Anda di halaman 1dari 51

PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

BAB II
PROFIL KABUPATEN BULELENG

2.1 Wilayah Administrasi


Wilayah Kabupaten Buleleng yang luasnya 136.588 Ha secara administrasi terbagi dalam 9
Kecamatan dengan 129 desa, 19 kelurahan, 550 dusun/banjar dan 58 lingkungan. Secara
administrasi batas-batas Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut:
- Utara : Laut Bali/Laut Jawa
- Timur : Kabupaten Karangasem
- Selatan : Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung,
Kabupaten Bangli
- Barat : Kabupaten Jembrana
Secara lebih jelas mengenai luas wilayah serta pembagian daerah administrasi di
Kabupaten Buleleng ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1
Luas Wilayah per Kecamatan dan Jumlah Desa/ Kelurahan di Kabupaten Buleleng
Jumlah (%) thd Luas
No. Kecamatan Luas (Ha)
Desa/Kelurahan Kabupaten
1. Gerokgak 14 35.667 26,11
2. Seririt 21 11.178 8,18
3. Busungbiu 15 19.662 14,40
4. Banjar 17 17.260 12,64
5. Sukasada 15 17.293 12,66
6. Buleleng 29 4.694 3,44
7. Sawan 14 9.252 6,77
8. Kubutambahan 13 11.824 8,66
9. Tejakula 10 9.768 7,15
Total 148 136.588 100,00
Sumber : Buleleng Membangun, Tahun 2016

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 1
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

2.1 PETA ORIENTASI WILAYAH

RENCANA PROGRAM INVESTASI


JANGKA MENENGAH RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
TAHUN 2017-2021

Peta 2.1. Orientasi Kabupaten Buleleng Terhadap Provinsi Bali

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022 II - 2
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

2.1 PETA WILAYAH ADMINISTRASI

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA


MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
TAHUN 2017-2021 Peta 4.2. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Buleleng

Peta 2.2. Wilayah Administrasi Kabupaten Buleleng

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022 II - 3
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Buleleng


Kabupaten Buleleng memiliki berbagai keunggulan untuk mengembangkan potensi
unggulan daerah. Keunggulan tersebut antara lain berupa keunggulan alamiah kecocokan lahan
dengan tanaman di atasnya dan kultur masyarakat Buleleng yang senang bekerja, terutama
berkebun/ berladang/bertani yang erat kaitannya dengan sosial budaya dan keagamaan. Selain
itu, juga memiliki keunggulan kompetitif yang perlu terus ditingkatkan dengan meningkatkan
teknologi inovatif, efisiensi produksi, dan peningkatan keterampilan sumber daya manusia,
keberlanjutan dan ramah lingkungan, produksi bersih dari penggunaan bahan kimia yang tidak bisa
ditoleransi oleh alam, peningkatan upaya-upaya perbaikan dan perluasan aspek pemasaran untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan keunggulan dan potensi yang dimiliki, Kabupaten Buleleng mempunyai
beberapa produk unggulan diantaranya :
1) Pertanian hortikultura, yaitu mangga, rambutan dan durian; (mangga,pisang,
rambutan)
2) Perkebunan, yaitu kopi robusta; (tembakau virginia)
3) Peternakan, yaitu sapi dan babi; (+ayam)
4) Perikanan, terdiri dari ikan kerapu, ikan bandeng;
5) Industri kecil/kerajinan, terdiri dari anyaman inovatif dan anyaman bambu.
2.2.1 Potensi Pertanian
Sebagaimana arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW Kabupaten Buleleng bahwa
kawasan peruntukan pertanian dirancang seluas 48.741,51 Ha atau seluas 35,68% dari luas
wilayah Kabupaten Buleleng yang mencakup:
1. Kawasan peruntukan tanaman pangan seluas sekitar 10.992 Ha
2. Kawasan peruntukan hortikultura seluas 5.391 Ha
3. Kawasan Peruntukan perkebunan seluas sekitar 20.274 Ha
4. Kawasan peruntukan peternakan
5. Kawasan peruntukan perikanan

2.2.2 Potensi Tanaman Pangan


Kawasan peruntukan tanaman pangan seluas 10.992 Ha dengan jenis tanaman pangan
yang banyak dikembangkan adalah padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan
kacang hijau. Produksi padi sawah merupakan yang terbesar di Kabupaten Buleleng yaitu sebesar
128.209 ton dengan luas panen 21.135 Ha.Tanaman jagung menempati posisi kedua dengan
produksi 15.850 ton. Sedangkan produksi tanaman pangan yang terkecil adalah kedelai dengan
produksi 20 ton. Lebih jelasnya data produksi dan luas panen bisa dilihat pada tabel berikut.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 4
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Tabel 2.2
Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Buleleng Tahun 2015
No. Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (ton)
1. Padi Sawah 21.135 128.209
2. Jagung 5.674 15.850
3. Ubi Kayu 753 7887
4. Ubi Jalar 9 101
5. Kacang Tanah 1061 1.215
6. Kedelai 18 20
7. Kacang Hijau 134 82
Sumber: Buleleng Membangun, 2016

2.2.3 Potensi Tanaman Hortikultura dan Buah


Kawasan peruntukan tanaman hortikultura seluas 5.391 Ha, dengan komoditas yang
potensial dan banyak dikembangkan adalah:
- Komoditas tanaman buah-buahan: mangga dan rambutan yang banyak dikembangkan
di Kecamatan Tejakula, Kubutambahan, Sawan dan Gerokgak; tanaman pisang hampir
di semua kecamatan; durian, wani dan manggis di Kecamatan Sawan, Banjar dan
Busungbiu. Pembibitan tanaman buah-buahan di Desa Suwug, Sinabun dan Sudaji
Kecamatan Sawan; Desa Bila Kecamatan Kubutambahan; dan Desa Les Kecamatan
Tejakula.
- Komoditi sayur-sayuran dataran tinggi di Kecamatan Sukasada dan sayuran dataran
rendah di Kecamatan Kubutambahan, Sawan dan Seririt.
- Tanaman hias banyak dikembangkan di Kecamatan Sukasada dan Banjar.
- Tanaman biofarmaka banyak dikembangkan di Kecamatan Seririt, Busungbiu dan
Banjar.
Produksi tanaman buah-buahan yang dominan ada di Kabupaten Buleleng yaitu mangga,
pisang dan rambutan. Pada Tahun 2015 populasi tanaman mangga mencapai 556.542 pohon
dengan jumlah produksi mencapai 36.732 ton terjadi penurunan produksi jika dibandingkan
dengan tahun 2014 yang sebanyak 682.123 ton dari populasi pohon sebanyak 27.711 pohon.
Sedangkan yang paling sedikit yaitu nenas, jambu biji, salak dan semangka. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 2.3

Tabel 2.3
Jumlah Tanaman dan Produksi Buah-Buahan di Kabupaten Buleleng
Tahun 2015
No. Komoditas Jumlah Tanaman (pohon) Produksi (ton)
1. Mangga 556.542 36.732
2. Rambutan 242.542 12.626
3. Jeruk 433.939 10.082
4. Durian 82.603 4.496
5. Pisang 1.576.827 22.990
6. Anggur 551.964 11.038
7. Alpokat 11.022 618
8. Duku 15.753 537
9. Sawo 31.638 969
10. Jambu Biji 11.967 170
11. Pepaya 119.507 1.803
12. Nenas 5.080 22
13. Salak 120.513 232

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 5
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

No. Komoditas Jumlah Tanaman (pohon) Produksi (ton)


14. Semangka 13 288
15. Strawberry 33 558
Sumber: Buleleng Membangun, 2016

Komoditas tanaman sayur lebih beragam dibandingkan dengan komoditas tanaman


pangan. Dilihat dari jumlah produksi, tanaman cabe termasuk paling dominan di Kabupaten
Buleleng yaitu sebesar 6.006 ton dengan luas panen tahun 2015 sebesar 1.311 Ha. Sedangkan
jumlah produksi paling sedikit yaitu komoditas terung, mentimun, buncis, dan bawang putih. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.4
Tabel 2.4
Luas Areal Panen dan Produksi Sayur-sayuran di Kabupaten Buleleng
Tahun 2015
No. Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (ton)
1. Bawang Merah 28 142
2. Bawang Putih 1 10
3. Bawang Daun 4 43
4. Kentang 25 560
5. Kubis 61 1.063
6. Sawi 29 365
7. Wortel 58 1.480
8. Kacang Panjang 3 20
9. Cabe 1.311 6.006
10. Tomat 17 755
11. Terung 0 0
12. Buncis 1 2
13. Mentimun 0 0
14. Kangkung 1 47
15. Bayam 6 16
Sumber: Buleleng Membangun, 2016

2.2.4 Potensi Perkebunan


Kawasan peruntukan perkebunan seluas 20.274 Ha.Tanaman perkebunan yang banyak
dikembangkan di Kabupaten Buleleng seperti Kelapa, kopi, cengkeh, kakao, jambu mete, kapok,
dan tembakau. Dari jenis tersebut tanaman kopi yang dapat dibudidayakan dan berkembang
dengan baik di dataran tinggi hampir di semua kecamatan di Kabupaten Buleleng kecuali
Kecamatan Gerokgak dan Kecamatan Buleleng yang wilayahnya berada di dataran rendah. Petani
kopi di Kabupaten Buleleng sudah menguasai teknik budidaya kopi dengan teknik menyambung
sehingga ketinggian pohon dan jumlah cabang dalam satu pohon bisa diatur.

Tabel 2.5
Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Buleleng
Tahun 2015
No. Komoditas Luas (Ha) Produksi (ton)
1. Kopi Robusta 10.512,91 9.454,62
2. Kopi Arabika 2.789,00 2.589,37
3. Kakao 1.207,50 1.768,30
4. Cengkeh 7.754,82 4.907,40
5. Vanili 0,00 0,00
6. Tembakau Virginia 394,50 724.763,00
7. Kelapa Dalam 8.773,69 8.994,98
8. Kelapa Hibrida 39,60 30,41
9. Aren 137,00 16,29

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 6
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

No. Komoditas Luas (Ha) Produksi (ton)


10. Lontar 184,00 48,55
11. Kelapa Genjah 79,05 174,41
12. Kapas 26,50 0,00
13. Jambu Mete 1.813,00 478,04
14. Kapok 257,75 72,84
15. Lada 5,00 0,00
Sumber: Buleleng Membangun, 2016

Dari Tabel 2.5 menunjukkan bahwa tembakau virginia merupakan produk perkebunan
yang paling dominan dengan produksi sebanyak 724.763 ton dengan areal pengembangan seluas
394,50 Ha. Produk perkebunan berikutnya yang banyak produksinya yaitu kopi robusta, dengan
areal pengembangan di Tahun 2015 seluas 10.512,91 Ha dengan produksi mencapai sebanyak
9.454,62 ton. Sedangkan areal kopi arabika seluas 2.789 Ha dengan produk mencapai 2.589,37
ton. Selain dipasarkan dalam bentuk bijian, di Buleleng sudah ada industri yang mengolah biji kopi
menjadi kopi bubuk. Pemasaran kopi bubuk menjangkau pasar lokal dan nasional. Cengkeh dan
kelapa dalam juga merupakan salah satu produk perkebunan unggulan, melihat luas areal yang
mencapai 7.754,82 Ha dan 8.773,69 Ha.

2.2.5 Potensi Peternakan


Potensi ternak yang ada dan sudah berkembang selama ini adalah :
- Ternak besar : sapi, babi, kambing dan kerbau.
- Ternak unggas : itik.
Berikut disajikan data jumlah populasi ternak dan produksi hasil peternakan di Kabupaten
Buleleng pada Tahun 2015.
Tabel 2.6
Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Buleleng Tahun 2015
No. Komoditas Jumlah Populasi (ekor)
1. Sapi Potong 119.473
2. Kerbau 103
3. Babi 340.479
4. Kambing 28.470
5. Kambing Kacang 5.990
6. Itik 70.662
7. Ayam 1.789.089
8. Aneka Ternak 33.926
Sumber : Buleleng Membangun, 2016

Tabel 2.7
Jumlah Ternak yang dipotong pada RPH di Kabupaten Buleleng Tahun 2015
No. Komoditas Jumlah
1. Sapi 6.671
2. Kerbau 35
3. Kambing 5.274
4. Babi 89.602
Sumber : Buleleng Membangun, 2016

Ternak sapi dikembangkan di semua kecamatan di Kabupaten Buleleng. Dengan


melibatkan kelompok-kelompok tani ternak khususnya di wilayah Kecamatan Gerokgak, Seririt,

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 7
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Tejakula, Buleleng dan Sukasada merupakan penghasil ternak sapi potong yang cukup banyak di
Kabupaten Buleleng. Populasi sapi potong di Kabupaten Buleleng tahun 2015 mencapai 119.473
ekor, dengan banyaknya sapi yang dipotong mencapai 6.671 ekor. Selain dipasarkan di pasar lokal
Bali, juga pasar nasional sampai ke Jakarta.
Ternak babi juga dikembangkan di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Buleleng.
Populasi ternak babi tahun 2015 mencapai 340.479 ekor dengan banyaknya babi yang dipotong
per tahun mencapai 89.602 ekor.

2.2.6 Potensi Perikanan


Kabupaten Buleleng memiliki pantai sepanjang ± 157,05 Km yang membentang dari Barat
ke Timur mulai dari Desa Sumberkelampok di Kecamatan Gerokgak sampai Desa Tembok di
Kecamatan Tejakula. Di dalamnya terkandung berbagai jenis ikan, baik ikan pelagis, ikan demarsal
maupun ikan karang yang diperkirakan potensi lestarinya sebesar 12.358 ton per tahun. Luas lahan
potensial untuk budidaya laut diperkirakan ± 1.000 Ha, dengan rincian: budidaya Kerapu dan
Bandeng sebanyak 500 Ha, Rumput Laut sebanyak 250 Ha, dan Mutiara sebanyak 250 Ha.
Potensi kawasan yang dapat dikembangkan untuk perikanan mencakup:
 Perikanan tangkap, meliputi :
- Perikanan tangkap di perairan umum (danau, sungai dan waduk) yang telah
dilakukan oleh nelayan di Kecamatan Banjar dan Sukasada. Potensi perairan umum
di Kabupaten Buleleng mencapai luas ± 471,3 Ha, terdiri dari dua buah danau
dengan luas 446 Ha, perairan sungai 25 Ha dan saluran irigasi 0,30 Ha. Produksi
tangkapan di perairan umum mencapai 58,9 ton pada Tahun 2008, sedangkan
produksi budidaya dalam karamba jaring apung (KJA) mencapai 0,5 ton.
- Perikanan tangkap di perairan laut yang selama ini telah dilakukan oleh nelayan di
Kecamatan Gerokgak, Seririt, Banjar, Buleleng, Sawan, Kubutambahan dan
Tejakula. Potensi lestari penangkapan ikan diperkirakan mencapai 12.538
ton/tahun.Berdasarkan data Tahun 2007, produksi perikanan laut baru mencapai
11.173,90 ton yang berarti pemanfaatannya baru 89,12% dari potensi lestari.
 Perikanan budidaya, meliputi :
- Perikanan budidaya di danau Buyan dan Tamblingan berupa karamba jaring apung.
- Perikanan budidaya kolam permanen, semi permanen maupun kolam tanah. Jenis
ikan yang telah dikembangkan dan potensial terus dikembangkan adalah lele, nila,
gurami dan mujair.
- Perikanan budidaya di saluran irigasi.
- Perikanan budidaya tambak, dengan jenis yang banyak dikembangkan adalah
tambak udang dan bandeng. Luas potensi lahan untuk budidaya ikan dan udang di
tambak adalah ± 500 Ha, terdiri dari lahan pasang surut 350 Ha dan non pasang
surut 150 Ha. Luas pemanfaatan budidaya tambak tahun 2007 adalah seluas 155,3
Ha dengan produksi sebesar 949,2 ton.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 8
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

- Perikanan budidaya laut, meliputi : budidaya rumput laut di wilayah Teluk


Banyuwedang dan Teluk Pegametan; budidaya karamba jaring apung di Kecamatan
Gerokgak dan Seririt; budidaya tiram mutiara di wilayah Kecamatan Gerokgak.
Potensi budidaya laut mencapai 1.000 Ha yang terdiri dari potensi budidaya Kerapu
dan Bandeng 500 Ha dengan pemanfaatan baru mencapai 8,31%. Produksi pada
tahun 2007 mencapai 7 ton Kerapu dan 0,5 ton Bandeng. Potensi budidaya Mutiara
250 Ha yang pemanfaatannya baru seluas 183 Ha (73,20%) dengan produksi
sebanyak 24.106 butir mutiara, 165.638 ekor sepat, dan cakang mutiara sebanyak
17,3 ton. Sedangkan potensi budidaya rumput laut seluas 250 Ha dengan
pemanfaatan 250 Ha dan produksi 1275,5 ton.
- Pembenihan ikan air tawar maupun payau. Jumlah pembenihan swasta untuk
komoditi Bandeng sebanyak 52 pengusaha dan 525 orang pembenihan sekala
rumah tangga dengan produksi 749.750.000 ekor yang terdiri dari 4.000 buah bak
larva. Jika ada pemasaran optimal maka potensi produksi bisa mencapai
2.200.000.000 ekor per tahun. Pembenihan udang galah di Kabupaten Buleleng
dilakukan oleh 3 orang pengusaha dengan jumlah bak sebanyak 70 buah. Potensi
produksi per tahun mencapai 323.000 ekor dan saat ini produksinya tidak ada
karena masih uji coba.
 Pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, meliputi :
- Sentra-sentra industri kecil dan industri rumahan yang mengolah hasil-hasil
perikanan terdapat di Kecamatan Gerokgak, Seririt, Banjar, Buleleng, Sawan,
Kubutambahan dan Tejakula.
- Industri perikanan yang tersebar di kawasan pelabuhan Sangsit Kecamatan Sawan
dan Gerokgak.
- Sentra-sentra industri kecil kemaritiman terdapat di Kecamatan Gerokgak, Seririt,
Banjar, Buleleng, Sawan, Kubutambahan dan Tejakula.
- Sentra industri garam di Kecamatan Gerokgak dan Tejakula.
- Pasar ikan di Desa Anturan Kecamatan Buleleng dan Desa Kubutambahan
Kecamatan Kubutambahan.

2.2.7 Potensi Industri


Kawasan perindustrian mencakup kawasan :
a) Kawasan peruntukan aneka industri Celukan Bawang yang meliputi : Desa Patas, Tinga-
tinga, Celukan Bawang, Pengulon dan Tukad Sumaga di Kecamatan Gerokgak seluas
sekitar 1.762 Ha.
b) Sentra-sentra industri kecil kreatif dan kerajinan rumah tangga, makanan olahan dan
unggulan lainnya yang lokasinya tersebar pada kawasan permukiman.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 9
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

c) Pengembangan agroindustri di kawasan Agropolitan Depeha, Tista, Banjar dan


Pancasari.
Industri yang berkembang di Kabupaten Buleleng merupakan industri rumah tangga
(home industry). Dengan bantuan permodalan dan bimbingan instansi teknis terkait, produk
industri yang dapat dikembangkan berupa industri rumah tangga kerajinan anyaman bambu yang
terutama dikembangkan di Desa Sangket Kecamatan Sukasada, dan anyaman inovatif terutama
dikembangkan di Desa Ambengan Kecamatan Sukasada. Kedua jenis produksi kerajinan itu selain
telah memasuki pasar lokal, juga menjangkau pasar nasional dan pasar internasional. Tantangan
yang dihadapi adalah produksi kerajinan inovatif Desa Ambengan yang semestinya sudah memiliki
merk tersendiri, namun sampai saat ini belum memiliki merk sendiri. Hal ini dimanfaatkan oleh
pengusaha dari daerah lain dengan memberi merk dan dipasarkan ke pasar internasional oleh
pengusaha dari Denpasar dan Gianyar. Dengan adanya merk dan ciri khas daerah asal, diharapkan
akan meningkatkan daya jual dan pada akhirnya akan mensejahterakan para perajinnya.
Sektor industri bukan merupakan sektor utama dalam roda penggerak perekonomian di
Kabupaten Buleleng, akan tetapi diharapkan sektor ini akan memberikan peranan yang lebih besar
lagi. Jumlah industri formal di Kabupaten Buleleng Tahun 2015 tercatat 39 unit usaha. Ditinjau dari
persebaran, unit-unit industri tersebar di semua kecamatan, namun paling banyak berada di
Kecamatan Buleleng. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.8

Tabel 2.8
Banyaknya Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri menurut jenis Industri
Tahun 2015
Banyaknya Nilai investasi Nilai Produksi
Tenaga Kerja
No. Jenis industri Perusahaan (Rp. 000) (ribu rupiah)
(orang)
(unit)
1. Makanan, Minuman dan
19 116 537.196 5.120.594
Tembakau
2. Tekstil, Pakaian dan Kulit 2 7 38.853 104.000
3. Kayu, Bambu, Rotan,
Rumput dan sejenisnya
6 29 260.750 1.026.000
termasuk perabot rumah
tangga
4. Kertas dan barang dari
kertas, percetakan dan - - - -
penerbitan
5. Kimia dan barang-barang
dari bahan kimia, minyak
- - - -
bumi, batu bara, karet
dan plastic
6. Barang Galian bukan
Logam kecuali minyak - - - -
bumi dan batu bara
7. Barang dari Logam, Mesin 8 29 176.080 1.318.000
dan peralatan
8. Pengolahan lainnya 4 29 409.087 998.088
Jumlah 39 210 1.421.966 8.566.682
Sumber : Buleleng Membangun, 2016

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 10
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

2.2.8 Potensi Pertambangan


Kawasan peruntukan pertambangan berupa pertambangan skala kecil, meliputi :
a) Lokasi kawasan pertambangan batuan tersebar di Kecamatan Gerokgak,
Kubutambahan, Buleleng dan Seririt;
b) Lokasi kegiatan pertambangan pengambilan air bawah tanah; dan
c) Kawasan peruntukan pertambangan sumber energi minyak lepas pantai di perairan
Laut Bali sesuai potensi yang ada setelah diadakan penelitian serta dinilai layak baik
secara ekonomis maupun lingkungan.

2.2.9 Potensi Perdagangan dan Jasa


Kabupaten Buleleng memiliki berbagai jenis fasilitas perdagangan, baik yang berupa pasar
tradisional maupun pasar modern yang tersebar di 9 (sembilan) wilayah.
1. Di Kecamatan Gerokgak yang terdiri dari 14 desa terdapat 1.432 unit fasilitas perdagangan
yaitu 13 unit berupa pasar dan 1.419 unit berupa toko,kios dan warung. Jenis pasar yang
terdapat di Kecamatan Gerokgak berupa 1 unit pasar kabupaten, 10 unit pasar desa, 1 unit
tenten dan 1 unit pasar hewan. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang
terdapat di Kecamatan Gerokgak yaitu 218 unit toko, 164 unit kios dan 1.037 warung.
2. Kecamatan Seririt yang terdiri dari 21 desa/kelurahan memiliki fasilitas perdagangan
sebanyak 1.359 unit yang terdiri 15 unit pasar dan 1.344 unit berupa toko,kios dan
warung. Jenis pasar yang terdapat di Kecamatan Seririt berupa 1 unit pasar kabupaten, 11
unit pasar desa dan 3 unit tenten. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang
terdapat di Kecamatan Seririt yaitu 677 unit toko, 125 unit kios dan 542 warung.
3. Kecamatan Busungbiu yang terdiri dari 15 desa memiliki fasilitas perdagangan sebanyak
721 unit yang terdiri dari 9 unit pasar dan 712 unit berupa toko,kios dan warung. Jenis
pasar yang terdapat di Kecamatan Busungbiu berupa 6 unit pasar desa dan 3 unit tenten.
Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang terdapat di Kecamatan Busungbiu
yaitu 32 unit toko, 30 unit kios dan 650 warung.
4. Kecamatan Banjar yang terdiri dari 17 desa memiliki fasilitas perdagangan sebanyak 800
unit yang terdiri dari 15 unit pasar dan 785 unit berupa toko, kios dan warung. Jenis pasar
yang terdapat di Kecamatan Banjar berupa 1 unit pasar kabupaten, 9 unit pasar desa dan 5
unit tenten. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang terdapat di Kecamatan
Banjar yaitu 75 unit toko, 40 unit kios dan 670 warung.
5. Kecamatan Sukasada yang terdiri dari 15 desa/kelurahan memiliki fasilitas perdagangan
sebanyak 1032 unit yang terdiri dari 4 unit pasar dan 1028 unit berupa toko, kios dan
warung. Jenis pasar yang terdapat di Kecamatan Sukasada berupa 1 unit pasar kabupaten,
2 unit pasar desa dan 1 unit pasar hewan. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non
pasar yang terdapat di Kecamatan Sukasada yaitu 388 unit toko, 59 unit kios dan 581
warung.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 11
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

6. Kecamatan Buleleng yang terdiri dari 29 desa/kelurahan memiliki fasilitas perdagangan


sebanyak 3.120 unit yang terdiri dari 19 unit pasar dan 3.101 unit berupa toko, kios dan
warung. Jenis pasar yang terdapat di Kecamatan Buleleng berupa 4 unit pasar kabupaten,
10 unit pasar desa dan 5 unit tenten. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar
yang terdapat di Kecamatan Buleleng yaitu 600 unit toko, 839 unit kios dan 1.662 warung.
7. Kecamatan Sawan yang terdiri dari 14 desa memiliki fasilitas perdagangan sebanyak 1.543
unit yang terdiri dari 9 unit pasar dan 1.534 unit berupa toko,kios dan warung. Jenis pasar
yang terdapat di Kecamatan Sawan berupa 2 unit pasar kabupaten dan 7 unit pasar desa.
Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang terdapat di Kecamatan Sawan yaitu
269 unit toko, 218 unit kios dan 1.047 warung.
8. Kecamatan Kubutambahan yang terdiri dari 13 desa memiliki sebanyak 1.328 unit yang
terdiri dari 11 unit pasar dan 1.317 unit berupa toko, kios dan warung. Jenis pasar yang
terdapat di Kecamatan Kubutambahan berupa 2 unit pasar kabupaten dan 9 unit pasar
desa. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang terdapat di Kecamatan
Kubutambahan yaitu 139 unit toko, 62 unit kios dan 1.116 warung.
9. Kecamatan Tejakula yang terdiri dari 10 desa memiliki fasilitas perdagangan sebanyak
1.745 unit yang terdiri dari 12 unit pasar dan 1.733 unit berupa toko, kios dan warung.
Jenis pasar yang terdapat di Kecamatan Tejakula berupa 11 unit pasar desa dan 1 unit
tenten. Sedangkan untuk fasilitas perdagangan non pasar yang terdapat di Kecamatan
Tejakula yaitu 413 unit toko, 204 unit kios dan 564 warung.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.9 dan Tabel 2.10 berikut.
Tabel 2.9
Jumlah Pasar di Kabupaten Buleleng Tahun 2015
Pasar Pasar
No. Kecamatan Kabupaten Pasar Desa (unit) Tenten (unit) Hewan
(unit) (unit)
1. Gerokgak 1 10 1 1
2. Seririt 1 11 3 -
3. Busungbiu - 6 3 -
4. Banjar 1 9 5 -
5. Sukasada 1 2 - 1
6. Buleleng 4 10 5 -
7. Sawan 2 7 - -
8. Kubutambahan 2 9 - -
9. Tejakula - 11 1 -
Jumlah 12 75 18 2
Sumber : Buleleng Membangun, 2016

Tabel 2.10
Jumlah Toko, Kios dan Warung di Kabupaten Buleleng Tahun 2015
No. Kecamatan Toko (unit) Kios (unit) Warung (unit)
1. Gerokgak 218 164 1.037
2. Seririt 677 125 542
3. Busungbiu 32 30 650
4. Banjar 75 40 670
5. Sukasada 388 59 581
6. Buleleng 600 839 1.662

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 12
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

No. Kecamatan Toko (unit) Kios (unit) Warung (unit)


7. Sawan 269 218 1.127
8. Kubutambahan 139 62 1.116
9. Tejakula 413 204 564
Jumlah 2.811 1.741 7.949
Sumber : Buleleng Membangun, 2016

2.2.10 Potensi Pariwisata


Luas kawasan peruntukan pariwisata adalah sekitar 36.824 Ha atau 26,95% dari luas
wilayah kabupaten, terdiri dari :
a) Kawasan pariwisata, meliputi 3 (tiga) kawasan, yaitu :
1) Kalibukbuk, mencakup: Desa Kalibukbuk, Pemaron, Tukad Mungga dan Anturan di
Kecamatan Buleleng, dan Desa Kaliasem, Temukus, dan Tigawasa di Kecamatan
Banjar.
2) Kawasan pariwisata Batu Ampar meliputi : Desa Penyabangan, Banyupoh,
Pemuteran, Sumberkima dan Desa Pejarakan di Kecamatan Gerokgak.
3) Kawasan Pariwisata Air Sanih meliputi : Desa Tembok, Sambirenteng, Penuktukan,
Les, Bondalem, Tejakula, Julah, Sembiran dan Pacung di Kecamatan Tejakula, dan
Desa Bukti Kecamatan Kubutambahan.
b) Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (DTWK)
Meliputi: Desa Pancasari dan Wanagiri di Kecamatan Sukasada, Desa Munduk, Gesing
dan Gobleg di Kecamatan Banjar, dan Desa Umejero di Kecamatan Busungbiu.
c) Daerah Tujuan Wisata (DTW)
Meliputi : DTW wisata alam (wisata alam Desa Menyali di Kecamatan Sawan, air terjun
Sekumpul di Kecamatan Sawan, Air Terjun Gitgit di Kecamatan Sukasada, wisata alam di
Desa Sambangan Kecamatan Sukasada dan sebagainya); wisata budaya/sejarah (Rumah
Peninggalan Orang Tua Bung Karno, Gedong Kerthia, Eks Pelabuhan Buleleng, Wisata
Spiritual Pulau Menjangan di Kecamatan Gerokgak dan sebagainya); dan wisata
buatan.

2.3 Demografi dan Urbanisasi


2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK
Berdasarkan registrasi penduduk, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten
Buleleng terus mengalami peningkatan dan pada Tahun 2015 mencapai sebanyak 646.200 jiwa
dengan komposisi penduduk terdiri dari 321.900 jiwa laki-laki dan perempuan sebanyak 324.300
jiwa. Sebaran jumlah penduduk menurut kecamatan berkisar 40.530 jiwa – 134.810 jiwa, terbesar
di Kecamatan Buleleng, yaitu 134.810 jiwa atau 20,86%, dan terendah di Kecamatan Busungbiu
(40.530 jiwa atau 6,27%). Jumlah KK di Kabupaten Buleleng Tahun 2015 sebesar 216.022 KK
dengan sebarannya terbesar terdapat di Kecamatan Buleleng (47.431 KK) dan jumlah terkecil
terdapat di Kecamatan Busungbiu (13.878 KK). Jumlah penduduk dan jumlah KK Kabupaten
Buleleng per kecamatan tersaji pada Tabel 2.11 berikut.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 13
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Tabel 2.11
Jumlah Penduduk dan Jumlah KK menurut Kecamatan
di Kabupaten Buleleng Tahun 2016
Jumlah Penduduk (jiwa)
No. Kecamatan Jumlah KK
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Gerokgak 41.790 41.480 82.370 27.902
2 Seririt 35.440 36.750 72.190 23.949
3 Busungbiu 20.210 20.510 40.720 12.843
4 Banjar 35.590 36.300 71.890 22.292
5 Sukasada 38.060 38.430 76.490 21.906
6 Buleleng 67.590 68.250 135.840 37.751
7 Sawan 29.730 30.510 60.240 21.171
8 Kubutambahan 28.000 27.350 55.350 17.735
9 Tejakula 27.390 26.720 54.110 20.179
Jumlah 323.800 326.300 650.100 205.728
Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2017

2.3.2 Jumlah penduduk miskin dan persebaran penduduk


Kemiskinan tidak saja merupakan permasalahan Kabupaten Buleleng, tetapi telah
merupakan permasalahan nasional dan bahkan internasional. Kompleksnya permasalahan
kemiskinan, menjadikan kemiskinan tersebut belum dapat terentaskan sampai sekarang ini dan
mungkin tidak akan terentaskan, karena kemiskinan tersebut sangat rentan, dalam artian sangat
terpengaruh oleh kondisi ekonomi (kebijakan ekonomi), kondisi politik serta keamanan dan
ketertiban suatu bangsa maupun daerah.
Berdasarkan data Basis Data Terpadu Tahun 2015, jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) di
Kabupaten Buleleng sebesar 61.994 KK. Jumlah RT miskin terbesar terdapat di Kecamatan
Gerokgak sebesar 9944 KK, sedangkan jumlah RTM terkecil terdapat di Kecamatan Busungbiu yaitu
sebesar 4064 KK. Lebih jelasnya jumlah RT Miskin di Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada Tabel
2.12 berikut.

Tabel 2.12
Jumlah Rumah Tangga Miskin Kabupaten Buleleng Tahun 2011
Prosentase
No. Kecamatan Jumlah RTM (KK)
(%)
1. Gerokgak 9.944 16,04
2. Seririt 9.518 15,35
3. Busungbiu 4.064 6,56
4. Banjar 6.994 11,28
5. Sukasada 5.897 9,51
6. Buleleng 8.054 12,99
7. Sawan 5.511 8,89
8. Kubutambahan 6.792 10,96
9. Tejakula 5.220 8,42
Jumlah 2011 61.994 100
Sumber: Basis Data Terpadu Tahun 2015

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 14
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

2.3.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk


Jika dicermati, perkembangan penduduk tingkat kabupaten cenderung meningkat selama
kurun waktu 2011-2016. Jumlah penduduk Kabupaten Buleleng Tahun 2011 – Tahun 2016 dapat
dilihat pada Tabel 2.13
Tabel 2.13
Perkembangan Jumlah Penduduk
Kabupaten Buleleng Tahun 2011 - Tahun 2016
Jumlah Penduduk (Jiwa)
No. Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Gerokgak 80.645 80.520 81.220 81.940 82.640 82.370
2 Seririt 71.317 70.610 71.040 71.430 71.770 72.190
3 Busungbiu 40.423 40.110 40.270 40.450 40.530 40.720
4 Banjar 70.214 70.100 70.540 71.010 71.440 71.890
5 Sukasada 73.624 73.740 74.430 75.140 75.790 76.490
6 Buleleng 131.199 131.620 132.640 133.660 134.810 135.840
7 Sawan 59.982 59.240 59.540 59.790 60.030 60.240
8 Kubutambahan 54.767 54.430 54.640 54.870 55.120 55.350
9 Tejakula 54.867 53.930 53.980 54.010 54.070 54.110
Jumlah 637.038 634.300 638.300 642.300 646.200 650.100
Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka (Berbagai Tahun; dikompilasi)

Perkembangan penduduk tingkat kecamatan berfluktuasi karena laju pertumbuhan


penduduk berfluktuasi. Berdasarkan hasil registrasi, BPS Kabupaten Buleleng menunjukkan laju
pertumbuhan penduduk berfluktuasi antara 0,063% s/d 0,924% atau rata-rata 0,562%. Sedangkan
berdasarkan hasil sensus, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Buleleng tampak cenderung
menurun dari waktu ke waktu. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk pada tingkat kabupaten
lebih rendah dibanding pada tingkat provinsi maupun nasional. Hal ini menunjukkan pertambahan
penduduk di Kabupaten Buleleng relatif dapat dikendalikan.
Tabel 2.14
Laju Pertumbuhan Penduduk
Kabupaten Buleleng Tahun 2011 s/d 2016
Laju Pertumbuhan (%)
No. Kecamatan 2011- 2012- 2013- 2014- 2015- Rata-rata
2012 2013 2014 2015 2016
1 Gerokgak 0,877 0,869 0,886 0,854 0,762 0,849
2 Seririt 0,613 0,609 0,549 0,476 0,585 0,566
3 Busungbiu 0,300 0,399 0,447 0,198 0,469 0,362
4 Banjar 0,646 0,628 0,666 0,606 0,630 0,635
5 Sukasada 0,945 0,936 0,954 0,865 0,924 0,924
6 Buleleng 0,851 0,775 0,789 0,860 0,764 0,807
7 Sawan 0,441 0,506 0,420 0,401 0,350 0,423
8 Kubutambahan 0,461 0,386 0,421 0,456 0,417 0,428
9 Tejakula -0,019 0,093 0,056 0,111 0,074 0,063
Rata-rata 0,635 0,631 0,627 0,607 0,604 0,562

Sumber : Kab. Buleleng Dalam Angka (dikompilasi)

Dengan melihat laju pertumbuhan penduduk tiap tahun maka jumlah penduduk dapat
diproyeksikan untuk beberapa tahun mendatang. Proyeksi penduduk selama 5 tahun yaitu pada
Tahun 2015 sebesar 646.200 jiwa yang terdiri dari 189.560 jiwa penduduk perkotaan dan 456.640

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 15
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

jiwa penduduk perdesaan. Tahun 2018 penduduk di Kabupaten Buleleng diproyeksikan berjumlah
655.702 jiwa yang terdiri dari 192.988 jiwa penduduk perkotaan dan 462.714 jiwa penduduk
perdesaan. Tahun 2019 sebesar 658.982 jiwa yang terdiri dari 194.146 jiwa penduduk perkotaan
dan 464.836 jiwa penduduk wilayah perdesaan. Proyeksi penduduk Tahun 2020 sebesar 661.912
jiwa dengan 195.310 jiwa penduduk perkotaan dan 466.602 jiwa penduduk perdesaan. Sedangkan
proyeksi penduduk Tahun 2021 sebesar 665.589 jiwa yang terdiri dari 196.484 jiwa penduduk
perkotaan dan 469.105 jiwa penduduk wilayah perdesaan. Proyeksi penduduk tahun 2022 sebesar
669.015 jiwa yang terdiri dari 197.660 jiwa penduduk perkotaan dan 471.355 jiwa penduduk
wilayah perdesaan.
Jumlah penduduk Kabupaten Buleleng serta proyeksinya per kecamatan tersaji pada Tabel
2.15.
Tabel 2.15
Jumlah Penduduk Proyeksi Tahun 2018-2022 di Kabupaten Buleleng
No. Kecamatan Tahun
2016 2018 2019 2020 2021 2022
1. Gerokgak 82.370 83.195 83.611 84.029 84.449 84.972
2. Seririt 72.190 72.913 73.278 73.644 74.012 74.382
3. Busungbiu 40.720 41.128 41.333 41.540 41.748 41.956
4. Banjar 71.890 72.610 72.973 72.973 73.705 74.073
5. Sukasada 76.490 77.256 77.643 78.031 78.421 78.813
6. Buleleng 135.840 137.201 137.887 138.577 139.270 139.966
7. Sawan 60.240 60.843 61.148 61.453 61.761 62.069
8. Kubutambahan 55.350 55.904 56.184 56.465 56.747 57.031
9. Tejakula 54.110 54.652 54.925 55.200 55.476 55.753
Total 650.100 655.702 658.982 661.912 665.589 669.015
Sumber: Hasil Proyeksi Penduduk Tahun 2017

2.3.4 Jumlah Penduduk Perkotaan dan Proyeksi Urbanisasi


Dalam menentukan jumlah penduduk perkotaan, maka dilihat dulu klasifikasi kawasan
perkotaan. Penentuan kawasan perkotaan dilakukan berdasarkan RTRW Kabupaten Buleleng
Tahun 2013-2033. Menurut RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033 maka yang ditetapkan
sebagai kawasan perkotaan yaitu wilayah yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah, Pusat
Kegiatan Lokal dan Pusat Pelayanan Kawasan, seperti yang terlihat pada Tabel 2.17.
Jika dilihat dari klasifikasi kawasan perkotaan dan perdesaan berdasarkan RTRW
Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033, maka jumlah penduduk kawasan perkotaan Tahun 2015
sebesar 189.560 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Buleleng sebesar 0,60% pada
Tahun 2014-2015. Proyeksi penduduk perkotaan selama 5 tahun yaitu pada Tahun 2018 sebesar
192.988 jiwa, pada Tahun 2019 sebesar 194.146 jiwa, Tahun 2020 sebesar 195.310 jiwa, Tahun
2021 sebesar 196.484 dan Tahun 2022 sebesar 197.660 jiwa penduduk.
Lebih jelasnya klasifikasi, jumlah penduduk perkotaan dan proyeksinya dapat dilihat pada
Tabel berikut.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 16
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Tabel 2.16
Klasifikasi Kawasan Perkotaan di Kabupaten Buleleng
a.

Luas Jumlah
No. Kecamatan Desa/Kelurahan Wilayah Penduduk Klasifikasi Kawasan
(Ha) Tahun 2015
A. Gerokgak 1. Desa Gerokgak 3.020 6.500 PPK Gerokgak
2. Desa Celukanbawang 456 4.420 PPK Celukanbawang
Sub Total 3.476 10.920
B. Seririt 1. Kelurahan Seririt 223 6.850 PKL Seririt
Sub Total 223 6.850
C. Busungbiu 1. Desa Busungbiu 762 7.550 PPK Busungbiu
Sub Total 762 7.550
D. Banjar 1. Desa Banjar 908 8.790 PPK Banjar
Sub Total 908 8.790
E. Sukasada 1. Desa Pancasari 1.280 4.990 PPK Pancasari
2. Kelurahan Sukasada 715 6.760 PKW Singaraja
3. Sambangan 767 6.300 PKW Singaraja
4. Panji 1.061 9.370 PKW Singaraja
Sub Total 3.823 27.420
F. Buleleng 1. Desa Kalibukbuk 263 6.110 PPK Kalibukbuk
2. Desa Baktiseraga 151 6.940 PKW Singaraja
3. Kelurahan Banyuasri 195 6.680 PKW Singaraja
4. Kelurahan Banjar Tegal 77 4.210 PKW Singaraja
5. Kelurahan Paket Agung 75 2.170 PKW Singaraja
6. Kelurahan Beratan 15 870 PKW Singaraja
7. Kelurahan Liligundi 50 1.310 PKW Singaraja
8. Kelurahan Kampung Singaraja 30 1.460 PKW Singaraja
9. Kelurahan Kendran 71 2.450 PKW Singaraja
10. Kelurahan Astina 21 1.950 PKW Singaraja
11. Kelurahan Banjar Jawa 63 4.760 PKW Singaraja
12. Kelurahan Banjar Bali 52 2.410 PKW Singaraja
13. Kelurahan Kampung Kajanan 57 5.910 PKW Singaraja
14. Kelurahan Kaliuntu 113 5.180 PKW Singaraja
15. Kelurahan Kampung Anyar 36 5.120 PKW Singaraja
16. Kelurahan Kampung Bugis 30 3.200 PKW Singaraja
17. Kelurahan Kampung Baru 151 7.150 PKW Singaraja
18. Kelurahan Banyuning 513 14.910 PKW Singaraja
19. Kelurahan Penarukan 375 14.130 PKW Singaraja
20. Desa Jinengdalem 288 4.830 PKW Singaraja
Sub Total 2.626 101.750
G. Sawan 1. Desa Sawan 297 1.750 PPK Sawan
2. Desa Kerobokan 248 2.280 PKW Singaraja
Sub Total 545 4.030
H. Kubutambahan 1. Desa Kubutambahan 1.036 11.780 PPK Kubutambahan
Sub Total 1.036 11.780
I. Tejakula 1. Desa Tejakula 1.396 10.470 PPK Tejakula
Sub Total 1.396 10.470
Total 14.795 189.560
Sumber : Buleleng Membangun Tahun 2016 dan RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 17
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Tabel 2.17
Jumlah Penduduk Perkotaan di Kabupaten Buleleng Tahun 2015 dan
Proyeksinya sampai Tahun 2021
Jumlah Jumlah Penduduk Proyeksi (Tahun)
No Penduduk
Kecamatan
. Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
2015
1. Gerokgak 10.920 10.985 11.051 11.117 11.184 11.251 11.319 11.386
2. Seririt 6.850 6.891 6.932 6.974 7.015 7.057 7.100 7.142
3. Busungbiu 7.550 7.595 7.640 7.686 7.732 7.779 7.825 7.872
4. Banjar 8.790 8.842 8.895 8.949 9.002 9.056 9.111 9.165
5. Sukasada 27.420 27.584 27.750 27.916 28.084 28.252 28.422 28.592
6. Buleleng 101.750 102.360 102.974 103.592 104.214 104.839 105.468 106.101
7. Sawan 4.030 4.054 4.078 4.102 4.127 4.152 4.177 4.202
8. Kubutambahan 11.780 11.850 11.921 11.993 12.065 12.137 12.210 12.283
I9 Tejakula 10.470 10.532 10.596 10.659 10.723 10.787 10.852 10.917
Total 189.560 190.693 191.837 192.988 194.146 195.310 196.484 197.660
Sumber : Buleleng Dalam Angka Tahun 2016 dan Hasil Perhitungan Tahun 2017

Terkait dengan migrasi penduduk, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang datang
dan pindah, lebih banyak terjadi di Kecamatan Buleleng, Hal ini terjadi karena ibu kota kabupaten
berada di Kecamatan Buleleng. Jumlah penduduk yang datang sebesar 953 jiwa dan jumlah
penduduk yang pindah sebesar 1.152 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang melakukan migrasi
paling sedikit terjadi di Kecamatan Busungbiu, yaitu sebesar 205 jumlah penduduk yang datang
dan 267 jiwa jumlah penduduk yang pindah. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.18 berikut.
Tabel 2.18
Migrasi Penduduk di Kabupaten Buleleng
No. Kecamatan Datang Pindah

1. Gerokgak 587 360


2. Seririt 450 389
3. Busungbiu 205 267
4. Banjar 364 339
5. Sukasada 356 345
6. Buleleng 953 1152
7. Sawan 328 461
8. Kubutambahan 622 489
I9 Tejakula 380 310
Total 4.245 4.112
Sumber : Buleleng Membangun, Tahun 2015

2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan


2.4.1 Data perkembangan PDRB dan potensi ekonomi
A. Pertumbuhan Ekonomi
Kualitas perkembangan pembangunan suatu wilayah salah satunya dapat dilihat melalui
tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang
sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Walaupun begitu, pertumbuhan ekonomi

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 18
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

bukanlah merupakan tujuan akhir dari pembangunan. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam
pembangunan adalah kesejahteraan rakyat seluas-luasnya.
Untuk mengetahui keberhasilan pembangunan ekonomi di Kabupaten Buleleng digunakan
media penghitungan Nilai Produk Domestik Regional Bruto atau yang lebih dikenal dengan
sebutan PDRB. PDRB merupakan cerminan atau gambaran secara makro mengenai perekonomian
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, karena PDRB adalah penjumlahan nilai tambah bruto
dari sektor-sektor ekonomi yang berperan dalam kegiatan perekonomian daerah tersebut.
PDRB Kabupaten Buleleng telah menunjukkan peningkatan pertumbuhan ekonomi, hal ini
dapat dijelaskan dari tabel sebagai berikut:

Tabel 2.19
Pertumbuhan Ekonomi Kab. Buleleng dan Prov. Bali Tahun 2010-2014
No. Tahun Kab. Buleleng (%) Provinsi Bali (%)
1. 2012 6,78 6,96
2. 2013 7,15 6,69
3. 2014 6,96 6,72
4. 2015 6,11 6,04
5. 2016 6,01 6,24
Jumlah 32,91 32,65
Rata-rata 6,58 6,53
Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka 2017

Gambar 2.1
Grafik Angka Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Buleleng dan Propinsi Bali
2012-2016 (%)

7.4
7.2
7
6.8
6.6
6.4 Series1

6.2 Series2
6
5.8
5.6
5.4
1 2 3 4 5

Dari tabel di atas dapat dilihat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Buleleng dalam lima
tahun terakhir juga mengalami fluktuasi, dengan mengalami peningkatan di Tahun 2013 dan
menurun di tahun 2014 sebesar 6,96%, kembali menurun di tahun 2015 sebesar 6,11% dan
semakin menurun di tahun 2016 sebesar 6,01%.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 19
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Tabel 2.20
Perkembangan PDRB Kabupaten Buleleng
Tahun 2012 - 2016 (Juta Rupiah)

Tahun PDRB Harga Berlaku PDRB Harga Konstan

2012 9.115.717,85 3.907.935,78


2013 19.144.313,1 16.587.191,0
2014 22.339.136,5 17.740.832,9
2015 25.496.855,34 18.828.093,02
2016 28.068.539,86 19.959.929,54
Sumber : Kab.Buleleng Dalam Angka , 2014-2017

Dari Tabel 2.21 dapat dilihat PDRB Kabupaten Buleleng menunjukkan perkembangan yang
positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Pada Tahun 2012 PDRB atas dasar harga berlaku
besarnya Rp. 9.115.717,85 juta meningkat menjadi sebesar Rp. 28.068.539,86 juta di Tahun 2016.

B. Struktur Perekonomian
Potensi-potensi yang ada dalam suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai macam
perspektif dan pendekatan. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui potensi
unggulan suatu daerah adalah komposisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB pada
dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu
daerah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi. Salah satu pendekatan dalam menghitung PDRB adalah menggunakan
pendekatan produksi yang merupakan jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Unit-unit
produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 17 lapangan usaha (sektor) dan
setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor.
Tabel 2.21
Distribusi Prosentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 2015-2016
Tahun (%)
No. Sektor
2015 2016
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 22,87 22,68
2 Pertambangan dan Penggalian 1,21 1,31
3 Industri Pengolahan 5,97 5,88
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,12 0,14
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,13 0,13
6 Konstruksi 8,55 8,37
7 Perdagangan Besar dan Enceran;Reparasi Motor dan Sepeda Motor 11,44 11,02
8 Transportasi dan Pergudangan 1,25 1,18
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 17,92 18,32
10 Informasi dan komunikasi 5,21 5,32
11 Jasa keuangan dan asuransi 4,36 4,25
12 Real Estat 4,78 4,48
13 Jasa Perusahaan 0,63 0,66
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan jaminan Sosial Wajib 5,11 5,14
15 Jasa Pendidikan 6,69 7,25
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,01 2,08

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 20
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

17 Jasa Lainnya 1,74 1,77


Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2017

Gambar 2.2
Diagram Struktur Ekonomi Kabupaten Buleleng Tahun 2016

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan


1.7
Pertambangan dan Penggalian
2 Industri Pengolahan
0.6 6.6
5.4 22.1 Pengadaan Listrik dan Gas
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
5.2
1.4 Konstruksi
4.6 Perdagangan Besar dan Enceran;Reparasi Motor dan Sepeda Motor
5.9
5.2 Transportasi dan Pergudangan
0.1 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
8.6
0.1 Informasi dan komunikasi
17.8
11.4 Jasa keuangan dan asuransi
Real Estat
1.3
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa Lainnya

Struktur perekonomian Kabupaten Buleleng, memiliki karakteristik yang berbeda


dibandingkan dengan struktur perekonomian Provinsi Bali. Perekonomian Provinsi Bali lebih
banyak bertumpu pada sektor non pertanian, khususnya industri pariwisata. Sedangkan struktur
perekonomian di Kabupaten Buleleng didominasi oleh sektor pertanian, kondisi ini terlihat dari
sumbangannya yang paling besar dalam pembentukan PDRB Tahun 2016, yaitu sebesar 22,68%.
Meskipun PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buleleng terus mengalami
peningkatan, namun rata-rata pengeluaran per kapita sebulan Tahun 2015 masih termasuk tinggi
yaitu Rp. 732.915,00 menurun dari Tahun 2014 sebesar Rp. 869.942,00 Hal ini mengindikasikan
bahwa perputaran hasil-hasil peningkatan PDRB, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan secara
umum masih perlu ditingkatkan.
Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk Kabupaten Buleleng tahun 2016, 31,26
persen merupakan pengeluaran untuk konsumsi makanan dan minuman jadi. Persentase
pengeluaran untuk konsumsi makanan di Kabupaten Buleleng relatif meningkat dibandingkan
Tahun 2015 yang sebesar 24,28 persen. Rara-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk
Kabupaten Buleleng tahun 2016, 48,20 persen merupakan pengeluaran untuk konsumsi makanan
dan sisanya 51,80 persen adalah pengeluaran untuk konsumsi non makanan. Persentase
pengeluaran untuk konsumsi makanan di Kabupaten Buleleng relatif meningkat dibandingkan
tahun 2015 yang sebesar 48,05 persen. Makin meningkat persentase pengeluaran makanan

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 21
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

mencerminkan makin menurunnya tingkat kesejahteraan penduduknya.


Meningkatnya aktivitas perekonomian pada beberapa sektor perekonomian, mendorong
penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, terutama pada sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Selain itu, dukungan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Buleleng dalam aspek
ketenagakerjaan (pro-job) juga memberikan kontribusi terhadap penurunan tingkat pengangguran
yang ada.

2.4.2 Data pendapatan per kapita dan proporsi penduduk miskin


Pendapatan perkapita sering didekati melalui data PDRB perkapita penduduk. Kondisi
PDRB perkapita penduduk Kabupaten Buleleng mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2011 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku besarnya Rp.13.132.692,49 meningkat
menjadi sebesar Rp.14.317.303,56 pada Tahun 2012 dan di Tahun 2013 telah mencapai sebesar
Rp. 15.701.658,18. Sedangkan di Tahun 2014 telah mencapai sebesar Rp. 34 juta.
Tabel 2.22
Data Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Buleleng
Tahun 2010-2014 (miliar Rp)
PDRB per kapita Harga PDRB per kapita Harga
No. Tahun
Berlaku Konstan
1 2012 9.115,71 3.907,93
2 2013 19.144,31 16.587,19
3 2014 22.339,14 17.740,83
4 2015 25.496,86 18.828,09
5 2016 28.068,54 19.959,93
Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2014-2017

Persoalan kemiskinan, masih menjadi isu utama dalam konteks pembangunan nasional
dan daerah. Penanganan permasalahan kemiskinan memerlukan adanya keterpaduan dalam
pelaksanaan kebijakan dan program- program
pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur, dan
pemberdayaan masyarakat. Penanggulangan kemiskinan menjadi agenda prioritas yang harus
ditangani secara terintegrasi yang menunjukkan adanya keberpihakan pada masyarakat kurang
mampu, serta memfasilitasinya agar mampu memenuhi dan mengakses berbagai pelayanan
kebutuhan masyarakat, guna mengurangi penduduk miskin.
Pengukuran kemiskinan yang dilakukan BPS, menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (Basic need approach), yaitu kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuh kebutuhan dasar makanan dan bukan
makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Untuk itu penduduk miskin adalah penduduk dengan
rata-rata pengeluaran dibawah garis kemiskinan.
Jumlah penduduk miskin dan garis kemiskinan Kabupaten Buleleng dari tahun 2006
sampai dengan Tahun 2013 ditampilkan pada tabel berikut.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 22
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Tabel 2.23
Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2006 s.d 2013
Jumlah Persentase
Jumlah Bertambah / %
Tahun penduduk penduduk
No. Penduduk ( berkurang ) kenaikan/
miskin miskin
( jiwa ) jiwa (penurunan)
(Jiwa ) (%)
1. 2006 643.043 59.031 9,18 0 0
2. 2007 643.274 55.836 8,68 ( 3.195 ) (5,41)
3. 2008 650.237 48.433 7,45 ( 7.403 ) (13,26)
4. 2009 654.147 38.922 5,95 ( 9.511 ) (19,64)
5. 2010 662.920 45.874 6,92 6.952 17,86
6. 2011 637.038 37.950 5,93 ( 7.924 ) (17,27)
7. 2012 634.300 33.300 5,19 (4.650) (12,25)
8. 2013 638.300 40.300 6,31 7.000 21,02
Sumber : Bali Dalam Angka, 2014 (berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional - September)

Pada tabel di atas terlihat, bahwa trend persentase jumlah penduduk miskin dari tahun
2006 sampai dengan tahun 2013 mengalami penurunan yang cukup signifikan namun pada Tahun
2013 mengalami peningkatan. Namun jika dilihat dari Tahun 2006 s/d 2013 rata-rata terjadi
penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 3,6%.

2.4.3 Data Kondisi Lingkungan Strategis


a. Topografi
Kabupaten Buleleng yang terletak di Utara Pulau Bali yang topografinya sangat beragam,
yaitu terdiri dari dataran rendah, perbukitan dan pegunungan. Sebagian besar wilayah Kabupaten
Buleleng merupakan daerah berbukit dan bergunung membentang di bagian Selatan, sedangkan di
bagian Utara yakni sepanjang pantai merupakan dataran rendah.Kondisi yang khas tersebut
menjadikan topografi Kabupaten Buleleng sering disebut Nyegara Gunung.
Kondisi topografi Kabupaten Buleleng berdasarkan kemiringan lereng, perbedaan
ketinggian dari permukaan laut serta bentang alamnya dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)
satuan topografi yaitu:
1. Daerah datar dengan tingkat kemiringan 0 – 1,9% seluas 12.264,75 Ha atau 8,98% ;
2. Daerah landai dengan tingkat kemiringan 2 – 24,9% seluas 70.226 Ha atau 51,41% ;
3. Daerah miring dengan tingkat kemiringan 25 – 39,9% seluas 21.462,75 Ha atau 15,71%;
4. Daerah terjal dengan tingkat kemiringan diatas 40% seluas 32.634,5 Ha atau 23,89%.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 23
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Gambar 2.3
Prosentase Luas Lahan Berdasarkan Tingkat Kemiringan
di Kabupaten Buleleng

Datar 12,264.75
Terjal 32,634.50 8.98%
23.89%

Miring 21,462.75
15.71% Landai 70,226.00
51.41%

Berdasarkan letak ketinggian tempat, dikelompokkan menjadi 4 (empat) ketinggian


tempat, yaitu :
1. Dataran Rendah (0 – 24.9 m dpl dan 25 – 99.9 m dpl)
2. Dataran Sedang (100 – 499.9 m dpl)
3. Dataran Tinggi (500 – 999.9 m dpl)
4. Dataran Pegunungan (>1000 m dpl)
Diantara perbukitan yang membentang di bagian selatan tersebut terdapat gunung yang
bukan merupakan gunung berapi. Gunung yang tertingggi di daerah ini adalah Gunung Tapak
(1.903 M) berada di Kecamatan Sukasada, sementara yang paling rendah adalah Gunung Jae (222
M) berada di wilayah Kecamatan Gerokgak. Selain itu Kabupaten Buleleng juga mempunyai banyak
sungai besar dan kecil, sebagian diantaranya merupakan sungai tadah hujan. Selain sungai-sungai
tersebut, di Kabupaten Buleleng juga terdapat 2 (dua) buah danau yang saling berdampingan
tetapi secara geografis administrasi terletak pada wilayah yang berbeda yaitu Danau Tamblingan
(110 Ha) di Kecamatan Banjar dan Danau Buyan (360 Ha) di Kecamatan Sukasada.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 24
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

2.3 PETA KETINGGIAN DAN KONTOUR

RENCANA PROGRAM INVESTASI


JANGKA MENENGAH (RPIJM)
RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA
TAHUN 2017-2021

Peta 2.3. Peta Ketinggian dan Kontur Wilayah

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 25
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

b. Geohidrologi
Air Tanah
Berdasarkan hasil penyelidikan air tanah yang telah dilaksanakan di beberapa kecamatan
di Kabupaten Buleleng, melalui pengeboran eksplorasi dan berdasarkan perhitungan diperkirakan
sumber air tanah efektif tercatat 10,857 juta m3.Pemanfaatan air tanah dipergunakan untuk air
bersih (PDAM), untuk keperluan pertanian dan air minum masyarakat.
Air Permukaan
Sumber-sumber air permukaan di Kabupaten Buleleng meliputi air yang berasal dari
sungai, bendungan, danau dan mata air. Potensi air yang berasal dari sungai dikelompokkan ke
dalam sub satuan wilayah sungai (sub sws) mulai dari sub sws 03.01.08 - 03.01.12, dengan jumlah
sungai sebanyak 51 buah, dengan total debit aliran sebanyak 637 juta m3 per tahun. Debit air
bulanan yang tinggi pada semua sub sws umumnya terjadi pada Bulan Desember sampai April.
Sumber-sumber air permukaan lainnya yaitu Bendungan Gerokgak dengan potensi
sebanyak 2,50 juta m3/tahun. Mata air tercatat sebanyak 277 buah yang diperoleh sekitar 69,060
juta m3 tetapi yang merupakan sumber air potensial dan efektif diperkirakan mencapai 48,342 juta
m3.
Kabupaten Buleleng mempunyai 2 (dua) buah danau yang terletak di Kecamatan Banjar
(Danau Tamblingan) dan di Kecamatan Sukasada (Danau Buyan).Kedua danau alam tersebut
merupakan danau yang tertutup, artinya antara air yang masuk dan yang keluar seimbang. Potensi
air danau adalah 143,25 juta m3/tahun, yang berasal dari Danau Buyan 116,25 juta m3/tahun dan
dari Danau Tamblingan 27,00 juta m3/tahun.
Curah Hujan
Selain air permukaan dan air tanah, sumber daya air juga didapatkan dari curah
hujan.Curah hujan terdiri dari curah hujan potensial, curah hujan efektif dan curah hujan
tampungan. Data curah hujan yang tersedia pada Tahun 2002 merupakan hasil perhitungan dan
pengukuran di beberapa stasiun klimatologi/curah hujan yaitu di stasiun Gerokgak, Seririt,
Busungbiu, Sukasada, Kubutambahan dan Tejakula diketahui curah hujan tersedia/potensial
adalah sebesar 6,662 juta m3.
Curah hujan efektif adalah curah hujan potensial dikurangi dengan besarnya
evapotranspirasi.Curah hujan efektif Kabupaten Buleleng adalah 3,090 juta m3.Curah hujan
tampungan diperhitungkan berdasarkan jumlah curah hujan yang benar-benar ditampung untuk
keperluan keluarga, terutama di musim kemarau pada daerah kritis seperti daerah berbukit
(Kecamatan Gerokgak, Seririt, Kubutambahan dan Tejakula).Penampungan air hujan itu dengan
membuat bak penampungan yang disebut PAH/cubang yang jumlah seluruhnya sekitar 823 buah
dengan kapasitas rata-rata ± 5 m3 setiap cubang. Berdasarkan pencatatan tersebut jumlah air
hujan yang ditampung langsung sebesar 0,27 juta m3.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022 II - 26
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

2.4 PETA WILAYAH SUNGAI/DAS

RENCANA PROGRAM INVESTASI


JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
TAHUN 2017-2021

Peta 2.4. Peta Wilayah Sungai/DAS

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 27
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

c. Geologi
Secara stratigrafi pelapisan batuan yang terdapat di Kabupaten Buleleng pada umumnya
terdiri dari batuan bereksi, lava, tufa dan lahar yang tersebar hampir di sebagian besar wilayah
Kabupaten Buleleng. Terdapat sesar/fault yang diperkirakan terdapat di wilayah Kecamatan
Gerokgak, yaitu dua busur besar yang sejajar memanjang ke arah barat dan timur yang berada
pada formasi Batuan Gunung Api Pulaki yang terdiri dari bereksi dan lava. Dua buah sesar
mendatar yang diperkirakan di wilayah Ujung Barat Pulau Bali (diantaranya formasi Prapat Agung
yang dominan ditutupi oleh batuan gamping dengan formasi palasari yang terdiri dari batu pasir,
konglomerat dan batuan gamping terumbu).Dua buah sesar lagi yang diperkirakan berada di
wilayah Kecamatan Tejakula yaitu terletak diantara formasi batuan tufa dan endapan lahar Buyan,
Bratan dan Batur dengan formasi Buyan Bratan dan Batur Purba. Disamping struktur tersebut di
atas masih ditemukan juga struktur pelapisan pada batuan tufa, lava dari kelompok batuan api
Buyan Bratan purba.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022 II - 28
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

2.5 PETA GEOLOGI

RENCANA PROGRAM INVESTASI


JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
TAHUN 2017-2021

Peta 2.5. Peta Geologi

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 29
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Peta 4.5. Peta Geologi

2.6 PETA JENIS TANAH

RENCANA PROGRAM INVESTASI


JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BIDANG CIPTA KARYA
TAHUN 2017-2021

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 30
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Peta 2.6. Peta Jenis Tanah

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 31
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

d. Klimatologi
Kabupaten Buleleng memiliki iklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim dan
terdapat musim kemarau dan hujan.Faktor ketinggian tempat menentukan besarnya curah
hujan.Pada daerah pegunungan terutama di bagian selatan sekitar Danau Tamblingan, curah hujan
terdapat pada setiap bulan atau sepanjang tahun hampir tidak terdapat bulan-bulan kering.
1) Pola Curah Hujan
Pola curah hujan di Kabupaten Buleleng, khususnya untuk daerah bagian bawahnya (< 100 m
dpl), memiliki pola 4-5 bulan basah (CH > 100 mm/bulan) dan 7-8 bulan kering (CH < 60
mm/bulan). Pola curah hujan demikian disebut tipe iklim F. Besar curah hujan rata-rata
tahunan bervariasi antara < 1.500 mm/tahun untuk daerah-daerah bagian bawah seperti di
wilayah Kecamatan Gerokgak (1.056 mm/tahun), dan daerah-daerah bagian atas > 1.500
mm/tahun seperti Kecamatan Busungbiu (2.750 mm/tahun).
2) Temperatur dan Kelembaban Udara
Temperatur udara rata-rata di Kabupaten Buleleng adalah 27,05°C, dengan temperatur rata-
rata tertinggi 29°C yang terjadi pada Bulan Mei sampai dengan Oktober. Selanjutnya,
temperatur rata-rata terendah 26°C pada Bulan Agustus. Kelembaban udara tidak terlalu
berfluktuasi, dimana kisarannya adalah antara 77% sampai dengan 82% dengan kelembaban
udara rata-rata tahunan adalah sebesar 78,4%.

Tabel 2.24
Kondisi Beberapa Unsur Iklim di Kabupaten Buleleng Tahun 2016
Stasiun Pengamatan
No. Unsur Iklim Meteorologi Geofisika Geofisika Klimatologi
Ngurah Rai Sanglah Karangasem Negara
1. Temperatur (oC)
Maksimum 31,3 33,7 31,4 31,4
Minimum 25,2 25,1 23,1 24,0
Rata-rata 28,0 28,4 26,9 27,0
2. Kelembaban Udara (%)
Maksimum 89 88 90 93
Minimum 71 69 71 76
Rata-rata 80 78 81 84
3. Tekanan Udara (mb) 1.009,5 1.008,6 1.012,0 1.009,5
4. Kecepatan Angin (knot) 6 6 5 2
5. Curah Hujan (mm) 2.489,0 2.180,7 1.913,6 2.498,0
6. Penyinaran Matahari (%) 77 54 75 66
Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2017

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 32
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Tabel 2.25
Rata-Rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Buleleng menurut Bulan, 2014
No. Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hh)
1. Januari 353,8 19
2. Februari 267,5 18
3. Maret 131,1 11
4. April 105,1 10
5. Mei 64,7 6
6. Juni 26,9 4
7. Juli 56,8 5
8. Agustus 17,0 2
9. September 0,00 0
10. Oktober 7,8 2
11. Nopember 266,1 11
12. Desember 208,5 17
Sumber: Buleleng Membangun, 2015

2.4.4 Data Risiko Bencana Alam


Menurut Perda Kabupaten Buleleng No. 9 Tahun 2013 tentang RTRW Kabupaten Buleleng
Tahun 2013-2033 maka kawasan rawan bencana alam meliputi :
a. Kawasan rawan angin kencang meliputi kawasan-kawasan wilayah Kecamatan Sukasada,
Seririt, Gerokgak, Busungbiu, Banjar, Buleleng, Sawan, Kubutambahan, Tejakula.
b. Kawasan rawan tanah longsor meliputi kawasan-kawasan dengan tingkat kerawanan
sedang-tinggi yang terletak pada daerah lereng bukit atau perbukitan, lereng gunung,
pegunungan, dan tebing atau lembah sungai yang berada di Kecamatan Gerokgak,
Busungbiu, Sukasada, Tejakula.
c. Kawasan rawan gelombang pasang meliputi pada sepanjang pantai Kecamatan Gerokgak,
Seririt, Banjar, Buleleng, Sawan, Kubutambahan dan Tejakula.
d. Kawasan rawan banjir seluas 525 ha meliputi kawasan-kawasan yang terletak di Perkotaan
Singaraja, Pancasari, Gerokgak, Seririt, Tejakula, Kalibukbuk.
e. Kawasan rawan bencana alam geologi meliputi :
 kawasan rawan gempa bumi, sebarannya kawasan rawan gempa bumi terdapat pada
kawasan di sekitar pusat-pusat sumber gempa bumi yang berada pada titik lokasi terdiri
atas lokasi di utara perairan Kawasan Seririt;
 Kawasan rawan gerakan tanah adalah kawasan yang sering terjadi gerakan tanah pada
kawasan perbukitan terjal di Kecamatan Gerokgak, Busungbiu, Sukasada;
 Kawasan rawan yang terletak di zona patahan aktif tersebar di sepanjang pegunungan
dari barat ke timur pada Gunung Sangyang, Gunung Merbuk, Gunung Mese, Gunung
Patas sampai Gunung Patas sampai Gunung Kutul;

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 33
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

 sebaran kawasan rawan abrasi dan erosi pantai tersebar pada beberapa tempat
sepanjang pantai Kecamatan Gerokgak, Seririt, Banjar, Buleleng, Sawan, Kubutambahan
dan Tejakula; dan
 Sebaran kawasan rawan intrusi air laut di kawasan pesisir sepanjang Pantai Lovina,
Kecamatan Tejakula dan Kecamatan Gerokgak.

2.4.5 Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya


A. Permukiman
Sesuai amanat Perpres No 2 Tahun 2015 ttg RPJMN 2015 -2019, terutama agenda keenam
dari Nawa Cita, menyebutkan Sasaran Pembangunan Kawasan Permukiman antara lain: (i)
Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen; (ii) Tercapainya 100
persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia; (iii) Meningkatnya akses penduduk
terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen
pada tingkat kebutuhan dasar. Pencapaian gerakan 100-0-100 ini merupakan salah satu isu strategis
bidang permukiman.
Isu-isu kawasan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kabupaten Buleleng secara umum
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Keberadaan kombinasi permukiman tradisional, permukiman campuran, dan permukiman
baru (komplek perumahan) yang harus diitegrasikan secara harmonis.
2. Kepadatan bangunan di beberapa blok kawasan permukiman relatif padat (100 unit/Ha).
3. Jaringan jalan utama lingkungan permukiman kondisinya banyak yang rusak.
4. Aksesibilitas kawasan permukiman banyak melalui jalan-jalan setapak/gang sempit dengan
kondisi perkerasan buruk.
5. Banyak jalan lingkungan tidak dilengkapi saluran drainase atau banyak saluran drainase yang
tidak lancar, beberapa bagian ada genangan.
6. Belum semua blok kawasan permukiman memiliki sistem penampungan sampah sementara
dan belum terlayani pengangkutan sampah kota.
7. Perlu peningkatan kualitas sistem pengolahan limbah setempat.
8. Terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana dan sarana perumahan.
9. Belum mantapnya kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan
permukiman.
10. Jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah semakin meningkat.
11. Terjadinya kesenjangan (mismatch) dalam pembiayaan perumahan.
12. Masih rendahnya efisiensi dalam pembangunan perumahan.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 34
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

13. Pembiayaan perumahan yang terbatas dan pola subsidi yang memungkinkan terjadinya salah
sasaran.

Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten Buleleng khususnya dapat


dilihat padaTabel berikut.
Tabel 2.26
Isu Strategis Pengembangan permukiman di Kabupaten Buleleng
No Isu Strategis Keterangan
1. Penyediaan rumah masih terbatas. Sebagian besar masyarakat
berpenghasilan rendah menempati
sebuah rumah lebih dari satu KK
2. Masih terdapat Rumah tangga yang Kondisi ini mudah dijumpai pada
menempati rumah tidak layak huni. permukiman-permukiman kumuh
3. Jaminan kepastian bermukim (secure
tenure) masih lemah.
4. Semakin meluasnya permukiman Dapat disebabkan karena mahalnya harga
kumuh. lahan di perkotaan yang tidak diimbangi
dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Sumber : Hasil Analisa, 2017

Berbagai permasalahan pokok di atas disebabkan oleh berbagai faktor berikut :


1. Akses masyarakat berpenghasilan rendah terhadap penguasaan dan legalitas lahan
terbatas.
2. Akses masyarakat terhadap pembiayaan perumahan terbatas.
3. Kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman belum
mantap.
4. Belum mantap pasar primer dan pembiayaan sekunder perumahan.
5. Masih rendah efisiensi dalam pembangunan perumahan.
6. Pemanfaatan sumber daya perumahan dan permukiman belum optimal.

Target RPJMD Kab. Buleleng, pada Program Pembangunan Infrastruktur Wilayah Perdesaan
dengan indikator kinerja program yaitu tertatanya lingkungan pemukiman penduduk perdesaan
maka ditargetkan 27,70% pada tahun 2014 dan meningkat menjadi 34,46% pada akhir Tahun 2018.
Untuk mencapai target tersebut maka diperlukan kebijakan dan strategi pembangunan permukiman
sebagai dasar penyusunan Program pembangunan permukiman di kabupaten Buleleng.

B. Penataan Bangunan dan Lingkungan


Isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 35
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;


c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah
berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan
dan lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di
kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan
mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.
3) Pemberdayaan Masyarakat
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96%
dari total penduduk Indonesia;
b. Pergeseran kegiatan P2KP menjadi Program Peningkatan Kualitas Permukiman guna
mencegah timbulnya kawasan kumuh
Isu strategis sektor penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Buleleng dapat
diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 2.27
Isu Strategis Penataan Bangunan di Kab. Buleleng
No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor PBL di Kab Buleleng
1 Penataan Lingkungan a. Masih kurangnya luas RTH publik di perkotaan (<
Permukiman dari 20%)
b. Belum tertatanya RTH pada beberapa kawasan
perkotaan seperti lapangan Seririt, lapangan
Kubutambahan dan lain-lain
c. Masih terdapatnya kawasan desa tradisional yang
perlu ditata untuk menonjolkan ciri khas kawasan
d. Masih ditemukan kawasan yang mengalami
degradasi lingkungan (berpotensi menjadi
permukiman kumuh)
2 Pemberdayaan Komunitas Pergeseran kegiatan P2KP menjadi Program
Peningkatan Kualitas Permukiman guna mencegah
timbulnya kawasan kumuh

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 36
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor PBL di Kab Buleleng

3 Program Pengembangan Pemkab memiliki lahan pada beberapa lokasi yang


Kota Hijau direncanakan menjadi RTH kota namun keterbatasan
anggaran menyebabkan pembangunan harus
dikerjakan bertahap.
Sumber : Hasil Analisa, 2017

Tabel 2.28
Penataan Lingkungan Permukiman di Kab. Buleleng
No Komponen Penataan Lingkungan Keterangan
Permukiman
1. Kaw. Tradisional/bersejarah Kawasan tradisional di Kab. Buleleng terdapat di
Kecamatan banjar (Desa Tigawasa, Pedawa,
Sidetapa) dan Kec. Tejakula (Julah, Sembiran)
2. Dukungan Infrastruktur Cipta Karya Dukungan innfrastruktur cipta karya telah nampak
melalui kegiatan penataan kawasan tradisional
Julah dan Sidetapa dengan dana APBN dan sharing
APBD (dimulai pada 2010)
3. RTH
• Luas RTH Luas RTH Publik sebesar 8.851,47 ha, Luas RTH
Privat 14.031,9 Ha
• Lokasi RTH RTH tersebar pada seluruh kawasan perkotaan di
kab. Buleleng. Khusus di perkotaan singaraja, RTH
tersebut berupa taman kota, lapangan, pada sabuk
jalan, kuburan dan lain-lainnya
• % Luas RTH Berdasarkan dokumen Kajian teknis
pengembangan RTH perkotaan di kab Buleleng,
Luasan RTH di kaw perkotaan di kab buleleng telah
melebihi 30% dari total luas wilayah perkotaan
Buleleng. Meskipun demikian dari luasan RTH
tersebut masih didominasi oleh RTH privat, dengan
pemanfaatan eksisting persawahan,
perkebunan/tegalan. Prosentase RTH public
sebesar 15,87% dan privat sebesar 68,76%
4. Pemenuhan SPM
• Ketersediaan IMB IMB sebagai salah satu jenis perizinan telah banyak
dimohon melalui kantor Pelayanan terpadu. IMB
tersebut didominasi untuk tempat usaha, pondok
wisata, dan lain-lain
• % IMB 100 % masyarakat telah terlayani dalam
pengurusan IMB di Kabupaten Buleleng
• Ketersediaan HSBGN Harga standar bangunan telah tersusun setiap
tahun dan ditetapkan melalui Peraturan Bupati.
• % HSGBN Telah tersedia pedoman Harga Standar bangunan
Gedung Negara di Kabupaten Buleleng

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 37
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

No Komponen Penataan Lingkungan Keterangan


Permukiman
5. Penanganan Kebakaran
• Instansi pemadam Kebakaran Instansi yang bertanggung jawab menangani
kebakaran di kab buleleng adalah Dinas Pemadam
kebakaran Kab. Buleleng yang telah dilengkapi
secara structural dengan UPTD Singaraja, UPTD
Kec. Seririt dan UPTD Kec Kubutambahan.
• Prasarana dan Sarana Pemadam Sarana dan prasarana kebakaran berupa mobil
Kebakaran pemadam kebakaran pada setiap UPTD dengan
daerah pelayanan buleleng tengah, timur dan
barat. Meskipun demikian, penyediaan hidran,
pemadam roda dua dan sarana lain masih perlu
ditambah untuk mengantisipasi kebakaran di
permukiman padat penduduk.
Sumber : Hasil Analisa, 2017

Gambaran pemberdayaan komunitas dalam penangulangan kemiskinan dan peningkatan


kualitas permukiman dapat diuraikan dalam table berikut.
Tabel 2.29
Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman di Kabupaten Buleleng
Kegiatan PNPM Mandiri Kegiatan PNPM Perkotaan (P2KP). Program ini
mulai berjalan tahun 2008 dengan menyasar 29
desa/kelurahan di Kec. Buleleng. Hingga saat ini
telah terbentuk 29 BKM yang mengelola dana
Bantuan langsung masyarakat sebanyak 6 kali
putaran BLM. Kegiatan ini dibiayai dengan dana
APBN dan APBD melalui DDUB. Besarnya alokasi
dana per desa/kelurahan ditetapkan melalui SK
Dirjen Cipta Karya.
Kegiatan lainnya Kegiatan P4IP merupakan keg kompensasi
kenaikan BBM dimana dialokasikan pada tahun
2013 melalui anggaran perubahan (APBN) untuk
4 desa yaitu Desa Penglatan, Sari Mekar,
Petandakan dan Alasangker dengan dana masing-
masing sebesar Rp. 250.000.000
Tahun 2015 kegiatan P2KP menjadi program
peningkatan kualitas permukiman dengan
melibatkan BKM pada desa dampingan di
Kecamatan Buleleng.
Sumber : Hasil Analisa, 2015

Secara umum permasalahan dan tantangan penataan bangunan dan lingkungan di


Kabupaten Buleleng diuraiakan menjadi tiga bagian besar yaitu :
A. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL),
Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 38
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal


(SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
B. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:
1. Kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang
mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan);
2. Kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
3. Aset negara dari segi administrasi pemeliharaan
C. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan adalah
PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya
menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal
lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat.
Lebih jelasnya identifikasi permasalahan dan tantangan dapat diuraikan dalam table berikut
ini
Tabel 2.30
Identifikasi Permasalahan dan Tantangan
Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kab. Buleleng
Aspek Penataan
Permasalahan yang Tantangan
No Bangunan dan Alternatif Solusi
dihadapi Pengembangan
Lingkungan
Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1. Aspek Teknis Secara umum dokumen Pengaturan Koordinasi lebih lanjut
RTBL beberapa kawasan kawasan/penataan dengan BKPRD Kab.
maupun RISPK telah bangunan dan lingk Buleleng agar
tersusun di Kab. Buleleng memerlukan payung Perbup/Perda
namun belum hukum tersebut dapat segera
ditindaklanjuti dengan disusun
Peraturan bupati/perda
2. Aspek Dari aspek kelembagaan
Kelembagaan tidak terdapat
permasalahan
mengingat setiap SKPD
telah mempunyai
tupoksi masing-masing
3. Aspek Pembiayaan kegiatan Ada atau tidaknya Perlu pengawalan dan
Pembiayaan PBL seringkali terkendala dana DDUB akan koordinasi lebih
dalam pengalokasian menjadi salah satu intensif dengan Tim
DDUB mengingat PAD penilaian dalam Anggaran Kab
Kab Buleleng yang masih pengalokasian keg PBL sehingga DDUB dapat
rendah di tahun berikutnya. direalisasikan
4. Aspek Peran − Saat ini sektor swasta Kerjasama dengan Pengembangan
Serta belum ikut dalam berbagai stakeholder kegiatan CSR bidang
Masyarakat/ kegiatan penataan perlu dilakukan dengan penataan bangunan
Swasta bangunan dan lingk lebih intensif misalnya dan lingkungan

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 39
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Aspek Penataan
Permasalahan yang Tantangan
No Bangunan dan Alternatif Solusi
dihadapi Pengembangan
Lingkungan
− Masih kurang melalui keg CSR
diperhatikannya
kebutuhan sarana
sistem proteksi
kebakaran oleh
masyarakat
5. Aspek Menurunnya fungsi Pengembalian fungsi − Peremajaan
Lingkungan kawasan dan terjadi utama kawasan dan Kawasan
Permukiman degradasi kawasan pemenuhan standar − Pengendalian
kegiatan ekonomi pelayanan minimal pemanfaatan ruang
utama kota, kawasan terkait PBL − Pengembangan
tradisional bersejarah RTH baru
serta heritage,
kurangnya ruang terbuka
hijau kota
Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1. Aspek Teknis − Belum ditetapkannya Meningkatnya − Percepatan
perda bangunan kebutuhan NSPM penetapan
gedung di Kab terutama yang Ranperda
Buleleng berkaitan dengan bangunan Gedung
− Masih terbatasnya pengelolaan dan − Peningkatan
kesadaran aparatur penyelenggaraan kapasitas SDM
dan SDM pelaksana bangunan gedung terkait pembinaan
dalam pembinaan (keselamatan, dan pengawasan
penyelenggaraan kesehatan, penyelenggaraan
bangunan gedung kenyamanan dan bangunan gedung
termasuk kemudahan)
pengawasan;
2. Aspek Belum mantapnya Perlunya peningkatan Koordinasi dengan
Kelembagaan pembinaan dan dan pemantapan instransi/ stakeholder
pengawasan kelembagaan terkait
penyelenggaraan bangunan gedung di
bangunan gedung daerah dalam fasilitasi
penyediaan perangkat
pengaturan
3. Aspek Kurangnya alokasi Banyaknya peluang Pengusulan kegiatan
Pembiayaan anggaran untuk kegiatan sumber pembiayaan agar memperoleh
Penyelenggaraan dari luar kab. pendanaan dari APBN
Bangunan Gedung dan atau APBD Provinsi
Rumah Negara
4. Aspek Peran Kurang ditegakkannya Partisipasi masyarakat Melibatkan
Serta aturan keselamatan, semakin berkembang masyarakat dalam
Masyarakat/ keamanan dan upaya pembinaan
Swasta kenyamanan aturan keselamatan,
Bangunan Gedung keamanan dan
termasuk pada daerah- kenyamanan
daerah rawan bencana; Bangunan Gedung
5. Aspek Prasarana dan sarana Teknologi sarana Sosialisasi terkait
Lingkungan hidran kebakaran banyak penanggulangan pentingnya
Permukiman yang tidak berfungsi dan kebakaran yang penyediaan sarana
kurang semakin berkembang penanggulangan
mendapat perhatian; kebakaran

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 40
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Aspek Penataan
Permasalahan yang Tantangan
No Bangunan dan Alternatif Solusi
dihadapi Pengembangan
Lingkungan
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas
1. Aspek Teknis Program baru yaitu Perbaikan kualitas Sosialisasi dan
peningkatan kualitas untuk menjaga 0% pendekatan terus
permukiman kumuh menerus kepada
masyarakat
2. Aspek Masih ditemukan BKM telah mandiri − Koordinasi rutin
Kelembagaan kurangnya koordinasi − Pengembangan
antara Faskel, BKM, KSM forum BKM
dan Kepala Desa/Lurah
3. Aspek Kurangnya swadaya Kewajiban CSR Peningkatan sosialisasi
Pembiayaan masyarakat/ swasta dan channeling ke
sector swasta
4. Aspek Peran Kejenuhan masyarakat Banyaknya program Pemahaman lebih
Serta akibat program/keg yang pemberdayaan lanjut terkait
Masyarakat/ tumpang tindih masyarakat pemberdayaan masy
Swasta
5. Aspek Usulan penataan Desa/kelurahan Sikronisasi dengan
Lingkungan lingkungan masih belum menjadi obyek kegiatan RKPKP
Permukiman terintegrasi (bersifat berbagai program
parsial) pemerintah
Sumber : Hasil Analisa, 2017

C. Sistem Penyediaan Air Minum


Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk
mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian
konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat
Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum
2. Pengembangan Pendanaan
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan
5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum
6. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat
7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan
Penerapan Inovasi Teknologi.
Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis yang ada di daerah masing-
masing mengingat isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur,
prasarana dan sarana dasar di daerah, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan
kegiatan dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) yang diharapkan dapat
mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 41
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Buleleng ditangani oleh Sistem PDAM dan Sistem
Swakelola Masyarakat melalui Unit Pengelola Sarana atau Kelompok Pengelola Sarana (UPS/KPS) di
tingkat desa/banjar/kelompok. Dari jumlah 148 desa/kelurahan, 67 desa/kelurahan sudah mendapat
pelayanan air bersih PDAM, sedangkan 81 desa/kelurahan melalui sistem swakelola masyarakat di
tingkat desa/banjar/kelompok.
Unit/cabang yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Buleleng adalah:
• PDAM Kabupaten Buleleng
• Cabang Celukan Bawang
• Cabang Seririt
• Unit Sambirenteng
• Cabang Air Sanih
• Cabang Busungbiu
• Cabang Pancasari
Pengelolaan air bersih yang dikelola PDAM yaitu:
• Kecamatan Gerokgak : 10 desa
• Kecamatan Seririt : 13 desa
• Kecamatan Busungbiu : 3 desa
• Kecamatan Banjar: 4 desa
• Kecamatan Sukadasa : 4 desa
• Kecamatan Buleleng : 22 desa
• Kecamatan Sawan : 4 desa
• Kecamatan Kubutambahan : 2 desa
• Kecamatan Tejakula : 5 desa
Di lapangan masih ditemui beberapa permasalahan antara lain kontinuitas/jam air mengalir
ke pelanggan menunjukkan trend menurun, dibeberapa desa kualitas air rendah pada saat musim
hujan. Penyebabnya adalah : jaringan pipa transmisi dan distribusi sudah banyak yang rusak dengan
tingkat kebocoran > 50% (umur pipa > 20 thn), kondisi/debit sumber air banyak yang menurun
sehingga perlu penambahan debit dengan mengambil sumber baru, Pompa, bronkaptering &
reservoar banyak yang sudah berumur.
Sesuai PP 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM bahwa pengelolaan air minum
dapat dilakukan oleh BUMD, koperasi, kelompok masyarakat dan swasta. Di kabupaten Buleleng
pengelolaan air minum dilakukan oleh PDAM dan Kelompok Masyarakat di tingkat desa/banjar
(UPS). Kelembagaan PDAM Buleleng sudah sangat jelas dan profesional karena jumlah pegawai
PDAM memakai rasio pelanggan (1 : 1000). Kendala yang dihadapi Kabupaten Buleleng dalam

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 42
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

penyediaan air minum adalah pengelolaan air minum oleh kelompok masyarakat di tingkat
desa/banjar antara lain :
• Masyarakat masih memiliki pola pikir yang keliru bahwa air bersih bisa di dapat tanpa
mengeluarkan biaya. Akibatnya dengan tarif rendah pengelolaan air bersih tidak mungkin bisa
berjalan dalam melaksanakan perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana secara
kontinu.
• Pengelolaan belum didukung dengan teknologi yang tepat dan sistem managemen yang
seimbang, akibatnya terjadi pemborosan dan kesinambungan pelayanan kurang terjamin.
UPS belum maksimal bekerja karena legalitasnya tidak ditetapkan dengan keputusan kepala
desa akibatnya perlindungan UPS dari unsur pimpinan desa dan adat hampir tidak ada.
Permasalahan yang sering dihadapi UPS/KPS adalah kekurangdisiplinan konsumen dalam
membayar tagihan air, pengelola tidak dapat berbuat banyak karena belum ada aturan tertulis
yang jelas atau tidak berani bertindak tegas karena tidak adanya dukungan dari aparat desa
dinas/adat.

D. Penyehatan Lingkungan Permukiman


1. Air Limbah
Isu Strategis yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut:
1) Permasalahan teknis operasional
• Masih terdapat penduduk yang memiliki jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan
sebesar 13,85% (Tahun 2015) sehingga berdampak mencemari lingkungan.
• Masih terdapat penduduk yang BAB sembarangan sebesar 11,50%.
• Belum dilakukannya monitoring uji effluent (IPLT dan sanimas) secara periodik sehingga
tidak di ketahui hasil pengolahan.
• Belum melaksanakan program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal sehingga kapasitas IPLT
Bengkala belum dimanfaatkan secara optimal
2) Permasalahan pembiayaan
• Kebutuhan pengelolaan air limbah belum dapat terpenuhi karena terbatasnya
kemampuan pemerintah dalam membiayai pengelolaan air limbah (pembiayaan masih
mengandalkan APBD).
• Tidak seimbangnya besarnya biaya operasional pemeliharaan (OM) dengan besarnya
penerimaan retribusi sebagai konsekuensi logis pelayanan pengelolaan.
3) Peraturan dan perundangan

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 43
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

• Belum dimilikinya kebijakan pengaturan pengelolaan di daerah yang mampu memberikan


motivasi kesadaran peran serta masyarakat untuk ikut secara utuh dalam pengelolaan
secara terpusat baik menyangkut pembiayaan dan teknis operasional yang berwawasan
lingkungan.
• Belum adanya peraturan pengelolaan air limbah dengan melibatkan pihak swasta dalam
pengelolaannya, khususnya untuk para pengembang perumahan (developer).
4) Peran serta masyarakat
• Kesadaran masyarakat untuk ikut serta secara utuh dalam pengelolaan perlu
ditingkatkan. Masih terdapat penduduk sekitar yang buang air besar tidak pada
tempatnya.
• Kurangnya penghargaan dari pemda atas partisipasi masyarakat dan atau swasta.
5) Aspek Pencemaran
• Pada beberapa badan air terjadi penurunan kualitas air karena beberapa badan air
tercemar amoniak, timbal, arsen, tembaga, TSS, nitrat, BOD, COD dan minyak lemak.
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai kondisi sanitasi Kabupaten Buleleng,
menunjukkan bahwa cakupan layanan air limbah domestik di Kabupaten Buleleng yaitu:
a. Penduduk yang tidak mempunyai sarana sebagian besar masih menggunakan sarana
penduduk terdekat atau membuang limbahnya ke sungai/badan air terbuka terdekat atau
melakukan BAB sembarangan jumlahnya sebesar 22.289 KK atau sekitar 11,50% dimana
jumlah penduduk yang BABS di wilayah perdesaan mencapai 18.140 KK dan di wilayah
perkotaan sebesar 4.149 KK.
b. Penduduk yang memiliki jamban tetapi masih dikategorikan tidak layak seperti cubluk atau
tanpa tangki septic jumlahnya sekitar 12.892 KK (6,65%) yang tersebar di wilayah perdesaan
sebesar 11.010 KK dan wilayah perkotaan sebesar 1.882 KK.
c. Kepemilikan jamban pribadi yang layak sebesar 142.350 KK atau 73,45%, yang tersebar di
wilayah perdesaan sebesar 101.625 KK dan wilayah perkotaan sebesar 40.725 KK.
d. Penduduk yang tidak mempunyai sarana namun memanfaatkan fasilitas bersama jumlahnya
sebesar 15.808 KK atau sebesar 8,16% dimana tersebar di wilayah perdesaan sebanyak
13.297 KK dan wilayah perkotaan sebanyak 2.511 KK.
e. Penduduk yang IPAL komunal (sanimas) sebesar 466 KK yang sebagian besar masih terdapat
di Kecamatan Buleleng (Kawasan perkotaan Singaraja).
Lebih jelasnya cakupan layanan air limbah domestik di Kabupaten Buleleng per Kecamatan
dapat dilihat pada Tabel berikut.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 44
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Tabel 2.31
Cakupan Layanan Air Limbah Domestik saat ini di kabupaten Buleleng
f.

Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak


BABS Sistem Onsite Sistem Offsite
Skala
Sistem Berbasis Komunal
Kawasan/
terpusat
Cubluk
aman/ Tangki
No. Nama kecamatan MCK
Cubluk, Jamban MCK Septik IPAL
Komu Sambungan
jamban keluarga /Jamban Kom Kom
nal** Rumah yang
(KK) tidak dgn Bersama una unal
** berfungsi
aman tangki (KK) l > 10 (KK)
(KK) (KK)
(KK) septik KK
aman (KK)
(KK)
1. Wilayah Perdesaan
a. Gerokgak 821 2.016 14.671 1.689 - - - -
b. Seririt 5.363 - 15.693 1.674 - - - -
c. Busungbiu 1.279 2.359 5.910 8 - - - -
d. Banjar 1.797 1.265 15.307 2.138 - - - -
e. Sukasada 1.961 2.179 7.416 2.268 - - - -
f. Buleleng 1.049 393 7.866 367 - - - -
g. Sawan 1.118 2.221 10.523 3.517 - - - -
h. Kubutambahan 3.203 213 11.210 192 - - - -
i. Tejakula 1.549 364 13.029 1.444 - - - -
2. Wilayah Perkotaan
a. Gerokgak 133 21 2.891 70 - - - -
b. Seririt 48 - 1.983 118 - - - -
c. Busungbiu 595 595 1.104 4 - - - -
d. Banjar 354 - 1.656 415 - - - -
e. Sukasada 767 1.103 3.891 575 - - - -
f. Buleleng 1.058 121 22.911 121 - - 466 -
g. Sawan 19 30 1.000 293 - - - -
h. Kubutambahan 814 12 2.765 194 - - - -
i. Tejakula 361 - 2.524 721 - - - -
3 Total 22.289 12.892 142.350 15.808 466
Sumber: Pemutakhiran SSK Kabupaten Buleleng Tahun 2015

Kabupaten Buleleng belum memiliki Master Plan Air Limbah, namun sudah pernah dilakukan
studi-studi atau kegiatan tentang Perencanaan Air Limbah tetapi khusus untuk wilayah Kota
Singaraja sebagai ibukota Kabupaten Buleleng.
Pelayanan air limbah berkaitan dengan kebutuhan terhadap sarana dan prasarana
pelayanan air limbah yang layak serta terhadap pembuangan air limbah tersebut. Diantara prasarana
dan sarana sanitasi yang ada di Kabupaten Buleleng, sebagian ada yang berfungsi dengan baik
walaupun jamban yang dipakai telah dilengkapi dengan tangki septik namun ada juga yang memiliki

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 45
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

jamban pribadi, yang tidak dilengkapi dengan tangki septik atau menampung air limbah/tinja, tetapi
membuang secara langsung ke badan air terbuka terdekat.
Wilayah pelayanan sarana sanitasi di Kabupaten Buleleng terdiri dari pelayanan seluruh
kecamatan di Kabupaten Buleleng. Masing-masing wilayah pelayanan memiliki sarana air limbah
berupa fasilitas buang air besar terdiri dari fasilitas pribadi (sendiri), fasilitas bersama, umum, dan
tidak ada/tidak pakai jamban (membuang langsung ke saluran drainase, sungai dan sebagainya).

2. Persampahan
Pada dasarnya Pemerintah Kabupaten Buleleng saat ini sudah mulai melaksanakan
pengelolaan persampahan dengan sistem Pola Kumpul-Angkut-Proses. Sampah yang terkumpul di
TPS baik yang dikumpulkan oleh masyarakat maupun yang dikumpulkan oleh tukang angkut dari
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng diangkut dengan truk-truk pemerintah untuk
diproses di TPA Bengkala (untuk wilayah tengah dan timur) dan TPA Pangkung Paruk untuk wilayah
barat. Jumlah sampah yang bisa diangkut ke TPA Bengkala rata-rata 340 m³/hari atau 113 ton/hari,
sedangkan TPA Pangkung Paruk rata-rata 51 m³/hari.
Masyarakat di Kabupaten Buleleng dalam melaksanakan pengelolaan sampah dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu:
• Masyarakat di lokasi yang wilayahnya merupakan wilayah pelayanan/sudah terjangkau oleh
pelayanan pemerintah melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng.
Masyarakat tersebut melaksanakan pengelolaan secara perorangan maupun dengan sistem
kawasan mengumpulkan sampah dari sumbernya (Rumah Tangga) dikumpulkan di TPS
(Tong/Kontainer, bak sampah, transfer station atau transfer depo) terdekat. Jumlah wilayah
yang sudah terjangkau oleh pelayanan pemerintah melalui Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Buleleng sebesar 26,48%.
• Masyarakat yang belum terjangkau pelayanan pemerintah, namun sudah dilayani oleh TPST
yang dikelola oleh KSM setempat.
Masyarakat yang lokasi wilayahnya belum terjangkau oleh pelayanan pemerintah namun
sudah melaksanakan pengelolaan yang dilakukan oleh KSM dengan menampung sampah
pada tempat tertentu kemudian diangkut dibawa ke TPST untuk dilakukan pengelolaan.
Jumlah wilayah yang sudah terjangkau oleh pelayanan TPST sebesar 9,70%.
• Masyarakat yang lokasi wilayahnya belum terjangkau oleh pelayanan Pemerintah dan TPST,
hanya memindahkan sampah dari sumbernya kemudian dikumpulkan/dibuang pada tempat
tertentu seperti dibakar, ditimbun, dibuang ke tempat terbuka, jurang, bahkan di saluran
terbuka (got, sungai/kali).

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 46
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Berdasarkan hasil Studi EHRA Tahun 2015 bahwa masih terdapat beberapa Rumah Tangga
yang belum menerima layanan persampahan sebesar 74,9% dimana sebagian besar cara
pengelolaan sampah dengan cara dibakar sebesar 30,8%, yang membuang sampah dengan
dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebesar 21,4%, yang
membuang sampah ke sungai/kali/laut/danau sebesar 10,9% dan kelompok yang membuang
sampahnya ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah sebesar 8,0%.
Komitmen Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam menangani masalah persampahan sangat
serius hal ini terlihat dari diterbitkannya Peraturan Bupati Buleleng Nomor 5 Tahun 2013 tentang
Gerakan Kebersihan dan Penghijauan di Kabupaten Buleleng. Peraturan ini merupakan salah satu
upaya untuk menangani sampah plastik di Kabupaten Buleleng melalui gerakan Aksi Bersama dalam
mengurangi sampah plastik dengan kegiatan rutin berupa jumat bersih setiap bulan pada minggu ke-
2.
Dari 148 desa/kelurahan di Kabupaten Buleleng, wilayah yang telah terjangkau pelayanan
persampahan Tahun 2014 oleh pemerintah Kabupaten Buleleng (angkutan DKP) adalah 48
Desa/Kelurahan yang sebagian besar terdapat di Kecamatan Buleleng, sedangkan yang belum
dilayani angkutan DKP namun sudah dilayani TPST sebesar 15 desa sehingga totalnya menjadi 63
desa/kelurahan. Namun dari wilayah yang terlayani oleh angkutan DKP tidak semua volume
sampahnya bisa terangkut 100%. Wilayah yang tidak mendapat pelayanan angkutan DKP namun
sudah dilayani oleh TPST sebagian besar berada pada wilayah di luar Kecamatan Buleleng. Pada TPST
umunya sampah dikelola dengan sistem 3R.
Cakupan akses dan sistem layanan persampahan di Kabupaten Buleleng yaitu untuk wilayah
perkotaan khususnya Kawasan Perkotaan Singaraja sudah 100% terlayani angkutan DKP, namun
volume sampah yang terangkut ke TPA masih 80%. Volume sampah yang terangkut ke TPA sebesar
422,52 M3/hari dari dari 1.595,75 M3/hari timbulan sampah di Kabupaten Buleleng. Sedangkan
volume sampah yang dikelola dengan 3R di Kabupaten Buleleng sebesar 154,79 M3/hari dari
1.595,75 M3/hari timbulan sampah, dengan volume untuk wilayah perdesaan sebesar 116,45
M3/hari dan wilayah perkotaan sebesar 38,34 M3/hari. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.36.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 47
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Tabel 2.32
Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Kecamatan
3R Volume Sampah yang terangkut ke TPA
Total
Wilayah Perdesaan Wilayah Perkotaan Total Wilayah Perdesaan Wilayah Perkotaan Total
No. Kecamatan
M3/ha
% M3/hari % M3/hari % M3/hari % M3/hari % M3/hari % M3/hari %
ri
1 Gerokgak 3,98 7,01 0,00 0,00 3,45 7,0 10,08 17,76 0,00 0,00 8,75 17,76 4,29 24,77
2 Seririt 2,81 4,51 0,00 - 2,54 4,5 24,39 39,18 80,00 13,56 29,70 52,74 9,92 57,25
3 Busungbiu 6,54 5,36 80,00 15,00 20,22 20,4 0,00 0,00 0,00 - 0,00 0,00 3,53 20,36
4 Banjar 2,53 3,91 0,00 - 2,22 3,9 14,27 22,08 0,00 - 12,52 22,08 4,50 25,99
5 Sukasada 4,53 5,39 0,00 - 2,89 5,4 0,00 0,00 56,36 37,93 20,39 37,93 7,50 43,32
6 Buleleng 22,06 17,64 0,00 - 5,32 17,6 20,96 16,76 80,00 201,34 65,77 218,10 40,83 235,74
7 Sawan 15,15 20,76 0,00 - 13,94 20,8 27,78 38,06 47,16 5,60 29,33 43,66 11,16 64,42
8 Kubutambahan 12,97 14,12 0,00 - 10,34 14,1 7,41 8,06 80,00 22,20 22,16 30,26 7,69 44,38
9 Tejakula 35,70 37,75 80,00 23,34 45,28 61,1 0,00 0,00 0,00 - 0,00 0,00 10,58 61,09
Jumlah 10,36 116,45 8,12 38,34 9,70 154,79 12,63 141,89 59,46 280,63 26,48 422,52 36,18 577,31
Sumber: Pemutakhiran SSK Kabupaten Buleleng Tahun 2015

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 48
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

3. Drainase
Permasalahan umum yang sering dihadapi pada setiap musim hujan adalah masalah banjir
dan genangan air. Banjir dan genangan akan berdampak pada terganggunya kelancaran lalu lintas
dan dapat menurunkan derajat kesehatan penduduk dan lingkungan. Terjadinya banjir dan
genangan disebabkan oleh fungsi drainase kota belum tertangani secara menyeluruh baik dari segi
perencanaan teknis maupun pelaksanaan fisiknya dan disamping kurangnya kesadaran masyarakat
dalam memelihara saluran yang ada di sekitarnya. Permasalahan tersebut merupakan dampak dari
perkembangan penduduk dan bangunan fisik yang sangat cepat tapi tidak terkontrol dimana
terjadi penyempitan areal resapan air terutama pada musim hujan, limpasan permukaan air
langsung menuju saluran drainase. Berkurangnya daerah resapan air menyebabkan saluran
drainase tidak mampu menampung sehingga terjadi luapan dan banjir.
Dari Hasil Studi EHRA 2015, masih terdapat Rumah Tangga yang mengalami banjir pada
waktu musim hujan sekitar 8,8%. Sekitar 4,5% rumah tangga melaporkan banjir di Kabupaten
Buleleng terjadi beberapa kali dalam setahun. Sekitar 0,1% rumah tangga yang mengalami sekali
dalam setahun, dan yang lebih parah atau yang mengalami sebulan sekali hanya sekitar 3,2%.
Luas genangan di Kabupaten Buleleng Tahun 2014 sebesar 218,73 Ha, dengan luas
genangan terbesar terdapat di Kecamatan Gerokgak dan Buleleng.
Daerah-daerah yang berpotensi terjadi banjir dan genangan air di Kabupaten Buleleng
yaitu:
• Kecamatan Gerokgak
Daerah yang berpotensi banjir atau genangan di Kecamatan Gerokgak yaitu Desa
Pejarakan, Sumberkima, Pemuteran, Banyupoh, Penyabangan, Musi, Sanggalangit,
Gerokgak, Patas, Pengulon, dan Celukanbawang dengan total luas genangan 105,60 Ha.
• Kecamatan Seririt
Daerah yang berpotensi banjir atau genangan di Kecamatan Seririt yaitu Desa Bestala,
Kalianget, Tangguwisia, Sulanyah, Kelurahan Seririt, Desa Patemon, Lokapaksa, Banjar
Asem, Kalisada dan Pangkung Paruk dengan total luas genangan 23,10 Ha.
• Kecamatan Busungbiu
Daerah yang berpotensi banjir atau genangan di Kecamatan Busungbiu yaitu Desa
Pucaksari, Sepang, Busungbiu, Pelapuan dan Subuk dengan total luas genangan 4,15 Ha.
• Kecamatan Banjar
Daerah yang berpotensi banjir atau genangan di Kecamatan Banjar yaitu Desa Tirta Sari,
Sidatapa, Banjar, Dencarik dan Temukus dengan total luas genangan 10,50 Ha.
• Kecamatan Sukasada

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 49
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

Daerah yang berpotensi banjir atau genangan di Kecamatan Sukasada yaitu Desa
Pancasari, Ambengan, Silangjana, Pegadungan, Kelurahan Sukasada, Desa Panji Anom, dan
Desa Tegallinggah dengan total luas genangan 9,63 Ha.

• Kecamatan Buleleng
Daerah yang berpotensi banjir atau genangan di Kecamatan Buleleng yaitu Desa Pemaron,
Kelurahan Banyuasri, Paket Agung, Kendran, Banjar Bali, Kampung Kajanan, Kampung
Anyar, Kampung Bugis, Penarukan, Desa Jinengdalem, Sari Mekar dan Alasangker dengan
total luas genangan 25,05 Ha. Beberapa titik (kawasan) yang berpotensi terjadi
banjir/genangan di Kawasan Perkotaan Singaraja seperti terlihat di Tabel berikut.
Tabel 2.33
Genangan di Kota Singaraja
Karakteristik Genangan
Luas Ketinggian Lama Genangan Frekuensi
No. Lokasi Genangan
Area (m) (jam) (kali/tahun)
(Ha)
1. Kawasan Simpang Jl. A. Yani-Jl. Pura 0,2 0,3 2 2-3
Segara Penimbangan-Jl. Mayor Serma
(Desa Baktiseraga)
2. Kawasan Jl. Jalak Putih (Desa 0,4 0,5 3 3-4
Baktiseraga)
3. Kawasan Jalan Udayana (Depan 0,4 0,5 3 4-5
Kantor Kementrian Agama)
4. Kawasan Jalan Kartini (Depan Kantor 0,5 0,4 3 3-4
Dinas PU)
5. Kawasan Jalan Lely (Kel. Banjar Jawa) 0,8 1 4 5-6
6. Kawasan Jalan Merak (Kel. Kampung 1,4 1 4 5-6
Anyar)
7. Kawasan Jalan Pulau Bali (Kel. 5,7 0,5 3 5-6
Kampung Baru)
8. Kawasan Jalan Surapati (Kel. 0,4 0,3 4 4-5
Banyuning)
9. Kawasan Jalan Pulau Seribu (Kel. 1 0,6 3 3
Penarukan)
10. Kawasan Jalan Setiabudi (Kel. 1 0,5 4 2
Penarukan)
11. Kawasan Simpang Jl. WR Supratman-Jl. 0,5 0,3 3 2
Natuna-Jl. Samratulangi (Kel.
Penarukan)
Sumber: Review DED Drainase Kota Singaraja dan sekitarnya, Tahun 2013.

• Kecamatan Sawan
Daerah yang berpotensi terjadi banjir atau genangan di Kecamatan Sawan yaitu Desa
Galungan, Sudaji, Jagaraga, Kerobokan dan Bungkulan dengan total luas genangan 16,00
Ha.
• Kecamatan Kubutambahan
Daerah yang berpotensi terjadi banjir atau genangan di Kecamatan Kubutambahan yaitu
Desa Pakisan, Depeha dan Kubutambahan dengan total luas genangan 9,5 Ha.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 50
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022
PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

• Kecamatan Tejakula
Daerah yang berpotensi terjadi banjir atau genangan di Kecamatan Tejakula yaitu Desa
Bondalem, Tejakula dan Sambirenteng dengan total luas genangan 15,2 Ha.

Rencana Program InvestaJangka Menengah (RPIJM)


II - 51
Bidang Cipta Karya Kabupaten Buleleng, Tahun 2018-2022

Anda mungkin juga menyukai