BAB II
PROFIL KABUPATEN BULELENG
Tabel 2.1
Luas Wilayah per Kecamatan dan Jumlah Desa/ Kelurahan di Kabupaten Buleleng
Jumlah (%) thd Luas
No. Kecamatan Luas (Ha)
Desa/Kelurahan Kabupaten
1. Gerokgak 14 35.667 26,11
2. Seririt 21 11.178 8,18
3. Busungbiu 15 19.662 14,40
4. Banjar 17 17.260 12,64
5. Sukasada 15 17.293 12,66
6. Buleleng 29 4.694 3,44
7. Sawan 14 9.252 6,77
8. Kubutambahan 13 11.824 8,66
9. Tejakula 10 9.768 7,15
Total 148 136.588 100,00
Sumber : Buleleng Membangun, Tahun 2016
Tabel 2.2
Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Buleleng Tahun 2015
No. Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (ton)
1. Padi Sawah 21.135 128.209
2. Jagung 5.674 15.850
3. Ubi Kayu 753 7887
4. Ubi Jalar 9 101
5. Kacang Tanah 1061 1.215
6. Kedelai 18 20
7. Kacang Hijau 134 82
Sumber: Buleleng Membangun, 2016
Tabel 2.3
Jumlah Tanaman dan Produksi Buah-Buahan di Kabupaten Buleleng
Tahun 2015
No. Komoditas Jumlah Tanaman (pohon) Produksi (ton)
1. Mangga 556.542 36.732
2. Rambutan 242.542 12.626
3. Jeruk 433.939 10.082
4. Durian 82.603 4.496
5. Pisang 1.576.827 22.990
6. Anggur 551.964 11.038
7. Alpokat 11.022 618
8. Duku 15.753 537
9. Sawo 31.638 969
10. Jambu Biji 11.967 170
11. Pepaya 119.507 1.803
12. Nenas 5.080 22
13. Salak 120.513 232
Tabel 2.5
Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Buleleng
Tahun 2015
No. Komoditas Luas (Ha) Produksi (ton)
1. Kopi Robusta 10.512,91 9.454,62
2. Kopi Arabika 2.789,00 2.589,37
3. Kakao 1.207,50 1.768,30
4. Cengkeh 7.754,82 4.907,40
5. Vanili 0,00 0,00
6. Tembakau Virginia 394,50 724.763,00
7. Kelapa Dalam 8.773,69 8.994,98
8. Kelapa Hibrida 39,60 30,41
9. Aren 137,00 16,29
Dari Tabel 2.5 menunjukkan bahwa tembakau virginia merupakan produk perkebunan
yang paling dominan dengan produksi sebanyak 724.763 ton dengan areal pengembangan seluas
394,50 Ha. Produk perkebunan berikutnya yang banyak produksinya yaitu kopi robusta, dengan
areal pengembangan di Tahun 2015 seluas 10.512,91 Ha dengan produksi mencapai sebanyak
9.454,62 ton. Sedangkan areal kopi arabika seluas 2.789 Ha dengan produk mencapai 2.589,37
ton. Selain dipasarkan dalam bentuk bijian, di Buleleng sudah ada industri yang mengolah biji kopi
menjadi kopi bubuk. Pemasaran kopi bubuk menjangkau pasar lokal dan nasional. Cengkeh dan
kelapa dalam juga merupakan salah satu produk perkebunan unggulan, melihat luas areal yang
mencapai 7.754,82 Ha dan 8.773,69 Ha.
Tabel 2.7
Jumlah Ternak yang dipotong pada RPH di Kabupaten Buleleng Tahun 2015
No. Komoditas Jumlah
1. Sapi 6.671
2. Kerbau 35
3. Kambing 5.274
4. Babi 89.602
Sumber : Buleleng Membangun, 2016
Tejakula, Buleleng dan Sukasada merupakan penghasil ternak sapi potong yang cukup banyak di
Kabupaten Buleleng. Populasi sapi potong di Kabupaten Buleleng tahun 2015 mencapai 119.473
ekor, dengan banyaknya sapi yang dipotong mencapai 6.671 ekor. Selain dipasarkan di pasar lokal
Bali, juga pasar nasional sampai ke Jakarta.
Ternak babi juga dikembangkan di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Buleleng.
Populasi ternak babi tahun 2015 mencapai 340.479 ekor dengan banyaknya babi yang dipotong
per tahun mencapai 89.602 ekor.
Tabel 2.8
Banyaknya Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri menurut jenis Industri
Tahun 2015
Banyaknya Nilai investasi Nilai Produksi
Tenaga Kerja
No. Jenis industri Perusahaan (Rp. 000) (ribu rupiah)
(orang)
(unit)
1. Makanan, Minuman dan
19 116 537.196 5.120.594
Tembakau
2. Tekstil, Pakaian dan Kulit 2 7 38.853 104.000
3. Kayu, Bambu, Rotan,
Rumput dan sejenisnya
6 29 260.750 1.026.000
termasuk perabot rumah
tangga
4. Kertas dan barang dari
kertas, percetakan dan - - - -
penerbitan
5. Kimia dan barang-barang
dari bahan kimia, minyak
- - - -
bumi, batu bara, karet
dan plastic
6. Barang Galian bukan
Logam kecuali minyak - - - -
bumi dan batu bara
7. Barang dari Logam, Mesin 8 29 176.080 1.318.000
dan peralatan
8. Pengolahan lainnya 4 29 409.087 998.088
Jumlah 39 210 1.421.966 8.566.682
Sumber : Buleleng Membangun, 2016
Tabel 2.10
Jumlah Toko, Kios dan Warung di Kabupaten Buleleng Tahun 2015
No. Kecamatan Toko (unit) Kios (unit) Warung (unit)
1. Gerokgak 218 164 1.037
2. Seririt 677 125 542
3. Busungbiu 32 30 650
4. Banjar 75 40 670
5. Sukasada 388 59 581
6. Buleleng 600 839 1.662
Tabel 2.11
Jumlah Penduduk dan Jumlah KK menurut Kecamatan
di Kabupaten Buleleng Tahun 2016
Jumlah Penduduk (jiwa)
No. Kecamatan Jumlah KK
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Gerokgak 41.790 41.480 82.370 27.902
2 Seririt 35.440 36.750 72.190 23.949
3 Busungbiu 20.210 20.510 40.720 12.843
4 Banjar 35.590 36.300 71.890 22.292
5 Sukasada 38.060 38.430 76.490 21.906
6 Buleleng 67.590 68.250 135.840 37.751
7 Sawan 29.730 30.510 60.240 21.171
8 Kubutambahan 28.000 27.350 55.350 17.735
9 Tejakula 27.390 26.720 54.110 20.179
Jumlah 323.800 326.300 650.100 205.728
Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2017
Tabel 2.12
Jumlah Rumah Tangga Miskin Kabupaten Buleleng Tahun 2011
Prosentase
No. Kecamatan Jumlah RTM (KK)
(%)
1. Gerokgak 9.944 16,04
2. Seririt 9.518 15,35
3. Busungbiu 4.064 6,56
4. Banjar 6.994 11,28
5. Sukasada 5.897 9,51
6. Buleleng 8.054 12,99
7. Sawan 5.511 8,89
8. Kubutambahan 6.792 10,96
9. Tejakula 5.220 8,42
Jumlah 2011 61.994 100
Sumber: Basis Data Terpadu Tahun 2015
Dengan melihat laju pertumbuhan penduduk tiap tahun maka jumlah penduduk dapat
diproyeksikan untuk beberapa tahun mendatang. Proyeksi penduduk selama 5 tahun yaitu pada
Tahun 2015 sebesar 646.200 jiwa yang terdiri dari 189.560 jiwa penduduk perkotaan dan 456.640
jiwa penduduk perdesaan. Tahun 2018 penduduk di Kabupaten Buleleng diproyeksikan berjumlah
655.702 jiwa yang terdiri dari 192.988 jiwa penduduk perkotaan dan 462.714 jiwa penduduk
perdesaan. Tahun 2019 sebesar 658.982 jiwa yang terdiri dari 194.146 jiwa penduduk perkotaan
dan 464.836 jiwa penduduk wilayah perdesaan. Proyeksi penduduk Tahun 2020 sebesar 661.912
jiwa dengan 195.310 jiwa penduduk perkotaan dan 466.602 jiwa penduduk perdesaan. Sedangkan
proyeksi penduduk Tahun 2021 sebesar 665.589 jiwa yang terdiri dari 196.484 jiwa penduduk
perkotaan dan 469.105 jiwa penduduk wilayah perdesaan. Proyeksi penduduk tahun 2022 sebesar
669.015 jiwa yang terdiri dari 197.660 jiwa penduduk perkotaan dan 471.355 jiwa penduduk
wilayah perdesaan.
Jumlah penduduk Kabupaten Buleleng serta proyeksinya per kecamatan tersaji pada Tabel
2.15.
Tabel 2.15
Jumlah Penduduk Proyeksi Tahun 2018-2022 di Kabupaten Buleleng
No. Kecamatan Tahun
2016 2018 2019 2020 2021 2022
1. Gerokgak 82.370 83.195 83.611 84.029 84.449 84.972
2. Seririt 72.190 72.913 73.278 73.644 74.012 74.382
3. Busungbiu 40.720 41.128 41.333 41.540 41.748 41.956
4. Banjar 71.890 72.610 72.973 72.973 73.705 74.073
5. Sukasada 76.490 77.256 77.643 78.031 78.421 78.813
6. Buleleng 135.840 137.201 137.887 138.577 139.270 139.966
7. Sawan 60.240 60.843 61.148 61.453 61.761 62.069
8. Kubutambahan 55.350 55.904 56.184 56.465 56.747 57.031
9. Tejakula 54.110 54.652 54.925 55.200 55.476 55.753
Total 650.100 655.702 658.982 661.912 665.589 669.015
Sumber: Hasil Proyeksi Penduduk Tahun 2017
Tabel 2.16
Klasifikasi Kawasan Perkotaan di Kabupaten Buleleng
a.
Luas Jumlah
No. Kecamatan Desa/Kelurahan Wilayah Penduduk Klasifikasi Kawasan
(Ha) Tahun 2015
A. Gerokgak 1. Desa Gerokgak 3.020 6.500 PPK Gerokgak
2. Desa Celukanbawang 456 4.420 PPK Celukanbawang
Sub Total 3.476 10.920
B. Seririt 1. Kelurahan Seririt 223 6.850 PKL Seririt
Sub Total 223 6.850
C. Busungbiu 1. Desa Busungbiu 762 7.550 PPK Busungbiu
Sub Total 762 7.550
D. Banjar 1. Desa Banjar 908 8.790 PPK Banjar
Sub Total 908 8.790
E. Sukasada 1. Desa Pancasari 1.280 4.990 PPK Pancasari
2. Kelurahan Sukasada 715 6.760 PKW Singaraja
3. Sambangan 767 6.300 PKW Singaraja
4. Panji 1.061 9.370 PKW Singaraja
Sub Total 3.823 27.420
F. Buleleng 1. Desa Kalibukbuk 263 6.110 PPK Kalibukbuk
2. Desa Baktiseraga 151 6.940 PKW Singaraja
3. Kelurahan Banyuasri 195 6.680 PKW Singaraja
4. Kelurahan Banjar Tegal 77 4.210 PKW Singaraja
5. Kelurahan Paket Agung 75 2.170 PKW Singaraja
6. Kelurahan Beratan 15 870 PKW Singaraja
7. Kelurahan Liligundi 50 1.310 PKW Singaraja
8. Kelurahan Kampung Singaraja 30 1.460 PKW Singaraja
9. Kelurahan Kendran 71 2.450 PKW Singaraja
10. Kelurahan Astina 21 1.950 PKW Singaraja
11. Kelurahan Banjar Jawa 63 4.760 PKW Singaraja
12. Kelurahan Banjar Bali 52 2.410 PKW Singaraja
13. Kelurahan Kampung Kajanan 57 5.910 PKW Singaraja
14. Kelurahan Kaliuntu 113 5.180 PKW Singaraja
15. Kelurahan Kampung Anyar 36 5.120 PKW Singaraja
16. Kelurahan Kampung Bugis 30 3.200 PKW Singaraja
17. Kelurahan Kampung Baru 151 7.150 PKW Singaraja
18. Kelurahan Banyuning 513 14.910 PKW Singaraja
19. Kelurahan Penarukan 375 14.130 PKW Singaraja
20. Desa Jinengdalem 288 4.830 PKW Singaraja
Sub Total 2.626 101.750
G. Sawan 1. Desa Sawan 297 1.750 PPK Sawan
2. Desa Kerobokan 248 2.280 PKW Singaraja
Sub Total 545 4.030
H. Kubutambahan 1. Desa Kubutambahan 1.036 11.780 PPK Kubutambahan
Sub Total 1.036 11.780
I. Tejakula 1. Desa Tejakula 1.396 10.470 PPK Tejakula
Sub Total 1.396 10.470
Total 14.795 189.560
Sumber : Buleleng Membangun Tahun 2016 dan RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033
Tabel 2.17
Jumlah Penduduk Perkotaan di Kabupaten Buleleng Tahun 2015 dan
Proyeksinya sampai Tahun 2021
Jumlah Jumlah Penduduk Proyeksi (Tahun)
No Penduduk
Kecamatan
. Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
2015
1. Gerokgak 10.920 10.985 11.051 11.117 11.184 11.251 11.319 11.386
2. Seririt 6.850 6.891 6.932 6.974 7.015 7.057 7.100 7.142
3. Busungbiu 7.550 7.595 7.640 7.686 7.732 7.779 7.825 7.872
4. Banjar 8.790 8.842 8.895 8.949 9.002 9.056 9.111 9.165
5. Sukasada 27.420 27.584 27.750 27.916 28.084 28.252 28.422 28.592
6. Buleleng 101.750 102.360 102.974 103.592 104.214 104.839 105.468 106.101
7. Sawan 4.030 4.054 4.078 4.102 4.127 4.152 4.177 4.202
8. Kubutambahan 11.780 11.850 11.921 11.993 12.065 12.137 12.210 12.283
I9 Tejakula 10.470 10.532 10.596 10.659 10.723 10.787 10.852 10.917
Total 189.560 190.693 191.837 192.988 194.146 195.310 196.484 197.660
Sumber : Buleleng Dalam Angka Tahun 2016 dan Hasil Perhitungan Tahun 2017
Terkait dengan migrasi penduduk, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang datang
dan pindah, lebih banyak terjadi di Kecamatan Buleleng, Hal ini terjadi karena ibu kota kabupaten
berada di Kecamatan Buleleng. Jumlah penduduk yang datang sebesar 953 jiwa dan jumlah
penduduk yang pindah sebesar 1.152 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang melakukan migrasi
paling sedikit terjadi di Kecamatan Busungbiu, yaitu sebesar 205 jumlah penduduk yang datang
dan 267 jiwa jumlah penduduk yang pindah. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.18 berikut.
Tabel 2.18
Migrasi Penduduk di Kabupaten Buleleng
No. Kecamatan Datang Pindah
bukanlah merupakan tujuan akhir dari pembangunan. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam
pembangunan adalah kesejahteraan rakyat seluas-luasnya.
Untuk mengetahui keberhasilan pembangunan ekonomi di Kabupaten Buleleng digunakan
media penghitungan Nilai Produk Domestik Regional Bruto atau yang lebih dikenal dengan
sebutan PDRB. PDRB merupakan cerminan atau gambaran secara makro mengenai perekonomian
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, karena PDRB adalah penjumlahan nilai tambah bruto
dari sektor-sektor ekonomi yang berperan dalam kegiatan perekonomian daerah tersebut.
PDRB Kabupaten Buleleng telah menunjukkan peningkatan pertumbuhan ekonomi, hal ini
dapat dijelaskan dari tabel sebagai berikut:
Tabel 2.19
Pertumbuhan Ekonomi Kab. Buleleng dan Prov. Bali Tahun 2010-2014
No. Tahun Kab. Buleleng (%) Provinsi Bali (%)
1. 2012 6,78 6,96
2. 2013 7,15 6,69
3. 2014 6,96 6,72
4. 2015 6,11 6,04
5. 2016 6,01 6,24
Jumlah 32,91 32,65
Rata-rata 6,58 6,53
Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka 2017
Gambar 2.1
Grafik Angka Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Buleleng dan Propinsi Bali
2012-2016 (%)
7.4
7.2
7
6.8
6.6
6.4 Series1
6.2 Series2
6
5.8
5.6
5.4
1 2 3 4 5
Dari tabel di atas dapat dilihat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Buleleng dalam lima
tahun terakhir juga mengalami fluktuasi, dengan mengalami peningkatan di Tahun 2013 dan
menurun di tahun 2014 sebesar 6,96%, kembali menurun di tahun 2015 sebesar 6,11% dan
semakin menurun di tahun 2016 sebesar 6,01%.
Tabel 2.20
Perkembangan PDRB Kabupaten Buleleng
Tahun 2012 - 2016 (Juta Rupiah)
Dari Tabel 2.21 dapat dilihat PDRB Kabupaten Buleleng menunjukkan perkembangan yang
positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Pada Tahun 2012 PDRB atas dasar harga berlaku
besarnya Rp. 9.115.717,85 juta meningkat menjadi sebesar Rp. 28.068.539,86 juta di Tahun 2016.
B. Struktur Perekonomian
Potensi-potensi yang ada dalam suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai macam
perspektif dan pendekatan. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui potensi
unggulan suatu daerah adalah komposisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB pada
dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu
daerah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi. Salah satu pendekatan dalam menghitung PDRB adalah menggunakan
pendekatan produksi yang merupakan jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Unit-unit
produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 17 lapangan usaha (sektor) dan
setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor.
Tabel 2.21
Distribusi Prosentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 2015-2016
Tahun (%)
No. Sektor
2015 2016
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 22,87 22,68
2 Pertambangan dan Penggalian 1,21 1,31
3 Industri Pengolahan 5,97 5,88
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,12 0,14
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,13 0,13
6 Konstruksi 8,55 8,37
7 Perdagangan Besar dan Enceran;Reparasi Motor dan Sepeda Motor 11,44 11,02
8 Transportasi dan Pergudangan 1,25 1,18
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 17,92 18,32
10 Informasi dan komunikasi 5,21 5,32
11 Jasa keuangan dan asuransi 4,36 4,25
12 Real Estat 4,78 4,48
13 Jasa Perusahaan 0,63 0,66
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan jaminan Sosial Wajib 5,11 5,14
15 Jasa Pendidikan 6,69 7,25
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,01 2,08
Gambar 2.2
Diagram Struktur Ekonomi Kabupaten Buleleng Tahun 2016
Persoalan kemiskinan, masih menjadi isu utama dalam konteks pembangunan nasional
dan daerah. Penanganan permasalahan kemiskinan memerlukan adanya keterpaduan dalam
pelaksanaan kebijakan dan program- program
pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur, dan
pemberdayaan masyarakat. Penanggulangan kemiskinan menjadi agenda prioritas yang harus
ditangani secara terintegrasi yang menunjukkan adanya keberpihakan pada masyarakat kurang
mampu, serta memfasilitasinya agar mampu memenuhi dan mengakses berbagai pelayanan
kebutuhan masyarakat, guna mengurangi penduduk miskin.
Pengukuran kemiskinan yang dilakukan BPS, menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (Basic need approach), yaitu kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuh kebutuhan dasar makanan dan bukan
makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Untuk itu penduduk miskin adalah penduduk dengan
rata-rata pengeluaran dibawah garis kemiskinan.
Jumlah penduduk miskin dan garis kemiskinan Kabupaten Buleleng dari tahun 2006
sampai dengan Tahun 2013 ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 2.23
Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2006 s.d 2013
Jumlah Persentase
Jumlah Bertambah / %
Tahun penduduk penduduk
No. Penduduk ( berkurang ) kenaikan/
miskin miskin
( jiwa ) jiwa (penurunan)
(Jiwa ) (%)
1. 2006 643.043 59.031 9,18 0 0
2. 2007 643.274 55.836 8,68 ( 3.195 ) (5,41)
3. 2008 650.237 48.433 7,45 ( 7.403 ) (13,26)
4. 2009 654.147 38.922 5,95 ( 9.511 ) (19,64)
5. 2010 662.920 45.874 6,92 6.952 17,86
6. 2011 637.038 37.950 5,93 ( 7.924 ) (17,27)
7. 2012 634.300 33.300 5,19 (4.650) (12,25)
8. 2013 638.300 40.300 6,31 7.000 21,02
Sumber : Bali Dalam Angka, 2014 (berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional - September)
Pada tabel di atas terlihat, bahwa trend persentase jumlah penduduk miskin dari tahun
2006 sampai dengan tahun 2013 mengalami penurunan yang cukup signifikan namun pada Tahun
2013 mengalami peningkatan. Namun jika dilihat dari Tahun 2006 s/d 2013 rata-rata terjadi
penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 3,6%.
Gambar 2.3
Prosentase Luas Lahan Berdasarkan Tingkat Kemiringan
di Kabupaten Buleleng
Datar 12,264.75
Terjal 32,634.50 8.98%
23.89%
Miring 21,462.75
15.71% Landai 70,226.00
51.41%
b. Geohidrologi
Air Tanah
Berdasarkan hasil penyelidikan air tanah yang telah dilaksanakan di beberapa kecamatan
di Kabupaten Buleleng, melalui pengeboran eksplorasi dan berdasarkan perhitungan diperkirakan
sumber air tanah efektif tercatat 10,857 juta m3.Pemanfaatan air tanah dipergunakan untuk air
bersih (PDAM), untuk keperluan pertanian dan air minum masyarakat.
Air Permukaan
Sumber-sumber air permukaan di Kabupaten Buleleng meliputi air yang berasal dari
sungai, bendungan, danau dan mata air. Potensi air yang berasal dari sungai dikelompokkan ke
dalam sub satuan wilayah sungai (sub sws) mulai dari sub sws 03.01.08 - 03.01.12, dengan jumlah
sungai sebanyak 51 buah, dengan total debit aliran sebanyak 637 juta m3 per tahun. Debit air
bulanan yang tinggi pada semua sub sws umumnya terjadi pada Bulan Desember sampai April.
Sumber-sumber air permukaan lainnya yaitu Bendungan Gerokgak dengan potensi
sebanyak 2,50 juta m3/tahun. Mata air tercatat sebanyak 277 buah yang diperoleh sekitar 69,060
juta m3 tetapi yang merupakan sumber air potensial dan efektif diperkirakan mencapai 48,342 juta
m3.
Kabupaten Buleleng mempunyai 2 (dua) buah danau yang terletak di Kecamatan Banjar
(Danau Tamblingan) dan di Kecamatan Sukasada (Danau Buyan).Kedua danau alam tersebut
merupakan danau yang tertutup, artinya antara air yang masuk dan yang keluar seimbang. Potensi
air danau adalah 143,25 juta m3/tahun, yang berasal dari Danau Buyan 116,25 juta m3/tahun dan
dari Danau Tamblingan 27,00 juta m3/tahun.
Curah Hujan
Selain air permukaan dan air tanah, sumber daya air juga didapatkan dari curah
hujan.Curah hujan terdiri dari curah hujan potensial, curah hujan efektif dan curah hujan
tampungan. Data curah hujan yang tersedia pada Tahun 2002 merupakan hasil perhitungan dan
pengukuran di beberapa stasiun klimatologi/curah hujan yaitu di stasiun Gerokgak, Seririt,
Busungbiu, Sukasada, Kubutambahan dan Tejakula diketahui curah hujan tersedia/potensial
adalah sebesar 6,662 juta m3.
Curah hujan efektif adalah curah hujan potensial dikurangi dengan besarnya
evapotranspirasi.Curah hujan efektif Kabupaten Buleleng adalah 3,090 juta m3.Curah hujan
tampungan diperhitungkan berdasarkan jumlah curah hujan yang benar-benar ditampung untuk
keperluan keluarga, terutama di musim kemarau pada daerah kritis seperti daerah berbukit
(Kecamatan Gerokgak, Seririt, Kubutambahan dan Tejakula).Penampungan air hujan itu dengan
membuat bak penampungan yang disebut PAH/cubang yang jumlah seluruhnya sekitar 823 buah
dengan kapasitas rata-rata ± 5 m3 setiap cubang. Berdasarkan pencatatan tersebut jumlah air
hujan yang ditampung langsung sebesar 0,27 juta m3.
c. Geologi
Secara stratigrafi pelapisan batuan yang terdapat di Kabupaten Buleleng pada umumnya
terdiri dari batuan bereksi, lava, tufa dan lahar yang tersebar hampir di sebagian besar wilayah
Kabupaten Buleleng. Terdapat sesar/fault yang diperkirakan terdapat di wilayah Kecamatan
Gerokgak, yaitu dua busur besar yang sejajar memanjang ke arah barat dan timur yang berada
pada formasi Batuan Gunung Api Pulaki yang terdiri dari bereksi dan lava. Dua buah sesar
mendatar yang diperkirakan di wilayah Ujung Barat Pulau Bali (diantaranya formasi Prapat Agung
yang dominan ditutupi oleh batuan gamping dengan formasi palasari yang terdiri dari batu pasir,
konglomerat dan batuan gamping terumbu).Dua buah sesar lagi yang diperkirakan berada di
wilayah Kecamatan Tejakula yaitu terletak diantara formasi batuan tufa dan endapan lahar Buyan,
Bratan dan Batur dengan formasi Buyan Bratan dan Batur Purba. Disamping struktur tersebut di
atas masih ditemukan juga struktur pelapisan pada batuan tufa, lava dari kelompok batuan api
Buyan Bratan purba.
d. Klimatologi
Kabupaten Buleleng memiliki iklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim dan
terdapat musim kemarau dan hujan.Faktor ketinggian tempat menentukan besarnya curah
hujan.Pada daerah pegunungan terutama di bagian selatan sekitar Danau Tamblingan, curah hujan
terdapat pada setiap bulan atau sepanjang tahun hampir tidak terdapat bulan-bulan kering.
1) Pola Curah Hujan
Pola curah hujan di Kabupaten Buleleng, khususnya untuk daerah bagian bawahnya (< 100 m
dpl), memiliki pola 4-5 bulan basah (CH > 100 mm/bulan) dan 7-8 bulan kering (CH < 60
mm/bulan). Pola curah hujan demikian disebut tipe iklim F. Besar curah hujan rata-rata
tahunan bervariasi antara < 1.500 mm/tahun untuk daerah-daerah bagian bawah seperti di
wilayah Kecamatan Gerokgak (1.056 mm/tahun), dan daerah-daerah bagian atas > 1.500
mm/tahun seperti Kecamatan Busungbiu (2.750 mm/tahun).
2) Temperatur dan Kelembaban Udara
Temperatur udara rata-rata di Kabupaten Buleleng adalah 27,05°C, dengan temperatur rata-
rata tertinggi 29°C yang terjadi pada Bulan Mei sampai dengan Oktober. Selanjutnya,
temperatur rata-rata terendah 26°C pada Bulan Agustus. Kelembaban udara tidak terlalu
berfluktuasi, dimana kisarannya adalah antara 77% sampai dengan 82% dengan kelembaban
udara rata-rata tahunan adalah sebesar 78,4%.
Tabel 2.24
Kondisi Beberapa Unsur Iklim di Kabupaten Buleleng Tahun 2016
Stasiun Pengamatan
No. Unsur Iklim Meteorologi Geofisika Geofisika Klimatologi
Ngurah Rai Sanglah Karangasem Negara
1. Temperatur (oC)
Maksimum 31,3 33,7 31,4 31,4
Minimum 25,2 25,1 23,1 24,0
Rata-rata 28,0 28,4 26,9 27,0
2. Kelembaban Udara (%)
Maksimum 89 88 90 93
Minimum 71 69 71 76
Rata-rata 80 78 81 84
3. Tekanan Udara (mb) 1.009,5 1.008,6 1.012,0 1.009,5
4. Kecepatan Angin (knot) 6 6 5 2
5. Curah Hujan (mm) 2.489,0 2.180,7 1.913,6 2.498,0
6. Penyinaran Matahari (%) 77 54 75 66
Sumber : Kabupaten Buleleng Dalam Angka, 2017
Tabel 2.25
Rata-Rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Buleleng menurut Bulan, 2014
No. Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hh)
1. Januari 353,8 19
2. Februari 267,5 18
3. Maret 131,1 11
4. April 105,1 10
5. Mei 64,7 6
6. Juni 26,9 4
7. Juli 56,8 5
8. Agustus 17,0 2
9. September 0,00 0
10. Oktober 7,8 2
11. Nopember 266,1 11
12. Desember 208,5 17
Sumber: Buleleng Membangun, 2015
sebaran kawasan rawan abrasi dan erosi pantai tersebar pada beberapa tempat
sepanjang pantai Kecamatan Gerokgak, Seririt, Banjar, Buleleng, Sawan, Kubutambahan
dan Tejakula; dan
Sebaran kawasan rawan intrusi air laut di kawasan pesisir sepanjang Pantai Lovina,
Kecamatan Tejakula dan Kecamatan Gerokgak.
13. Pembiayaan perumahan yang terbatas dan pola subsidi yang memungkinkan terjadinya salah
sasaran.
Target RPJMD Kab. Buleleng, pada Program Pembangunan Infrastruktur Wilayah Perdesaan
dengan indikator kinerja program yaitu tertatanya lingkungan pemukiman penduduk perdesaan
maka ditargetkan 27,70% pada tahun 2014 dan meningkat menjadi 34,46% pada akhir Tahun 2018.
Untuk mencapai target tersebut maka diperlukan kebijakan dan strategi pembangunan permukiman
sebagai dasar penyusunan Program pembangunan permukiman di kabupaten Buleleng.
Tabel 2.27
Isu Strategis Penataan Bangunan di Kab. Buleleng
No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor PBL di Kab Buleleng
1 Penataan Lingkungan a. Masih kurangnya luas RTH publik di perkotaan (<
Permukiman dari 20%)
b. Belum tertatanya RTH pada beberapa kawasan
perkotaan seperti lapangan Seririt, lapangan
Kubutambahan dan lain-lain
c. Masih terdapatnya kawasan desa tradisional yang
perlu ditata untuk menonjolkan ciri khas kawasan
d. Masih ditemukan kawasan yang mengalami
degradasi lingkungan (berpotensi menjadi
permukiman kumuh)
2 Pemberdayaan Komunitas Pergeseran kegiatan P2KP menjadi Program
Peningkatan Kualitas Permukiman guna mencegah
timbulnya kawasan kumuh
Tabel 2.28
Penataan Lingkungan Permukiman di Kab. Buleleng
No Komponen Penataan Lingkungan Keterangan
Permukiman
1. Kaw. Tradisional/bersejarah Kawasan tradisional di Kab. Buleleng terdapat di
Kecamatan banjar (Desa Tigawasa, Pedawa,
Sidetapa) dan Kec. Tejakula (Julah, Sembiran)
2. Dukungan Infrastruktur Cipta Karya Dukungan innfrastruktur cipta karya telah nampak
melalui kegiatan penataan kawasan tradisional
Julah dan Sidetapa dengan dana APBN dan sharing
APBD (dimulai pada 2010)
3. RTH
• Luas RTH Luas RTH Publik sebesar 8.851,47 ha, Luas RTH
Privat 14.031,9 Ha
• Lokasi RTH RTH tersebar pada seluruh kawasan perkotaan di
kab. Buleleng. Khusus di perkotaan singaraja, RTH
tersebut berupa taman kota, lapangan, pada sabuk
jalan, kuburan dan lain-lainnya
• % Luas RTH Berdasarkan dokumen Kajian teknis
pengembangan RTH perkotaan di kab Buleleng,
Luasan RTH di kaw perkotaan di kab buleleng telah
melebihi 30% dari total luas wilayah perkotaan
Buleleng. Meskipun demikian dari luasan RTH
tersebut masih didominasi oleh RTH privat, dengan
pemanfaatan eksisting persawahan,
perkebunan/tegalan. Prosentase RTH public
sebesar 15,87% dan privat sebesar 68,76%
4. Pemenuhan SPM
• Ketersediaan IMB IMB sebagai salah satu jenis perizinan telah banyak
dimohon melalui kantor Pelayanan terpadu. IMB
tersebut didominasi untuk tempat usaha, pondok
wisata, dan lain-lain
• % IMB 100 % masyarakat telah terlayani dalam
pengurusan IMB di Kabupaten Buleleng
• Ketersediaan HSBGN Harga standar bangunan telah tersusun setiap
tahun dan ditetapkan melalui Peraturan Bupati.
• % HSGBN Telah tersedia pedoman Harga Standar bangunan
Gedung Negara di Kabupaten Buleleng
Aspek Penataan
Permasalahan yang Tantangan
No Bangunan dan Alternatif Solusi
dihadapi Pengembangan
Lingkungan
− Masih kurang melalui keg CSR
diperhatikannya
kebutuhan sarana
sistem proteksi
kebakaran oleh
masyarakat
5. Aspek Menurunnya fungsi Pengembalian fungsi − Peremajaan
Lingkungan kawasan dan terjadi utama kawasan dan Kawasan
Permukiman degradasi kawasan pemenuhan standar − Pengendalian
kegiatan ekonomi pelayanan minimal pemanfaatan ruang
utama kota, kawasan terkait PBL − Pengembangan
tradisional bersejarah RTH baru
serta heritage,
kurangnya ruang terbuka
hijau kota
Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1. Aspek Teknis − Belum ditetapkannya Meningkatnya − Percepatan
perda bangunan kebutuhan NSPM penetapan
gedung di Kab terutama yang Ranperda
Buleleng berkaitan dengan bangunan Gedung
− Masih terbatasnya pengelolaan dan − Peningkatan
kesadaran aparatur penyelenggaraan kapasitas SDM
dan SDM pelaksana bangunan gedung terkait pembinaan
dalam pembinaan (keselamatan, dan pengawasan
penyelenggaraan kesehatan, penyelenggaraan
bangunan gedung kenyamanan dan bangunan gedung
termasuk kemudahan)
pengawasan;
2. Aspek Belum mantapnya Perlunya peningkatan Koordinasi dengan
Kelembagaan pembinaan dan dan pemantapan instransi/ stakeholder
pengawasan kelembagaan terkait
penyelenggaraan bangunan gedung di
bangunan gedung daerah dalam fasilitasi
penyediaan perangkat
pengaturan
3. Aspek Kurangnya alokasi Banyaknya peluang Pengusulan kegiatan
Pembiayaan anggaran untuk kegiatan sumber pembiayaan agar memperoleh
Penyelenggaraan dari luar kab. pendanaan dari APBN
Bangunan Gedung dan atau APBD Provinsi
Rumah Negara
4. Aspek Peran Kurang ditegakkannya Partisipasi masyarakat Melibatkan
Serta aturan keselamatan, semakin berkembang masyarakat dalam
Masyarakat/ keamanan dan upaya pembinaan
Swasta kenyamanan aturan keselamatan,
Bangunan Gedung keamanan dan
termasuk pada daerah- kenyamanan
daerah rawan bencana; Bangunan Gedung
5. Aspek Prasarana dan sarana Teknologi sarana Sosialisasi terkait
Lingkungan hidran kebakaran banyak penanggulangan pentingnya
Permukiman yang tidak berfungsi dan kebakaran yang penyediaan sarana
kurang semakin berkembang penanggulangan
mendapat perhatian; kebakaran
Aspek Penataan
Permasalahan yang Tantangan
No Bangunan dan Alternatif Solusi
dihadapi Pengembangan
Lingkungan
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas
1. Aspek Teknis Program baru yaitu Perbaikan kualitas Sosialisasi dan
peningkatan kualitas untuk menjaga 0% pendekatan terus
permukiman kumuh menerus kepada
masyarakat
2. Aspek Masih ditemukan BKM telah mandiri − Koordinasi rutin
Kelembagaan kurangnya koordinasi − Pengembangan
antara Faskel, BKM, KSM forum BKM
dan Kepala Desa/Lurah
3. Aspek Kurangnya swadaya Kewajiban CSR Peningkatan sosialisasi
Pembiayaan masyarakat/ swasta dan channeling ke
sector swasta
4. Aspek Peran Kejenuhan masyarakat Banyaknya program Pemahaman lebih
Serta akibat program/keg yang pemberdayaan lanjut terkait
Masyarakat/ tumpang tindih masyarakat pemberdayaan masy
Swasta
5. Aspek Usulan penataan Desa/kelurahan Sikronisasi dengan
Lingkungan lingkungan masih belum menjadi obyek kegiatan RKPKP
Permukiman terintegrasi (bersifat berbagai program
parsial) pemerintah
Sumber : Hasil Analisa, 2017
Sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Buleleng ditangani oleh Sistem PDAM dan Sistem
Swakelola Masyarakat melalui Unit Pengelola Sarana atau Kelompok Pengelola Sarana (UPS/KPS) di
tingkat desa/banjar/kelompok. Dari jumlah 148 desa/kelurahan, 67 desa/kelurahan sudah mendapat
pelayanan air bersih PDAM, sedangkan 81 desa/kelurahan melalui sistem swakelola masyarakat di
tingkat desa/banjar/kelompok.
Unit/cabang yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Buleleng adalah:
• PDAM Kabupaten Buleleng
• Cabang Celukan Bawang
• Cabang Seririt
• Unit Sambirenteng
• Cabang Air Sanih
• Cabang Busungbiu
• Cabang Pancasari
Pengelolaan air bersih yang dikelola PDAM yaitu:
• Kecamatan Gerokgak : 10 desa
• Kecamatan Seririt : 13 desa
• Kecamatan Busungbiu : 3 desa
• Kecamatan Banjar: 4 desa
• Kecamatan Sukadasa : 4 desa
• Kecamatan Buleleng : 22 desa
• Kecamatan Sawan : 4 desa
• Kecamatan Kubutambahan : 2 desa
• Kecamatan Tejakula : 5 desa
Di lapangan masih ditemui beberapa permasalahan antara lain kontinuitas/jam air mengalir
ke pelanggan menunjukkan trend menurun, dibeberapa desa kualitas air rendah pada saat musim
hujan. Penyebabnya adalah : jaringan pipa transmisi dan distribusi sudah banyak yang rusak dengan
tingkat kebocoran > 50% (umur pipa > 20 thn), kondisi/debit sumber air banyak yang menurun
sehingga perlu penambahan debit dengan mengambil sumber baru, Pompa, bronkaptering &
reservoar banyak yang sudah berumur.
Sesuai PP 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM bahwa pengelolaan air minum
dapat dilakukan oleh BUMD, koperasi, kelompok masyarakat dan swasta. Di kabupaten Buleleng
pengelolaan air minum dilakukan oleh PDAM dan Kelompok Masyarakat di tingkat desa/banjar
(UPS). Kelembagaan PDAM Buleleng sudah sangat jelas dan profesional karena jumlah pegawai
PDAM memakai rasio pelanggan (1 : 1000). Kendala yang dihadapi Kabupaten Buleleng dalam
penyediaan air minum adalah pengelolaan air minum oleh kelompok masyarakat di tingkat
desa/banjar antara lain :
• Masyarakat masih memiliki pola pikir yang keliru bahwa air bersih bisa di dapat tanpa
mengeluarkan biaya. Akibatnya dengan tarif rendah pengelolaan air bersih tidak mungkin bisa
berjalan dalam melaksanakan perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana secara
kontinu.
• Pengelolaan belum didukung dengan teknologi yang tepat dan sistem managemen yang
seimbang, akibatnya terjadi pemborosan dan kesinambungan pelayanan kurang terjamin.
UPS belum maksimal bekerja karena legalitasnya tidak ditetapkan dengan keputusan kepala
desa akibatnya perlindungan UPS dari unsur pimpinan desa dan adat hampir tidak ada.
Permasalahan yang sering dihadapi UPS/KPS adalah kekurangdisiplinan konsumen dalam
membayar tagihan air, pengelola tidak dapat berbuat banyak karena belum ada aturan tertulis
yang jelas atau tidak berani bertindak tegas karena tidak adanya dukungan dari aparat desa
dinas/adat.
Tabel 2.31
Cakupan Layanan Air Limbah Domestik saat ini di kabupaten Buleleng
f.
Kabupaten Buleleng belum memiliki Master Plan Air Limbah, namun sudah pernah dilakukan
studi-studi atau kegiatan tentang Perencanaan Air Limbah tetapi khusus untuk wilayah Kota
Singaraja sebagai ibukota Kabupaten Buleleng.
Pelayanan air limbah berkaitan dengan kebutuhan terhadap sarana dan prasarana
pelayanan air limbah yang layak serta terhadap pembuangan air limbah tersebut. Diantara prasarana
dan sarana sanitasi yang ada di Kabupaten Buleleng, sebagian ada yang berfungsi dengan baik
walaupun jamban yang dipakai telah dilengkapi dengan tangki septik namun ada juga yang memiliki
jamban pribadi, yang tidak dilengkapi dengan tangki septik atau menampung air limbah/tinja, tetapi
membuang secara langsung ke badan air terbuka terdekat.
Wilayah pelayanan sarana sanitasi di Kabupaten Buleleng terdiri dari pelayanan seluruh
kecamatan di Kabupaten Buleleng. Masing-masing wilayah pelayanan memiliki sarana air limbah
berupa fasilitas buang air besar terdiri dari fasilitas pribadi (sendiri), fasilitas bersama, umum, dan
tidak ada/tidak pakai jamban (membuang langsung ke saluran drainase, sungai dan sebagainya).
2. Persampahan
Pada dasarnya Pemerintah Kabupaten Buleleng saat ini sudah mulai melaksanakan
pengelolaan persampahan dengan sistem Pola Kumpul-Angkut-Proses. Sampah yang terkumpul di
TPS baik yang dikumpulkan oleh masyarakat maupun yang dikumpulkan oleh tukang angkut dari
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng diangkut dengan truk-truk pemerintah untuk
diproses di TPA Bengkala (untuk wilayah tengah dan timur) dan TPA Pangkung Paruk untuk wilayah
barat. Jumlah sampah yang bisa diangkut ke TPA Bengkala rata-rata 340 m³/hari atau 113 ton/hari,
sedangkan TPA Pangkung Paruk rata-rata 51 m³/hari.
Masyarakat di Kabupaten Buleleng dalam melaksanakan pengelolaan sampah dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu:
• Masyarakat di lokasi yang wilayahnya merupakan wilayah pelayanan/sudah terjangkau oleh
pelayanan pemerintah melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Buleleng.
Masyarakat tersebut melaksanakan pengelolaan secara perorangan maupun dengan sistem
kawasan mengumpulkan sampah dari sumbernya (Rumah Tangga) dikumpulkan di TPS
(Tong/Kontainer, bak sampah, transfer station atau transfer depo) terdekat. Jumlah wilayah
yang sudah terjangkau oleh pelayanan pemerintah melalui Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Buleleng sebesar 26,48%.
• Masyarakat yang belum terjangkau pelayanan pemerintah, namun sudah dilayani oleh TPST
yang dikelola oleh KSM setempat.
Masyarakat yang lokasi wilayahnya belum terjangkau oleh pelayanan pemerintah namun
sudah melaksanakan pengelolaan yang dilakukan oleh KSM dengan menampung sampah
pada tempat tertentu kemudian diangkut dibawa ke TPST untuk dilakukan pengelolaan.
Jumlah wilayah yang sudah terjangkau oleh pelayanan TPST sebesar 9,70%.
• Masyarakat yang lokasi wilayahnya belum terjangkau oleh pelayanan Pemerintah dan TPST,
hanya memindahkan sampah dari sumbernya kemudian dikumpulkan/dibuang pada tempat
tertentu seperti dibakar, ditimbun, dibuang ke tempat terbuka, jurang, bahkan di saluran
terbuka (got, sungai/kali).
Berdasarkan hasil Studi EHRA Tahun 2015 bahwa masih terdapat beberapa Rumah Tangga
yang belum menerima layanan persampahan sebesar 74,9% dimana sebagian besar cara
pengelolaan sampah dengan cara dibakar sebesar 30,8%, yang membuang sampah dengan
dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebesar 21,4%, yang
membuang sampah ke sungai/kali/laut/danau sebesar 10,9% dan kelompok yang membuang
sampahnya ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah sebesar 8,0%.
Komitmen Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam menangani masalah persampahan sangat
serius hal ini terlihat dari diterbitkannya Peraturan Bupati Buleleng Nomor 5 Tahun 2013 tentang
Gerakan Kebersihan dan Penghijauan di Kabupaten Buleleng. Peraturan ini merupakan salah satu
upaya untuk menangani sampah plastik di Kabupaten Buleleng melalui gerakan Aksi Bersama dalam
mengurangi sampah plastik dengan kegiatan rutin berupa jumat bersih setiap bulan pada minggu ke-
2.
Dari 148 desa/kelurahan di Kabupaten Buleleng, wilayah yang telah terjangkau pelayanan
persampahan Tahun 2014 oleh pemerintah Kabupaten Buleleng (angkutan DKP) adalah 48
Desa/Kelurahan yang sebagian besar terdapat di Kecamatan Buleleng, sedangkan yang belum
dilayani angkutan DKP namun sudah dilayani TPST sebesar 15 desa sehingga totalnya menjadi 63
desa/kelurahan. Namun dari wilayah yang terlayani oleh angkutan DKP tidak semua volume
sampahnya bisa terangkut 100%. Wilayah yang tidak mendapat pelayanan angkutan DKP namun
sudah dilayani oleh TPST sebagian besar berada pada wilayah di luar Kecamatan Buleleng. Pada TPST
umunya sampah dikelola dengan sistem 3R.
Cakupan akses dan sistem layanan persampahan di Kabupaten Buleleng yaitu untuk wilayah
perkotaan khususnya Kawasan Perkotaan Singaraja sudah 100% terlayani angkutan DKP, namun
volume sampah yang terangkut ke TPA masih 80%. Volume sampah yang terangkut ke TPA sebesar
422,52 M3/hari dari dari 1.595,75 M3/hari timbulan sampah di Kabupaten Buleleng. Sedangkan
volume sampah yang dikelola dengan 3R di Kabupaten Buleleng sebesar 154,79 M3/hari dari
1.595,75 M3/hari timbulan sampah, dengan volume untuk wilayah perdesaan sebesar 116,45
M3/hari dan wilayah perkotaan sebesar 38,34 M3/hari. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.36.
Tabel 2.32
Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Kecamatan
3R Volume Sampah yang terangkut ke TPA
Total
Wilayah Perdesaan Wilayah Perkotaan Total Wilayah Perdesaan Wilayah Perkotaan Total
No. Kecamatan
M3/ha
% M3/hari % M3/hari % M3/hari % M3/hari % M3/hari % M3/hari %
ri
1 Gerokgak 3,98 7,01 0,00 0,00 3,45 7,0 10,08 17,76 0,00 0,00 8,75 17,76 4,29 24,77
2 Seririt 2,81 4,51 0,00 - 2,54 4,5 24,39 39,18 80,00 13,56 29,70 52,74 9,92 57,25
3 Busungbiu 6,54 5,36 80,00 15,00 20,22 20,4 0,00 0,00 0,00 - 0,00 0,00 3,53 20,36
4 Banjar 2,53 3,91 0,00 - 2,22 3,9 14,27 22,08 0,00 - 12,52 22,08 4,50 25,99
5 Sukasada 4,53 5,39 0,00 - 2,89 5,4 0,00 0,00 56,36 37,93 20,39 37,93 7,50 43,32
6 Buleleng 22,06 17,64 0,00 - 5,32 17,6 20,96 16,76 80,00 201,34 65,77 218,10 40,83 235,74
7 Sawan 15,15 20,76 0,00 - 13,94 20,8 27,78 38,06 47,16 5,60 29,33 43,66 11,16 64,42
8 Kubutambahan 12,97 14,12 0,00 - 10,34 14,1 7,41 8,06 80,00 22,20 22,16 30,26 7,69 44,38
9 Tejakula 35,70 37,75 80,00 23,34 45,28 61,1 0,00 0,00 0,00 - 0,00 0,00 10,58 61,09
Jumlah 10,36 116,45 8,12 38,34 9,70 154,79 12,63 141,89 59,46 280,63 26,48 422,52 36,18 577,31
Sumber: Pemutakhiran SSK Kabupaten Buleleng Tahun 2015
3. Drainase
Permasalahan umum yang sering dihadapi pada setiap musim hujan adalah masalah banjir
dan genangan air. Banjir dan genangan akan berdampak pada terganggunya kelancaran lalu lintas
dan dapat menurunkan derajat kesehatan penduduk dan lingkungan. Terjadinya banjir dan
genangan disebabkan oleh fungsi drainase kota belum tertangani secara menyeluruh baik dari segi
perencanaan teknis maupun pelaksanaan fisiknya dan disamping kurangnya kesadaran masyarakat
dalam memelihara saluran yang ada di sekitarnya. Permasalahan tersebut merupakan dampak dari
perkembangan penduduk dan bangunan fisik yang sangat cepat tapi tidak terkontrol dimana
terjadi penyempitan areal resapan air terutama pada musim hujan, limpasan permukaan air
langsung menuju saluran drainase. Berkurangnya daerah resapan air menyebabkan saluran
drainase tidak mampu menampung sehingga terjadi luapan dan banjir.
Dari Hasil Studi EHRA 2015, masih terdapat Rumah Tangga yang mengalami banjir pada
waktu musim hujan sekitar 8,8%. Sekitar 4,5% rumah tangga melaporkan banjir di Kabupaten
Buleleng terjadi beberapa kali dalam setahun. Sekitar 0,1% rumah tangga yang mengalami sekali
dalam setahun, dan yang lebih parah atau yang mengalami sebulan sekali hanya sekitar 3,2%.
Luas genangan di Kabupaten Buleleng Tahun 2014 sebesar 218,73 Ha, dengan luas
genangan terbesar terdapat di Kecamatan Gerokgak dan Buleleng.
Daerah-daerah yang berpotensi terjadi banjir dan genangan air di Kabupaten Buleleng
yaitu:
• Kecamatan Gerokgak
Daerah yang berpotensi banjir atau genangan di Kecamatan Gerokgak yaitu Desa
Pejarakan, Sumberkima, Pemuteran, Banyupoh, Penyabangan, Musi, Sanggalangit,
Gerokgak, Patas, Pengulon, dan Celukanbawang dengan total luas genangan 105,60 Ha.
• Kecamatan Seririt
Daerah yang berpotensi banjir atau genangan di Kecamatan Seririt yaitu Desa Bestala,
Kalianget, Tangguwisia, Sulanyah, Kelurahan Seririt, Desa Patemon, Lokapaksa, Banjar
Asem, Kalisada dan Pangkung Paruk dengan total luas genangan 23,10 Ha.
• Kecamatan Busungbiu
Daerah yang berpotensi banjir atau genangan di Kecamatan Busungbiu yaitu Desa
Pucaksari, Sepang, Busungbiu, Pelapuan dan Subuk dengan total luas genangan 4,15 Ha.
• Kecamatan Banjar
Daerah yang berpotensi banjir atau genangan di Kecamatan Banjar yaitu Desa Tirta Sari,
Sidatapa, Banjar, Dencarik dan Temukus dengan total luas genangan 10,50 Ha.
• Kecamatan Sukasada
Daerah yang berpotensi banjir atau genangan di Kecamatan Sukasada yaitu Desa
Pancasari, Ambengan, Silangjana, Pegadungan, Kelurahan Sukasada, Desa Panji Anom, dan
Desa Tegallinggah dengan total luas genangan 9,63 Ha.
• Kecamatan Buleleng
Daerah yang berpotensi banjir atau genangan di Kecamatan Buleleng yaitu Desa Pemaron,
Kelurahan Banyuasri, Paket Agung, Kendran, Banjar Bali, Kampung Kajanan, Kampung
Anyar, Kampung Bugis, Penarukan, Desa Jinengdalem, Sari Mekar dan Alasangker dengan
total luas genangan 25,05 Ha. Beberapa titik (kawasan) yang berpotensi terjadi
banjir/genangan di Kawasan Perkotaan Singaraja seperti terlihat di Tabel berikut.
Tabel 2.33
Genangan di Kota Singaraja
Karakteristik Genangan
Luas Ketinggian Lama Genangan Frekuensi
No. Lokasi Genangan
Area (m) (jam) (kali/tahun)
(Ha)
1. Kawasan Simpang Jl. A. Yani-Jl. Pura 0,2 0,3 2 2-3
Segara Penimbangan-Jl. Mayor Serma
(Desa Baktiseraga)
2. Kawasan Jl. Jalak Putih (Desa 0,4 0,5 3 3-4
Baktiseraga)
3. Kawasan Jalan Udayana (Depan 0,4 0,5 3 4-5
Kantor Kementrian Agama)
4. Kawasan Jalan Kartini (Depan Kantor 0,5 0,4 3 3-4
Dinas PU)
5. Kawasan Jalan Lely (Kel. Banjar Jawa) 0,8 1 4 5-6
6. Kawasan Jalan Merak (Kel. Kampung 1,4 1 4 5-6
Anyar)
7. Kawasan Jalan Pulau Bali (Kel. 5,7 0,5 3 5-6
Kampung Baru)
8. Kawasan Jalan Surapati (Kel. 0,4 0,3 4 4-5
Banyuning)
9. Kawasan Jalan Pulau Seribu (Kel. 1 0,6 3 3
Penarukan)
10. Kawasan Jalan Setiabudi (Kel. 1 0,5 4 2
Penarukan)
11. Kawasan Simpang Jl. WR Supratman-Jl. 0,5 0,3 3 2
Natuna-Jl. Samratulangi (Kel.
Penarukan)
Sumber: Review DED Drainase Kota Singaraja dan sekitarnya, Tahun 2013.
• Kecamatan Sawan
Daerah yang berpotensi terjadi banjir atau genangan di Kecamatan Sawan yaitu Desa
Galungan, Sudaji, Jagaraga, Kerobokan dan Bungkulan dengan total luas genangan 16,00
Ha.
• Kecamatan Kubutambahan
Daerah yang berpotensi terjadi banjir atau genangan di Kecamatan Kubutambahan yaitu
Desa Pakisan, Depeha dan Kubutambahan dengan total luas genangan 9,5 Ha.
• Kecamatan Tejakula
Daerah yang berpotensi terjadi banjir atau genangan di Kecamatan Tejakula yaitu Desa
Bondalem, Tejakula dan Sambirenteng dengan total luas genangan 15,2 Ha.