
dampak terhadap komponen lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan Tenaga Kerja


Setelah selesainya Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP),
Pemerintah Provinsi Banten dan Kabupaten Serang akan menunjuk
perusahaan atau Badan Usaha Milik Daerah sebagai pengelola Pusat
Distribusi Provinsi (PDP). Manajemen pengelola akan merekrut tenaga
kerja yang dibutuhkan dalam pengoperaian Pusat Distribusi Provinsi
(PDP).

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 18
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Adapun jumlah tenaga kerja pengoperaian Pusat Distribusi Provinsi (PDP)


yang dibutuhkan disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.7. Penempatan dan Jumlah Tenaga Kerja


Jumlah
No Klasifikasi Pendidikan
(orang)
1. Building Manager S1/ S2 1
2. Ass. Building Manager S1 2
3. Administrasi D3/SMA sederajat 10
4. Karyawan D3/SMA sederajat 50
5. Teknisi dan Pemeliharaan SMA sederajat 25
6. Kebersihan SMA sederajat 200
7. Security SMA sederajat 150
Total 438
Sumber: Pemrakarsa, 2019

Jam tenaga kerja pada saat operasional Pusat Distribusi Provinsi (PDP)
dibagi menjadi 2 shift dengan cara pergantian tenaga kerja per shiftnya,
yaitu sebagai berikut:
 1 (satu minggu) : 7 hari kerja
 1 (satu hari) : 6 jam kerja per shift
 Waktu kerja : 10.00 – 22.00 WIB

Kegiatan penerimaan tenaga kerja tahap operasional ini diprakirakan


menimbulkan dampak potensial terhadap lingkungan hidup yaitu
perubahan sikap dan persepsi masyarakat.

2. Operasional Pusat Distribusi Provinsi (PDP)


Dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran Pusat Distribusi Provinsi
(PDP) dalam melayani konsumen/masyarakat secara cepat dan akurat
dilakukan dengan sistem ”Point-to-Point”. Sistem distribusi dapat
diartikan sebagai rangkaian mata rantai penghubung antara produsen dan
konsumen dalam rangka menyalurkan produk/jasa agar sampai ke tangan
konsumen secara efisien dan mudah dijangkau. Sistem distribusi adalah
bagian dari totalitas sistem pemasaran, dimana saluran distribusi
(distribution channel) dipahami sebagai seperangkat organisasi yang

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 19
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

memungkinkan produk atau jasa tersedia untuk dibeli konsumen atau bisnis
(Hollensen, 2010). Konsep distribusi telah berevolusi dari physical
distribution management menjadi logistic management dan selanjutnya
menjadi supply chain management (Gattorna and Walters, 1996). Distribusi
menjadi penting bagi perusahaan karena disana terlibat sejumlah modal
yang besar. Dengan adanya perkembangan teknologi saat ini telah
memungkinkan pengembangan produk baru bisa berlangsung dengan
cepat. Kompetisi di pasar menjadi sangat ketat dan pemasaran menjadi
lebih kompleks. Hal ini semakin menuntut adanya sistem distribusi yang
terintegrasi. Saluran distribusi menghubungkan pemasok dan produsen
dengan pengguna akhir barang atau jasa. Saluran distribusi yang efektif dan
efisien memberikan keunggulan strategis yang penting bagi para anggota
organisasi atas saluran-saluran pesaingnya.
Sistem distribusi yang digunakan akan mempengaruhi efisiensi yang dapat
dicapai. Sebelum tahun 1970-an, sistem distribusi yang banyak digunakan
adalah sistem ”Point-to-Point”. Pada sistem ini, distribusi dilakukan
dengan mengirimkan barang dari suatu titik ke titik yang lain tanpa terlalu
memperhatikan aliran atau rute pengiriman barang secara keseluruhan.
Dengan sistem ini, secara keseluruhan frekuensi pengiriman barang
menjadi tinggi dan berdampak pada total biaya distribusi. Pada tahun
periode 1970-1980, distribusi mulai menggunakan sistem “Hub-and-
Spoke”. Sistem ini dikembangkan dengan memperhatikan keseluruhan titik
asal dan titik tujuan pengiriman barang. Pengiriman barang dari suatu titik
ke titik yang lain dilakukan dengan menggunakan suatu titik sebagai “hub”.
Dengan sistem ini, efisiensi dapat dicapai melalui frekuensi pengiriman
barang yang lebih rendah. Selain itu, tingkat penggunaan armada menjadi
lebih baik pada rute jarak jauh. Pemilihan kapasitas armada pada suatu rute
juga dapat disesuaikan dengan volumenya.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 20
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Gambar 2.5. Sistem Distribusi ”Point-to-Point”

Produktifitas perkebunan, pertanian dan sayuran masih menjadi unggulan


masyarakat Kecamatan Kopo, dimana produksi utamanya adalah tanaman
pangan, terutama padi. Sektor pertanian memberikan andil cukup besar
dalam perekonomian di Kecamatan Kopo dan terus dikembangkan dengan
tidak terlepas dari program pemerintah di bidang pertanian sebagai salah
satu program percepatan pembangunan di Kecamatan Kopo. Pada periode
tahun 2017, produksi padi sawah di Kecamatan Kopo mencapai 8.213 ton,
padi ladang 229 ton, Jagung 300 ton, Ubi kayu 2230 ton dan Ubi jalar 1550
ton. Sedangkan untuk produksi sayuran, ketimun kangkung dan bayam
adalah jenis sayuran yang paling banyak menghasilkan di Kecamatan
Kopo. Untuk produksi buah-buah, pisang, rambutan dan mangga adalah
produksi paling tinggi yang dihasilkan di Kecamatan Kopo.

Tabel 2.8. Potensi Padi dan Palawija Wilayah Kecamatan Kopo

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 21
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Luas Produksi Produktivitas


No. Jenis Tanaman
Panen (Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1. Padi
a. Padi Sawah 1292 8213 5,9
b. Padi Ladang 82 229 2,8
2. Palawija
a. Jagung 98 300 3,0
b. Ketela pohon 145 2230 15,3
c. Ketela Rambut 120 1550 12,9
d. Kacang Tanah 124 190 1,5
e. Kacang Hijau 40 41 1
f. Kedelai - - -
Sumber: Kecamatan Kopo Dalam Angka 2017

Tabel 2.9. Potensi SayuranWilayah Kecamatan Kopo


Jenis
Tanaman Luas Produksi
No. Jenis Tanaman
Luas Panen(Ha) (Kw)
Tanaman(Ha)
1 Sawi 32 32 1896
2 Kacang Panjang 55 55 2132
3 Terong 25 25 812
4 Ketimun 78 78 2130
5 Kangkung 35 35 1438
6 Bayam 28 27 1024
7 Cabe Rawit 20 20 719
8 Cabe Merah 25 25 720
Sumber: Kecamatan Kopo Dalam Angka 2017

Produksi buah-buahan yang terkenal dari Kecamatan Kopo adalah buah


Rambutan karena hampir setiap rumah tangga di Kecamatan Kopo
memiliki pohon rambutan oleh karenanya tidak heran ketika produksi
rambutan di Kecamatan Kopo pertahunnya cukup besar, bahkan hasilnya
banyak dijual keluar Wilayah Kecamatan Kopo bahkan sampai ke Jakarta
dan kota- kota lainnya.
Lokasi Kecamatan Kopo dengan Ibukota menjadi keuntungan tersendiri
dimana beberapa area Bodetabek yang saat ini menjadi penyangga Kota
Jakarta untuk beberapa tahun yang akan datang akan menjadi sangat padat.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 22
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Perjalanan Jakarta – Kecamatan Kopo bisa ditempuh selama satu jam


dengan jarak 60 kilometer. Selain itu, akses perjalanan juga mudah
dilintasi angkutan darat, seperti kereta api maupun kendaraan umum.

Pada prinsipnya, Pusat Distribusi (PD) sebagai suatu lembaga atau badan
penyangga yang dapat menangani sistem rantai pasok komoditas pokok dan
strategis yang diperlukan, memiliki aktivitas sebagai berikut:
a. Penampung (Collector)
Membeli hasil produksi dari petani/peternak/nelayan dan mengolahnya
(penanganan, penampungan, pemotongan dan pengepakan) menjadi
produk yang siap dijual kepada konsumen.
b. Pemasar (Marketer)
Memasarkan komoditas pokok dan strategis baik keluar negeri (ekspor)
maupun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
c. Grosir (Wholesaler)
Mengadakan barang konsumsi dan sarana produksi kebutuhan
petani/peternak/nelayan dari pabrikan atau grosir dan menyalurkannya
ke masyarakat petani/peternak/nelayan melalui outlet yang tersedia.
d. Penyedia Jasa Logistik
Menangani aktivitas logistik baik transportasi maupun pergudangan dan
inventori.
e. Pelayanan
1) Melayani kebutuhan petani/peternak/nelayan
2) Mengkoordinasikan dan menangani seluruh kegiatan bisnis
komoditas pokok dan strategis mulai tingkat pedesaan
(petani/peternak/nelayan) sampai ke perkotaan (konsumen), bahkan
ekspor.
f. Pembinaan dan Kemitraan
1) Melakukan pembinaan masyarakat petani/peternak/nelayan baik
yang terkait dengan budidaya, panen, pasca panen, pemasaran
maupun kesejahteraannya.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 23
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

2) Melakukan pembinaan manajemen bisnis bagi unit usaha pedesaan


(Wardes, KUD, BUMDes) agar menjadi usaha bisnis yang modern
dan profesional.
3) Menjalin kerjasama kemitraan dengan unit usaha pedesaan/Outlet
Mitra (Wardes, KUD, BUMDes) dan Pemda, lembaga keuangan,
dan para pihak terkait lainnya.

Jika dilihat pada mata rantai pasokan komoditas pokok dan strategis
(Gambar 2.6), Pusat Distribusi (PD) dalam melakukan konsolidasi barang
dari/ke petani/peternak/nelayan mutlak perlu melakukan kerjasama dengan
outlet pengumpul dan Unit Distribusi Kecamatan (UDK). Hal ini
dikarenakan keduaentitas bisnis tersebut merupakan perpanjangan tangan
dari PD dalam rangka pemberdayaan masyarakat pedesaan. Sementara itu,
untuk menjangkau konsumen akhir (RT, non RT dan industri pengolahan),
PD mutlak perlu melakukan kerjasama dengan jaringan pengecer (pasar
tradisional/modern) dan pedagang intermediare. Dengan demikian, PD
harus selalu berkolaborasi dengan mitra strategis di setiap rantai. Secara
lebih detil tentang fungsi PD di setiap mata rantai pasokan komoditas
pokok dan strategis ditunjukkan pada gambar berikut.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 24
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Gambar 2.6. Mata Rantai Pasokan Komoditas Pokok dan Strategis

Di jaringan pemasok, outlet pengumpul sebagai perpanjangan tangan PD


akan berfungsi sebagai kolektor/pengumpul hasil produksi
petani/peternak/nelayan; melakukan sorting, grading dan packing; serta
melakukan pelayanan termasuk di dalamnya pelayanan penyediaan
kebutuhan pokok masyarakat pedesaan. Entitas Unit Distribusi Kecamatan
(UDK) akan berfungsi sebagai tempat processing atau pengolahan
komoditas hasil tani lebih lanjut (contohnya penggilingan); melakukan
sorting, grading dan packing; dan pelayanan bisnis termasuk di dalamnya
permodalan di tingkat petani/peternak/ nelayan. Sementara itu, Pusat
Distribusi (PD) melakukan fungsi branding komoditas yang dialirkan
melalui PD; melakukan re-grading & re-packing; serta melakukan layanan
bisnis lainnya termasuk di dalamnya aktivitas ekspor impor dan
penjaminan finansial untuk masyarakat pedesaan dan pedagang mikro
(pasar tradisional).

Untuk komoditas jenis fast moving, fungsi pusat distribusi lebih


diutamakan sebagai terminal bukan sebagai public warehousing. Sifat
komoditas fast moving yang cepat berubah kualitasnya serta margin harga
yang tipis dikarenakan rata-rata produk tersebut merupakan produk segar
tanpa pengolahan, menyebabkan komoditas tersebut harus sesegera
mungkin sampai ke tangan pelanggan. Keterlambatan pengirimannya
hanya akan membuat produk tersebut merosot harganya atau bahkan
kadaluarsa sehingga tidak bisa dijual dan menjadi limbah. Sebagai
terminal, fungsi utama pusat distribusi untuk barang fast moving adalah:
a. Tempat penggantian moda transportasi dari yang bervolume besar
menjadi yang bervolume lebih kecil. Pusat distribusi yang baik adalah
terminal dengan sistem cross docking yang sangat efisien dan cepat.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 25
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

b. Tempat terjadinya pelelangan komoditas tertentu berpartai sangat besar


untuk memastikan rantai nilai (value chain) yang optimal, tidak
berjenjang, mengurangi perantara, bersifat transparan serta yang
terpenting adalah proses tawar menawar antara pemasok dengan
distributor dapat berlangsung cepat dan teratur sehingga sangat sesuai
dengan sistem cross docking.
c. Memberi kemudahan dengan sistem transaksi pembayaran voucher
sehingga tidak ada waktu terbuang karena transaksi berbasis tunai.
d. Standardisasi operasi. Para anggota pengguna pusat distribusi
diharuskan mematuhi dan beroperasi sesuai persyaratan yang telah
ditentukan oleh pengelola pusat distribusi. Persyaratan Operasi (SOP)
tersebut bertujuan selain untuk memperlancar dan mempermudah
koordinasi dan penanganan sistem cross docking, juga berfungsi untuk
memastikan standar kualitas dan cara pengemasan maupun transportasi
dari komoditas tersebut. Misalkan proses sorting (pemilahan) dan
grading (tingkat mutu) harus dilakukan sebelum tiba di pusat distribusi
serta satuan unit terkecil (lot sizing) diseragamkan untuk memudahkan
penanganannya. Dalam hal ini keberadaan Sub Pusat Distribusi di
daerah pasokan akan sangat memudahkan proses sorting dan grading.
e. Tempat penanganan daur ulang dan limbah. Komoditas yang belum
terjual hingga tiba waktu menjelang kadaluarsanya dapat dipertahankan
nilainya dengan dilakukan pemrosesan lebih lanjut yang bersifat daur
ulang. Fasilitas pemrosesan dapat diadakan sendiri dalam kompleks
pusat distribusi ataupun disalurkan pada para pelaku pemroses di luar
pusat distribusi. Limbah yang masih tersisa akan ditangani secara
khusus seperti dipadatkan untuk disalurkan pada tempat pembuangan
sampah.

Selain berfungsi sebagai terminal, pusat distribusi barang fast moving dapat
pula berfungsi sebagai penyedia fasilitas penyimpanan khusus atau cold
storage. Fungsi cold storage merubah sifat fast moving menjadi slow

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 26
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

moving karena usia kedaluarsa menjadi diperlambat sehingga memastikan


kesegarannyaterjaga. Seyogyanya fasilitas semacam ini hanya sesuai untuk
komoditas organik yang relatif memiliki nilai tinggi di pasar, misalkan
bunga anggrek untuk tujuan ekspor dan sebagainya. Fasilitas semacam ini
akan mengarahkan pusat distribusi menjadi mitra industri pengolahan
produk organik. Berikut ini ditunjukkan area bisnis pada setiap mata rantai
pasokan.

Gambar 2.7. Area Bisnis pada setiap Mata Rantai Pasokan

Sistem pelayanan yang akan dikembangkan adalah sistem pelayanan satu


atap yang akan dikelola oleh manajemen profesional. Berikut berbagai
pelayanan yang mungkin diberikan oleh suatu pusat distribusi yaitu antara
lain:
a. Ekspor Impor
1) Administrasi
Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 27
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

2) Pengurusan retribusi dan bea cukai


3) lnspeksi kualitas & sertifikasi
b. Transportasi
1) Pengiriman ke dalam-ke luar
2) Load-Unload truk, kendaraan lain
c. Pergudangan
1) Penerimaan
2) Cross docking
d. Penyimpanan Khusus - Cold Storage
1) Order Picking/Kitting
2) Inspeksi
3) Konsolidasi
4) Pengemasan (packing/crating)
5) Pengiriman (shipping)
e. Lelang: Tempat pelelangan cepat
f. Fasilitas Keuangan-Perbankan
1) Kredit (credit scheme)
2) Modal kerja
3) Penjaminan (surety bonds)
4) Sistem pembayaran
g. Sistem lnformasi:
1) Lokasi gudang
2) Pencatatan (inventory records)
3) Keluar-masuk (inventory turns)
4) Pemilihan (picking information)
5) Informasi pasar

3. Operasional Utilitas Pendukung


A. Sumber dan Kebutuhan Air Bersih

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 28
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di PDP ini diperoleh dari air
bawah tanah dengan membuat 2 (dua) titik sumur bor dengan kapasitas
3,0 m3/jam.

Untuk kebutuhan air bersih di PDP diperkirakan dengan mengacu pada


jumlah pedagang dan kunjungan di Pasar Induk Kramatjati yaitu
tercatat terdapat sekitar 4.500 pedagang resmi dan 20.000 pengunjung
pasar yang terdata untuk jumlah harian serta rata-rata sampah per hari
sampai 20 ton. (Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul
"Berapa Banyak Sampah Dihasilkan Pasar Kramatjati Per Hari",
https://megapolitan.kompas.com/read/2014/07/10/2481031/Berapa.Ban
yak.Sampah.Dihasilkan.Pasar.Kramatjati.Per.Hari.), maka :

Pedagang = 4.500 orang


Pengunjung = 20.000 orang perhari
Karyawan = 438 orang
Jumlah = 24.938 orang perhari

Kebutuhan air bersih :


10,76 hektar x 12.000 liter/hektar/hari (12.000 liter/hektar/hari, Kriteria
Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996 untuk Sektor Pasar)
= 129.120 liter/hari atau 129,12 m3/hari.

Air yang menjadi limbah diasumsikan sebesar 80 % dari total


pemakaian air bersih yaitu 129,12 m3/hari x 80% = 103,30 m3/hari.
(Sumber: Morimura dan Sofyan). Grey water akan dialirkan ke IPAL
untuk diolah, sedangkan black water akan dialirkan ke septictank.

B. Penyediaan Energi Listrik


Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) membutuhkan
adanya suplai energi listrik. Kebutuhan energi listrik pada tahap

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 29
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

operasional disuplai oleh PLN dan untuk mengantisipasi matinya atau


tidak tersedianya arus listrik dari PLN, direncanakan akan menggunakan
Genset sebagai cadangan.

C. Instalasi Pengolahan Limbah Cair


Air limbah dari kegiatan operasional Pusat Distribusi Provinsi (PDP)
diprakirakan sebanyak 103,30 m3/hari (80% dari total pemakaian air
bersih). Kegiatan ini mencakup kegiatan pembuangan limbah cair yang
berasal kegiatan domestik tenaga kerja, pedagang dan pengunjung.
Limbah cair ini dialirkan ke IPAL.

Limbah cair Pusat Distribusi Provinsi (PDP) sebelum di buang ke sungai


yang ada di sekitar lokasi kegiatan terlebih dahulu dilakukan pengolahan
sehingga limbah cair yang dibuang memenuhi standard baku mutu limbah
cair domestik sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup dan Kehutanan No. P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tahun
2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

Seluruh air limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik yaitu air
limbah tenaga kerja, pedagang dan pengunjung seperti air limbah kamar
mandi, air limbah pencucian, air limbah wastafel, air limpasan dari tangki
septik dan air limbah lainnya, seluruhnya dialirkan ke bak pemisah lemak
atau minyak. Bak pemisah lemak tersebut berfungsi untuk memisahkan
lemak atau minyak yang berasal dari kegiatan pedagang makanan serta
untuk mengendapkan kotoran pasir, tanah atau senyawa padatan yang tak
dapat terurai secara biologis.

Selanjutnya limpasan dari bak pemisah lemak dialirkan ke bak ekualisasi


(Sum Pit) yang berfungsi sebagai bak penampung limbah dan bak kontrol
Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 30
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

aliran. Air limbah di dalam bak ekualisasi selanjutnya dipompa ke unit


IPAL. Di dalam unit IPAL tersebut, pertama air limbah dialirkan masuk
ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan
kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan, juga
berfungsi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan,
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur. Air limpasan
dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob
(biofilter Anaerob) dengan arah aliran dari atas ke bawah. Di dalam bak
kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media khusus dari bahan plastik
tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor anaerob terdiri dari dua buah
ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan
oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari
operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-
organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik
yang belum sempat terurai pada bak pengendap. Air limbah dari bak
kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam
bak kontaktor aerob ini diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe
sarang tawon, sambil di-aerasi atau dihembus dengan udara sehingga
mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam
air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan
demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang
tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media
yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat
organik, serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi
penghilangan amonia menjadi lebih besar. Proses ini sering dinamakan
Aerasi Kontak (Contact Aeration).

Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini
lumpur aktif yang mengandung mikro-organisme diendapkan dan
sebagian air dipompa kembali ke bagian bak pengendap awal dengan
pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (outlet/over flow)

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 31
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

sebagian dialirkan ke bak yang ditanami ikan, dan sebagian lagi dialirkan
ke bak khlorinasi/kontaktor khlor. Di dalam bak kontaktor khlor ini air
limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-
organisme patogen. Penambahan khlor bisa dilakukan dengan
menggunakan khlor tablet atau dengan larutan kaporit yang disuplai
melalui pompa dosing. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses
khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan
kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat
organik (BOD, COD), amonia, padatan tersuspensi (SS), phospat dan
lainnya dapat juga turun secara signifikan.

Bagan alir proses pengolahan air limbah domestik dengan sistem biofilter
anaerob-aerob dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut ini.

Gambar 2.8. Bagan Alir Proses Pengolahan Limbah Cair

D. Operasional TPS Limbah Padat Domestik


Untuk limbah padat dometik dari kegiatan Pusat Distribusi Provinsi
Limbah Cair
(PDP) akan disediakan TPS limbah padat berupa bak dengan kapasitas 75

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 32
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

ton. Diprakirakan limbah padat domestik yang dihasilkan sebesar ±


29.975 kg/hari. Laju timbulan sampah untuk suatu kota besar sebesar
0,350-0,400 kg/orang/hari mengacu pada LPM ITB dan Puslitbang
Pemukiman Dep.PU tahun 1991 dan untuk konversi 1 kg = 0,0042 m3.

Untuk mengurangi volume sampah PDP yang dibuang ke Tempat


Pembuangan Akhir (TPA), sebagian diantaranya khususnya sampah padat
organik dimanfaatkan ulang dan diolah menjadi kompos. Dari sisi
ekonomi, pengomposan sampah padat organik mengandung arti bahwa
barang yang semula tidak memiliki nilai ekonomis dan bahkan
memerlukan biaya yang cukup mahal untuk menanganinya.

a. Pilahkan sampah organik dan sampah non organik, komposisi


terbesar dari sampah PDP ini sekitar 70% sebenarnya adalah sampah
organik dan ini bisa ditahan di TPS dan diolah menjadi kompos. Jenis
sampah organik yang bisa diolah menjadi kompos itu adalah sampah
sayur baru sisa sayur basi, tapi ini harus dicuci dulu, peras, lalu buang
airnya sisa nasi sisa ikan, ayam, kulit telur, sampah buah (anggur,
kulit jeruk, apel, dan lain-lain). Dalam keadaan terpotong-potong,
tidak termasuk kulit buah yang keras seperti kulit salak.
b. Sampah organik yang tidak bisa diolah: protein seperti daging, ikan,
udang, juga lemak, santan, susu (karena mengundang lalat sehingga
tumbuh belatung) biji-biji yang utuh atau keras seperti biji salak,
asam, lengkeng, alpukat dan sejenisnya. Buah utuh yang tidak
dimakan karena busuk dan berair seperti pepaya, melon, jeruk,
anggur.

4. Transportasi dan Perparkiran


Untuk memberikan kenyamanan tenaga kerja, pedagang dan pengunjung
dalam memarkirkan kendaraan, disediakan tempat parkir, sehingga
memberikan ketenangan pada tenaga kerja, pedagang dan pengunjung Pusat

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 33
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Distribusi Provinsi (PDP). Ruang parkir kendaraan pada Pusat Distribusi


Provinsi (PDP) ini disediakan pemrakarsa yang dapat memuat kendaraan
roda 4 dan kendaraan roda 2. Bagi tenaga kerja, pedagang dan pengunjung,
dapat memarkirkan kendaraannya.

Kegiatan transportasi dan perparkiran diprakirakan menimbulkan dampak


potensial penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, sikap dan
persepsi masyarakat, pola penyakit dan bangkitan lalu lintas.

5. Pemeliharaan Gedung dan Prasarana


Selama operasional Kegiatan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) berlangsung
secara berkala diperlukan pemeliharaan gedung dan prasarana. Pengamanan
gedung dilakukan dengan pengawasan melalui perangkat kamera pengintai
(CCTV) dan satpam. Kegiatan pemeliharaan ini berkaitan dengan
kebersihan dan keindahan bangunan, halaman dan taman, kondisi bangunan
dan fasilitas pendukung, termasuk fungsi fasilitas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) untuk gedung bertingkat dan utilitas gedung.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan suatu upaya perlindungan
agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan aman selama melakukan
pekerjaan di tempat kerja serta begitu pula bagi orang lain yang memasuki
tempat kerja dan agar sumber dari proses produksi dapat secara aman dan
efisien dalam pemakaiannya. Upaya kesehatan dan keselamatan kerja yang
akan dibahas dalam kegiatan ini adalah:
a. Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA),
personal protective equipments atau alat pelindung diri (APD)
didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari
luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 34
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

(hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik,
elektrik, mekanik dan lainnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik


Indonesia Nomor PER 08/MEN/VII/2010 dikatakan Alat Pelindung Diri
(APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari
potensi bahaya di tempat kerja.

b. Jenis- Jenis APD


1) APD Pelindung Kepala
Jenis APD yang digunakan adalah semua topi pengaman (safety
helmets), tali pengikat diberikan bila dibutuhkan, topi logam dilarang
untuk digunakan.
Topi pelindung kepala diperlukan bila seseorang kemungkinan akan
kejatuhan benda-benda atau terbentur kepalanya. Beberapa bahaya
yang perlu diperhitungkan pada saat kegiatan berlangsung adalah:
- Bahan yang runtuh saat pekerjaan penggalian.
- Benda yang jatuh dari suatu anjungan kerja.
- Benda yang jatuh saat diangkat dengan derek/alat angkat, saat
dimuat atau dibawa oleh kendaraan.
- Bagian perancah yang jatuh saat membangun atau membongkarnya.

2) APD Kaki
Jenis APD yang digunakan biasanya sepatu boot dan sepatu produksi
untuk suatu standar yang disetujui. APD ini berfungsi melindungi kaki
dari risiko:
- Benda yang jatuh ke kaki
- Paku, atau benda tajam lainnya
- Benda tajam yang melukai urat nadi kaki

3) APD Tangan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 35
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Untuk melindungi tangan, jenis APD yang disetujui adalah:


- Sarung tangan katun (Polka Dot gloves)
- Sarung tangan kulit
- Sarung tangan karet
- Sarung tangan penahan panas

Sarung tangan yang sesuai dapat melindungi terhadap (misal semen),


beton cair dan bahan pelarut yang dapat menyebabkan penyakit kulit.
Juga akan melindungi terhadap teriris dan tergores saat menangani bata,
besi, dan kayu. (Rijanto, Budi. 2010).

c. Bahaya Kebakaran
Pada kebanyakan lokasi, keadaan darurat yang utama adalah kebakaran.
Banyak benda padat, cair dan gas yang dapat terbakar dengan mudah.
Setiap kejadian kebakaran dapat berdampak terhadap kesehatan,
keselamatan, kerusakan, dan penundaan pekerjaan yang merugikan.
Menurut National Fire Protection Association (NFPA) kebakaran
merupakan peristiwa oksidasi dimana bertemunya 3 buah unsur yaitu bahan
yang dapat terbakar, oksigen yang terdapat di udara dan panas yang dapat
berakibat menimbukan kerugian harta benda atau cidera bahkan kematian
manusia (Building & plant Institute dan Ditjen Binawas Depnaker, 2005).
Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No:
Kep 186/Men/1999 bahwa kegiatan Gedung/Ruang Perumahan termasuk
dalam klasifikasi bahaya kebakaran ringan.

d. Jalur Evakuasi
Jalan penyelamatan/evakuasi adalah jalur perjalanan yang menerus
(termasuk jalan ke luar, koridor/selasar umum dan sejenis) dari setiap
bagian bangunan. Bila kebakaran terjadi pada lokasi kegiatan maka perlu
diperhatikan:
- Cara memberikan peringatan:

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 36
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Rencanakan sistem pemberitahuan kepada orang-orang di lapangan, hal


ini dapat berupa unit alarm, klakson, peluit atau teriakan mulut pada
lokasi yang kecil.
- Cara penyelamatan
Rencanakan jalur penyelamatan dan pastikan selalu siap dan tidak
terhalang. Lindungi jalur penyelamat dengan memasang pemisah
kebakaran yang permanen dan pintu kebakaran sesegera mungkin. Hal
ini penting karena jalur penyelamat akan memberi jalan kepada orang-
orang ke tempat berkumpul untuk dapat dihitung jumlahnya. Pastikan
tersedia cukup penerangan pada jalur penyelamatan yang terlindung
dan tertutup.

2.4. Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal


Kegiatan pembangunan dipastikan akan mempengaruhi kondisi komponen
lingkungan hidup di sekitarnya. Namun, tidak semua komponen lingkungan akan
dikaji dengan analisis secara mendalam, tetapi hanya dilakukan pada komponen
lingkungan yang diduga dapat mengalami perubahan mendasar atau berpotensi
terkena dampak penting atau dapat menimbulkan dampak terhadap komponen
lingkungan lainnya di sekitar lokasi kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi
Provinsi (PDP) Pemerintah Provinsi Banten.

2.4.1. Komponen Lingkungan Yang Terkena Dampak


Komponen lingkungan yang mempengaruhi rencana kegiatan usaha dan/atau
kegiatan diuraikan sebagai berikut:
A. Komponen Geo Fisik Kimia
1. Iklim
a. Hari Hujan dan Curah Hujan
Sesuai dengan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika-
Stasiun Geofisika Serang, pada tahun 2013-2017 terdapat jumlah hari
hujan antara 5-26 hari/bulan sedangkan kering antara 1-4 hari/bulan,
jumlah bulan basah antara 5-31 hari/bulan dan jumlah bulan lembab 3-9

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 37
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

hari/bulan dengan volume curah hujan tertinggi sebanyak rata-rata 371


mm dan volume curah hujan terendah sebanyak rata-rata 3 mm. Rerata
bulanan Curah Hujan dan Hari Hujan pada tahun 2013-2017 di Wilayah
Studi sebanyak rata-rata 38,25 mm dan 18,3 hari. Untuk lebih lengkapnya
dapat dilihat pada tabel curah hujan dan banyaknya hari hujan disajikan
pada Tabel 2.10 berikut:
Tabel 2.10. Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) di Wilayah Studi
Tahun
Rata-rata
Bulan 2013 2014 2015 2016 2017
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
Januari 371 19 15 24 13,4 24 6,6 19 321 24 74,2 22
Februari 11 26 9 23 12,7 23 10,5 26 351 23 78,84 24,2
Maret 15 23 5 18 8,4 18 9,9 23 114 18 30,46 20
April 5 19 5 21 7,3 21 4,6 19 94 21 23,18 20,2
Mei 13 18 6 14 4,9 14 8 18 143 14 34,98 15,6
Juni 4 13 4 15 11,9 15 7,2 13 101 15 25,62 14,2
Juli 10 16 18 13 1,2 13 8,4 16 107 13 28,92 14,2
Agustus 17 24 2 5 1,7 5 5,4 24 18 5 8,82 12,6
September 3 24 6 10 0,1 10 6,6 24 48 10 12,74 15,6
Oktober 9 22 5 16 4,7 16 6,9 22 112 16 27,52 18,4
November 95 22 9 21 22 21 6,3 22 154 21 57,26 21,4
Desember 17 20 6 22 9,1 22 8,1 20 242 22 56,44 21,2
Jumlah 458,9 219,6
8
Rata-rata 38,25 18,3
Jumlah
570 90 97 86 1,805 530
Tahunan
Jumlah
bulan 10 12 12 12 2 9,6
kering
Jumlah
bulan 1 - - - 9 5
basah
Jumlah
bulan 1 - - - 1 1
lembab
Q 10 - - - 0,22 1,9
Sumber: BMKG untuk Lokasi Serang, 2018
Keterangan: CH = Curah Hujan, HH = Hari Hujan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 38
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Berdasarkan Tabel 2.10 dapat diketahui penggolongan tipe iklim menurut


Schmidt dan Ferguson didasarkan atas nilai quotient (Q) dengan cara
membagi jumlah bulan kering rata-rata dengan jumlah bulan basah rata-
rata yang dinyatakan dalam persen (%) seperti berikut:

Jumlah bulan kering rata-rata


Q=
Jumlah bulan basah rata-rata

Bulan kering adalah bulan-bulan yang curah hujannya kurang dari 60


mm, sedang bulan basah adalah bulan-bulan yang curah hujannya lebih
besar dari 100 mm. Bulan-bulan yang curah hujannya berkisar antara 60-
100 mm disebut bulan lembab. Nilai Q hasil perhitungan tersebut
selanjutnya digunakan untuk menetapkan tipe iklim suatu lokasi seperti
disajikan pada Tabel 2.11 berikut.

Tabel 2.11.Tipe Iklim menurut Schmidt dan Ferguson berdasarkan Nilai Q


No. Tipe Iklim Kriteria Keterangan
1. A 0 ≤ Q < 0,143 Sangat basah
2. B 0,143 ≤ Q < 0,333 Basah
3. C 0,333 ≤ Q < 0,600 Agak basah
4. D 0,600 ≤ Q < 1,000 Sedang
5. E 1,000 ≤ Q < 1,670 Agak kering
6. F 1,670 ≤ Q < 3,000 Kering
7. G 3,000 ≤ Q < 7,000 Sangat kering
8. H 7,000 ≤ Q Luar biasa kering
Sumber: Schmidt and Ferguson, 1952

Dari hasil analisis data hujan tersebut, nilai Q menurut Schmidt dan
Ferguson adalah 1,9 yaitu iklim kering. Maka dapat disimpulkan bahwa
lokasi Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi
Banten yang berlokasi di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 39
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Serang termasuk tipe iklim kering karena berdasarkan data curah hujan
daerah tersebut diketahui adanya bulan kering, bulan basah dan bulan
lembab.

b. Suhu/Temperatur
Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Stasiun Geofisika, Serang Tahun 2013-2017, suhu udara rata-
rata 5 tahun terakhir di lokasi studi sebesar 26ºC-28.1ºC dengan suhu
maksimum 28,1ºC pada bulan Oktober tahun 2017 dan suhu udara
minimum 26ºC pada bulan Juli tahun 2013. Suhu udara rata-rata di
wilayah studi Tahun 2013-2017 dapat dilihat pada Tabel 2.12 berikut.

Tabel 2.12. Suhu Udara (ºC) rata-rata di Wilayah Studi


Tahun
Bulan Rata-rata
2013 2014 2015 2016 2017
Januari 27 26 26,8 26,8 27,2 26,76
Februari 27 26 27,1 27,1 26,9 26,82
Maret 27 27 27,4 27,4 27,3 27,22
April 27 28 27,3 27,3 27,4 27,4
Mei 27 28 27,3 27,3 27,8 27,48
Juni 27 27 27 27 27,4 27,08
Juli 26 27 26,2 26,2 27,3 26,54
Agustus 27 27 26,8 26,8 27,5 27,02
September 27 27 27,1 27,1 27,7 27,18
Oktober 27 28 27,3 27,3 28,1 27,54
November 27 28 27 27 27,8 27,36
Desember 27 27 26,6 26,6 27,5 26,94
Jumlah 325,34
Rata-rata 27,11
Sumber: BMKG untuk lokasi Serang, 2018

c. Kelembaban Udara
Kelembaban udara rata-rata di wilayah rencana lokasi kegiatan dari data
selama Tahun 2013-2017 berkisar 80,8% dengan kelembaban maksimum
85% pada bulan Oktober dan November tahun 2014. Rata-rata
Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 40
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

kelembaban udara di wilayah studi tahun 2013-2017 dapat dilihat pada


Tabel 2.13 berikut:

Tabel 2.13. Rata-Rata Kelembaban Udara di Wilayah Studi


201
No Bulan 2013 2014 2016 2017 Rata-rata
5
1 Januari 82 84 81 81 84 82
2 Februari 83 79 80 78 85 79
3 Maret 81 77 81 81 83 79
4 April 78 81 81 80 83 79
5 Mei 83 82 80 82 83 81
6 Juni 77 81 81 76 83 79
7 Juli 79 83 81 78 82 80
8 Agustus 80 82 79 82 77 80
9 September 81 83 82 82 78 81
10 Oktober 84 85 82 83 80 82
11 November 84 85 84 83 82 84
12 Desember 85 84 84 81 81 83
Jumlah Rerata
977 986 976 967 983 970
pertahun
Rata-Rata
81,4 82,2 81,3 80,6 85,3 80,8
Tahun
Sumber: BMKG untuk Lokasi Serang, 2018

d. Arah dan Kecepatan Angin


Data kecepatan dan arah angin diperoleh dari Stasiun Badan Meteorologi
dan Geofisika (BMKG) Serang. Data yang digunakan merupakan data
tahun 2013-2017 dengan tujuan untuk melihat kecenderungan arah angin
dominan dan rerata kecepatan angin di Wilayah Studi. Data kecepatan
dan arah angin dapat dilihat pada Tabel 2.14 dan Tabel 2.15 berikut:

Tabel 2.14. Rata-rata Kecepatan Angin (knot) di


Wilayah Studi
N 201 201 201 201 201 Rerat
Bulan
o 3 4 5 6 7 a
1 Januari 7,2 6,6 7,5 5,5 2,3 6,4
2 Februari 7,3 7,6 7,8 6,1 2,4 7,0
3 Maret 7,8 8,2 8 6 1,8 7,2
4 April 7,6 7,9 7,3 6 1,6 7,0

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 41
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

N 201 201 201 201 201 Rerat


Bulan
o 3 4 5 6 7 a
5 Mei 7,4 7,8 8,1 6,2 1,4 7,0
6 Juni 8,1 7,5 7,3 6 1,3 7,0
7 Juli 7,7 7,4 7,2 5,7 1,1 6,8
8 Agustus 7,8 8,1 6,6 5,6 1,6 6,8
Septembe
9 7,1 7,8 6,1 6 1,7 6,6
r
10 Oktober 7,4 7,4 5,6 5,9 1,7 6,5
Novembe
11 6,6 7,5 5,5 5 2,2 6,1
r
12 Desember 6,6 7,2 5 5 2,6 5,9
Jumlah
Rerata 88,6 91,0 82,0 69,0 1,81 80,2
pertahun
Rata-Rata
6,8 7,0 6,4 5,3 1,8 6,7
Tahun
Sumber: BMKG untuk lokasi Serang, 2018
Keterangan: 1 knot = 1,8 km/jam

Tabel 2.15. Arah Angin di Wilayah Studi


N Rerat
Bulan 2013 2014 2015 2016 2017
o a
1 Januari NE NE NE VRB NE NE
2 Februari NE NE NE N NE NE
3 Maret NE NE NE VRB NE NE
4 April NE NE NE NE NE NE
5 Mei NE NE NE NE NE NE
6 Juni NE E E NE NE NE
7 Juli E E E E NE E
8 Agustus E E NE NE NE NE
Septembe
9 NE E NE NE NE NE
r
10 Oktober E NE NE NE NE NE
Novembe
11 NE NE NE VRB NE NE
r
12 Desember W NE W NE W W
Sumber: BMKG untuk lokasi Serang, 2018

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 42
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Dari Tabel 2.14 dapat disimpulkan bahwa rerata kecepatan angin pada lokasi kegiatan adalah antara 1,1-8,2 knot. Kecepatan
angin rerata terendah terjadi pada bulan Juli tahun 2017 yaitu 1,1 knot.

Gambar 2.9. Wind Rose di Wilayah Kegiatan Tahun 2013 - 2017


Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 43
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 44
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

2. Geologi dan Tanah


Identifikasi jenis tanah di Kabupaten Serang dapat dikelompokkan berdasarkan
kedalaman efektif tanah dan tekstur tanah. Kedalaman efektif tanah di
Kabupaten Serang dapat dibedakan menjadi 4 (empat kelas), yaitu kedalaman
> 90 cm, 60-90 cm, 30-60 cm dan <30 cm. Sedangkan tekstur tanah dapat
dibedakan berdasarkan ukuran butir tanah yaitu kasar, sedang dan halus.
Penyebaran jenis tanah di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut:
a. Aluvial
Aluvial dengan kedalaman efektif tanah > 90 cm dan tekstur tanah kasar
terdapat di bantaran Sungai Ciujung bagian hilir. Sedangkan yang bertekstur
tanah sedang terdapat di bantaran Sungai Ciujung dan Cidurian bagian hulu,
tekstur tanah halus terdapat di bantaran Sungai Ciujung dan Cidurian bagian
tengah serta dataran pantai antara Sungai Ciujung dan Sungai Cidurian
bagian tengah dan dataran pantai antara Sungai Ciujung dan Cidurian.
Kegunaan jenis tanah ini umumnya baik digunakan untuk sawahatau
palawija dataran rendah serta perikanan.
b. Asosiasi Glei Humus dan Aluvial Kelabu
Asosiasi glei humus dan aluvial kelabu dengan kedalaman efektif tanah 90
cm dan tekstur tanah sedang terdapat di kawasan dan bagian tengah Rawa
Danau.
c. Asosiasi Hidromorf Kelabu dan Planosol
Asosiasi hidromorf kelabu dan planosol dengan kedalaman efektif tanah 90
cm dan tekstur tanah sedang penyebarannya dari Kramatwatu ke arah timur
sampai Ciruas di bagian selatan dan Carenang di bagian utara. Disamping
itu terdapat juga di bagian timur Kragilan. Sedangkan yang bertekstur tanah
halus terdapat secara lokal di bagian tenggara Ciruas dan di antara Sungai
Ciujung dengan Cidurian yang membentang dari Kragilan sampai
Carenang. Kedalaman efektif tanah 60 cm – 90 cm dan tekstur tanah halus
terdapat di bagian utara Cikande. Kegunaan jenis tanah ini umumnya tanah
untuk padi sawah, palawija dan pembuatan bata atau genteng.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 45
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

d. Regosol
Regosol dengan kedalaman efektif tanah > 90 cm dan tekstur tanah kasar
terdapat di pantai barat yang membentang dari utara sampai selatan yaitu
dari Anyer sampai Cinangka. Tekstur tanah halus terdapat di secara lokal di
Anyer sampai pantai barat bagian selatan Cinangka. Kegunaan jenis tanah
ini umumnya untuk tanaman palawija.
e. Latosol
Latosol dengan kedalaman efektif tanah > 90 cm dan tekstur tanah kasar
terdapat di kaki perbukitan/pegunungan di bagian barat, sedang tekstur
tanah halus terdapat pada lembah-lembah di wilayah Gunung Karang.
Latosol dengan kedalaman efektif tanah <30 cm dan tekstur tanah kasar
terdapat di Gunung Pinang. Kegunaan jenis tanah ini umumnya untuk
pertanian padi sawah, jagung, umbi-umbian, karet, kelapa sawit, coklat,
cengkeh, kopi dan hutan tropic.
f. Podsolik
Podsolik dengan kedalaman efektif tanah > 90 cm dan tekstur tanah kasar
terdapat di antara Waringinkurung dan sedikit di sebelah utara Cikande,
sedang tekstur tanah sedang penyebarannya terdapat di dataran Petir,
Cikeusal, Pamarayan, Cikande dan Kopo. Tekstur tanah halus
penyebarannya memanjang dari Pontang ke arah tenggara sampai Kragilan
dan sebelah utara Cikande. Kegunaan jenis tanah ini umumnya
diperuntukkan bagi hutan, ladang, alang-alang dan perkebunan karet.
g. Regosol Kelabu Kekuningan
Tanah dengan kedalaman efektif > 90 cm dan tekstur tanah sedang terdapat
di wilayah perbukitan daerah Waringinkurung, Mancak dan Pabuaran.
Kegunaan jenis tanah ini umumnya baik untuk tanaman palawija (jenis
kacang-kacangan).

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 46
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

3. Hidrologi
a. Air Permukaan
Kondisi air permukaan di Kabupaten Serang ditandai dengan terdapatnya
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang di dalamnya, dalam pengelolaan sungai
dikenal Satuan Wilayah Sungai (SWS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS).
Secara umum, baik SWS maupun DAS yang ada di Kabupaten Serang
relatif tidak luas. Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Serang
memiliki lebar yang relatif kecil (lebar kurang dari 50 m) dan pendek
(panjang kurang dari 100 km). Selain itu terdapat DPS (Daerah Pengelolaan
Sungai), yakni pengelolaan satu atau beberapa DAS secara bersama yang
dilakukan dalam pelaksanaan perencanaan dan pengelolaan karena faktor
efsiensi dana dan pelaksanaan. Di Kabupaten Serang hanya ada SWS
Ciujung-Ciliman, yang terdiri dari DAS Cidurian, Ciujung dan Cibanten.
Ketiga DAS itu terdiri dari sub-sub DAS. Sungaiyang besar adalah Cidurian
dan Ciujung. Sungai Cidurian berhulu di Kabupaten Tangerang. Sebagian
besar sungai mengalir ke arah utara menuju Laut Jawa. DAS Cidanau
mengalir ke barat, Selat Sunda. Di sebelah selatannya terdapat DAS
Ciliman dimana terdapat dua arah pengaliran, yakni pada umumnya ke utara
menuju Laut Jawa atau Teluk Banten, dan sebagian ke barat menuju Selat
Sunda. Di Kabupaten Serang terdapat danau, rawa, situ atau waduk yang
digunakan sebagian masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.

b. Air Tanah
Kondisi air tanah di Kabupaten Serang pada umumnya memiliki sistem
akuifer berdasarkan letak kedalaman dan satuan litologinya, sebagai
berikut:
a) Akuifer Permukaan
Litologi bersifat lepas-lepas yang merupakan hasil pelapukan dan batuan
asal dengan kedalaman maksimum 20 meter.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 47
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

b) Akuifer Dasar
Litologi merupakan batuan dasar pada kedalaman di bawah 20 meter.
Produktifitas akuifernya mampu menghasilkan debit 5 lt/dt dengan aliran
tanah melalui ruang antar butir dan setempat melalui rekahan dengan
parameter transmissivity sebesar + 600 meter/hari dan ketebalan
akuifernya dapat mencapai ketebalan + 12 meter. Pada umumnya air
tanah di daerah dataran mempunyai kedalaman antara 0,5 - 3 meter,
sedangkan di daerah perbukitan kedalamannya + 15 m. Penyebaran air
tanah ini terdapat di bagian tenggara dimana air tanah membentuk mata
air di lereng Gunung Karang. Selain air tanah, Kabupaten Serang juga
memiliki beberapa mata air dengan debit yang cukup besar (>100 lt/dt).
Mata air ini jika diolah dengan baik dapat memenuhi kebutuhan air
bersih di Kabupaten Serang.

4. Wilayah Rawan Bencana


Keadaan geofisika Indonesia sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng
(plate) yang ada di dalamnya. Indonesia merupakan daerah pertemuan antara
lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara, lempeng Pasifik yang bergerak
ke barat dan lempeng Asia Tenggara (lempeng Sunda atau lempeng Eurasia)
yang bergerak ke Selatan. Di samping ketiga lempeng besar tersebut terdapat
juga lempeng mikro yang disebut dengan platelet Sumatera, di mana
gerakannya berbeda dan bervariasi menurut lokasi. Di bagian utara terdapat
lempeng Filipina.Interaksi antara lempeng Indonesia-Australia dengan Eurasia
antara lain tercermin oleh bentuk Palung Sunda yang memanjang sejajar
dengan busur Sunda. Bentuk palung ini terjadi akibat dari kegiatan penunjaman
lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Sunda, di mana di selatan Pulau
Jawa berarah barat timur dan pergerakannya ke arah tegak lurus selatan-utara,
sedangkan di barat daya Pulau Sumatera berarah barat laut-tenggara mengarah
barat daya-timur laut, namun menyerong barat laut-tenggara. Pertemuan
lempeng-lempeng bumi ini yang menyebabkan terjadinya gempa bumi, dan
juga kemungkinan tsunami. Kondisi geologi di Selat Sunda sangat

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 48
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

mempengaruhi sifat geologi dan geofisika Provinsi Banten secara umum


maupun Kabupaten Serang secara khusus. Pengaruh tersebut tercermin dari:
a. Adanya ujung patahan atau sesar Sumatera (sesar Semangko) di Sumatera
yang memanjang sampai Selat Sunda, yang merupakan jenis sesar geser
aktif dengan panjang 1650 km, yang memiliki pergerakan lateral antara 20 –
25 km dan percepatan horizontal 6 cm/tahun;
b. Bentuk umum daerah sebelah utara wilayah Provinsi Banten yang
bermorfologi dataran dengan dominasi batuan sedimen atau alluvium atau
perbukitan di Gunung Gede, sedangkan daerah selatan yang bermorfologi
perbukitan/pegunungan dibentuk oleh batuan-batuan beku, metamorf, dan
batuan hasil kegiatan gunung api (vulkanik);
c. Intensitas struktur patahan (fault) dan lipatan (fold) yang lebih tinggi di
daerah selatan dibandingkan dengan daerah bagian utara;
d. Arah sungai yang umumnya mengalir dari selatan dan tengah yang berupa
perbukitan bergelombang ke arah utara yang umumnya berupa dataran
pantai, sedangkan di Kabupaten Serang bagian barat daya dan bagian barat
laut Kabupaten Pandeglang pola pengaliran air permukaannya mengarah
dari timur ke barat;
e. Adanya mata air panas di sekitar Rawa Dano, yang menunjukkan sisa-sisa
kegiatan vulkanisme, dan Rawa Dano merupakan kawah purba;
f. Terdapatnya gunung berapi seperti Gunung Anak Krakatau yang sangat
aktif dan merupakan bentukan sejak sekitar tahun 1930an setelah peristiwa
letusan Krakatau tahun 1883 yang menghancurkan bagian tengah gunungapi
itu sehingga sangat terkenal; serta perbukitan Gunung Karang, Gunung
Condong dan Gunung Pulasari di bagian selatan Kabupaten Serang;
g. Tingginya tingkat kegempaan di bagian selatan Provinsi Banten, meskipun
untuk di Kabupaten Serang lebih banyak terasa di wilayahnya bagian
selatan;
h. Pernah terjadinya tsunami akibat letusan Gunungapi Krakatau tahun 1883
yang menggemparkan dunia waktu itu karena tenaga dan tinggi gelombang

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 49
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

tsunami yang dihasilkannya, dan menyapu dataran pesisir sekeliling dan


tepi Selat Sunda, termasuk perairan barat Kabupaten Serang.

Sebagian besar tanah di dataran alluvial wilayah utara yang berasal


daripegunungan di selatan merupakan endapan detritus (detrital sediment)
bertekstur sangat halus baik berupa lumpur maupun suspensi karena
merupakan hasil kikisan aliran air dan telah mengalami jarak transportasi yang
cukup panjang, khususnya pada saat air sungai banjir. Meskipun demikian
tanah-tanah tersebut mempunyai sedikit perbedaan dalam bentuk dan
kandungannya terhadap endapan dari dasar-dasar sungai, muara dan laut.
Endapan yang ada kebanyakan terdiri dari tanah liat yang halus, pasir, kerikil,
dan kadang-kadang kerakal. Sebagian pulau merupakan pulau koral yang datar,
tetapi sebagian pulau lainnya seperti Pulau Sangiang di bagian tengahnya
merupakan perbukitan.

Dari batuan yang tersingkap (outcrop) di Kabupaten Serang, dan dari berbagai
laporan yang dapat ditemukan (termasuk Sudarman dan Herawan 1997, Anwar
dan Herawan 2001), dapat diketahui stratigrafi dan sejarah geologi
pembentukan daratan, perairan laut, dan pulau-pulau kecil yang ada di daerah
ini. Secara umum semua batuan dan satuan sedimen yang ada berumur muda.
Batuan tertua berumur Pleistosen Bawah, mungkin sekitar tujuh (7) juta tahun
lalu, pada saat mana terbentuk batuan vulkanik lava andesit dan breksi
vulkanik yang berkaitan dengannya akibat proses desintregrasi/pelapukan fisik
dan gerakan tanah (land movement) pada daerah gunung api, baik dalam
bentuk runtuhan, longsor, ataupun rayapan tanah perbukitan vulkanik yang
terbentuk. Pada kenyataannya, sebagian besar bagian tengah Pulau Jawa
sekarang merupakan pusat kegiatan vulkanik purba dalam bentuk rantai
pegunungan gunung api (volcano) dan endapan volkanik memperlihatkan peta
geologi regional di daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon pada
umumnya.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 50
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Sebagian besar dari gunung api yang berada di Kabupaten Serang berumur
relatif muda, sudah mati, dan hanya meninggalkan bekas-bekas litologi batuan
beku, breksi vulkanis dan tuf (tuff) serta morfologi puncak-puncak dan
lembah-lembah purba sebagaimana perbukitan dan kawah purba Rawa Danau.
Pada kala itu, wilayah ini merupakan Gunung api (volcano) Danau. Sebagian
dari endapan piroklastik berasal dari letusan gunung-gunung api yang lain,
termasukdari Gunung Krakatau purba. Sisa-sisa hasil letusannya yang berupa
breksi vulkanis dan tuf tersebar luas, antara lain di bagian barat daya
Kabupaten. Ukuran fragmen breksi vulkanik berkisar dari kerikil sampai
bongkah dengan matrik (matrix) yang ikut menyemen batunya berukuran lebih
halus. Sebagian fragmen berupa batu apung (pumice) yang sangat ringan.

Pada kala Pleistosen Tengah, gunung api terus bererupsi mengeluarkan lava
dan batuan piroklastik (pyroclastic) yang serupa. Hasil erosi dan transportasi
permukaan (run off) membuat banyak endapan pasir, breksi, dan konglomerat.
Sementara itu selama kala Pleistosen, dan bahkan sampai dengan sekitar 6.000
tahun lalu, muka laut berubah-ubah elevasinya, dengan tenggang kisaran
sampai sekitar 140 m. Sewaktu muka air 140 m di bawah elevasi laut sekarang,
maka Laut Jawa dan sebagian besar Selat Sunda merupakan daratan, di mana
sungai-sungai dari kabupaten Serang menuju sungai-sungai yang ada di kedua
dasar laut tersebut dalam bentuk aliran sungai di dasar laut sekarang yang
berukuran lebih besar dan lebih panjang dari yang ada di permukaan daratan
Kabupaten Serang yang sekarang. Sisa-sisa petunjuk muka laut purba yang
lebih tinggi dari elevasi sekarang tersebar terputus-putus dalam bentuk terumbu
karang terangkat pada berbagai pantai di Kabupaten Serang.

B. Komponen Biologi
Komponen biologi yang ditelaah di dalam dokumen Kerangka Acuan (KA) ini
meliputi biota darat yakni flora dan fauna darat serta biota perairan yang berada di
lokasi kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Banten yakni di
Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 51
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Inventarisasi data dilakukan melalui pengamatan langsung di lokasi kegiatan dan


wawancara dengan masyarakat sekitar. Sementara untuk mengetahui kondisi biota
perairan yang ada di lokasi kegiatan dan sekitarnya akan diambil sampel di sungai
Cibeureum yang dekat dengan lokasi kegiatan untuk dianalisis di laboratorium.
Biota perairan yang akan dikaji antara lain plankton (fitoplankton dan zooplanton)
dan benthos.
1. Biota Darat
a. Flora darat
Flora yang terdapat di lokasi studi berdasarkan pengamatan dan identifikasi
di lokasi kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah
Provinsi Banten di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang,
umumnya didominasi oleh jenis tanaman penutup permukaan tanah,
tanaman perkebunan dan tanaman pelindung. Sementara, di sekitar lokasi
kegiatan khususnya di daerah permukiman banyak dijumpai tanaman
budidaya seperti padi, kelapa, pepaya, mangga, jambu air dan pisang. Ada
juga sebagian masyarakat yang menggunakan pekarangannya dengan
menanam tanaman untuk obat ataupun tanaman herbal bumbu dapur.

Jika dilihat dari jenis flora darat yang ada di lokasi kegiatan tidak dijumpai
jenis flora yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan RI No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018
tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 2.16 berikut:

Tabel 2.16. Jenis-Jenis Tanaman Yang Terdapat di Wilayah Studi


Nama Lokal/
No Famili Nama Latin Keterangan
Indonesia
A. POHON
1. Arecaceae Cocos nucifera L. Kelapa Tanaman budidaya
2. Mirtaceae Eugenia aguea Jambu air Tanaman budidaya
3. Anacardiaceae Mangifera indica Mangga Tanaman budidaya
4. Fabaceae Pterocarpus indicus Angsana Tanaman pelindung/liar
5. Muntingiaceae Muntingia calabura Kersen Tanaman pelindung/liar
6. Caricaceae Carica papaya L Pepaya Tanaman budidaya
7. Lamiaceae Tectona grandis L.f Jati Tanaman budidaya
8. Moraceae Artocarpus heterophyllus Nangka Tanaman budidaya

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 52
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Nama Lokal/
No Famili Nama Latin Keterangan
Indonesia
B. BAMBU
9. Poaceae Bambusa sp Bambu Tanaman liar/pagar
C. HERBA
10. Poaceae Oryza sativa Padi Tanaman budidaya
11. Musaceae Musa parasidica Pisang Tanaman budidaya
12. Araceae Colocasia esculenta (L.) Talas Tanaman liar
13. Zingiberaceae Curcuma domestica Val. Kunyit Tanaman budidaya
14. Zingiber officinale Jahe Tanaman budidaya
15. Malvaceeae Sida rhombifolia Sidaguri Tanaman liar
16. Urena lobate Pulutan Tanaman liar
17. Poaceae Chloris barbata Rumput kembang goyang Tanaman liar
18. Asteraceae Ageratum conyzoide Badotan Tanaman liar
19. Eclipta prostrate Urang aring Tanaman liar
20. Synedrella mudiflora Jotang kuda Tanaman liar
21. Euphorbiaceae Phylianthus debilis Meniran Tanaman liar
22. Lamiaceae Stachytarpheta indica Pecut kuda Tanaman liar
23. Euphorbiaceae Manihot utilisima Singkong Tanaman budidaya
24. Leguminoseae Vigna cylincrica (L.) Kacang panjang Tanaman budidaya
Sumber: Pengamatan Tim Konsultan, 2019

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 53
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Gambar 2.10. Rona Lingkungan Awal Flora Darat di Lokasi Kegiatan

b. Fauna Darat
Seperti halnya dengan vegetasi darat, pengamatan jenis fauna darat
dilakukan di rencana lokasi kegiatan dan sekitarnya. Jenis fauna darat
tersebut dibagi menjadi dua golongan yaitu yang hidup secara liar dan
hewan yang dipelihara oleh penduduk setempat. Pengamatan awal terhadap
jenis fauna darat menunjukkan bahwa satwa peliharaan yang umum
dijumpai adalah jenis hewan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan
banyak dipelihara oleh penduduk setempat seperti ayam dan kambing,
sedangkan satwa liar yang dijumpai kebanyakan dari jenis mamalia, aves,
insekta dan reptilia. Gambaran jenis satwa liar yang dapat dijumpai adalah
seperti yang tercantum dalam Tabel 2.17 di bawah ini.

Tabel 2.17. Jenis Satwa di Sekitar Lokasi Kegiatan


No Nama Daerah Nama Latin Keterangan
I. Mamalia
1. Tikus Ratus ratus KL
2. Kucing Felix silvestris KL
3. Musang Paradoxurus sp IM
4. Bajing Callosciurus notatus IM
5. Kambing Capra aegagrus hircus KL
II. Aves
1. Layang Delichon dasypus KL
2. Balam / tekukur Streptopelia sp KL
3. Gereja Passer montanus KL
4. Merpati Columba livia KL
5. Ayam Gallus gallus KL

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 54
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

No Nama Daerah Nama Latin Keterangan


III. Reptilia
1. Biawak Varamus salvator IM
2. Kadal Mabouya multifaciata KL
3. Tokek Gecko gecko IM
III. Insekta
1. Lebah Apis sp KL
2. Belalang Locusta sp KL
3. Lalat Musca sp KL
4. Kecoa Blatta sp KL
5. Capung Neurothemis sp KL
Keterangan: KL = Kenampakan langsung IM = Informasi masyarakat

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan


masyarakat sekitar lokasi kegiatan, tidak didapati jenis fauna yang masuk
dalam daftar lindung pemerintah Indonesia menurut Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PerMenLHK) Nomor
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan
Satwa yang dilindungi. Namun demikian, dari hasil inventarisasi fauna darat
di atas ada sebagian fauna yang perlu mendapat perhatian khususnya yang
menjadi vektor penyakit seperti lalat, kecoa, dan tikus.

c. Biota Perairan (Plankton dan Benthos)


Di perairan terdapat kelompok organisme yang toleran dan tidak terhadap
bahan pencemar sehingga dapat dijadikan indikator terhadap kualitas air
apakah tercemar ringan, sedang atau berat. Organisme yang toleran adalah
organisme yang dapat memberikan respons terhadap sedikit-banyaknya
bahan pencemar. Sementara organisme yang tidak toleran akan mengalami
penurunan bahkan kemusnahan dari lingkungan tersebut. Jenis organisme
yang tidak toleran ini dapat dijadikan indikator terhadap kualitas air bersih
dan normal.

Secara harfiah, plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup


melayang di perairan, mempunyai gerak sedikit sehingga mudah terbawa
arus. Mikroorganisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak
dan sangat beraneka ragam serta sangat padat. Plankton merupakan salah
Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 55
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan dan jaring
makanan.

Berubahnya fungsi perairan sering diakibatkan oleh adanya perubahan


struktur dan nilai kuantitatif plankton. Perubahan ini dapat disebabkan oleh
faktor-faktor yang berasal dari alam maupun dari aktivitas manusia seperti
adanya peningkatan yang signifikan dari konsentrasi unsur hara secara
sporadis. Dengan demikian, hal ini dapat menimbulkan peningkatan nilai
kuantitatif plankton melampaui batas normal yang dapat ditolerir oleh
organisme hidup lainnya. Plankton ini ada yang dapat melakukan asimilasi
(fotosintesis) seperti tumbuhan di darat disebut plankton nabati (fitoplankton)
dan ada yang bergerak aktif sendiri seperti satwa atau hewan disebut
plankton hewani (zooplankton).

Indikasi tingkat pencemaran dapat diukur melalui Indeks Diversitas Shannon


& Wiener (H’) dan Indeks Dominasi Simpson (D). Indeks keanekaragaman
atau Diversity Index (H’) diartikan sebagai suatu gambaran secara matematik
tentang jumlah spesies suatu organisme dalam populasi. Indeks
keanekaragaman akan mempermudah dalam menganalisis informasi-
informasi mengenai jumlah individu dan jumlah spesies suatu organisme.
Suatu cara yang paling sederhana untuk menyatakan indeks keanekaragaman
yaitu dengan menentukan persentase komposisi dari spesies di dalam
sampel. Indeks keanekaragaman dapat dijadikan petunjuk seberapa besar
tingkat pencemaran suatu perairan. Berikut tingkat pencemaran di perairan
berdasarkan indeks keanekaragaman:

H’ < 1 : keanekaragaman rendah

1<H’≤3 : keanekaragaman sedang

H’> 3 : keanekaragaman tinggi

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 56
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Sementara, indeks keseragaman (E) merupakan suatu angka yang tidak


bersatuan yang besarnya antara 0-1. Semakin kecil nilai indeks keseragaman,
semakin kecil pula keseragaman suatu populasi yang berarti penyebaran
jumlah individu tiap spesies tidak sama dan kecenderungan bahwa suatu
spesies mendominasi populasi tersebut. Sebaliknya semakin besar nilai
indeks keseragaman, maka populasi menunjukkan keseragaman, yang berarti
bahwa jumlah individu tiap spesies boleh dikatakan sama atau merata.
Berikut tingkatan kondisi populasi biota perairan berdasarkan indek
keseragaman:
0,00 < E < 0,50 komunitas tertekan

0,05 < E < 0,75 komunitas labil

0,75 < E < 1,00 komunitas stabil

Untuk mengetahui kondisi biota perairan (plankton dan benthos) di lokasi


kegiatan dan sekitarnya maka dilakukan pengambilan sampling. Lokasi
pengambilan sampling dilakukan di dua titik yakni di hulu dan hilir Sungai
Cibeureum tidak jauh dari lokasi kegiatan.

C. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya


Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi
(PDP) Provinsi Banten berada di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten
Serang. Gambaran rona awal lingkungan hidup untuk komponen sosial ekonomi
dan budaya masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi rencana usaha
dan/kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Provinsi Banten
mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal Nomor 299 Tahun 1996 Tentang
Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup dan Keputusan Kepala Bapedal No.8 Tahun 2000
Tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses
AMDAL.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 57
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Sumber data mengenai gambaran rona sosial ekonomi budaya di lokasi studi
diambil dari data sekunder yakni data Kecamatan Kopo Dalam Angka Tahun
2018 (BPS Kabupaten Serang, 2018) dan data primer hasil wawancara dengan
masyarakat yang bermukim di sekitar rencana lokasi kegiatan, dimana
pemukiman masyarakat tersebut diprakirakan terkena dampak langsung dan
berinteraksi secara terus menerus dengan rencana usaha dan/atau kegiatan ini.
Parameter komponen sosial ekonomi dan budaya yang diprakirakan terkena
dampak penting hipotetik dari rencana usaha dan/atau kegiatan yakni: kesempatan
kerja dan peluang berusaha, peningkatan pendapatan masyarakat serta sikap dan
persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan ini. Gambar rona
awal lingkungan hidup diuraikan sebagai berikut:
1. Demografi (Potensi Sumber Daya Manusia)
Data demografi diwilayah studi dapat dipergunakan sebagai informasi untuk
memprakirakan jumlah manusia yang terkena dampak dari usaha dan/atau
kegiatan dan juga untuk melihat wilayah persebaran dampak.
a. Struktur Penduduk
a.1. Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin
Gambaran rinci struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa
Mekarbaru, Kecamatan Kopo dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.18. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Mekarbaru,


Kecamatan Kopo
Jenis Kelamin Rasio
No. Kelurahan Jumlah % Jenis
Laki Laki % Perempuan %
Kelamin
Desa
1 2.530 52.91 2.282 51,06 4.782 100 111
Mekarbaru
Sumber: Kecamatan Kopo Dalam Angka, 2018

Berdasarkan data pada tabel diatas diketahui bahwa persentase


penduduk berjenis kelamin laki-laki di Desa Mekarbaru, Kecamatan
Kopo terdata sebanyak 52,91% dan perempuan sebanyak 51,06%.
Dengan demikian perbedaan persentase kedua jenis kelamin tersebut
hanya berkisar 1,85%.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 58
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

a.2. Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian


Berdasarkan data pada Kecamatan Kopo Dalam Angka Tahun 2018
tidak terinformasi secara rinci mata pencaharian penduduk di Desa
Mekarbaru, Kecamatan Kopo. Dengan demikian untuk mengetahui
gambaran mata pencaharian penduduk di desa tersebut akan dilakukan
pencaharian data primer melalui kegiatan wawancara langsung secara
terstruktur menggunakan kuesioner.

a.3. Struktur Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur


Informasi tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu
penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai
kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan. Diketahuinya
struktur penduduk berdasarkan kelompok umur dapat
menginformasikan kondisi beban ketergantungan atau beban ekonomi
yang harus ditanggung penduduk usia produktif terhadap penduduk
usia tidak produktif, dimana semakin kecil angka ketergantungan,
maka semakin kecil pula beban ekonomi yang akan ditanggung oleh
penduduk produktif. Dengan demikian pendapatan yang diterima oleh
penduduk usia produktif tidak habis untuk kebutuhan konsumsi.
Gambaran Struktur Penduduk berdasarkan Kelompok Umur di Desa
Mekarbaru Kecamatan Kopo dapat secara rinci dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 2.19. Struktur Penduduk Berdasarkan Umur di Wilayah


Studi
No. Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
(Tahun)
1 0 – 14 17.017 33.17
2 15 – 65 32.171 62.71
3 > 65 2.111 4.12
Jumlah 51.299 100
Sumber: Kecamatan Kopo Dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan tabel di atas untuk struktur penduduk menurut kelompok


umur di Wilayah kegiatan berdasarkan data Kecamatan Kopo Dalam
Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 59
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Angka Tahun 2018 berada pada komposisi penduduk usia produktif,


hal ini dikarenakan persentase penduduk usia produktif lebih banyak
(62,71%) jika dibandingkan persentase penduduk usia tidak produktif
(37,29%). Sementara angka ketergantungan penduduk di Wilayah
Kecamatan Kopo sebanyak 59,45%, yang berarti 100 orang penduduk
usia produktif akan menanggung beban ekonomi terhadap 60 orang
penduduk usia tidak produktif.

b. Kepadatan Penduduk
b.1. Gambaran Kepadatan Penduduk
Gambaran kepadatan penduduk di Desa Mekabaru, Kecamatan Kopo
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.20. Kepadatan Penduduk di Desa Mekarbaru, Kecamatan


Kopo
Luas Wilayah Jumlah Kepadatan
No Penduduk
( Km²) (Jiwa) (jiwa/km²)

1 3,74 4.782 1.279


Sumber : Kecamatan Kopo Dalam Angka tahun 2018

Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui untuk kepadatan


penduduk di Desa Mekarbaru pada 2018 sebanyak 1.279 jiwa/km2.
Dengan demikian kondisi kepadatan penduduk di kelurahan ini
masuk katagori sangat baik, jika mengacu pada standard kualitas
lingkungan untuk kepadatan penduduk wilayah perkotaan menurut
Chafid Fandeli (2004). Nilai kriteria dan rentang kepadatan penduduk
kota mengacu pada standart kualitas lingkungan dari menurut Chafid
Fandeli (2004) adalah sebagai berikut:
1). Nilai 1 = nilai kriteria kepadatan penduduk sangat jelek dengan
rentang > 20.000 jiwa/ Km².
2). Nilai 2 = nilai kriteria kepadatan penduduk jelek dengan rentang
15.000 – 20.000 jiwa/ Km².

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 60
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

3). Nilai 3 = nilai kriteria kepadatan penduduk sedang dengan


rentang 10.000 – 14.999 jiwa/ Km².
4). Nilai 4= nilai kriteria kepadatan penduduk baik dengan rentang
5.000 – 9.999 jiwa/ Km².
5). Nilai 5= nilai kriteria kepadatan penduduk sangat baik dengan
rentang < 5.000 jiwa/ Km².

Dengan demikian daya dukung luas wilayah dengan jumlah penduduk


di lokasi kegiatan masih dalam batas toleransi. Sehingga
perkembangan dan pembangunan di Desa Mekarbaru akan lebih
mudah dilakukan karena masih luasnya area yang dapat dibangun.

b.2. Tenaga Kerja


Gambaran ketersediaan tenaga kerja disuatu wilayah dapat juga
dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan umur. Berdasarkan data
struktur penduduk menurut kelompok umur diwilayah studi berada
pada katagori penduduk usia produktif. Dengan demikian ketersediaan
jumlah tenaga kerja di wilayah studi cukup memadai diwilayah
tersebut.

2. Gambaran Ekonomi (Potensi Ekonomi)


a. Ekonomi Rumah Tangga
a.1. Tingkat Pendapatan
Gambaran tingkat pendapatan masyarakat dapat dilihat dari beberapa
indikator antara lain : tingkat kesejahteraan keluarga yang dikatagorikan
pada keluarga pra sejahtera, sejahtera tahap I dan sejahtera tahap II, III
dan III plus, kondisi rumah yang dikatagorikan permanen, semi
permanen dan papan/gubuk, dan dilihat dari jumlah pendapatan ataupun
pengeluaran keluarga dalam satu bulan dan data lainnya yang terkait
untuk melihat gambaran tingkat pendapatan masyarakat.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 61
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Berdasarkan data Kecamatan Kopo Dalam Angka tahun 2018 diketahui


tingkat pendapatan masyarakat berdasarkan kondisi bangunan tempat
tinggal cenderung sejahtera. Dimana mayoritas penduduk tinggal di
bangunan dengan kondisi permanen. Uraian rinci dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 2.21. Gambaran Kondisi Bangunan Tempat Tinggal


Masyarakat di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo
Semi Tidak
No Desa Permanen Permanen Permanen Total

1 Mekarbaru 394 357 84 835


Sumber : Kecamatan Kopo Dalam Angka tahun 2018

Sementara untuk gambaran tingkat pendapatan masyarakat di wilayah


sekitar lokasi kegiatan akan dilengkapi dengan mencari data primer dari
kegiatan wawancara dan penyebaran kuesioner, dan akan dijelaskan dan
dianalisa dalam dokumen ANDAL.

a.2. Pola Nafkah Ganda


Pola nafkah ganda dalam hal ini adalah berpartisipasinya ibu rumah
tangga membantu mencari nafkah bagi keluarga. Data pola nafkah
ganda digunakan untuk melihat pola partisipasi tenaga kerja dari
penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini terkait dengan
tingkat partisipasi angkatan kerja penduduk diwilayah studi. Gambaran
pola nafkah ganda akan diambil dari data primer hasil wawancara yang
akan dilakukan dan akan analisis dalam dokumen ANDAL.

b. Perekonomian Lokal dan Regional


 Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha
Kesempatan kerja mengandung pengertian lapangan pekerjaan atau
kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan
ekonomi/produksi, dengan demikian pengertian kesempatan kerja
mencakup lapangan pekerjaan yang masih kosong

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 62
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

(www.nakertrans.go.id, 2008). Kesempatan kerja akan diperoleh


masyarakat dari kegiatan-kegiatan industri, perdagangan maupun jasa.
Untuk gambaran lapangan pekerjaan dan kegiatan perekonomian
lainnya di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo tidak terinformasi pada
data Kecamatan Kopo Dalam Angka Tahun 2018, dengan demikian
akan dilakukan pencaharian data pada sumber lainnya dan akan
dijelaskan serta dianalisis pada dokumen ANDAL.

3. Gambaran Potensi Budaya


Gambaran potensi budaya di wilayah studi yang dikaji terkait beberapa
paramater yakni proses sosial (kerja sama), konflik sosial yang pernah terjadi,
solusi untuk penanganan konflik, tokoh masyarakat yang ada diwilayah studi,
organisasi dan kelembagaan masyarakat serta sikap dan persepsi masyarakat
terkait rencana usaha dan/atau kegiatan. Tujuan untuk mengetahui sikap dan
persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan ini adalah untuk
melihat dukungan masyarakat serta saran-saran masyarakat kepada pemrakarsa
dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup nantinya, sehingga dapat
meningkatkan dampak positif dan meminimalisir dampak negatif yang timbul
dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

Data-data terkait kerja sama, konflik sosial, tokoh masyarakat, organisasi dan
kelembagaan masyarakat serta sikap dan persepsi masyarakat terhadap
kegiatan diperoleh dari data primer hasil wawancara dengan masyarakat yang
menjadi responden. Dengan populasi dalam studi ini adalah seluruh rumah
tangga yang ada di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, yang diprakirakan akan
berinteraksi secara langsung dan terkena dampak langsung dari pelaksanaan
rencana usaha dan/atau kegiatan.

Jumlah populasi di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo berdasarkan data


Kecamatan Kopo Dalam Angka 2018 adalah sebanyak 4.782 jiwa atau
sebanyak 1.196 rumah tangga dengan persepsi masing-masing kepala keluarga
terdiri dari 4 orang anggota. Dalam menentukan jumlah sampel perwakilan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 63
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

masyarakat yang akan menjadi responden ditentukan dengan rumus Slovin


(dalam Riduwan, 2005:65) yakni:

n = N/N(d)2+1

Dimana:

n = sampel; N = Populasi; d = nilai presisi 90% atau sig.=0.10 (tingkat


kesalahan yang dikehendaki adalah 10%).

Dengan demikian, jumlah responden dalam survei sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat untuk kajian ini adalah sebanyak 98 responden. Namun dengan
keterbatasan sumber daya manusia, waktu dan biaya maka jumlah responden
yang berhasil diwawancarai hanya mencapai 60 orang.

Konsultasi Publik
Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang adanya rencana
Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Bantendi Desa
Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang dengan luas area 107.591,46 m2
(10,76 Ha) kepada masyarakat di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan.
Tujuan konsultasi publik adalah agar masyarakat sekitar area rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diperkirakan terkena dampak langsung kegiatan dapat
mengetahui serta memberikan masukan bagi pemrakarsa khususnya mengenai
kondisi lingkungan sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang perlu
diperhatikan guna mendukung kelancaran pembangunan dan pengoperasian Pusat
Distribusi Provinsi (PDP) tersebut nantinya.

Keterlibatan masyarakat dalam penyusunan studi AMDAL telah diatur melalui


Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2012 Tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis
Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan. Keterlibatan Masyarakat dalam
proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan mempunyai
tujuan:

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 64
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

a. Melindungi kepentingan masyarakat.


b. Memberdayakan masyarakat dalam pengambilan keputusan atas rencana
usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang berpotensi menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan.
c. Memastikan adanya transparansi dalam keseluruhan proses AMDAL dari
rencana usaha dan/atau kegiatan.
d. Menciptakan suasana kemitraan yang setara antar semua pihak yang
berkepentingan.
e. Pelaksanaan keterlibatan masyarakat dalam proses analisis mengenai dampak
lingkungan hidup.
f. Pelaksanaan keterlibatan masyarakat dalam proses izin lingkungan.

Berdasarkan hasil kegiatan konsultasi publik penyusunan studi AMDAL Pusat


Distribusi Provinsi (PDP) Banten yang dilakukan di Kantor Kelurahan Mekarbaru
pada Rabu, 27 Maret 2019 diperoleh masukkan serta tanggapan dari masyarakat
terkait rencana kegiatan ini, yakni:
1) Pada dasarnya masyarakat yang menjadi peserta konsultasi publik
mendukung rencana pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP)/ Pasar
Induk Banten dengan memperhatikan ketentuan peraturan dan kebijakan yang
berlaku.
2) Di sekitar lokasi kegiatan terdapat lahan-lahan pertanian (sawah) yang masih
produktif dan menjadi mata pencarian utama masyarakat, diharapkan kegiatan
konstruksi maupun operasional PDP Banten dilakukan dengan cermat dan
sesuai SOP agar tidak menganggu kegiatan sekitarnya serta berdampak
negatif khususnya lahan pertanian masyarakat. Ada kekhawatiran lahan
pertanian masyarakat terkena imbasan tanah (run off) khususnya pada tahap
persiapan lahan di awal konstruksi.
3) Ada kekhawatiran masyarakat pada timbulan sampah padat dan limbah cair
pada tahap konstruksi dan operasional PDP Banten khususnya sampah yang
bersumber dari komiditas sayur dan buah-buahan. Masyarakat berharap
pengelolaannya dilakukan dengan baik sehingga tidak menimbulkan dampak

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 65
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

negatif lainnya berupa bau sampah yang menyengat, munculnya vektor


penyakit serta tercemarnya lahan-lahan pertanian masyarakat di sekitarnya.
4) Masyarakat berharap dalam kegiatan konstruksi dan operasional, pemrakarsa
juga melibatkan masyarakat lokal terutama karena sebagian besar masyarakat
setempat bekerja sebagai buruh bangunan.
5) Saat beroperasi, masyarakat berharap ruko-ruko dan unit pasar yang tersedia
memberikan peluang lebih besar agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat
lokal, dengan harga sewa atau beli yang terjangkau.
6) Aparat keamanan baik Kapolsek dan Koramil harus disertakan sejak awal
rencana konstruksi. Bukan hanya sebagai “penonton” dan baru dilibatkan
setelah munculnya masalah baik di saat konstruksi maupun operasional.
7) Kegiatan konstruksi dan operasional hendaknya juga memperhatikan
kesehatan dan kenyamanan masyarakat sekitar. Diharapkan tidak beraktivitas
pada jam-jam istirahat masyarakat (malam) sehingga memicu menurunnya
tingkat kesehatan dan kenyamanan masyarakat setempat.
8) Pemrakarsa diminta untuk memperhatikan masalah sanitasi, estetika dan
keselamatan kerja terutama saat konstruksi dan operasional. Diupayakan agar
tidak ada tanah yang tercecer di sekitar lokasi kegiatan terutama jalan utama
masyarakat yang beresiko terjadinya kecelakaan lalulintas.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 66
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Gambar 2.11. Konsultasi Publik Dalam Rangka Penyusunan Dokumen AMDAL


Pusat Distribusi Provinsi Banten, di Kantor Desa Mekarbaru,
Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang, Banten pada 27 Maret 2019

Pengumuman studi AMDAL melalui media cetak Surat Kabar Harian Radar
Banten pada hari Kamis, Tanggal 5 Maret 2019 juga telah dilakukan. Tujuannya
adalah agar pemerhati lingkungan dan masyarakat terkena dampak langsung
maupun tidak langsung dapat memberikan tanggapan dan masukan konstruktif
tentang rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi
(PDP). Kegiatan tahap Pra Konstruksi umumnya memberikan dampak terhadap
sikap dan persepsi masyarakat yang dapat bersifat positif maupun negatif.
Masyarakat mendukung rencana Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP)
dengan harapan masyarakat dapat diterima bekerja pada tahap konstruksi, namun
diharapkan tidak mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan disekitar
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dan merubah tatanan kehidupan
masyarakat. Pengelolaan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) umumnya
dijalankan dengan prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan.

D. Komponen Kesehatan Masyarakat


1. Penyakit Berbasis Lingkungan
Uraian mengenai rona lingkungan hidup awal untuk komponen aspek
kesehatan masyarakat untuk kegiatan mengacu pada Informasi yang
diperlukan untuk penyusunan rona lingkungan. Komponen kesehatan
masyarakat dalam penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) rencana kegiatan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di
Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 67
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

wilayah Provinsi Banten mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal Nomor


124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam
Penyusunan AMDAL. Sumber data mengenai komponen kesehatan
masyarakat diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Tahun
2018 dan Profil UPT Puskesmas Kopo Tahun 2018.
Untuk melihat kondisi derajat kesehatan masyarakat di lokasi kegiatan, maka
ada beberapa hal yang akan dianalisa sesuai Kep. Ka. Bapedal No.
124/12/1997. Data kesehatan masyarakat yang dianalisa disajikan pada sub
bab berikut ini:

1). Parameter lingkungan yang diprakirakan terkena dampak rencana


pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan
Rencana pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah
Provinsi Banten diprakirakan akan berdampak pada penurunan kualitas
udara ambien untuk parameter total suspended particulate (TSP),
penurunan kualitas air permukaan parameter total coliform dan total
coliform, peningkatan volume sampah domestik, dan peningkatan
populasi vektor penyakit (lalat, nyamuk, kecoak, tikus) baik di area
proyek maupun pada penduduk sekitar yang berbatasan langsung dengan
proyek.

2). Proses dan potensi terjadinya pemajanan


Pemajanan dapat terjadi manakala terjadi interaksi antara manusia dengan
sumber pajanan. Diantaranya adalah sumber pajanan fisik, kimia dan
biologi. Pada rencana pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di
wilayah Provinsi Banten yang menjadi sumber pajanan adalah beberapa
kegiatan pada tahap konstruksi dan operasional. Pada kegiatan konstruksi
menghasilkan berbagai zat pencemar lingkungan (udara, air dan tanah).
Proses pajanan yang terjadi secara terus menerus akan meningkatkan
dosis panajanan pada manusia dan berpotensi pada gangguan kesehatan.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 68
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Paradigma kesehatan lingkungan merupakan model yang menjabarkan


proses terjadinya sehat dan sakit akibat suatu pemajanan pejamu (host)
terhadap sumber penyakit (agent). Konsep tersebut dijabarkan pada skema
di bawah ini (Mukono, 2006).

Gambar 2.12. Paradigma (Konsep/Model) Kesehatan Lingkungan

3). Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit (mortalitas dan


morbiditas)
a. Mortalitas
Jumlah kejadian kematian pada periode waktu dan pada kelompok
usia tertentu, dapat memberi gambaran dari waktu ke waktu, dan dapat
memberi gambaran perkembangan derajat kesehatan dan dapat
digunakan dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan
program pembangunan kesehatan.
(1) Angka Kematian Bayi
Kasus kematian neonatus selama tahun 2017 adalah 7 bayi yang
penyebabnya yaitu 5 bayi mengalami asfiksia, 2 bayi mengalami
berat badan lahir rendah (BBLR). Penolong kelahiran bayi oleh
bidan sebanyak 4 bayi dan 3 bayi ditolong oleh dukun.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 69
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

(2) Angka Kematian Balita


Kematian balita adalah jumlah kematian balita sebelum usian 5
tahun (bayi + anak balita) kematian anak balita menggambarkan
masalah kesehatan anak serta factor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan
kecelakaan.
Jumlah kematian balita pada tahun 2017 sebanyak 3 orang (bayi 2
orang, balita 1 orang) penyebab utama kematian balita di
Kecamatan Kopo adalah kejang demam dan pneumonia.
Kasus ini banyak dikarenakan masih rendahnya cakupan
penemuan dan penatpelaksanaan kasus oleh tenaga kesehatan yang
belum terlatih dan belum terampil dalam menangani kasus
tersebut.
(3) Angka Kematian Ibu
Kasus kematian ibu selama tahun 2017 adalah 0. Ini
memperlihatkan bahwa ibu hamil resiko tinggi dirujuk ke poli
kandungan, sehingga deteksi resiko tinggi kehamilan dan
persalinan dapat terdeteksi optimal.

b. Morbiditas
Angka morbiditas digunakan sebagai indikator status kesehatan. Di
dalam epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah angka insidensi
dan prevalensi dan bergagai ukuran turunan dari kedua indikator
tersebut.
Selama tahun 2017, terdapat data jumlah kesakitan yang diperoleh
dari pelayanan kesahatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan,
baik pencatatan dan pelaporan rutin maupun insidentil. Data tersebut
adalah:

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 70
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

(1) TB paru
Di Kecamatan Kopo Tahun 2017 ditemukan 18 kasus BTA (+)
baru dari sasaran 27 kasus BTA (+) baru, dan kasus yang
dinyatakan sembuh sebanyak kasus BTA positif 24 kasus (88%).

Tabel 2.22. Penemuan Kasus TB Januari-Desember di Wilayah


Kerja Puskesmas Kopo Tahun 2017
No Diagnosa Jumlah (Kasus)
1 BTA + 18
2 BTA_RO + 12
3 Epusion Pleura 0
4 TB Anak 6
5 Kambuh 3
6 Gagal/defult 0
7 Lain-lain 0
Total Penderita 39
Sumber: Profil Kesehatan UPT Puskesmas Kopo, 2018

(2) Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang dapat disebabkan oleh
berbagai jenis mikroorganisme, termasuk bakteri, virus, dan jamur.
Data penyakit ISPA non pneumonia di wilayah kerja UPT
Puskesmas Kopo tahun 2017 disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.23. Penyakit ISPA Non Pneumonia di Wilayah Kerja


UPT Puskesmas Kopo Tahun 2017
No Bulan Laki-laki Perempuan Jumlah (kasus)
1 Januari 35 40 75
2 Februari 1
0 10 20
3 Maret 3
6 35 71
4 April 4
3 51 94
5 Mei 6
5 70 135
6 Juni 8
9 84 173
7 Juli 7
6 83 159
8 Agustus 8 85 172

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 71
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

7
9 Septermber 4
1 48 89
10 Oktober 98 108 106
11 November 5
6 67 123
12 Desember 50 54 104
Jumlah 596 640 1236
Sumber: Profil Kesehatan UPT Puskesmas Kopo, 2018
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2017 penyakit ISPA non
pneumonia sebanyak 1236 kasus, dimana terjadi pada laki-laki
sebanyak 596 kasus dan perempuan 640 kasus. Jika kejadian ISPA
non pneumonia dilihat berdasarkan bulan, terbanyak terjadi pada
Juni 2017 jumlah 173 kasus dan paling sedikit terjadi pada
Februari 2017 jumlah 20 kasus.
Sedangkan, kejadian penyakit pneumonia pada balita disajikan
pada tabel berikut ini.

Tabel 2.24. Data Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja UPT


Puskesmas Kopo Tahun 2017
Perempua
No Bulan Laki-laki Jumlah (kasus)
n
1 Januari 0 0 0
2 Pebruari 1 1 2
3 Maret 2 1 3
4 April 3 2 5
5 Mei 1 0 1
6 Juni 2 1 3
7 Juli 0 1 1
8 Agustus 4 2 6
9 September 1 1 2
10 Oktober 4 5 9
11 November 4 5 9
12 Desember 0 0 0
Jumlah 17 13 30
Sumber: Profil Kesehatan UPT Puskesmas Kopo, 2018

Berdasarkan tabel tersebut di atas diketahui bahwa, pada tahun


2017 penyakit pneumonia pada balita terjadi sebanyak 30 kasus di
mana 17 kasus pada balita laki-laki dan 13 kasus pada balita

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 72
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

perempuan. Jika dilihat berdasarkan waktu, penyakit pneumonia


balita terjadi paling banyak pada bulan Oktober dan November
2017 masing-masing 9 kasus dan tidak terjadi kasus pada bulan
Januari dan Desember 2017.

(3) Diare
Diare erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan, penyediaan air
bersih dan perilaku kesehatan. Jika ketiga komponen tersebut
memenuhi syarat kesehatan maka penyebaran penyakit ini dapat
ditekan.
Kasus diare banyak diderita balita, karena kondisi fisik yang masih
rentan terhadap penyakit. Berikut tabel kasus diare di UPT
Puskesmas Kopo tahun 2017.

Tabel 2.25. Distribusi Kasus Diare Menurut Waktu dan Jenis


Kelamin di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo
Kecamatan Kopo Tahun 2017
No Bulan Laki-laki Perempuan Jumlah (kasus)
1 Januari 10 12 22
2 Pebruari 11 15 26
3 Maret 21 21 42
4 April 12 16 38
5 Mei 21 23 44
6 Juni 12 14 26
7 Juli 14 13 27
8 Agustus 19 18 37
9 Septermber 26 35 56
10 Oktober 10 14 14
11 November 10 10 20
12 Desember 22 20 40
Total 199 193 392
Sumber: Profil Kesehatan UPT Puskesmas Kopo, 2018

Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2017 terjadi diare pada


masyarakat sebanyak 392 kasus, di mana terjadi pada laki-laki

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 73
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

sebanyak 199 kasus dan perempuan 193 kasus. Jika dilihat dari
waktu kejadian, diare terbanyak pada bulan September 2017
jumlah 56 kasus.

c. Umur Harapan Hidup


Umur Harapan Hidup (UHH) adalah salah satu indikator yang
mencerminkan berapa lama seorang bayi lahir diharapkan hidup.
Tinggi rendahnya umur harapan hidup menunjukkan taraf hidup dan
keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu daerah. Apabila suatu
daerah dapat menekan angka kesakitan dan kematian akan tercermin
dari tingginya umur harapan di daerah tersebut.
UHH Kecamatan Kopo pada tahun 2017 adalah 60, tahun sedangkan
UHH nasional berkisar antara 66-70 tahun. Ini merupakan kerja lintas
sektor untuk meningkatkan kesehteraan yang berdampak pada
meningkatnya UHH.

4). Karakteristik Spesifik Penduduk yang berisiko


Penduduk yang berisiko terkena dampak kesehatan akibat dari rencana
kegiatan pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah
Provinsi Banten dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Masyarakat yang berbatasan langsung yaitu penduduk di Desa
Mekarbaru Kecamatan Kopo.
b. Kelompok umur yang berisiko yaitu balita (0-5 tahun), anak-anak (5-
11 tahun) dan manula (60+) pada di Desa Mekarbaru Kecamatan
Kopo.
c. Jenis kelamin yang berisiko laki-laki dan perempuan di Desa
Mekarbaru Kecamatan Kopo.

Berikut data kelompok umur dan jenis kelamin penduduk di wilayah kerja
UPT Puskesmas Kopo tahun 2017 disajikan pada tabel di bawah ini.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 74
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Tabel 2.26. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok


Umur di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo Kecamatan
Kopo Tahun 2017
Kelompok Umur Jumlah Penduduk
No
(Tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0-4 1839 1.469 3.308
2 5-9 1479 1.450 2.929
3 10-14 1743 1.593 3.336
4 15-19 1496 1.335 2.831
5 20-24 1265 1.169 2.434
6 25-29 1100 972 2.072
7 30-34 859 908 1.767
8 35-39 828 796 1.624
9 40-44 793 740 1.533
10 45-49 692 623 1.315
11 50-54 573 652 1.225
12 55-59 432 876 1.233
13 60-64 267 273 540
14 65-69 167 397 564
15 70-74 108 129 237
16 75+ 83 133 216
Jumlah 1368 12953 26591
Sumber: Profil Kesehatan UPT Puskesmas Kopo, 2018

Berdasarkan tabel di atas, penduduk yang berisiko terkena dampak


lingkungan dari rencana Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP)
yakni kelompok umur 0-4 tahun sebanyak 3.308 orang, 5-9 tahun
sebanyak 2.929 orang, 10-14 tahun sebanyak 3.336 orang, 60+ tahun
sebanyak 1.557 orang. Total jumlah penduduk berisiko sebanyak 11.130
orang terdiri dari balita, anak-anak dan manusia lanjut usia (manula).

5). Sumber Daya Kesehatan


a. Sarana Kesehatan
Saranan Kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatandasar
atau upaya kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang.
Sarana kesehatan juga dapat dipergunakan untuk kepentingan
pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan ilmu
pengetauan dan teknologi di bidang kesehatan.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 75
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Tabel 2.27. Sarana Kesehatan di Kecamatan Kopo


Tahun 2017
No Sarana Kesehatan Jumlah (unit)
1 Puskesmas Non Perawatan 1
2 Poskesdes+poskestren 1
3 Posyandu 27
4 Laboratorium Puskesmas 1
Jumlah 31
Sumber: Profil Kesehatan UPT Puskesmas Kopo, 2018
Berdasarkan tabel di atas, sarana kesehatan di wilayah kerja UPT
Puskesmas Kopo pada tahun 2017 sebanyak 31 unit, di mana sarana
kesehatan cukup merata dan paling banyak yakni posyandu 27 unit.

b. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan
profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan
formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangn dalam melakukan upaya kesehatan.

Tabel 2.28. Tenaga Medis dan Non Medis di UPT Puskesmas Kopo
Tahun 2017
Jumlah
Standar
No Jenis yang Ada Keterangan
(orang)
(orang)
A Medis
1 Dokter Umum 1 2 2
2 Dokter Gigi 1 -
3 Perawat 10 Pns 4 thl
3sukwan 2
4 Bidan 14 Pns 7.ptt 1
Tks 3
5 Perawat Gigi 0 1 -
6 Petugas Gizi 0 1 -
7 Analis laboratorium 1 1 Sukwan
8 Farmasi (asisten apoteker) 1 1.thl
Total A 0
B Non Medis
1 Kepala Puskesmas 1 -
2 Administrasi (TU) 1 3 -2
3 Sanitarian 1 Thl
4 Rekam Medis 0 1 Admin2,tks
5 Tenaga Kebersihan 2
6 Penjaga Malam 0 2 Merangkap
Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 76
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Jumlah
Standar
No Jenis yang Ada Keterangan
(orang)
(orang)
supir-1
7 Supir 2 0 -
8 Promkes 1 1 -
9 IT 1 -
Total 9 12
Total A+B 37
Sumber: Profil Kesehatan UPT Puskesmas Kopo, 2018

Berdasarkan tabel di atas, tenaga medis di UPT Puskesmas Kopo


sebanyak 28 orang dan tenaga non medis sebanyak 9 orang. Seperti
diketahui, tenaga medis terbanyak bidan 14 orang dan beberapa tenaga
medis belum tersedia seperti perawat gigi dan petugas gizi.

6). Kondisi Sanitasi Lingkungan


a. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuh isyarat
kesehatan, yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilisasi
rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai
rumah tidak terbuat dari tanah.
Berdasarkan cakupan tahun 2017 dari 318.241 rumah yang diperiksa
hanya 47.05% yang dikategorikan sehat. Masih rendahnya cakupan
rumah sehat lebih dikarenakan karena kepemilikan jamban yang
masih rendah yaitu sebesar 66,71% turun dibanding tahun 2016
sebesar 68,54% (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, 2018).

b. Sarana Sanitasi Dasar dan Tempat Umum dan Pengelolaan


Makanan
Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah rumah tangga dan tinja
yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan
menurunnya kualitas air, serta dapat menimbulkan penyakit menular
di masyarakat. Jamban, tempat sampah, pengelolaan limbah dan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 77
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

persediaan air bersih merupakan sarana sanitasi lingkungan


pemukiman (PLP). Kepemilikan air bersih juga menjadi prasyarat
utama dalam menciptakan kesehatan masyarakat. Dari 1.135.117
penduduk yang ada hanya 76% penduduk dengan sumber air minum
terlindungi (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, 2018).

Dari 1.385 tempat-tempat umum (TTU) yang dilakukan pemeriksaan


hanya 852 TTU (61,5%) yang memenuhi syarat kesehatan dan dari
833 tempat pengolahan makanan (TPM) yang dilakukan pemeriksaan
hanya 191 TPM (22,93%) yang memenuhi syarat kesehatan (Profil
Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, 2018).

c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Perilaku hidup bersih dan sehat pada dasarnya merupakan sebuah
upaya untuk menularkan pengalaman mengenai pola hidup sehat
melalui individu, kelompok atau masyarakat luas dengan jalur-jalur
komunikasi sebagai media berbagai informasi. Berikut data PHBS di
wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo tahun 2017.

Tabel 2.29. Data PHBS di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo


Tahun 2014-2017
Tahun
Kategori
2015 (%) 2014 (%) 2016 (%) 2017 (%)
Rumah Tangga 35,34 49 51 41
Sehat
Rumah Tangga 64,66 51 49 59
Tidak Sehat
Jumlah 100 100 100 100
Sumber: Profil Kesehatan UPT Puskesmas Kopo, 2018

Berdasarkan tabel di atas, data PHBS di wilayah kerja UPT


Puskesmas Kopo sejak tahun 2014-2017 cenderung fluktuatif. Di
mana, rumah tangga sehat tertinggi pada tahun 2016 sebesar 51% dan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 78
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

terendah pada 2015 yakni 35,34%. Rumah tangga tidak sehat tertinggi
pada tahun 2015 sebesar 64,66% dan terendah pada 2016 yakni 49%.

7). Status Gizi Masyarakat


Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan
kesehatan umum, karena di samping merupakan faktor predisposisi yang
dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individu. Berikut data status
gizi balita di wilayah kerja UPT Puskesmas Kopo tahun 2014-2017
disajikan pada pada di bawah ini.

Tabel 2.30. Status Gizi Balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopo
Tahun 2014-2017
Tahun
Status Gizi
2014 (orang) 2015 (orang) 2016 (orang) 2017 (orang)
Gizi Lebih 25 87 88 10
Gizi Baik 1.960 3.000 2.807 2.256
Gizi Kurang 20 120 84 51
Gizi Buruk 2 4 3 3
Jumlah 2.007 3.211 2.982 2.320
Sumber: Profil Kesehatan UPT Puskesmas Kopo, 2018

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui status gizi balita sebagai berikut:
a. Balita dengan status gizi lebih tertinggi pada tahun 2016 yaitu 88
orang dan terendah pada 2017 yaitu 10 orang;
b. Balita dengan status gizi baik tertinggi pada tahun 2015 yaitu 3.000
orang dan terendah pada 2014 yaitu 1.960 orang;
c. Balita dengan status gizi kurang tertinggi pada tahun 2015 yaitu 120
orang dan terendah pada 2014 yaitu 20 orang;

Balita dengan status gizi buruk tertinggi pada tahun 2015 yaitu 4 orang
dan terendah pada 2014 yaitu 2 orang.

E. Komponen Transportasi

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 79
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Lokasi kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi


Banten di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang. Kondisi lalu
lintas di sekitar lokasi kegiatan masih sepi.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di Wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 80
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

2.4.2. Kegiatan Lain di Sekitar Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan


Lokasi Rencana Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi
Banten di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang dengan lahan seluas
10,76 Ha memiliki jarak dari pusat Kota Serang sejauh 90 km dan jarak dari koridor
jalan utama sejauh 0,2 km Jalan Raya Kopo-Maja. Adapun kegiatan yang ada di sekitar
lokasi adalah:
 Sebelah Utara : Pemukiman Masyarakat.
 Sebelah Selatan : Pemukiman Masyarakat
 Sebelah Timur : Lahan Kosong Masyarakat dan Sungai Cibeurem/
Kecamatan Cisoka
 Sebelah Barat : Pemukiman Masyarakat dan Jalan Raya Kopo-Maja

2.5. Dampak Penting Hipotetik


Pelingkupan (scoping) di dalam AMDAL termasuk ke dalam pelingkupan
kebijaksanaan dan perencanaan. Beanlands dan Duinker (1983) dalam Suratmo (2009)
memberikan pengertian untuk pelingkupan kebijaksanaan dan perencanaan, yaitu
proses untuk menetapkan secara cepat pilihan dari suatu pembangunan proyek,
menganalisis masalah-masalah yang akan timbul sejak awal dan juga akan
menghasilkan saran-saran strategi di dalam menjalankan atau membatalkan suatu
proyek. Pelingkupan atau Scoping merupakan faktor paling krusial sehingga sifatnya
penting untuk digunakan dalam penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL). Penyusunan AMDAL di Indonesia menggunakan metode yang
telah distandarkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012
Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. AMDAL terdiri dari
dokumen Kerangka Acuan (KA), Analisis Lingkungan Hidup (ANDAL), dan Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup –Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-
RPL). Sebagai langkah awal didalam penyusunan dokumen AMDAL rencana
Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Bantendi Desa
Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang dengan lahan seluas 10,76 Ha, maka
disusun KA ini yang dibutuhkan pelingkupan dalam penyusunannya. Pelingkupan
merupakan proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas
10,76 Ha
II - 81
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

dampak penting hipotetik terkait dengan rencana kegiatan dan/atau usaha. Pelingkupan
merupakan proses terpenting dalam penyusunan KA karena melalui proses pelingkupan
akan dihasilkan:

a. Dampak penting hipotetik terhadap lingkungan hidup yang dipandang relevan untuk
ditelaah secara mendalam dalam studi AMDAL dengan mengeliminasi hal-hal atau
komponen-komponen lingkungan hidup yang dipandang kurang penting untuk
dikaji;
b. Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan beberapa pertimbangan: batas proyek,
batas ekologis, batas sosial dan batas administratif;
c. Batas waktu kajian yang merupakan rentang waktu yang akan digunakan sebagai
dasar dalam melakukan prakiraan perubahan kualitas/kondisi lingkungan tanpa
adanya proyek dan dengan adanya proyek;
d. Kedalaman studi ANDAL antara lain mencakup metode yang digunakan, jumlah
sampel yang diukur, dan tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan sumber daya
yang direncanakan (dana dan waktu);

Pelingkupan Dampak Penting Hipotetik yang digunakan dalam rencana kegiatan


Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Banten di Desa
Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang dengan lahan seluas 10,76 Ha
meliputi identifikasi dampak potensial, evaluasi dampak potensial, klasifikasi dan
prioritas yang dipaparkan kedalam narasi berikut:

2.5.1. Identifikasi Dampak Potensial


Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Lampiran 1, proses identifikasi
dampak potensial merupakan proses awal untuk menghasilkan dampak penting
hipotetik yang esensinya adalah menduga semua dampak yang berpotensi terjadi karena
rencana usaha dan/atau kegiatan dilakukan pada lokasi tersebut. Esensi dari identifikasi
dampak potensial adalah menduga semua dampak yang berpotensi terjadi jika rencana
kegiatan dilakukan pada lokasi tersebut sehingga langkah ini akan menghasilkan daftar

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas
10,76 Ha
II - 82
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

dampak potensial (Marifa dkk, 2007). Menurut Marifa dkk (2007), inti dari langkah
identifikasi dampak potensial adalah mengidentifikasi interaksi antara komponen
rencana kegiatan dengan komponen lingkungan dilokasinya yang dilakukan oleh tim
pelaksana kajian dengan membayangkan suatu situasi dimana semua dampak mungkin
saja terjadi atau situasi terburuk (worst-casescenario). Identifikasi dampak potensial
yang akan digunakan dalam Kerangka Acuan (KA) rencana usaha dan/atau kegiatan ini
menggunakan metode matriks dan bagan. Matriks digunakan untuk menunjukan
interaksi antara komponen kegiatan dengan komponen lingkungan hidup dilokasi
kegiatan dengan identifikasi yang diikuti dengan penyusunan bagan alir yang
menunjukkan urutan-urutan (sequence) kejadian dampak, sehingga menghasilkan
gambaran tentang dampak mana yang terjadi lebih dahulu (primer), serta dampak–
dampak turunannya, seperti sekunder, tersier, dan sebagainya (Mariffa dkk, 2007).

Matriks identifikasi dampak potensial Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP)


Wilayah Provinsi Bantendi Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang
dengan lahan seluas 10,76 Ha tersebut secara ringkas disajikan pada tabel berikut.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas
10,76 Ha
II - 83
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Tabel 2.31. Matriks Identifikasi Dampak Potensial Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Banten di Desa Mekarbaru,
Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang
Pra Tahap Kegiatan
Konstruksi Operasional
No Komponen Lingkungan Konstruksi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 A. Tahap Pra Konstruksi
I. Komponen Fisik Kimia 1. Penyusunan DED
2. Pengurusan Perizinan
1 Penurunan Kualitas Udara - - - - x x x - - - - x 3. Pembebasan lahan
2 Peningkatan Kebisingan - - - - x x x - - - - x
3 Air Larian/Run Off Water - - - - x - - - - - - B. Tahap Konstruksi
4 Estetika (Timbulan Limbah Padat) - - - - x x - x - x - 4. Penerimaan Tenaga Kerja
5. Pengangkutan Alat dan Material
5 Kualitas Air Permukaan - - - - - - - - - x - - 6. Pematangan Lahan
II. Komponen Biologi 7. Konstruksi Bangunan Utama dan Utilitas
Pendukung
6 Gangguan Biota Darat - - - - - x - - - - - -
7 Gangguan Biota Perairan - - - - - x - - - x - - C. Tahap Operasional
III. Komponen Sosekbud 8. Penerimaan Tenaga Kerja
8 Kesempatan Bekerja dan Peluang Berusaha - - - x - - - x - - - - 9. Operasional Pusat Distribusi Provinsi
10. Operasional Utilitas Pendukung
9 Peningkatan Pendapatan Masyarakat - - - x - - - x - - - - 11. Pemeliharaan Gedung dan Prasarana
10 Sikap dan Persepsi Masyarakat x x x x x x x x x x x x 12. Transportasi dan Perparkiran

IV. Komponen Kesehatan Masyarakat


x : ada interaksi
11 Penurunan Sanitasi Lingkungan - - - - - x x - x - x -
- : tidak ada interaksi
12 Timbulnya Penyakit Berbasis Lingkungan - - - - x x x - x - x -
V. Komponen Transportasi
13 Bangkitan Lalu lintas - - - - x - - - - - - x

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 84
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Berdasarkan matriks Tabel 2.31 di atas dampak potensial yang diprakirakan akan
muncul dari rencana Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi
Banten di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang dengan lahan seluas
10,76 Ha sebanyak 13 jenis dampak yakni sebagai berikut:
1. Penurunan Kualitas Udara
2. Peningkatan Kebisingan
3. Limpasan Air Hujan (Run off)
4. Estetika (timbulan limbah padat)
5. Kualitas Air Permukaan
6. Biota Darat
7. Biota Perairan
8. Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha
9. Peningkatan Pendapatan Masyarakat
10. Sikap dan Persepsi Masyarakat
11. Penurunan Sanitasi Lingkungan
12. Timbulnya Penyakit Berbasis Lingkungan
13. Bangkitan Lalu-Lintas

2.5.2. Evaluasi Dampak Potensial


Setelah diperoleh daftar dampak potensial yang mungkin terjadi maka dilakukan
evaluasi dampak potensial untuk menentukan dampak penting hipotetik yang
selanjutnya akan dikaji lebih lanjut di dalam ANDAL.
Metode penentuan dampak penting hipotetik dilakukan dengan metode daftar uji sesuai
dengan pedoman penentukan dampak penting hipotetik dari Kementerian Lingkungan
Hidup, yaitu berdasarkan pertanyaan:
1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi?
2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen
lingkungan lainnya (nilai ekologis) sehingga perubahan besar pada kondisi
komponen lingkungan tersebut akan sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat
dan keutuhan ekosistem?

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas
10,76 Ha
II - 85
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

3. Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen lingkungan


tersebut?
4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh
dampak tersebut?

Secara ringkas evaluasi dampak potensial kegiatan disajikan dalam tabel berikut.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas
10,76 Ha
II - 86
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Tabel 2.32. Matriks Evaluasi Dampak Potensial


Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji
Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
A. Tahap Pra Konstruksi
a. Penyusunan Sosial Budaya Sikap dan T T T T TIDAK 1. Beban terhadap lingkungan tidak berdampak karena kegiatan ini
DED Persepsi hanya berlangsung singkat, sehingga tidak berdampak terhadap
Masyarakat sikap dan persepsi masyarakat.
2. Kegiatan Penyusunan DED hanya dilakukan di dalam lokasi, kantor
pemrakarsa/konsultan dan berlangsung singkat, dengan demikian
dampak sikap dan persepsi masyarakat diprakirakan tidak akan
timbul.
3. Tidak ada kekhawatiran yang tinggi terhadap sikap dan persepsi
masyarakat dikarenakan kegiatan penyusunan DED hanya
dilakukan di dalam lokasi kegiatan, kantor
pemrakarsa/konsultandan hanya berlangsung singkat.
4. Dalam kegiatan penyusunan DED diprakirakan tidak ada aturan dan
kebijakan yang terlampaui.
Dengan demikian dampak sikap dan persepsi masyarakat dari
kegiatan studi kelayakan dan DED dapat dikategorikan tidak dampak
penting hipotetik.
b. Pengurusan Sosial Budaya Sikap dan Y Y Y Y YA Kegiatan pengurusan perizinan pada prosesnya akan menimbulkan
Perizinan Persepsi dampak terhadap timbulnya perubahan sikap dan persepsi di
Masyarakat masyarakat, baik persepsi positif maupun persepsi negatif. Hasil
evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Beban sikap dan persepsi negatif dari masyarakat terhadap tahap
pengurusan perizinan akan tinggi apabila rencana Pembangunan
Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Banten di Desa
Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang ini tidak sesuai

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 87
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
dengan syarat dan ketentuan kebijakan dan peraturan yang
berlaku, dapat dilihat dari hasil kegiatan konsultasi publik bahwa
masyarakat akan mendukung rencana kegiatan asalkan rencana
kegiatan ini sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
2. Sikap dan persepsi masyarakat memegang peranan penting
terhadap tatanan sosial di wilayah kegiatan serta keberlanjutan
kegiatan.
3. Ada kekhawatiran dari masyarakat terdapat sejumlah perizinan
yang terlampaui dari rencana kegiatan Pembangunan Pusat
Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Banten di Desa
Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang. Hal ini dapat
diketahui dari hasil kegiatan konsultasi publik penyusunan
AMDAL yang telah dilakukan.
4. Diprakirakan tidak ada aturan yang terlampaui terkait perizinan
Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi
Banten di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang.
Dampak sikap dan persepsi masyarakat yang timbul pada tahap
kegiatan ini merupakan dampak langsung dari kegiatan pengurusan
perizinan yang akan dilakukan. Apabila pemrakarsa tidak melakukan
pengelolaan terhadap dampak sikap dan persepsi masyarakat saat
dilakukannya kegiatan pengurusan perizinan, diprakirakan akan
timbul sikap dan persepsi negatif negatif dari masyarakat dan akan
muncul keresahan masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan
Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi
Banten di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang.
Dengan demikian dampak sikap dan persepsi masyarakat dapat
dikatagorikan dampak penting hipotetik.
c. Pembebasan Sosial Budaya Sikap dan Y Y Y Y YA 1. Berdasarkan kegiatan konsultasi publik yang telah dilakukan
Lahan Persepsi diketahui dampak sikap dan persepsi masyarakat pada kegiatan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 88
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
Masyarakat pembebasan lahan/penggunaan lahan di lokasi kegiatan sudah
tinggi dikarenakan masyarakat khususnya beban bagi masyarakat
pengguna lahan di wilayah tersebut telah sejak lama mengetahui
akan adanya rencana kegiatan ini, tetapi sampai saat ini mereka
tidak mengetahui dengan jelas lahan yang akan
digunakan/dibebaskan untuk lokasi kegiaan.
2. Dampak sikap dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan
pembebasan lahan memegang peranan penting untuk
meminimalisir terjadinya konflik sosial, khususnya konflik
masyarakat pengguna lahan dengan Pemrakarsa
3. Dari kegiatan konsultasi publik diketahui ada kekhawatiran dari
masyarakat pengguna lahan yang ada di lokasi kegiatan, mereka
sangat khawatir tidak adanya kompensasi tanaman maupun lahan
serta tidak dilakukannya proses pembebasan lahan dengan
transparan. Lahan ini digunakan oleh masyarakat sebagai ladang
/kebun untuk mata pencaharian mereka sebagai petani.
4. Dalam kegiatan pembebasan lahan,pemrakarsa akan mengurus
akan melibatkan instansi terkait dan akan menginventaris
pengguna lahan yang ada di lokasi kegiatan, serta akan
memberikan kompensasi tanaman kepada pengguna lahan. Dengan
demikian tidak ada kebijakan dan peraturan yang terlampaui.
Dengan demikian dampak sikap dan persepsi masyarakat pada
kegiatan pembebasan lahan dapat dikatagorikan dampak penting
hipotetik
B. Tahap Konstruksi
a. Penerimaan Sosial Kesempatan Y Y Y T YA Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi akan dilakukan oleh
Tenaga Kerja Ekonomi Kerja dan pemrakarsa atau kontraktor pelaksana pembangunan untuk kegiatan
Peluang PembangunanPusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 89
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
Berusaha Banten di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang.
Pada tahap kegiatan ini akan dilakukan penyerapan tenaga kerja dari
masyarakat setempat maupun masyarakat di luar wilayah kegiatan.
Hal tersebut akan berpotensi memberikan dampak positif berupa
terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat
lokal. Hasil evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil konsultasi publik bahwa masyarakat sangat
berharap pemrakarsa dapat memberdayakan masyarakat setempat
untuk diterima menjadi tenaga kerja pada tahap konstruksi
terutama karena sebagian besar masyarakat berprofesi memiliki
keahlian sebagai buruh bangunan.
2. Komponen kesempatan kerja memegang peranan penting dalam
peningkatan perekonomian masyarakat serta mengendalikan
dampak sosial lainnya yakni kecemburuan sosial dari masyarakat
setempat.
3. Ada kekhawatiran dari masyarakat setempat bahwa tidak ada
masyarakat setempat yang terserap menjadi tenaga kerja saat
konstruksi.
4. Pemrakarsa akan mengelola dengan baik terkait penerimaan
tenaga kerja agar sesuai dengan Undang –Undang No 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Kebutuhan tenaga kerja untuk tahap konstruksi rencana usaha
dan/atau kegiatan akan membuka lapangan kerja baru bagi
masyarakat khususnya bagi masyarakat setempat dan masyarakat di
Wilayah Kecamatan Kopo. Lapangan pekerjaan baru berpotensi
menyerap penduduk usia produktif yang pada saat ini belum
mempunyai pekerjaan tetap dan kondisi ini juga akan berpotensi
membuka peluang usaha bagi masyarakat setempat seperti usaha
penjualan kebutuhan makanan/minuman serta kebutuhan lainnya

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 90
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
khususnya untuk kebutuhan konstruksi maupun kebutuhan tenaga
kerja yang direkrut pada saat konstruksi.

Terbukanya lapangan kerja dan peluang berusaha pada masyarakat


setempat akan berdampak terhadap pendapatan masyarakat serta
pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Dengan demikian
terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha dapat
dikatagorikan dampak Penting Hipotetik.
Komponen Peningkatan Y Y Y T YA Penyerapan tenaga kerja konstruksi akan berpotensi menambah
Sosial Pendapatan perputaran uang diwilayah kegiatan dari upah yang diterima oleh
Ekonomi Masyarakat tenaga kerja. Hasil evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan pendapatan masyarakat sangat diharapkan oleh
masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang masih
berpenghasilan dibawah upah minimum Kabuoaten Serang,
dikarenakan bagi masyarakat yang masih berpenghasilan dibawah
Upah Minimum Kabepaten Serang dapat menjadi beban
pertumbuhan ekonomi diwilayah tersebut. Diprakirakan masih ada
masyarakat (keluarga/RT) yang berpendapatan/berpenghasilan
dibawah upah minimum Kabupaten Serang yang bermukin
disekitar lokasi kegiatan (masyarakat/RT katagori di bawah hidup
layak/tidak mampu/miskin).
2. Dampak peningkatan pendapatan memegang peranan penting
untuk taraf hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat serta
pertumbuhan ekonomi diwilayah kegiatan.
3. Bentuk kekhawatiran yang muncul terhadap dampak tingkat
pendapatan apabila pemrakarsa tidak memberikan prioritas utama
kepada masyarakat setempat untuk diterima menjadi tenaga kerja
saat konstruksi.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 91
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
4. Aturan ketenagakerjaan terkait pengupahan serta peraturan
penetapan Upah Minimum Kabupaten Serang.
Dampak peningkatan pendapatan masyarakat merupakan dampak
turunan dari dampak terbukanya kesempatan kerja dengan adanya
rencana kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP)
Wilayah Provinsi Banten di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo,
Kabupaten Serang ini, yang akan dilakukan selama tahap konstruksi
(yang diprakirakan ± 3 tahun). Dengan demikian selama tahap
konstruksi tersebut masyarakat yang terekrut menjadi tenaga kerja
maupun masyarakat yang memanfaatkan potensi peluang usaha akan
merasakan peningkatan pendapatan mereka. Meningkatnya
pendapatan tersebut akan berpotensi meningkatkan taraf hidup dan
tingkat kesejahteraan bagi masyarakat di wilayah kegiatan. Dengan
demikian dampak peningkatan pendapatan masyarakat dapat
dikatagorikan dampak penting hipotetik.
Komponen Sikap dan Y Y Y Y YA Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi akan dilakukan oleh
Sosial Budaya Persepsi pemrakarsa untuk kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi
Masyarakat (PDP) Wilayah Provinsi Banten di Desa Mekarbaru, Kecamatan
Kopo, Kabupaten Serang. Pada tahap kegiatan ini akan dilakukan
penyerapan tenaga kerja dari masyarakat setempat maupun
masyarakat di luar wilayah kegiatan. Hal tersebut akan berpotensi
memberikan dampak berupa sikap dan persepsi masyarakat terkait
pelaksanaan kegiatan, baik berupa persepsi positif maupun persepsi
negatif. Hasil evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Diprakirakan dampak persepsi negatif masyarakat setempat
muncul apabila pemrakarsa tidak memberikan informasi terkait
kebutuhan tenaga kerja saat konstruksi serta tidak memberikan
kesempatan kerja kepada masyarakat setempat.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 92
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
2. Sikap dan persepsi masyarakat memegang peranan penting
terhadap tatanan sosial di wilayah kegiatan serta keberlanjutan
kegiatan.
3. Kekhawatiran persepsi negatif masyarakat akan muncul apabila
pemrakarsa tidak terbuka pada saat penerimaan tenaga kerja dan
tidak memprioritaskan masyarakat setempat.
4. Aturan dan kebijakan yang dapat terlampaui terkait undang-
undang ketenagakerjaan.
Dampak sikap dan persepsi masyarakat merupakan dampak turunan
yang akan timbul dari dampak langsung/primer yang bersumber dari
kegiatan penerimaan tenaga kerja. Apabila pemrakarsa tidak
melakukan pengelolaan terhadap dampak primer tersebut maka akan
timbul sikap dan persepsi negatif dari masyarakat, yang juga akan
menimbulkan keresahan masyarakat serta kecenderungan penolakan
dari masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan, Kondisi ini dapat
menjadi sumber konflik dan menghambat kelancaran rencana
kegiatan. Dengan demikian dampak sikap dan persepsi masyarakat
dapat dikatagorikan dampak penting hipotetik.
b. Pengangkutan Fisik Kimia Penurunan Y Y Y T YA Alat-alat berat yang digunakan dalam Pembangunan Pusat Distribusi
Alat dan Kualitas Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Banten di Desa Mekarbaru,
Material Udara Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang antara lain: excavator,
bulldozer, compactor, crane, dump truck dan lain-lain. Alat berat
didatangkan dari sekitar Kecamatan Kopo dan Kabupaten Serang.
Pengangkutan alat berat dan material ini akan berpotensi
menimbulkan dampak penurunan kualitas udara dari emisi gas buang
peralatan alat berat dan/atau kendaraan pengangkutnya.
1. Beban terhadap komponen penurunan kualitas udara sangat berarti

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 93
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
di lokasi.
2. Kegiatan pengangkutan alat dan material pada konstruksi akan di
kelola dengan baik, akan tetapi tetap memegang peranan penting
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar
3. Kegiatan pengangkutan alat dan material pada tahap konstruksi
akan di kelola dengan baik, akan tetapi tetap ada kekhawatiran
masyarakat yang tinggi terhadap komponen lingkungan tersebut
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui, mengingat
pemrakarsa kegiatan akan mengurus semua izin yang diperlukan
dalam kegiatannya.
Fisik Kimia Peningkatan Y Y Y T YA Alat-alat berat yang digunakan dalam Pembangunan Pusat Distribusi
Kebisingan Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Banten di Desa Mekarbaru,
Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang antara lain: excavator,
bulldozer, compactor, crane, dump truck dan lain-lain. Alat berat
didatangkan dari sekitar Kecamatan Kecamatan Kopo dan Kabupaten
Serang.
Pengangkutan alat berat dan material ini akan berpotensi
menimbulkan dampak peningkatan kebisingan dari suara mesin
peralatan alat berat dan/atau kendaraan pengangkutnya.
1. Beban terhadap peningkatan kebisingan sangat berarti di lokasi
kegiatan.
2. Kegiatan pengangkutan alat dan material pada konstruksi akan di
kelola dengan baik, akan tetapi tetap memegang peranan penting
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar
3. Kegiatan pengangkutan alat dan material pada tahap konstruksi
akan di kelola dengan baik, akan tetapi tetap ada kekhawatiran
masyarakat yang tinggi terhadap komponen lingkungan tersebut
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui, mengingat
pemrakarsa kegiatan akan mengurus semua izin yang diperlukan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 94
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
dalam kegiatannya.
Sosial Budaya Sikap dan Y Y Y T YA Kegiatan pengangkutan alat dan material merupakan kegiatan
Persepsi pengangkutan yang dibutuhkan dalam Pembangunan Pusat Distribusi
Masyarakat Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Banten di Desa Mekarbaru,
Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang. Kegiatan ini akan dilakukan
melewati ruas jalan yang ada disekitar lokasi kegiatan. Berdasarkan
hasil pengamatan lapangan, terdapat beberapa pemukiman penduduk
yang berada di sepanjang ruas jalan tersebut. Kegiatan ini berpotensi
menimbulkan dampak sikap dan persepsi di masyarakat, yakni
persepsi negatif dari masyarakat dikarenakan akan terjadinya
peningkatan debu, peningkatan kebisingan, kerusakan jalan disekitar
lokasi kegiatan dan pemukiman penduduk serta terjadinya bangkitan
lalu lintas (kemacetan). Hasil evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Diprakiran persepsi negatif masyarakat muncul apabila
pemrakarsa tidak mengelola dampak peningkatan debu,
peningkatan kebisingan, kerusakan jalan dan bangkitan lalu-lintas
pada saat dilakukannya kegiatan pengangkutan alat dan material.
2. Sikap dan persepsi masyarakat memegang peranan penting
terhadap tatanan sosial di wilayah kegiatan serta keberlanjutan
kegiatan.
3. Kekhawatiran persepsi negatif akan muncul apabila pemrakarsa
tidak dapat melakukan pengelolan terhadap dampak primer yang
timbul dari kegiatan pengangkutan alat dan material.
4. Aturan dan kebijakan yang dapat terlampaui yakni undang-undang
lalu-lintas dan peraturan Kabupaten Serang terkait dengan
kegiatan pengangkutan alat dan material pada saat konstruksi.
Dampak sikap dan persepsi masyarakat merupakan dampak turunan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 95
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
yang akan timbul dari dampak lansung/primer dan sekunder yang
bersumber dari kegiatan pengangkutan alat dan material, antara lain
penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan, kerusakan jalan
dan bangkitan lalu-lintas disekitar lokasi kegiatan. Apabila
pemrakarsa tidak melakukan pengelolaan terhadap dampak-dampak
tersebut maka akan timbul sikap dan persepsi negatif dari
masyarakat terhadap kegiatan, kondisi ini dapat mendorong
penolakan dari masyarakat dan dapat menjadi sumber konflik antara
masyarkat dengan pemrakarsa. Atas dasar tersebut disimpulkan
bahwa dampak ini tergolong sebagai Dampak Penting Hipotetik.
Kesehatan Timbulnya Y Y Y T YA Komponen kesehatan masyarakat pada kegiatan ini merupakan
Masyarakat penyakit dampak turunan dari komponen fisik-kimia yaitu penurunan kualitas
berbasis udara untuk parameter TSP.
lingkungan 1. Dampak terhadap kesehatan masyarakat merupakan dampak
turunan akibat peningkatan debu yang diprakirakan menyebabkan
gangguan kesehatan dari media udara.
2. Kegiatan pengangkutan alat dan material ini memegang peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar namun
akan dikelola dengan baik melalui penyiraman jalan dan area
proyek secara rutin.
3. Akan ada kekhawatiran masyarakat bila pemrakarsa tidak
mengelola dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan
pengangkutan alat dan material.
4. Dalam kegiatan pengangkutan alat dan material tidak ada
kebijakan yang dilanggar atau terlampaui. Dikarenakan
pemrakarsa akan melaksanakan kegiatan sesuai dengan izin dan
kebijakan yang ditetapkan
Hal ini berpengaruh terhadap timbulnya penyakit berbasis lingkungan.
Dengan demikian dapat dikatagorikan dampak penting hipotetik.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 96
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
Transportasi Bangkitan T T T T TIDAK Kegiatan pengangkutan alat berat dan material tentunya akan
Lalu Lintas berdampak terhadap peningkatan bangkitan lalulintas pada lokasi
kegiatan. Kondisi eksisiting jalan saat ini menuju tempat lokasi
kegiatan terbilang sangat memadai dan sebagian padat lalu lintas.
Pengangkutan alat berat dan material bangunan akan dilakukan pada
malam hari untuk menghindari gangguan dan kemacetan lalu lintas
menuju lokasi kegiatan dan pengangkutan akan disesuaikan dengan
kebutuhan.
1. Tidak ada beban terhadap komponen lingkungan atau bangkitan
lalu lintas yang berarti di lokasi kegiatan
2. Kegiatan pengangkutan alat berat dan material untuk konstruksi
akan di kelola dengan baik, sehingga tidak memegang peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar
3. Kegiatan pengangkutan alat berat dan material untuk konstruksi
akan di kelola dengan baik, sehingga tidak ada kekhawatiran
masyarakat yang tinggi terhadap komponen lingkungan tersebut
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui, mengingat
pemrakarsa kegiatan akan mengurus semua izin yang diperlukan
dalam kegiatannya termasuk pembatasan kecepatan kendaraan dan
analisa dampak lalu lintas di jalan umum yang dilalui.
c. Pematangan Fisik Kimia Penurunan T T T T TIDAK Pematangan lahan akan menimbulkan penurunan kualitas udara yang
Lahan Kualitas berasal dari emisi gas buang peralatan berat yang digunakan dan dapat
Udara menyentuh daerah pemukiman masyarakat mengingat lokasi kegiatan
tidak jauh dari pemukiman dan kegiatan ini hanya berlangsung secara
sementara pada tahap konstruksi saja.
1. Tidak ada beban terhadap komponen penurunan kualitas udara yang
berarti di lokasi kegiatan
2. Kegiatan pematangan lahan pada konstruksi akan di kelola dengan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 97
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
baik, sehingga tidak memegang peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat sekitar
3. Kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi akan di kelola
dengan baik, sehingga tidak ada kekhawatiran masyarakat yang
tinggi terhadap komponen lingkungan tersebut
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui, mengingat
pemrakarsa kegiatan akan mengurus semua izin yang diperlukan
dalam kegiatannya.
Fisik Kimia Peningkatan T T T T TIDAK Pematangan lahan akan menimbulkan peningkatan kebisingan yang
Kebisingan berasal dari suara mesin peralatan berat yang digunakan dan dapat
menyentuh daerah pemukiman masyarakat mengingat lokasi kegiatan
berdekatan dengan pemukiman dan kegiatan ini hanya berlangsung
secara sementara pada tahap konstruksi saja.
1. Tidak ada beban terhadap komponen peningkatan kebisingan yang
berarti di lokasi kegiatan
2. Kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi akan di kelola
dengan baik, sehingga tidak memegang peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar
3. Kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi akan dikelola
dengan baik, sehingga tidak ada kekhawatiran masyarakat yang
tinggi terhadap komponen lingkungan tersebut
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui, mengingat
pemrakarsa kegiatan akan mengurus semua izin yang diperlukan
dalam kegiatannya.
Fisik Kimia Limpasan T T Y T YA Kegiatan pematangan lahan akan mengakibatkan perubahan debit air
Air Larian larian (run off) yang merupakan dampak turunan dari munculnya lahan
(run off) terbuka baru. Dengan memp140erhatikan kondisi tapak lokasi, dimana
di lokasi tersebut terdapat anak sungai, maka pada saat pematangan
lahan akan di buat drainase yang langsung menuju anak sungai sebagai

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 98
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
badan air penerima limpasan air hujan, maka :
1. Beban terhadap komponen limpasan air hujan (run off) tidak
signifikan di lokasi kegiatan
2. Komponen limpasan air hujan (run off) akan di kelola dengan baik,
sehingga tidak memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat sekitar.
3. Ada kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat terhadap limpasan
air hujan saat masa konstruksi yang dapat berdampak pada aktivitas
pertanian masyarakat sekitar lokasi kegiatan.
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui, mengingat
pemrakarsa kegiatan akan mengurus semua izin yang diperlukan
dalam kegiatannya.
Fisik Kimia Estetika T T T T TIDAK Estetika yang bersumber dari timbulan limbah padat adalah berupa sisa
(timbulan pembersihan dan pematangan lahan. Timbulan limbah padat akan
limbah ditumpuk dan ditempatkan pada tempat penumpukan atau pembuangan
padat) sementara dan selanjutnya pemrakarsa atau kontraktor pelaksana akan
mengangkutnya ke tempat pembuangan akhir.
1. Tidak ada beban terhadap komponen lingkungan di lokasi kegiatan
2. Komponen timbulan limbah padat akan di kelola dengan baik,
sehingga tidak memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat sekitar
3. Komponen timbulan limbah padat akan di kelola dengan baik,
sehingga tidak ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap
komponen lingkungan tersebut
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui, mengingat
pemrakarsa kegiatan akan mengurus semua izin yang diperlukan
dalam kegiatannya dan sumber limbah padat akan dikelola
sebagaimana mestinya.
Biologi Gangguan Y T T T YA Kegiatan pematangan lahan akan dilakukan penimbunan lahan untuk

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 99
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
Biota Darat mendapatkan level tanah yang akan digunakan untuk tapak
Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi
Banten di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang.
Penimbunan dan penggalian tanah lahan ini dilakukan dengan alat
berat.
1. Adanya beban yang tinggi terhadap komponen lingkungan di
lokasi kegiatan dikarena tempat untuk mencari makan, tempat
singgah dan berkembang biak fauna dan flora darat menjadi
hilang.
2. Tidak ditemukannya fauna dan flora yang dilindungi oleh
perundang-undangan Indonesia, sehingga gangguan pada biota
darat tidak memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat
3. Tidak adanya kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap
komponen lingkungan tersebut.
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui.
Sehingga kegiatan pematangan lahan ini berpotensi mengganggu
keberadaan fauna dan flora darat karena hilangnya vegetasi di sekitar
lokasi kegiatan.Dengan demikian dampak gangguan biota daratdapat
dikatagorikan sebagai dampak penting hipotetik.
Gangguan Y Y Y T YA Kegiatan pematangan lahan akan dilakukan penimbunan lahan untuk
Biota mendapatkan level tanah yang akan digunakan untuk tapak
Perairan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi
Banten di Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang.
Penimbunan dan penggalian tanah lahan ini dilakukan dengan alat
berat. Sehingga kegiatan ini berpotensi mengganggu kehidupan biota

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 100
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
perairan di sekitar lokasi kegiatan.
1. Adanya beban yang tinggi terhadap komponen lingkungan di
lokasi kegiatan dikarenakan tempat untuk mencari makan, tempat
singgah dan berkembang biak biota perairan menjadi terganggu
salah satunya karena menurunnya kualitas air permukaan.
2. Komponen BiotaPerairan memegang peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat terutama yang mengambil
manfaat langsung dari sungai terdekat
3. Adanya kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap komponen
lingkungan tersebut dikarenakan hilangnya mata pencaharian
masyarakat dalam mencari ikan.
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui.
Terganggunya biota perairan akibat kegiatan pematangan lahan
terutama karena menurunnya kualitas air permukaan di sekitar lokasi
kegiatan (sungai Cibeureum) menyebabkan dampak ini dikategorikan
sebagai dampak penting hipotetik.
Sosial Budaya Sikap dan T T T T TIDAK Kegiatan pematangan lahan yang menggunakan peralatan berat
Persepsi berpotensi menimbulkan kekhawatiran di masyarakat akibat
Masyarakat menurunnya kualitas sejumlah parameter lingkungan seperti kualitas
udara dan air serta meningkatnya kebisingan di sekitar lokasi
kegiatan. Hasil evaluasi sebagai berikut:
1. Diprakirakan persepsi negatif masyarakat tidak muncul karena
kegiatan pematangan lahan pada konstruksi akan di kelola dengan
baik, sehingga tidak memberikan beban yang tinggi.
2. Dampak sikap dan persepsi masyarakat tidak memegang peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari karena kegiatan pematangan
lahan pada konstruksi akan di kelola dengan baik.
3. Kekhawatiran persepsi negatif tidak akan muncul dikarenakan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 101
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
kegiatan pematangan lahan pada konstruksi akan di kelola dengan
baik oleh pemrakarsa.
4. Diprakirakan tidak ada aturan dan kebijakan yang akan dilanggar
tidak ada.
Dengan demikian dampak sikap dan persepsi masyarakat pada
kegiatan pematangan lahan dapat dikategorikan Tidak Dampak
Penting Hipotetik.
Kesehatan Penurunan Y Y Y T YA Komponen kesehatan masyarakat pada kegiatan ini merupakan
Masyarakat kualitas dampak penurunan kualitas sanitasi lingkungan dari kegiatan
sanitasi pematangan lahan.
lingkungan 1. Adanya beban yang tinggi terhadap komponen lingkungan di
lokasi kegiatan dikarenakan tempat untuk mencari makan, tempat
singgah dan berkembang biak vektor penyakit, sehingga
berpotensi pada migrasi vektor penyakit.
2. Kegiatan pematangan lahan ini memegang peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar namun akan dikelola
dengan baik melalui pemberantasan vektor penyakit.
3. Akan ada kekhawatiran masyarakat pada migrasi vektor penyakit
dari tapak proyek ke permukiman penduduk bila pemrakarsa tidak
mengelola dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan
pematangan lahan.
4. Dalam kegiatan pematangan lahan tidak ada kebijakan yang
dilanggar atau terlampaui. Dikarenakan pemrakarsa akan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan izin dan kebijakan yang
ditetapkan
Hal ini berpengaruh terhadap penurunan kualitas sanitasi lingkungan.
Dengan demikian dapat dikatagorikan dampak penting hipotetik.
Kesehatan Timbulnya Y Y Y T YA Komponen kesehatan masyarakat pada kegiatan ini merupakan
Masyarakat penyakit dampak dari penurunan kualitas sanitasi lingkungan yakni migrasi

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 102
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
berbasis vektor penyakit dan komponen fisik-kimia yaitu penurunan kualitas
lingkungan udara untuk parameter TSP.
1. Dampak terhadap timbulnya penyakit berbasis lingkungan
merupakan dampak turunan akibat migrasi vektor penyakit dan
peningkatan TSP.
2. Kegiatan pematangan lahan ini memegang peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar namun akan dikelola
dengan baik melalui pemberantasan vektor penyakit dan
penyiraman jalan dan area proyek secara rutin.
3. Akan ada kekhawatiran masyarakat bila pemrakarsa tidak
mengelola dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan
pematangan lahan.
4. Dalam kegiatan pematangan lahan tidak ada kebijakan yang
dilanggar atau terlampaui. Dikarenakan pemrakarsa akan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan izin dan kebijakan yang
ditetapkan
Hal ini berpengaruh terhadap timbulnya penyakit berbasis
lingkungan. Dengan demikian dapat dikatagorikan dampak penting
hipotetik.
d. Konstruksi Fisik Kimia Penurunan T T T T TIDAK Konstruksi Bangunan Utama dan Utilitas Penunjang akan
Bangunan Kualitas menimbulkan penurunan kualitas udara yang berasal dari emisi gas
Utama dan Udara buang peralatan berat yang digunakan dan dapat menyentuh daerah
Utilitas pemukiman masyarakat mengingat lokasi kegiatan tidak jauh dari
Penunjang pemukiman dan kegiatan ini akan berlangsung selama tahap
konstruksi.
1. Beban terhadap komponen penurunan kualitas udara signifikan di
lokasi kegiatan karena hanya terjadi pada saat konstruksi saja.
2. Kegiatan Konstruksi Bangunan Utama dan Utilitas Penunjang pada
tahap konstruksi akan di kelola dengan baik, sehingga tidak

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 103
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sekitar.
3. Kegiatan Konstruksi Bangunan Utama dan Utilitas Penunjang pada
tahap konstruksi akan di kelola dengan baik, sehingga tidak ada
kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap komponen
lingkungan tersebut.
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui, mengingat
pemrakarsa kegiatan akan mengurus semua izin yang diperlukan
dalam kegiatannya.
Fisik Kimia Peningkatan T T T T TIDAK Kegiatan Konstruksi Bangunan Utama dan Utilitas Penunjang akan
Kebisingan menimbulkan peningkatan kebisingan yang berasal dari mesin
peralatan berat yang digunakan akan dapat menyentuh daerah
pemukiman masyarakat mengingat lokasi kegiatan tidak jauh dari
pemukiman dan kegiatan ini hanya berlangsung selama tahap
konstruksi.
1. Beban terhadap komponen peningkatan kebisingan tidak signifikan
dilokasi di lokasi kegiatan.
2. Kegiatan Konstruksi Bangunan Utama dan Utilitas Penunjang akan
berdampak meinimbulkan kebisingan, akan tetapi tidak akan
menganggu kenyamanan masyarakat dipemukiman mereka.
3. Kegiatan Konstruksi Bangunan Utama dan Utilitas Penunjang pada
tahap konstruksi akan di kelola dengan baik, sehingga tidak ada
kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap komponen
lingkungan tersebut.
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui, mengingat
pemrakarsa kegiatan akan mengurus semua izin yang diperlukan
dalam kegiatannya.
Fisik Kimia Estetika yang T T T T TIDAK Estetika yang bersumber dari timbulan limbah padat yang timbul
bersumber adalah berupa tanah dari penggalian pondasi serta limbah padat dari

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 104
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
dari timbulan pekerja berupa bungkusan nasi, kemasan air mineral dan bungkusan
limbah padat makanan lainnya. Timbulan limbah padat akan ditumpuk dan
ditempatkan pada tempat penumpukan atau pembuangan sementara
dan selanjutnya pemrakarsa atau kontraktor pelaksana akan
mengangkutnya ke tempat pembuangan akhir.
1. Tidak ada beban terhadap komponen lingkungan di lokasi kegiatan.
2. Komponen timbulan limbah padat akan di kelola dengan baik,
sehingga tidak memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat sekitar.
3. Komponen timbulan limbah padat akan di kelola dengan baik,
sehingga tidak ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap
komponen lingkungan tersebut.
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui, mengingat
pemrakarsa kegiatan akan mengurus semua izin yang diperlukan
dalam kegiatannya dan sumber limbah padat akan dikelola
sebagaimana mestinya.
Sosial Budaya Sikap dan T T T T TIDAK Kegiatan bangunan utama dan utilitas pendukung akan menggunakan
Persepsi peralatan berat tetapi tidak berpotensi menimbulkan kekhawatiran di
Masyarakat masyarakat akan kebisingan dan peningkatan debu dikarenakan akan
dikelola dengan baik. Hasil evaluasi sebagai berikut :
1. Diprakirakan persepsi negatif masyarakat tidak muncul karena
kegiatan konstruksi bangunan utama dan utilitas penunjang pada
konstruksi akan di kelola dengan baik, sehingga tidak memegang
peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar.
2. Dampak sikap dan persepsi masyarakat tidak memegang peranan
penting karena kegiatan konstruksi bangunan utama dan utilitas
penunjangpada konstruksi akan di kelola dengan baik.
3. Kekhawatiran persepsi negatif tidak akan muncul dikarenakan
kegiatan konstruksi bangunan utama dan utilitas penunjang pada

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 105
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
konstruksi akan di kelola dengan baik oleh pemrakarsa.
4. Aturan dan kebijakan yang akan dilanggar tidak ada.
Dengan demikian dampak sikap dan persepsi masyarakat pada
kegiatan pematangan lahan dapat dikatagorikan Tidak Dampak
Penting Hipotetik.
Kesehatan Penurunan Y Y Y T YA Komponen kesehatan masyarakat pada kegiatan ini merupakan
Masyarakat sanitasi dampak penurunan kualitas sanitasi lingkungan dari kegiatan
lingkungan konstruksi bangunan utama dan utilitas pendukung.
1. Dampak terhadap penurunan kualitas sanitais lingkungan
diprakirakan menyebabkan timbulnya penyakit berbasis
lingkungan dari media udara dan vektor penyakit.
2. Kegiatan konstruksi bangunan utama dan utilitas pendukung ini
memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sekitar namun akan dikelola dengan baik melalui
pemberantasan vektor penyakit.
3. Akan ada kekhawatiran masyarakat pada timbulnya vektor
penyakit oleh penurunan kualitas sanitasi lingkungan dari tapak
proyek ke permukiman penduduk bila pemrakarsa tidak
mengelola dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan
konstruksi bangunan utama dan utilitas pendukung.
4. Dalam kegiatan konstruksi bangunan utama dan utilitas
pendukung tidak ada kebijakan yang dilanggar atau terlampaui.
Dikarenakan pemrakarsa akan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan izin dan kebijakan yang ditetapkan
Hal ini berpengaruh terhadap penurunan kualitas sanitasi lingkungan.
Dengan demikian dapat dikatagorikan dampak penting hipotetik.
Kesehatan Penyakit Y Y Y T YA Komponen kesehatan masyarakat pada kegiatan ini merupakan
Masyarakat berbasis dampak dari penurunan kualitas sanitasi lingkungan dan komponen
lingkungan fisik-kimia yaitu penurunan kualitas udara untuk parameter TSP.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 106
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
1. Dampak terhadap timbulnya penyakit berbasis lingkungan
merupakan dampak turunan akibat penurunan kualitas sanitasi
lingkungan dan peningkatan TSP.
2. Kegiatan konstruksi bangunan utama dan utilitas pendukung ini
memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sekitar namun akan dikelola dengan baik melalui
pemberantasan vektor penyakit dan penyiraman jalan dan area
proyek secara rutin.
3. Akan ada kekhawatiran masyarakat bila pemrakarsa tidak
mengelola dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan
pematangan lahan.
4. Dalam kegiatan konstruksi bangunan utama dan utilitas
pendukung lahan tidak ada kebijakan yang dilanggar atau
terlampaui. Dikarenakan pemrakarsa akan melaksanakan kegiatan
sesuai dengan izin dan kebijakan yang ditetapkan
Hal ini berpengaruh terhadap timbulnya penyakit berbasis lingkungan.
Dengan demikian dapat dikatagorikan dampak penting hipotetik.
C. Tahap Operasional
a. Penerimaan Sosial Kesempatan Y Y Y T YA 1. Kegiatan penerimaan tenaga kerja pada tahap operasional akan
Tenaga Kerja Ekonomi dan Kerja dan mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitar lokasi kegiatan,
Budaya Peluang berdasarkan hasil dari konsultasi publik yang telah dilakukan
Berusaha diketahui masyarakat setempat sangat mengharapkan Pemrakarsa
dapat mengutamakan putra daerah/masyarakat setempat untuk
direkrut menjadi tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan.
2. Kesempatan kerja dan peluang berusaha sangat memegang peranan
penting dalam kehidupan masyarakat sekitar untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat dan peningkatan ekonomi diwilayah

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 107
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
kegiatan serta meminimalisir angka pengangguran.
3. Akan ada kekhawatiran masyarakat setempat bila Pemrakarsa tidak
mengutamakan putra daerah /masyarakat setempat untuk direkrut
menjadi tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan.
4. Dalam kegiatan penerimaan tenaga kerja diprakirakan tidak ada
kebijakan dan peraturan yang dilanggar atau terlampaui adalah
undang-undang ketenagakerjaan.
Dengan demikian dampak penerimaan tenaga kerja dapat
dikatagorikan dampak penting hipotetik.
Sosial Perubahan T Y Y Y YA 1. Kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk operasional
Ekonomi dan Pendapatan mempengaruhi komponen lingkungan sosial ekonomi, apabila
Budaya Masyarakat masyarakat sekitar lokasi kegiatan dapat direkrut menjadi tenaga
(Peningkatan kerja akan berdampak turunan terhadap peningkatan pendapatan
Pendapatan masyarakat. Beban dampak peningkatan pendapatan masyarakat
Masyarakat) dari kegiatan ini diprakirakan tidak tinggi, hal ini dikarenakan
jumlah tenaga kerja tahap konstruksi terbatas hanya berjumlah 438
orang.
2. Peningkatan pendapatan masyarakat memegang peranan penting
dalam kehidupan masyarakat sekitar untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat.
3. Akan ada kekhawatiran masyarakat bila Pemrakarsa tidak
mengutamakan putra daerah/masyarakat lokal untuk direkrut
menjadi tenaga yang sesuai dengan kebutuhan dan keterampilan
yang dibutuhkan oleh Pemrakarsa.
4. Dalam kegiatan penerimaan tenaga kerja diprakirakan kebijakan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 108
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
yang dapat dilanggar atau terlampaui adalah undang-undang
ketenagakerjaan terkait pengupahan.
Dengan demikian dampak penerimaan tenaga kerja dapat
dikatagorikan dampak penting hipotetik.
Sosial Sikap dan Y Y Y T YA 1. Kegiatan penerimaan tenaga kerja berdampak turunan pada
Ekonomi dan Persepsi komponen sosial budaya, yakni dampak sikap dan persepsi
Budaya Masyarakat masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Beban dampak sikap dan
persepsi masyarakat sudah tinggi untuk kegiatan penerimaa tenaga
kerja, hal ini dapat dilihat dari hasil konsultasi publik bahwa
masyarakat setempat sangat berharap mereka dapat diberdayakan
dan diterima menjadi tenaga kerja untuk kegiatan ini.
2. Dampak sikap dan persepsi masyarakat memegang peranan penting
dalam tatanan sosial masyarakat sekitar, dengan terbentuknya sikap
dan persepsi positif dari masyarakat terhadap pelaksanaan rencana
kegiatan.
3. Diprakirakan akan ada kekhawatiran terbentuknya dampak sikap
dan persepsi negatif dari masyarakat kepada Pemrakarsa apabila
tidak mengutamakan putra daerah/masyarakat setempat untuk
direkrut menjadi tenaga kerja.
4. Dalam kegiatan penerimaan tenaga kerja diprakirakan tidak ada
kebijakan yang akan dilanggar atau terlampaui karena pemrakarsa
akan mengelolanya dengan baik.
Dengan demikian dampak penerimaan tenaga kerja dapat
dikatagorikan Dampak Penting Hipotetik.
b. Operasional Fisik Kimia Estetika Y Y T T YA Operasional kegiatan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) berpotensi
Pusat Distribusi (Timbulan menimbulkan limbah padat domestik yang bersumber dari kegiatan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 109
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
Provinsi (PDP) Limbah pasar, pengunjung, kantin, dapur dan lainnya. Timbulan limbah padat
Padat) domestik ini bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan estika
yang tidak baik dan akan menjadi sumber penyakit. Timbulan limbah
padat ini hanya terjadi di lingkungan Kawasan Pusat Distribusi
Provinsi (PDP) saja, akan tetapi bila tidak dikelola dengan baik akan
berdampak bagi daerah pemukiman masyarakat disekitar lokasi
kegiatan, pengunjung dan tenaga kerja, mengingat timbulan limbah
padat sangat tinggi.
1. Beban terhadap komponen estetika akan sangat signifikan di sekitar
lokasi kegiatan
2. Timbulan limbah padat pada operasional kegiatan Pusat Distribusi
Provinsi (PDP) pada tahap operasional akan di kelola dengan baik,
akan tetapi tetap memegang peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat sekitar, pengunjung dan tenaga kerja.
3. Timbulan limbah padat pada operasional kegiatan Pusat Distribusi
Provinsi (PDP) pada tahap operasional akan di kelola dengan baik,
akan tetapi tetap ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap
komponen lingkungan tersebut.
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui, mengingat
pemrakarsa kegiatan akan mengurus semua izin yang diperlukan
dalam kegiatannya.
Komponen Sikap dan Y Y Y T Y Operasional kegiatan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) diprakirakan
Sosial Persepsi akan memberikan dampak terhadap perubahan sikap dan persepsi di
Ekonomi dan Masyarakat masyarakat. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat merupakan
Budaya dampak turunan yang ditimbulkan akibat adanya dampak – dampak
fisik kimia dari operasional kegiatan Pusat Distribusi Provinsi (PDP).
Hasil evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Beban dampak sikap dan persepsi masyarakat akan tinggi apabila

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 110
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
pemrakarsa kegiatan tidak dapat mengelola limbah yang
dihasilkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan pelayanan
yang diberikan tidak profesional dan tidak ramah.
2. Sikap dan persepsi masyarakat memegang peranan penting
terhadap tatanan sosial di wilayah kegiatan serta keberlanjutan
kegiatan.
3. Kekhawatiran persepsi negatif akan muncul apabila limbah dari
kegiatan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) tidak dikelola saat
operasional dan pelayanan dari pegawai dan administrasi tidak
profesional dan ramah.
4. Ada aturan dan kebijakan yang dapat terlampaui terkait
pengelolaan limbah dari kegiatan Pusat Distribusi Provinsi (PDP)
yang akan berdampak pada sikap dan persepsi masyarakat.
Dampak persepsi dan sikap masyarakat merupakan dampak turunan
yang akan timbul dari dampak langsung/primer dan sekunder yang
bersumber dari aktivitas kegiatan perkantoran maupun unit
penjualanan barang dan jasa di PDP Banten. Apabila tidak dikelola
dengan baik maka akan timbul sikap dan persepsi negatif dari
masyarakat. Kondisi ini dapat menimbulkan keresahan di masyarakat,
hingga dapat menjadi sumber konflik antara masyarakat dengan
pihak pimpinan Pusat Distribusi Provinsi (PDP). Atas dasar tersebut
disimpulkan bahwa dampak sikap dan persepsi negatif dapat
dikatagorikan sebagai Dampak Penting Hipotetik.
Kesehatan Penurunan T T T T Dikelola/ Komponen kesehatan masyarakat pada kegiatan ini merupakan
Masyarakat kualitas dipantau dampak turunan dari komponen fisik-kimia yaitu timbulan limbah
sanitasi padat.
lingkungan 1. Dampak terhadap kesehatan masyarakat merupakan dampak
turunan akibat peningkatan timbulan limbah padat yang
diprakirakan menyebabkan gangguan kesehatan berupa penurunan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 111
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
kualitas sanitasi lingkungan.
2. Kegiatan operasional Pusat Distribusi Provinsi (PDP) ini tidak
memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sekitar namun akan dikelola dengan baik melalui
pengelolaan limbah padat.
3. Tidak ada kekhawatiran masyarakat bila pemrakarsa mengenai
timbulan limbah padat karena akan dikelola pemrakarsa karena
sudah ada SOP.
4. Dalam kegiatan operasional Pusat Distribusi Provinsi (PDP) tidak
ada kebijakan yang dilanggar atau terlampaui. Dikarenakan
pemrakarsa akan melaksanakan kegiatan sesuai dengan izin dan
kebijakan yang ditetapkan
Hal ini berpengaruh terhadap penurunan kualitas sanitasi lingkungan.
Pengelolaan limbah padat akan mengikuti SOP yang telah dibuat
pemrakarsa, sehingga dapat dikatagorikan dampak tidak penting
hipotetik namun dikelola dan dipantau.
Kesehatan Timbulnya T T T T Dikelola/ Komponen kesehatan masyarakat pada kegiatan ini merupakan
Masyarakat penyakit dipantau dampak turunan dari komponen fisik-kimia yaitu timbulan limbah
berbasis padat.
lingkungan 1. Dampak terhadap kesehatan masyarakat merupakan dampak
turunan akibat peningkatan timbulan limbah padat yang
diprakirakan menyebabkan timbulnya penyakit berbasis
lingkungan dari media vektor.
2. Kegiatan operasional Pusat Distribusi Provinsi (PDP) ini tidak
memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sekitar namun akan dikelola dengan baik melalui
pengelolaan limbah padat.
3. Tidak ada kekhawatiran masyarakat bila pemrakarsa mengenai

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 112
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
timbulan limbah padat karena akan dikelola pemrakarsa karena
sudah ada SOP.
4. Dalam kegiatan operasional Pusat Distribusi Provinsi (PDP) tidak
ada kebijakan yang dilanggar atau terlampaui. Dikarenakan
pemrakarsa akan melaksanakan kegiatan sesuai dengan izin dan
kebijakan yang ditetapkan
Hal ini berpengaruh terhadap timbulnya penyakit berbasis lingkungan.
Pengelolaan limbah padat akan mengikuti SOP yang telah dibuat
pemrakarsa, sehingga dapat dikatagorikan dampak tidak penting
hipotetik namun dikelola dan dipantau.
c. Operasional Fisik Kimia Kualitas Air Y Y Y T YA Timbulan limbah cair yang timbul adalah berupa limbah cair domestik
Utilitas Permukaan dari tenaga kerja, pedagang dan pengunjung atau tamu. Timbulan
Pendukung limbah cair akan disalurkan dengan pipa ke unit pengolah limbah cair
yang dibangun di sekitar lokasi Pusat Distribusi Provinsi (PDP).
Limbah cair setelah dip roses di IPAL akan disalurkan ke Sungai
Cibeureum, hal ini berpotensi menurunkan kualitas air permukaan
(Sungai Cibeureum).
1. Akan ada beban terhadap komponen lingkungan di lokasi kegiatan
2. Komponen limbah cair akan di kelola dengan baik, akan tetapi
memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sekitar.
3. Komponen timbulan limbah cair akan di kelola dengan baik, akan
tetapi tetap ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap
komponen lingkungan tersebut.
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui, mengingat
pemrakarsa kegiatan akan mengurus semua izin yang diperlukan
dalam kegiatannya dan sumber limbah padat akan dikelola
sebagaimana mestinya.
Biologi Gangguan Y Y Y T YA Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan operasional utilitas

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 113
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
Biota pendukung setelah diolah di IPAL akan dibuang ke badan air
Perairan penerima yaitu sungai Cibeureum. Sehingga apabila operasional
IPAL tidak dikelola dengan baik maka limbah yang akan dibuang ke
badan air penerima berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan
terhadap kualitas air sungai sebagai badan air penerima limbah cair
dari kegiatan, sehingga berpengaruh terhadap biota perairan yang ada
di sungai disekitar lokasi kegiatan.
1. Ada beban yang tinggi terhadap komponen lingkungan di lokasi
kegiatan, yaitu tercemarnya sungai akibatIPAL yang tidak baik.
2. Badan air penerima yaitu sungai memegang peranan penting
dalam kehidupan masyarakat.
3. Adanya kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap
pencemaran sungai akibat kegiatan usaha.
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui.
Atas dasar tersebut disimpulkan bahwa dampak sikap dan persepsi
negatif dapat dikatagorikan sebagai Dampak Penting Hipotetik.
Komponen Sikap dan Y Y Y T YA Kegiatan operasional utilitas pendukung diprakirakan akan
Sosial Persepsi memberikan dampak terhadap perubahan sikap dan persepsi di
Ekonomi dan Masyarakat masyarakat terkait kegiatan. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
Budaya merupakan dampak turunan yang ditimbulkan dari operasional utilitas
pendukung. Hasil evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil sosialisasi diketahui bahwa persepsi negatif
masyarakat muncul apabila pihak pengelola Pusat Distribusi
Provinsi (PDP) Banten tidak dapat melakukan pengelolaan
terhadap dampak primer yang timbul dari operasional utilitas
pendukung yang terkait pengolahan limbah dan pelayanan dari
kegiatan Pusat Distribusi Provinsi (PDP). Kondisi ini akan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 114
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
menjadi beban dalam masyarakat.
2. Sikap dan persepsi masyarakat memegang peranan penting
terhadap tatanan sosial di wilayah kegiatan serta keberlanjutan
kegiatan.
3. Kekhawatiran persepsi negatif akan muncul apabila pelaksanaan
utilitas pendukung tidak dapat melakukan upaya pengelolaan
terhadap limbah kegiatan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Banten.
4. Tidak ada aturan dan kebijakan yang akan terlampaui terkait
pengelolaan limbah dari kegiatan perkantoran yang akan
berdampak pada sikap dan persepsi masyarakat karena
pemrakarsa akan berupaya mengelolanya dengan baik.
Dampak persepsi dan sikap masyarakat merupakan dampak turunan
yang akan timbul dari dampak langsung/primer dan sekunder yang
bersumber dari operasional utilitas pendukung. Apabila pemrakarsa
tidak melakukan pengelolaan terhadap dampak–dampak tersebut
maka akan timbul sikap dan persepsi negatif dari masyarakat.
Kondisi ini dapat menimbulkan keresahan di masyarakat dan dapat
menjadi sumber konflik antara masyarakat dengan pimpinan Pusat
Distribusi Provinsi (PDP). Atas dasar tersebut disimpulkan bahwa
dampak sikap dan persepsi negatif dapat dikatagorikan sebagai
Dampak Penting Hipotetik.
d. Pemeliharaan Fisik Kimia Estetika T T T T TIDAK Timbulan limbah padat berasal dari pembersihan gedung, renovasi
Gedung dan (Timbulan gedung dan pemeliharaan vegetasi yang ada di lokasi Pusat Distribusi
Prasarana Limbah Provinsi (PDP) yang akan dilakukan secara berkala.
Padat) 1.Beban terhadap komponen estetika dari timbulan lombah padat
domestiktidak berarti di sekitar lokasi kegiatan
2.Estetika (Timbulan Limbah Padat) pada tahap operasional akan di
kelola dengan baik, sehingga tidak memegang peranan penting
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 115
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
3.Estetika (Timbulan Limbah Padat) pada tahap operasional akan di
kelola dengan baik, sehingga tidak ada kekhawatiran masyarakat
yang tinggi terhadap komponen lingkungan tersebut.
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui, mengingat
pemrakarsa kegiatan akan mengurus semua izin yang diperlukan
dalam kegiatannya.
Komponen Sikap dan T T T T TIDAK Kegiatan pemeliharaan gedung dan prasarana pada tahap operasional
Sosial Persepsi diprakirakan akan memberikan dampak terhadap perubahan sikap dan
Ekonomi dan Masyarakat persepsi di masyarakat terkait kegiatan. Perubahan sikap dan persepsi
Budaya
masyarakat merupakan dampak turunan yang ditimbulkan dari
kegiatan pemeliharaan gedung dan prasarana. Hasil evaluasi adalah
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil konsultasi publik diketahui bahwa persepsi
negatif masyarakat muncul apabila pihak pengelola Pusat
Distribusi Provinsi (PDP) tidak dapat melakukan pengelolaan
terhadap dampak primer yang timbul dari kegiatan pemeliharaan
gedung dan prasarana. Akan tetapi kondisi ini tidak menjadi
beban dalam masyarakat.
2. Sikap dan persepsi masyarakat memegang peranan penting
terhadap tatanan sosial di wilayah kegiatan serta keberlanjutan
kegiatan.
3. Kekhawatiran persepsi negatif tidak akan muncul apabila
pelaksanaan pemeliharaan gedung dan prasarana PDP Banten
dilakukan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
4. Tidak ada aturan dan kebijakan yang terlampaui terkait
pengelolaan limbah padat dari kegiatan pemeliharaan gedung dan
prasarana yang akan berdampak pada sikap dan persepsi
masyarakat.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 116
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
Dampak persepsi dan sikap masyarakat merupakan dampak turunan
yang akan timbul dari dampak langsung/primer dan sekunder yang
bersumber dari kegiatan pemeliharaan gedung dan prasarana. Apabila
pemrakarsa tidak melakukan pengelolaan terhadap dampak–dampak
tersebut maka akan timbul sikap dan persepsi negatif dari
masyarakat. Kondisi ini dapat menimbulkan keresahan di masyarakat
dan dapat menjadi sumber konflik antara masyarakat dengan
pimpinan Pusat Distribusi Provinsi (PDP). Atas dasar tersebut
disimpulkan bahwa dampak sikap dan persepsi negatif dapat
dikatagorikan sebagai Tidak Dampak Penting Hipotetik.
Kesehatan Penurunan T T T T Tidak Komponen kesehatan masyarakat pada kegiatan ini merupakan
Masyarakat kualitas Dikelola/ dampak turunan dari komponen fisik-kimia yaitu timbulan limbah
sanitasi dipantau padat.
lingkungan 1. Dampak terhadap kesehatan masyarakat merupakan dampak
turunan akibat peningkatan timbulan limbah padat yang
diprakirakan menyebabkan gangguan kesehatan berupa penurunan
kualitas sanitasi lingkungan.
2. Kegiatan operasional Pusat Distribusi Provinsi (PDP) ini tidak
memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sekitar namun akan dikelola dengan baik melalui
pengelolaan limbah padat.
3. Tidak ada kekhawatiran masyarakat bila pemrakarsa mengenai
timbulan limbah padat karena akan dikelola pemrakarsa karena
sudah ada SOP.
4. Dalam kegiatan operasional Pusat Distribusi Provinsi (PDP) tidak
ada kebijakan yang dilanggar atau terlampaui. Dikarenakan
pemrakarsa akan melaksanakan kegiatan sesuai dengan izin dan
kebijakan yang ditetapkan
Hal ini berpengaruh terhadap penurunan kualitas sanitasi lingkungan.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 117
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
Pengelolaan limbah padat akan mengikuti SOP yang telah dibuat
pemrakarsa, sehingga dapat dikatagorikan dampak tidak penting
hipotetik namun dikelola dan dipantau.
Kesehatan Timbulnya T T T T Tidak Komponen kesehatan masyarakat pada kegiatan ini merupakan
Masyarakat penyakit Dikelola/ dampak turunan dari komponen fisik-kimia yaitu timbulan limbah
berbasis dipantau padat.
lingkungan 1. Dampak terhadap kesehatan masyarakat merupakan dampak
turunan akibat peningkatan timbulan limbah padat yang
diprakirakan menyebabkan timbulnya penyakit berbasis
lingkungan dari media vektor.
2. Kegiatan operasional Pusat Distribusi Provinsi (PDP) ini tidak
memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sekitar namun akan dikelola dengan baik melalui
pengelolaan limbah padat.
3. Tidak ada kekhawatiran masyarakat bila pemrakarsa mengenai
timbulan limbah padat karena akan dikelola pemrakarsa karena
sudah ada SOP.
4. Dalam kegiatan operasional Pusat Distribusi Provinsi (PDP) tidak
ada kebijakan yang dilanggar atau terlampaui. Dikarenakan
pemrakarsa akan melaksanakan kegiatan sesuai dengan izin dan
kebijakan yang ditetapkan
Hal ini berpengaruh terhadap timbulnya penyakit berbasis lingkungan.
Pengelolaan limbah padat akan mengikuti SOP yang telah dibuat
pemrakarsa, sehingga dapat dikatagorikan dampak tidak penting
hipotetik namun dikelola dan dipantau.
e. Transportasi Fisik Kimia Penurunan Y Y Y T YA Transportasi dan Perparkiran Pusat Distribusi Provinsi (PDP) akan
dan Perparkiran Kualitas menimbulkan penurunan kualitas udara yang berasal dari gas buang
Udara (emisi) kendaraan pengunjung, tenaga kerja dan masyarakat lainnya.
Penurunan kualitas udara ini terjadi secara terus menerus selama

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 118
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
operasional Pusat Distribusi Provinsi (PDP), sehingga sangat
signifikan terhadap penurunan kualitas udara bagi daerah pemukiman
masyarakat.
1. Beban terhadap komponen penurunan kualitas udara akan sangat
berarti di sekitar lokasi kegiatan
2. Transportasi dan Perparkiran Pusat Distribusi Provinsi (PDP) pada
tahap operasional akan di kelola dengan baik, akan tetapi tetap
memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sekitar.
3. Transportasi dan Perparkiran Pusat Distribusi Provinsi (PDP) pada
tahap operasional akan di kelola dengan baik, akan tetapi tetap ada
kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap komponen
lingkungan tersebut.
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui, mengingat
pemrakarsa kegiatan akan mengurus semua izin yang diperlukan
dalam kegiatannya.
Peningkatan Y Y Y T YA Transportasi dan Perparkiran Pusat Distribusi Provinsi (PDP) akan
Kebisingan menimbulkan peningkatan kebisingan yang bersumber dari suara
mesin kendaraan pengunjung, tenaga kerja dan masyarakat lainnya.
Peningkatan kebisingan ini terjadi secara terus menerus selama
operasional Pusat Distribusi Provinsi (PDP), sehingga sangat
berdampak bagi daerah pemukiman masyarakat.
1. Beban terhadap komponen peningkatan kebisingan sangat berarti di
sekitar lokasi kegiatan
2. Transportasi dan Perparkiran Pusat Distribusi Provinsi (PDP) pada
tahap operasional akan di kelola dengan baik, akan tetapi tetap
memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sekitar.
3. Transportasi dan Perparkiran Pusat Distribusi Provinsi (PDP) pada

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 119
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
tahap operasional akan di kelola dengan baik, akan tetapi tetap ada
kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap komponen
lingkungan tersebut.
4. Tidak ada peraturan dan kebijakan yang terlampui, mengingat
pemrakarsa kegiatan akan mengurus semua izin yang diperlukan
dalam kegiatannya.
Komponen Sikap dan Y Y Y T YA Kegiatan transportasi dan perparkiran dari kendaraan keluar masuk
Sosial Persepsi pegawai, pengunjung akan menambah beban lalu lintas diwilayah
Ekonomi dan Masyarakat kegiatan. Kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak sikap dan
Budaya
persepsi di masyarakat berupa persepsi negatif akan terjadinya
kemacetan dijalan sekitar lokasi kegiatan. Hasil evaluasi adalah sbb :
1. Beban persepsi negatif masyarakat akan tinggi apabila tidak ada
pengaturan kegiatan keluar masuk kendaraan ke lokasi kegiatan
serta parkiran kendaraan pengelola, penyewa dan pengunjung
PDP Banten.
2. Sikap dan persepsi masyarakat memegang peranan penting
terhadap tatanan sosial di wilayah kegiatan serta keberlanjutan
kegiatan.
3. Kekhawatiran persepsi negatif akan muncul apabila arus keluar
masuk kendaraan ke PDP Banten akan menambah kemacetan
disekitar lokasi kegiatan.
4. Tidak ada Peraturan dan kebijakan yang akan terlampaui karena
pemrakarsa akan mengelola dengan baik lalu lintas keluar masuk
PDP Banten.
Dampak persepsi dan sikap masyarakat merupakan dampak turunan
yang akan timbul dari dampak langsung/primer dan sekunder yang
bersumber dari kegiatan keluar masuk kendaraan ke PDP Banten.
Apabila tidak dilakukan pengelolaan terhadap kemacetan akan timbul

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 120
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Komponen Lingkungan Kriteria Evaluasi Dikaji


Sumber Dampak Terkena Dampak Dampak Potensial dalam Keterangan/Alasan
Penerima Dampak 1 2 3 4 ANDAL
sikap dan persepsi negatif dari masyarakat terhadap kegiatan, kondisi
ini dapat menimbulkan keresahan di masyarakat, serta berpotensi
menjadi sumber konflik antara masyarkat dengan pengelola PDP
Banten. Atas dasar tersebut disimpulkan bahwa dampak ini tergolong
sebagai Dampak Penting Hipotetik.
Transportasi Bangkitan Y Y Y T YA 1. Kegiatan transportasi pada lokasi kegiatan menggunakan roda 2
Lalulintas maupun 4 atau lebih mempengaruhi komponen lingkungan, dimana
bila tenaga kerja, pengunjung berintereraksi dengan masyarakat
sekitar akan mempengaruhi sikap dan persepsi masyarakat.
2. Kegiatan transportasi sangat memegang peranan penting dalam
kehidupan masyarakat sekitar untuk aktivitas kegiatan sehari-hari
bagi masyarakat tersebut.
3. Akan ada kekhawatiran masyarakat bila pemrakarsa tidak mengatur
lalu lintas terutama di pintu masuk dan keluar dilokasi kegiatan.
4. Dalam kegiatan transportasi, pemrakarsa akan menyusun ANDAL
LALIN, dengan demikian akan dilakukan upaya pengelolaan yang
mengacu pada ANDAL LALIN tersebut, sehingga diprakirakan
tidak ada aturan dan kebijakan yang dilampaui.

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 121
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Berdasarkan evaluasi dampak potensial, diperoleh dampak penting hipotetik. Dampak


penting hipotetik yang berinteraksi dengan setiap kegiatan akan dilakukan pengkajian
secara mendalam dalam dokumen ANDAL.

Komponen dampak penting hipotetik hasil dari evaluasi dampak potensial adalah:

1. Penurunan Kualitas Udara


2. Peningkatan Kebisingan
3. Estetika (Timbulan Limbah Padat)
4. Kualitas Air Permukaan
5. Biota Darat
6. Biota Perairan
7. Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha
8. Peningkatan Pendapatan Masyarakat
9. Sikap dan Persepsi Masyarakat
10. Penurunan Kualitas Sanitasi Lingkungan
11. Timbulnya Penyakit Berbasis Lingkungan
12. Bangkitan Lalu Lintas

Adapun hasil proses pelingkupan tersebut dapat dilihat dalam bagan alir berikut :

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas
10,76 Ha
II - 122
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

DAMPAK PENTING HIPOTETIK :


Kegiatan Lain di sekitar KONSTRUKSI
lokasi kegiatan Komponen Fisik-Kimia
Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan Kebisingan
Estetika (Timbulan Limbah Padat)
DAMPAK POTENSIAL:
Limbah Cair Domestik
Komponen Fisik Kimia
Komponen Biologi
Penurunan Kualitas udara
DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN Gangguan Biota Darat
Peningkatan Kebisingan
Kegiatan tahap pra konstruksi Gangguan Biota Perairan
Air Larian/run off water
Penyusunan DED Komponen Sosekbud
Estetika (timbulan limbah padat)
Pengurusan Perizinan Kesempatan Kerja dan Berusaha
Limbah Cair Domestik
Pembebasan Lahan Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Komponen Biologi
Tahap Konstruksi Sikap dan Persepsi Masyarakat
Gangguan Biota Darat
Penerimaan Tenaga Kerja Komponen Kesmas
Gangguan Biota Perairan
Pengangkutan Alat dan Material. Timbulnya Penyakit Berbasis
Komponen Sosekbud
Kegiatan Pematangan Lahan Evaluasi Lingkungan
Identifikasi Dampak Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha
Konstruksi Bangunan Utama dan Utilitas Pendukung Dampak Komponen Transportasi
Potensial Perubahan Pendapatan Masyarakat
Tahap Operasional Bangkitan Lalu Lintas
Sikap dan Persepsi Masyarakat Potensial
Penerimaan Tenaga Kerja
Komponen Kesmas
Operasional Pusat Distribusi Provinsi OPERASI
Penurunan Sanitasi Lingkungan
Operasional Utilitas Pendukung Komponen Fisik-Kimia
Timbulnya Penyakit Berbasis
Pemeliharaan Gedung dan Prasana Komponen Biologi
Lingkungan
Transportasi dan Perparkiran Komponen Sosekbud
Komoponen Transportasi
Komponen Transportasi
Bangkitan Lalu-Lintas

Metode
Matriks
Interaksi
Sederhana
DAMPAK TIDAK PENTING
RONA LINGKUNGAN AWAL HIPOTETIK :
Metode :
Komponen Fisik- Kimia OPERASI
Diskusi Antar Pakar
Komponen Biologi Komponen Kesmas
Studi Literatur
Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya Penurunan Kualitas Sanitasi Lingkungan
Survei Lapangan
Komponen Kesehatan Masyarakat Timbulnya Penyakit Berbasis
Professional Judgement
Transportasi Lingkungan

Saran, Tanggapan dan


Masukan dari Masyarakat

Gambar 2.13. Bagan Proses Pelingkupan untuk menentukan Dampak Penting Hipotetik

Kerangka Acuan Rencana Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha
II - 123
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

2.6. Batas Wilayah Studi dan Batas waktu Kajian


2.6.1. Batas Wilayah Studi
Uraian lingkup Studi ANDAL rencana Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi
Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Banten yang berlokasi di Desa Mekarbaru,
Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang seluas 107.591,46 m2 (10,76 Ha) meliputi batas
wilayah proyek yang merupakan ruang rencana kegiatan, batas wilayah ekologis
merupakan wilayah ekologi yang terkena dampak, batas wilayah administrasi
merupakan batas administrasi pemerintahan dan batas wilayah sosial merupakan batas
berbagai aktifitas sosial ekonomi yang terkena dampak.

Uraian singkat mengenai wilayah studi ini adalah sebagai berikut:

a. Batas Proyek
Lokasi Rencana Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) Wilayah
Provinsi Banten berada di lokasi Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten
Serang seluas 107.591,46 m2 (10,76 Ha). Adapun batas-batas tapak lahan yaitu:
 Sebelah Utara : Pemukiman Penduduk dan Kebun
 Sebelah Selatan : Pemukiman Penduduk dan Kebun
 Sebelah Timur : Sawah dan Sungai Cibeureum
 Sebelah Barat : Jalan Raya Kopo-Maja

b. Batas Ekologis
Batas ekologi media udara berdasarkan arah dan kecepatan angin dominan ke
arahutara. Batas ekologi air mengikuti arah aliran air dari lokasi kegiatan menuju
Sungai Cibeureum, 50 meter sebelum dan sesudah air dari lokasi kegiatan
bercampur dengan air Sungai Cibeureum.

c. Batas Sosial
Batas sosial adalah wilayah di sekitar Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi
Provinsi (PDP) Wilayah Provinsi Banten yang berlokasi di Desa Mekarbaru,
Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang seluas 107.591,46 m2 (10,76 Ha) merupakan
tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai

Kerangka Acuan Rencana Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 124
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

yang sudah mapan akan terkena dampak kegiatan tersebut, dalam hal ini adalah
kelompok masyarakat di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diprakirakan terkena dampak langsung adalah Desa Mekarbaru, Kecamatan Kopo,
Kabupaten Serang.

d. Batas Administratif
Batas administratif meliputi batas administrasi pemerintahan tempat Desa
Mekarbaru, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang di Kecamatan Kopo, Kabupaten
Serang. Batas wilayah studi adalah wilayah yang merupakan resultante dari batas
proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administrasi pemerintahan, yang
penentuannya disesuaikan dengan batas non wilayah yaitu kemampuan pelaksana
yang memiliki keterbatasan dana, waktu, tenaga, teknik dan metoda pengkajian.
Untuk lebih jelas lihat Peta Wilayah Studi ANDAL disajikan pada Gambar 2.14
berikut:

Kerangka Acuan Rencana Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 125
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

2.6.2. Batas Waktu Kajian


Batas waktu ini akan digunakan sebagai dasar melakukan penentuan perubahan
rona lingkungan tanpa ada rencana kegiatan dan dengan ada rencana kegiatan.
Lamanya waktu kajian dibedakan menurut tahapan pelaksanaan pembangunan
dengan uraian sebagai berikut:

Tabel 2.33. Batas Waktu Kajian


Tahap Jenis Kegiatan Batas Waktu Kajian
Diperkirakan berlangsung
Penyusunan DED
selama 1 (satu) tahun
Diperkirakan berlangsung
Pra Konstruksi Pengurusan Perizinan
selama 6 (enam) bulan
Diperkirakan berlangsung
Pembebasan Lahan
selama 1 (satu) tahun
Diperkirakan berlangsung
Penerimaan Tenaga Kerja selama tahap konstruksi 3
(tiga) Tahun
Diperkirakan berlangsung
Pengangkutan Alat dan
selama tahap konstruksi 3
Material
Konstruksi (tiga) Tahun
Diperkirakan berlangsung
Pematangan Lahan
selama 6 (enam) bulan
Konstruksi Bangunan Diperkirakan berlangsung
Utama dan Utilitas selama tahap konstruksi 3
Pendukung (tiga) Tahun
Diperkirakan berlangsung
Penerimaan Tenaga Kerja
selama operasional
Operasional Pusat Distribusi Diperkirakan berlangsung
Provinsi selama operasional
Operasional Operasional Utilitas Diperkirakan berlangsung
Pendukung selama operasional
Pemeliharaan Gedung dan Diperkirakan berlangsung
Prasarana selama operasional
Transportasi dan Diperkirakan berlangsung
Perparkiran selama operasional

Kerangka Acuan Rencana Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 126
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Bab II. Pelingkupan

Gambar 2.14. Peta Wilayah Studi

Kerangka Acuan Rencana Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten
seluas 10,76 Ha
II - 127
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Tabel 2.34. Ringkasan Proses Pelingkupan


Pengelolaan Pelingkupan
Deskripsi
Lingkungan
Rencana
yang Sudah Komponen
Kegiatan yang Dampak
Direncanakan Lingkungan Batas Waktu
No Berpotensi Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Sejak Awal Terkena Kajian
Menimbulkan Potensial Potensial Hipotetik
Sebagai Bagian Dampak
Dampak (DPH)
dari Rencana
Lingkungan
Kegiatan
A. Tahap Prakonstruksi
1. Penyusunan DED Melakukan Sosial Budaya Sikap dan Tidak berdampak DTPH Di Lokasi -
penyusunan DED Persepsi penting hipotetik kegiatan dan
hanya di lokasi Masyarakat dikarenakan kegiatan kantor
kegiatan. penyusunan DED hanya konsultan.
dilakukan di lokasi
kegiatan dan kantor
konsultan serta hanya
dalam waktu singkat.
3. Pengurusan Melengkapi Sosial Budaya Sikap dan Dampak sikap dan DPH Kecamatan Selama tahap
Perizinan semua perizinan Persepsi persepsi masyarakat Kopo, pra konstruksi
untuk Masyarakat yang timbul pada tahap Kabupaten (sebelum
pelaksanaan kegiatan ini merupakan Serang, dilakukan
kegiatan dampak langsung dari difokuskan di konstruksi)
konstruksi dan kegiatan perizinan yang pemukiman
operasional Pusat akan dilakukan. Apabila penduduk Desa
Distribusi pemrakarsa tidak Mekarbaru
Provinsi (PDP) melakukan pengelolaan yang
terhadap dampak sikap diprakirakan
dan persepsi masyarakat terkena
saat diprakirakan akan dampak
timbul sikap dan langsung dari
persepsi negatif dari rencana usaha

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 128
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian masyarakat dan akan dan/atau
muncul keresahan kegiatan (ring
masyarakat terhadap 1).
pelaksanaan
Pembangunan Pusat
Distribusi Provinsi
(PDP) Wilayah Provinsi
Banten. Dengan
demikian dampak sikap
dan persepsi masyarakat
dapat dikatagorikan
dampak penting
hipotetik.
4. Pembebasan Ganti rugi lahan Sosial Budaya Sikap dan Ada kekhawatiran dari DPH Kecamatan Selama tahap
Lahan masyarakat Persepsi masyarakat pengguna Kopo, pra konstruksi
yangakan Masyarakat lahan yang ada di lokasi Kabupaten (sebelum
digunakan untuk kegiatan, mereka sangat Serang, dilakukan
Pembangunan khawatir tidak adanya difokuskan di konstruksi)
Pusat Distribusi kompensasi tanaman pemukiman
Provinsi (PDP) maupun lahan serta bila penduduk Desa
Wilayah Provinsi tidak dilakukan proses Mekarbaru
Banten pembebasan lahan yang
dengan transparan. diprakirakan
Lahan ini digunakan terkena
oleh masyarakat sebagai dampak
ladang /kebun untuk langsung dari
mata pencaharian rencana usaha
mereka sebagai petani. dan/atau

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 129
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian kegiatan (ring
1).
B.Tahap Konstruksi
1 Penerimaan 1. Proses dan Sosial Ekonomi Kesempatan Kebutuhan tenaga kerja DPH Kecamatan Selama tahap
Tenaga Kerja penerimaan Kerja dan untuk tahap konstruksi Kopo, konstruksi
tenaga kerja Peluang rencana usaha dan/atau difokuskan di berlangsung
mengacu pada Berusaha kegiatan akan membuka pemukiman selama tahap
Undang – lapangan kerja baru bagi Desa konstruksi (3
Undang No 13 masyarakat khususnya Mekarbaru tahun)
Tahun 2003 bagi masyarakat yang
Tentang setempat dan masyarakat diprakirakan
Ketenaga- diwilayah Kabupaten terkena
kerjaan. Serang. Lapangan dampak
2. Memprioritas- pekerjaan baru langsung dari
kan tenaga berpotensi menyerap rencana usaha
kerja dari penduduk usia produktif dan/atau
masyarakat yang pada saat ini belum kegiatan (ring
Desa mempunyai pekerjaan 1) dan desa
Mekarbaru, tetap dan kondisi ini lainnya di
Kecamatan juga akan berpotensi wilayah
Kopo, membuka peluang usaha Kecamatan
Kabupaten bagi masyarakat Kopo.
Serang setempat seperti usaha
(kategori ring penjualan kebutuhan
1/berbatasan makanan/minuman serta
atau terdekat kebutuhan lainnya
dengan lokasi khususnya untuk
kegiatan) dan kebutuhan konstruksi

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 130
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian
wilayah maupun kebutuhan
lainnya di tenaga kerja yang
Kecamatan direkrut pada saat
Kopo, konstruksi. Terbukanya
Kabupaten lapangan kerja dan
Serang. peluang berusaha pada
masyarakat setempat
akan berdampak
terhadap pendapatan
masyarakat serta
pertumbuhan ekonomi di
wilayah tersebut.
Dengan demikian
terbukanya kesempatan
kerja dan peluang
berusaha dapat
dikatagorikan Dampak
Penting Hipotetik
Membayar upah Sosial Ekonomi Peningkatan Dampak peningkatan DPH Kecamatan Selama tahap
kerja sesuai Pendapatan pendapatan masyarakat Kopo, konstruksi
dengan Upah Masyarakat merupakan dampak difokuskan di berlangsung
Minimum turunan dari dampak pemukiman selama tahap
Kabupaten terbukanya kesempatan Desa konstruksi (3
Serang. kerja dengan adanya Mekarbaru tahun)
rencana kegiatan yang
Pembangunan Pusat diprakirakan
Distribusi Provinsi terkena
(PDP) Wilayah Provinsi dampak

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 131
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian Banten ini, yang akan langsung dari
dilakukan selama tahap rencana usaha
konstruksi (yang dan/atau
diprakirakan ± 3 tahun). kegiatan (ring
Dengan demikian 1) dan desa
selama tahap konstruksi lainnya di
tersebut masyarakat wilayah
yang terekrut menjadi Kecamatan
tenaga kerja maupun Kopo.
masyarakat yang
memanfaatkan potensi
peluang usaha akan
merasakan peningkatan
pendapatan mereka.
Meningkatnya
pendapatan tersebut
akan berpotensi
meningkatkan taraf
hidup dan tingkat
kesejahteraan bagi
masyarakat di wilayah
kegiatan. Dengan
demikian dampak
peningkatan pendapatan
masyarakat dapat
dikatagorikan Dampak
Penting Hipotetik
1. Membayar Sosial Budaya Sikap dan Dampak sikap dan DPH Kecamatan Selama tahap

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 132
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai
upah Bagian
kerja Persepsi persepsi masyarakat Kopo, konstruksi
sesuai dengan Masyarakat merupakan dampak difokuskan di berlangsung
Upah turunan yang akan pemukiman selama tahap
Minimum timbul dari dampak Desa konstruksi (3
Kabupaten langsung/primer yang Mekarbaru tahun)
Serang. bersumber dari kegiatan yang
2. Proses penerimaan tenaga kerja. diprakirakan
penerimaan Apabila pemrakarsa terkena
dan perlakuan tidak melakukan dampak
tenaga kerja pengelolaan terhadap langsung dari
mengacu pada dampak primer tersebut rencana usaha
Undang – maka akan timbul sikap dan/atau
Undang No 13 dan persepsi negatif dari kegiatan (ring
Tahun 2003 masyarakat, yang juga 1) dan desa
Tentang akan menimbulkan lainnya di
Ketenagaker- keresahan masyarakat wilayah
jaan. serta kecenderungan Kecamatan
penolakan dari Kopo.
masyarakat terhadap
pelaksanaan kegiatan,
Kondisi ini dapat
menjadi sumber konflik
dan menghambat
kelancaran rencana
kegiatan. Dengan
demikian dampak sikap
dan persepsi masyarakat
dapat dikatagorikan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 133
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian Dampak Penting
Hipotetik.
2. Pengangkutan Pengangkutanalat Fisik Kimia Penurunan Alat-alat berat yang DPH Desa Selama Masa
Alat dan Material dan material Kualitas digunakan dalam Mekarbaru, Konstruksi
dilakukan secara Udara Pembangunan Pusat Kecamatan
bertahap sesuai Distribusi Provinsi Kopo dan
dengan (PDP) Wilayah Provinsi jalan-jalan
kebutuhan dan Bantenantara lain: yang di lalui
progress peker- excavator, bulldozer, oleh kendaraan
jaan dan semak- compactor, crane, dump pengangkut.
simal mungkin truck dan lain-lain. Alat
dilakukan pada berat didatangkan dari
malam hari. sekitar Kecamatan
Kopo, Kabupaten
Serang.
Pengangkutan
kebutuhan peralatan
berat dan material akan
disesuaikan dengan
progress kemajuan
Rencana Pembangunan
Pusat Distribusi Provinsi
(PDP) Wilayah Provinsi
Banten. Pengangkutan
alat berat ini akan
berpotensi menim-
bulkan dampak
penurunan kualitas udara

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 134
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian dari emisi gas buang
peralatan alat berat
dan/atau kendaraan
pengangkutnya.
Pengangkutan Fisik Kimia Peningkatan Alat-alat berat yang DPH Desa Selama Masa
alat dan material Kebisingan digunakan dalam Mekarbaru, Konstruksi
diangkut secara Rencana Pembangunan Kecamatan
bertahap sesuai Pusat Distribusi Provinsi Kopo dan
dengan (PDP) Wilayah Provinsi jalan-jalan
kebutuhan dan Banten antara lain: yang di lalui
progres excavator, bulldozer, oleh kendaraan
pekerjaan. compactor, crane, dump pengangkut.
truck dan lain-lain. Alat
berat didatangkan dari
sekitar Kecamatan
Kopo, Kabupaten
Serang.
Pengangkutan
kebutuhan peralatan
berat dan material akan
disesuaikan dengan
progress kemajuan
Rencana Pembangunan
Pusat Distribusi Provinsi
(PDP) Wilayah Provinsi
Banten. Pengangkutan
alat berat ini akan
berpotensi menim-

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 135
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian bulkan dampak
peningkatan kebisingan
dari suara mesin
peralatan alat berat
dan/atau kendaraan
pengangkutnya.
Melakukan Sosial Budaya Sikap dan Dampak sikap dan DPH Kecamatan Selama tahap
pengelolaan Persepsi persepsi masyarakat Kopo, konstruksi
untuk dampak Masyarakat merupakan dampak difokuskan di berlangsung
fisik kimia yang turunan yang akan pemukiman selama tahap
bersumber dari timbul dari dampak penduduk Desa konstruksi (3
kegiatan lansgung/primer dan Mekarbaru tahun)
pengangkutan sekunder yang yang
alat dan material. bersumber dari kegiatan diprakirakan
pengangkutan alat dan terkena
material, antara lain dampak
penurunan kualitas langsung dari
udara dan peningkatan rencana usaha
kebisingan, kerusakan dan/atau
jalan dan bangkitan lalu- kegiatan (ring
lintas disekitar lokasi 1).
kegiatan. Apabila
pemrakarsa tidak
melakukan pengelolaan
terhadap dampak-
dampak tersebut maka
akan timbul sikap dan
persepsi negatif dari

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 136
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian masyarakat terhadap
kegiatan dan dapat
menjadi sumber konflik
antara masyarakat
dengan pemrakarsa.
Atas dasar tersebut
disimpulkan bahwa
dampak ini tergolong
sebagai Dampak
Penting Hipotetik.
- Melakukan Kesehatan Timbulnya Dampak terhadap DPH Desa Selama masa
penyiraman Masyarakat penyakit kesehatan masyarakat Mekarbaru, konstruksi
jalan dan area berbasis merupakan dampak Kecamatan
proyek yang lingkungan turunan akibat Kopo
dilintasi peningkatan debu dan
kendaraan kebisingan yang
konstruksi. diprakirakan
- Pemasangan menyebabkan gangguan
pagar dengan kesehatan infeksi saluran
zincalume. pernafasan akut.
- Pemakaian Sehingga, dampak
masker pada berupa gangguan
pekerja. terhadap kesehatan
masyarakat ini
digolongkan menjadi
Dampak Penting
Hipotetik.
Melakukan Transportasi Bangkitan Kegiatan pengangkutan DTPH - -

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 137
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian
pengangkutan Lalu Lintas alat dan material
alat berat sesuai tentunya akan
dengan tonase berdampak terhadap
yang ditetapkan peningkatan bangkitan
untuk kelas jalan lalulintas pada lokasi
yang dilewati. kegiatan. Kondisi
eksisiting jalan saat ini
menuju tempat lokasi
kegiatan terbilang sangat
memadai. Pengangkutan
alat berat dan material
bangunan akan
dilakukan pada malam
hari untuk menghindari
gangguan dan
kemacetan lalu lintas
menuju lokasi kegiatan
dan pengangkutan akan
disesuaikan dengan
kebutuhan.
3. Pematangan Pekerja akan Fisik Kimia Penurunan Kegiatan pematangan DTPH - -
Lahan dilengkapi Kualitas lahan mencakup
dengan APD Udara pekerjaan pembersihan
sesuai yang vegetasi yang ada di
dipersyaratkan. tapak lokasi kegiatan,
penggalian pondasi,
perataan tanah.
Penurunan kualitas

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 138
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian udara terjadi akibat
adanya timbulan debu
sebagai akibat dari
kegiatan ini. Penurunan
kualitas udara dari
kegiatan ini hanya
berlangsung selama
pekerjaan pematangan
lahan yang diperkiran
selama 6 bulan, sehingga
dikategorikan bukan
dampak penting
hipotetik. Akan tetapi
tetap akan dikelola,
sehingga tidak
menimbulkan pola
penyakit.
Pekerja akan Fisik Kimia Peningkatan Pada kegiatan DTPH - -
dilengkapi Kebisingan pematangan lahan
dengan APD menggunakan alat berat
sesuai yang yang dapat
dipersyaratkan. mengeluarkan suara,
sehingga dapat
mengganggu
kenyamanan di wilayah
pemukiman.
Peningkatan kebisingan
dari kegiatan ini hanya

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 139
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian berlangsung selama
pekerjaan pematangan
lahan yang diperkiran
selama 6 bulan, sehingga
dikategorikan bukan
dampak penting
hipotetik. Akan tetapi
tetap akan dikelola,
sehingga tidak tidak
mengganggu kenya-
manan masyarakat
disekitar lokasi kegiatan.
Membangun Fisik Kimia Limpasan Kegiatan pematangan DTPH - -
drainase yang Air Hujan lahan akan
dihubungkan (run off) mengakibatkan
langsung ke perubahan debit air
sungai larian (run off) yang
merupakan dampak
turunan dari munculnya
lahan terbuka baru.
Dengan memperhatikan
kondisi tutupan lahan
saat ini yang masih
mempunyai vegetasi
penutup lahan dan di
lokasi kegiatan terdapat
anak sungai, sehingga
pada saat konstruksi

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 140
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian akan dibangun drainase
yang dihubungkan
langsung ke sungai
sebagai badan air
penerima limpasan air
hujan untuk
mengantisipasi limpasan
air hujan (run off).
Selain itu akan dibuat
sejumlah sumur
resapan/kolam
resapan/kolam
konservasi.
Fisik Kimia Estetika Kegiatan pematangan DTPH - -
yang lahan akan menimbulkan
bersumber limbah padat dari
dari timbulan tanaman dan batuan di
limbah padat lahan yang menjadi
tapak rencana usaha
dan/atau kegiatan
Rencana Pembangunan
Pusat Distribusi Provinsi
(PDP) Wilayah Provinsi
Banten yang harus di
kelola dengan cara
mengumpulkan pada
tempat penumpukan
sementara dan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 141
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian selanjutnya dibuang ke
tempat pembuangan
akhir.
Tidak Ada Biologi Gangguan Kegiatan pematangan DPH Desa Selama masa
Biota Darat lahan akan dilakukan Mekarbaru, konstruksi dan
penimbunan lahan untuk Kecamatan operasional
mendapatkan level tanah Kopo
yang akan digunakan
untuk tapak Rencana
Pembangunan Pusat
Distribusi Provinsi
(PDP) Wilayah Provinsi
Banten.Penimbunan dan
penggalian tanah lahan
ini dilakukan dengan
alat berat. Sehingga
kegiatan ini berpotensi
menggangu kehidupan
dan menghilangkan
tempat tinggal biota
darat di sekitar lokasi
kegiatan. Dengan
demikian dampak
gangguan biota
daratdapat dikatagorikan
Dampak Penting
Hipotetik.
Tidak ada Biota Kegiatan pematangan DPH Desa Selama masa

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 142
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian Perairan lahan akan menimbulkan Mekarbaru, konstruksi dan
limpasan air hujanke Kecamatan operasional
lokasi sekitar akibat dari Kopo
rencana usaha dan/atau
kegiatan Rencana
Pembangunan Pusat
Distribusi Provinsi
(PDP) Wilayah Provinsi
Banten yang harus di
kelola dengan cara
membangun kolam
sementara penampungan
air hujan dan selanjutnya
dibuang ke sungai.
Menyelesaikan Sosial Budaya Sikap dan Dampak persepsi dan DTPH - -
pembebasan Persepsi sikap masyarakat tidak
lahan dengan Masyarakat dikatagorikan bukan
masyarakat dampak penting
pemilik. hipotetik dikarenakan
pematangan lahan akan
dikelola dengan baik
oleh pemrakarsa dan
ganti rugi telah selesai.
- Penyemprotan Kesehatan Penurunan Kegiatan pematangan DPH Desa Selama masa
vektor penyakit Masyarakat kualitas lahan akan Mekarbaru, konstruksi
- Menyediakan sanitasi menghilangkan vegetasi Kecamatan
tempat sampah lingkungan. darat yang menjadi Kopo
konstruksi. perindukan vektor

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 143
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak -Sebagai Bagian
Bekerjasama penyakit. Hilangnya
dengan Dinas habitat vektor penyakit
Lingkungan akan menyebabkan
Hidup untuk migrasi vektor penyakit
pengelolaan ke area di sekitar tapak
sampah proyek dengan
mengikuti arah angin
dan kontur tanah. Selain
itu, vegetasi yang
dihilangkan menjadi
sampah yang akan
menimbulkan masalah
estetika lingkungan.
Sehingga dampak
penurunan sanitasi
lingkungan
dikategorikan sebagai
Dampak Penting
Hipotetik.
- Melakukan Kesehatan Timbulnya Dampak terhadap DPH Desa Selama masa
penyiraman Masyarakat penyakit kesehatan masyarakat Mekarbaru, konstruksi
jalan dan area berbasis merupakan dampak Kecamatan
proyek yang lingkungan turunan akibat Kopo
dilintasi peningkatan debu dan
kendaraan migrasi vektor penyakit
konstruksi. pada pematangan lahan
- Pemasangan yang diprakirakan
pagar dengan menyebabkan gangguan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 144
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian
zincalume. kesehatan infeksi saluran
- Pemakaian pernafasan akut.
masker pada Sehingga, dampak
pekerja. berupa gangguan
terhadap kesehatan
masyarakat ini
digolongkan menjadi
Dampak Penting
Hipotetik.
4. Konstruksi Memakai Fisik Kimia Penurunan Pondasi yang digunakan DTPH - -
Bangunan Utama peralatan berat Kualitas adalah jenis pondasi
dan Utilitas telah lolos uji. Udara dangkal (pasangan batu
Penunjang kali atau tapak beton).
Peralatan berat yang
akan digunakan akan
menghasilkan gas buang
emisi dari peralatan
yang digunakan.
Konstruksi bangunan
akan dilakukan sesuai
dengan SOP
pelaksanaan konstruksi.
Memakai Fisik Kimia Peningkatan Pondasi yang digunakan DTPH - -
peralatan berat Kebisingan adalah jenis pondasi
telah lolos uji. dangkal (pasangan batu
kali atau tapak beton).
Peralatan berat yang
akan digunakan akan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 145
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian menghasilkan suara
bising dari peralatan
yang digunakan.
Konstruksi
bangunanakan dilakukan
sesuai dengan SOP
pelaksanaan konstruksi.
Membuat tempat Fisik- kimia Estetika Pekerjaan Pembangunan DTPH - -
pengumpul dan yang Pusat Distribusi Provinsi
pembuangan bersumber (PDP) Wilayah Provinsi
sementara di dari timbulan Banten ini berpotensi
lokasi kegiatan limbah padat meng-hasilkan limbah
dan secara ber- padat dari sisa dan
kala di buang ke kemasan bahan serta
tempat pembua- material bangunan dan
ngan akhir juga timbulan limbah
(TPA). padat domestik dari para
pekerja konstruksi
selama tahap konstruksi.
Apabila tidak dikelola
dengan baik maka
limbah padat yang
dihasilkan tersebut dapat
mencemari lingkungan
disekitar lokasi kegiatan.
Tidak ada Sosial Budaya Sikap dan Dampak sikap dan DTPH - -
Persepsi persepsi masyarakat
Masyarakat dikatagorikan tidak

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 146
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian dampak penting
hipotetik dikarenakan
kegiatan tersebut akan
dikelola oleh pemrakarsa
sehingga tidak
menimbulkan penurunan
kualitas udara dan
peningkatan kebisingan
di sekitar lokasi
kegiatan.
- Menyediakan Kesehatan Penurunan Dampak terhadap DPH Desa Selama masa
tempat sampah Masyarakat kualitas penurunan kualitas Mekarbaru, konstruksi
konstruksi sanitasi sanitasi lingkungan Kecamatan
- Menyediakan lingkungan akibat timbulnya sampah Kopo
sampah konstruksi, sampah
domestik domestik dan limbah
terpisah antara cair domestik dari
sampah organik kegiatan kakus pekerja.
dan anorganik Dampak penurunan
- Menyediakan kualitas sanitasi
septictank lingkungan akan
untuk menimbulkan dampak
pengelolaan turunan yakni timbulnya
limbah kakus pernyakit berbasis
- Pengendalian lingkungan. Sehingga,
vektor penyakit dampak berupa
dengan penurunan kualitas
penyemprotan sanitasi lingkungan ini

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 147
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak -Sebagai Bagian
Pengangkutan digolongkan menjadi
sampah Dampak Penting
dilakukan Hipotetik.
setiap hari
- Menyediakan
tenaga
kebersihan
proyek
- Bekerjasama
dengan Dinas
Lingkungan
Hidup
Kabupaten
Serang.
- Melakukan Kesehatan Timbulnya Dampak terhadap DPH Desa Selama masa
penyiraman Masyarakat penyakit kesehatan masyarakat Mekarbaru, konstruksi
jalan dan area berbasis merupakan dampak Kecamatan
proyek yang lingkungan turunan akibat Kopo
dilintasi peningkatan debu dan
kendaraan timbulan limbah padat
konstruksi. yang diprakirakan
- Pemasangan menyebabkan gangguan
pagar dengan kesehatan infeksi saluran
zincalume. pernafasan akut dan
- Pemakaian penyakit dari media
masker pada vektor. Sehingga,
pekerja. dampak berupa
- Menyediakan gangguan terhadap

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 148
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai
TPS Bagian
sampah kesehatan masyarakat ini
domestik digolongkan menjadi
tepisah antara Dampak Penting
sampah organik Hipotetik.
dan anoranik
- Pengangkutan
sampah setiap
hari
- Bekerjasama
dengan pihak
ketiga yang
memiliki izin.
C.Tahap Operasional
1. Penerimaan 1. Proses dan Sosial Ekonomi Kesempatan Kebutuhan tenaga kerja DPH Desa Selama masa
Tenaga Kerja penerimaan Kerja dan untuk tahap operasional Mekarbaru, operasional
tenaga kerja Berusaha rencana usaha dan/atau Kecamatan
mengacu pada kegiatan akan membuka Kopo
Undang – lapangan kerja baru bagi
Undang No 13 masyarakat khususnya
Tahun 2003 bagi masyarakat
Tentang setempat dan masyarakat
Ketenagaker- di wilayah Kabupaten
jaan. Serang. Lapangan
2. Memprioritas- pekerjaan akan
kan tenaga menyerap penduduk usia
kerja dari produktif yang pada saat
masyarakat ini belum mempunyai
Desa pekerjaan tetap dan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 149
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian
Mekarbaru, kondisi ini juga akan
Kecamatan berpotensi membuka
Kopo peluang usaha bagi
(katogori ring masyarakat setempat
1/berbatasan seperti usaha penjualan
atau terdekat kebutuhan
dengan lokasi makanan/minuman serta
kegiatan) dan kebutuhan lainnya
wilayah untuk operasional.
lainnya di Terbukanya lapangan
Kabupaten kerja dan peluang
Serang. berusaha pada
masyarakat setempat
akan berdampak
terhadap pendapatan
masyarakat serta
pertumbuhan ekonomi di
wilayah tersebut.
Dengan demikian
terbukanya kesempatan
kerja dan peluang
berusaha dapat
dikatagorikan Dampak
Penting Hipotetik.
Membayar upah Sosial Ekonomi Peningkatan Dampak peningkatan DPH Desa Selama masa
kerja sesuai Pendapatan pendapatan masyarakat Mekarbaru, operasional
dengan Upah Masyarakat merupakan dampak Kecamatan
Minimum turunan dari dampak Kopo

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 150
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian
Kabupaten terbukanya kesempatan
Serang. kerja dengan adanya
rencana kegiatan Pusat
Distribusi Provinsi
(PDP) Wilayah Provinsi
Banten ini, yang akan
dilakukan selama tahap
operasional. Dengan
demikian selama tahap
operasional tersebut
masyarakat yang
terekrut menjadi tenaga
kerja maupun
masyarakat yang
memanfaatkan potensi
peluang usaha akan
merasakan peningkatan
pendapatan mereka.
Meningkatnya
pendapatan tersebut
akan berpotensi
meningkatkan taraf
hidup dan tingkat
kesejahteraan bagi
masyarakat diwilayah
kegiatan. Dengan
demikian dampak
peningkatan pendapatan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 151
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian masyarakat dapat
dikatagorikan Dampak
Penting Hipotetik.
1. Proses dan Sosial Budaya Sikap dan Dampak sikap dan DPH Desa Selama masa
penerimaan Perspsi persepsi masyarakat Mekarbaru, operasional
tenaga kerja Masyarakat merupakan dampak Kecamatan
mengacu pada turunan yang akan Kopo
Undang – timbul dari dampak
Undang No 13 langsung/primer yang
Tahun 2003 bersumber dari kegiatan
Tentang penerimaan tenaga kerja.
Ketenagaker- Apabila tidak dilakukan
jaan. pengelolaan terhadap
2. Memprioritask dampak primer tersebut
an tenaga kerja maka akan timbul sikap
dari dan persepsi negatif dari
masyarakat masyarakat, yang juga
Desa akan menimbulkan
Mekarbaru, keresahan masyarakat
Kecamatan serta kecemburuan
Kopo sosial. Kondisi ini
(katogori ring dapat menjadi sumber
1/berbatasan konflik dan menghambat
atau terdekat kelancaran rencana
dengan lokasi kegiatan. Dengan
kegiatan) dan demikian dampak sikap
wilayah dan persepsi masyarakat
lainnya di dapat dikatagorikan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 152
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian
Kabupaten Dampak Penting
Serang. Hipotetik
2. Operasional Menyiapkan Fisik- Kimia Estetika Operasional kegiatan DPH Desa Selama masa
Pusat Distribusi tempat-tempat (Timbulan Pusat Distribusi Mekarbaru, operasional
Provinsi (PDP) sampah dengan 3 Limbah Provinsi (PDP) Kecamatan
kriteria di lokasi Padat) berpotensi Kopo
yang berpotensi menimbulkan limbah
menghasilkan padat domestik yang
sampah. bersumber dari kegiatan
tenaga kerja, pedagang,
pengunjung, kantin,
dapur dan lainnya.
Timbulan limbah padat
domestik ini bila tidak
dikelola dengan baik
akan menimbulkan
estika yang tidak baik
dan akan menjadi
sumber penyakit.
Timbulan limbah padat
ini hanya terjadi di
lingkungan lokasi
kegiatan saja, akan
tetapi diperkirakan
volume timbulan
sampah sangat tinggi
sehinggaberdampaksign
ifikanbagi daerah

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 153
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian pemukiman masyarakat.
- Menerapkan Kesehatan Penurunan Dampak terhadap DTPH Desa Selama masa
SOP masyarakat kualitas penurunan kualitas Dikelola/ Mekarbaru, operasional
pengelolaan sanitasi sanitasi lingkungan dipantau Kecamatan
limbah padat. lingkungan akibat timbulnya limbah Kopo
- Menyediakan padat dan limbah cair
sistem dari kegiatan operasi
pengolahan Pusat Distribusi
limbah cair Provinsi (PDP) Banten.
- Penempatkan Telah ada SOP untuk
petugas pengelolaan sumber
pengolahan dampak, sehingga
limbah cair dampak penurunan
kualitas sanitasi
lingkungan
dikategorikan Dampak
Tidak Penting Hipotetik
yang dikelola dan
dipantau.
Menerapkan SOP Kesehatan Timbulnya Dampak terhadap DTPH Desa Selama masa
pengelolaan Masyarakat penyakit kesehatan masyarakat Dikelola/ Mekarbaru, operasional
limbah padat. berbasis merupakan dampak dipantau Kecamatan
lingkungan turunan akibat timbulan Kopo
limbah padat yang
diprakirakan
menyebabkan gangguan
kesehatan penyakit dari
media udara, air, tanah

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 154
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian dan vektor. Telah ada
SOP untuk pengelolaan
dampak ini. Sehingga,
dampak berupa
timbulnya penyakit
berbasis lingkungan ini
digolongkan menjadi
Dampak Tidak Penting
Hipotetik dikelola dan
dipantau.
3. Operasional Membangun Fisik- Kimia Kualitas Air Operasional kegiatan DPH Desa Selama masa
Utilitas saptic tank dan Permukaan Pusat Distribusi Provinsi Mekarbaru, operasional
Pendukung IPAL limbah cair (PDP) berpotensi Kecamatan
domestik menimbulkan limbah Kopo
cair domestik yang
bersumber dari kegiatan
tenaga kerja, pedagang,
pengunjung, kantin,
dapur dan lainnya.
Timbulan limbah cair
domestik ini bila tidak
dikelola dengan baik
akan menimbulkan
dampak penurunan
kualitas air permukaan
di sekitar lokasi kegiatan
(Sungai Cibeureum) dan
akan menjadi sumber

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 155
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian penyakit. Timbulan
limbah cair ini hanya
terjadi di lingkungan
Pusat Distribusi Provinsi
(PDP), akan tetapi akan
berdampak bagi bagi
daerah pemukiman
masyarakat.
Tidak ada Biologi Gangguan Operasional kegiatan DPH Desa Selama masa
Biota Pusat Distribusi Provinsi Mekarbaru, operasional
Perairan (PDP) berpotensi Kecamatan
menimbulkan limbah Kopo
cair domestik yang
bersumber dari kegiatan
tenaga kerja, pedagang,
pengunjung, kantin,
dapur dan lainnya.
Timbulan limbah cair
domestik ini bila tidak
dikelola dengan baik
akan menimbulkan
dampak penurunan
kualitas air permukaan
di sekitar lokasi kegiatan
(sungai)yang selanjutnya
akan terjadi gangguan
terhadap biota perairan.
- Sosial Budaya Sikap dan Dampak persepsi dan DPH Kecamatan Selama tahap

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 156
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian Persepsi sikap masyarakat Kopo, operasional
Masyarakat merupakan dampak difokuskan di
turunan yang akan pemukiman
timbul dari dampak penduduk Desa
langsung/primer dan Mekarbaru
sekunder yang yang
bersumber dari aktivitas diprakirakan
kegiatan Pusat Distribusi terkena
Provinsi (PDP). Apabila dampak
kegiatan Pusat Distribusi langsung dari
Provinsi (PDP) tidak rencana usaha
melakukan pengelolaan dan/atau
terhadap dampak– kegiatan (ring
dampak tersebut maka 1).
akan timbul sikap dan
persepsi negatif dari
masyarakat. Kondisi ini
dapat menimbulkan
keresahan dan dapat
menjadi sumber konflik
antara masyarakat
dengan pihak Pusat
Distribusi Provinsi
(PDP). Atas dasar
tersebut disimpulkan
bahwa dampak sikap
dan persepsi negatif
dapat dikatagorikan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 157
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian sebagai Dampak
Penting Hipotetik.
4. Pemeliharaan Menyiapkan Fisik Kimia Estetika Timbulan limbah padat DTPH - -
Gedung dan tempat-tempat (Timbulan berasal dari pembersihan
Prasarana sampah dengan 3 Limbah gedung, renovasi gedung
kriteria di lokasi Padat) dan pemeliharaan
yang berpotensi vegetasi yang ada di
menghasilkan lokasi Pusat Distribusi
sampah. Provinsi (PDP) yang
akan dilakukan secara
berkala. Timbulan
limbah padat ini hanya
terjadi di lingkungan
lokasi kegiatan saja.
Melakukan Sosial Budaya Sikap dan Dampak persepsi dan DTPH - -
pengelolaan persepsi sikap masyarakat
untuk dampak masyarakat merupakan dampak
fisik kimia yang turunan yang akan
bersumber dari timbul dari dampak
kegiatan langsung/primer dan
pemeliharaan sekunder yang
gedung dan bersumber dari kegiatan
prasarana. pemeliharaan gedung
dan prasarana. Apabila
pihak Pusat Distribusi
Provinsi (PDP) akan
melakukan pengelolaan
terhadap dampak–

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 158
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian dampak tersebut maka
tidak akan timbul sikap
dan persepsi negatif dari
masyarakat.
- Menerapkan Kesehatan Penurunan Dampak terhadap DTPH Desa Selama masa
SOP masyarakat kualitas penurunan kualitas Dikelola/ Mekarbaru, operasional
pengelolaan sanitasi sanitasi lingkungan dipantau Kecamatan
limbah padat. lingkungan akibat timbulnya limbah Kopo
- Menyediakan padat dan limbah cair
sistem dari kegiatan operasi
pengolahan Pusat Distribusi Provinsi
limbah cair (PDP) Banten. Telah ada
- Penempatkan SOP untuk pengelolaan
petugas sumber dampak,
pengolahan sehingga dampak
limbah cair penurunan kualitas
sanitasi lingkungan
dikategorikan Dampak
Tidak Penting Hipotetik
yang dikelola dan
dipantau.
Menerapkan SOP Kesehatan Timbulnya Dampak terhadap DTPH Desa Selama masa
pengelolaan Masyarakat penyakit kesehatan masyarakat Dikelola/ Mekarbaru, operasional
limbah padat. berbasis merupakan dampak dipantau Kecamatan
lingkungan turunan akibat timbulan Kopo
limbah padat yang
diprakirakan
menyebabkan gangguan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 159
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian kesehatan penyakit dari
media udara, air, tanah
dan vektor. Telah ada
SOP untuk pengelolaan
dampak ini. Sehingga,
dampak berupa
timbulnya penyakit
berbasis lingkungan ini
digolongkan menjadi
Dampak Tidak Penting
Hipotetik dikelola dan
dipantau.
5. Transportasi dan Mengatur lalu Fisik Kimia Penurunan Transportasi dan DPH Desa Selama tahap
Perparkiran lintas di sekitar Kualitas Perparkiran Pusat Mekarbaru, operasional
lokasi kegiatan Udara Distribusi Provinsi Kecamatan
dan memasang (PDP) akan Kopo
rambu-rambu menimbulkan penurunan
kualitas udara yang
berasal dari gas buang
(emisi) kendaraan
pengunjung, tenaga
kerja, pedagang dan
masyarakat lainnya.
Penurunan kualitas
udara ini terjadi secara
terus menerus selama
operasional Pusat
Distribusi Provinsi

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 160
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian (PDP), sehingga sangat
signifikan terhadap
penurunan kualitas udara
bagi daerah pemukiman
masyarakat sekitarnya.
Peningkatan Transportasi dan DPH Desa Selama tahap
Kebisingan Perparkiran Pusat Mekarbaru, operasional
Distribusi Provinsi Kecamatan
(PDP) akan Kopo
menimbulkan
peningkatan kebisingan
yang bersumber dari
suara mesin kendaraan
pengunjung, tenaga
kerja, pedagang dan
masyarakat lainnya.
Peningkatan kebisingan
ini terjadi secara terus
menerus selama
operasional Pusat
Distribusi Provinsi
(PDP), sehingga sangat
berdampak bagi daerah
pemukiman masyarakat
sekitarnya.
Melakukan Sosial Budaya Sikap dan Dampak persepsi dan DPH Desa Selama tahap
pengelolaan persepsi sikap masyarakat Mekarbaru, operasional
untuk dampak masyarakat merupakan dampak Kecamatan

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 161
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai
fisik Bagian
kimia yang turunan yang akan Kopo
bersumber dari timbul dari dampak
kegiatan langsung/primer dan
transportasi dan sekunder yang
perparkiran. bersumber dari kegiatan
keluar masuk kendaraan
ke Pusat Distribusi
Provinsi (PDP) yang
akan menambah beban
kemacetan di ruas jalan
yang ada disekitar lokasi
kegiatan. Apabila tidak
dilakukan pengelolaan
terhadap kemacetan
akan timbul sikap dan
persepsi negatif dari
masyarakat terhadap
kegiatan, kondisi ini
dapat menimbulkan
keresahan dan
mendorong penolakan
dari masyarakat serta
berpotensi menjadi
sumber konflik antara
masyarakat dengan
pihak Pusat Distribusi
Provinsi (PDP). Atas
dasar tersebut

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 162
Pemerintah Provinsi Banten
Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Pelingkupan

Deskripsi Pengelolaan Pelingkupan


Komponen
Rencana Lingkungan Dampak
Lingkungan Batas Waktu
No Kegiatan yang yang Sudah Dampak Evaluasi Dampak Penting Wilayah Studi
Terkena Kajian
Berpotensi Direncanakan Potensial Potensial Hipotetik
Dampak
Menimbulkan Sejak Awal (DPH)
Dampak Sebagai Bagian disimpulkan bahwa
dampak ini tergolong
sebagai Dampak
Penting Hipotetik
1. Membuat Transportasi Bangkitan Bangkitan lalu lintas DPH Desa Selama tahap
rambu-rambu lalu lintas berasal dari kenderaan Mekarbaru, operasional
lalulintas dan di pengunjung, tenaga Kecamatan
tempatkan pada kerja, pedagang dan Kopo
tempat yang masyarakat sekitar yang
mudah dilihat menggunakan fasilitas
pengendara. dan sarana yang ada
2. Membangun pada Pusat Distribusi
area parkir dan Provinsi (PDP).
menempatkan
petugas parkir

Kerangka Acuan Kegiatan Pembangunan Pusat Distribusi Provinsi (PDP) di wilayah Provinsi Banten seluas 10,76 Ha

II - 163

Anda mungkin juga menyukai