Anda di halaman 1dari 21

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong


Tahun 2017-2021

BAB II
PROFIL KABUPATEN TABALONG

2.1 Wilayah Administratif


Wilayah administrasi Kabupaten Tabalong berdasarkan Undang Undang Nomor
8 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Tanah Laut, Daerah Tingkat II
Tapin dan Daerah Tingkat II Tabalong (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1965 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2756)
memiliki luas ± 3.946 Km² atau ± 394.600 Ha yang secara geografis terletak antara
115°9' - 115°47' Bujur Timur dan 1°18' - 2°25' Lintang Selatan. Namun setelah dilakukan
penataan batas dan kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Tabalong dengan
Pemerintah Kabupaten Barito Selatan, luas wilayah Kabupaten Tabalong menjadi ±
3.646,52 Km² atau ± 364.652 Ha, yang terdiri dari 12 kecamatan, 122 desa, dan 9
kelurahan, dengan batas wilayah sebagai berikut :
a. sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan
Tengahsebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan
Timur;
b. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten
Balangan Provinsi Kalimantan Selatan; dan
c. sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan
Tengah.
Adapun luas wilayah kecamatan dan jumlah desa/kelurahan di Kabupaten
Tabalong dapat dilihat pada tabel 2.1.
Selanjutnya pada gambar 2.1 Peta Adminstrasi Wilayah Kabupaten Tabalong
dan gambar 2.2 Peta Kota Tanjung berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tabalong Tahun 2014 – 2034.

Tabel 2.1
Jumlah Desa/Kelurahan dan Luas Wilayah Kecamatan
Persentase
Luas thd luas Kelurahan Desa
No. Kecamatan
(Ha)* kabupaten (buah) (buah)
(%)
1 Banua Lawas 16.596 4,56 15
2 Pugaan 3.572 0,98 7
3 Kelua 4.924 1,35 1 11
4 Muara Harus 2.895 0,79 7
5 Tanta 13.085 3,59 14
6 Tanjung 22.606 6,20 4 11
7 Murung Pudak 20.481 5,62 4 6

Laporan Akhir_II-7
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

Persentase
Luas thd luas Kelurahan Desa
No. Kecamatan
(Ha)* kabupaten (buah) (buah)
(%)
8 Haruai 31.948 8,76 13
9 Bintang Ara 34.210 9,38 9
10 Upau 15.519 4,26 6
11 Muara Uya 173.792 47,66 14
12 Jaro 25.024 6,86 9
Jumlah 364.652 100 9 122
Sumber : Kabupaten Tabalong Dalam Angka/BPS, Tahun 2013
Keterangan : *) Luas berdasarkan hasil perhitungan peta administrasi.

Laporan Akhir_II-8
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Tabalong skala 1:50.000

Laporan Akhir_II-9
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

Gambar 2.2. Peta Kota Tanjung Skala 1:25.000

Laporan Akhir_II-7
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Tabalong


a. Tanaman Bahan Makanan
Produksi padi sawah dan ladang tahun 2013 mengalami penurunan dibanding tahun
sebelumnya, yaitu dari 134.801 ton menjadi 131.439 ton.Tanaman padi sawah dan
padi ladang pada tahun 2013 tidak ada yang mengalami kerusakan.Pada tahun
2013 produksi buah-buahan kembali meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya, yaitu menghasilkan 18.947 ton buah-buahan. Produksi terbanyak
adalah buah rambutan sebanyak 4.485 ton, diikuti durian 2.909 ton dan pisang 2.361
ton.
b. Perkebunan
Perkebunan mempunyai peranan yang cukup besar dalam pengembangan
pertanian. Komoditi yang dikembangkan di kabupaten Tabalong ini adalah kelapa,
kelapa hibrida, karet, pinang, rumbia, enau, kemiri, jambu mete, kapuk, kopi,
cengkeh, lada dan kakao.
Tanaman perkebunan yang paling potensial di daerah ini adalah karet dengan luas
arealnya mencapai 68.811 ha dan kelapa 1.012 ha. Sedangkan produksi perkebunan
terbesar adalah komoditi karet dengan 61.235 ton kemudian kelapa sawit 4.640 ton.

c. Peternakan
Pembangunan sektor peternakan adalah untuk meningkatkan populasi dan produksi
ternak dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat dan meningkatkan pendapatan
peternak.

Pada unggas, utama ayam terjadi peningkatan yang signifikan pada jenis Ayam Ras
Pedaging yaitu dari 923.654 menjadi 1.109.800 ekor. Ayam kampung turun dari
167.127 menjadi 163.023 ekor. Sedangkan itik mengalami peningkatan dari 75.823
menjadi 89.334 ekor.

d. Industri
Industri dibagi menurut kategori besar, sedang, kecil dan rumahtangga. Perusahaan
industri besar adalah perusahaan yang mempekerjakan 100 orang atau lebih tenaga
kerja, industri sedang mempekerjakan 20 – 99 orang tenaga kerja, industri kecil
mempekerjakan 5 – 19 orang tenaga kerja dan industri rumahtangga
mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 5 orang.Tahun 2013 kabupaten Tabalong
memiliki industri kecil sebanyak 151 buah menyerap tenata kerja sebanyak 1.121
orang, industri rumahtangga 5.716 buah menyerap tenaga kerja sebesar 13.427
orang, dan industri besar 5 buah menyerap tenaga kerja sebanyak 2.153 orang ,
dan industri sedang sebanyak 3 buah menyerap tenaga kerja sebanyak 113 orang.

Laporan Akhir_II-7
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

2.3 Demografi dan Urbanisasi


2.3.1. Jumlah penduduk dan KK Keseluruhan
Penduduk kabupaten Tabalong tahun 2015 berjumlah 239.593jiwa yang terdiri dari
laki-laki 121.661 jiwa dan perempuan 117.932jiwa dan jumlah rumahtangga adalah 68.537
rumahtangga.Penduduk terbanyak adalah pada kecamatan Murung Pudak sebanyak
49.530 jiwa, disusul kecamatan Tanjung 35.657 jiwa. Dan yang paling sedikit adalah
kecamatan Muara Harus 7.016 jiwa.Kepadatan penduduk per km2 di kabupaten Tabalong
adalah 6059 jiwa, dimana kecamatan Murung Pudak adalah yang terpadat dengan 410 jiwa
per km2 disusul kecamatan Kelua 210 jiwa per km2, sedangkan kecamatan Jaro yang
terjarang penduduknya yaitu 19 jiwa per km2.
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tabalong dari tahun 2014 ke tahun 2015
adalah 1,62 persen. Kecamatan Bintang Ara adalah kecamatan yang mengalami laju
pertumbuhan yang terbesar yaitu 2.05 persen, dan yang terendah adalah kecamatan
Tanta dengan 1,43 persen
2.3.2. Jumlah penduduk miskin dan persebaran penduduk
Jumlah penduduk miskin selama periode 2010 -2014 relatif berfluktuasi dengan
garis kemiskinan yang semakin meningkat. Pada tahun 2010 dengan garis kemiskinan
sebesar Rp. 251.217,- terdapat 14.358 orang (6,53%) yang memiliki
pengeluaran/pendapatan dibawah garis kemiskinan. Tahun 2011 mengalami penurunan
jumlah penduduk miskin hanya sebesar 6,22% atau sebanyak 13.924 memiliki
pengeluaran/pendapatan di bawah garis kemiskinan sebesar Rp. 278.514, kemudian pada
tahun 2012 dimana ada 13.200 orang atau 5,84% memiliki pengeluaran/pendapatan di
bawah garis kemiskinan sebesar Rp. 308.777. Pada tahun 2013 meningkat kembali ada
14.300 orang atau 6,15% memiliki pengeluaran/pendapatan di bawah garis kemiskinan
sebesar Rp. 330.764, pada tahun 2014 dimana ada 14.710 orang atau 6,21% memiliki
pengeluaran/pendapatan di bawah garis kemiskinan sebesar Rp. 350.737. Berfluktuasinya
jumlah penduduk miskin juga didukung oleh pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tabalong
yang berada di tengah kelesuan perekonomian dunia akibat turunnya harga batu bara
disektor pertambangan dan juga masih belum terkendalinya inflasi di Kabupaten Tabalong.
Selama tahun 2011-2014, indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks
keparahan kemiskinan (P2) juga mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011 (P1) sebesar
0,71%, kemudian naik menjadi 1.01% di tahun 2012, kemudian turun lagi menjadi 0,61% di
tahun 2013. Indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin
kadang mendekat kadang menjauh dari garis kemiskinan. Indeks keparahan kemiskinan
(P2) juga berfluktuasi dimana pada tahun 2011 (P2) sebesar 0,16%, naik menjadi 0,27%
pada tahun 2012 kemudian turun lagi menjadi 0,09% di tahun 2013, kemungkinan besar

Laporan Akhir_II-8
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

dutahun 2014 juga mengalami penurunan. Semakin rendah angka indek ini menunjukan
bahwa kesenjangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin menyempit. Hal ini
berarti tingkat pendapatan/pengeluaran antar si miskin tidak terlalu bervariasi, kondisi ini
merupakan sesuatu yang baik bagi pemerintahuntuk mengentaskan kemiskinan karena
semakin meratanya pendapatan/pengeluaran mereka akan membutuhkan upaya dan
strategi yang tidak terlalu bervariasi bagi pemerintah untuk mengatasinya.

Tabel 2.2 Indikator Kemiskinan Kabupaten Tabalong Tahun 2011-2014


Keterangan 2011 2012 2013 2014

Garis Kemiskinan
278.514 308.777 330.764 350.737
(Rp/kapita/bln)
Penduduk Miskin 13.924 13.200 14.300 14.710
Persentase
6,22 5,84 6,15 6,21
Penduduk Miskin
Indeks Kedalaman/P1 0,71 1,01 0,61 0,00

Indeks Keparahan.P2 0,16 0,27 0,09 0,00


Sumber : BPS 2014 (data diolah)

Penyebaran penduduk di Kabupaten Tabalong relatif belum merata di tiap kecamatan, hal
itu dapat dilihat pada kecamatan Tanjung dan Murung Pudak yang merupakan ibu kota
kabupaten ditempati penduduk terbanyak sebesar 80.803 jiwa atau 35,43% dari total
penduduk Kabupaten Tabalong. Sebaran penduduk tersebut secara rinci dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 2.3
Perkembangan Persebaran Penduduk di Kabupaten Tabalong
Tahun 2012 – 2015
Persentase Penduduk (%)
No Kecamatan
2012 2013 2014 2015
1 Jaro 6,50 6,45 6,63 6,74
2 Muara Uya 9,93 9,85 9,97 10,14
3 Haruai 9,32 9,23 9,33 9,46
4 Upau 3,21 3,18 3,24 3,29
5 Bintang Ara 3,61 3,58 3,65 3,72
6 Tanjung 14,86 14,74 15,03 15,26
7 Murung Pudak 20,57 20,41 20,81 21,19
8 Tanta 7,85 7,77 7,98 8,09
9 Pugaan 2,94 2,91 2,95 3,00
10 Muara harus 2,68 2,65 2,71 2,75
11 Kelua 10,35 10,27 10,42 10,57

Laporan Akhir_II-9
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

Persentase Penduduk (%)


No Kecamatan
2012 2013 2014 2015
12 Banua Lawas 8,18 8,10 8,16 8,30
JUMLAH 100 100 100 100
Sumber : Kabupaten Tabalong Dalam Angka/BPS, Tahun 2016

2.3.3. Proyeksi pertumbuhan penduduk lima tahun ke depan


Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Tabalong lima tahun terakhir
sebagaimana tergambar dalam tabel 2.5 dimana rata-rata perkembangan penduduk
adalah sebesar 2,85 %. Berdasarkan angka pertumbuhan rata2 ini dapat dihitung
proyeksi pertumbuhan penduduk lima tahun ke depan sebagaimana tabel 2.6

Tabel 2.4 Perkembangan Penduduk Kabupaten Tabalong Tahun 2010-2015


Jumlah Penduduk (jiwa) Jlh
Laju
Rmh Kepadatan
No. Tahun pertumbuhan
Laki2 Perempuan Total Tangga org/km2
(%)
(RT)
1. 2010 111.086 107.534 218.620 58.279 55 6,81
2. 2011 114.320 110.066 224.386 60.048 57 2,64
3. 2012 115.785 112.226 228.051 61.778 58 1,63
4. 2013 117.711 114.007 231.718 63.238 59 1,44
5. 2014 119.767 116.010 235.777 66.480 60 1,75
6. 2015 121.661 117.932 239.593 68.537 67 1,62
Sumber : Kabupaten Tabalong Dalam Angka/BPS, Tahun 2011-2016

Tabel 2.5 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tabalong


Tahun 2016-2020
Jumlah
No Tahun Laju Pertumbuhan rata-rata (%)
Penduduk
1 2016 2,65 245.942
2 2017 2,65 252.460
3 2018 2,65 259.150
4 2019 2,65 266.017
5 2020 2,65 273.067
Sumber :BPS, Tahun 2011-2016 (data diolah)

2.3.4. Jumlah penduduk perkotaan dan proyeksi urbanisasi


Dalam dokumen RTRW disebutkan wilayah perkotaan di Kabupaten Tabalong
meliputi kecamatan Tanjung melingkupi Kelurahan Jangkung, Tanjung, Agung serta Hikun
dan sebagian Kecamatan Murung Pudak melingkupi Kelurahan Sulingan, Pembataan,
Belimbing Raya, Belimbing, Desa Kapar, Kelurahan Mabuun serta Desa Maburai.
Berdasarkan data BPS, Kecamatan Dalam Angka Tahun 2012-2016 maka jumlah
penduduk perkotaan tahun 2011 sebesar 58.177 jiwa, tahun 2012 sebesar 57.762 jiwa,

Laporan Akhir_II-10
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

tahun 2013 sebesar 59.006 jiwa, tahun 2014 sebesar 58.138 jiwa serta tahun 2015 sebesar
61.255 jiwa. Adapun pertumbuhan penduduk tahun 2012 (-0,71%), tahun 2013 (2,15%),
tahun 2014 (-1,47%) dan tahun 2015 (5,36%) dengan demikian pertumbuhan rata-rata
penduduk perkotaan adalah (1,33%).

Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Perkotaan Tahun 2011-2016


Jumlah Penduduk/Tahun (Jiwa)
No Desa/Kelurahan
2011 2012 2013 2014 2015
1 Jangkung 3.553 3.662 3.665 3.735 3.809
2 Tanjung 6.397 6.517 6.673 6.802 6.868
3 Agung 2.748 2.839 2.827 2.882 2.944
4 Hikun 3.407 3.483 3.542 1.588 3.655
5 Sulingan 4.129 3.897 4.333 4.419 4.349
6 Pembataan 8.137 7.582 7.956 8.112 8.468
7 Belimbing 4.767 5.275 5.153 5.255 5.045
8 Belimbing Raya 7.905 7.464 8.130 8.290 8.296
9 Mabuun 10.003 9.545 9.483 9.669 10.356
10 Maburai 3.168 2.581 3.065 3.124 3.288
11 Kapar 3.963 4.917 4.179 4.262 4.177
Jumlah 58.177 57.762 59.006 58.138 61.255
Pertumbuhan (%) -0.71 2,15 -1,47 5,36
Rata – rata
1,33
Pertumbuhan (%)
Sumber :BPS, Tahun 2012-2016 (data diolah)

Dengan menggunakan angka pertumbuhan rata-rata 1,33% dapat


diproyeksikan urbanisasi di Kabupaten Tabalong Tahun 2016-2020 sebagaimana
tabel 2.7

Tabel 2.7 Proyeksi Urbanisasi Kabupaten Tabalong Tahun 2016-2020


No Tahun Laju Pertumbuhan rata-rata (%) Jumlah Penduduk
1 2016 1,33 62.070
2 2017 1,33 62.895
3 2018 1,33 63.732
4 2019 1,33 64.579
5 2020 1,33 65.438
Sumber :BPS, Tahun 2011-2016 (data diolah)

2.4 Isu Strategis, Sosial Ekonomi dan Lingkungan


a. Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan total nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi disuatu wilayah pada satu periode tertentu,

Laporan Akhir_II-11
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

atau bisa juga dikatakan sebagai total nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha disuatu region/wilayah dalam periode waktu tertentu.
PDRB atas dasar harga berlaku, menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung dengan menggunakan harga berlaku pada setiap tahun. PDRB
berlaku ini bisa digunakan untuk mengukur totalitas ekonomi pada satu periode serta
melihat pergeseran dan struktur ekonomi.
PDRB atas dasar harga konstan, sebagai PDRB riil merupakan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada waktu tertentu
atau tahun dasar, PDRB konstan ini digunakan untuk mengetahui berapa besar
pertumbuhan secara riil terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pada kesempatan ini akan di tampilkan PDRB atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha tahun 2012 -2015 dan PDRB atas dasar harga konstan
2010 menurut lapangan usaha di Kabupaten Tabalong sebagaimana tabel 2.8 dan
2.9.
Sektor yang memiliki pertumbuhan terendah adalah sektor pertambangan
dan penggalian sebesar -0,80 persen, sedangkan sektor yang mengalami kenaikan
pertumbuhan terbesar yaitu pengadaan listrik dan gas dari 17,23 persen di tahun
2014 menjadi 30,42 persen tahun 2015. Secara makro/keseluruhan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten tabalong tahun 2015 adalah 2,5 persen turun dibandingkan
tahun 2014 sebesar 4,1 persen.
Struktur perekonomian di Kabupaten Tabalong tahun 2015 di dominasi oleh
3(tiga) sektor besar yaitu pertambangan dan penggalian; pertanian, kehutanan dan
perikanan serta industri pengolahan. Hal ini tercermin dari sumbangan ketiga sektor
ini terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku yang cukup besar yaitu masing-
masing 52,09 persen, 10,78 persen dan 7,34 persen.

b. Data Pendapatan Perkapita dan proporsi penduduk miskin


PDRB perkapita tahun 2015 tumbuh sebesar -2,14 persen (atas dasar harga
berlaku). PDRB perkapita penduduk Tabalong tahun 2015 yang dilihat berdasarkan
harga berlaku adalah Rp. 63.279.922,00 sedangkan tingkat produktivitas yang dilihat
dari PDRB perkapita atas dasar harga konstan sebesar 0,22 persen atau jika dinilai
berdasarkan nilainya adalah sebesar Rp.53.623.124,00 lebih rendah dari tahun
sebelumnya yang sebesar Rp. 52.504.000,00 secara detail dapat dilihat pada tabel
2.8.

Laporan Akhir_II-12
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

Tabel 2.8 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Di Kabupaten Tabalong (juta rupiah), 2012-2015
Lapangan Usaha 2012 2013 2014* 2015*

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.294.349,73 1.375.797,95 1.533.071,14 1.628.976,16

Pertambangan dan penggalian 7.759.961,90 8.150.113,40 8.391.790,31 7.808.154,81

Industri Pengolahan 837.134,06 890.781,50 969.465,96 1.109.217,36

Pengadaan Listrik dan Gas 2.432,21 2.402,29 3.061,62 2.920,48

Pengadaan Air 27.140,72 29.032,01 33.409,80 37.276,56

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi 497.220,05 549.239,22 618.992,60 715.617,34

Transportasi dan Pergudangan 664.546,06 737.770,97 889.768,41 1.022.590,91

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 201.901,89 226.940,60 248337.60 276.839,91

Informasi dan Komunikasi 127.589,63 142.348,00 165.297,16 183.717,42

Jasa Keuangan 374.250,88 406.810,71 470.679,99 529.779,80

Real Estate 160.103,92 187.641,03 216.007,99 244.978,58

Jasa Perusahaan 112.237,70 124.134,89 141.762,05 156.014,57


Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial 25.982,47 29.152,33 34.607,03 38.981,10

Jasa Pendidikan 398.311,99 474.742,00 533.098,81 632.755,23

Jasa Kesehatan 319.309,31 353.794,71 407.571,51 484.224,64

Jasa Lainnya 59.849,07 67.629,45 76.637,70 90.658,29

Produk Domestik Regional Bruto 59.640,75 63.815,60 70.835,32 80.593,89


Sumber : BPS Tabalong

Tabel 2.9 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha Di Kabupaten Tabalong (juta rupiah), 2012-2015
Lapangan Usaha 2012 2013 2014* 2015*

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1.181.920,08 1.212.977,05 1.275.663,72 1.313.191,65

Pertambangan dan penggalian 6.988.652,51 7.247.187,56 7.445.364,20 7.385.470,66

Industri Pengolahan 735.351,65 752.924,92 769.608,83 836.985,84

Pengadaan Listrik dan Gas 2.714,92 2.927,43 3.431,88 4.475,69

Pengadaan Air 24.831,93 25.467,73 27.308,94 28.874,27


Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi 465.579,15 495.189,99 526.882,15 575.974,92

Transportasi dan Pergudangan 581.064,73 627.683,06 678.233,52 737.732,05

Laporan Akhir_II-13
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

Lapangan Usaha 2012 2013 2014* 2015*


Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 172.569,89 183.848,75 193.956,58 207.305,11

Informasi dan Komunikasi 116.343,02 125.281,42 134.327,24 146.850,27

Jasa Keuangan 343.950,10 367.992,22 403.687,46 447.536,96

Real Estate 139.846,88 154.454,21 165.491,24 173.851,76

Jasa Perusahaan 104.408,03 111.747,92 118.162,25 128.480,18


Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial 22.781,47 24.558,42 26.284,88 28.050,96

Jasa Pendidikan 343.530,66 368.677,10 393.968,35 418.231,43

Jasa Kesehatan 292.206,25 315.348,98 338.432,53 370.390,21

Jasa Lainnya 55.072,97 60.029,54 63.853,42 68.613,19

Produk Domestik Regional Bruto 54.285,88 55.881,88 60.453,02 65.372,73


Sumber : BPS Tabalong

c. Data Kondisi Lingkungan Strategis


Ditinjau dari Topografi, pada umumnya wilayah Kabupaten Tabalong di
bagian utara merupakan dataran tinggi dan bergunung-gunung, dimana
Pegunungan Meratus terbentang dari arah utara ke selatan bagian timur. Pada
bagian tengah merupakan daerah datar dan bergelombang, sedangkan wilayah
bagian selatan didominasi oleh dataran rendah dan rawa.
Bila dilihat bentang alamnya, ketinggian wilayah Kabupaten Tabalong
mempunyai sebaran ketinggian sebagai berikut; 26 – 100 m (41,34% atau 163.117
Ha), dan 501 - 1000 m dpl (29,78 % atau 117.530 Ha), sedangkan wilayah lainnya
memiliki ketinggian 0 – 25 m dpl (5,21% atau 18.750 Ha) dengan pola peyebaran
sebagai berikut:
1) Dataran rendah terdapat di Barat Daya (0-7 m dpl) yaitu di Kecamatan Banua
Lawas, kemudian kearah Timur mulai meninggi (7-25 m dpl) tepatnya di
Kecamatan Banua Lawas, Kelua, Tanjung dan Murung Pudak.
2) Kearah Timur dan Utara semakin tinggi lagi (25 – 100 m dpl) terdapat di
kecamatan Pugaan, Muara Harus, dan Tanta.
3) Di Wilayah Utara, Selatan serta Barat Laut ketinggiannya 1 – 1000 m dpl yaitu di
Kecamatan Jaro, Muara Harus, Muara Uya, Haruai dan Upau. Ketinggian diatas
1000 m dpl hanya terdapat di Kec. Muara Uya.
Kelerengan lahan bervariasi terdiri dari kelerengan 0-2% (94.703 Ha), 3-8%
(34.824 Ha), 8-15% (55.366 Ha), 15-25% (90.762Ha), 25-40% (37.590 Ha) dan >

Laporan Akhir_II-14
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

40% (46,750 Ha). Kelerengan terjal/curam terdapat di Kecamatan Jaro, Muara Uya,
Haruai dan Upau. Kelerengan 8-15% sampai dengan 25-40% berpotensi untuk
perkebunan, lereng 0-8% berpotensi untuk tanaman pangan, lereng 8-15%
berpotensi untuk tanaman pangan lahan kering dengan terasering dan lereng > 40%
untuk hutan lindung
Berdasarkan relief permukaan dan batuan yang menyusunnya, wilayah
Kabupaten Tabalong terbagi dalam 6 (enam) satuan geomorfologi.
1) Satuan Geomorfologi Dataran Aluvium
Satuan ini menempati bagian barat daya, merupakan dataran aluvium sungai
dan rawa dengan relief permukaan datar yang mempunyai kemiringan kurang
dari 5%. Bentang alam dataran aluvium sungai dan rawa berada pada elevasi
mencapai 10 m di atas permukaan laut dan umumnya ditumbuhi oleh hutan
rawa. Satuan ini disusun oleh endapan aluvium sungai dan rawa, umumnya
bersifat kurang padu hingga lepas, terdiri dari pasir, lanau, lempung dan Lumpur.
Pada beberapa tepian sungai utama seperti Sungai Tabalong dan beberapa
anak cabangnya, merupakan daerah dataran limpah banjir yang disusun oleh
endapan aluvium sungai. Penggunaan lahan yang ada saat ini, untuk sekitar
permukaan ditumbuhi oleh sawah, sedangkan di sekitar permukaan ditumbuhi
oleh tanaman sawah, sedangkan di sekitar tepian sungai ditumbuhi oleh
tanaman rawa.

2) Satuan Geomorfologi Bergelombang


Satuan geomorfologi ini menempati bagian tengah dan selatan. Relief
permukaan bergelombang lemah dengan kemiringan lereng dari 3% s/d 15%
dan elevasi dari 10m s/d 75m di atas permukaan laut. Satuan geomorfologi ini
disusun oleh batuan sedimen berumur tersier yang telah mengalami lipatan dan
patahan dari formasi Dahor, Warukin, Berai dan Tanjung. Batuan ini terlipat
lemah dan pada bentang alam ini menunjukkan ujung dari sumbu lipatan.
Penggunaan lahan yang ada yaitu pertanian lahan kering, perkebunan karet,
perkebunan kelapa sawit, belukar dan permukiman setempat.

3) Satuan Geomorfologi Perbukitan Sedimen Berelief Rendah


Satuan geomorfologi ini berada pada bagian tengah dan barat, menunjukkan
relief permukaan rendah dengan kemiringan lereng 15% - 30% dan elevasi dari
75m hingga 100m di atas permukaan laut. Batuan yang menyusunnya adalah
batuan sedimen berumur tersier dari formasi Warukin dan Tanjung yang terlipat

Laporan Akhir_II-15
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

dan terpatahkan. Pola pengaliran sungai umumnya dendritik dengan kerapatan


sedang. Penggunaan lahan yang ada yaitu hutan dan belukar.

4) Satuan Geomorfologi Perbukitan Sedimen Berelief Sedang


Satuan geomorfologi ini berada pada bagian timur dan barat, menunjukkan relief
permukaan sedang dengan kemiringan 30%-45% atau lebih dan elevasi dari
100m s/d 150m di atas permukaan laut. Batuan yang menyusunnya adalah
batuan sedimen berumur tersier dari formasi Berai dan Tanjung yang berlipat
dan terpatahkan. Di beberapa tempat yang disusun oleh batu gamping
membentuk topografi kars.

5) Satuan Geomorfologi Perbukitan Sedimen dan Gunung Api Berelief Tinggi


Satuan geomorfologi ini berada pada bagian timur, tengah dan barat laut, yang
menunjukkan relief permukaan tinggi dengan kemiringan lebih dari 45%, dengan
elevasi dari 150m s/d 800m di atas permukaan laut. Batuan yang menyusunnya
adalah batuan sedimen berumur tersier dan pra tersier dari formasi Berai,
Tanjung, Pitap, Haruyan dan setempat intrusi granit batanglai yang mengalami
tektonik berupa lipatan dan patahan. Satuan morfologi ini merupakan bagian dari
rangkaian pegunungan Meratus. Di beberapa tempat yang disusun oleh batu
gamping membentuk topografi kars. Pola pengaliran sungai umumnya dendritik
dengan kerapatan tinggi. Penggunaan lahan yang ada yaitu hutan lindung, hutan
produksi dan belukar.

6) Satuan Geomorfologi Perbukitan Batu Gamping


Satuan geomorfologi ini berada di bagian tengah, yang merupakan punggungan
bukit yang memanjang relatif baratdaya – timur laut dengan relief permukaan
tinggi. Kemiringan lereng lebih dari 45% dengan elevasi dari 100m hingga 300m
di atas permukaan laut. Batuan yang menyusunnya adalah batu gamping dari
formasi Berai. Penggunaan lahan yang ada yaitu hutan produksi dan hutan
konversi/lindung.

Daerah Kabupaten Tabalong sebagian besar dilalui oleh sungai, sekitar 89%
desa-desa yang ada di Kabupaten Tabalong dilalui aliran sungai. Sungai terpanjang
adalah Sungai Tabalong sepanjang ± 75 Km dengan lebar 60 meter. Sungai ini
merupakan gabungan dari Sungai Tabalong Kiwa dan Sungai Tabalong Kanan yang
berhulu di Pegunungan Meratus. Debit air rata-rata sebesar 124,5 m³/detik. Jika
hujan turun berlebihan kapasitas sungai Tabalong tidak mencukupi dan akan terjadi
banjir pada daerah rendah seperti Banua Lawas, Kelua, Pugaan, Muara Harus dan

Laporan Akhir_II-16
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

Tanta. Pola aliran Sungai Tabalong berikut anak sungainya dapat dilihat pada
Gambar 2.3 (Pola Aliran Sungai di Kabupaten Tabalong).

S. Misim
S. Tutui S. Tabalong
S. Kumap Kiwa
Pegunungan
Meratus S. Tabalong

S. Ayu
S. Uwi S. Tabalong
S. Uya Kanan
S. Mangkupum
S. Kinarum

Gambar 2.3. Pola Aliran Sungai di Kabupaten Tabalong

Berdasarkan pola aliran sungai terdapat 1 DAS yang terbagi atas dua sub
DAS dan enam sub-sub DAS dengan luas catchment area masing-masing sebagai
berikut:
a. DAS Tabalong 73.581 Ha
b. Sub DAS Tabalong Kiwa 26.110 Ha dan Tabalong Kanan 38.261 Ha
c. Sub-Sub DAS Ayu 42.812 Ha, Uwi 39.504 Ha, Tutui 36.818 Ha, Misim 39.792
Ha, Kumap 40.470 Ha dan Jaing 22.647 Ha.
Sungai Tabalong mempunyai beberapa anak sungai antara lain Sungai
Tabalong Kiwa, Tabalong Kanan, Sungai Jaing, Sungai Uya, Sungai Ayu, Sungai
Kumap, Sungai Tutui dan Sungai Misim.
Sungai-sungai lain yang terdapat di Kabupaten Tabalong antara lain sungai
Anyar, sungai Jaing, dan sungai Kinarum.
Iklim di Kabupaten Tabalong beriklim panas (tropis), Kelembaban udara
maksimum pada tahun 2012 berkisar antara 92% – 99% dan kelembaban udara
minimum antara 73% - 87%, sementara kelembaban udara rata-rata setiap bulan
adalah 87% – 93%.
Temperatur udara di suatu tempat dipengaruhi oleh ketinggian tempat dari
permukaan laut dan jarak dari pantai. Temperatur maksimum di Kabupaten
Tabalong 28º C sampai dengan 32º C, temperatur udara minimum berkisar antara
23º sampai 26º C dan temperatur udara rata-rata 25ºC sampai 28º C.
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim,
keadaan topografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu curah

Laporan Akhir_II-17
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Curah hujan maksimum
pada tahun 2012 terjadi pada bulan Desember yaitu 155 mm sedangkan curah hujan
minimum terjadi pada bulan Juli dan Agustus yaitu 0 mm. Jumlah seluruh curah
hujan selama tahun 2012 adalah 2.811 mm dan jumlah hari hujan adalah 156 hari.
Rata-rata penyinaran matahari yang dipantau pada pukul 06.00 – 18.00
terlihat intensitas cukup bervariasi tiap bulannya. Penyinaran matahari dengan
intensitas tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu 62,5 persen dan intensitas terendah
terjadi pada bulan Maret yaitu 17 persen.
Kondisi klimatologi di Kabupaten Tabalong disajikan pada Tabel 2.2 (Curah
dan Hari Hujan, Temperatur, Kelembaban Udara Serta Penyinaran Matahari di
Kabupaten Tabalong).
Tabel 2.10.
Jumlah Curah dan Hari Hujan, Temperatur, Kelembaban udara
serta Penyinaran Matahari Di Kabupaten Tabalong
Curah Hujan Hari Temperatur Kelembaban Penyinaran
Bulan Rata- Hujan Udara Rata- Udara Rata- Matahari
o
rata(mm) (hari) rata ( C) rata (%) (%)
Januari 7,4 17 28 89 38
Februari 9,1 16 28 89 18
Maret 12 23 26 93 17
April 9,5 16 27 90 34
Mei 3,7 8 27 90 49
Juni 4 9 27 93 61
Juli 9,5 8 26 92 62,5
Agustus 4 10 26 90 59
September 1,7 4 26 91 47,5
Oktober 3 8 26 87 51
Nopember 7,5 16 26 88 31
Desember 20,5 21 25 89 27,5
Sumber : Monografi Kabupaten Tabalong Tahun 2013.

Tanah di Kabupaten Tabalong terdiri dari lima jenis yaitu Aluvial, Podsolik,
Potsol, Organosol Gleyhumus dan Komplek Podsolik Merah Kuning, Laterit, Litosol
dan Latosol. Jenis yang terbanyak adalah adalah tanah Podsolik sebanyak 41,99%
atau 151.168 Ha yang terdapat di sembilan kecamatan, kecuali Kecamatan Banua
Lawas dan Kelua. Tanah Komplek Merah Kuning, Laterit, Litosol dan Latosol seluas
106.766 Ha (29,66%) hanya terdapat di Kecamatan Muara Uya dan Haruai.
Kemiringan lerengnya didominasi oleh lahan dengan kemiringan rendah (0-
5%), sisanya memiliki kemiringan sedang (15-40%) dan lebih dari 40%. Kedalaman
efektif tanah rata-rata lebih dari 90 cm (97,8%), dan sebagian besar tanahnya
bertekstur halus.
Berdasarkan jenis tanahnya Kabupaten Tabalong sesuai untuk budidaya
tanaman pangan lahan kering, perkebunan dan kehutanan berbasis agroforestri

Laporan Akhir_II-18
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

karena sebesar ± 43,17% dari luas wilayahnya tanah berjenis podsolik merah
kuning. Jenis tanah podsolik merah kuning ini memiliki sifat yang sangat rentan
yaitu mudah tercuci, peka erosi, permeabilitas rendah dan agregat kurang stabil.
Jenis tanah ini tingkat kesuburannya sangat tergantung pada jenis vegetasi yang
menjadi penutupnya, dan penggunaan jenis tanah ini harus dengan sistem siklus
unsur hara tertutup. Pola yang sesuai untuk dikembangkan adalah agroforestri yaitu
pola pengkombinasian tanaman pertanian dengan tanaman kehutanan. Untuk
pertanian lahan basah cocok pada tanah berjenis aluvial dan organosol gleihumus
yang melingkupi ± 5,13% wilayah Kabupaten Tabalong.

d. Data Resiko Bencana Alam


Menurut buku Indeks Resiko Bencana Indonesian (IRBI) tahun 2013 yang
diterbitkan oleh Badan Penanggulangan Bencana nasional, ancaman bencana yang
ada di Provinsi Kalimantan Selatan adalah Banjir, Kebakaran Permukiman,
Kekeringan, Cuaca Ekstrim, Longsor serta Kebakaran Hutan dan lahan. Secara
umum score Indeks Resiko Bencana di Kabupaten Tabalong adalah 152 masuk
dalam kelas resiko tinggi. Secara detail Indeks Resiko Bencana di Kabupaten
Tabalong digambarkan dalam tabel 2.11

Tabel 2.11
Indeks Resiko Bencana di Kabupaten Tabalong
Kelas
No Jenis Resiko Bencana Skor
Resiko
1 Kekeringan 24 Tinggi
2 Cuaca Ekstrim 14 Sedang
3 Longsor 24 Tinggi
4 Kebakaran Hutan dan Lahan 36 Tinggi
5 Banjir 36 Tinggi
Sumber : IRBI 2013

e. Isu-isu strategis terkait pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya (capaian


pelayanan dan kualitas)
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2014 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang telah
ditetapkan target pelayanan dasar tahun 2019 sebagai berikut:
1) Penyediaan air minum 81,77%
2) Penyediaan sanitasi :
a) Layanan air limbah 60%
b) Pengurangan sampah perkotaan 20%
c) Pengangkutan sampah 70%

Laporan Akhir_II-19
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

d) Pengoperasian TPA 70%


e) Layanan sistem drainase 50%
3) Penataan Bangunan dan Lingkungan 60%
4) Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan 10%
RPJMN 2015-2019 mengamanatkan bahwa pada tahun 2019 Indonesia
harus dapat mencapai target universal access 100-0-100. Artinya, tahun tersebut
setiap masyarakat Indonesia baik yang tinggal di perkotaan maupun kawasan
perdesaan sudah memiliki akses 100% terhadap sumber air minum aman, 0%
kekumuhan dan fasilitas sanitasi yang layak 100%.

Tabel 2.12
Standar Pelayanan Minimal
Target
No Jenis Pelayanan Dasar Satuan Target Tahun 2014 Tahun
2019
SPM Kabupaten/Kota
Sangat Buruk 40%
persentase penduduk Buruk 50%
Penyediaan air yang mendapatkan %
1 Sedang 70% 81,77%
minum akses air minum yang Penduduk
aman Baik 80%
Sangat Baik 100%

Sistem On Site 60%


persentase penduduk Sistem Off Site
% Skala
yang terlayani sistem air 60%
Penduduk Komunitas/ 5%
limbah yang memadai
Kawasan/
Kota
persentase pengurangan %
20% 20%
sampah di perkotaan Penduduk
persentase %
Penyediaan 70% 70%
2 pengangkutan sampah Penduduk
sanitasi %
persentase
pengopera - 70%
pengoperasian TPA
sian TPA
persentase penduduk %
50%
yang terlayani sistem penduduk
jaringan drainase skala
kota sehingga tidak %
50%
terjadi genangan (lebih pengurang
50%
dari 30 cm, selama 2 an
jam) lebih dari 2 kali genangan
setahun
Penataan persentase jumlah Izin IMB (Izin
3 Bangunan dan Mendirikan Bangunan IMB Mendirikan 100% 60%
Lingkungan (IMB) yang diterbitkan Bangunan)

Laporan Akhir_II-20
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

Target
No Jenis Pelayanan Dasar Satuan Target Tahun 2014 Tahun
2019
HSBGN (Harga
Satuan
Bangunan 100%
Gedung
Negara)
Penangan persentase
Pemukiman berkurangnya luasan
4 Ha 10% 10%
Kumuh permukiman kumuh di
Perkotaan kawasan perkotaan

Kondisi capaian SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang di


Kabupaten Tabalong dan permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:
1) Sektor persampahan,
a) pengurangan sampah baru mencapai 3,22% pada tahun 2015 sedangkan
target 20% di tahun 2019
b) pengangkutan sampah baru mencapai 65,88% sedangkan target 100% di
tahun 2019 terdapat gap 34,22%
c) pengoperasian TPA baru mencapai 60,2% sedangkan target 100% di tahun
2019 terdapat gap 39,08%
d) Peran KSM dalam pengelolaan TPS 3R masih kurang
e) Kesadaran masyarakat dalam pemilahan sampah masih kurang
f) Armada angkut masih kurang
g) Alat berat yang tersedia di TPA masih belum memadai
h) TPA sendiri masih sistem open dumping
2) Sektor air limbah
a) Jumlah penduduk yang mendapat akses air limbah mencapai 84,28% pada
tahun 2015 sedangkan target 100% pada tahun 2019 terdapat gap 15,72%
b) Kondisi tangki septik belum sesuai standar
c) Saluran pembuangan air limbahnrumah tangga masih menyatu dengan
saluran drainase
d) MCK/IPAL komunal baru mulai dibangun
e) Kesadaran masyarakat untuk PHBS masih rendah
f) Penolakan terhadap sistem IPAL komunal on site ataupun offsite
g) Koordinasi lintas SKPD dalam penanganan air limbah masih lemah
3) Sektor air minum
a) Penduduk yang mendapatkan akses air minum yang aman mencapai
55,81% sedangkan target 100% ditahun 2019, terdapat gap 44,19%

Laporan Akhir_II-21
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

b) Masih terdapat 17 Desa rawan air


c) Idle kapasity !PA 234,76 lt/det dari 390 lt/det
d) Jangkauan layanan air minum masih kurang
e) Permintaan layanan air minum makin tinggi
f) Kemampuan APBD mensupport penyediaan jaringan distribusi terbatas
g) Kinerja PDAM masih perlu ditingkatkan (SDM, akurasi data dan informasi)
4) Sektor penanganan kumuh
a) Pengurangan luas kawasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan baru
1% pada tahun 2015 dari target 10% di tahun 2019 terdapat gap 9%
b) Luasan kawasan permukiman kumuh di perkotaan cenderung mengalami
peningkatan yaitu 121,17% di tahun 2016
5) Sektor drainase
a) Penduduk yang terlayani sistem jaringan drainase skala kota sehingga tidak
terjadi genangan lebih dari 30cm selama 2 jam lebih dari 2 kali setahun baru
mencapai 5,38% tahun 2015 sedangkan target 100% tahun 2019 terdapat
gap 94,62%

Laporan Akhir_II-22
Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

Tabel 2.13
Indikator Pencapaian Eksisting Pelayanan Dasar Terhadap Gerakan 100-0-100 di Kabupaten Tabalong
Target Capaian Thn
No Jenis Pelayanan Dasar Satuan Target Tahun 2014 GAP RPJMN 2015-2019
Tahun 2019 2015
1 Penyediaan Persentase penduduk yang Sangat Buruk 40% 100% air minum
air minum mendapatkan akses air minum Buruk 50% GAP 44,19%
yang aman
% Penduduk Sedang 70% 81.77% 55,81%
Baik 80%
Sangat Baik 100%
2 Penyediaan Persentase penduduk yang Sistem On Site 60% 100% air limbah
sanitasi terlayani sistem air limbah yang % Penduduk 60% 84,28% GAP 15,72%
memadai Sistem Off Site 5%
Persentase pengurangan sampah
% Penduduk 20% 20% 3,22%
di perkotaan
Persentase pengangkutan 100% pengangkutan
% Penduduk 70% 70% 65,88%
sampah sampah, GAP 34,22%
Persentase pengoperasian TPA % 100% pengoperasian, GAP
pengoperasian - 70% 60,2% 39,08%
TPA
Persentase penduduk yang % penduduk 50%
terlayani sistem jaringan drainase 100% drainase, GAP
skala kota sehingga tidak terjadi 94,62%
% pengurangan 50% 5,38%
genangan (lebih dari 30 cm, 50%
selama 2 jam) lebih dari 2 kali genangan
setahun
3 Penataan Persentase jumlah Izin IMB 100%
Bangunan Mendirikan Bangunan (IMB) yang
IMB 60% 89,74%
dan diterbitkan HSBGN 100%
Lingkungan
4 Penangan Persentase berkurangnya luasan 0% kumuh, GAP 9%
Pemukiman permukiman kumuh di kawasan
Ha 10% 10% 1%
Kumuh perkotaan
Perkotaan

Laporan Akhir_II-27

Anda mungkin juga menyukai